Uploaded by User106179

BAB II RAHMAT NURSYAMLI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Coronary Artery Disease (CAD)
2.1.1. Pengertian CAD.
American heart Association (AHA) mendefinisikan Penyakit Jantng
Koroner (PJK) atau sering juga disebut Coronary Artery Disease (CAD)
adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung. (AHA, 2017)
Menurut National Heart Foundation of Australia (2013) CAD adalah ketika
arteri koroner (arteri yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung)
menjadi tersumbat dengan bahan berlemak yang disebut ‘plak’ atau
‘atheroma’. Plak perlahan terbentuk di dinding bagian dalam arteri koroner,
sehingga menyebabkan penyempitan. Proses ini disebut aterosklerosis.
Sejalan dengan bertambahnya usia, dan dengan adanya factor-faktor resiko
proses akan semakin berkembangdan memunculkan penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan aterosklerosis beserta komplikasinya (Adi,
2015). Menurut Adi, aterosklerosis digambarkan sebagai “pembuluh darah
arteri yang kaku’. Merupakan suatu proses inflamasi yang kronik yang
dalam patofiisiologinya melibatkan lipid, thrombosis, dan dinding vascular.
7
Lemone (2016) mengatakan bahwa Coronary Heart Disease (CHD) disebabkan oleh
kerusakan aliran darah menuju miokardium.
Penumpukan plak aterosklerosis di arteri koroner adalah penyebab umum, CAD dapat
simtomatik atau dapat menyebabkan angina pectoris, sindrom koroner akut, infark
miokardium (MI atau serangan jantung), disritmia, gagal jantung, dan bahkan kematian
mendadak.
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis,
ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan
berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat
berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Didefinisikan sebagai PJK jika pernah
didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau
belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri
di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada
dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak
nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan
nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat (Kemenkes
RI, 2013).
Bisa disimpulkan bahwa CAD merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya
penumpukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan penyempitan pada arteri
7
koroner sehingga dapat menyebabkan angina pectoris, sindrom koroner akut, infark
miokardium (MI atau serangan jantung), disritmia, gagal jantung, dan bahkan kematian
mendadak.
2.1.2. Patofisiologi CAD.
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, sumbatan pada arteri
koroner oleh plak lemak dan fibrosa. Penyakit jantung ditandai dengan angna pectoris,
sindrom koroner akut, dan/ atau infark miokard (Lemone, 2016).
Aterosklerosis arteri koroner merupakan penyakit progresif yang dimulai di kehidupan
awal. Walaupun terdapat beberapa factor resiko, cedera endotel disebabkan oleh respon
inflamasi pada lapisan intima dinding pembuluh darahdan pengendapan lemak pada
dinding. Proses ini terjadi dalam lima fase yang meliputi enam tipe perkembangan lesi.
2.1.2.1. Fase 1.
Fase 1 terjadi pada orang berusia ≤30 tahun dan secara klinis ditandai dengan lesi tipe
I dampai III yang tidak terdeteksi secara klinis dan tidak mempertebal dinding
pembuluh darah atau mempersempit lumen arteri. Lesi tipe I merupakan adaptasi
mikroskopik pada otot polos dan terjadi terutama di dekat percabangan arteri. Lesi tipe
I berkembang dan matur menjadi lesi tipe II. Lesi tipe III dikenal sebagai lesi
intermediet, terjadi selama usia 20-an. Lesi ini mengelilingi otot polos. Lesi tipe III
juga disebut sebagai lesi pra-aretoma karena menjembatani lesi awal dan lesi lanjut.
Pada fase 1, perkembangan lesi tidak dapat diramalkan, khas dan seragam.
9
2.1.2.2. Fase 2.
Fase 2, ditandai dengan lesi tipe IV dan V, mencerminkan perkembangan plak yang
rentan. Lesi tipe IV juga disebut sebagai atheroma, ditandai dengan perubahan lanjut
pada struktur intima yang disebabkan akumulasi sejumlah besar lipid ekstraseluler dan
jaringan fibrosa yang terlokalisasi membentuk inti lipid. Inti lipid menebalkan dinding
arteri tetapi sering tidak menyebabkan penyempitan lumen arteri. Bagian tepi lesi tipe
IV rentan mengalami rupture yang dapat menyebabkan perkembangan cepat ke lesi
yang lebih buruk.
Jika jaringan ikat fibrosa membentuk penutup pelindung tipis yang menutuoi
atheroma, lesi diklasifikasikan sebagai lesi tipe V. lesiini selanjutnya dibagi menjadi
subtype Va, Vb, dan Vc. Lesi tipe Va merupakan lapisan inti lemak multiple yang
bertumpuk secara tidak teratur yang dipisahkan oleh lapisan tebal jaringan ikat fibrosa.
Lesi ini dapat berkembang dengan cepat membentuk lesi tipe VI atau terus
berkembang menjadi plak stenosis yang akhirnya menyumbat seluruh lumen arteri.
Lesi tipe V yang mengandung kalsium di dalam inti lemak dan bagian lesi lain disebut
sebagai lesi tipe Vb. Tidak adanya inti lipid dengan pengendapan minimal lipid pada
bagian lain lesi merupakan karakteristik lesi tipe Vc. Lesi tipe Vc sering ditemukan
pada arteri di tungkai.
2.1.2.3. Fase 3 dan 4.
Fase 3 ditandai dengan gangguan akut lesi tipe IV dan V yang menyebabkan
pembentukan thrombus dan perkembangan lesi tipe VI (komplikata). Jika
pembentukan thrombus selama fase 3 tidak membatasi aliran darah di dalam arteri,
10
peristiwa ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Hasil dari fase 3 adalah peningkatan
cepat pada ukuran plak yang dapat menyebabkan angina stabil. Jika thrombus
mengurangi atau menyumbat aliran darah dalam arteri (fase IV), sindrom koroner akut
seperti angina tidak stabil, infark mipkardim atau kematian jantung mendadak sering
terjadi. Lesi tipe VI ditandai dengan inti yang mengandung lipid ekstraselular, factor
jaringan, kolagen, trombosit, dan fibrin. Lesi ini dapat menyebabkan gangguan
permukaan plak, hematoma, atau perdarahan dalam plak, serta thrombosis.
2.1.2.4. Fase 5.
Fase 5 mengikuti fase 3 atau 4 dan terjadi saat thrombus pada plak yang mengalami
gangguan mulai mengalami klasifikasi (lesi tipe Vb) atau mengalami fibrosis (lesi tipe
Vc), membentuk sel stenotic kronis. Lesi fase 5 sering berisi trombi yang
teratur/terorganisasi dari beberapa episode gangguan plak, ulserasi, perdarahan, dan
organisasi. Seiring dengan perkembangan lesi fase 5, lesi ini akan menyebabkan oklusi
yang lebih besar pada lumen arteri dan sering menyebabkan olkusi total. Lesi fase 5
berkaittan dengan angina tidak stabil kronis dan sering disertai perkembangan
sirkulasi kolateral.
2.1.3. Manifestasi Klinis CAD.
Aterosklerosis saja tidak menimbulkan suatu manifestasi klinis subjektif. Untuk
menimbulkan suatu manifestasi, harus terjadi suatu deficit kritis dalam suplai darah
pada jantung yang berbanding dengan kebutuhan oksigen dan nutrient, atau dengan kata
lain harus terjadi suatu ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai. Jika
aterosklerosis berkembang secara perlahan, sirkulasi kolateral yang terbentuk umumnya
11
dapat memenuhi kebutuhan jantung. Jadi apakah manifestasi PJK terjadi atau tidak
tergantung pada suplai darah total ke miokardium (Black, 2014).
Perkembangan cepat lesi aterosklerotik (tipe VI) dapat menyebabkan iskemia dan dapat
menyebabkan perkembangan sindrom koroner akut berupa angina tidak stabil, infark
miokardium, dan kematian jantung mendadak. Perkembangan lambat lesi aterosklerotik
(tipe Vb dan Vc) berhubungan dengan penyakit arteri koroner stabil dan manifestasi
klinis angina stabil kronis. Lesi ini biasanya menyebabkan iskemia selama periode
peningkatan kebutuhan oksigen, angina, infark miokardium, dan kematian jantung
mendadak (Black, 2014)
Menurut PERKI dalam Irmalita, et al (2015), manifestasi klinis sindrom koroner akut
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
b. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
c. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian
oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan
revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya;
secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi
12
koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina
pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang
bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil
peningkatan marka jantung.
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan
angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang
bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi
gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization, atau
bahkan tanpa perubahan (Gambar 1). Sedangkan Angina Pektoris tidak stabil dan
NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan
peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T
atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan
bermakna, maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non
ST-Elevation Myocardial Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil
marka jantung tidak meningkat secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai
ambang untuk peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai
normal atas (upper limits of normal, ULN). Jika pemeriksaan EKG awal tidak
menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan kelainan yang nondiagnostik
sementara angina masih berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit
kemudian. Jika ulangan EKG tetap menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara
keluhan angina sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG
diulang tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang.
13
2.1.4. Faktor Risiko CAD.
2.1.4.1. Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi
Beberapa factor risiko yang tidak dapat dimodifikasi pada kejadian CAD adalah usia,
jenis kelamin, genetik.
Usia adalah fakto risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Mayoritas orang yang
meninggal karena penyakit jantung koroner berusia 65 tahun atau lebih (AHA, 2017).
Lebih dari 50% korban serangan jantung adalah orang berusia 50 tahun atau lebih;
kematian akibat infark miokardium terjadi pada kelompok umur ini (Lemone, 2016).
