Uploaded by User96837

BAB IIr

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan perempuan
(life-cycle-approach) atau pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan sejak dari janin sampai
liang kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut dengan “Continuum of care women
cycle“. Kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan sepanjang siklus kehidupan
perempuan hal ini disebabkan status kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja
mempengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin,
dan masa nifas. Hambatan sosial, budaya, dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup
perempuan merupakan akar masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan
perempuan saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas
makanan, nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi,
serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa
reproduksinya. Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016):
1. Konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur / reproduksi
5. Usia lanjut
USIA LANJUT
USIA SUBUR
REMAJA
BAYI DAN
ANAK
KONSEPSI
2.1.Konsepsi
Konsepsi adalah masa setelah bersatunya sel telur dengan sperma kemudian janin
akan tumbuh menjadi morulla, blastula, gastrula, neurulla yang akhirnya menjadi janin dan
dengan terbentuknya placenta akan terjadi interaksi antara ibu dan janin.
Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi:
a.
Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b.
Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c.
Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d.
Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
2.2.Bayi dan Anak
Masa bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
cepat, Tumbuh kembang motoric kasar dan motorik halus akan berjalan dengan baik bila
kesehatan bayi dan anak dalam keadaan prima. Pada bayi lahir cukup, pembentukan
genitalia internal sudah selesai, jumlah folikel primordial dalam ovarium telah lengkap
sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutnya. Tuba, uterus,
vagina, dan genitalia eksternal, labia mayora menutupi labio minora, tetapi pada bayi
premature vagina kurang tertutut dan labia minora lebih keliatan. Pada fase anak beberapa
hal khas adalah perangsangan pada hormon reproduksi sangat kecil dan kadar estrogen dan
gonadrotopin sangat rendah. Dalam masa kanak – kanak pengaruh hipofisis terutama
terlihat dalam pertumbuhan badan. Pada masa kanak – kanak sudah nampak perbedaan
antara anak pria dan wanita, terutama dalam tingkah lakunya, tetapi perbedaan ini
ditentukan terutama oleh lingkungan dan pendidikan. Faktor yang mempengaruhi siklus
kehidupan wanita khusunya pada masa bayi dan anak adalah :
a. Bayi :
 Lingkungan
 Kondisi ibu
 Sikap orang tua
 Aspek psikologi pada masa bayi
 Sistem reproduksi
b. Anak
 Faktor dalam
a) Hal-hal yang diwariskan orang tua ( bentuk tubuh )
b) Kemampuan intelektual
c) Keadaan hormonal tubuh
d) Emosi dan sifat
 Faktor luar
a) Keluarga
b) Gizi
c) Budaya setempat
d) Kebiasaan anak dalam personal hygine
Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan pada fase anak dan balita yaitu meliputi :
a) ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak lahir sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat dari pmberian ASI
Ekslusif terbut yaitu bermanfaat bagi bayi, bagi ibu, bagi keluarga dan bagi
Negara.
b) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang.
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu dari
anak itu sendiri.
c) Imunisasi dan manajemen terbadu balita sehat yaitu kesehatan bayi di
Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah
bayi yang meninggal.Karena itu, upaya pemantauan kesehatan bayi perlu
ditingkatkan melalui pemberian imunisasi dan pengelolaan balita sakit.
Pemberian imunisasi anak yang sesuai dengan jadwal akan mencegah anak
menderita campak, polio, difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis. Untuk
penerapan MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara
cepat semua gejala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak
sakit berat dan perlu segera dirujuk.
d) Pendidikan dan kesempatan bagi anak laki-laki dan perempuan, sebagai
pasangan atau individu merupakan kesamaan/kesetaraan gender yaitu
keadaan tanpa diskriminasi dalam memperoleh kesempatan, pendidikan,
serta akses terhadap pelayanan.
2.3.Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan (trantition) dari anak-anak menuju masa
dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik perubahan hormonal, fisik,
psikologis maupun sosial (Sofia & Adiyanti, 2013). Batasan usia remaja menurut World
Health Organization (WHO) adalah usia 12-24 tahun, menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI) adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin, dan menurut
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah usia 10-24 tahun
dan belum menikah (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia, 2014).
