Uploaded by LA MEMA PARANDY

Pendampingan Desa Siap Implementasi UU Desa 2014

“Pendampingan Desa Siap Implementasi UU Desa 2014”
Untuk Desa yang Kuat, Maju, Mandiri dan Demokratis
Oleh :
LA MEMA PARANDY, ST.,MM. *
Perkembangan keprofesian bidang Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia
kian mendapat pengakuan dan dukungan pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bukti nyata
peran pemerintah melibatkan seluruh elemen Profesi Pemberdayaan Masyarakat Indonesia,
melalui; (1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Republik Indonesia,
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP), (3) Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional, (4) SK Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 18 tahun 2012 tentang
Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
(FPM), (5) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan (6) Peraturan Menteri Desa,
Pembanggunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015
tentang Pendampingan Desa.
Sejalan dengan kondisi ril dilapangan, untuk mendapatkan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat yang berlisensi (memiliki sertifikasi kompetensi) sampai saat ini tercatat sekitar
3.000 orang oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
(FPM) melalui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Bagaimana selanjutnya peran
pemerintah dalam proses rekrutmen Tenaga Profesional Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
untuk pendampingan Desa ?. Tentunya Pemerintah telah mensiasati untuk pemberlakuan secara
bertahap proses sertifikasi kompetensi setelah kontrak 2 tahun pendampingan berjalan dengan
temuan objektif berdasarkan evaluasi dan monitoring berbasis kinerja Tenaga Pendamping Desa.
Mensertifikasi Tenaga Pendamping secara bertahap adalah solusi darurat, tetapi membutuhkan
konsistensi dalam pelaksanaanya. Memandang peran pendampingan harus secara komprehensif
dan proporsional, sehingga tujuan pendampingan memungkinkan alih pengetahuan (transfer of
knowledge), peneladanan (disicpleship), pembekalan keterampilan, dan peningkatan kapasitas
(capacity building) antara pemerintah dan masyarakat Desa (Panduan RAKORNAS Kementrian
Desa, PDT dan Transmigrasi, 2015).
Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat Desa. Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan
pemberdayaan masyarakat, pengarahan dan fasilitasi Desa (Permen Desa, PDT dan Transmigrasi
Nomor 3 tahun 2015). Defenisi lainya, Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan
tindakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan
fasilitasi desa dalam rangka menciptakan desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis.
Pendampingan adalah konkritisasi dari pemberdayaan. Pemberdayaan di tataran ide dibutuhkan
dalam pendampingan. (Panduan RAKORNAS Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi, 2015).
Pendampingan Desa untuk mengawal implementasi Undang-undang Desa Nomor 6 tahun
2014 dipastikan berlangsung pertama kali pada tahun 2015. Kebutuhan pendampingan Desa
untuk tahap pertama kurang lebih 16.000 orang Profesional Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat yang terdiri dari; (1) Profesional Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat di Tingkat
Nasional sebanyak 40 orang, (2) Profesional Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat di Tingkat
Provinsi sebanyak 12 Orang dan 10 orang Supporting, (3) Konsultan Tenaga Pendamping Teknis
di Tingkat Kabupaten/Kota untuk Bidang Pemberdayaan, Bidang Infrastruktur, Bidang
Keuangan dan Bidang Perguliran dan Pengembangan Usaha sebanyak 3 orang dan 2 orang
Supporting, (4) Pendamping Desa di Tingkat Kecamatan untuk bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Bidang Infrastruktur sebanyak 3 orang dan 2-3 orang Supporting, (5) Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) di Tingkat Desa masing-masing 1 orang. Dan untuk
rekrutmen pendamping tahap kedua, pemerintah akan membuat skema pengrekrutan Tenaga
Pendampin, kurang lebih 32.000 orang dan bahkan dapat bertambah sesuai dengan kuota yang
akan di tentukan oleh Satker di Tingkat Pusat dan Satker di Tingkat Provinsi.
