Pengaruh Polutan Terhadap Tegangan Flashover Pada Isolator Porselin, Gelas dan Polimer Disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Disusun Oleh : HADI KURNIAWAN SYAM D411 15 524 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020 LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH POLUTAN TERHADAP TEGANGAN FLASHOVER PADA ISOLATOR POLIMER Disusun Oleh: HADI KURNIAWAN SYAM D411 15 524 Disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Strata Satu Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar Disahkan Oleh: Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ir.H. Salama Manjang, M.T. Dr. Ikhlas Kitta, S.T., M.T. NIP. 19621231 199003 1 024 NIP. 19760914 200801 1 006 Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Elektro Prof. Dr. Ir. H. Salama Manjang, M.T. NIP. 19621231 199003 1 024 ii ABSTRAK Salah satu faktor penyebab turunnya kinerja isolator adalah menempelnya polutan pada permukaan isolator. Menempelnya polutan tersebut akan mempengaruhi kekuatan dielektrik pada isolator sehingga permukaan isolator lebih konduktif. Semakin konduktif permukaan isolator maka akan mudah flashover. Flashover merupakan kegagalan isolasi yang disebabkan pembebanan medan listrik pada permukaan isolator melebihi ketahanan elektriknya. Flashover ini dapat menimbulkan pemanasan dan dapat merusak isolator. Penelitian ini untuk mengetahui tentang bagaimana pengaruh polutan terhadap kinerja suatu isolator dalam hal ini melihat parameter nilai tegangan flashover yang terjadi. Polutan yang digunakan adalah polutan buatan seperti NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan masingmasing tiga tingkat kosentrasi. Sebagai material uji pada penelitian ini adalah isolator polimer epoxy resin jenis post, isolator porselin dan isolator kaca dengan jenis suspension. Pengujian flashover ini mengacu pada standar IEC 60060 dan untuk menentukan tingkatan polutan yang berada pada permukaan isolator mengacu pada standar IEC 60815. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tegangan flashover akan semakin menurun seiring bertambah besarnya nilai ESDD. Hasil perbandingan berupa besarnya tegangan flashover antara isolator porselin, kaca dan polimer dalam kondisi bersih dan terpolusi, telah memberikan hasil bahwa isolator porselin dan isolator gelas sangat rentan terpengaruh terhadap polutan dengan persentase terbesarnya 31,58% dan 35,26% sedangkan pada isolator polimer persentase terbesarnya 7,46%, hal ini dipengaruhi karena isolator polimer memiliki sifat hydrophobic (menolak air) yang baik dan dapat memindahkan sifat hydrophobic ke lapisan terpolusi sehingga sulit terbentuk lapisan air yang kontinu. Kata Kunci : Isolator, polutan, tegangan flashover, ESDD . iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini merupakan upaya penulis dalam memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Penulis persembahkan skripsi ini agar menjadi sebuah kebanggaan bagi kedua orang tua. Kedua orang tua Penulis yang dengan setulus hati, keikhlasan jiwa, butiran doa dan keringat jerih payahnya dalam membesarkan dan mendidik ananda. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Polutan Terhadap Tegangan flashover pada Isolator Porselin, Gelas dan Polimer”, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mengalami berbagai kesulitan. Namun, berkat ketekunan dan usaha yang disertai doa, penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan, dorongan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis sewajarnya menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, ayahanda tercinta Drs. Syamsuddin, M.Si. dan ibunda tersayang Dra. Hj. Intang yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Salama Manjang, M.T. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ikhlas Kitta, S.T., M.T. selaku Pembimbing II, terima kasih telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, gagasan, serta ide-ide dalam penyelesaian skripsi ini. iv 3. Bapak Dr. Ir. Yustinus Upa Sombolayuk, M.T. selaku penguji I dan Bapak Ir. H. Gassing, M.T. selaku penguji II yang juga telah banyak memberi masukan serta kritikan yang sangat membangun dalam perbaikan penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf pengajar, serta pegawai Departemen Teknik Elektro atas segala ilmu, bantuan, dan kemudahan yang diberikan selama kami menempuh proses perkuliahan. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Salama Manjang, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 6. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor Universitas Hasanuddin dan Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 7. Kepada Saudara-Saudara seperjuangan “THYRISTOR” yang telah berjuang bersama-sama untuk mengarungi kehidupan kampus hingga penulis mampu untuk menulis skripsi ini sebagai tanda akan menyelesaikan masa studinya di kampus ini. 8. Kepada teman-teman Lab. Research Group Teknik Tegangan Tinggi dan Infrastruktur. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima v sebagai sumbangan pikiran Penulis yang mendatangkan manfaat baik bagi penulis maupun pembacanya. Makassar, 24 Juli 2020 Penulis vi DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................2 1.4 Batasan Masalah ....................................................................................................3 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................3 I.6 Sistematika Penulisan ............................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................5 2.1 Isolator ....................................................................................................................5 2.2 Bahan Dielektrik Isolator ......................................................................................6 2.2.1 Isolator Porselen .............................................................................................7 2.2.2 Isolator Gelas/Kaca ........................................................................................8 2.2.3 Isolator Polimer ..............................................................................................9 2.3 Resin Epoksi .........................................................................................................12 2.4 Karakteristik Isolator ..........................................................................................14 2.4.1 Karakteristik Elektrik .................................................................................14 2.4.2 Karakteristik Mekanis .................................................................................15 2.5 Tegangan Lewat Denyar (Flashover) .................................................................15 2.5.1 Umum ............................................................................................................15 2.5.2 Mekanisme Flashover pada Isolator Terpolusi ..........................................16 2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Flashover ...........................................18 2.6 Pengukuran Bobot Polusi ....................................................................................20 BAB III METODE PENELITIAN................................................................................25 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................25 3.1.1 Tempat Penelitian ........................................................................................25 3.1.2 Waktu Penelitian ..........................................................................................25 vii 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................................25 3.2.1 Alat ................................................................................................................25 3.2.2 Bahan ............................................................................................................26 3.3 Jenis Pengambilan Data ......................................................................................26 3.4 Variasi Pengujian .................................................................................................27 3.5 Prosedur Pengujian .............................................................................................27 3.6 Alur Penelitian .....................................................................................................30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................31 4.1 Jenis Isolator Uji ..................................................................................................31 4.2 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Pada Isolator Tanpa Polutan ................32 4.3 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator berpolutan 100 g ......................33 4.4 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator berpolutan 200 g ......................36 4.5 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator Berpolutan 300 gram ..............39 4.6 Perhitungan Nilai ESDD .....................................................................................41 4.6.1 Nilai ESDD untuk Polutan NaCl .................................................................41 4.6.2 Nilai ESDD untuk Polutan CaCO3 .............................................................42 4.6.3 Nilai ESDD untuk Polutan Carbon .............................................................43 4.7 Analisa Pengaruh Polutan terhadap Nilai Tegangan Flashover Isolator........43 4.7.1 Tegangan Flashover Isolator Porselin Kondisi Berpolutan.......................43 4.7.2 Tegangan Flashover Isolator Gelas Kondisi Berpolutan ...........................46 4.7.3 Tegangan Flashover Isolator Resin Epoksi Kondisi Berpolutan ..............48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................50 5.1 Kesimpulan...........................................................................................................50 5.2 Saran .....................................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................52 LAMPIRAN ...................................................................................................................55 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Isolator Porselin ......................................................................... 18 Gambar 2.2 Isolator Kaca .............................................................................. 19 Gambar 2.3 Isolator Polimer (Epoxy Resin) ................................................. 11 Gambar 2.4 Struktur Ikatan Kimia Polyethylene .......................................... 11 Gambar 2.5 Struktur Modul Dasar Bisphenol A ........................................... 13 Gambar 2.6 Pembentukan DGEBA ............................................................... 13 Gambar 2.7 Lapisan kering dan elektrolit pada permukaan isolator ............. 17 Gambar 2.8 Jarak Rambat Ls Pada Isolator Piring ........................................ 19 Gambar 2.9 Nilai Faktor Koreksi Suhu ......................................................... 21 Gambar 3.1 Rangkaian Pengujian Tegangan Flashover ............................... 27 Gambar 4.1 Isolator Uji (a)Porselin (b)Kaca (c) Polimer ............................. 30 Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tegangan flashover pada Isolator Berpolutan (100g) .............................................................................................................. 34 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Tegangan flashover pada Isolator Berpolutan (200g) .............................................................................................................. 37 Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Tegangan flashover pada Isolator Berpolutan (300g) .............................................................................................................. 39 Gambar 4.5 Grafik Tegangan Flashover Isolator Porselin Terpolusi ............ 43 Gambar 4.6 Grafik Tegangan Flashover Isolator Kaca Terpolusi ................. 45 Gambar 4.7 Grafik Tegangan Flashover Isolator Polimer Terpolusi ............ 47 ix DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penggolongan Bobot Polusi Berdasarkan IEC 60815 .................... 20 Tabel 2.1 Tingkat polusi dilihat dari kondisi lingkungan .............................. 20 Tabel 4.1 Data Teknis Isolator ....................................................................... 32 Tabel 4.2 Data Tegangan Flashover pada Isolator Bersih .............................. 33 Tabel 4.3 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan NaCl 100g ............ 34 Tabel 4.4 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan CaCO3 100g ......... 34 Tabel 4.5 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan Carbon 100g ......... 34 Tabel 4.6 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan NaCl 200g ............ 36 Tabel 4.7 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan CaCO3 200g ......... 37 Tabel 4.8 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan Carbon 200g ......... 37 Tabel 4.9 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan NaCl 300g ............ 39 Tabel 4.10 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan CaCO3 300g ....... 39 Tabel 4.11 Data Tegangan Flashover Isolator Berpolutan Carbon 300g ....... 40 Tabel 4.12 Hasil Pengukuran ESDD Polutan NaCl ....................................... 42 Tabel 4.13 Hasil Pengukuran ESDD Polutan CaCO3 .................................... 42 Tabel 4.14 Hasil Pengukuran ESDD Polutan Carbon .................................... 43 x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alat proteksi yang digunakan dalam sistem tenaga listrik adalah Isolator. Isolator adalah alat listrik yang digunakan untuk memisahkan secara elektris dua buah atau lebih pengantar yang berdekatan sehingga tidak terjadinya kebocoran arus atau dalam hal gradien tinggi, lompatan api. Isolasi adalah salah satu dari beberapa persoalan yang penting dalam teknik listrik khususnya pada pengoperasian tegangan tinggi. Apabila isolator gagal menjalankan fungsinya maka akan terjadi kegagalan tegangan dan hal ini tidak diinginkan. Masalah utama dalam pendistribusian energi listrik sering terjadinya kegagalan dalam saluran transmisi maupun distribusi yang diakibatkan oleh flashover yang terjadi dikarenakan pengotoran permukaan isolator maupun keretakan mekanis pada isolator (Irfangi 2016). Material isolator yang umum dan banyak digunakan di Indonesia adalah porselen, gelas dan polimer dengan beberapa kekurangan dan kelebihannya. Pada kasus pengotoran permukaan isolator, umumnya disebabkan karena adanya bahan polutan yang menempel pada permukaan isolator seperti bahan polutan debu, abu terbang, polusi industri, pasir, dan garam. Flashover sendiri merupakan suatu kegagalan isolasi yang terjadi karena adanya pembebanan medan listrik pada permukaan isolator melebihi kapasitas ketahanan elektriknya. Flashover ini dapat menimbulkan pemanasan dan dapat merusak isolator. Penyebab terjadinya flashover diantaranya yaitu karena pengotoran permukaan isolator, surja hubung dan surja petir (Wardhani, 2011). 1 Sedangkan sisa dari aktivitas makhluk hidup seperti sisa pembakaran, polusi kendaraan bermotor dan lainnya juga berpotensi mengakibatkan terbentuknya lapisan pengotor pada isolator (Milan, 2016). Konduktivitas polutan ini akan menyebabkan turunnya tahanan permukaan isolator. Nilai konduktivitas polutan pada permukaan isolator akan meningkat apabila permukaan isolator dalam keadaan basah akibat udara yang lembab atau kabut (Syahrawardi, 2015) Maka dari itu akan dilakukan penelitian pengaruh dari berbagai polutan terhadap kekuatan dielektrik suatu isolator. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana pengaruh masing-masing polutan terhadap pengujian tegangan flashover pada isolator porselin, isolator gelas dan isolator polimer 2. Bagaimana perbandingan tegangan flashover pada isolator terpolusi seperti isolator porselin, isolator gelas dan isolator polimer. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing polutan terhadap tegangan flashover pada isolator 2. Untuk membandingkan dan mengetahui tegangan flashover pada isolator terpolusi seperti isolator porselin, isolator gelas, dan isolator polimer. 2 1.4 Batasan Masalah Faktor yang berhubungan dengan penelitian ini sangat banyak. Oleh karena diberikan batasan-batasan dengan tujuan agar pembahasan masalah menjadi terfokus dan tidak meluas. Batasan-batasan yang digunakan adalah : 1. Polutan yang digunakan ialah polutan buatan antara lain NaCl sebagai garam-garaman, CaCO3 sebagai debu dan Carbon sebagai pengganti asap pembuangan bahan bakar 2. Isolator yang digunakan adalah isolator polimer epoxy resin jenis post sedangkan untuk isolator porselin dan isolator gelas berjenis suspension yang berada di lab. Teknik Tegangan Tinggi FT-UH. 3. Penelitian ini tidak membahas tentang reaksi kimia yang terjadi pada polutan 4. Tegangan tinggi yang digunakan adalah tegangan tinggi AC 5. Penelitian dilakukan di Lab.Teknik Tegangan Tinggi FT-UH 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai referensi ataupun literatur mengenai kinerja isolator polimer. 