Uploaded by User99218

Remaja

advertisement
A. Remaja
1. Definisi
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut dengan adolescence berasal dari bahasa
Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitive memandang remaja sebagai masa puber, masa remaja tidak berbeda
dengan masa pereode lainnya dalam rentang kehidupan. Anak sudah dianggap dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Laela, 2017).
Menurut Mappiare masa remaja seperti dikutip oleh Ali dan Asrori (2005: 9)
berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia
17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Zaini, 2013).
Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif atau lebih
dikatakan sebagai usia pubertas (Laela, 2017).
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan untuk dapat
bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas- tugas perkembangan masa
remaja, yaitu (Laela, 2017) :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
3. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Remaja dengan segala romantikanya memiliki karakteristik yang unik. Antara satu
remaja dengan remaja lainnya memiliki karakteristik yang hampir sama walaupun pasti
ada perbedaannya juga. karakteristik umum perkembangan remaja adalah sebagai
berikut (Zaini, 2013):
a. Merasa gelisah
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak
idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan.
Namun, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai
untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih
besar dibandingkan dengan kemampuannya.
Selain itu, di satu pihak mereka ingin mendapat pengalaman sebanyakbanyaknya untuk menambah pengetahuan, tetapi di pihak lain mereka merasa
belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani
mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik-menarik
antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum
memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum
mampu untuk mandiri.Karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami
kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan
orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka
dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan
remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena
dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Akibatnya,
pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri
remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
c. Senang Berkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan.
Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah
lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal
kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya.
Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan
menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya
berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedang remaja putri lebih
mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan-khayalan ini terkadang menimbulkan
pemikiran yang konstruktif, semisal timbul ide-ide yang cemerlang.
d. Senang dengan Aktivitas Berkelompok
Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi
karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya
biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan
atau bahkan mematahkan semangat para remaja.
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah
mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala
dapat diatasi bersama-sama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena
didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang,
menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria
mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Remaja
putri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya.
Dari sini maka penting bagi orang tua memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada putra putrinya yang menginjak remaja. Dengan adanya arahan
dan bimbingan kepada mereka, maka diharapkan para remaja mengerti apa yang
harus dilakukan. Yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai orang tua
mengajaknya dialog dan diskusi dengan cara yang santun sehingga mereka tidak
menghindar dan melarikan diri dari pembicaraan.
4. Bimbingan dan Konseling Bagi Remaja
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli dalam hal ini disebut dengan konselor kepada individu
yang mengalami masalah yang disebut dengan klien dan bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien (Laela, 2017).
Konseling merupakan upaya membantu agar konseli memahami permasalahannya.
Proses konseling disertai pemberian alternatif pemecahan masalah. Keputusan dalam
konseling ditentukan oleh seorang konseli (klien). Konselor tidak dapat melakukan
paksaan terhadap pilihannya kepada klein (Ismiyati, dkk, 2019).
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan
manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu
menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi,
persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan
yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup
mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak
mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain (Zaini, 2013).
Proses konseling dilakukan atas kemauan konseli, tetapi dalam melakukan
konseling memerlukan persetujuan. Informasi yang didapat dari proses konseling harus
dijaga kerahasiaannya. Konselor harus menjaga informasi yang disampaikan konseli
dari orang lain. Namun, dalam kondisi tertentu informasi tersebut dapat diceritakan
pada pihak tertentu. Kondisi tersebut antara lain konselor yang dilayani oleh team
konselor dengan kasus khusus. Konselor juga dapat menceritakan informasi apabila
untuk kepentingan hukum (Ismiyati, dkk, 2019).
5. Tujuan Bimbingan dan Konseling Bagi Remaja
Tujuan bimbingan dan konseling pada umumnya sama bagi siapapun termasuk bagi
remaja. Berikut ini beberapa di antara tujuan yang didukung secara eksplisit maupun
implisit oleh para konselor (Zaini, 2013):
a. Pemahaman, adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol
rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
b. Berhubungan dengan orang lain, menjadi lebih mampu membentuk dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain,
misalnya, dalam keluarga atau di tempat kerja.
c. Kesadaran diri, menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama
ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
d. Penerimaan diri, pengembangan sikap positif terhadap diri,yang ditandai oleh
kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan
penolakan.
e. Aktualisasi diri atau individual, pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau
penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
f. Pencerahan, dengan membantu klien mencapai kondisi spiritual yang lebih tinggi.
g. Pemecahan masalah, menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa
dipecahkan oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan
masalah.
h. Pendidikan psikologi, membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk
memahami dan mengontrol tingkah laku.
i. Memiliki keterampilan sosial, mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan
interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan,
asertif, atau pengendalian kemarahan.
j. Reproduksi dan aksi sosial, menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan
kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan
mengkontribusikan kebaikan bersama (colletive good) melalui kesepakatan politik
dan kerja komunitas.
B. Analisa Kemungkinan Kendala Yang Muncul Dalam Konseling
Download