PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI EKSTRAK KERING

advertisement
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI EKSTRAK KERING HERBA
KEMANGI SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI DAN
JAMUR
1)
Chaerunisa Nasrumiah, 2)Oom Komala dan 3)Ike Yulia Wiendarlina
1,3)
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
2)
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan
ABSTRAK
Tanaman kemangi merupakan tanaman yang dikenal mempunyai manfaat
diantaranya menghilangkan bau badan, masalah mulut, serta antimikroba. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan metode ekstraksi herba kemangi yang paling baik
sebagai antimikroba serta untuk menentukan konsentrasi yang paling baik dari
ekstrak herba kemangi sebagai antimikroba. Metode yang digunakan dalam
pengujian antibakteri menggunakan metode difusi kertas cakram (40%, 45%, 50%
dan 60%) Kontrol positif menggunakan amoksisilin 10 ppm dan kontrol negatif
menggunakan DMSO4. Hasil penelitian didapatkan konsentrasi terbesar pada 60%
dengan metode sokletasi merupakan konsentrasi yang paling efektif yang dapat
membunuh bakteri S.mutans secara statistik sama dengan amoksisilin 10 ppm,
sedangkan esktrak herba kemangi baik metode sokletasi maupun maserasi tidak
dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata Kunci : Ekstrak Kering Herba Kemangi, Sokletasi dan Maserasi,
Streptocococcus mutans, Candida Albicans.
ABSTRACT
Hoary Basil (Kemangi) is well known had more function to treat the illness,
such as body odor, oral infection, and being anty-mycrobial agent . The purpose of
this researched were to determined the best extraxtion method and the best
cocentration of hoary basil as anty-mycrobial. The method of anty-mycrobial tested
were used disc diffusion method using a several concentration started from 40%,
45%, 50%, 55%, 60% of dried hoary basil herb extract. Amoxycillin 10 ppm for
the positive control, negative control is DMSO4. The result showed that the
concentration of 60% with soxhlet extraction method was the most effectively. As
antibacteria chould killed the S.mutans bacteria as much as amoxycillin 10 ppm.
On the other hands, hoary basil herb extract used soxhlet extraction or maceration
both of them couldn’t prevent the growth of C.albicans
Keyword : Dried Hoary Basil Herb (Kemangi), Soxhlet and maceration
method, Streptocococcus mutans, Candida Albicans.
PENDAHULUAN
Penyakit
infeksi
yang
disebabkan oleh mikroorganisme
masih sering melanda masyarakat
Indonesia, mikroba tersebut masuk ke
dalam tubuh melalui tangan dan mulut
(Reshental, 2005; Schaffner, 2007;
Cindy, 2005). Infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme salahsatunya
adalah infeksi pada mulut seperti
sariawan dan plak gigi yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus
mutans dan jamur Candida albicans.
Streptococcus
mutans
biasanya
ditemukan pada rongga gigi manusia
penyebab karies gigi, bakteri ini
mampu
menghasilkan
asam,
asidodurik, dextran (polisakarida) dan
dapat hidup dalam suasana asam, oleh
karena itu bakteri ini mampu
melarutkan email gigi (Soerodjo,
1992). Candida albicans biasanya
hidup saprofit dalam rongga mulut,
usus dan vagina, akan tetapi dalam
keadaan tertentu jamur ini dapat
berubah menjadi patogen, akibatnya
dapat menimbulkan infeksi pada mulut
seperti sariawan, penyakit sistemik
progresif dan dapat menimbulkan
infeksi pula pada mata, vagina dan
organ tubuh lainnya (Jawetz et al,
1995).
Tanaman kemangi (Ocimum
americanum L.) adalah salahsatu
tanaman obat tradisional yang
mempunyai
khasiat
diantaranya
menghilangkan bau badan serta bau
mulut, melebarkan pembuluh kapiler,
mengatasi
ejakulasi
prematur,
merangsang aktivitas saraf pusat,
menguatkan hepar, merangsang ASI,
melebarkan
pembuluh
darah,
mencegah pengeroposan tulang, serta
merangsang terbentuknya hormon
androgen dan estrogen (Herbie, 2015).