Menurut Black, usia mempengaruhi risiko dan keparahan CAD. CAD simtomatis
tampaknya lebih banyak pada orang berusia lebih dari 40 tahun, dan 4 dari 5 orang
yang meninggal karena PJK berusia 65
tahun atau lebih. Angina dan infark
miokardium dapat terjadi pada seseorang yang berusia 30-an dan bahkan 20-an.
PJK merupakan pembunuh no 1 pada kedua jenis kelamin di Amerika Serikat.
Walaupun pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada
usia yang lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa menopause,
sehingga angka PJK pada wanita setelah menopause dua atau tiga kali lipat pada usia
yang sama sebelum menopause. Wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral dan
merokok atau memiliki tekanan darah tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami PJK (Black, 2014). Hal yang sama pula disampaikan AHA (2017), Pria
memiliki risiko serangan jantung lebih besar daripada wanita, dan mereka memiliki
14
serangan di awal kehidupan. Bahkan setelah menopause, ketika tingkat kematian
wanita akibat penyakit jantung meningkat, namun itu tidak sebesar pria.
Anak-anak dari orang tua yang memiliki penyakit jantung memiiki risiko PJK yang
lebih tinggi (AHA, 2017). Peningkatan risiko ini terkait dengan predisposisi genetic
pada hipertensi, peningkatan lemak darah, diabetes, dan obesitas yang meningkatkan
risiko PJK. (Black, 2014). Menurut Lemone, riwayat CHD dalam keluarga pada pria
kekerabatan tingkat pertama yang relative lebih muda dari 55 tahun atau wanita
kekerabatan tingkat pertama yang relative lebih muda dari 65 tahun diidentifikasi
sebagai factor risiko CAD.
2.1.4.2. Faktor risiko dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi mencakup factor gaya hidup dan kondisi
patologi yang menyebabkan pasien menderita CHD. Kondisi penyakit yang berperan
pada CHD adalah hipertensi, diabetes mellitus, hyperlipidemia, merokok, obesitas,
aktivitas fisik, diet, alcohol, dan stress. Meskipun kondisi ini bukan pilihan, kondisi
ini merupakan fakor risiko yang dapat dimodifikasi yang seringkali dapat dikontrol
dengan medikasi, pengontrolan berat badan, diet, dan latihan fisik (Lemone, 2016).
Hipertensi merusak sel endotel arteri, kemungkinan disebabkan oleh kelebihan
tekanan dan perubahan karakteristik aliran darah. Kerusakan ini dapat menyerang
perkembangan plak aterosklerotik.
Diabetes mellitus berperan pada CHD dalam beberapa cara. Diabetes dikaitkan
dengan kadar lemak darah lebih tinggi, insidensi hipertensi lebih tinggi, dan
15
kegemukan. Semua factor risiko memiliki kekhasan masing-masing. Selain itu,
diabetes
memengaruhiendotelium
pembuluh
darah,
berperan
pada
proses
aterosklerosis. Hiperglikemia dan hyperinsulinemia, perubahan fungsi trombosit,
kenaikan kadar fibrinogen, dan inflmasi juga berperan pada perkembangan
aterosklerosis pada orang diabetes.
Kadar tinggi LDL meningkatkan aterosklerosis karena LDL menyimpan kolesterol
pada dinding arteri. Sebaliknya, lipoprotein densitas tinggi membantu membersihkan
kolesterol dari arteri, dengan mengirim kolesterol ke hati untuk ekskresi. Kadar HDL
diatas 35 mg/dl mempunyai efek perlindungan, yang mengurang I risiko CHD;
sebaliknya, kadar HDL dibawah 35 mg/dl dikaitkan dengan peningkatan risiko CHD.
Trigliserida, senyawa asam lemak yang terikat pada gliserol dan dipakai untuk
simpanan lemak oleh tubuh, dibawa pada molekul lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL). Kenaikan trigliserida juga berperan pada risiko CHD (Lemone, 2016).
Merokok memperbesar risiko menjadi tiga kali lipat untuk mengalami serangan
jantung pada wanita dan dua kali lipat pada pria (Black, 2014). Risiko perokok untuk
memperparah penyakit jantung koroner jauh lebih tinggi daripada orang yang bukan
perokok (AHA, 2017). AHA juga menyebutkan bahwa Merokok adalah faktor risiko
independen yang kuat untuk kematian jantung mendadak pada pasien dengan penyakit
jantung koroner, merokok juga bertindak dengan faktor risiko lain untuk sangat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, paparan asap orang lain meningkatkan
risiko penyakit jantung bahkan untuk bukan perokok (AHA, 2017). Tar, nikotin, dan
16
karbon monoksida berkontribusi pada kerusakan. Tar mengandung hirdokarbon dan
zat karsinogenik lain. Nikotin meningkatkan pelepasan epinefrin dan norefinefrin
yang selanjutnya akan meningkatkan vasokontriksi perifer, meningkatkan tekanan
darah dan denyut jantung, konsumsi oksigen yang lebih tinggi dan peningkatan risiko
disritmia. Selain itu, nikotin mengaktifkan trombosit dan menstimulasi poliferasi otot
polos pada dinding arteri. karbonmonoksida mengurangi jumlah darah yang tersedia
pada tunika intima dinding pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas endotel
(Black, 2014).
AHA menyatakan, orang yang memiliki kelebihan lemak tubuh - terutama jika banyak
di pinggang (obesitas sentral) - lebih cenderung terkena penyakit jantung dan stroke
meski tidak memiliki faktor risiko lainnya. Orang dewasa kelebihan berat badan dan
obesitas dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, atau gula darah tinggi dapat membuat perubahan gaya hidup
menurunkan berat badan dan menghasilkan pengurangan trigliserida, glukosa darah,
HbA1c, dan risiko diabetes tipe 2 secara bermakna. Banyak orang mungkin
mengalami kesulitan menurunkan berat badan. Namun penurunan berat badan yang
bertahan hingga 3% sampai 5% dapat menyebabkan pengurangan yang bermakna
secara klinis pada beberapa faktor risiko, penurunan berat badan yang lebih besar
dapat memberi manfaat pada tekanan darah, kolesterol, dan glukosa darah (AHA,
2017).
17
Di Amerika Serikat, sekitar 25 % dewasa dilaporkan tidak memiliki waktu luang untuk
melakukan aktivitas fisik, padahal latihan aerobic teratur penting untuk mencegah
penyakit jantung dan pembuluh darah. Terdapat hubungan terbalik antara latihan dan
risiko PJK. Orang-orang yang melakukan latihan fisik memiliki risiko PJK yang lebih
rendah karena kadar HDL lebih tinggi; kadar LDL, trigliserida, dan glukosa darah
lebih rendah; sensitiivitas insulin yang lebih baik; tekanan darah yang lebih rendah;
indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah. AHA merekomendasikan aktivitas fisik
selama 30-60 menit pada beberapa hari dalam seminggu (Black, 2014)
Menurut Lemone, kurang aktivitas fisik memiliki risiko CAD lebih tinggi. Data
oenelitian mengindikasikan bahwa bahwa orang yang mempertahankan program
aktivitas fisik yang teratur cenderung lebih sedikit mengalami CAD disbanding orang
yang santai. Manfaat latihan pada kardiovaskular mencakup peningkatan ketersediaan
oksigen ke otot jantung, penurunan kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung, serta
peningkatan fungsi miokardium dan stabilitas listrik. Efek positif lain dari aktivitas
fisik teratur mencakup penurunan tekanan darah, lemak darah,kadar insulin, agregasi
trombosit, dan berat badan.
Diet adalah factor risiko CAD, asupan lemak dan kolesterol secara bebas. Diet banyak
buah, sayur, dan gandum utuh, dan asam lemak tidak jenuhtampak mempunyai efek
perlindungan. Factor penyebabnya tidak jelas, tetapi kemungkinan terkait dengan
nutrisi seperti antioksidan, asam folat, vitamin B lain, asam lemak omega-3, dan
mikronutrien lain yang belum diidentifikasi (AHA, 2017).
18
Minum alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan
risiko kardiomiopati dan stroke, kanker dan penyakit lainnya, Hal ini dapat
menyebabkan trigliserida tinggi, dan menghasilkan detak jantung tidak teratur (AHA,
2017). Konsumsi alkohol yang berlebihan berkontribusi terhadap obesitas,
alkoholisme, bunuh diri dan kecelakaan, Namun ada efek kardioprotektif dari
konsumsi alkohol moderat. Jika penderita adalah peminum alkohol, maka konsumsi
alkohol dibatasi tidak lebih dari dua minuman per hari untuk pria dan tidak lebih dari
satu gelas per hari untuk wanita.
Respon individu terhadap stres mungkin merupakan factor pendukung penyebab
CAD. Beberapa ilmuwan telah mencatat adanya hubungan antara risiko penyakit
jantung koroner dan stres dalam kehidupan seseorang, perilaku kesehatan dan status
sosial ekonomi mereka. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi faktor risiko yang
ditetapkan. Misalnya, orang yang sedang stres mungkin terlalu banyak makan, mulai
merokok atau merokok lebih banyak daripada yang seharusnya dilakukan (AHA,
2017).
2.2
Usia
Umur atau usia adalah lamanya seseorang individu mengalami kehidupan sejak lahir
sampai saat ini (Chaniago, 2002). Manurut Hurlock (1980) dalam Santrock (2011)
Dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
19
kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Hurlock juga
membagi masa dewasa menjadi tiga tahapan:
2.2.1 Dewasa Awal.
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif. Adapun perkembangan fisik, kognitif dan sosioemosi pada masa ini yaitu:
2.2.1.1 Perkembangan fisik.
Puncak performa fisik sering diraih antara usia 19 hingga 26 tahun. Dalam periode ini
juga terdapat bahaya tersembunyi – kebiasaan kesehatan yang buruk sering terbentuk
di masa ini. Menuju masa dewasa awal, penurunan dalam performa fisik juga mulai
terdeteksi pada sebagian besar individu.