2. Mengetahui pengaruh polutan terhadap isolator pada jaringan kelistrikan 3. Mengetahui kenggulan dan kelemahan jenis isolator yang ada. I.6 Sistematika Penulisan Adapun Sistematika penulisan dalam penyusunan seminar usulan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut : 3 BAB I PENDAHULUAN Bagian dari pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneliatan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori penunjang yang relevan untuk bahan penelitian yang diperoleh dari sumber refrensi untuk menyusun kerangka teori dan konseptual. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang waktu dan tempat penelitian, metode pengambilan data,analisa data, dan langkah-langkah penelitian. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat hasil pengujian dan analisis terhadap hasil pengujian yang diberikan dalam bentuk data ataupun grafik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Isolator Isolator adalah alat yang berfungsi sebagai isolasi dan pemegang mekanis dari perlengkapan atau penghantar yang dikenai beda potensial. Jika isolator gagal dalam kegunaannya sebagai pemisah antara saluran maupun saluran dengan pentanahan maka penyaluran energi tersebut akan gagal atau tidak optimal. Pengaruh keadaaan udara sekitar dan polutan yang menempel pada permukaan yang menyebabkan permukaan isolator bersifat konduktif. Dalam menetukan sebuah isolator yang akan dibuat serta bagaimana unjuk kerjanya dalam melayani suatu sistem tenaga listrik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu, sifat-sifat kandungan material dengan bahan dasar untuk membuat isolator kemampuannya pada cuaca buruk, keadaan saat terkontaminasi serta pertimbangan masalah biaya produksi (Arismunandar, 2001) Isolasi adalah sifat bahan yang berfungsi dapat memisahkan secara elektris dua atau lebih penghantar listrik bertegangan yang berdekatan, sehingga tidak terjadi kebocoran arus, tidak terjadi lompatan api atau lewat denyar(flashover), ataupun percikan api (sparkover). Sedangkan isolator adalah alat yang dipakai untuk mengisolasi. Kemampuan bahan isolasi untuk menahan tegangan disebut kekuatan dielektrik. Kekuatan dielektrik dari bahan isolasi sangat penting dalam hal menentukan kualitas isolator yang nantinya akan mendukung keseluruhan sistem tenaga listrik. Semakin tinggi kekuatan dielektrik bahan isolasi semakin baik dipakai, terutama pada peralatan listrik tegangan tinggi. 5 Isolator dapat ditemui pada setiap bagian sistem tenaga listrik. Selain pada transmisi, isolator juga dapat ditemui pada jaringan distribusi hantaran udara, gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan distribusi hantaran udara isolator digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk isolator digunakan sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan penggantung rel dengan kerangka pendukung pemisah (Surdia et al., 1995). 2.2 Bahan Dielektrik Isolator Bahan dielektrik padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia. Isolasi padat mempunyai kekuatan tegangan tembus yang tinggi dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Studi yang paling penting dalam teknik isolasi adalah studi tegangan tembus (breakdown) dan flashover dari dielektrikum padat. Jika terjadi tembus, maka isolasi padat akan rusak secara permanen sedangkan pada isolasi gas akan kembali ke sifatnya semula dan pada isolasi cair sebagian akan kembali ke sifatnya semula dan sebagian lainnya tidak Salah satu bagian utama suatu isolator adalah bahan dielektrik (Markis. 2012). Karakteristik dari suatu isolator baik mekanis maupun elektriknya dipengaruhi oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dimana pada suatu isolator bahan yang paling utama adalah bahan dielektriknya. Bahan dielektrik dari suatu isolator harus memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi serta tidak dipengaruhi oleh kondisi udara 6 sekitarnya (Tobing, 2003). Ada tiga jenis bahan isolator yang paling sering digunakan pada isolator yaitu berbahan porselen/keramik, gelas/kaca dan polimer. 2.2.1 Isolator Porselen Bahan porselen atau keramik terbuat dari tanah liat china (china clay) yang mengandung aluminium silikat. Aluminium silikat ini dicampur dengan plastic kaolin, feldspar dan kuarsa. Campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran dengan suhu yang dapat diatur. Bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazur agar bahan isolator tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazur ini permukaan isolator menjadi licin dan mengkilat, sehingga tidak dapat menghisap air (Baptist, 2016). Beberapa kelebihan dari isolator porselin / keramik yaitu 1. Stabil. Ikatan ionik yang kuat antar atom yang menyusun keramik, membuatnya strukturnya sangat stabil dan biasanya tidak mengalami degradasi karena pengaruh lingkungan. Ini berarti bahwa isolator keramik tidak akan rusak oleh pengaruh UV, kelembaban. 2. Mempunyai kekuatan mekanik yang baik 3. Harganya relatif murah 4. Tahan lama Di samping kelebihan-kelebihan di atas, isolator porselin mempunyai beberapa kekurangan, yaitu mudah pecah, berat, berlubang akibat pembuatan kurang sempurna dan permukaan porselin bersifat hidrophilik, yang berarti bahwa permukaan porselin mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi 7 lingkungan yang berpolusi mudah untuk terbentuk lapisan konduktif di permukaannya. Akan tetapi, pada isolator porselin jenis suspension memiliki kekuatan mekanis yang baik dan tidak mengalami degradasi sehingga penerapannya sangat cocok pada tiang distribusi ataupun transmisi. Adapun bentuk dari isolator porselen yang digunakan di lapangan adalah seperti pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Isolator Porselen 2.2.2 Isolator Gelas/Kaca Isolator berbahan gelas terbuat dari pencampuran pasir silikat, dolomit dan phosphat. Didalam gelas terdapat kandungan alkali yang akan menambah sifat higroskopis permukaan isolator sehingga konduktivitas permukaan isolator semakin besar. Akibatnya, sifat elektrik isolator gelas alkali tinggi lebih buruk daripada gelas alkali rendah. Bahan gelas memiliki kekuatan dielektrik sekitar 17.9 Kv/mm untuk gelas alkali tinggi dan 48 Kv/mm untuk gelas alkali rendah (Waluyo, 2010). Dilihat dari proses pembuatannya isolator gelas terdiri dari dua jenis, yaitu gelas yang dikuatkan (annealead glass) dan gelas yang dikeraskan (hardened glass). Dari kedua jenis isolator gelas tersebut, isolator gelas yang dikeraskan lebih baik daripada isolator gelas yang dikuatkan (Waluyo, 2010). Pada isolator gelas khususnya jenis suspension memiliki kekuatan dielektrik yang sangat tinggi ketimbang isolator 8 porselin dan tentunya tidak mengalami degradasi sehingga isolator ini sangat baik diterapkan pada saluran udara tegangan tinggi dan ekstra tinggi. Adapun gambar untuk isolator gelas jenis suspension piring dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Isolator Kaca/Gelas 2.2.3 Isolator Polimer Isolator polimer atau isolator non-keramik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1959. Bahan utama pembuatan isolator polimer adalah epoksi. Isolator polimer yang dipasang di luar ruangan rentan terhadap masalah kerusakan akibat sinar ultraviolet dan erosi. Isolator polimer adalah bahan penyusun isolator yang masih terbilang baru. Pada beberapa dekade terakhir penggunaan isolator polimer semakin banyak digunakan sebagai pengganti isolator bahan porselin dan gelas. Hal ini dikarenakan isolator polimer memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan porselin dan gelas. Kelebihan isolator polimer antara lain : 1. Memiliki sifat hidrofobik yang sangat baik. 2. Memiliki massa jenis yang lebih kecil dibandingkan isolator berbahan porselin dan gelas. 9 3. Memiliki sifat dielektrik dan termal yang lebih tinggi. 4. Tahan terhadap polusi sehingga kotoran sukar menempel pada permukaan. 5. Tidak terdapat lubang karena bahan yang digunakan sangat rapat. Adapun kekurangan yang dimiliki isolator polimer adalah 1. Ketidakcocokan bahan antar muka yang digunakan daapat menimbulkan korosi atau keretakan. 2. Rentan terhadap perubahan cuaca yang ekstrim. 