Uploaded by malapurwaningrw

infeksi bu sityul

advertisement
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action
to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an
aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan
(yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu.,
kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder
rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Silang?
2. Apa yang dimaksud dengan Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan, Perawatan
dan Pelayanan Medis?
3. Bagaimana cara menjaga kebersihan, penataan lingkungan dan sanitasi lingkungan?
4. Bagaimanakah prosedur personal hygine?
5. Bagaimana tindakan keperawatan pre dan post operasi?
Tujuan
1. Mengetahui tentang tindakan dan pencegahan Infeksi Silang
2. Mengetahui Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan, Perawatan dan Pelayanan
Medis
3. Mengetahui cara menjaga kebersihan, penataan lingkungan dan sanitasi lingkungan
4. Mengetahui tentang prosedur personal hygine
5. Mengetahui tindakan keperawatan pre dan post operasi
1
BAB II
Kajian Teori
A. Pengertian Infeksi Silang
Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan
dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh kecelakaan
seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut dan saluran
pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi beresiko tinggi
terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
B. Jalur Penyebaran Infeksi Silang
1. Pasien ke Operator
Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak lansung dan tidak langsung.
Kontak lansung dengan saliva antara pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui
kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Infeksi tidak langsung melibatkan
perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut pasien) ke suatu benda dan
kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi tersebut. Bisa
melalui penyebaran droplet dan melalui udara yang terkontaminasi mikroorganisme.
2. Operator ke Pasien
Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur pencegahan
tidak dilakukan seperti semestinya. Infeksi dapat berasal dari tenaga pelayanan kesehatan
gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Tangan operator yang terluka
dan mengenai instrumen atau alat-alat lain yang kemudian digunakan di mulut pasien,
patogen dan mikroorganisme lainnya yang terkandung dalam darah bisa berpindah ke
mulut pasien. Penularan juga bisa terjadi melalui droplet infeksi dari operator kepada
pasien, yang sebenarnya dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak khusus
diruang perawatan.
3. Pasien ke Pasien
Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain melalui kontak
tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan baik dan
permukaan peralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling sering disentuh tenaga
pelayanan kesehatan gigi.
4. Operator ke Lingkungan Sekitar
Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi benda-benda
yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut tidak disterilkan terlebih
dahulu sebelum dibuang. Infeksi juga dapat berasal dari kontak tidak langsung karena
tidak menggunakan APD (misalnya melalui baju, handphone, dan lain-lain ). Limbah
medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan yang benar, untuk itu perlu
memiliki instalasi pengelolaan limbah medis.
5. Lingkungan Sekitar ke Pasien
Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat pelayanan kesehatan.
C. Kontrol Infeksi
2
Tujuan pengendalian infeksi dalam praktek gigi adalah untuk mencegah penularan agen
penyakit memproduksi seperti bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien lain, dari
dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke dokter gigi atau staf gigi lainnya.
Selain itu, perlu bahwa penyebaran infeksi endogen juga dicegah dengan membatasi
penyebaran agen infeksius. Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat dihirup,
tertelan, disuntikkan, atau memercik ke kulit atau mukosa.
Dalam pengaturan praktik bidan, mikroorganisme juga dapat menyebar dengan
transmisi udara, ketika staf gigi atau orang lain menghirup partikel kecil yang mengandung
agen infeksi. Sejumlah agen infeksi, termasuk virus influenza, dapat ditularkan melalui
droplet pernapasan yang dihasilkan oleh pasien yang batuk, bersin atau berbicara.
Pengendalian infeksi berfokus pada membatasi atau mengontrol faktor-faktor yang
mempengaruhi penularan infeksi atau yang berkontribusi terhadap penyebaran
mikroorganisme. Penyebaran mikroorganisme dapat dikurangi dengan:
• Membatasi kontaminasi permukaan oleh mikroorganisme.
• Mengikuti praktek kebersihan pribadi yang baik, terutama kebersihan tangan yang efisien.
• Menggunakan alat pelindung diri.
• Menggunakan produk sekali pakai mana yang sesuai (misalnya handuk kertas)
• Teknik minimalisasi risiko berikut seperti menggunakan rubber dam dan kumur-kumur
sebelum tindakan.
Pekerjaan bidan tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak
diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena
itu bidan harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Sebaiknya ditetapkan suatu
standard untuk proteksi diri sehingga kemungkinan infeksi silang sangatlah kecil.
