Uploaded by User98964

Kilang Minyak Pertamina Balongan Kebakaran 1

advertisement
Kilang Minyak Pertamina Balongan Kebakaran
Kilang Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan yang berlokasi di Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu, dipastikan berada dalam kondisi aman dan beroperasi
secara normal. Sebelumnya, sempat beredar informasi di media massa maupun media sosial
bahwa kilang RU VI Balongan terbakar, Unit Manager Communication, Relation & CSR
Pertamina RU VI Eko Kristiawan menyampaikan insiden kebakaran bukan di area kilang dan
sesuai informasi dari Public Relation PT Pertamina EP, insiden kebakaran terjadi di dalam
area Pertamina EP sekitar Pusat Pengumpul Produksi (Main Gathering Station Asset 3).
Kejadian kebakaran di lokasi terjadi dari pukul 09.40 - 10.15 di dalam area OGT (Oil and
Gas Transportation) Balongan PT Pertamina EP Asset 3.
Dari informasi yang dihimpun, kebakaran diawali dengan ledakan gas di mesin
pompa utama di area pipa gas. Untuk menghindari korban jiwa, masyarakat dan pegawai
dievakuasi ke daerah pesisir laut Balongan sejak kejadian berlangsung. Sepuluh mobil dari
pemadam kebakaran diterjunkan. Selain itu, hadir dalam pengecekan dan pengamanan dari
satpol PP, danramil Indramayu, petugas Polsek Balongan serta jajaran dari Polres
Indramayu.Humas pertamina ep asset 3, Rizki Vistiatri mengaku belum menaksir kerugian
materil dari peristiwa tersebut. Namun, ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa
tersebut.
Manajemen Risk Metode Hazop
`Teknik identifi kasi bahaya yang digunakan adalah melalui metode JSA/Job Safety
Analisis. Melalui metode JSA akan diketahui semua potensi kejadian berbahaya di setiap
langkah kerja yang kemudian dapat ditentukan berbagai tindakan pengendalian yang
dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi dampak dari kejadian berbahaya tersebut
(Modul HSE Pertamina 05). Selain menggunakan metode JSA, teknik identifi kasi bahaya
dalam penelitian ini juga dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara terhadap
pihak terkait sebab isi dokumen JSA fabrikasi plate tanki 42-T-501A kurang lengkap dalam
menguraikan langkah kerja beserta potensi bahayanya. Oleh karena itu, dilakukan pula
wawancara dan observasi untuk melengkapi data dan informasi terkait langkah kerja serta
potensi bahaya dalam pekerjaan fabrikasi plate tanki 42-T-501A. Identifi kasi bahaya yang
dilakukan mulai dari pekerjaan pengangkatan plate menggunakan crane, cutting torch,
pengelasan, grinding, sandblasting dan pengecatan. Hasil identifi kasi bahaya menunjukkan
dari keenam pekerjaan pada fabrikasi plate tanki 42-T-501A terdapat 24 potensi bahaya
dengan 24 risiko didalamnya.
Manajemen Resiko FMEA
FMEA (failure mode and effect analysis) merupakan suatu prosedur terstruktur untuk
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Metode
yang digunakan untuk melakukan perhitungan resiko pada bagian inbound supplyadalah
FMEA ( Failure Mode and Effect Analysis). Data yang diolah dengan metode FMEA yang
dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 ini merupakan hasil wawancara langsung dengan
pihak perusahaan yang merupakan gambaran secara garis besar mengenai kondisi atau
keadaan yang di alami oleh PT. Pertamina.
Download