3. Penuaan/degradasi pada permukaan dan stress yang disebabkan oleh korona, radiasi UV, atau zat kimia dapat mengakibatka reaksi kimia pada permukaan isolator polimer. Sehingga dapat mempercepat penuaan yang dapat menghilangkan sifat hidrofobiknya. Isolasi polimer mempunyai struktur kimia terdiri atas molekul makro rantai panjang dengan ulangan unit monomer yang biasanya diberi nama awalan poly pada muka monomer. Ada banyak bahan polimer yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan isolator antara lain yakni : Silicone Rubber, ethylene propylene Rubber (EPR), Epoxy Resins (Gorur et al., 1999). Berdasarkan dari kelemahan dari isolator polimer, isolator ini akan mengalami degradasi apabila dipasang luar dan sangat tidak cocok bila dipasangkan pada tiang transmisi karana memiliki kekuatan mekanik yang sangat rendah, akan tetapi isolator ini memiliki massa berat yang sangat ringan dan memiliki sifat dielektrik yang baik sehingga isolator ini diterapkan pada gardu induk switchgear (dalam ruangan) ataupun 10 isolator pada kubikel. Berikut bentuk isolator polimer jenis epoxy resin pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Isolator Polimer (Epoxy Resin) Isolasi polimer mempunyai struktur kimia terdiri atas molekul makro rantai panjang dengan ulangan unit monomer atau mer yang biasanya diberi nama awalan poly pada muka monomer, contoh monomer ethylene adalah monomer ulangan pada polyethylene seperti rumus kimia pada Gambar 2.4 Gambar 2.4 Struktur ikatan kimia polyethylene Isolasi polimer secara umum dapat dibagi kedalam dua kelompok : 1. Polimer Termoplastik Berstruktur molekul linear dan dapat diinjeksikan ke dalam cetakan selagi panas oleh karena polimer termoplastik menjadi lunak pada suhu yang tinggi. Bahan 11 polimer termoplastik harus didinginkan terlebih dahulu sebelum dilepas ke dalam cetakan. Pada proses pembentukan tidak terjadi polimerisasi lagi. 2. Polimer Termoset Struktur yang bersifat 3 dimensi, akibatnya polimer ini tidak menjadi lunak bila dipanaskan dan tetap kaku. Agar dapat mencetak polimer thermoset ini, perlu mulai dengan campuran terpolimerisasi sebagian dan pengubah bentuk dibawah pengaruh tekanan. Bila didiamkan pada suhu 2000C-3000C polimerisasi sempurna dan terbentuklah struktur 3 dimensi yang lebih kaku. Halini disebut endapan setting thermal. Sekali terbentuk, produk dapat dikeluarkan dari cetakan tanpa menunggu pendingin lebih lanjut dan tidak dapat kembali cair. Epoxy resin termasuk dalam polimer jenis ini. 2.3 Resin Epoksi Resin Epoksi sebagai salah satu bahan polimer. Cairan resin epoksi merupakan cairan yang memiiki sifat kekentalan yang rendah sehingga mudah bercampur (masuk tahap termoset) didalam pembuatannya. Cairan resin yang lain diantaranya :phenolic, polyester, acrylics dibuat dalam proses yang sama, tetapi resin epoksi mempunyai kombinasi antara lain : Sifat kekentalan rendah, mudah dibentuk, penyusutan rendah, kerekatan tinggi, sifat mekanis tinggi, isolasi listrik yang tinggi, ketahanan kimia baik (Prasojo, 2009). Resin Epoksi adalah bahan kimia yang merupakan salah satu jenis resin yang diperoleh dari proses polimerisasi. Umumnya dikenal sebagai bahan pengeras atau hardener. Resin epoksi merupakan polimer yang mengandung atom oksigen 12 dengan atom carbon sehingga terbentuk ethylene oxide (I), trimethylene oxide (II), dan tetrahydrofuran (III), seperti pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Struktur Modul Dasar Bisphenol A Bahan dasar resin epoksi yang sering digunakan adalah bisphenol A, dan bahan ini mudah didapatkan di toko-toko bahan kimia. Bisphenol A adalah bahan isolasi polimer sebagai bahan dasar epoksi resin yang dihasilkan dari reaksi phenol dan acetone. Pada perkembanganya bisphenol A diganti dengan isolasi polimer jenis epoksi sikloalifatik dengan bahan dasar dari diglycidly ether of bisphenol A (DGEBA). Resin epoksi ini adalah kombinasi dari bisphenol A dan epichlorohydrin yang mempunyai formasi dari ikatan polimer, yang mengandung dua kelompok reaktif epoxide dan hydroxyl (Berahim, 2005). Reaksi pembentukan dan model atom bahan dasar DGEBA ditunjukkan pada Gambar 2.6 Gambar 2.6 Pembentukan DGEBA 13 DGEBA dijual secara komersial dalam bentuk cairan yang bening, dapat diubah menjadi produk termoset bila direaksikan dengan suatu agen pematangan, dengan vulkanisasi suhu ruangan ( room temperature vulkanized = RTV ). Agen pematangan ini disebut bahan pengeras ( hardener ). Secara fungsi, pematangan pada resin epoksi dibedakan menjadi tiga group utama, yaitu grup Hidroxil (R – OH), grup Amine, dan grup Acid Anhydried. Masing – masing kelompok juga memiliki banyak jenis, setiap jenis memiliki kadar yang berbeda dalam proses pencampuran. Reaksi pematangan terjadi melalui ikatan epoksi dari bahan dasar dan ikatan reaktif dari bahan pengeras. Reaksi antara bahan dasar resin epoksi dengan agen pematangan kelompok asam anhidrida merupakan reaksi yang lebih komplek dibandingkan dengan agen pematangan kelompok amine. Pengujian ini menggunakan agen pematangan dari grup amine yaitu Metaphenyelene-diamine ( MPDA ) karena MPDA ini termasuk yang paling sering digunakan sebagai agen pematangan resin epoksi (Henry, 1957). 2.4 Karakteristik Isolator 2.4.1 Karakteristik Elektrik Karakteristik elektrik dari isolator yang dimaksud adalah kemampuan menahan flashover dan arus bocor. Isolator yang terpasang pada jaringan udara (terutama jaringan outdoor) sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan udara sekitar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kinerja dari isolator, yaitu kemampuan isolator menahan tegangan. Apabila di permukaan isolator terbentuk lapisan polutan akan mempengaruhi kinerja dari isolator tersebut. 14 Kinerja isolator juga akan berbeda apabila permukaan isolator dalam kondisi basah dan dalam kondisi kering (Setiaji, 2012). 2.4.2 Karakteristik Mekanis Karakteristik mekanis suatu isolator ditandai dengan kekuatan mekanisnya, yaitu beban mekanis terendah yang mengakibatkan isolator tersebut rusak. Kekuatan mekanis ini ditentukan dengan membebani isolator dengan beban yang bertambah secara bertahap hingga isolator terlihat rusak. Kekuatan mekanis suatu isolator dinyatakan dalam tiga keadaan beban, yaitu kekuatan mekanis tarik, kekuatan mekanis tekan dan kekuatan mekanis tekuk (Tobing, 2003) 2.5 Tegangan Lewat Denyar (Flashover) 2.5.1 Umum Flashover adalah gangguan eksternal yang terjadi pada permukaan isolator atau proses flashover pada permukaan suatu isolator yang disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya suhu, kelembaban, dan lingkungan sekitarnya (debu, asap pabrik, dan polutan garam). Flashover yang terjadi pada permukaan isolator padat disebabkan oleh tegangan yang harus ditahan oleh permukaan isolator melebihi kemampuannya (Setiaji, 2012). Tegangan Flashover adalah nilai atau ukuran tegangan yang dapat ditahan isolator sampai terjadinya flashover atau loncatan busur api. Tegangan flashover disebabkan polusi berbeda-beda terutama tergantung pada solubilitas material, dapat larut dalam air walaupun jumlah materialnya pada permukaan isolator adalah sama. Solubilitas ini tergantung pada jenis komponen dapat larut (Amali, 2012). 15 Peristiwa lewat denyar berawal dari terbentuknya pita kering (dry band). Terbentuknya lapisan konduktif dipermukaan isolator diakibatkan oleh adanya polutan yang menempel. Lapisan yang terbentuk dipermukaan isolator ini menyebabkan mengalirnya arus bocor (leakage current). Dengan mengalirnya arus bocor, terjadinya pemanasan dilapisan tersebut. Lapisan ini dapat membentuk pita kering (dry band) akibat dialiri arus bocor secara terus-menerus. Pada tegangan tertentu, kondisi ini dapat menyebabkan pelepasan muatan melintasi pita kering. Pelepasan muatan dapat memanjang sehingga terbentuk busur api (arc) dan terjadi flashover yang melalui seluruh permukaan isolator (Purba, 2016). 2.5.2 Mekanisme Flashover pada Isolator Terpolusi Permukaan isolator pasangan luar akan dilapisi oleh polutan. Ketika polutan dalam keadaan kering, polutan masih bersifat tidak konduktif. Tetapi bila polutan basah dikarenakan gerimis atau kabut, lapisan polutan akan larut dan membentuk larutan elektrolit yang konduktif. Akibatnya tahanan permukaan akan turun dan arus bocor naik dalam orde beberapa miliampere. Arus bocor ini akan memanaskan larutan elektrolit pada permukaan isolator sehingga terbentuk lapisan kering. Pada lapisan kering ini, medan listrik cukup besar sehingga udara di sekitarnya dapat mengalami ionisasi. Kemudian udara akan tembus dan arus mengalir melalui busur api pada lapisan kering akan mengeringkan larutan elektrolit selanjutnya dan memperpanjang lapisan kering. Proses ionisasi akan terjadi lagi dan menyebabkan perpanjangan busur api dan proses di atas terjadi terus sampai lapisan kering menjembatani anoda dan katoda dari isolator dan peristiwa lewat denyar (flashover) 16 terjadi (Purba , 2016). Rangkaian ekivalen dari lapisan kering dan elektrolit pada permukaan isolator dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut: Gambar 2.7 Lapisan kering dan elektrolit pada permukaan isolator Berhubung tegangan lewat denyar (Flashover) dipengaruhi oleh kondisi udara sekitar, maka data pengujian harus dikoreksi dengan kondisi udara standar, yang mengacu pada standar IEC 60060 (2010) dengan persamaan 2.1 dan 2.2 : Vb = δ x Vs (2.1) Dimana : Vs = tegangan lewat denyar dalam keadaan standar (kV) Vb = tegangan lewat denyar yang diukur pada keadaan sebenarnnya (kV) δ = kepadatan relatif udara 𝛿= 0,386 𝑝 273 + 𝑇 (2.2) P = tekanan udara (mmHg) T = suhu udara (℃) 17 2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Flashover Karena peristiwa flashover disebabkan karena tembusnya udara disekitar permukaan isolator, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi flashover adalah kondisi udara di sekitar permukaan isolator tersebut, yaitu: 1. Temperatur udara. Temperatur udara yang tinggi akan meningkatkan jumlah proses ionisasi termis dan emisi termis. 