Dari segi kesehatan, angka kematian individu dalam masa beranjak dewasa dua kali
lipat lebih besar dari remaja. Sebagian besarnya adalah laki-laki. Meskipun angka
kematiannya tinggi, individu-individu dalam masa beranjak dewasa mengalami
masalah kesehatan kronis lebih sedikit. Banyak dari mereka memiliki kebiasaan buruk
terkait kesehatan yang akan mempengaruhi kesehatan mereka di masa nanti.
Dari segi pola makan, obesitas menjadi sebuah masalah yang serius, 33 persen orang
amerika kelebihan berat badan hingga berisiko mengalami gangguan kesehatan.
Hereditas, jeptin, dan set point, dan factor lingkungan berpengaruh pada obesitas.
Kebanyakan diet tidak bertahan hingga jangka panjang. Bagi yang berhasil sampai
jangka panjang, itu karena mereka juga melakukan olahraga. Olahraga yang dilakukan
secara cukup dan teratur dapat memberi keuntungan fisik maupun psikologis.
20
Dari segi kebiasaan penyalahgunaan obat, pada usia pertengahan dua puluhan sering
terjadi penurunan penggunaan obat. Mabuk-mabukan di antara mahasiswa masih
menjadi perhatian utama dan dapat menyebabkan mahasiswa bolos kuliah, bermasalah
dengan polisi, dan melakukan hubungan seks tanpa pelindung. Alkoholisme adalah
gangguan yang merusak kesehatan dan relasi social individu. Beberapa orang dewasa
muda merokok. Kebanyakan orang dewasa ingin berhenti tapi terhambat oleh rasa
ketagihan mereka terhadap nikotin.
2.2.1.2 Seksualitas.
Masa beranjak dewasa adalah waktu ketika kebanyakan individu aktif secara seksual
dan akan menikah. Orang dalam masa beranjak dewasa melakukan hubungan seks
dengan lebih banyak orang dewasa muda, tapi frekuensi mereka berhubungan seks lebih
jarang. Juga, seks bebas lebih sering terjadi ketika beranjak dewasa daripada dewasa
muda.
Dalam survei seks di Amerika tahun 1994, kehidupan seksual orang dewasa amerika
digambarkan lebih konservatif dari yang dibayangkan. Preferensi seksual individu
kemungkinan besar adalah hasil dari kombinasi yang dibayangkan. Preferensi seksual
individu kemungkinan besar adalah hasil dari kombinasi factor genetis, hormonal,
kognitif, dan lingkungan.
Dengan maraknya seks bebas maka banyak bermunculan kejadian Infeksi Menular
Seksual (IMS) terutama lewat kontak seksual. IMS.
2.2.1.3 Perkembangan kognitif.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2011), berpikir formaloperasional, yang dimulai dari
usia 11 hingga 15 tahun, adalah tahap kognitif yang terahir. Meskipun jika dilihat dari
21
segi kuantitas jumlah pengetahuan orang dewasa lebih besar dari remaja, secara
kualitatif tahap perkembangan kognitif orang dewasa tidak berbeda dari remaja.
Beberapa ahli menyatakan bahwa di masa dewasa muda, idealism yang terdapat pada
tahap formal operasional mengalami kemunduran, kemudian digantikan dengan pikiran
yang lebih realistis dan pragmatis. Beberapa ahli mengusulkan adanya tahap kognitif
kelima yaitu pemikiran postformal.
Puncak kreativitas diraih di masa dewasa, seringkali di usia empat puluhan, Setelah itu
menurun. Meskipun demikian, terdapat variasi ekstensif individu untuk hasil kreatif
rentang hidup seseorang.
2.2.1.4 Karier dan pekerjaan.
Banyak anak-anak yang memiliki fantasi mengenai karier yang ideal. Di akhir usia
belasan tahun dan awal dua puluhan, pemikiran karier mereka sudah lebih serius. Di
awal hingga pertengahan dua puluhan, ada banyak individu yang telah menyelesaikan
pendidikan atau pelatihannya dan memulai sebuah karier. Di sisa masa dewasa awal,
mereka berusaha memulai dan meniti karirnya.
Damon berpendapat bahwa terlalu banyak individu belum menemukan jalan dan tujuan
dalam perkembangan karier mereka. Ia menyimpulkan bahwa banyak individu terlalu
sering hanya focus pada tujuan jangka pendek dan tidak mengeksplorasi gambaran
besar dan jangka panjang tentang apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup.
2.2.1.5 Stabilitas dan perubahan emosi.
Kaitan antara tempramen masa kanak-kanak dan kepribadian orng dewasa bisa
bervariasi, tergantng pada konteks pengalaman individual. Level aktivitas dimasa
kanak-kanak awal berkaitan dengan sifat yang ramah di masa dewasa muda.
22
Dibandingkan remaja, orang yang telah mencapai dewasa muda memiliki suasana hati
yang tidak mudah berubah-ubah, cenderung lebih bertanggung jawab dan lebih jarang
terlihat dalamtindakan-tindakan berisiko. Pada beberapa kasus, beberapa dimensi dari
temperament di masa kanak-kanak berhubungan dengan masalah-masalah di masa
dewasa awal.
Ada tiga dimensi yang menjadi karakteristik keekatan pada orang dewasa: kelekatan
yang aman, kelekatan yang menghindar, dan kelekatan pencemas. Gaya kelekatan
dimasa dewwasa berkaitan dengan sejumlah pola relasi dan hasil perkembangan.
Sebagai contoh, orang dewasa yang punya kelekatan aman sering kali menunjukkan
pola relasi yang lebih positif dibandingkan orang dewasa yang punya kelekatan tidak
aman. Di samping itu, orang dewasa yang mengembangkan kelekatan menghindar dan
pencemas cenderung lebih depresif dibandingkan prang dewasa yang punya kelekatan
aman.
2.2.1.6 Ketertarikan, cinta, dan relasi dekat.
Kebaiasaan mendahului terjadinya relasi dekat. Seoramg individu suka berhubungan
dengan orang yang serupa dengannya. Persamaan dalam atribut-atribut kepribadian
mungkin secara khusus penting dalam sebuah relasi yang berhasil. Ketertarikan fisik
biasanya paling penting dalam awal suatu relasi, dan kriteria untuk ketertarikan fisik
dapat bervariasi di berbagai budaya dan sejarah waktu yang berbeda.
Tipe-tipe cinta yang berbeda mencakup persahabatan, cita romantic, cinta afektif, dan
cinta sempurna. Persahabatan memiliki peran yang penting dalam perkembangan orang
dewasa khususnya dalam konteks dukungan emosional. Cinta romantis juga disebut
cinta gairah, mencakup hasrat, seksualitas, dan campuran emosi, yang tidak semuanya
23
positif. Cinta afektif juga disebut cinta karena kedekatan, biasanya menjadi lebih
penting ketika relasi semakin matang.
Berakhirnya relasi akrab dapat menjadi sebuah peristiwa yang traumatis, namun pada
beberapa individu, pengalaman ini dapat menimbulkan kebahagiaan dna perkembangan
pribadi. Bagi sebagian besar individu, berakhirnya percintaan itu menyakitkan dan
melibatkan emosi yang intens.
2.2.1.7 Gaya hidup.
Kini, hidup sendirian telah menjadi gaya hidup yang semakin banyak kita jumpai. Salah
satu keuntungan dari hidup sendirian adalah otonomi. Adapun tantangan yang dihadapi
orang dewasa yang hidup sendirian biasanya berkaitan dengan keintiman, kesepian, dan
menemukan identitas yang positif di tengah masyarakat yang berorientasi pada
perkawinan.
Di Amerika Serikat, usia pernikahan individu semakin lama semakin meningkat.
Terlepas dari penurunaj jumlah angka pernikahan, sebagian besar orang memilih untuk
menikah. Keuntungan pernikahan adalah tercapainya kesehatan fisik dan mental yang
lebih baik dan kehidupan yang lebih panjang
Jumlah angka perceraian di amerika serikat meningkat di abad 20 namun mulai
menurun sejak 1980 an. Perceraian bersifat kompleks dan emosional. Baik pria maupun
wanita yang bercerai bisa mengalami kecemasan, dan kesulitan memulai relasi baru.
Ketika orang dewasa menikah lagi, oang dewasa pria cenderung melakukannya lebih
cepat disbanding orang dewasa wanita. Menikah lagi memberikan keuntungan juga
masalah kepada orang dewasa. Keluarga yang terbentuk karena pernikahan lagi lebih
tidak stabil dibandingkan pernikahan pertama dna orang dewasa yang menikah lagi
24
memiliki kesehatan mental yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa di pernikahan
pertama, meskipun menikah kembali bisa memperbaiki status finansial (terutama
wanita). Keluarga tiri terbentuk dalam berbagai bentujk dan ukuran.
2.2.2 Dewasa Menengah.
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni
saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas Nampak pada setiap
orang. Adapun perkembangan fisik, kognitif dan sosioemosi pada masa ini yaitu:
2.2.2.1 Perkembangan fisik.
Perubahan fisik di usia paruh baya berlangsung secara bertahap. Factor-faktor genetic
dan gaya hidup memainkan peran penting dalam menentukan apakah dan kapankah
penyakit krnik akan muncul. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dimasa dewasa
menengah dapat mencakup perubahan yang terlihat secara jelas dalam penampilan fisik
(kerutan, bercak penuaan); ketinggian (menurun) dan berat tubuh (meningkat);
kekuatan, persendian, dan tulang; penglihatan dan pendengaran; system kardiovaskuler;
paru-paru; dan tidur.