Menurut penelitian yang telah ada,
Kandungan kimia tanaman kemangi
mengandung senyawa minyak atsiri,
karbohidrat, fitosterol, flavonoid,
alkaloid, fenolik, tanin, saponin,
terpenoid, antrakuinon, lignin, pati
yang bersifat insektisida, larvasida,
fungisida, antipiretik serta antibakteri
(Nurcahyanti dkk, 2007). Kemangi
memiliki kandungan minyak atsiri
berupa sitral yang berpotensi sebagai
antibakteri dan memiliki daya hambat
sebesar 23, 7 mm (Rubiyanto 2012).
Herba kemangi juga mengandung
flavonoid yang bersifat antibakteri.
Flavonoid dapat menghambat sintesis
asam nukleat, menghambat fungsi
membran sitoplasma dan menghambat
metabolisme energi sel bakteri dan
jamur (Cushnie and Lamb, 2005).
Hasil penelitian lain menyebutkan
bahwa bahan antibakteri daun
kemangi lebih efektif terhadap bakteri
Gram positif dibandingkan terhadap
bakteri Gram negatif termasuk
diantaranya adalah Streptococcus
mutans (Joshi et al., 2009). Hasil
penelitian Atikah (2012) menyebutkan
bahwa tanaman kemangi mampu
menghambat pertumbuhan mikroba
pada konsentrasi 1000 µg/ml pada
bakteri Staphylococcus aureus dan
jamur Candida albicans.
Penelitian yang dilakukan oleh
Novita (2007) menyatakan bahwa
ekstraksi kemangi yang dilakukan
dengan metode ekstraksi penyulingan
menghasilkan ekstrak minyak atsiri
yang terbanyak. Metode ekstraksi
dalam penelitian ini dibagi ke dalam 2
cara yaitu cara panas dan cara dingin,
keduanya memiliki prinsip kerja yang
berbeda. Soxhlet merupakan metode
ektraksi
cara
panas
dengan
keunggulan
yaitu
dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru
serta jumlah pelarut yang konstan
dengan adanya pendinginan balik,
sedangkan
maserasi
merupakan
metode ekstraksi cara dingin yang
dilakukan pada suhu kamar,sehingga
kerusakan atau degradasi metabolit
dapat diminimalisasi (Hanani, 2016).
Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan efektifitas herba
kemangi dengan dua cara tersebut
untuk mengetahui yang lebih
berpotensi sebagai antimikroba.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dari
bulan Agustus sampai September
2016 di laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah herba kemangi
(Ocimum americanum L.), aquadest,
Streptococcus
mutans, Candida
albicans Nutrient agar, etanol 70%,
Potato dextrose agar, Ketokonazol,
Amoksisilin, Asam asetat anhidrat,
Asam sulfat, Kloroform, Asam
klorida, Serbuk magnesium.
Alat alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain :
Cawan
petri,
Tabung
reaksi,
mikroskop, kaca objek, spiritus,
Neraca digital, batang pengaduk, labu
ukur, pipet tetes, ose, api bunsen, gelas
ukur, labu ukur, beaker glass, batang
pengaduk, corong, kertas whatman,
pipet tetes, botol semprot, oven,
autoklaf, alat soxhlet, inkubator.
Ekstraksi Metode Sokletasi
Sebanyak 300 gram serbuk
herba kemangi dimasukan ke dalam
ke dalam alat soxhlet, kemudian
ditambahkan sebanyak 3 L pelarut
etanol 70% (1:10) ke dalam labu
soxhlet, lalu dilakukan proses
sokletasi pada temperatur 78℃
sehingga tidak terjaddi perubahan
warna lagi pada filtrat yang dihasilkan.
Filtrat
dievaporasi
dengan
menggunakan Rotary Evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstraksi Metode Maserasi
Serbuk
simplisia
herba
kemangi sebanyak 300 g dalam 3 L
pelarut etanol 70% (1:10), kemudian
dikocok selama 10 menit setiap 6 jam
sekali dalam waktu 24 jam dan
disaring , antara filtrat dan ampas
dipisahkan,
kemudian
ampas
dimaserasi kembali menggunakan
etanol 70%, dan filtrat ditampung
dalam wadah lain dan dienaptuangkan.
Proses maserasi dilakukan selama 3
hari, kemudian semua hasil filtrat di
gabungkan
dan
dievaporasi
menggunakan Rotary Evaporator pada
suhu 30-400C sehingga diperoleh
ekstrak kental.
