Uploaded by User99810

73264813-Komplikasi-Pasca-Ekstraksi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan bedah pada mulut terutama tindakan bdeah berupa ekstraksi gigi
seringkali disepelehakan karena merupakan bedah minor. Tapi ternyata hal ini dapat
berakibiat fatal jika tidak di tanganni dengan baik. Kita bias melihat hal tersebut dari
timbulanya bermacam – macam komplikasi yang timbul pasca ekstraksi.
Seperti misalnya perdarahan, fraktur mandibulla, dry socket, trismus atau lock
jaw, dan yang paling berbahaya adalah cedera saraf ireversibel. Jika kita tidak
menangani hal ini dengan benar, seperti memberikan instruksi post ekstraksi pada
pasien secara baik dan benar, maka kemungkinan timbul komplikasi tersebut sangat
besar.
BAB II
PEMBAHASAN
TINDAKAN ATAU PROSEDUR PASCA EKSTRAKSI GIGI
Cukup banyak orang yang mengeluhkan sakit, perdarahan atau pembengkakan
yang terjadi setelah pencabutan gigi. Belum ada data yang menunjukkan secara pasti
jumlah kasus seperti ini, tapi diperkirakan 5% dari pasien yang telah dicabut giginya
mengalami perdarahan dan pembengkakan. Sebagian besar keluhan itu muncul sebagai
akibat perlakuan yang salah terhadap luka bekas pencabutan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dihindari setelah pencabutan gigi, yaitu :

Gigit kapas yang dipasang di atas lubang bekas gigi kuat-kuat selama 1 jam. Hal
ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Untuk membantu proses
penghentian perdarahan, dapat dilakukan kompres pada pipi di daerah gigi yang
dicabut dengan menggunakan es batu.

Bila masih ada perdarahan setelah kapas dibuang, masukkan air teh pahit dingin
ke dalam mulut dan diamkan selama 2-3 menit.

Bila dalam waktu 2 jam sesudah pencabutan tidak ada tanda-tanda perdarahan
berhenti, kembalilah ke dokter gigi anda. Mungkin diperlukan penjahitan pada
luka atau pemberian obat anti perdarahan

Rasa sakit yang muncul setelah efek obat bius habis adalah hal lumrah. Hal ini
dapat diatasi dengan obat analgesik yang dijual bebas di pasaran, seperti jenis
parasetamol, asam asetil salisilat atau asam mefenamat. Gunakan hanya jika
perlu saja.

Selama 24 jam tidak boleh berkumur, meludah dan menghisap-hisap daerah
bekas pencabutan. Tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan beku
darah yang sudah menutupi lubang bekas pencabutan akan terlepas sehingga
akan terjadi perdarahan lagi.

Hindari makanan dan minuman panas, beralkohol, rokok selama 24 jam setelah
pencabutan, karena semuanya memperlambat proses penyembuhan luka

Setelah 24 jam bila luka sudah tidak mengeluarkan darah sama sekali, dapat
berkumur dengan air garam yang hangat untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bekas luka.

