Uploaded by User69133

M1 Dasar Perpajakan.ppt

advertisement
M1
Dasar-Dasar
Perpajakan
2
PENGERTIAN PAJAK
 Menurut Rochmat soemitro : Iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan UU (yg dapat dipaksakan)
dengan
tidak
mendapat
jasa
timbal
balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
 Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk membiayai public
investment.
 Berdasarkan Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
M1- Perpajakan & Praktikum
3
FUNGSI BUDGETER
 Memasukkan uang ke kas negara
sebanyak-banyaknya untuk
keperluan belanja negara
 Jadi pajak berfungsi sebagai alat
untuk menarik dana dari masyarakat
untuk dimasukkan ke dalam kas
negara
 Pajak merupakan primadona karena
lebih dari setengah pendapatan
negara bersumber dari pajak
M1- Dasar-dasar Perpajakan
FUNGSI REGULEREND
4
Pajak bukan semata-mata untuk
memasukkan uang sebanyak-banyaknya
dalam kas negara tapi juga dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu.
Alat penggerak masyarakat dalam sarana
perekonomian untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Fungsi ini menggunakan pajak untuk
mendorong dan mengendalikan kegiatan
masyarakat agar sejalan dengan rencana
dan keinginan pemerintah.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
5
Fungsi mengatur dibagi 2 :
 Bersifat positif : kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
dipandang sebagai kegiatan positif, sehingga didukung
oleh pemerintah dengan dorongan tax incentive.
Contoh : tax holiday (pembebasan pajak) untuk jangka
waktu tertentu bagi investor baru,pengecualian pajak
bagi kesenian tradisional, pengurangan pajak bagi
pengarang buku ilmiah.
 Bersifat Negatif : untuk mencegah atau menghalangi
perkembangan masyarakat ke arah tujuan yang negatif.
Melalui peraturan perpajakan yg bersifat menghambat
dan memberatkan masyarakat.
Contoh : pajak impor yang tinggi untuk melindungi
barang produksi dalam negeri, pemberatan pajak pada
minuman keras.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
6
FUNGSI SOSIAL
 Pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kekuatan
seseorang untuk mencapai pemuasan kebutuhan setinggitingginya setelah dikurangi kebutuhan primer.
 Contoh : pembayaran dari perusahaan asuransi karena
kecelakaan, sakit atau meninggalnya seseorang yang
tertanggung tidak termasuk obyek pajak penghasilan (ps 4
huruf c UU No. 17 Tahun 2000).
 Fungsi sosial selaras dengan rasa keadilan, dimana tarif
pajak progesif semakin tinggi seiring dengan tingginya
penghasilan seseorang/badan.
 Pengenaan pajak baik tarif tinggi, tarif rendah hingga
tarif disesuaikan dengan fungsi pengenaan pajaknya
M1- Dasar-dasar Perpajakan
Syarat pemungutan pajak
7
1.
2.
3.
4.
5.
Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undan-undang
dan pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing. Adil dalam pelaksanaanya adalah adanya hak untuk
mengajukan keberatan, penundaan pembayaran pajak dan pengajuan
banding kepada majelis pertimbangan pajak
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis)
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 .
Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian.
Pemungutan pajak harus efisien.
Biaya pemungutan harus ditekan sehingga bisa lebih besar dari
pemasukannya
Sistem pemungutan pajak harus sederhana
sistem pemungutan ahrus sederhana sehingga mendorong dan
memudahkan dalam pemenuhan kewajiban pajak.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
8
Teori pemungutan pajak
1. Teori asuransi
Teori ini diartikan dengan suatu kepentingan masyarakat
(seseorang) yang harus dilindungi oleh negara. Masyarakat
seakan mempertanggungkan keselamatandan keamanan
jiwanya kepada negara. Dengan adanya kepentingan dari
masyarakat itu sendiri, maka masyarakat harus membayar
“premi” kepada negara.
2. Teori kepentingan
Teori kepentingan diartikan sebagai negara yang melindungi
kepentingan harta benda dan jiwa warga negara dengan
memperhatikan pembagian beban pajak yang harus
dipungut dari selluruh penduduknya. Segala biaya atau
pengeluaran yang akan di keluarkan oleh negara
dibebankan kepada seluruh warga negara berdasarkan
kepentingan dari warga negara yang ada.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
9
Teori pemungutan pajak….