Kualifikasi Tenaga Pendampingan Desa
Kualifikasi dan persyaratan Pendampingan Desa harus memenuhi ketentuan dasar yang
telah ditetapkan antara lain; (1) Pendidikan minimal D-III dengan pengalaman 6 tahun dan
Strata-1 pengalaman 8 tahun, (2) Berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat,
pendampingan kerja sosial, pendampingan masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat, (3)
berpengalaman memfasilitasi sistem pembanggunan partisipatif, perencanaan program / proyek
pembanggunan Desa / Antar Desa, Fasilitasi manajemen pembanggunan Desa / Antar Desa dan
Kajian tentang Peraturan Daerah., (4) Berpengalaman melatih masyarakat yang mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, Fasilitasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pelatihan maupun
Kaderisasi pelatih lokal, (5) Mampu mengoperasika komputer, minimal program Microsoft
Office, (6) sangup bertempat tinggal di lokasi penugasan, (6) Usia pendamping Kabupaten
adalah 50 tahun dan Untuk Kecamatan dan Desa 45 tahun.
Persyaratan lainya sesuai bidang spesifik seperti Pendamping Teknis Infrastruktur, antara
lain; (1) Pendidikan minimal Strata-1 atau D-III Teknik Sipil, (2) Memiliki pengalaman kerja
yang relevan bidang Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, pengecualian khusus untuk wilayah
Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua pengalaman kerja untuk Strata-1 minimal 4
tahun, sedangkan D-III minimal 6 tahun, (3) Pengalaman kerja yang relevan program/proyek
pemberdayaan minimal 3 tahun, (4) Berpengalaman memfasilitasi masyarakat dalam menyusun
Rencana Anggara Biaya (RAB) Infrastruktur Perdesaan sesuai denga harga satuan setempat, (5)
Berpengalam memfasilitasi masyarakat dalam menyusun desain teknis sesuai dengan standar
teknis infrastruktur perdesaan, (6) Berpengalaman melatih masyarakat tentang Teknis
Pertukangan yang dibutuhkan dalam pembangunan Infrastruktur Perdesaan, (7) Mampu
mengoperasika komputer, minimal program Microsoft Office, (8) Sangup bertempat tinggal di
lokasi penugasan, (9) Usia pendamping Kabupaten/Kota dan Kecamatan pada saat mendaftar
adalah 45-50 tahun. Dan juga berlaku untuk persyaratan Konsultan Tenaga Pendamping Teknis
di Tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan untuk kualifikasi Bidang Pemberdayaan, Bidang
Infrastruktur, Bidang Keuangan dan Bidang Perguliran dan Pengembangan Usaha disesuaikan
berdasarkan latar belakang akademik yang relevan.
Tahapan seleksi Tenaga Pendamping Desa
Tahapan seleksi Tenaga Pendamping Desa telah ditetapkan, sehingga menjadi runutan
proses rekrutmen Pendampingan yang terdiri dari (5) lima tahap pokok yaitu; (1) Tahap
Pemetaan kebutuhan, (a) Satker di tingkatan pusat menentukan kuota pendampingan yang
dihitung berdasarkan kebutuhan dan pagu anggaran, (b) di Tingkat Provinsi melakukan analisa
berdasarkan kuota yang telah di tentukan oleh Satker pusat, (2) Tahap Pengumuman, (a)
pengumuman dilakukan oleh masing-masing satker di tingkat provinsi, (b) Publikasi informasi
rekrutmen mencantumkan syarat dan kualifikasi pelamar, (c) alamat penyampaian dokumen
lamaran pendamping melalui PO BOX Satker PMD Provinsi, (d) Proses penerimaan berkas
lamaran pendamping dilakukan oleh Satker PMD Provinsi, (3) Tahap Seleksi Pasif, merupakan
proses seleksi administrasi terhadap lamaran yang sesuai dengan kualifikasi dan syarat-syarat
administrasi. Semua proses dilakukan oleh Satker PMD Provinsi setelah Shortlist (daftar pendek)
pelamar, membuat berita acara, dan menetapkan jadwal seleksi aktif bagi pelamar yang di
undang setelah ditetapkan, (4) Tahap Seleksi aktif melalui Wawancara, Focus Group
Discussion dan Test tertulis, merupakan tahapan seleksi untuk mengetahui Aspek pengetahuan,
Wawasan, Kemampuan sikap, dan Kepribadian Tenaga Pendamping yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas, memverifikasi kebenaran data dan riwayat hidup setiap calon pendamping,
(5) Tahap Pembekalan melalui pelatihan, adalah akhir dari rangkain seleksi yaitu Pelatihan
Pra Tugas (pembekalan) dengan tujuan memberikan orientasi dan pembekalan kepada calon
Tenaga pendamping agar siap secara mental, memberikan pengetahuan, dan ketrampilan sebelum
diterjunkan di lokasi penempatan.