Masa remaja pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik
yang terjadi diantaranya adalah tumbuhnya rambut kemaluan (pubeshe), buah dada mulai
tumbuh (thelarche), pertumbuhan tinggi badan yang cepat (maximal growth), mendapatkan
haid yang pertama kali (menarche). Pubertas merupakan masa peralihan antara masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan organ-organ fisik secara
cepat dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaannya dan terjadi
kematangan seksual atau alat-alat reproduksi.
a. Tahapan pubertas/remaja
1)
2)
3)
Masa remaja awal (10-12 tahun)
-
Merasa lebih dekat dengan teman sebaya
-
Merasa ingin bebas
-
Lebih banyak memperhatikan keadan tubuhnya dan mulai suka berkhayal
Masa remaja tengah (13-15 tahun)
-
Ingin mencari identitas diri
-
Ada keinginan untuk berkencan atau mulai tertarik dengan lawan jenis
-
Timbul perasaan cinta yang mendalam
-
Kemampuan berpikir abstrak makin berkembang
-
Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
Masa remaja akhir (16-19 tahun)
-
Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
-
Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
-
Memiliki citra terhadap dirinya
-
Dapat mewujudkan perasaan cinta
-
Memiliki kemampuan berpikir abstrak
b. Tanda-tanda perubahan yang terjadi pada remaja wanita
1) Perubahan fisik
-
Tanda-tanda primer
Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang
ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi dengan matang
dibawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai
tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen.
Korteks kelenjar suprarenal membentuk androgen yang berperan pada
pertumbuhan badan. Selain pengaruh hormone somatotropin diduga
kecepatan pertumbuhan wanita dipengaruhi juga oleh estrogen.
-
Tanda-tanda sekunder
a) Rambut
Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah pinggul
dan payudara mulai berkambang. Bulu ketiak dan bulu pada wajah
mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang mula-mula berwarna
terang berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar, keriting.
b) Pinggul
Pinggul berubah menjadi lebih memebesar dan membulat. Hal
ini disebabkan karena membesranya tulang pinggul dan lemak dibawah
kulit.
c) Payudara
Bersamaan dengan membesarnya pinggul maka payudara juga
membaesar dan puting susu ikut menonjol. Disini makin membesarnya
kelenjar susu maka payudara semakin besar dan bulat.
d) Kulit
Kulit menjadi semakin kasar, lebih tebal dan pori-pori lebih
membesar. Tetapi kulit wanita lebih lembut daripada kulit pria.
e) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini
sering timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan kelenjar
keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan sesudah haid.
f) Otot
Menjelang akkhir masa puber, otot menjadi semakin membesar
dan kuat. Akibat akan terbentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g) Suara
Suara berubah menjadi merdu.
2) Perubahan kejiwaan
a) Perubahan emosi
Remaja lebih peka atau sensitif sehingga lebih mudah menangis, cemas,
frustasi, bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Selain itu, mudah bereaksi
bahkan
agresif
terhadap
gangguan
atau
rangsangan
luar
yang
mempengaruhinya. Pada masa ini ada kecenderungan tidak patuh pada
orang tua, lebih suka pergi sama teman, tidak betah tinggal dirumah.
b) Perkembangan intelrgensia
Pada perkembangan ini remaja cenderung mengembangkan cara
berpikir abstrak dan ingin mengetahui hal-hal baru yang mendorong
perilaku ingin coba-coba.
Remaja yang mempunyai masalah umum dibedakan dengan remaja yang
mempunyai masalah yang patologis (pathologic teenager). Berikut adalah masalah umum
yang dialami remaja berkaitan dengan tumbuh kembangnya (Rosyida, 2019) :
a. Masalah gizi
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki.
Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan
bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam,
selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
b. Masalah yang juga berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi dengan
anggota keluarga, disiplin, dan bertentangan dengan orang tua.
c. Kondisi fisik
Penampilan seperti berat badan, ciri-ciri daya tarik, bau badan, jerawat,
kesesuaian dengan jenis kelamin.
d. Emosi (temperamen yang meledak ledak, suasana hati yang sering berubah-ubah).
e. Penyesuaian sosial (minder, sulit bergau, pacaran, penerimaan oleh teman sebaya,
peran pemimpin).
f. Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).
g. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis (heteroseksual), seperti putus
pacar, proses pacaran, backstreett sulit mempunyai pasangan dan lain-lain.
h. Masalah yang berkaitan dengan seksualitas
Sifat khas remaja yaitu memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar,
menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko
atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang (Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2014). Salah satu faktor masalah seksualitas pada remaja
terjadi perubahan hormonal yang meningkatkan gairah seksual (seksualitas libido)
remaja. Pada masa ini terdapat permasalahan yang bisa terjadi yaitu :
1) Married by accident dan menyebabkan terjadinya pernikahan di bawah
umur serta melahirkan usia < 20 tahun. Pernikahan usia dini adalah
perkawinan yang dilakukan pada usia remaja, pada umumnya hal tersebut
akan berdampak bagi keadaan ekonomi, kesehatan, sosial, dan psikologi
(Djamilah & Kartikawati, 2015). Kejadian kehamilan saat usia masih muda
dapat disebabkan karena manjalani pernikahan saat masih berusia < 20
tahun. Beberapa faktor terjadinya pernikahan dini yaitu faktor ekonomi,
faktor orang tua, faktor kecelakaan (married by accident), melanggengkan
hubungan dan faktor tradisi dari sebuah keluarga (Mubasyaroh, 2016).
