Uploaded by User99073

IAD62443-B-0027017607-session51717-210329105217

advertisement
IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DI INDONESIA
DAN DI SEKTOR PUBLIK
Kelompok 6
Footlia Iyona (921419038)
Raflina Yuniarti Dai (921419039)
A. Implementasi Manajemen Strategi Di Indonesia
Upaya untuk menghadirkan manajemen strategi yang terintegrasi mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi, dimulai ketika mulai ditetapkannya TAP MPR RI
Nomor XI/MPR/1998, di susul dengan UU Nomor 28 Tahun 1999, intruksi Presiden Nomor
7 Tahun 1999 serta keputusan kepala LAN Nomor 589/IX/6/YY/99 tentang Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan
Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan saat ini sudah
disempurnakan lagi dengan adanya peraturan lainnya.
Semua peraturan perundang-undangan menjadi payung kebijakan untuk membangun
sistem akuntabilitas di Indonesia yang mengakomodasikan konsep manajemen strategi yang
terdiri dari formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada pokoknya adalah instrumen yang
digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi. Sebagai suatu sistem, SAKIP terdiri
dari komponen yang merupakan satu kesatuan, yakni perencanaan startegi, perencanaan
kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja, serta pelaporan kinerja. Komponen dalam SAKIP
mencerminkan semua proses yang ada dalam manajemen strategi. Selain SAKIP yang
mengadopsi aspek manajemen strategi, di Indonesia saat ini terdapat berbagai aplikasi
manajemen strategi dengan label yang berbeda meskipun konsep dan aspek di dalamnya
adalah tetap manajemen strategi.
Dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional juga diadopsi manajemen strategi, karena Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang secara terpadu oleh
Kementrian/Lembaga dan juga perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi: (1) Penyusunan
Rencana, (2) Penetapan Rencana, (3) Pengendalian Pelaksanaan Rencana, dan (4) Evaluasi
Pelaksanaan Rencana.
Hasil dan perencanaan pembangunan adalah:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Jangka 5 tahun)
3. Rencana Strategi (Jangka 5 Tahun)
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)-Tahunan
5. Rencana Kerja dan Anggaran (1 tahun)
Secara skematis perencanaan pembangunan nasional yang dipakai dalam Undang-Undang
No.25 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional berisi visi, misi dan arah
pembangunan nasional. Sedangkan RPJP Daerah memuat visi, misi dan arah pembangunan
daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. RPJP Nasional disusun untuk periode 20 (dua
puluh) tahun.
•
•
•
•
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional merupakan penjabaran
visi, misi dan program Presiden, penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional,
memuat
strategi
pembangunan
nasional,
kebijakan
umum,
program
kementrian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja, berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan bersifat indikatif.
RPJM Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dengan memerhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat
daerah, dan program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan bersifat edukatif.
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,
memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementrian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Dengan berpedoman pada RPJM Nasional maupun RPJM Daerah, disusun Rencana
Strategi Kementrian/Lembaga dan Rencana strategi satuan kerja perangkat daerah,
berisi: visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai tugas dan fungsi kementrian/Lembaga dan satuan kerja perangkat daerah.
Rencana strategi kementrian/lembaga ini digunakan sebagai pedoman penyusunan rencana
kinerja kementrian/lembaga dengan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu
indikatif. Demikian juga dengan penyusunan Rencana Kinerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang berpedoman pada Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berbagai
aplikasi manajemen strategi dalam berbagai peraturan perundangan di Indonesia tersebut
mewarnai penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
B. MANAJEMEN STRATEGI DI SEKTOR PUBLIK
Manajemen Strategi di sector publik mulai dilaksanakan pada tahun 1993 dengan
ditetapkannya Goverments Performance and Result Act (GPRA) yang merupakan awal
penggunaan Manajemen Strategi di Amerika Serikat pada sector publik. Penerapan
manajemen strategi di Sektor publik didasari pertimbangan pentingnya monitoring
(pemantauan) terhadap efisiensi dan efektivitas sector publik (termasuk pelayanan publik).
Dalam manajemen strategi, alokasi sumber daya, delegasi manajemen, monitoring dan
pengukuran kinerja dapat diamati sehingga masyarakat dapat memastikan bahwa kinerja
sektor publik adalah akuntabel. Empat prinsip penerapan manajemen strategi sector publik:
1. Perhatian pada jangka panjang
2. Pengintegrasian tujuan dan sasaran dalam hierarki yang jelas
3. Kesadaran bahwa manajemen strategi dan perencanaan strategi membutuhkan
kedisiplinan dan komitmen untuk dapat dilaksanakan, dan bukan selfimplementing.
4. Prespektif eksternal tidak diartikan sebagai adaptasi total terhadap lingkungan,
tetapi merupakan antisipasi terhadap perubahan lingkungan (Bozemen dan
Straussman, dalam Hughes, 1998, hlm. 159-160)
Selain keempat prinsip tersebut, Bozemen dan straussman juga menambahkan bahwa
peenrapan keempat prinsip tersebut harus diimbangi dengan pemikiran strategi (strategic
thinking) yang mengakomodasikan kewenangan politik. Hal ini disebabkan karena sektor
publik tidaklah immune (kebal/bebas) dari dinamika politik. Pertimbangan politik inilah yang
menimbulkan berbagai kendala penerapan manajemen strategi dalam publik. Masalah lain
adalah kesulitan dalam menentukan tujuan (goals) dan sasaran (objectives). Sektor publik
mengemban tugas dan pelayanan sangat kompleks, luas, dan bervariasi menyebabkan
penerapan manajemen strategi pada sektor publik juga meliputi isu sangat luas dan kompleks.
Permasalahan lain yang berkaitan dengan penerapan manajemen strategi pada sektor
publik adalah dalam hal pengukuran kinerja yang merupakan tahapan dilakukannya penilaian
terhadap capaian/kinerja organisasi politik yang merupakan subjek penilaian masyarakat,
kepentingan politik dan kelompok lainnya.
Penerapan manajemen strategi di sektor publik juga menghadapi masalah berkaitan
keberadaan informasi karena perencanaan dan pengukuran kinerja yang baik membutuhkan
keakuratan data dan informasi. Selain tantangan penerapan manajemen startegi di sektor
publik, kita juga harus mengakui kemanfaatan manajemen strategi ini untuk memantau
penggunaan sumber daya yang terbatas dalam pencapaian hasil. Manajemen strategi berharga
ketika keberadaannya mampu membantu pembuat keputusan untuk dapat berpikir dan
bertindak strategi. Manajemen strategi adalah konsep untuk membantu pimpinan dalam
membuat keputusan dan tindakan penting
Download