3.
Teori daya pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan
pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan
oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa
dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan
perlindungan maka masyarakat akan membayar pajak
menurut daya pikul seseorang.
4.
Teori daya beli
Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang
dilakukan kepada negara dimaksudkan untuk memelihara
masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Daya beli
suatu rumah tangga dalam masyarakat adalah sama
dengan daya beli suatu rumah tangga negara.
Pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara lebih
ditekankan pada fungsi mengatur (regulerent) dari pajak
agar masyarakat tetap eksis.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
10
Teori pemungutan pajak….
5.
Teori bakti
Teori bakti ini bisa dikatakan sebagai adanya
perjanjian dalam masyarakat (tiap-tiap individu)
untuk membentuk negara dan menyerahkan
sebagian kekuasaannya kepada negara untuk
memimpin masyarakat. Karena adanya
kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada
negara, Maka pembayaran pajak yang dilakukan
kepada negara merupakan bakti dari masyarakat
kepada negara, karena negaralah yang bertugas
menyelenggarakan kepentingan masyarakatnya.
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban
pajak mutlak.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
11
PENGELOMPOKAN PAJAK
(Prof. Mardiasmo)
Menurut Golongan
Menurut Sifatnya
Menurut Lembaga
Pemungutnya
Dasar-dasar Perpajakan
25 MarchM12021
11
12
Penggolongan pajak menurut golongan
(Administrasi perpajakan)
 Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus
dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh : Pajak
Penghasilan
 Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang
pad akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:
Pajak Pertambahan Nilai
M1- Dasar-dasar Perpajakan
13
Pajak Langsung dan
Pajak Tidak Langsung
 Pajak
Langsung :
 Pajak Tidak
Langsung :
1. PPh
1. PPn
2. PBB
2. Bea Materai
M1- Dasar-dasar Perpajakan
14
Penggolongan pajak menurut
sifatnya
 Pajak Subjektif, yaitu pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPh
dengan subjek PPh orang pribadi
 Pajak Objektif, yaitu pajak yang
berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contoh : Pajak Bumi dan
Bangunan dimana yang ditentukan
adalah bumi dan bangunan sebagai
objek baru ditentukan subyeknya.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
15
CONTOH PAJAK SUBJEKTIF
DAN PAJAK OBJEKTIF
 Pajak Subjektif :
Pajak Penghasilan
 Pajak Objektif :
1. PBB
2. PPN
3. PPnBm
M1- Dasar-dasar Perpajakan
16
Menurut Lembaga Pemungutnya
 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga
negara. Contoh : Bea Materai, PPN, PPh,
PPnBM
 Pajak Daerah, yaitu pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah. Contoh : Pajak Hotel,
Pajak Restoran (Pajak Kab/Kota), Pajak
Kendaraan Bermotor (Pajak Propinsi),
PBB, BPHTB
M1- Dasar-dasar Perpajakan
17
Contoh pajak pusat
daerah
Pusat :
Daerah :
 PPh(Pajak Penghasilan)
 Pajak Hotel
 PPNBM(Pajak
PenjualanBarang
Mewah)
 Pajak Restoran
 PPn(Pajak Pertambahan
Nilai)
 Pajak Penerangan Jalan
 Bea Materai
dan
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Parkir
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(perubahan nomenklatur)
 Pajak Air Tanah (pengalihan dari Prov)
 Pajak Sarang Burung Walet (baru)
 PBB Pedesaan & Perkotaan (baru)
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(baru) UU No.28 Tahun 2009
M1- Dasar-dasar Perpajakan
PERBEDAAN PAJAK DAN
RETRIBUSI
18
 Pajak :
 Retribusi :
1.
1.
Balas jasanya langsung
2.
Pemungutannya
dipaksakan bagi yang
memakai fasilitas
2.