Di usia paruh baya, frekuensi kecelakaan menurun dan individu sudah tidak terlalu
mudah terkena flu dan alergi. Penyakit-penyakit kronis yang jarang muncul di masa
dewasa awal, meningkat di masa dewasa menengah, den menjadi lebih umum di masa
dewasa akhir. Artritis menjadi penyakit kronis di usia pertengahan, diikuti dengan
hipertensi. Pria lebih banyak mederita gangguan kronis yang fatal. Sementara wanita
menderita gangguan yang tidak ftal. Fungsi system kekebalan tubuh juga menurun
seiring dengan bertambahnya usia tekanan emosional cenderung menjadi factor penting
25
yang menyebabkan penyakit kardiovaskular. Orang yang hidup dalam kondisi stress
yang kritis cenderung untuk merokok, makan berlebihan, dan tidak berolahraga. Semua
tingkah laku yang berkaitan dengan stress ini berkaitan dengan penyakit kardiovaskular.
Budaya memainkan peran penting dalam penyakit serangan jantung.
Di masa dewasa menengah, penyakit kronis adalah penyebab utama kematian.
Sebelumnya penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di masa paruh
baya. Tapi sekarang, kanker menjadi penyebab utama kematian pada usia ini
2.2.2.2 Seksualitas.
Climacteric adalah suatu transisi di usia paruh baya dimana terjadi kemunduran dalam
fertilitas. Mayoritas wanita tidak mengalami masalah-masalah fisik atau psikologis
yang berkaitan dengan menopause yang biasanya terjadi di usia akhir 40-an dan awal
50-an. Meskipun demikian menopause adalah peristiwa yang penting karena
menopause menandai berakhirnya kemampuan memperoleh anak. Hormone
Replacement Therapy (HRT) dapat menambah menurunnya level hormone reproduktif
yang dihasilkan oleh ovarium. HRT terdiri dari berbagai bentuk estrogen dan biasanya
progestin. Fakta yang ada menyatakan bahwa penggunaan HRT dalam jangka-panjang
perlu dievaluasi kembali secara serius. Pria tetap mampu memiliki anak di usia paruh
baya, meskipun level testosterone mereka menurun. Menopause pria, seperti penurunan
estrogen yang dramatis pada wanita, tidak terjadi. Perilaku seksual menjadi jarang di
masa dewasa menengah dibandingkan di masa dewasa awal.
2.2.2.3 Perkembangan kognitif.
Menurut Horn, crystalized intelligence (akumulasi dari informasi dan keterampilan)
akan terus meningkat di usia paruh baya. Sementara fluid intelligence (kemampuan
26
melakukan penalaran abstrak) akan menurun. Keempat level tertinggi (perbendaharaankata, memori verbal, penalaran induktif, dan orientasi special) terjadi di usia paruh baya.
Analisis baru-baru ini memperlihatkan adanya variasi individual di dalam kemampuan
intelektual di masa usia paruh baya dan variasi individual di dalam kemampuan
intelektual di masa usia paruh baya dan bahwa variasi pada sejumlah kemampuan
tertentu lebih dapat memprediksikan kemunduran kognitif di masa dewasa akhir
dibandingkan variasi di sejumlah kemampuan lainnya. Salthouse berargumen bahwa
penurunan jumlah fungsi kognitif dimulai di masa dewasa awal dan berlanjut sampai
usia 50-an.penurunan di beberapa aspek keberfungsian neurobiologis yang mungkin
berhubungan dengan fungsi kognitif terkait usia baru-baru iniberhasil ditemukan.
2.2.2.4 Karier, pekerjaan, dan waktu luang.
Bagi sebagian besar individu, usia setengah baya adalah masa bagi seseorang untuk
melakukan refleksi, penilaian, dan evaluasi terhadap pekerjaannyadaat ini dan
bagaimana rencananya di masa yang akan datang. Salah satu isu penting adalah apakah
individu akan melanjutkan mengerjakan tipe pekerjaan seperti yang mereka ingin
lakukan atau berganti pekerjaan atau karier.
Pada pekerja yang saat ini berada di usia pertengahan menghadapi tantangan seperti
globalisasi di dalam dunia kerja, perkembangan teknologi informasi yang cepat,
pengecilan ukuran organisasi, pension dini, keprihatinan mengenai pensiunn dan
perawatan kesehatan. Pekerjaan atau perubahan karier yang terjadi pada usia paruh baya
dapat memotivasi diri atau menjadi tekanan bagi individu. Secara khusus, waktu luang
merupakan hal yang penting bagi individu paruh baya karena di masa ini terjadi
27
perubahan fisik dan individu juga perlu mempersiapkan diri agar menjadi pension yang
aktif.
2.2.2.5 Agama dan makna hidup.
Agama merupakan dimensi yang penting bagi sebagian besar kehidupan orang
Amerika. Wanita menunjukkan minat terhadap agama yang lebih kuat dibandingkan
pria. Meskipun demikian kita juga perlu memperhatikan perbedaan individu di dalam
hal minat agama.
Dalam beberapa kasus, agama dapat memiliki kaitan negative dengan kesehatan fisik.
Hal ini misalnya kultus atau sekte agama mencegah individu untuk memperoleh
perawatan medis. Dalam agama besar, agama biasanya memperlihatkan hubungan
positif atau tidak memiliki hubungan dengan kesehatan fisik. Agama dapat memainkan
peran penting di bagi individu untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
2.2.2.6 Stabilitas dan perubahan.
Model kepribadian kumulatif menyatakan bahwa susia, kepribadian menjadi lebih
stabil. Perubahan sifat kepribadian terjadi lebih banyak di masa dewasa awal
dibandingkan di masa dewasa menengah dan akhir, akan tetapi sejumlah aspek
kepribadian terus berubah setelah masa dewasa awal. Perubahan sifat kepribadian
selama masa dewasa terjadi dalam arah yang positif. Merefleksikan kematangan social.
Di level individu, perubahan kepribadian sering kali dikaitkan dengan pengalaman
hidup yang berkaitan dengan periode perkembangan tertentu. Beberapa orang lebih
banyak berubah dibandingkan orang yang lain.
28
2.2.2.7 Relasi akrab.
Cinta afektif meningkat di usia paruh baya, khususnya pernikahan yang telah
berlangsung selama bertahun-tahun. Mayoritas orang dewasa di usia pertengahan yang
menikah menyatakan bahwa pernikahan mereka itu baik atau sempurna. Para peneliti
baru-baru ini menemukan bahwa bahaya perceraian di masa kehidupan paruh baya bisa
jadi lebih sedikit dan tidak begitu intens dibandingkan perceraian yang terjadi di masa
dewasa muda.
Dibandingkan menurunkan kepuasan pernikahan seperti yang diperkirakan oleh banyak
prang, sindrom empty nest dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pada kebanyakan
orang tua. Jumlah ornag dewasa muda yang kembali ke rumah dan hidup bersama
dengan orang tuanya juga ikut bertambah. Beberapa orang dewasa muda tidak
mennggalkan rumah orang tua mereka hingga usia pertengahan atau akhir 20-an karena
mereka tidak mampu menyokong kebutuhan finansial mereka sendiri.
Berkaitan dengan keluarga, relasi di antara saudara kandung terus berlangsung
sepanjang hidup. Beberapa diantara mereka memiliki relasi yang dekat, sementara yang
lain berjarak. Persahabatan terus berjalan sebagai hal yang penting di usia paruh baya.
2.2.3 Dewasa Akhir.
Masa dewasa lanjut- senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai
kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun,
tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan,
memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti kala
29
mereka masih lebih muda. Adapun perkembangan fisik, kognitif dan sosioemosi pada
masa ini yaitu:
2.2.3.1 Perkembangan fisik.
Seiring dengan bertambahnya usia, berat dan volume otak mulai menyusut. Di samping
itu, di masa dewasa pertengahan dan dewasa akhir, secara keseluruhan terjadi
kemunduran dari fungsi system saraf. Meskipun demikian, akhir-akhir ini para peneliti
menemukan bahwa orang lanjut usia dapat menghasilkan neuron-neuron baru. Dan
paling tidak sampai usia tujuh puluhan, masih mampu menghasilkan dendrit-dendrit
baru. Otak yang menjadi tua tersebut masih dapat mempertahankan plastisitas dan sifat
adaptifnya. Sebagai contoh, otak ini dapat mengkompensasi kerusakan di sejumlah area
di otak dengan mengalihkan tugas-tugasnya ke area lainnya. Berkurangnya lateraisasi
bisa jadi mencerminkan kompensasi ini. Atau juga mencerminkan berkurangnya
spesialisasi dari fungsi karena factor usia.
Menurunnya fungsi kekebalan tubuh seiring dengan bertambahnya usia telah cukup
banyak didokumentasikan. Olahraga dapat meningkatkan fungsi system kekebalan
tubuh. Tanda-tanda palingjelas dari proses penuaan adalah kulit yang berkeriput serta
bercak usia di kulit.ketika bertambah tua, seseorang menjadi lebih pendek. Setelah
berusia 60 tahun, berat tubuh mereka berkurang karena jumlah otot menurun.
Pergerakan orang lanjut usia juga menurun dalam berbagai tugas.