2. Tekanan udara. Bila tekanan udara besar, jumlah molekuul di dalam udara semakin banyak yang berarti proses ionisasi dapat terjadi lebih banyak. Tetapi bila tekanan terlalu tinggi, gerakan muatan dari proses ionisasi akan terhambat sehingga proses ionisasi berikutnya akan berkurang. Bila tekanan udara terlalu rendah, jumllah molekul yang sedikit akan menyebabkan proses ionisasi sangat sedikit. 3. Kelembaban udara. Bila kelembaban tinggi, kandungan air dalam udara meningkat sehingga mudah terjadi ionisasi karena air memiliki energi ikat yang lebih rendah dari kandungan lain dalam udara. Bila kandungan air semakin banyak maka udara akan lebih mudah terionisasi dan menyebabkan kekuatan dielektrik udara turun. Semakin banyak kandungan air dalam udara menyebabkan udara semakin mudah terionisasi. Hal ini menyebabkan turunnya tegangan yang diperlukan untuk membuat udara tersebut tembus listrik. 4. Jarak rambat adalah jarak terpendek antara konduktor pada kap dan pin melalui permukaan isolator. Terlihat bahwa jarak rambat Ls merupakan panjang dari titik A ke titik B. Jarak rambat pada isolator piring berkisaran 18 antara 295 sampai 600 mm. Jarak rambat isolator yang akan digunakan tergantung pada jarak rambat spesifik dan tegangan nominal sistem di mana isolator akan dipasang. Semakin jauh jarak rambat akan berpengaruhterhadap semakin tingginya tegangan flashover (Kuffel, dkk. 2000). Jarak rambat pada permukaan isolator ditujukkan pada Gambar 2.8 berikut: Gambar 2.8 Jarak Rambat Ls pada Isolator Piring 5. Polutan. Polutan yang menempel pada permukaan isolator akan meningkatkan konduktifitas di permukaan isolator, sehingga berpengaruh kepada tegangan flashover. 6. Bahan isolator. Bahan isolator seperti kaca atau porselin memiliki kekuatan elektris yang berbeda. Kekuatan elektris bahan kaca bias mencapai 2 kali kekuatan elektris porselin. 19 2.6 Pengukuran Bobot Polusi Isolator yang terpasang pada saluran udara akan ditempeli oleh polutan pada permukaannya dan bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengukur bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator, dibutuhkan suatu pengukuran bobot polusi. Berdasarkan IEC 60815 (2008) salah satu cara yang digunakan adalah metode ESDD (Equivalent Salt Deposit Density ). Metode ESDD dilakukan dengan mengukur konduktivitas polutan kemudian disetarakan dengan bobot garam dalam larutan air yang konduktivitasnya sama dengan konduktivitas polutan tersebut (SPLN 10-3B). Tabel 2.1 Penggolongan Bobot Polusi Berdasarkan IEC 60815 Tingkat Polusi ESDD (mg/cm2) Sangat Ringan 0 - 0,03 Ringan 0,03 - 0,06 Sedang 0,06 - 0,1 Berat >0,1 Adapun penentuan tingkat bobot polusi isolator dengan metode tinjauan lapangan ditunjukkan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Tingkat polusi dilihat dari kondisi lingkungan Tingkat Polusi Contoh Lingkungan ESDD (mg/cm2) Ringan - Wilayah dengan sedikit industri dan rumah penduduk dengan sarana pembakaran rendah. - Wilayah pertanian (penggunaan pupuk dapat meningkatkan bobot polusi) dan pegunungan. - Wilayah dengan jarak 10km atau lebih dari laut dan tidak ada angin laut yang berhembus. Cat : Semua kawasan terletak paling sedikit 10 – 20 km dari laut dan bukan kawasan terbuka bagi hembusan angin langsung dari laut. 0,03 - 0,06 20 Sedang Berat - Wilayah dengan industri yang tidak menghasilkan polusi gas. - Wilayah dengan kepadatan tinggi dan/atau kawasan industri kepadatan tinggi yang sering hujan dan/atau berangin. - Wilayah yang tidak terlalu dekat dengan pantai kira kira beberapa kilometer. - Wilayah banyak industri dan perkotaan dengan sarana pembakaran yang tinggi. - Wilayah dekat laut atau senantiasa terbuka bagi hembusan angin laut yang kencang. 0,06 - 0,1 > 0,1 Langkah-langkah untuk menentukan nilai ESDD polutan pada suatu isolator adalah sebagai berikut : 1. Dimulai dengan pembuatan larutan pencuci yang dimasukkan dalam suatu wadah. 2. Diukur konduktivitas dari larutan pencuci dan dihitung nilai konduktivitas larutan pencuci isolator pada suhu 20 ˚C dengan menggunakan Persamaan 2.3 σ20 = σθ [1 − b (θ − 20) (2.3) Dalam hal ini : θ = suhu larutan ( ºC ) σ20 = konduktivitas larutan pada suhu 20 ºC ( S/m ) σθ = konduktivitas larutan pada suhu θ ºC ( S/m ) b = faktor koreksi suhu pada suhu θ ºC 21 Untuk menentukan nilai faktor koreksi (b) yaitu berdasarkan pada suhu sekitar saat pengujian berlangsung. Menurut IEC 60815 (2008), nilai dari b dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.9 Nilai Faktor Koreksi Suhu Adapun nilai tersebut sesuai dengan IEC 60815 (2008) didapatkan menggunakan Persamaan 2.4 b = (-3,200 x 10-8 x θ3) + (1,032 x 10-5x θ2) - (8,272 x 10-4 x θ) + (3,544 x 10-2) (2.4) 3. Dihitung salinitas dari larutan dengan menggunakan Persamaan 2.5 D= (5,7 x σ20)1.03 (2.5) Dalam hal ini : D = salinitas ( mg/cm3) Misalkan hasil yang diperoleh adalah D1. 4. Polutan yang menempel pada isolator dilarutkan ke dalam larutan pencuci. 22 5. Diukur konduktivitas larutan pencuci yang telah bercampur dengan polutan. Kemudian dihitung salinitasnya dengan cara seperti di atas. Misalkan hasilnya adalah D2. 6. Dihitung nilai dari ESDD dengan menggunakan persamaan 2.6 ESDD = V D2−D1 S (2.6) Keterangan : ESDD = Equivalent Salt Deposit Density ( mg/cm2) 2.7 V = Volume air pencuci ( mL ) D1 = Salinitas larutan pencuci tanpa polutan ( mg/cm 3) D2 = Salinitas larutan pencuci yang terpolusi ( mg/cm 3) S = Luas Permukaan isolator (cm2) Penelitian Terkait Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sedikit banyak terinspirasi dan mereferensi dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang masalah pada skripsi ini. Adapun penelitian yang berhubungan dengan skripsi ini yaitu : Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing, Alex T. (2016) yang berjudul “Pengaruh Polutan Terhadap Tegangan Flashover AC pada Berbagai Jenis Isolator”. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh polutan terhadap tegangan flashover pada isolator porselin dengan jenis piring dan post, serta isolator gelas 23 dengan jenis piring. Polutan yang digunakan adalah polutan buatan seperti NaCl, CaCO3 dan Carbon. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, Yosephine. (2018) yang berjudul “Pengaruh Polutan pada Isolator Piring Kondisi Kering dan Basah Terhadap Arus Bocor dan Tegangan Lewat Denyar”. Pada penelitian ini menggunakan senyawa seperti KCL, KNO3, ZnSO4 sebagai polutan buatan dengan 2 perlakuan kondisi basah dan kering pada isolator piring. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Tegangan Tingi Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, pada Laboratorium ini terdapat peralatan pengujian tegangan tinggi yang sangat memadai dengan APD yang lengkap. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan, dari bulan Juni sampai Juli 2020. 3.2 Alat dan Bahan Adapun peralatan serta bahan yang digunakan pada penelitian yang terdapat pada Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Departemen Teknik Elektro Universitas Hasanuddin sebagai berikut : 3.2.1 Alat 1. Trafo Uji (HV Test Transformer) 2. Control Desk 3. Measuring Capacitor 4. Floor Pedestal, Connecting Cup 5. Kabel Feeder 25 6. Tangga 7. APD (Sepatu Safety, Helm Safety, Kaos Tangan) 8. Termometer Suhu dan Kelembaban 9. Timbangan 10. Gelas Ukur 11. Konduktivitas Meter Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 3.2.2 Bahan 1. Isolator berbahan Porselen 2. Isolator berbahan Gelas 3. Isolator berbahan Polimer (Resin Epoxy) 4. Natrium Klorida 5. Kalsium Carbonat 6. Kaolin 7. Air Bahan yang digunakan pada penelitan ini dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 3.3 Jenis Pengambilan Data Jenis data pada penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu data primer dan data sekunder. 26 1. Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di Laboratorium Tegangan Tinggi dan Infrastruktur Ketenagalistrikan, Fakultas Teknik Unhas, berupa pengujian Flashover menggunakan peralatan uji. 2. Data Sekunder merupakan data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti, data di sini bisa berupa dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki oleh lembaga atau seseorang yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini jurnaljurnal yang berkaitan dengan isolator polimer. 3.4 Variasi Pengujian Pada penelitian ini ada beberapa variasi pengujian untuk menganalasis karakteristik tegangan flashover pada keadaan: 1. Isolator kondisi bersih (sebelum diberi polutan) 2. Isolator diberi polutan, bahan yang digunakan sebagai polutan ada 3 jenis yaitu NaCl sebagai garam-garaman, Carbon sebagai pembuangan asap pembakaran dan CaCO3 sebagai debu dengan masing-masing kosentrasi 100 g, 200 g dan 300 g 3.5 Prosedur Pengujian Untuk menentukan kinerja suatu isolator terlebih dahulu mengalami beberapa perlakuan, yaitu isolator dalam keadaan bersih atau tanpa polutan dan isolator dalam keadaan berpolutan dengan variasi yang sudah ditentukan. Pengujian tegangan flashover ini dilakukan dengan memberikan tegangan AC yang dinaikkan 27 secara terus-menerus sampai terjadi flashover. Tujuan pengukuran tegangan flashover ini adalah untuk mengetahui kekuatan dielektrik isolator terhadap tegangan tinggi dan selanjutnya dapat dianalisis pengaruh polusi yang diberikan terhadap kinerja isolator. Pada pengujian tegangan flashover menggunakan pembangkit tegangan tinggi AC, peralatan pengujian dapat dilihat pada bagian Lampiran 5 dan rangkaian penguji dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 3.1 Rangkaian Pengujian Tegangan flashover Adapun pengujian Flashover pada penelitian ini dilakukan sesuai standar IEC 60060 serta penentuan bobot polusi dengan metode ESDD (Equivalent Salt Deposit Density) berdasarkan standar IEC 60815 (2008) dengan langkah-langkah sebagai berikut : Tahapan awal pengujian adalah mempersiapkan isolator yang akan diuji dan pemberian polutan pada isolator tersebut: 1. Mempersiapkan isolator uji. 2. Membersihkan isolator uji terlebih dahulu. Kemudian isolator dikeringkan secara alami didalam ruangan tertutup. 28 3. Melakukan pengujian Flashover pada isolator sesuai rangkaian pengujian gambar 3.1 dengan kondisi bersih (tanpa polutan) dengan memberikan tegangan secara terus menerus sampai terjadi Flashover pada isolator. 4. Menghitung nilai tegangan flashover dengan melakukan pengujian sebanyak 3x sehingga didapatkan nilai rata-ratanya. 5. Membuat larutan pengotor yang telah dicampurkan dengan air dan kaolin. 6. Isolator dicelupkan kedalam larutan pengotor dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu isolator diangkat dan dikeringkan selama ± 24 jam dalam ruangan tertutup. 7. Melakukan pengujian Flashover pada isolator dengan kondisi berpolutan dengan memberikan tegangan secara terus menerus sampai terjadi Flashover pada isolator. 8. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengulangan sebanyak tiga kali, kemudian diambil rata-ratanya. 9. Mengukur konduktivitas larutan polutan dengan Konduktivitimeter. 10. Hitung tingkat pengotoran dengan metode ESDD pada suatu isolator 11. Percobaan selesai. 29 3.6 Alur Penelitian Mulai Alat dan Bahan dipersiapkan Membersihkan dan Mencuci Isolator Mengeringkan Isolator ±24 jam Tidak Isolator diberi Polutan? Ya Pemberian Polutan dengan Bobot yang ditentukan Pengujian Tegangan flashover AC Hasil Pengujian Menghitung ESDD Pengolahan Data dan Analisis Dokumen Skripsi Selesai 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menjelaskan bagaimana pengaruh polutan buatan berupa NaCl, CaCo3 dan C dengan variasi polutan yang berbeda-beda terhadap nilai tegangan flashover pada isolator Polimer serta membandingkan nilai tegangan flashover pada isolator lain dalam kondisi berpolutan. Tidak hanya itu kita akan menentuan bobot polusi dengan metode ESDD (Equivalent Salt Deposit Density) berdasarkan standar IEC 60815 (2008). 4.1 Jenis Isolator Uji Pada penelitian ini sampel yang digunakan untuk isolator uji adalah Isolator Resin Epoxy jenis post, Isolator Porselin dan Isolator Gelas dengan jenis suspension yang tersedia di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Departemen Elektro Universitas Hasanuddin. (a) (b) (c) Gambar 4.1 Isolator Uji (a) Porselen (b) Kaca (c) Epoxy Resin 31 Tabel 4. 1 Data Teknis Isolator Spesifikasi IEC class Minimum mechanical failing load Diameter (D) Spacing (S) Creepage distance Power frequency dry withstand Voltage Power frequency Wet withstand Voltage Dry lightning impulse withstand volt. Approx. net weight Kn Mm Mm Mm kV kV kV Kg Spesifikasi Isolator Glass U120BP 120 255 146 390 72 42 110 4,3 Isolator Porselen U100BL 100 255 146 320 70 40 100 5.3 Isolator Epoxy Resin Class IEC 60815 classe A Max. Operating voltage kV 24 Lightning impulse voltage withstand kV 125 Power frequency voltage withstand kV 55 Ultimate bending stress kN 4 H Mm 210 Dmax Mm 80 Creepage distance Mm >360 Weight (kg) Kg 1,1 4.2 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Pada Isolator Tanpa Polutan Pada saat isolator dalam keadaan bersih atau tanpa polutan dilakukan pengujian 3x untuk mendapatkan nilai rata-rata tegangan flashover yang dapat dilihat pada Table 4.2 dibawah ini: 32 Tabel 4.2 Data tegangan flashover pada isolator keadaan bersih No. Jenis Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 Porselen 31 0,98786 68,7 69,5 2 Glass 32 0,98462 77,7 78,9 3 Epoxy Resin 32 0,98462 99,1 100,6 Berdasarkan pada Tabel 4.2, diperoleh data pada saat pengujian berupa nilai suhu, kelembaban, dan tegangan flashover dari tiap-tiap isolator keadaan bersih atau tanpa polutan. Dalam hal ini parameter suhu hanya untuk mengetahui kondisi ruangan saat pengujian tegangan tinggi. Dari tabel terlihat bahwa Vb adalah nilai tegangan flashover yang diukur pada saat pengujian dan Vs adalah nilai tegangan flashover dalam keadaan standar berdasarkan IEC 60060. Untuk melihat hasil perhitungan koreksi udara dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun data pada isolator porselin 68,7 kV, kemudian isolator gelas 77,7 kV, dan nilai tegangan flashover pada Isolator porselin sebesar 99,1 kV. 4.3 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator berpolutan 100 g Pada pengujian ini untuk mengetahui pengaruh nilai tegangan flashover pada masing-masing isolator ketika diberi 3 jenis polutan yaitu NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan tingkat kosentrasi 100 g, 200 g dan 300 g. Pada saat pengujian nilai dari suhu, kelembaban dan tekanan udara diambil untuk mengetahui kondisi ruangan pada saat itu. Dan dilakukan 3x pengujian pada tiap isolator untuk mendapatkan nilai rata-rata dari tegangan flashover pada Isolator tersebut. Dimana 33 Vb adalah nilai tegangan flashover yang diukur pada saat pengujian dan Vs adalah nilai tegangan flashover keadaan standar berdasarkan IEC 60060. Tabel 4.3 Data tegangan flashover Isolator berpolutan NaCl 100g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 Porselin 31,2 0,98721 59 59,8 2 Gelas 31,3 0,98688 70,7 71,6 3 Epoxy Resin 31,7 0,98559 95,7 97,1 Tabel 4.4 Data tegangan flashover Isolator berpolutan CaCO3 100g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 31,6 31,7 32,7 0,98591 0,98559 0,98236 66,7 74,7 98 67,6 75,8 99,8 Tabel 4.5 Data tegangan flashover Isolator berpolutan Carbon 100g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 32 32,5 31,3 0,98462 0,98300 0,98688 59,3 69,3 97,3 60,3 70,5 98,6 Berdasarkan Tabel 4.3, 4.4, dan 4.5 diatas maka dapat dilihat perbandingan nilai tegangan flashover (Vb) terhadap pengaruh polutan NaCl, CaCO3 dan Carbon 34 dengan kadar 100 gram pada masing-masing jenis isolator uji yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 Isolator dengan Kosentrasi Polutan 100 g 120,0 99,1 Tegangan Flashover (kV) 100,0 80,0 60,0 77,7 68,7 70,7 66,7 59,0 74,7 95,7 98,0 97,3 69,3 59,3 40,0 20,0 0,0 PORSELIN GELAS EPOXY RESIN Bahan Isolator Bersih NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.2 Grafik Perbandingan flashover pada Isolator Berpolutan (100g) Berdasarkan Gambar 4.2 diatas menunjukan bahwa pengaruh tegangan flashover pada masing-masing isolator mempunyai grafik yang berbeda-beda. Terlihat ketika Isolator dari kondisi bersih kemudian diberi polutan dengan kosentrasi 100 gram maka akan mempengaruhi kekuatan dielektrik dari isolator tersebut yang dimana dalam hal ini terjadi penurunan nilai tegangan flashover. Akan tetapi nilai penurunan tegangan flashover bervariasi tergantung jenis polutannya. Pada grafik tersebut memperlihatkan Isolator Porselin penurunan nilai tegangan flashover