Pengujian Fitokimia
Alkaloid
Uji Hager
Sebanayak 1 ml Ekstrak herba
kemangi
ditambahkan
dengan
beberapa ml reagen Hager (adanya
alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan kuning).
Uji Dragendorff
1 tetes ekstrak herba kemangi
pada sepotong plat TLC yang sudah
dilapis, lalu semprot dengan reagen
dragendorff ( adanya alkaloid ditandai
dengan adanya titik noda berwarna
orange ).
Uji Wagner
Sebanyak 200 mg ekstrak
herba kemangi ditambahkan beberapa
ml asam khlorid encer 1% , lalu
tambahkan 6 tetes reagen wagner
(adanya alkaloid ditandai dengan
adanya endapan
kemerahan ).
berwarna
coklat
Flavonoid
Uji Shinoda
Sebanya 5 ml ekstrak etanol
herba kemangi ditambahkan ke dalam
1 ml asam sulfat pekat dan
ditambahkan
pula
0,5
gram
magnesium
(adanya
flavonoid
ditandai dengan perubahan warna
menjadi pink-merah).
Uji Timbal Asetat
Larutan timbal asetat 1 ml
ditambahkan ke dalam 5 ml larutan
ekstrak herba kemangi. (adanya
flavonoid ditandai dengan timbulnya
flo – flok endapan berwarna putih).
Uji Seng Hidrokhlorid
Serbuk seng dan larutan asam
khlorid pekat ditambahkan ke dalam
larutan ekstrak herba kemangi (adanya
flavonoid ditandai dengan timbulnya
perubahan warna menjadi merah).
Saponin
Sebanyak 1 ml ekstrak herba
kemangi dan 1 ml etanol dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 20 ml aquadest kedalam
tabung reaksi tersebut. Kocok selama
15 menit (adanya saponin ditandai
terbentuknya busa).
Tanin
Uji FeCl3
1 ml ekstrak etanol herba
kemangi ditambahkan 2 ml aquadest,
dimasukkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%
(adanya tanin ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru-hijau).
Uji Gelatin
Ekstrak
herba
kemangi
ditambahkan gelatin 1% yang
mengandung natrium klorid ( adanya
tanin ditandai dengan terbentuknya
endapan putih).
Terpenoid
Sebanyak 5 ml ekstrak herba
kemangi ditambahkan 2 ml kloroform,
3 ml asam sulfat pekat setetes demi
setetes hingga terbentuk lapisan
(adanya terpenoid menunujukkan
perubahan warna coklat kemerahan
pada batas antar lapisan).
Pengujian antimikroba
Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)
Sebanyak 20 ml media
Nutrient agar (28 g/L) dimasukan 1 ml
ekstrak dengan konsentrasi yang diuji,
kemudian 20 ml media Potato
Dextrose Agar (PDA) (23 g/L)
dimasukan 1 ml ekstrak dengan
konsentrasi sesuai yang di uji,
diamkan hingga memadat, kemudian
tambahkan 0,2 ml bakteri S. mutans
dengan konsnetrasi 106 dan 0, 2 ml
jamur C. albicans konsentrasi 104,
digores menggunakan ose, di inkubasi
dalam oven pada suhu 370C untuk
bakteri dan suhu 290C untuk C.
albicans, setelah diinkubasi dilihat dan
diamati adanya pertumbuhan bakteri.
Konsentrasi terendah dari ekstrak
herba
kemangi
yang
tidak
menyebabkan pertumbuhan bakteri
maupun jamur pada cawan petri
merupakan
konsentrasi
hambat
minimum (KHM) (Hadioetomo,
1985).
Uji Difusi Cakram
Uji sensitivitas dilakukan
dengan menggunakan metode difusi
Kirby Bauer. Sebanyak 0,2 ml bakteri,
masing
–
masing konsentrasi
dituangkan ke dalam media NA
hangat, lalu dihomogenkan dan
dibiarkan hingga memadat, kemudian
di letakkan kertas cakram yang telah
berisi ekstrak dengan konsentrasi
40%, 45%, 50%, 55% dan 60%,
kemudian diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam, zona bening di sekitar
cakram kemudian diamati dan diukur
menggunakan jangka sorong.