Dalam perkembangan sensori terjadi penurunan ketajaman visual, penglihatan terhadap
warna, dan persepsi kedalaman seiring bertambahnya usia khususnya setelah berusia
>75 tahu. Lensa mata yang menguning, mengurangi kemampuan diferensiasi terhadap
warna. Kemampuan melihat bagian tepi dari medan penglihatan juga berkurang.
30
Menurunnya fungsi penglihatan yang menyangkut silau ini merupakan ciri khas untuk
orang-orang berusia 75 tahun atau lebih, dan bahkan lebih parah lagi pada orang-orang
berusia 85 tahun keatas. Tiga penyakit yang mengganggu penglihatan mata orang
dewasa adalah katarak, glukoma, dan generasi macular. Berkurangnya pendengaran
dapat dimulai di usia pertengahan namun hal ini menjadi parah hingga akhir masa
dewasa. Alat bantu dengar dapat mengurangi masalah-masalah pendengaran bagi
banyak orang lanjut usia. Penciuman dan cita rasa dapat menurun. Meskipun penurunan
minimal dapat terjadi pada orang lanjut usia yang sehat. Perubahan-perubahan dalam
sensitivitas terhadap sentuhan yang berkaitan dengan proses penuaan, belum menjadi
masalah bagi sebagian besar orang lanjut usia. Sensitivitas terhadap rasa sakit menurun
di masa dewasa akhir.
Gangguan kardiovaskuler meningkat di masa dewasa akhir. Tekanan darah tinggi yang
terus terjadi harus disembuhkan untuk mengurangi resiko terjadinya stroke, serangan
jantung, dan penyakit ginjal. Kapasitas paru-paru menurun seiring dengan
bertambahnya usia, namun orang lanjut usia dapat meningkatkan fungsi paru-paru
mealui latihan memperkuat diafragma
2.2.3.2 Seksualitas.
Proses penuaan di masa dewasa akhir juga melibatkan sejumlah perubahan dalam
performa seksual, terutama pada pria dibandingkan wanita. Meskipun demikian, hingga
kini, batas untuk aktivitas seksual belum diketahui.
2.2.3.3 Kesehatan.
Seiring dengan bertambahnya usia, kemungkinan terkena penyakit cenderung
meningkat. Penyakit-penyakit kronis jarang terjadi di masa dewasa awal, meningkat di
31
masa dewasa pertengahan dan menjadi lebih umum di masa dewasa akhir. Penyakit
kronis yang paling umum di masa dewasa akhir adalah artritis. Hampir tiga perempat
orang-orang lanjut usia meninggal karena penyakit jantung, kanker, atau stroke.
Osteoporosis adalah factor utama yang menyebabkan banyak orang lanjut usia berjalan
dengan menggunakan alat bantu; secara khusus wanita rentan terhadap penyakit ini.
Kecelakaan biasanya lebih banyak dialami oleh orang yang lebih tua dibandingkan
orang yang lebih muda.
Dalam hal olahraga, keuntungan-keuntungan olahraga telah didemonstrasikan secara
jelas pada orang-orang
lanjut
usia.
Olahraga aerobic dan angkat
beban
direkomendasikan pada orang dewasa jika secara fisik mereka mampu melakukannya.
Terdapat kekhawatiran pada orang dewasa yang tidak memperoleh vitamin dan mineral
secara memadai, khususnya pada wanita. Pembatasan kalori pada hewan dapat
meningkatkan masa hidup hewan, namun belum diketahui apakah hal ini bekerja pada
manusia. Pada manusia, kelebihan berat tubuh dikaitkan dengan meningkatnya angka
kematian. Sebagian besar ahli nutrisi merekomendasikan keseimbangan yang baik
dalam hal diet rendah lemak pada orang lanjut usia, meskipun diet rendah kalori yang
ekstrem tidak direkomendasikan. Kontroversi yang ada adalah yang menyangkut
vitamin C khsusnya anti oksidan dari vitamin C, vitamin E, dan beta karotin dapat
memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kesehatan pada orang lanjut usia.
Riset belakangan ini menemukan kaitan antara vitamin B dengan performa kognitif
yang positif pada lanjut usia.
32
2.2.3.4 Perubahan kognitif.
Baltes dalam Santrock (2011) menekankan pembedaan antara mekanika kognitif
(arsitektur neurofisiologis, termasuk otak) dan pragmatic (perangkat lunak berbasis
budaya dan pikiran). Pada orang-orang lanjut usia, mekanika kognitif cenderung
mengalami kemunduran dibandingkan pragmatic kognitif. Para peneliti telah
menemukan bahwa dimensi sensori/ motor dan dimensi kecepatan pemrosesan
cenderung mengalamikemunduran di usia lanjut. Baru-baru ini istilah fluid mechanics
dan crystallized pragmatics sudah digunakan masing-masing untuk menjelaskan
mekanika kognitif dan pragmatic kognitif.
Beberapa perubahan dalam atensi terjadi di masa dewasa. Untuk atensi selektif, orang
dewasa lanjut usia berjalan lebih buruk dibandingkan orang dewasa yang lebih muda
secara keseluruhan; akan tetapi, ketika tugas-tugas yang diberikan sederhana dan
latihan yang cukup diberikan, perbedaan usia yang terjadi menjadi lebih kecil.
Demikian pula, untuk atensi terbagi, untuk tugas-tugas sederhana perbedaan usia
dewasa yang terjadi juga kecil, tapi untuk tugas yang sulit, orang dewasa lanjut usia
menunjukkan performa yang lebih buruk daripada orang dewasa yang lebih muda.
Orang dewasa lanjut usia menunjukkan performa yang sama baiknya dengan orang
dewasa yang lebih muda dalam ukuran sederhana dari astensi yang berkesinambungan,
tidak begitu baik dalam tugas-tugas yang kompleks. Orang dewasa yang lebih muda
memiliki memori episodik yang lebih baik daripada orang dewasa lanjut usia. Terkait
dengan memori semantik, orang dewasa lanjut usia mengalami kesulitan lebih besar
dalam mengingat informasi semantik, tapi mereka biasanya perlahan bisa
mengingatnya. Para peneliti telah menemukan penurunan working memory dan
33
kecepatan pemrosesan pada orang dewasa lanjut usia. Orang dewasa lanjut usia lebih
besar kemungkinannya untuk mengalami penurunan memori eksplisit dibandingkan
memori implisit. Memori prospektif meliputi mengingat hal apa yang akan dilakukan
di waktu mendatang, dan hubungan antara memori prospektif dan penuaan adalah hal
yang rumit. Semakin banyak studi yang menemukan bahwa keyakinan orang tentang
memori memainkan peran penting dalam performa memori mereka. Faktor nonkognitif
seperti kesehatan, pendidikan, dan status sosial ekonomi berkaitan dengan memori pada
orang dewasa lanjut usia.
Pengambilan keputusan tetap terpelihara dengan baik pada orang dewasa lanjut usia.
Kearifan adalah pengetahuan ahli tentang aspek praktis dari kehidupan yang
memungkinkan penilaian yang sempurna tentang hal-hal yang penting. Baltes dan
kolega-koleganya menemukan bahwa tingkat kearifan yang tinggi adalah hal yang
jarang, kerangka waktu remaja akhir dan masa dewasa awal adalah jendela utama
munculnya kearifan, faktor-faktor selain usia juga penting untuk berkembangnya
kearifan, dan faktor-faktor terkait kepribadian adalah prediktor kearifan yang lebih baik
dibandingkan faktor-faktor kognitif seperti inteligensi. Sternberg berargumen bahwa
kearifan meliputi baik aspek akademis dan praktis dari inteligensi. Teori
keseimbangannya menekankan pada pembuatan keputusan yang kompeten yang
berhubungan dengan kepentingan diri, kepentingan pihak lain, dan konteks untuk
menciptakan hal yang baik bagi semua pihak Generasi-generasi berikutnya di Amerika
sudah terdidik lebih baik. Pendidikan berkorelasi secara positif dengan skor tes
inteligensi. orang dewasa lanjut usia bisa kembali mengenyam pendidikan untuk
berbagai alasan. Generasi-generasi selanjutnya sudah memiliki pengalaman pkeraan
34
yang mencakup penekanan yang lebih kuat pada pekeriaan yang berorientasi kognitif.
Meningkatnya penekanan pada pem informasi dalam pekeraan dapat meningkatkan
kemampuan intelektual individu. Kesehatan yang baru berhubungan dengan performa
tes inteligensi yang menurun pada orang dewasa lanjut usia. Latihan dan olahraga
dihubungkan dengan keberfungsian kognitif yang lebih tinggi pada orang dewasa lanjut
usia.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang lanjut usia yang terlibat dalam aktivitasaktivitas kognitif, khususnya aktivitas yang menantang, memiliki fungsi kognitif yang
lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menggunakan keterampilan kognitifnya.
Terdapat dua kesimpulan utama yang diperoleh dari penelitian mengenai pelatihan
keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia: (1) Pelatihan dapat meningkatkan
keterampilan kognitif orang-orang lanjut usia, dan (2) di masa dewasa akhir terjadi
sejumlah kemunduran dalam hal kekenyalan. Baru-baru ini, terdapat perhatian terhadap
neurosains kognitif proses menjadi tua yang berfokus kaitan antara usia, otak, dan
fungsi kognitif. Bidang ini terutama mengandalkan FMRI dan PET untuk mengukur
fungsi otak ketika individu terlibat dalam tugas-tugas kognitif Salah satu penemuan
yang paling konsisten dalam bidang ini adalah penurunan dalam fungsi bagian tertentu
di korteks prefrontal pada orang dewasa lanjut usia dan kaitan antara penurunan ini dan
kinerja yang menurun untuk penalaran kompleks, memori kerja, dan memori episodik.