terbesar dipengaruhi oleh polutan NaCl dengan nilai 59 kV, sedangkan untuk penurunan nilai tegangan flashover terkecil dipengaruhi oleh 35 polutan CaCO3 dengan nilai 66,7 kV. Pada Isolator Gelas penurunan nilai tegangan terbesar dipengaruhi oleh polutan Carbon dengan nilai 70,7 kV sedangkan pengaruh terkecilnya pada polutan CaCO3 dengan nilai 74,7. Pada Isolator Epoxy Resin nilai penurunan tegangan flashover terbesar didapatkan pada polutan NaCl dengan nilai 95,7 kV dan untuk nilai penurunan tegangan flashover terkecil dipengaruhi polutan CaCO3 dengan nilai 98 kV. 4.4 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator berpolutan 200 g Pada pengujian ini untuk mengetahui pengaruh nilai tegangan flashover pada masing-masing isolator ketika diberi 3 jenis polutan yaitu NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan tingkat kosentrasi 200 gram. Pada saat pengujian nilai dari suhu, kelembaban dan tekanan udara diambil untuk mengetahui kondisi ruangan pada saat itu. Dan dilakukan 3x pengujian pada tiap isolator untuk mendapatkan nilai rata-rata dari tegangan flashover pada Isolator tersebut. Dimana Vb adalah nilai tegangan flashover yang diukur pada saat pengujian dan Vs adalah nilai tegangan flashover keadaan standar berdasarkan IEC 60060. Tabel 4.6 Data tegangan flashover Isolator berpolutan NaCl 200g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 30,4 30,4 32,5 0,98981 0,98981 0,98300 55,3 65 94 55,9 65,7 95,6 36 Tabel 4.7 Data tegangan flashover Isolator berpolutan CaCO3 200g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 30,5 30 32,5 0,98948 0,99112 0,98300 65,3 74,7 97,7 66 75,3 99,4 Tabel 4.8 Data tegangan flashover Isolator berpolutan Carbon 200g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 31,3 31,2 32 0,98688 0,98721 0,98462 49,3 57 96,3 50 57,7 97,8 Berdasarkan Tabel 4.6, 4.7, dan 4.8 diatas maka dapat dilihat perbandingan nilai tegangan flashover (Vb) terhadap pengaruh polutan NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan kadar 200 gram pada masing-masing jenis isolator uji yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 37 Isolator dengan Kosentrasi Polutan 200 g Tegangan Flashover (kV) 120,0 99,1 100,0 80,0 60,0 77,7 68,7 65,3 94,0 97,7 96,3 74,7 65,0 57,0 55,3 49,3 40,0 20,0 0,0 PORSELIN GELAS EPOXY RESIN Bahan Isolator Bersih NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.3 Grafik Perbandingan flashover pada Isolator Berpolutan (200g) Berdasarkan Gambar 4.3 diatas menunjukan bahwa pengaruh tegangan flashover pada masing-masing isolator mempunyai grafik yang berbeda-beda. Terlihat ketika Isolator diberi penambahan kosentrasi polutan hingga 200 gram maka akan mempengaruhi kinerja dari isolator tersebut yang dimana dalam hal ini nilai tegangan flashover pada isolator semakin turun. Akan tetapi nilai penurunan tegangan flashover bervariasi tergantung jenis polutannya. Pada grafik tersebut memperlihatkan Isolator Porselin penurunan nilai tegangan flashover terbesar dipengaruhi oleh polutan Carbon dengan nilai 49,3 kV, sedangkan untuk penurunan nilai tegangan flashover terkecil dipengaruhi oleh polutan CaCO3 dengan nilai 65,3 kV. Pada Isolator Gelas penurunan nilai tegangan flashover terbesar dipengaruhi oleh polutan Carbon dengan nilai 57 kV sedangkan pengaruh terkecilnya pada 38 polutan CaCO3 dengan nilai 74,7 kV. Pada Isolator Epoxy Resin penurunan nilai tegangan flashover terbesar didapatkan pada polutan NaCl dengan nilai 94 kV dan untuk nilai penurunan tegangan flashover terkecil dipengaruhi polutan CaCO3 dengan nilai 97,7 kV. 4.5 Hasil Pengujian Tegangan Flashover Isolator Berpolutan 300 gram Pada pengujian ini untuk mengetahui pengaruh nilai tegangan flashover pada masing-masing isolator ketika diberi 3 jenis polutan yaitu NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan tingkat kosentrasi 300 gram. Pada saat pengujian nilai dari suhu dan kelembaban ruangan diambil untuk mengetahui kondisi ruangan pada saat itu. Dan dilakukan 3x pengujian pada tiap isolator untuk mendapatkan nilai rata-rata dari tegangan flashover pada Isolator tersebut. nilai suhu dan kelembaban sebagai kondisi ruangan saat pengujian. Tabel 4.9 Data tegangan flashover Isolator berpolutan NaCl 300g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 30,9 31,3 32,7 0,98818 0,98688 0,98236 51 61,7 91,7 51,6 62,5 93,3 Tabel 4.10 Data tegangan flashover Isolator berpolutan CaCO3 300g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 31,3 32,5 32,2 0,98688 0,98300 0,98397 65,7 74,3 97,7 66,5 75,6 99,3 39 Tabel 4.11 Data tegangan flashover Isolator berpolutan Carbon 300g No. Bahan Isolator Suhu (°C) Koreksi Udara (δ) Vb (kV) Vs (kV) 1 2 3 Porselin Gelas Epoxy Resin 31,1 32 32,5 0,98753 0,98462 0,98300 47 50,3 95,3 47,6 51,1 97 Berdasarkan Tabel 4.9, 4.10, dan 4.11 diatas maka dapat dilihat perbandingan nilai tegangan flashover (Vb) terhadap pengaruh polutan NaCl, CaCO3 dan Carbon dengan kadar 300 gram pada masing-masing jenis isolator uji yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 Isolator dengan Kosentrasi Polutan 300 g Tegangan Flashover (kV) 120,0 99,1 100,0 80,0 60,0 91,7 77,7 68,7 65,7 51,0 97,7 95,3 74,3 61,7 50,3 47,0 40,0 20,0 0,0 PORSELIN GELAS EPOXY RESIN Bahan Isolator Bersih NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Flashover pada Isolator Berpolutan (300g) 40 Berdasarkan Gambar 4.3 diatas menunjukan bahwa pengaruh tegangan flashover pada masing-masing isolator mempunyai grafik yang berbeda-beda. Terlihat ketika Isolator diberi polutan dengan kosentrasi 300 gram maka akan mempengaruhi kinerja dari isolator tersebut yang dimana dalam hal ini terjadi penurunan nilai tegangan flashover. Akan tetapi nilai penurunan tegangan flashover bervariasi tergantung jenis polutannya. Pada grafik tersebut memperlihatkan Isolator Porselin penurunan nilai tegangan flashover terbesar dipengaruhi oleh polutan Carbon dengan nilai 47 kV, sedangkan untuk penurunan nilai tegangan terkecil dipengaruhi oleh polutan CaCO3 dengan nilai 65,7 kV. Pada Isolator Gelas penurunan nilai tegangan flashover terbesar dipengaruhi oleh polutan Carbon dengan nilai 50,3 kV sedangkan pengaruh terkecilnya pada polutan CaCO3 dengan nilai 74,3 kV. Pada isolator resin epoksi penurunan nilai tegangan flashover terbesar didapatkan pada polutan NaCl dengan nilai 91,7 kV dan untuk penurunan nilai tegangan flashover terkecil dipengaruhi polutan CaCO3 dengan nilai 97,7 kV. 4.6 Perhitungan Nilai ESDD Data hasil pengukuran konduktivitas larutan dibawah ini digunakan untuk menghitung nilai ESDD dengan menggunakan Persamaan 2.13 sehingga dapat menentukan tingkat polutan berdasarkan IEC 60815. Hasil pengukuran konduktivitas larutan dapat dilihat pada lampiran. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada table dibawah. 4.6.1 Nilai ESDD untuk Polutan NaCl 41 Tabel 4.12 Hasil Pengukuran ESDD Polutan NaCl Bahan Isolator Porselin Gelas Epoxy Resin Kosentrasi Polutan (g) Konduktivitas ESDD (S/m) (mg/cm2) Tingkat Polutan 100 0,0230 0,1065 Berat 200 0,0238 0,1247 Berat 300 0,0284 0,2319 Berat 100 0,0229 0,0688 Sedang 200 0,0237 0,0810 Sedang 300 0,0281 0,1516 Berat 100 0,0228 0,1963 Berat 200 0,0235 0,2279 Berat 300 0,0279 0,4294 Berat 4.6.2 Nilai ESDD untuk Polutan CaCO3 Tabel 4.13 Hasil Pengukuran ESDD Polutan CaCO3 Bahan Isolator Porselin Gelas Epoxy Resin Kosentrasi Polutan (g) Konduktivitas ESDD (S/m) (mg/cm2) Tingkat Polutan 100 0,0198 0,0301 Ringan 200 0,0199 0,0321 Ringan 300 0,0199 0,0321 Ringan 100 0,0199 0,0215 S. Ringan 200 0,0199 0,0215 S. Ringan 300 0,0198 0,0202 S. Ringan 100 0,0197 0,0548 Ringan 200 0,0197 0,0548 Ringan 300 0,0198 0,0588 Ringan 42 4.6.3 Nilai ESDD untuk Polutan Carbon Tabel 4.14 Hasil Pengukuran ESDD Polutan Carbon Bahan Isolator Porselin Gelas Epoxy Resin 4.7 Kosentrasi Polutan (g) Konduktivitas ESDD (S/m) (mg/cm2) Tingkat Polutan 100 0,0204 0,0441 Ringan 200 0,0206 0,0482 Ringan 300 0,0211 0,0602 Sedang 100 0,0205 0,0310 Ringan 200 0,0206 0,0337 Ringan 300 0,0208 0,0364 Ringan 100 0,0202 0,0784 Sedang 200 0,0205 0,0902 Sedang 300 0,0207 0,1019 Berat Analisa Pengaruh Polutan terhadap Nilai Tegangan Flashover Isolator 4.7.1 Tegangan Flashover Isolator Porselin Kondisi Berpolutan 43 Pengaruh Polutan Terhadap Isolator Porselin Tegangan Flashover (kV) 75,0 70,0 68,7 66,7 65,3 65,7 65,0 59,0 60,0 55,3 59,3 55,0 49,3 50,0 51,0 47,0 45,0 40,0 0 gram 100 gram 200 gram 300 gram Berat Polutan (g) NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.5 Grafik Tegangan Flashover Isolator Porselin Berpolutan Berdasarkan dari Gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai tegangan flashover pada Isolator