Balas jasanya tidak
langsung
Pemungutannya dapat
dipaksakan dan dikenakan
sanksi
M1- Dasar-dasar Perpajakan
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
19
1. Official Assessment System
“Sistem dimana besarnya pajak yang dibayar dihitung
petugas Pajak”
2. Self Assesment System
“Sistem dimana besarnya pajak yang dibayar dihitung
sendiri”
3. Witholding System
“Sistem dimana besarnya pajak dihitung oleh pihak
ketiga”
M1- Dasar-dasar Perpajakan
20
TARIF PAJAK
1.
2.
3.
4.
Tarif pajak Proporsional (Sebanding), tarif
pajak tidak berubah Contohnya : PPN 10%
Tarif Pajak Tetap, besaran pajak tidak
berubah contoh ; bea materai
Tarif Pajak degresif : semakin tinggi jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak,
semakin rendah tarif yang dikenakan
Tarif Pajak Progresif : Tarif pajak akan
semakin besar ketika jumlah yang
dijadikan dasar perhitungan pajak lebih
besar contoh PPH
M1- Dasar-dasar Perpajakan
21
Pembagian Hukum Pajak:
1. Hukum pajak formal, serangkaian
peraturan yang mengatur tentang
cara-cara melaksanakan hukum pajak
materiil menjadi suatu kenyataan.
Hukum pajak formal mengatur tentang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pendaftaran objek pajak dan wajib pajak.
Pemungutan pajak.
Penyetoran pajak.
Pengajuan keberatan
Permohonan banding
Permohonan
pengurangan
dan
penundaan pembayaan dll.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
22
Hukum Pajak Formal seperti:
1. UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana
beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan tata
cara perpajakan.
2. UU No.19 tahun 1997, sebagaimana
telah diubah dengan UU No19 tahun
2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
3. UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Peradilan Pajak.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
23
Pembagian Hukum Pajak…..
2. Hukum Pajak Materiil memuat normanorma yang menerangkan:
a.Keadaan, perbuatan-perbuatan, peristiwaperistiwa hukum yang harus dikenai pajak
(objek pajak atau tatbestand).
b.Subjek pajak
c. Besarnya pajak, kenaikan-kenaikan pajak,
denda pajak.
d.Hukuman terhadap ketentuan perpajakan.
e. Pembebasan dan pengembalian pajak.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
24
 Hukum pajak materiil seperti:
1. UU No.7 tahun 1983, sebagaimana beberapa kali
diubah terakhir dengan UU No 17 th 2000 tentang
Pajak Penghasilan (PPh).
2. UU No 8 tahun 1983 sebagaimana beberapa kali
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 tentang
Pajak Pertambahan Nilai atas barang dan jasa dan
pajak penjualan atas barang mewah (PPNBM).
3. UU No 12 tahu 1985 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 12 tahun 1994tentang Pajak bumi dan
Bangunan.
4. UU Nomor 21 tahun 1997 , sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 20 tahun 2000 tentang Bea
Perolehan Hak atas bumi dan bangunan.
5. UU Nomor 18 tahun1997, sebagaimana beberapa kali
diubah terakhir dengan UU No. 28Tahun 2009 tentang
Pajak
danPerpajakan
Retribusi Daerah.
M1- Dasar-dasar
Kedudukan Hukum Pajak
25
 Menurut Sacipto Rahardjo Sistem Hukum Nasional terdiri dari
Hukum Privat dan Hukum Publik.
 Hukum privat /perdata terdiri dari :

1.
Hukum perkawinan
2.
Hukum waris
3.
Hukum perjanjian
4.
Hukum dagang.
5.
Hukum perdata internasional.
Hukum Publik terdiri dari:
1.
Hukum Pidana
2.
Hukum Tata Negara.
3.
Hukum Administrasi Negara.
4.
Hukum Internasional.
5.
Hukum Lingkungan.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
26
Hubungan Hukum Pajak
dengan Hukum Lainnya
 Hukum Pajak dengan Hukum perdata.
1. Hukum pajak mengambil sasaran pada peristiwa,
keadaan dan perbuatan yang berada dalam
lapangan perdata sebagai odjek pengenaannya.
Misalnya pada kepemilikan bumi dan bangunan
akan dikenakan pajak bumi dan bangunan.