Bila terjadi pembengkakan pada hari berikutnya, kompres dengan air hangat
dari luar maupun di dalam mulut.
Bila seluruh instruksi di atas sudah dilaksanakan, tapi pada hari ketiga rasa sakit,
perdarahan, dan pembengkanan masih ada, sebaiknya pergi ke dokter gigi untuk
mendapatkan pertolongan.
KOMPLIKASI PASCA EKSTRKASI GIGI
Setelah dilakukan tindakan ekstraksi, biasanya sering diikuti adanya komplikasi.
Komplikasi-komplikasi
pada
pencabutan
gigi
banyak
dan
bermacam-macam.
Komplikasi pasca esktraksi ini bisa menjadi masalah yang serius dan fatal.
Menurut Pederson (1996), komplikasi adalah suatu respon pasien tertentu yang
dianggap sebagai kelanjutan normal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, dan
edema. Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah termasuk morbiditas
yang biasa terjadi atau termasuk komplikasi.
Komplikasi pencabutan gigi menurut Pederson (1996) dibagi menjadi tiga yaitu
komplikasi intraoperatif, komplikasi pasca bedah, dan komplikasi beberapa saat setelah
operasi. Komplikasi intraoperatif berupa perdarahan, fraktur, pergeseran, cedera
jaringan lunak, dan cedera saraf. Sedangkan komplikasi pasca bedah berupa
perdarahan, rasa sakit, edema, dan reaksi terhadap obat. Dan yang termasuk komplikasi
beberapa saat setelah operasi adalah alveolitis (dry socket) dan infeksi.
Komplikasi pasca pencabutan gigi menurut Pedlar (1996)
Immediate
Delayed
Late
LOKAL
REGIONAL
Fraktur mahkota, akar,
alveolus, tuborositas,
mandibula, gigi disebelahnya,
mukosa alveolar
Dry Socket, infeksi local,
delayed or secondary
haemorrahage
Injuri pada saraf inferior atau saraf
lidah
Atropi Alveolar
Osteomyelitis
Myofasial paint dysfungsion, injection
track hematoma.
Komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu: kegagalan dalam
anastesi dan mecabut gigi baik dengan tang atau bein, fraktur dari mahkota gigi yang
dicabut, fraktur akar-akar gigi yang akan dicabut, fraktur tulang alveolar, fraktur
tuberositas maksila, fraktur gigi tetangga atau gigi antagonisnya, fraktur mandibula,
dislokasi gigi tetangganya dan dislokasi sendi temporomandibular, perpindahan akar ke
dalam jaringan lunak, perpindahan akar ke dalam sinus maksilaris, kerusakan pada
gusi, bibir, nervus dentalis inferior, dan kerusakan pada lidah dan dasar mulut.
Komplikasi perioperatif
a. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi umum di bedah mulut, dan mungkin
terjadi selama pencabutan gigi yang sederhana atau selama prosedur bedah
lainnya. Dalam semua kasus, perdarahan terjadi karena trauma pada
pembuluh darah dan adanya masalah pada system pembekuan darah.
Untuk menanggulangi terjadinya pendarahan lebih lanjut, cara yang dapat
dilakukan antara lain : dengan kompresi, ligase, suturing, electrocoagulasi,
dan menggunakan berbagai macam agen pembekuan darah
b. Fraktur Mahkota dan goyangnya gigi tetangga.
Fraktur mahkota merupakan komplikasi umum saat melakukan ekstrkasi
dimana gigi yang di ekstraksi mempunyai karies atau daerah tambalan yang
luas. Dan kegoyangan gigi tetangga biasanya terjadi karena tenaga yang
digunakan saat pencabutan sangat besar dan bias juga terjadi karena gigi
tersebut digunakan untuk tumpuan saat pencabutan.
c. Cedera pada daerah jaringan lunak.
Cedera pada daerah jaringan lunak merupakan komplikasi umum pada
saat ekstraksi gigi dan biasanya disebabkan oleh kesalahan yang tidak
disengaja oleh operator contohnya elevator yang terpeleset dan mengenai
jaringan lunak. Daerah yang paling sering terluka adalah pipi, dasar mulut,
palatum, dan daerah retromolar.
d. Fraktur Procesus alveolaris
Komplikasi ini dapat terjadi jika gerakan ekstraksi biasanya mendadak
dan ceroboh, dapat terjadi juga apabila terdapat gigi yang ankilosis pada
tulang alveolar, sehingga menyebabkan bagian lingual, palatal, labial atau
bukal ikut tercabut bersama-sama dengan gigi.
e. Fraktur Mandibula
Komplikasi ini jarang terjadi. Biasanya terjadi saat pecabutan molar tiga
bawah dengan menggunakan elevator dan menggunakan kekuatan yang
besar.
f. Patahnya instrument pada jaringan
Patahnya suatu instrument di dalam jaringan bias terjadi karena
kesalahan yang tidak disengaja oleh operator. Instrument yang patah bisanya