D. Standard Precautions
Standard Precautions rnerupakan upaya yang dilakukan dalarn rangka perlindungan,
pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections) antara petugas- pasien
akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi
penyakit menular. Menurut Depkes dan Kesos RI tahun 2001, prinsip kewaspadaan standar
adalah bahwa darah dan semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir penderita dianggap sebagai surnber potensial untuk penularan infeksi terrnasuk HIV,
sehingga diharapkan setiap petugas pelayanan kesehatan rnampu menerapkan prinsip
standard precaution. Penerapan kewaspadaan standar ini bertujuan tidak hanya melindungi
petugas dari resiko terpapar oleh infeksi namun juga melindungi klien yang mempunyai
kecenderungan rentan terhadap segala macam infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
Tindakan standard precautions dilakukan pada semua tindakan perawatan terhadap
pasien untuk mengurangi resiko infeksi penyakit menular pada operator baik dari sumber
terinfeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Tindakan pencegahan ini dilakukan
pada semua pasien tanpa memandang diagnosis ataupun status infeksinya. Pencegahan
yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, pengunaan alat sekali pakai,
kualitas air dental unit.
3
E. Perlindungan Diri
1. Mencuci Tangan
Dalam menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal yang
sangat penting. Dalam aktivitas sehari-hari tangan sering kali terkontaminasi dengan
mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh.
Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk menjaga
kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan),
terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak
dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan. Lamanya mencuci tangan 4060 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok
tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metode dan tata
cara mencuci tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur,
tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba yang
digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non
bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun
detergent antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba
(bedah) yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternatif
pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan
iodophor.
Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang dispossible atau diisi
ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan
antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Hal – hal yang harus
diperhatikan mengenai kebersihan tangan:
1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan
tangan harus dilepas.
2) Kuku harus tetap pendek dan bersih
3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat
bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku.
4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah
satu pilihan sebagai berikut:
- Ember berkeran yang tertutup.
- Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya
mencuci tangan.
5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan
kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan.
6) Indikasi kebersihan tangan termasuk :
- Bila tangan terlihat kotor.
- Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi
dan sekresi.
- Sebelum memakai sarung tangan.
- Segera setelah melepas sarung tangan.
- Sebelum menyentuh pasien.
- Sebelum melakukan prosedur aseptik.
4
-
Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan.
Macam-macam cairan yang biasa digunakan untuk mencuci tangan :
1. Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk
mendesinfeksi permukaan, namun ada tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk
mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa
2. Aldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran
gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang
kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat
disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang
dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat
mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif
seperti tuberkulosis, jamur, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedangkan
spora baru akan mati setelah 10 jam.
3. Biguanida Klorheksidin merupakan contoh dari biguanida yang digunakan secara luas
dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan
pada detergen digunakan pada surgical hand scrub, klorheksidin 2% pada larutan air
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%
digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram (+)
maupun Gram (-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh
absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucous.
4. Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion
halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan
cepat diinaktifkan oleh bahan organik misalnya Chloros, Domestos, dan
Betadine.Universitas Sumatera Utara
5. Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan
alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat
dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai desinfektan misalnya Dettol.
2. Menggunakan Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat
dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker
diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien.
Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan
telah selesai.
5
3. Sarung Tangan
Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan
perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung
tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan
dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke
pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan
lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan. Disarankan untuk
tidak mencuci, mendesinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah
digunakan.Prosedur pemakaian sarung tangan :

Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.

Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga
bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.

Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah
memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit
tangan).

Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum
memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan
sehingga terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta
membersihkan permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves)
yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.
4. Kaca Mata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.
Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didesinfeksi setiap kali
berganti pasien. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, lalu
masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan.
5. Baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang digunakan
untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi darah dan
cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan
yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas
kedap air yang hanya dapat sekali pakai (dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika
tindakan telah selesai.
6. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak
masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua
rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpecik
dan menyemprot. Sedangkan pelindung kaki digunakan untuk melindung kaki dari cedera
akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki.
Oleh karena itu, sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh
dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau Universitas
6
Sumatera Utara tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu
bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar
bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan
sering kali digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan
sehingga terjadi pencemaran
7. Imunisasi
Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi mempunyai
risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubela dan varisela.
Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-penyakit
tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau memperoleh
booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, ditieri, poliomielitis, tifoid,
meningokokus, hepatitis A, hepatitis B, rubela, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps.
Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat
atau mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan. Institusi pendidikan kedokteran
gigi di Indonesia diwajibkan melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada
mahasiswanya.Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai
administratif, petugas kebersihan dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam program tersebut
tergantung pada risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan
karyawan yang tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan
menandatangani surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui
oleh pimpinan.
8. Penggunaan Alat Sekali Pakai
Bahan sekali pakai hanya digunakan untuk satu orang pasien. Biasanya bahan tersebut
terbuat dari plastik atau bahan logam yang tidak mahal, dan biasanya bersifat Universitas
Sumatera Utara tidak tahan panas atau tidak bisa disterilkan. Bahan-bahan sekali pakai
harus dibuang setelah dipakai.
9. Air Dental Unit
Air yang disuplai pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab
penyakit menular. Air yang mengandung mikrooranisme dapat tertahan pada saluran dental
unit, akan menyebabkan bakteri-bakteri melekat dan berakumulasi dipermukaan dalam
saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Beberapa cara
untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit yaitu :
1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan masukan
kedalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan
adalah air yang telah direbus.
2. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di cuci dengan larutan desinfektan dan
dibilas sebelum merawat pasien.
3. Menggunakan penyaring bakteri (mikrofiltrasi)
F. Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial pada Ibu Hamil
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara relatif
murah, yaitu :
7
1. Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan kesehatan
tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasii dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan
sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana
kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi
sering terjadi.
8
BAB III
Pembahasan
Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan,
Perawatan dan Pelayanan Medis
Prosedur Perawatan Pasien adalah sebuah proses yang berhubungan dengan pencegahan,
perawatan, dan manajemen penyakit dan juga proses stabilisasi mental, fisik, dan rohani
melalui pelayanan yang ditawarkan oleh organisasi, institusi, dan unit profesional kedokteran, .
Sistem kesehatan merupakan salah satu sektor industri terbesar dunia dengan pertumbuhan
tahunan tercepat, menghabiskan sekitar 8,9% PDB negara-negara maju setiap tahunnya.
Di Indonesia pemerintah
hanya
mengalokasikan
0,72%
dari
PDB
ke
bidang kesehatan pada 2002.
Pengelolaan Alat dan Bahan :
1. Membersihkan dan mensterilkan sarung tangan
a. Bersihkan sarung tangan dan periksa apakah ada kebocoran, yaitu dengan memasukkan
udara dalam sarung tangan, kemudian celupkan ke dalam air bersih. Jika ditemukan
kebocoran, pisahkan.
b. Keringkan dengan menggantungkan dulu sarung tangan, lalu lap dengan kain pengering
pada kedua sisinya dengan hati - hati jangan sampai sobek.
c. Bedaki tipis - tipis pada kedua sisinya, kemudian atur sarung tangan sepasang sepasang.
d. Sterilkan sarung tangan di dalam tromol / stoples tertutup yang berisi formalin selama 24
jam (dihitung mulai dari jam dimasukkan).
e. Selesaikan, bereskan alat - alat, dan simpan di tempat semula.
2. Vlamberen ( mensterilkan dengan cara membakar )
a. Cuci terlebih dahulu alat - alat yang disterilkan, kemudian keringkan hingga kering.
b. Letakkan alat - alat keperluan di atas meja.
c. Basahi bola kapas dengan spiritus bakar, jangan terlalu basah, kemudian letakkan di
dalam alat yang akan disterilkan.
d. Nyalakan lampu.
e. Ambil dengan korentang steril, kapas bulat yang telah dibasahi dengan spiritus bakar dan
nyalakan. Setelah itu, sterilkan bagian dalam dan tutup alat-alat divlamber.
f. Setelah selesai, buang kapas dalam piala ginjal berisi air. Setelah steril, segera tutup alat alat, kemudian bersihkan bagian yang telah disterilkan dengan kasa / stuffer steril.
g. Selesaikan, bersihkan alat - alat, dan kembalikan ke tempatnya masing - masing.
3. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari logam
a. Setelah dipergunakan, bilas semua alat dibawah air mengalir, kemudian rendam dalam
larutan lisol 2% selama 2 jam ( bekas penyakit menular direndam selama 24 jam ).
b. Kemudian, cuci setiap alat dengan sabun, bilas sampai bersih.
9
c. Setelah dibersihkan, masukkan ke dalam sterilisator setelah air di dalamnya mendidih
selama 15 - 20 menit, sedangkan untuk alat - alat logam, seperti pisau ( distouri ), gunting,
dan sebagainya masukkan setelah air mendidih selama 3 - 5 menit.
d. Setelah alat - alat steril, angkat dengan korentang steril, lalu simpan dan atur dalam baki
steril atau masukkan ke dalam instrumen vloistof.
e. Bereskan alat - alat dan simpan di tempat semula.
4. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari gelas
a. Bilas alat - alat dengan air bersih.
b. Bersihkan pengisapan dan tabung bagian dalam dengan lidi kapas atau sikat dengan
sabun.
c. Bilas dengan air bersih.
d. Bersihkan jarum ( dengan cara semprotkan atau jika perlu dengan mandarin ).
e. Pada sterilisator, letakkan spuit dan pengisapannya berdampingan, begitu juga jarum,
kemudian biarkan dalam sterilisator dengan air mendidih selama 15 - 20 menit.
f. Setelah steril, simpan alat - alat dalam baki steril.
g. Bereskan alat - alat dan simpan di tempat semula.
5. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari karet
a. Bersihkan alat - alat, dan bersihkan plester dengan bensin.
b. Setelah direndam dalam larutan lisol 2% selama 2 jam, bilas kateter, sonde / maag slang
dan cuci dengan sabun. Bersihkan.
Pelayanan medis adalah pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan suatu gangguan kesehatan.