Hubungan bumi dan bangunan dengan pemiliknya
adalah merupakan hubungan perdata.
2. Hukum pajak mengunakan istilah-istilah dalam hukum
perdata, misalnya kompensasi, pembebasan utang,
pambayaran, daluwarsa, domisili dan lain-lain.
Namun dalam penerapannya harus sudah
ditentukan dalam UU.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
27
 Hubungan
antara
Hukum
Pajak
dengan Hukum perdata ada yang
berpendapat
hubungan antara
hukum umum dan hukum khusus.
Perdata merupakan hukum umum dan
hukum pajak merupakan hukum
khusus. Artinya hukum perdata harus
dipandang sebagai hukum umum
yang
berlaku
bagi
serangkaian
hubungan hukum sepanjang tidak
ditentukan secara khusus.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
28
Hukum Pajak dengan Hukum Pidana.
Ketentuan pidana tidak hanya ada dalam
KUHP tetapi juga di luar KUHP. Dalam Pasal
103 KUHP disebutkan “ Ketentuan-ketentuan
dalam Bab I sampai bab VIII buku ini juga
berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang
oleh
ketentuan
perundang-undangan
lainnya diancam dengan pidana, kecuali
jika oleh Undang-undang ditentukan lain.
Disamping itu dalam ketentuan perpajakan
juga terdapat sanksi pidana.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
29
Hukum pajak dengan
hukum administrasi negara.
 Dalam hukum pajak, untuk timbulnya
hutang pajak bagi warga negara harus
terlebih
dahulu
ditetapkan
oleh
pemerintah (SPT). utang pajak menurut
ajaran Formal.
 Menurut ajaran materiil, timbulnya utang
pajak muncul dengan sendirinya yaitu
pada saat ditentukan oleh undangundang sekaligus dipenuhi syarat subyek
dan syarat objek.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
30
Asas Pengenaan pajak
1. Asas sumber
Menurut yuridiksi pemungutan pajak berdasarkan
asas sumber bahwa pemungutan pajak tidak dapat
dilepaskan dengan sumber atau tempat objek pajak
itu berada.
2. Asas kebangsaan
Berdasarkan asas kekebangsaan, yuridiksi
pemungutan pajak dikenakan pajak bukan objek
pajak, melainkan status atau kebangsaan dari setiap
orang pribadi yang berasal dari negara yang
mengenakan pajak.
3. Asas tempat tinggal
asas pemberlakuan pajak bagi pihak yang ditempat
dia berdomisili. Dalam asas ini Negara berhak
memungut pajak dari seseorang atau badan yang
berdomisili diwilayahnya, baik penghasilan dari dalam
maupun luar negeri.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
31
Sistem pemungutan pajak
1. Stelsel Nyata (Riil)
 Dalam stelsel nyata atau riil ini pengenaan pajak didasarkan
pada keadaan dari obyek pajak yang sesungguhnya. Apabila
pajak itu dikenakan terhadap penghasilan misalnya, maka
pengenaan pajak didasarkan pada penghasilan yang sungguhsungguh diterima atau diperoleh oleh wajib pajak. Sehingga
terhadap suatu jenis pajak yang menggunakan stelsel riil, maka
sistem pemungutan pajaknya adalah sistem pemungutan pajak
di belakang (naheffing). Pemungutan pajak dilakukan setelah
masa atau tahun pajak berakhir.
 Kelebihan :Baik bagi wajib pajak maupun fiscus atau pemerintah
tidak merasa dirugikanapabila terjadi perubahan terhadap
keadaan obyek pajak selama masa pajak itu berlangsung,
karena semua perubahan itu tetap dipertimbangkan dalam
penentuan jumlah pajak.
 Kelemahan :Terlambatnya uang pajak masuk ke dalam kas
negara. Hal tersebut terjadi karenauang pajak baru dapat
diterima oleh negara setelah masa atau tahun pajak itu berakhir.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
32
Sistem pemungutan
pajak…..