2.2.3.5 Perkembangan Bahasa.
Bagi banyak individu, pengetahuan mengenai kata-kata dan makna kata terus tidak
mengalami perubahan atau bahkan mengalami peningkatan di masa dewasa akhir.
Namn, beberapa penurunan keterampilan berbahasa bisa terjadi dalam penggunaan
35
kata-kata untuk berkomunikasi, memahami pidato, keterampilan fonologis, dan
beberapa aspek diskursus. Hal ini merupakan konsekuensi dari kemunduran dalam
pendengaran atau memori kecepatan pemrosesan informasi, atau penyakit.
2.2.3.6 Pekerjaan dan pension.
Kini, persentase laki-laki berusia 65 tahun ke atas yang terus bekerja purna-waktu, lebih
sedikit dibandingkan diawalabad ke-20. Perubahan yangpenting dalam pola kerja
orang-orang lanjut usia ini adalah meningkatnya pekerjaan paruh-waktu. Beberapa
individu terus melanjutkan kehidupan dengan produktvitas kerja yang keras sepanjang
masa dewasa akhir.
Pilihan untuk pensiun bagi para pekerja lanjut usia merupakan sebuah gejala yang
muncul di akhir abad ke-20 di Amerika Serikat. Jalan yang ditempuh individu-individu
ketika mereka memasuki masa pensiun pada masa sekarang lebih kabur dibandingkan
di masa lalu. Individu yang paling baik menyesuaikan diri dalam masa pensiun adalah
individu yang sehat, punya penghasilan yang cukup, aktif, mendapatkan pendidikan
yang lebih baik, punya jaringan sosial teman dan keluarga yang luas, dan sudah puas
dengan hidup mereka sebelum mereka pensiun.
2.2.3.7 Perubahan mental.
Depresi sering disebut juga "demam umum" dari gangguan mental. Meskipun demikian
mayoritas orang-orang lanjut usia yang memilik gejala-gejala depresi tidak pernah
menerima penanganan kesehatan mental.
Demensia adalah sebuah istilah umum yang dikenakan untuk semua gangguan
neurologis yang gejala utamanya meliputi kemunduran fungsi mental. Penyakit
alzheimer adalah jenis demensia yang paling banyak dijumpai. Kerusakan otak yang
36
bersifat progresif, tidak dapat dipulihkan kembali ini ditandai oleh memburuknya
memori, penalaran, bahasa, dan bahkan fungsi-fungsi fisik, secara bertahap. Usahausaha khusus dilakukan untuk menemukan penyebab dari penyakit Alzheimer dan caracara yang efektif untuk menanganinya Bertambahnya amyloid plaques dan neuro
tangles pada pasien-pasien Alzheimer dapat fibrillary menjadi kunci yang penting untuk
meningkatkan pemahaman kita mengenai penyakit tersebut. Penyakit alzheimer
melibatkan kemunduran yang bertahap dan progresif, yang ditandai oleh defisiensi
asetilkolin yang mempengaruhi memori. Selain itu, pada penyakit alzheimer, otak
mengalami penyusutan dan kemunduran dalam bentuk plaques dan tangles, Salah satu
hal yang menjadi perhatian khusus adalah bagaimana cara merawat para pasien
Alzheimer dan beban yang dialami oleh para pengasuhnya. Disamping penyakit
alzheimer, jenis lain dari demensia adalah multi-infarct dementia dan penyakit
parkinson.
Beberapa kemunduran dan keterbatasan fisik yang menandai perkembangan di masa
dewasa akhir berkontribusi terhadap munculnya penghayatan bahwa dirinya kerentanan
dan munculnya perasaan takut diantara orang-orang lanjut usia. Hampir seperempat dari
orang- orang lanjut usia menyatakan bahwa mereka memiliki ketakutan dasar akan
menjadi korban dari kejahatan. Dibandingkan para laki-laki lanjut usia, para perempuan
lanjut usia lebih sering menjadi korban atau mengalami kekerasan.
2.2.3.8 Agama.
Banyak orang lanjut usia menjadi pemimpin spiritual di tempat ibadah dan komunitas
mereka. Minat religius meningkat di usia tua dan hal ini berkaitan dengan rasa
kesejahteraan hidup di usia lanjut.
37
2.2.3.9 Kepribadian, diri, dan masyarakat.
Kepribadian yang penuh hati-hati dan ramah meningkat di masa dewasa akhir. Tingkat
kehati-hatian, ekstraversion, dan keterbukaan terhadap pengalaman, semakin tinggi
tingkat neurotisme, afeksi negatif, pesimisme, dan pandangan negatif terhadap
kehidupan terkait dengan kematian dini di masa dewasa akhir.
Dalam sebuah studi berskala-besar, ditemukan bahwa harga-diri cenderung meningkat
hampir di seluruh masa dewasa dan kemudian menurun di usia tujuhpuluhan dan
delapan puluhan. Penelitian lebih jauh diperlukan untuk inenguji benar-tidaknya
perubahan perkembangan dalam hal harga-diri. Stabilitas pengharga-diri cenderung
menurun di antara orang-orang lanjut usia. Stabilitas penghargaan diri menurun pada
orang lanjut usia. Possible selves adalah apa yang mungkin terjadi pada seseorang, apa
yang diinginkannya, dan apa yang mereka takutkan nantinya. Possible selves berubah
selama masa dewasa akhir, dan terkait dengan keterlibatan dalam berbagai aktivitas dan
harapan hidup yang lebih lama Perubahan pada jenis penerimaan-diri terjadi selama
masa dewasa sejalan dengan penerimaan diri yang ideal dan yang sebenarnya menurun
sesuai usia, dan penerimaan terhadap masa lalu meningkat. Sebagian besar orang lanjut
usia mempertahankan kendali diri, meskipun regulasi-diri dapat berbeda sesuai domain.
Sebagai contoh, dibandingkan orang-orang muda, orang lanjut usia memperlihatkan
regulasi-diri yang lebih rendah dalam bidang fisik.
Ageisme adalah penilaian terhadap orang lain karena usianya. terlalu banyak stereotip
negatif orang lanjut usia yang terus-menerus ada. Isu-isu kebijakan sosial dalam
masyarakat yang menua mencakup status ekonomi dan ketersediaan sistem Jaminan
Sosial, asurans kesehatan, perawatan bagi orang jompo, dan ketidadkadilan
38
generasional. Perhatian yang utama adalah orang lanjut usia yang hidup dalam
kemiskinan. Tingkat kemiskinan terutama tinggi pada wanita lanjut usia yang tinggal
sendiri serta orang lanjut usia dari etnik minoritas. Kebanyakan orang lajut usia hidup
dalam masyarakat, bukan di institusi Hampir dua pertiga orang lanjut usia tinggal
dengan anggota keluarga. orang lanjut usia cenderung tidak memiliki komputer di
tempat tinggalnya dan kurang menggunakan Internet daripada orang yang lebih muda,
namun orang lanjut usia merupakan segmen pengguna Internet dengan pertumbuhan
terbesar.
2.2.3.10 Relasi keluarga dan social.
Pria lanjut usia lebih banyak yang menikah daripada wanita lanjut usia. Masa pensiun
mengubah gaya hidup pasangan sehingga memerlukan adaptasi. Orang-orang lanjut
usia yang menikah sering kali lebih bahagia dibandingkan orang-orang lanjut usia
yang tidak menikah. Bagi orang-orang lanjut usia, perceraian memiliki konsekuensi
sosial, finansial, dan fisik.. Kini semakin banyak orang lanjut usia yang hidup panjang
dan sehat, yang menikah kembali. Beberapa di antara mereka merasakan tekanan
negatif sehubungan dengan keputusan mereka untuk menikah kembali, meskipun
demikian sebagian besar anak-anak dewasa mendukung keputusannya ini. Kini jumlah
orang lanjut usia yang hidup bersama tanpa menikah juga bertambah banyak. Secara
khusus orang-orang lanjut usia menyukai sentuhan dan belaian untuk dijadikan bagian
dari relasi seksualnya.
Hampir 80 persen orang-orang lanjut usia yang tinggal bersama anak-anaknya, yang
banyak di antaranya telah memasuki usia paruh-baya. Lambat laun, karakteristik yang
terdapat pada orang tua dan anak-anak dewasa semakin bervariasi. Anak perempuan
39
dewasa cenderung lebih berperan dalam melayani orang tua yang telah lanjut usia
daripada anak laki-laki Peran penting yang bisa dilakukan oleh anak-anak yang telah
dewasa adalah mengoordinasi dan mengawasi layanan terhadap orang tua yang
mengalami kemunduran. Ambivalensi dapat mengkarakteristikkan relasi anak yang
telah dewasa dengan orang tua yang telah lanjut usia.
Karena lama hidup manusia meningkat, kini jumlah kakek-nenek dan kakek-nenek
buyut juga lebih banyak. Salah satu kontribusi yang diberikan oleh kakek-nenek buyut
adalah yang menyangkut sejarah keluarga. Sebuah studi penelitian menemukan bahwa
orang-orang muda memiliki keterlibatan lebih tinggi dengan kakek-nenek
dibandingkan dengan kakek nenek buyut.
Terdapat lebih banyak kontinuitas daripada perubahan dalam persahabatan di antara
orang lanjut usia.
Dukungan sosial berkaitan dengan meningkatnya kesehatan fisik dan mental pada
orang orang lanjut usia. Orang-orang lanjut usia yang berpartisipasi di dalam
organisasi cenderung hidup lebih panjang dipandingkan rekan-rekannya yang tingkat
partisipasinya rendah Orang-orang lanjut usia seringkali memiliki ikatan sosial yang
tidak mendalam namun memiliki motivasi yang kuat untuk meluangkan waktu
menjalin relasi dengan kawan-kawan dekat
dan anggota keluarga
yang
menyenangkan.