A. Penjagaan Kebersihan, Penataan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan
1. Penjagaan Kebersihan
Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated infentions) yang selanjutnya
disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat masuk tidak ada infeksi atau tidak masa
inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi karena
pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam
lingkungannya dengan cara memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan
standar dan berdasarkan transmisi.
Kebersihan ruang perawatan pasien merupakan salah satu komponen dalam
kewaspadaan standar, mutlak dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan pasien
selama masa perawatan dan menjalani pengobatan. Sangat penting sebagai seorang
perawat untuk membuat ruang perawatan pasien senyaman mungkin dengan mengatur suhu
ruangan, mempertahankan ventilasi yang cukup, menghindarkan dari bau yang tidak sedap
dan menjaga kebersihan serta menjaga kamar/ruangan tetap rapi dan teratur sehingga
membuat pasien akan merasa lebih nyaman dalam perawatan.
10
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik yaitu bebas dari
kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah dan bau. Lingkungan yang nyaman secara
tidak langsung akan mempercepat kesembuhan, memudahkan perawat dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien, mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi silang, menumbuhkan kepercayaan dan kesan baik kepada pasien dan keluarganya
maupun masyarakat terhadap rumah sakit.
Cara menjaga ruang perawatan pasien agar bersih dan tertata rapi dengan melakukan
pembersihan rutin setiap hari meliputi pembersihan permukaan meja dan tempat tidur pasien
atau peralatan lain yaitu dengan lap lembab menggunakan disinfektan tingkat rendah sesuai
zone risikonya minimal sehari sekali, membersihkan lantai dengan menggunakan lobby
duster kemudian mengepel dengan menggunakan mop minimal sehari 2 kali atau bila
nampak kotor. Untuk mempertahankan kebersihan tersebut diperlukan rasa kesadaran yang
tinggi dari semua orang yang berada diruang tersebut dengan mengimplementasikan budaya
bersih yaitu membuang sampah pada tempatnya, menaruh barang pada tempatnya dan
tertata rapi, dalam kondisi siap digunakan, tidak mencampur barang bersih dan kotor,
membatasi barang bawaan pasien dan keluarga serta tidak kalah pentingnya pembatasan
jumlah pengunjung.
Bila dilihat dari resiko infeksi, alat kesehatan/instrumen dikelompokkan menjadi 3 kriteria
yaitu kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Ketiga kriteria tersebut akan menentukan cara
pemrosesan/pengelolaannya. Pemrosesan alat dimulai dari pre cleaning di point use dengan
flushing/penyemprotan menggunakan air mengalir atau direndam dengan larutan detergen,
dilanjutkan cleaning/pembersihan dan pengeringan. Tujuan dari proses dekontaminasi (pre
cleaning & cleaning) adalah melindungi petugas yang menangani instrumen, meminimalisasi
resiko penularan dan menonaktifkan virus, mengangkat kotoran, menghilangkan bioburden
yang melindungi mikroorganisma, memudahkan kontak agent sterilant pada permukaan alat
dan melindungi instrumen karat dan memperpanjang lifetime. Faktor-faktor yang
memperngaruhi proses cleaning antara lain bahan kimia (jenis detergen) yang digunakan,
waktu dan suhu perendaman serta air yang digunakan (idealnya air dengan kandungan
mineral rendah 70-150 mg/L/soft water).
Alat dengan kriteria semikritikal setelah proses dekontaminasi dilanjutkan Disinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT). DTT adalah perlakuan minimum yang direkomendasi Center For Disease
Control (CDC). Proses DTT dapat dilakukan dengan cara fisika misal pasterurisasi atau
dengan direbus dalam air atau kimia dnegan menggunakan disinfektan. Disinfektan yang
dapat digunakan untuk proses DTT adalah disinfektan dengan kategori High Level
Desinfectan (HLD) seperti larutan glutardehid 2%, hydrogen peroksida 6%,
orthophtalaldehid, asam paraasetat <1%.Aktivitas desinfektan dipengaruhi oleh tingkat
kebersihan (desinfektan berinteraksi dengan kontaminan baik organik/non organik atau
residu detergen), tipe dan jumlah MO, Ph larutan, suhu, waktu perendaman, serta air yang
digunakan. Sedangkan alat dengan kriteria kritikal harus dilakukan proses sterilisasi. Ada
beberapa metode sterilisasi yang biasa digunakan di rumah sakit yaitu sterilisasi suhu tinggi,
sterilisasi suhu rendah dengan gas kimia atau sterilisasi suhu rendah dengan larutan kimia
(desinfektan).
11
Sebagai unit penunjang kegiatan serta dalam upaya memberikan pelayanan sterilisasi yang
berkualitas dan berorientasi pada keselamatan pasien maka SDM harus bekerja sesuai
dengan standar prosedur operasional (SPO) dengan menggunakan sarana prasarana yang
sesuai dan terstandarisasi.
2. Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan adalah rangkaian kegiatan menata kawasann tertentu agar
bermanfaat secara optimal berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
Sebuah kawasan tertentu akan terlihat sebagai kawasan tersebut, apabila kondisi
lingkungannya ditata dan dipelihara dengan baik sesuai dengan peran dan fungsinya dan
sesuai dengan kawasan tersebut. Misalnya lingkungan di sekolah, jika tertata rapih, asri,
bersih dan tertib maka dapat melahirkan suasana seperti sekolah pada umumnya.
Tujuan dari penataan lingkungan antara lain :
1.Agar terciptanya pengelolaan lingkungan secara terencana,rasional,dan optimal sesuai
dengan daya dukungnya.
2.Agar terwujudnya keseimbangan tata guna lahan dengan daya dukung lingkungan.
3.Agar terciptanya kelestarian mutu lingkungan dan kesejahteraan makhluk hidup.
Aspek dasar yang dapat mundukung konsep penataan lingkungan hidup antara lain.
1) Keindahan
Lingkungan yang bersih, indah,dan asri adalah dampaan setiap orang. Semua pasti
menyukai lingkungan hidup yang indah,apalagi lingkungan tersebut adalah disekitar
tempat tinggal kita sehari-hari. Keindahan lingkungan akan berpengaruh baik terhadap
kondisi mental seseorang. Lingkungan yang indah yang adalah suatu keadaan lingkungan
hidup manusia dan alam yang tertata rapih, bersih,asri,tertib,sejuk, rindang. Lingkungan
yang indah pasti enak dipandang dan akan membawakan kesan segar,indah ,dan
nyaman.Hal-hal yang dapat kita lakukan agar lingkungan hidup di sekitar kita terjaga,
antara lain:
a. Menerapkan konsep yang dalam pembangunannya berwawasan lingkungan .
b. Menumbuhkan kesadaran terutama di lingkungan keluarga dan masyarakat agar
menjaga,memelihara,dan melestarikan lingkungan hidup secara bersama-sama.
c. Megendalikan daerah yang dapat meresapkan air,penataan lingkunganyang baik,dan
budaya hidup bersih.
2) Kenyamanan
Kenyamanan lingkungan adalah situasi lingkungan yang bersih,indah,dan sejuk sehingga
orang merasa aman,sanang,tenang,dan menikatinya. Ada beberapa aspek kenyamanan
dengan lingkungan.
a. Situasi lingkungan yang memberikan rasa aman ,tenang pada diri kita dan diri orang
lain.
b. Kenyamanan dalam arti memberikan rasa senang karena lingkunganya bersih,rapi,dan
indah sehingga diri kita dan orang lain merasa netah apabila berada di lingkungan
tersebut.
12
c. Lingkungan yang dapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan dan
kebelangsungan hidupnya.
3) Kerindangan
Ketika sedang panas teriknya matahari dan kita berada di bawah pohon besar yang
rindang, maka kita akan merasakan hawa yang sejuk. Semakin banyak pohon yang ada di
sekitar kita, maka akan semakin rindang dan sejuk.Beberapa hal yang dapat kita lakukan
untuk membuat lingkungan di sekitar kita rindang,antara lain:
a. Menanamkan budaya menanam.
b. Melakukan penghijauan di tempat yang gersang.
c. Melakukan reboisasi bekala dan berkesinambungan.
d. Mengganti tumbuhan yang mati dengan yang baru atau masih hidup
e. Membuat dan menegakkan aturan pemeliharaan lingkungan.
4) Kebersihan
Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap orang karena apabila lingkungan kita
bersih maka penyakit pun tidak akan menyerang kita.Agama mengajarkan bahwa
kebersihan sebagian daripada iman.Beberapa cara yang dapat kita lakukan agar
kebersihan tetap tejaga,yaitu:
a. Menyediakan sarana tempat sampah atau tong sampah.
b. Buanglah sampah pada tempatnya.
c. Bersihkan tempat yang bisa menjadi sumber penyakit.
d. Senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan di lingkungan sekitar.
5) Budayakan kegiatan cinta kebersihan
Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan
pada lingkungan tempat kita berada. Sanitasi lingkungan bertujuan untuk mencegah diri
sendiri maupun lingkungan untuk bersentuhan langsung dengan kotoran atau bahan
buangan/limbah lainnya. Ini berarti bahwa sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang
merupakan upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Misalnya membuang sampa
pada tempatnya dan melakukan pengolahan sampah dengan baik. Dengan ini sampah
tidak menumpuk di sekitar tempat kita tinggal dan menjadi masalah baru yang berdampak
negatif terhadap kesehatan orang-orang di lingkungan kita. Sanitasi lingkungan telah
diperagakan manusia sejak ribuan tahun yang lalu di lembah Hindus, Romawi, Mesir
kuno, yang menyediakan air bersih baik warganya.
Kegagalan sanitasi lingkungan dapat menjadikan bencana dan wabah mematika.