Parameter Penelitian
1. Menentukan Diameter Daerah
Hambat (DDH) dari ekstrak herba
kemangi sebagai Antimikroba.
2. Menentukan Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) dari ekstrak
herba
kemangi
sebagai
antimikroba.
3. Menentukan kandungan senyawa
yang terkandung dalam ekstrak
herba kemangi.
Analisis Data
Metode
yang
digunakan
didalam penelitian ini adalah metode
eksperimen
dengan
rancangan
percobaan analisis uji menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
untuk menentukan perbedaan lebar
daya hambat melalui 7 perlakuan
(40%, 45%, 50%, 55%, 60%,
amoksisilin 10 ppm dan DMSO4,
dilakukan 3x ulangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak cair herba kemangi
hasil sokletasi dengan pelarut etanol
70% di
evaporasi
dengan
menggunakan rotary evaporator
hingga didapatkan 69,12 g 67,22 g
serta mempunyai tekstur yang keras
dan berwarna hitam pekat. Sedangkan
ekstrak cair herba kemangi hasil
maserasi dengan pelarut etanol 70% di
dapatkan ekstrak kering sebanyak
67,22 g dan mempunyai tekstur yang
keras dan berwarna hitam, ekstrak
yang didapat dari proses sokletasi
mempunyai rendemen lebih besar
dibandingkan dengan ekstrak cara
maserasi yaitu sebanyak 69,12%, hal
ini kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jumlah pelarut,
proses pengerjaan dan lama waktu
ekstraksi.
Hasil Uji Fitokimia
Berdasarkan hasil uji fitokmia,
ekstrak herba kemangi hasil sokletasi
dan maserasi dengan menggunakan
pelarut
etanol
70%
positif
mengandung alkaloid, flavonoid,
tanin, triterpenoid, dan saponin,
sehingga ekstrak herba kemangi
memiliki potensi digunakan sebagai
antimikroba.
Tabel 1. Hasil Perbandingan Uji Fitokimia
Ekstrak Herba Kemangi
Uji
Sokletasi Maserasi
Alkaloid
+
+
Flavonoid
+
+
Tanin
+
+
Triterpenoid
+
+
Saponin
+
+
Pengujian Konsentrasi Hambat
Minimum
Hasil uji KHM ekstrak kering
herba kemangi terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans dan
jamur Candida albicans yang
dilakukan dengan 2 metode ekstraksi
yaitu
sokletasi
dan
maserasi.
Pengujian
Konsentrasi
Hambat
Minimum (KHM) dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi terkecil suatu
ekstrak yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur yang
ditandai dengan tidak adanya bakteri
yang tumbuh. Berdasarkan hasil uji
KHM ekstrak kering herba kemangi
hasil sokletasi dan maserasi terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans tampak bahwa bakteri
Streptococcus mutans masih tumbuh
pada konsentrasi 3%, 6% , 12%, 25%
hal ini menunjukkan ekstrak kering
herba kemangi pada konsentrasi 3 %,
6 %, 12 % dan 25% tidak dapat
memberikan daya hambat pada bakteri
streptococcus mutans. Ekstrak kering
herba kemangi hasil sokletasi dan
maserasi pada konsentrasi 50 %
menunjukkan adanya daya hambat
yang ditandai dengan tidak adanya
pertumbuhan bakteri streptococcus
mutans pada media agar. Konsentrasi
50% masing-masing ekstrak hasil
sokletasi dan maserasi tersebut
memiliki sifat bakteriosida, sehingga
dapat dilihat Konsentrasi hambat
Minimum (KHM) berada pada
konsentrasi 50%.
Ekstrak kering herba kemangi
cara
sokletasi
dan
maserasi
menunjukan keduanya sama-sama
kurang efektif terhadap jamur Candida
albicans, setelah dilakukan uji KHM
kedua ekstrak tersebut tidak dapat
menghambat pertumbuhan jamur pada
C.albicans. Beberapa faktor yang
Konsentrasi 40%, 45%, 50%
mengakibatkan
jamur
Candida
albicans resisten terhadap ekstrak
tersebut kemungkinan berasal dari pH
lingkungan,
komposisi
media,
aktivitas metabolisme fungi, ukuran
inokulum, suhu dan waktu inkubasi,
serta senyawa yang rusak yang pada
saat proses ekstraksi juga dapat
mempengaruhi kereaktifan ekstrak
tersebut sebagai antifungi (Jawetz et
al, 1992).