2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
 Stelsel anggapan pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan hukum (fictieve) tertentu. Fictiev hukum yang dipakai
ini misalnya menganggap bahwa penghasilanyang diterima oleh
setiap wajib pajak adalah sama besarnya untuk setiap tahun
pajak. Fictieve lain yang digunakan, misalnya bagi wajib pajak
yang menerima gaji bulanan, penghasilan dalam satu tahun
pajak adalah sama dengan penghasilan pada bulan pertama
dikalikan dua belas. Stelsel ini menerapkan sistem pemungutan
pajak di depan (voor heffing).
 Kelebihan :Uang hasil pajak segera dapat masuk ke dalam kas
negara.
 Kelemahan :Merugikan wajip pajak apabila ternyata selama
masa atau tahun pajak berjalanterjadi penurunan penghasilan
dari wajib pajak. Sebaliknya juga akan merugikannegara apabila
ternyata selama masa atau tahun pajak berlangsung terjadi
kenaikan penghasilan dari wajib pajak
M1- Dasar-dasar Perpajakan
33
Sistem pemungutan pajak
3.
Stelsel Campuran
 Dalam stelsel campuran ini, utang pajak dikenakan denganmendasarkan
stelsel fictieve pada awal masa atau tahun pajak yang itu
merupakanketetapan sementara, di mana setelah masa atau tahun pajak
berakhir akan dikoreksi berdasarkan keadaan dari penghasilan yang
sesungguhnya diterima oleh wajib pajak.Dengan demikian, ada dua
ketetapan pajak yaitu di awal masa atau tahun pajak dikeluarkan
ketetapan sementara dan kemudian setelah masa atau tahun pajak
berakhir dikeluarkan ketetapan yang final. Penggunaan stelsel ini
membawakonsekuensi digunakannya sistem pemungutan di depan dan di
belakang sekaligus.Stelsel ini digunakan dalam pajak penghasilan.
 Kelebihan :Pada awal masa atau tahun pajak uang hasil pajak sudah
dapat masuk ke dalam kasnegara sehingga dapat segera digunakan.
 Kelemahan :Adanya ketetapan yang dilakukan dua kali selama masa atau
tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini akan mengakibatkan adanya
pekerjaan, biaya dan tenaga yangdigunakan untuk menghitung dan
menetapkan utang pajak itu menjadi dua kali lipat. Hal ini tentu tidak
efisien.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
34
Ajaran yang Mengatur
Timbulnya Utang Pajak
1. Ajaran materil
Ajaran materil menyatakan bahwa utang pajak timbul
karena diberlakunya undang-undang. Dalam ajaran ini
seseorang akan secara aktif menentukan apakah dirinya
dikenan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan
penerapan self assessment system.
2. Ajaran formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul
karena di keluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus
(pemerintah). Untuk menentukan apakah seseorang
dikenakan pajak atau tidak, berapa pajak yang harus
dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
diketahui dalam ketetapan pajak tersebut. Ajaran ini
konsisten dengan penerapan official assessment sytem.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
Berakhirnya utang pajak
35
1.
Pembayaran atau pelunasan
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotong / pemungutan oleh
pihak lain, pengkreditan pajak luar negri, maupun pembayaran sendiri oleh
wajib pajak kekantor penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).
2.
Kompensasi
Kompensasi dapat di artikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasikarena kelebihan pembayaran pajak
3.
Kadaluwarsa
Dalam UU No.17 Tahun 2000 ,utang pajak akan daluwarsa setelah melewati
waktu 10(sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, Bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang
bersangkutan . Undang-Undang no 36 tahun 2008 menjadi 5 tahun
4.
Pembebasan/penghapusan
Berakhirnya pajak karena adanya pembebasan dan penghapusan Pajak.
M1- Dasar-dasar Perpajakan
36
Hambatan pemungutan
pajak
1.
Perlawanan pasif
Masyarakat enggan membayar pajak yang disebabkan
antara lain perkembangan intelektual dan moral
masyarakat, sistem perpajakan yang sulit dipahami
masyarakat, sistem kontrol tidak dilaksanakan dengan
semestinya
2.
Perlawanan aktif
Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan
menghindari pajak. Contoh:

Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak
dengan tidak melanggar undang – undang

Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan
cara melanggar undang-undang (penggelapan pajak)
M1- Dasar-dasar Perpajakan
Download