Menjelang abad pertengahan di Eropa,sanitasi lingkungan begitu buruk, akibatnya wabah
pes merajalela dan menelan banyak korban jiwa. Ini adalah peristiwa penyakit terburuk
dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu sanitasi lingkungan harus dijaga dengan
baik. Salah satunya adalah dengan menjamin ketersediaan air dalam waktu yang lama.
Air adalah zat yang penting dalam menunjang kehidupan kita. Selain untuk diminum dan
diperlukan dalam memasak, air juga dibutuhkan untuk mendukung kesehatan, sederhana
tapi fatal adalah ketika tidak ada air untuk mencuci tangan. Padahal cuci tangan adalah
perilaku sederhana yang mendorong pada sanitasi lingkungan. Dengan cuci tangan
13
seseorang telah menjauhkan mayoritas kotoran dan kuman penyebab sakit dari
tangannya yang secara otomatis mengurangi kans penyakit masuk dalam tubuhnya.
Peran penting air untuk sanitasi lingkungan Memang air memegang aspek yang penting
terkait dengan kegiatan sanitasi terhadap lingkungan, termasuk memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan sanitasi tersebut diantara lain:
Air sangat berperan penting dalam buruk atau baiknya kesehatan masyarakat dikaitkan
dengan proses dan pengumpulan pembuangan limbah.
Air yang disiram saat buang air, baik besar maupun kecil memakan 40% dari keperluan air
seluruh keluarga.
Pengelolaan air buangan/limbah, baik industri maupun rumah tangga perlu dikelola
dengan baik. Jangan sampai buangan ini justru menjadi penyebab sakitnya masyarakat.
Selokan dan kanal yang memadai akan mengalirkan air hujan sehingga tidak tergenang
dan menimbulkan kesempatan nyamuk berkembang biak. Selain itu juga menghindari
terjadinya bencana banjir yang juga mengancam kesehatan masyarakat.
Sanitasi ekologi dalam rangka kesehatan publik berarti segala daya, upaya dan proses
untuk mengolah limbah buangan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
dengan cara menggunakan kembali air yang didaur ulang. Model sanitasi ini cukup asing
di telinga orang awam karena terasa aneh. Banyak orang yang bergidik ngeri ketika kita
meminum air yang sudah didaur ulang dari limbah rumah tangga, bekas kencing misalnya.
Padahal itu bukan suatu yang mustahil. Dengan teknologi yang ada kita bahkan dapat
meminum langsung air dari sumur atau sumber air tanpa harus dimasak. Dan sekarang
semua sudah bisa dilakukan dengan harga yang murah.
3. Sanitasi Lingkungan
Menurut Entjang (2000) sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, yang mana
lingkungan berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki
atau dihilangkan.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo,
2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang
mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup:
(1) pasokan air yang bersih dan aman;
(2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri
(3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia;
(4) udara yang bersih dan aman
(5) rumah yang bersih dan aman.
Pada prinsipnya usaha sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber – sumber
makanan (Food Presences), tempat perkembangbiakan (Breeding Places) yang sangat
dibutuhkan vector dan binatang pengganggu. Sanitasi lingkungan smerupakan upaya
pengendalian terhadap faktor – faktor lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh
buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci
14
tangan dalam memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat
sampah untuk membuang sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan,
membangun jamban untuk tempat membuang kotoran dalam memelihara kebersihan
lingkungan dan menyediakan air minum yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk
dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang.
Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan
kesejahteraan.
4. Personal Hygine
a) Pengertian Personal hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat
penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005).
b) Jenis-jenis Personal hygiene
Kebersihan perorangan meliputi :
1. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi
kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan
kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan , makanan yang
dimakan serta kebiasaan hidup sehari – hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus
selalu memperhatikan seperti :
 Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
 Mandi minimal 2x sehari
 Mandi memakai sabun
 Menjaga kebersihan pakaian
 Makan yang bergizi terutama sayur dan buah
 Menjaga kebersihan lingkungan.
15
2. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan
subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek.
Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka
perlu diperhatikan sebagai berikut :
 Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu.
 Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya.
 Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
3. Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi
sehingga terlihat cemerlang.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kesehatan gigi adalah :
 Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
 Memakai sikat gigi sendiri
 Menghindari makan-makanan yang merusak gigi
 Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
 Memeriksa gigi secara teratur
4. Kebersihan mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :
 Membaca di tempat yang terang
 Memakan makanan yang bergizi
 Istirahat yang cukup dan teratur
 Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan)
 Memlihara kebersihan lingkungan.
5. Kebersihan telinga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
 Membersihkan telinga secara teratur
 Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
 Kebersihan tangan, kaki dan kuku
 Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas
dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah
dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita
dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.
 Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
 Membersihkan tangan sebelum makan
 Memotong kuku secara teratur
 Membersihkan lingkungan
 Mencuci kaki sebelum tidur
16
6. Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :
 Kebersihan kulit
 Kebersihan tangan, kaki dan kuku
 Kebersihan rambut
c) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Citra tubuh ( Body Image)
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
d) Prosedur Personal Hygine
a. Perawatan kulit kepala dan rambut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan perawatan diri dengan cara mencuci dan menyisir rambut.Tujuannya
adalah membersihkan kuman kuman yang ada pada kulit kepala ,menambaha
rasa nyaman,membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit ,serta
memperlancar system peredaran darah di bawah kulit.
17
Alat dan Bahan
1.Handuk secukupnya
2.Perlak atau pengalas
3.Baskom berisi air hanagt
4.Sampo atau sabun dalam tempatnya
5.Kasa dan kapas
6.Sisir
7.Bengkok/nierbekken
8.Gayung
9.Ember kosong
b. Perawatan kulit seluruh tubuh
Kulit memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara
kesehatan tubuh. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dengan
mandi, karena mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada
permukaan kulit, menghilangkan bau keringat, merangsang peredaran darah dan
syaraf dan mengembalikan kesegaran tubuh.
Alat dan Bahan :
a. Baskom cuci
b. Sabu
c. Air
d. Agen pembersih
e. Balutan
f. Pelindung kulit
g. Plester
h.Sarung tangan
Prosedur Kerja
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
 Tutup pintu ruangan
 Atur posisi pasien
 Kaji ulang /kulit tertekan dengan memperhatikan warna ,kelembaban
,penampilan ,sekitar kulit,ukur diameter kulit,ukur kedalaman.
 Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh
dengan air.
 Perlahan lahan keringkan kulit secara menyeluruh.
 Bersihakan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau larutan
pembersih ,gunakan ,semprit irigasi luka pada luka yang dalam.
 Setelah selesai berikan obat atau agen topical.
 Catat hasil
 Cuci tangan
18
c. Memandikan Pasien di Tempat Tidur
Tindakann keperawatan di lakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara
sendiri dengan cara memandikan di tempat tidur.Tujuannya adalah menjaga
kebersihan tubuh ,mengurangi infeksi akibat kulit kotor ,memperlancar sistem
peredaran darah , dan menambah kenyamanan pasien.
Alat dan Bahan
1. Baskom mandi du buah,masing masing berisi air dingin dan hangat.
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk,sarung tangan pengusap badan
5. Tempat untuk pakaian kotor
6. Sampiran
7.Sabun
Prosedur Kerja
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Lakukan tindakan memandikan pasien yang di awali dengan membentangkan
handuk di bawah kepala ,kemudian bersihkan muka ,telinga ,dan leher
dengan sarung tangan pengusap.Keringkan dengan handuk.
 Kain penutup di turunkan ,kedua tangan pasin di angkat dan di pindahkan
handuk di atas dada pasien ,lalu bentangkan.Kemudian ,kembalikan kedua
tangan ke posisi awal di atas handuk,lalu basahi kedua tangan dengan air
bersih.Lalu keringkan dengan handuk.
 Kedua tangan di angkat,handuk di pindahkan di sisi pasien,bersihkan daerah
dada dan perut,lalu keringkan dengan handuk.
 Miringkan pasien ke kiri,handuk di bentangkan di bawah punggung sampai
glutea dan basahi punggung hingga glutea,lalu keringkan dengan
handuk.Selanjutnya,miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang
sama.Kemudian,kembalikan pasien pada posisi telentang dan pasangkan
pakaian dengan rapi.
 Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihakan kaki.Kaki yang paling jauh di
dahulukan dan di keringkan dengan handuk
 Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea.Pakaian bawah perut di buka ,lalu
bersihakan daerah lipatan paha dan genetalia.Setelah selesai ,pasanag
kembali pakaian dengan rapai
 Cuci tangan.
19
1. Tindakan Keperawatan Pre Operasi dan Post Operasi
a) Tindakan Keperawatan preoperatif
1. Pengertian
Tindakan keperawatan preoperatif
merupakan
tindakan
yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap
persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif
apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya,
untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang
optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna ( Rothrock, 1999 ).
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik
biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan
kesuksesan suatu operasi.
2. Persiapan Klien di Unit Perawatan
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
orasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ),
antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan
lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena
20
dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil
dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang
biasanya dilakukan pemeriksaan di antaranya adalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat- obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal,
kecuali pada kasus- kasus yang mengancam jiwa.