seperti jarum anastesi dan bur tualang serta blade bedah.
g. Dislokasi Temporomandibular Joint
Biasanya terjadi pada proses bedah yang lama dan dengan pasien yang
mempunyai fossa yang dangkal pada tulang temporal, articular tuberkulum
anterior yang rendah, dan mempunyai kepala kondilus yang bulat.
h. Cedera Saraf
Cedera saraf merupakan komplikasi yang serius yang mungkin terjadi
saat prosedur bedah mulut. Saraf yang paling terkena cedera adalah nervus
alveolaris inferior, nervus mentalis, dan nervus lingualis.
Postoperative Complications
a. Trismus
Trismus biasanya terjadi pada kasus ekstraksi molar ketiga rahang
bawah, dan ditandai oleh pembatasan membuka mulut karena tegangnya otototot pengunyahan. Tegangnya otot biasanya disebabkan akibat dari cedera pada
otot pterygoideus medial disebabkan oleh jarum yang suntikan berulang-ulang
selama blok saraf alveolar (blok Mandibula)
b. Hematoma
Ini merupakan komplikasi pasca operasi yang cukup sering terjadi
karena perdarahan berkepanjangan dikarenakan langkah-langkah yang benar
untuk kontrol perdarahan tidak lakukan. Dalam kasus ini darah terakumulasi
didalam jaringan dan tidak terdapat jalan keluar karena luka telah tertutup atau
jahitan yang sangat kuat.
c. Edema
Edema merupakan salah satu komplikasi pasca pencabutan gigi yang terjadi.
Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap tindakan pencabutan dan
pembedahan gigi, dan merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cedera.
Besarnya edema yang terjadi bervariasi setiap individu dan tidak selalu sama,
yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat edema
yang sama baik pada tiap-tiap pasien. Pembengkakan yang terjadi biasanya
dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien
Edema lebih sering terjadi pada gigi yang dicabut dengan menggunakan open
view method daripada dengan yang menggunakan forceps technique. Penyebab
umum terjadinya edema adalah laserasi jaringan lunak, retraksi flap yang
dilakukan dengan tidak hati- hati, dan adanya iritasi dari fragmen-fragmen
tulang. Edema merupakan suatu respon normal terhadap cedera. Edema
merupakan salah satu tanda terjadinya inflamasi.
d. Dry Socket
Dry socket adalah kondisi dimana lubang bekas tempat gigi tertanam
tidak tertutup hingga bekas cabutan gigi sembuh. Biasanya disebabkan karena
pada saat pencabutan perdarahan dihentikan dengan berkumur dengan larutan
albhotyl yg menyebabkan perdarahan berhenti dan menyebabkan pembuluh
darah pad permukaan lubang gigi tertutup. Karena alasan ini sehingga lubang
bekas cabutan gigi tidak bisa rapat dan menyatu selain albhityl vasculopathy
pada penderita DM juga beresiko untuk hal ini. Hal ini tidak berbahaya namun
sangat beresiko munculnya radang pada dry socket tersebut akibat trauma
makanan keras yang masuk. Selain itu dry socket merupakan tempat yang paling
disenangi bakteri karena banyak sisa makanan sehingga timbul bau mulut yg
sangat mengganggu.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata
tindakan ekstraksi gigi yang kadang disepelehkan karena merupakan tindakan bedah
kecil dapat menimbulkan banyak masalah dan komplikasi jika tidak ditangani dengan
baik. Maka dari itu sebagai dokter gigi perlu memperhatikan hal – hal tersebut, seperti
mengarahkan pasien tentang apa saja yang perlu dilakukan dan tidak boleh dilakukan
pasca ekstraksi gigi. Dan pasienpun wajib mentaati nasehat dari sang dokter gigi yang
bersangkutan. Dengan melakukan hal demikian, maka pasein dapat terhindar dari
komplikasi ekstraksi gigi yang dapat berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. D. Wray, D. Stenhouse, D. Lee and A.J.E. Clark, “Textbook Of General And Oral
Surgery, Churchil Livingstone, Edinburgh, London, New York, Philadelphia, St.
Louis, Sydney, Toronto, 2003.
2. F.D. Fragiskos, “ Textbook Of Oral Surgery, Springer, Verlag Berlin Heidelberg,
2007
3.
______ (2008). Setelah Pencabutan Gigi
From
http://wardogi.blogspot.com/2008/02/setelah-pencabutan-gigi.html, 24 September
2011.
4. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125030-R19-BM146%20Frekuensi%20distribusi-Literatur.pdf
5. http://www.animated-teeth.com/tooth_extractions/t7_instructions_post-op.htm
Download