Altruisme berkaitan dengan usia yang panjang. Menjadi sukarelawn berkaitan dengan
kepuasan hidup yang lebih tinggi, berkurangnya depresi dan kecemasan, kesehatan
fisik yang lebih baik serta afek yang lebih positif dan kurang negatif.
40
2.2.3.11 Etnisitas, gender, dan budaya.
Orang lanjut usia etnis minoritas menghadapi beban khusus, yakni mereka harus
menghadapi beban ganda yang menyangkut ageism dan rasisme. Meskipun demikian,
besarnya beban ganda yang dialami oleh minoritas orang-orang berusia lanjut ini
cenderung bervariasi.
Terdapat bukti yang kuat bahwa seiring dengan bertambahnya usia, laki-laki
cenderung
mengembangkan sifat
yang
lebih
feminin (mengasuh,
sensitif
dibandingkan kecenderungan perempuan untuk mengembangkan sifat maskulin
(asertif). Para perempuan lanjut usia menghadapi risiko ganda yang terkait dengan
ageism dan seksisme.
Secara historis, orang-orang lanjut usia di Cina dan Jepang sangat dihormati, namun
kini status mereka bervariasi. Faktor-faktor yang memprediksikan status orang-orang
lanjut usia di berbagai budaya dapat berkisar mulai dari pengakuan terhadap
pengetahuan yang mereka miliki hingga keluarga besarnya.
2.2.3.12 Proses masa tua yang berhasil.
Kini aspek-aspek positif dari orang lanjut usia semakin banyak dipelajari. Faktorfaktor yang berkaitan dengan proses menjadi tua yang berhasil meliputi gaya-hidup
yang aktif, keterampilan penanggulangan masalah yang positif, relasi dan dukungan
sosial yang baik, serta tidak adanya penyakit.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa seiring bertambahnya usia, maka kualitas hidup
seseorang akan menjadi berkurang. Dalam penelitian Hamzah (2016), 100% pasien
penderita gagal jantung usia non produktif mengalami kualitas hidup yang kurang
dibandingkan penderita dengan usia produktif. Faridah & Dewintasari (2016) dalam
41
penelitiannya juga mengatakan bahwa penderita Diabetes mellitus usia non produktif
memiliki kualitas hidup yang lebih kurang dibandingkan dengan penderita usia non
produktif. Borqes et al (2013) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa terdapat
korelasi antara usia dengan kualitas hidup pasien, semakin tua usia pasien maka kualitas
hidup mereka semakin buruk (Barqes et al 2013).
2.3
Kualitas Hidup
2.3.1 Pengertian Kualitas Hiidup.
World Health Organization (2017) mendefinisikan Quality of Life sebagai persepsi
individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai
di mana mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan
keprihatinan mereka. Ini adalah konsep luas yang dipengaruhi secara kompleks oleh
kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, kepercayaan pribadi, hubungan sosial
dan hubungannya dengan fitur penting lingkungan mereka (WHO, 2107).
Penelitian mengenai kualitas hidup pasien dengan gangguan kardiovaskuler sudah
banyak dilakukan, salah satunya penelitian Yulianti et al mengenai “ Gambaran
kualitas hidup pasien acute coronary syndrome di Poliklinik jantung RS Al-Islam
Bandung” penelitian ini bertujuan menggambarkan kualitas hidup pasien SKA dengan
metode deskriptif kuantitatif melalui pendekatan cross sectional pada 70 responden
yang diambil secara consecutive sampling dengan instrumen seattle angina
questionnare (SAQ) menunjukkan bahwa 50% responden memiliki keterbatasan fisik
42
sedang, 47% memiliki stabilitas anggina tidak berubah, 80% memiliki frekuensi angina
sangat jarang, 67% mengungkapkan memuaskan terhadap pengobatan, dan 41%
memiliki persepsi yang buruk terhadap penyakitnya serta disimpulkan bahwa 30%
responden memiliki kualitas hidup yang rendah (Yulianti, N et al., 2012).
2.3.2 Faktor-Faktor Kualitas Hidup.
Penelitian tentang kualitas hidup pada pasien dengan penyakit PJK di Indonesia sudah
banyak dilakukan namun penelitian yang secara khusus menganalisis tentang faktor
yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien dengan PJK belum banyak dilakukan
(Nuraeni, et al 2016). Beberapa artikel yang diteliti oleh Yaghoubi (2012), terdapat
beberapa factor penting yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien gangguan
kardiovaskular yaitu:
2.3.2.1 Jenis Kelamin.
Peran jenis kelamin telah dianggap sebagai faktor efektif dalam sebagian besar
penelitian yang diteliti (Yaghoubi, 2012). Menurut Yaghoubi, banyak penelitian
mengenai kualitas hidup pasien Cardiovaskular menunjukkan hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dan kualitas hidup pasien, dengan kualitas hidup pria
lebih baik dalam banyak aspek dibandingkan dengan wanita terutama pada fungsi fisik
dan mental. Dalam penelitian Pudiarifanti (2015) mengenai “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kronik” mndapatkan bahwa
perempuan memiliki tingkat emosional yang lebih baik daripada laki-laki.
43
2.3.2.2 Usia.
Usia merupakan salah satu variabel penelitian yang menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kualitas hidup pada sebagian besar penelitian, dengan bertambahnya
usia, penurunan yang signifikan terjadi pada kualitas hidup pasien (Yaghoubi, 2012).
Penelitian Quinten mengungkapkan fakta bahwa pasien dengan penyakit kronik
terutama kanker memiliki kualitas hidup yang berbeda seiring dengan perubahan usia,
pasien kanker pada usia muda memiliki masalah keuangan, fungsi social dan peran yang
lebih buruk, sementara kelompok usia tua memiliki lebih banyak kehilangan nafsu
makan (Quinten, 2015).
2.3.2.3 Pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.
Status pendidikan yang lebih tinggi, memiliki pekerjaan, dan menikah memiliki
hubungan yang signifikan dengan memperbaiki beberapa aspek dalam kualitas pasien
jantung dalam beberapa penelitian (Yaghoubi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan di
Singapura menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan dan depresi secara signifikan
dapat memprediksi kondisi fisik pasien sedangkan umur, kecemasan dan depresi dapat
memprediksi kesehatan mental pasien dengan penyakit jantung (Muhammad et al.,
2014).
2.3.2.4 Latar belakang penyakit dan riwayat penyakit keluarga.
Penelitian Yaghoubi yang mereview beberapa penelitian mengenai kualitas hidup
pasien jantung menemukan fakta bahwa penderitaan beberapa penyakit yang melatar
belakangi (Hipertensi, diabetes, hiperlipidemia) dan riwayat keluarga penyakit jantung
pada beberapa penelitian yang diselidiki memiliki hubungan yang signifikan dengan
44
kualitas hidup pasien. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang
signifikan.
2.3.2.5 Durasi penderitaan, frekuensi rawat inap.
Durasi penyakit jantung yang diderita dan frekuensi rujukan atau frekuensi rawat inap
merupakan faktor penting dalam sebagian besar penelitian yang memiliki hubungan
signifikan dengan penurunan kualitas hidup pasien (Yaghoubi, 2012).
2.3.2.6 Faktor lain.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien jantung seperti kualitas
tidur, merokok, pelatihan pasien yang tidak memadai mengenai penyakit mereka,
metode pengobatan, fraksi ejeksi jantung, dan tingkat dukungan social (Yaghoubi,
2012).
Nuraeni, et al (2016), menyimpulkan beberapa factor yang mempengaruhi kualitas
hidup pada pasien penyakit jantung koroner, antara lain:
2.3.2.7 Cemas.
Masalah psikososial yang dialami oleh pasien dengan penyakit kronis adalah cemas,
depresi, kemarahaan, dan keputusasaan. Cemas dan depresi yang dialami oleh pasien
PJK menurut Amin, Jones, Nugent, Rumsfeld, dan Spertus (2006) dapat terjadi karena
diagnosis dokter tentang penyakit serius, status kesehatan yang memburuk, intervensi
pengobatan, dan kekambuhan gejala yang berulang.
Stres, cemas maupun depresi secara langsung dapat memengaruhi jantung. Berawal dari
stimulasi sistem saraf simpatis kemudian akan meningkatkan heart rate (HR), kecepatan
konduksi melalui AV node, dan kekuatan kontraksi atrial dan ventrikel jantung serta
vasokonstriksi pembuluh darah yang akan mengaktifkan sistem renin angiotensin.
45
Kondisi tersebut akan meningkatkan kebutuhan supply oksigen di jantung, sedangkan
pasien dengan PJK memiliki gangguan dalam aliran darah koroner dengan kata lain
kebutuhan oksigen yang meningkat tersebut sulit untuk terpenuhi (Lewis, Heitkemper,
& Dirksen, 2010; Monahan, Sands, Neighbors, Marek, & Green, 2007 dalam Nuraeni,
et al 2016). Efek yang muncul akibat dari gangguan pemenuhan oksigenasi dapat
berupa nyeri dada, sesak, intoleransi aktivitas dan meningkatkan pula stress ataupun
kecemasan yang sudah dialami sebelumnya (Nuraeni, et al 2016)
2.3.2.8 Depresi.
Depresi merupakan faktor yang memengaruhi yang paling signifikan terhadap kualitas
hidup. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan hal ini dapat terjadi salah
satunya berkaitan dengan serotonin. Di dalam neuron keberadaan serotonin yang
berikatan dengan reseptor serotonin dapat mengaktivasi sinyal kimiawi yang dipercaya
dapat memengaruhi fungsi psikologis seseorang (pengaturan mood, hasrat seksual,
tidur, nafsu makan) (Belmaker & Agam, 2008). Serotonin secara eksklusif disimpan
dalam sirkulasi platelet di perifer (Markovitz & Matthews, 1991 dalam Sanner, 2011).