2) Penyalahgunaan obat – obatan dan perilaku sex bebas yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan lainnya seperti penularan Penyakit
Menular Seksual dan HIV/AIDS
3) Pelecehan seksual
Adapun beberapa pemahaman yang perlu diberikan kepada remaja khususnya
remaja wanita, antara lain yaitu :
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
2.4.Usia Subur
Masa subur atau masa reproduksi yaitu masa dimana perempuan menjalankan tugas
kehidupannya yaitu mulai hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusi dan masa antara
yaitu merencanakan jumlah atau jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi. Usia
dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur,
karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam
menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi
kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat.
Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan,
kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan
penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada
usia ini, adalah endometritis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri
pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau air kecil. Penderita kadang
mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
Masalah yang mungkin ditemui:
1. Kesakitan dan kematiani ibu yang disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia
Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan, hipertensi
pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi. Namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan resiko kesakitan dan kematian ibu yaitu 3 Terlambat
(terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat
menangani) dan 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak
(Puti, Hapsari, Dharmayanti, dan Kusumawardani, 2014).
Salah satu faktor yang menyebabkan masalah di atas yaitu terlalu muda atau
fertilitas dari remaja. Ibu remaja berusia 10–19 tahun menghadapi lebih tinggi risiko
eklamsia, endometritis nifas dan infeksi sistemik dibandingkan wanita berusia 20-24
tahun. Kehamilan primigravida pada usia < 20 tahun memiliki resiko terjadinya
komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan (Sutarmi & Zakir, 2013).
2. Kemandulan,
3. Pelecehan/kekerasan seksual,
4. Komplikasi aborsi,
5. ISR/IMS/HIV/AIDS
6. Pengaturan kesuburan.
Adapun asuhan yang harus diberikan yaitu :
a.
Kehamilan dan persalinan yang aman
b.
Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c.
Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d.
Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e.
Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f.
Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g.
Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h.
Pencegahan dan managemen infertilitas
2.5.Usia Lanjut
Masa usia lanjut yaitu masa dimana usia telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Pada
masa inilah masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit
berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
secara teratur. Pada masa ini hormone Estrogen sudah mulai menurun atau habis
dikarenakan produksi sel telur juga sudah mulai menurun atau habis. Dengan menurunnya
hormon estrogen akan terjadi perubahan fisik dan psikologis pada perempuan diantaranya
perubahan pada organ reproduksi, perubahan pada metabolism tubuh dan turunya massa
tulang (osteophorosis). Beberapa perbahan
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas
dan
osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan,
prolaps/osteoporosis,
kanker
saluran
reproduksi,
kanker
payudara,
ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi
sebelumnya,
diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan apa yang diberikan
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Penyakit jantung koroner
c. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung
koroner,
berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL)
dan
meningkatnya kadar kolesterol tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian
jantung koroner
d. Osteoporosis
Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar
hormone
estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah
e. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang
f. Kepikunan
Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak.
Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur,
gelisah, depresi
sampai pada kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan estrogen
sudah
berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan
g. Deteksi dini kanker rahim
Daftar Pustaka
H., P. S., Hapsari, D., Dharmayanti, I., & Kusumawardani, N. (2014). Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Risiko Kehamilan “ 4 Terlalu ( 4-T )” Pada Wanita Usia 10-59
Tahun ( Analisis Riskesdas 2010 ). 143–152.
Djamilah, & Kartikawati, R. (2015). Dampak Perkawinan Anak di Indonesia. Jurnal Studi
Pemuda, 3(1), 1–16.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). KESEHATAN REPRODUKSI DAN
KELUARGA BERENCANA. Pusdik SDM Kesehatan.
Mubasyaroh. (2016). Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi
Pelakunya. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosial Keagamaan, 7(2), 385–411.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia. (2014). Infodatin Reproduksi
Remaja. In Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (p. 1).
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin
reproduksi remaja-ed.pdf
Rosyida, D. A. C. (2019). Buku Ajar KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN WANITA.
PT. PUSTAKA BARU.
Sofia, A., & Adiyanti, M. G. (2013). KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP
KECERDASAN MORAL. 00(1), 133–141.
Sutarmi, & Zakir, M. (2013). Hubungan Usia Ibu Dengan Komplikasi Kehamilan Pada
Primigravida. Keperawatan, IX(2), 140–144.
Download