21
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera),
seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian
ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi
pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis
operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan
22
juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber
kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi
kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat
akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain:
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu
pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu
beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi
umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas
23
dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang. Letakkan tangan di atas perut, hirup udara
sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat
(3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal
ini berulang kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali sehari
praopeartif.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi
general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat
bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman
pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi
pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik
batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler,
jalinkan jari- jari tangan dan letakkan melintang di atas
incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas
dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga
pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengandalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa
terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah
operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang
lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
24
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera
melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan
yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh
karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan
segera bergerak maka pasien
akan
lebih
cepat merangsang
usus
(peristaltik
usus)
sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan
dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Tujuan
lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara
pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus
otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat
penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan,
keadaan umum yang baik akan mendukung dan
mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya,
berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
25
pembedahan/operasi.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita
pasien. Setelah dokter bedah memutuskan bahwa pasien harus
operasi maka dokter anestesi berperan untuk menentukan apakah kondisi
pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anestesi juga memerlukan
berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan masa
perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah
pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan
radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh
pasien). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi
antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT,
ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
26
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
c. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
d. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi
tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan
dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko
apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan
berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat,
kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan
tim selama dalam perawatan.
27
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko
dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi
yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga.
e. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah
kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti adanya
orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support
system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
Pengalaman operasi sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang
tujuan/alasan tindakan operasi, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang
persiapan operasi baik fisik maupun penunjang, Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan
28
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
f. Obat-Obatan Premedikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya diberikan sebelum pasien dioperasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan
operasi, antibiotika profilaksis biasanya diberikan 1-2 jam sebelum operasi
dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali ( Sjamsuhidayat dan
Dejong, 2004 ).
3. Jenis – jenis Tindakan Keperawatan Preoperatif
Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai
peran perawat perioperatif antara lain :
a. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk
menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
b. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
c. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
d. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
e. Mengajarkan batuk dan nafas dalam
f. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
g. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi
h. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi. Sehari
sebelum operasi :
i. Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaan dan memberikan
dukungan spiritual bila diperlukan
j.
Melakukan pembatasan diet pre operasi
29
k. Menyiapkan kebutuhan eliminasi selama dan setelah pembedahan
l. Mencukur dan menyiapkan daerah operasi Hari pembedahan :
m. Mengecek bahwa bahan dan obat – obatan telah lengkap
n. Mengecek tanda – tanda vital
o. Mengecek inform consent
p. Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
q. Melepaskan protese dan kosmetik
r. Melakukan perawatan mulut
s. Mengosongkan blas dan bowel
t.
Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi
u. Memberikan obat –obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter )
b) Tindakan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Peran Perawat Pada Pasien Post Operasi Menurut Majid, (2011) peran perawat dalam
merawat pasien post operasi adalah:
1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan
komplikasi.
2. Manajemen luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of motion), nafas dalam
dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
5. Discharge planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi/penyakitnya pasca-operasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan perawat
Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan perawat adalah:
1. Usia
Menurut Soeprihanto (2009) seseorang yang lebih dewasa cenderung memiliki
ketrampilan dan kemampuan serta memiliki prestasi kerja yang lebih disbanding usia
30
dibawahnya. Meningkatnya usia seseorang seringkali berbanding lurus dengan
pengalaman dan membaiknya kinerja seseorang
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2005) pendidikan adalah suatu proses yang akan
membentuk suatu perilaku dan kemampuan, semakin baik pendidikan semakin luas
kapabilitas dan kapasitas seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
semakin banyak (Notoadmodjo, 2010).
3. Jenis Kelamin
Menurut Robbins (2006) jenis kelamin seseorang tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dalam suatu kinerja seseorang. Perbedaan cenderung pada faktor
psikologis wanita cenderung mematuhi otoritas yang diberikan sedangkan pria
cenderung lebih agresif pada penghargaan sukses
31
BAB IV
Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita itu dirawat
disarana pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik, maupun rumah sakit, biasanya gejala
timbul 72 jam pasca penderita dirawat di pelayanan kesehatan tersebut.
Infeksi nosokomial dapat bersumber pada peralatan kedokteran, makanan minuman, udara,
debu, air limbah, bahan-bahan desinfektan, dokter, perawat, bidan, laboran, staff, pengunjung,
penderita yang dirawat, hewan yang berada di lingkungan sarana pelayanan kesehatan,
misalnya nyamuk lalat dan masih banyak lagi yang berada di lingkungan sarana pelayanan
kesehatan
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi
nosokomial. Yang perlu menjadi fokus perhatian dalam upaya ini adalah rantai penularan
infeksi. Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata
rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Penelaahan tentang rantai penularan infeksi melahirkan suatu upaya pencegahan berupa
kewaspadaan isolasi, yang meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
32
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/32199567/LATAR_BELAKANG_PATIENT_SAFETY_INFEKSI_N
ONSOKOMIAL

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nanangqosi-6162-2babii.pdf
https://www.academia.edu/11322511/Jenis-jenis_Personal_hygiene
http://kidenvironment.blogspot.com/2017/01/materi-sanitasi-lingkungan.html
https://sardjito.co.id/2018/05/22/pentingnya-kebersihan-ruang-perawatan-pasiendi-rumah-sakit/
https://www.academia.edu/16474011/Makalah_penataan_lingkungan
https://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatan





33
Download