Hasil Pengujian DDH Aktivitas
Antibakteri
Berdasarkan
pengukuran
Diameter Daya Hambat, maka
aktivitas ekstrak kering herba kemangi
hasil penelitian termasuk ke dalam
kategori kuat karena mempunyai
diameter zona bening berkisar antara
10 mm hingga 14 mm.
Konsentrasi 55%, 60%
Kontrol (+) dan Kontrol (-)
Gambar 1. Hasil Uji Diameter Daerah Hambat (DDH) Ekstrak Herba Kemangi
Sokletasi Pada Media Nutrient agar Terhadap S. mutans.
Konsentrasi 40%, 45%, 50%
Konsentrasi 55%, 60%
Metode
Kontrol (+) dan Kontrol (-)
Gambar 2. Hasil Uji Diameter Daerah Hambat (DDH) Ekstrak Herba Kemangi Metode Maserasi
Pada Media Nutrient agar Terhadap S. mutans.
Hasil uji Duncan, nilai daya
hambat dapat dinyatakan bahwa
konsentrasi ekstrak kering herba
kemangi dengan metode maserasi
pada kontrol negatif berbeda sangat
nyata sebagai antibakteri. Pemberian
perlakuan dengan konsentrasi 40%,
45%, 50%, dan 55% tidak berbeda
nyata, namun sangat berbeda nyata
dengan
kontrol
positif
dan
konsentrasi 60%. Konsentrasi 60%
berbeda nyata dengan kontrol positif,
akan tetapi dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi
60%
merupakan
konsentrasi yang paling efektif hal ini
disebabkan karena Semakin besar
konsentrasi yang digunakan, maka
daya antibakterinya akan semakin
besar pula, dikarenakan senyawa
aktifnya semakin bertambah dan
semakin mudah penetrasinya di
dalam sel (Sabir, 2005) sementara
pada konsentrasi 40% lebih efisien
sebagai antibakteri.
Hasil uji Duncan, nilai daya
hambat dapat dinyatakan bahwa
konsentrasi ekstrak kering herba
kemangi dengan metode sokletasi
pada pemberian perlakuan dengan
kontrol negatif berbeda sangat nyata
sebagai
antibakteri.
Pemberian
perlakuan dengan konsentrasi 40%,
45%, 50%, dan 55% tidak berbeda
nyata. Konsentrasi 60% tidak berbeda
nyata dengan kontrol positif,
sehingga
dapat
dinyatakan
konsentrasi
60%
merupakan
konsentrasi yang paling efektif dan
konsentrasi 40% lebih efisien.
Senyawa fenol yang terdapat
dalam ekstrak kering herba kemangi
berdasarkan uji fitokimia adalah
flavonoid dan tanin. Menurut
Bankova (2005) golongan senyawa
fenol yang terkandung dalam herba
kemangi menunjukkan aktivitas
antibakteri. Tanin merupakan salah
satu antimikroba yang berasal dari
tumbuhan dan bekerja dengan cara
membentuk ikatan yang stabil dengan
protein sehingga terjadi koagulasi
protoplasma bakteri (Robinson,
1991).Turunan fenol berinteraksi
dengan sel bakteri melalui proses
adsorpsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada konsentrasi terendah
bentuk komplek protein-fenol dengan
ikatan lemah dan segera mengalami
peruraian, diikuti penetrasi fenol ke
dalam sel
dan menyebabkan
koagulasi
dan
sel
membran
mengalami lisis. Selain itu turunan
fenol
juga
dapat
merubah
permeabilitas membran sel, sehingga
dapat
menimbulkan
kebocoran
konstituen sel yang esensial, sehingga
sel bakteri mengalami kematian
(Siswanodo dan Soekardjo, 1995).