Pendampingan Desa, Siap bertugas !
Pemberdayaan masyarakat Desa dalam penjabaran Undang-undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa harus dikawal oleh Tenaga pendamping agar menjelaskan implementasi
Undang-undang tersebut kepada masyaraat, sehingga proses internalisasi dapat diterapkan.
Pendamping Desa juga bertugas untuk mendampingi warga Desa untuk meningkatkan daya
tawar dalam mengakses sumber daya yang dibutuhkan oleh masyarakatnya sehingga program
dan
kegiatan pembangunan mampu dikelola masyarakat Desa itu sendiri. Amanat
Undang-undang Desa, dalam pasal 112 ayat 4 menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
Desa dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
pembanggunan Desa dan kawasan Perdesaan. Pendampingan termaksud penyediaan sumber
daya manusia pendamping dan manajemen. Dalam Peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014
telah memandatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelengarakan pemberdayaan
masyarakat Desa dengan pendampingan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan.
Pendampingan Desa secara teknis dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) Provinsi dan
Kabupaten/Kota bersama Panitia Seleksi yang dibantu oleh Tenaga Pendamping Profesional,
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Yang dimaksud Pihak ketiga
dalam penjelasannya antara lain, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, Organisasi
kemasyarakatan, atau Perusahaan, yang sumber keuangan dan kegiatannya tidak berasal dari
anggaran pemerintah, pemerintah daerah Provinsi, pemerintah daerah Kabupaten/Kota, dan /atau
Desa.
Kerja pendampingan desa bukanlah melakukan kontrol dan mobilisasi partisipasi
terhadap warga desa dalam rangka menjalankan prosedur-prosedur kerja yang serba dirancang
dari kepentingan di luar desa. Kerja pendampingan lebih tepat dimaknai sebagai proses fasilitasi
terhadap warga desa agar berdaya memperkuat desanya sebagai komunitas pemerintahanya (self
governing community). Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang menegaskan perannya itu,
bahwa Desa adalah Desa dan Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarkat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendampingan Desa bukanlah
pekerja proyek pembanggunan, namun difokuskan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
Desa melalui proses belajar dan tranformasi sosial. Para pendamping profesional ini telah
dibekali keahlian diri dengan kreatifitas untuk melakukan pembacaan kondisi politik, ekonomi
dan budaya yang ada disetiap Desa dalam melakukan pendampingan Desa. Dengan demikian
Desa-Desa didorong menjadi subjek pengerak pembangunan Indonesia, masyarakat, bangsa
dan negara, Dari Desa untuk Indonesia untuk menciptakan Desa yang kuat, maju, mandiri
dan Demokratis. Semoga, Wallahualambissahwab.
*La Mema Parandy,ST.,MM.
Direktur Eksekutif Lembaga Peduli Pelayanan Masyarakat (LPPM) Provinsi Jawa Timur
Inisiator Pendirian Himpunan Tenaga Teknik dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia
(HAPMI ) Kabupaten Pacitan. [email protected]