PJK sangat erat kaitannya dengan injuri vaskuler, dan platelet akan melakukan agregasi
dalam merespon hal ini termasuk didalamnya serotonin yang tersimpan dalam platelet
(platelet serotonin). Platelet serotonin ini menstimulasi agregasi platelet lebih lanjut
pada tempat injury tersebut dan berkontribusi terhadap perkembangan thrombosis
(Libby & Théroux, 2005). Thrombosis yang terbentuk dapat menyebabkan sumbatan
baru pada arteri koroner dan menimbulkan serangan baru pada penderita (Nuraeni, et al
2016).
46
2.3.2.9 Revaskularisasi jantung.
Revaskularisasi adalah suatu tindakan membuka sumbatan yang terjadi pada pasien
dengan PJK. Tindakannya dapat berupa terapi trombolitik, percutaneous coronary
intervension (PCI) dan coronary artery by pass graft (CABG). Revaskularisasi
merupakan faktor positif yang mampu meningkatkan kualitas hidup pasien PJK.
Dengan terbukanya kembali aliran darah koroner hal ini dapat meningkatkan perfusi
pada otot jantung sehingga dapat meningkatkan kembali cardiac output (CO) yang
terganggu
akibat
gangguan kontraktilitas
miokard.
Peningkatan CO
dapat
meningkatkan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh
sehingga metabolisme dapat berjalan dengan baik lebih lanjut hal ini akan
meningkatkan kemampuan fisik pasien, menurunkan frekuensi angina, meningkatkan
persepsi yang baik terhadap penyakit, serta meningatkatkan kepuasaan terhadap
pengobatan. Peningkatan dari parameter tersebut akan berpengaruh terhadap
peningkatan skor kualitas hidup pasien. Namun demikian sumbatan dapat kembali
terjadi pada pasien yang sudah menjalani terapi revaskularisasi jantung terutama pada
pasien yang tidak menjalankan pola hidup sehat termasuk didalamnya ketidakmampuan
dalam mencegah timbulnya cemas dan depresi.
2.3.3 Pengukuran Kualitas Hidup.
Instrumen penilaian kualitas hidup secara garis besar dibagi menjadi 2 macam, yaitu
instrumen umum (generic scale) yang digunakan untuk menilai secara umum mengenai
kemampuan fungsional, ketidakmampuan, kekhatiran yang timbul akibat penyakit yang
diderita dan instrumen khusus (spesific scale) yang digunakan untuk mengukur sesuatu
47
yang khusus dari penyakit, populasi tertentu atau fungsi yang khusus misal emosi
(Tinartayu, 2015).
Instrumen umum yang sering digunakan yaitu WHOQOL (World Health Organization
Quality of Life) yang menilai kualitas hidup menggunakan 4 aspek yaitu:
2.3.3.1 Kesehatan fisik.
Domain kesehatan fisik secara garis besar menjelaskan aspek-aspek yang berhubungan
dengan kesehatan fisik. Domain ini, terdiri dari atas tujuh facet yaitu Pain and
discomfort, Energy and fatigue, Sleep and rest, Activities, Medication, Work, dan
Mobility.
2.3.3.2 Psikologi.
Domain psikologis merupakan domain-domain yang terkait dengan kondisi psikologis
seseorang yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Domain ini terdiri atas enam facet
yaitu Positive feelings, Thinking, learning, memory, concentration, Self-esteem, Body
image and appearance, Negative feelings, Spirituality.
2.3.3.3 Hubungan social.
Domain ini terdiri atas tiga facet yaitu Personal relationship, Social support, Sexual
activity.
2.3.3.4 Lingkungan.
Domain ini terdiri atas delapan facet yaitu Physical safety and security, Home
environment, Financial resources, Health and social care (availability and quality),
Opportunities for acquiring new information and skills, Participation in and
48
opportunities for recreation and leisure, Physical environment (pollution/ noise/ traffic/
climate), Transport.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO, ditemukan bahwa keempat domain
kualitas hidup memiliki kontribusi yang signifikan pada kualitas hidup, dengan kata
lain, domain-domain tersebut mempengaruhi kualitas hidup. Hal ini menunjukkan
bahwa keempat domain tersebut harus seluruhnya diperhitungkan dalam mengukur
kualitas hidup seseorang (WHO, 1998).
Adapun kuesioner lainnya yang juga sudah teruji dalam mengukur kualitas hidup yaitu
Short Form -36. SF-36 adalah salah satu instrumen pengukuran kualitas hidup secara
khusus yang dapat digunakan pada berbagai macam kondisi ataupun penyakit kronis.
SF – 36 merupakan suatu kuisioner yang berisikan 36 pertanyaan yang dikembangkan
oleh para peneliti dari Universitas Santa Monica dan bertujuan untuk melakukan
penilaian terhadap status kesehatan seseorang. Dari ke 36 pertanyaan yang ada
merupakan penjabaran dari 8 aspek penilaian, yaitu (Ware & Sherbourne, 1992):
1) Kesehatan fisik secara umum
2) Keterbatasan peran akibat kesehatan fisik
3) Keterbatasan peran karena masalah emosional
4) Energi / kelelahan
5) Kesehatan mental emosional secara umum
6) Fungsi social
7) Rasa sakit seluruh tubuh
49
8) Pandangan kesehatan secara umum
Dari kedeelapan dimensi tersebut dapat dikelompokkanmenjadi dua komponen besar
yaitu komponen fisik dan komponen mental. Kuisioner SF-36 memiliki skor yang
berkisar antara 0-100, dimana semakin tinggi skor menunjukkan semakin baiknya
kualitas hidup (Kranciukaite & rastenyte, 2006)
Metode untuk menentukan skoring dari tiap-tiap item pertanyaan di dalam kuesioner
SF-36 adalah berdasarkan table referensi berikut ini:
a. Menentukan skor dari jawaban tiap-tiap item pertanyaan sesuai dengan nomor. Dalam
melakukan penghitungan terhadap skor kualitas hidup dengan menggunakan kuisioner
SF – 36 digunakan daftar nilai seprti yang tertera dalam Tabel 2.1.
Tabel: 2.1 Skor penilaian SF-36
Nomor Soal
Respon kategori
Nomor Pertanyaan
1, 2, 20, 22, 34, 36
1
2
3
4
5
100
75
50
25
0
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
1
2
3
0
50
100
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19
1
2
0
100
21, 23, 26, 27, 30
1
2
3
4
5
6
100
80
60
40
20
0
50
Nomor Soal
Respon kategori
Nomor Pertanyaan
24, 25, 28, 29, 31
1
2
3
4
5
6
0
20
40
60
80
100
32, 33, 35
1
2
3
4
5
0
25
50
75
100
Sumber: RAND, 2009
b. Sementara itu untuk skor akhir dilakukan penghitungan nilai rata – rata dari setiap
pertanyaan yang mewakili suatu dimensi tertentu (fungsi fisik, peranan fisik, peranan
emosi, kesehatan jiwa, energi, fungsi sosial, nyeri, kesehatan umum), dan selanjutnya
dari ke delapan dimensi tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 komponen besar
yaitu komponen skor fisik dan komponen skor mental denagn menghitung rata-rata
dari skor setiap dimensi yang mewakilinya (RAND, 2009)
Tabel: 2.2 Skala domain SF-36
Skala
Jumlah Item
Nomor Pertanyaan
10
4
3
4
5
2
2
5
1
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16
17 18 19
23 27 29 31
24 25 26 28 30
20 32
21 22
1 33 34 35 36
2
Fungsi fisik
Peran fisik
Peranemosional
Energi / kelelahan
Kesehatan mental
Fungsi social
Rasa sakit
Kesehatan secara umum
[perubahan kesehatan]
Sumber: RAND, 2009
51
Kuisioner SF – 36 telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, salah satunya bahasa
Indonesia. Validitas dari kuisioner SF – 36 telah dibuktikan pada populasi umum dan
beragam kelompok pasien. Selain itu kuisioner SF – 36 telah dipergunkan secara luas di
Indonesia untuk mengukur kualitas hidup (Hermaini, 2006). Selain itu penggunaan SF-36
ini cepat (5-10 menit) dan mudah dilakukan bahkan dapat juga dilakukan menggunakan
wawancara melalui telepon (Tinartayu, 2015).
2.4
Kerangka Teori
Berdasarkan konsep yang telah dijelaskan diatas, peneliti menyusun kerangka teori
penelitian, seperti pada skema 2.1
Skema 2.1
Kerangka teori
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
usia, jenis kelamin, genetik
Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi: hipertensi, diabetes, lemak
darah normal, merokok, obesitas, kurang
aktivitas fisik, diet, alcohol, stress
Aterosklerosis
Gangguan suplai oksigen ke jantung
CORONARY ARTERY
DISEASE
Faktor yang mempengaruhi
 Jenis elamin
 Usia
 Pendidikan, pekerjaan, St.
perkawinan
 Latar Belakang penyakit
 Dirasi penderitaan
 STEMI
 NSTEMI
 UAP
Terapi medis
KUALITAS HIDUP
Sumber: Lemone, 2016; Black, 2014; PERKI, 2015; Nuraeni,2016; Yaghoubi 2012
52
Download