Sifat antibakteri flavonoid secara
umum disebabkan senyawa ini
mempunyai kemampuan mengikat
protein ekstraseluler dan protein
integral yang bergabung di dinding
sel bakteri (Murphy, 1999). Akibat
mekanisme tersebut, permeabilitas
dinding sel terganggu sehingga
dinding sel pecah karena tidak
mampu menahan tekanan sitoplasma.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Metode ekstraksi herba kemangi
yang paling baik terhadap
diameter daerah hambat pada
bakteri Streptococcus mutans yaitu
dengan menggunakan metode
sokletasi, sedangkan ekstrak
kering herba kemangi baik metode
sokletasi maupun maserasi tidak
dapat menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans
2. Konsentrasi 60% merupakan
konsentrasi yang paling efektif
yang dapat membunuh bakteri
secara statistik sama dengan
amoksisilin 10 ppm dan KHM
40%
merupakan
konsentrasi
minimum yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S.mutans
untuk kedua metode yaitu
maserasi dan sokletasi.
Saran
Perlu dibuat sediaan obat
kumur dari ekstrak herba kemangi
sebagai pencegah masalah mulut baik
melalui metode sokletasi maupun
maserasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, Nur. 2013. Uji Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Herba
kemangi ( Ocimum amricanum
L) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Candida Albicans.
UIN
Syarif
Hidayatullah.
Jakarta
Bankova, V. 2005. Recent trends and
important developments in
propolis research. eCAM 2
Page: 29-32.
Cindy, W. 2005. The Impact Of the
Halth Campaign On hand
Hygiene and Upper Respiratory
Illness Among College Student
Living In Residence Halls.
Journal Of American College
Health, 53(4). Hal. 175-181.
Cushnie, T. P. T, and A. J. Lamb.
2005. Review: Antimicrobial
Activity of Flavonoid. Int. J.
Antimicrobial Agent, 26. Hal.
343-356.
Hanani, E. 2016. Ananlisis Fitokimia.
Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman
Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan
Obat Untuk Penyembuhan
Penyakit Dan Kebugaran
Tubuh.
Penerbit
Octopus
Publishing House. Yogyakarta.
Hal 160 – 161.
Jawetz, E, et al. 1995. Mikrobiologi
Untuk Profesi Kesehatan, Edisi
16. Alih Bahasa Oleh Dr. H.
Tonang. Jakarta : EGC.
Joshi, B., S. Lekhak, and A. Sharma.
2009. Antibacterial Property of
Different Medical Plants:
Ocimum
Sanctum
Lin,
Cinamommum
zylanicum,
Xanthoxilum armatum, and
Origanum
majurana.
Kathmandu University J. Sci,
Eng, and Tech. 5(1). Hal. 143150.
Murphy MC. 1999. Plant Products As
Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Review.
Resdiana, R. 2006. Uji Aktivitas
Ekstrak Etanol – Air Daun
Kemuning (Muraya Paniculata
Jack)
Terhadap
Bakteri
Salmonella
typhi.
Skripsi
Jurusan Farmasi Universitas
Pakuan Bogor.
Robinson, Y. 1991. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi edisi
4
diterjemahkan
oleh
Padmawinata. Penerbit ITB,
Bandung.
Rubiyanto, D., 2009, Isolasi dan
Analisis Komponen Utama
Minyak Atsiri Daun Kemangi
(Ocimum Citriodorum) Serta
Pengujian
Bioaktivitasnya
Terhadap Belalang, Jurnal
LOGIKA, ISSN 1410-2315,
Vol. 6, No. 2, Yogyakarta
Sabir A. 2005. Aktivitas Antibakteri
Flavonoid Propolis Trigona
spp
Terhadap
Bakteri
Streptococcus mutans
(In
Vitro). Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Schaffner, Donald W. 2007.
Management Of Risk of
Microbial
CrossContamination From Uncooked
Frozen
Hamburgers
By
Alcohol- Based Hand Sanitizer.
Journal Of Food Protection, 1:
109-113.
Sanitizer
Siswandono, S.1995. prinsip prinsip
rancangan obat. universitas
Airlangga. Surabaya. Hal. 249251.
Soerodjo,
T
.
S
1992.
Membandingkan
Daya
Bakterisidal Beberapa Pasta
Gigi Siswandono, S. 1995.
Prinsip Prinsip Rancangan
Obat. Universitas Airlangga.
Surabaya. Hal Stretococcus
mutans 3. Jurnal Mikrobiologi
Indonesia . Jakarta. Hal 16 – 19.
Download