Porselin ketika diberi polutan. Hanya saja pengaruh tiap polutan terhadap tegangan flashover isolator porselin berbeda-beda. Terlihat bahwa penurunan tegangan flashover pada polutan NaCl sebesar 14,11% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 19,5% ketika diberi kosentrasi polutan 200 gram, dan 25,76% ketika diberi kosentrasi polutan 300 gram. Pada Polutan CaCO3 penurunan nilai tegangan flashover sebesar 2,9% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 4,94% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 4,36% ketika diberi kosentrasi 300 gram. Pada Polutan Carbon penurunan tegangan sebesar 13,68% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 28,23% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 31,58% ketika diberi kosentrasi 300 gram. Dapat dilihat bahwa pengaruh terbesar terhadap 44 tegangan flashover isolator porselin ialah polutan jenis Carbon dan pengaruh terkecil ialah polutan jenis CaCO3. Sekalipun nlai konduktifitas NaCl lebih besar jika dibandingkan dengan polutan Carbon, akan tetapi polutan Carbon yang merekat pada isolator porselin mempunyai pengaruh yang sangat besar. Hal ini dikarenakan isolator dengan material porselin memiliki sifat hidrophilik, yang berarti bahwa permukaan porselin mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi lingkungan yang berpolusi mudah untuk terbentuk lapisan konduktif di permukaannya. Dan kita ketahui karakteristik dari Carbon ialah memiliki sifat adsorpsi (penyerapan) yang tinggi dan tidak dapat larut dalam air. Sehingga membuat polutan Carbon memiliki sifat higroskopis yang besar (kemampuan suatu zat untuk menyerap air) yang membuat isolator porselin akan sangat mudah terjadi flashover ketika diberi polutan Carbon. Sedangkan pada isolator berpolutan CaCO3 terlihat bahwa dengan penambahan kosentrasi polutan lebih lanjut nilai konduktivitasnya cenderung sama sehingga tidak mengalami penurunan yang linear terhadap tegangan flashover nya. 45 4.7.2 Tegangan Flashover Isolator Gelas Kondisi Berpolutan Pengaruh Polutan Terhadap Isolator Gelas 80,0 77,7 Tegangan Flashover (kV) 74,7 74,7 74,3 75,0 70,7 70,0 65,0 69,3 65,0 61,7 60,0 57,0 55,0 50,3 50,0 45,0 0 gram 100 gram 200 gram 300 gram Berat Polutan (g) NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.6 Grafik Flashover Isolator Gelas Berpolutan Berdasarkan dari Gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai tegangan flashover pada Isolator Gelas ketika diberi polutan. Hanya saja pengaruh tiap polutan terhadap tegangan flashover isolator Gelas berbeda-beda. Terlihat bahwa penurunan tegangan flashover pada polutan NaCl sebesar 9% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 16,34% ketika diberi kosentrasi polutan 200 gram, dan 20,59% ketika diberi kosentrasi polutan 300 gram. Pada Polutan CaCO3 penurunan nilai tegangan flashover sebesar 3,86% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 3,86% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 4,37% ketika diberi kosentrasi 300 gram. Pada Polutan Carbon penurunan tegangan sebesar 10,81% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 26,64% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 35,26% ketika 46 diberi kosentrasi 300 gram. Sama halnya dengan isolator porselin pengaruh terbesar terhadap tegangan flashover pada isolator gelas ialah polutan jenis Carbon dan pengaruh terkecil ialah polutan jenis CaCO3. Karena isolator dengan material gelas atau kaca mempunyai sifat mengkondensir kelembaban udara artinya uap air mudah mengembun pada permukaan kaca sehingga polutan akan lebih mudah mengumpul pada permukaan isolator, dan Carbon memiliki sifat higroskopis yang besar ketimbang polutan lainnya sehingga sangat mudah terbentuk lapisan konduktif pada permukaan isolator gelas. Sekalipun kita ketahui bahwa NaCl memiliki nilai konduktivitas lebih besar jika dibandingkan dengan polutan Carbon akan tetapi senyawa NaCl sangat mudah larut dalam air sehingga jumlah polutan yang merekat di permukaan isolator jauh lebih sedikit ketimbang polutan Carbon yang memiliki karakteristik antara lain adsorpsi yang tinggi dan tidak larut dalam air. Sedangkan pada isolator berpolutan CaCO3 terlihat bahwa dengan penambahan kosentrasi polutan lebih lanjut nilai konduktivitasnya cenderung sama sehingga tidak mengalami penurunan yang signifikan terhadap tegangan flashover nya dalam hal ini mengalami kejenuhan. 47 4.7.3 Tegangan Flashover Isolator Resin Epoksi Kondisi Berpolutan Pengaruh Polutan Terhadap Isolator Epoxy Resin Tegangan Flashover (kV) 105,0 100,0 99,1 98,0 97,7 97,3 96,3 95,0 95,7 97,7 95,3 94,0 90,0 91,7 85,0 80,0 75,0 70,0 0 gram 100 gram 200 gram 300 gram Berat Polutan (g) NaCl CaCO3 Carbon Gambar 4.7 Grafik Tegangan Flashover Isolator Resin Epoksi Berpolutan Berdasarkan dari Gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai tegangan flashover pada Isolator resin epoksi ketika diberi polutan. Hanya saja pengaruh tiap polutan terhadap tegangan flashover isolator resin epoksi berbedabeda. Terlihat bahwa penurunan tegangan flashover pada polutan NaCl sebesar 3,43% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 5,14% ketika diberi kosentrasi polutan 200 gram, dan 7,46% ketika diberi kosentrasi polutan 300 gram. Pada Polutan CaCO3 penurunan nilai tegangan flashover sebesar 1,10% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 1,41% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 1,41% ketika diberi kosentrasi 300 gram. Pada Polutan Carbon penurunan tegangan sebesar 1,81% ketika diberi kosentrasi 100 gram, 2,82% ketika diberi kosentrasi 200 gram, dan 3,83% ketika diberi kosentrasi 300 gram. Dapat dilihat bahwa pengaruh terbesar 48 terhadap tegangan flashover pada isolator resin epoksi ialah polutan jenis NaCl dan pengaruh terkecil ialah polutan jenis CaCO3. Berbeda dengan isolator sebelumnya, isolator epoxy resin salah satu jenis material polimer yang mempunyai sifat hydrophobic (menolak air) yang baik dan memindahkan sifat hidrofobiknya ke lapisan polusi menyebabkan lapisan polusi ikut bersifat hidrofobik. Sifat tersebut salah satu kelebihan dari isolator berbahan polimer karena dalam kondisi lembab ataupun basah akan sulit terbentuknya lapisan air yang kontinu pada permukaan isolator yang membuat persentase penurunan kinerja isolator polimer kondisi terpolusi lebih kecil dibandingkan isolator porselin ataupun gelas. Pengaruh terbesar terhadap tegangan flashover pada isolator polimer ialah pada polutan NaCl karena polutan tersebut salah satu senyawa elektrolit kuat sehingga memiliki sifat konduktif dan nilai konduktivitas dari NaCl yang lebih tinggi ketimbang Carbon ataupun CaCO3, sehingga semakin cepat terjadi peristiwa flashover. Sedangkan pada isolator berpolutan CaCO3 terlihat bahwa terjadi pelapisan polutan lebih banyak ketimbang NaCl dikarenakan CaCO3 sangat sulit larut dalam air, hanya saja pengaruhnya sangat kecil terhadap kekuatan dielektrik pada permukaan isolator polimer, bahkan dengan penambahan kosentrasi polutan CaCO3 lebih lanjut nilai konduktivitasnya cenderung sama sehingga tidak mengalami penurunan yang signifikan terhadap tegangan flashover. 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan Analisa yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ketika Isolator terpolusi garam-garaman, maka akan menurunkan kekuatan dielektrik dari suatu bahan isolator. Hal ini disebabkan karena garam salah satu senyawa elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik sehingga lebih mudah terjadi flashover. Pada isolator terpolusi asap industry atau asap dari pembakaran maka akan membuat kekuatan dielektrik isolator menurun, hal ini disebabkan karena asap sisa pembakaran mengandung Carbon yang memiliki sifat adsorpsi dan absorpsi sehingga dapat membentuk lapisan konduktif pada permukaan isolator. Sedangkan ketika isolator terpolusi debu, dengan penambahan polutan lebih lanjut hanya akan mengalami kejenuhan dan memiliki persentase perubahan yang sangat kecil pada tegangan flashover hal ini disebabkan karna nilai konduktivitasnya yang rendah. 2. Penurunan nilai tegangan flashover terbesar pada isolator porselin ialah 47 kV atau 31,58% ketika terpolusi Carbon, pada isolator gelas mengalami penurunan tegangan flashover hingga 50,3 kV atau 35,26% ketika terpolusi 50 Carbon, sedangkan pada isolator resin epoksi penurunan terbesarnya 91,7 kV atau 7,46% ketika terpolusi NaCl. 3. Besarnya nilai penurunan tegangan flashover sangat dipengaruhi oleh sifat polutan, kosentrasi polutan, nilai konduktivitas polutan dan karakteristik dari jenis material isolator tersebut. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut : 1. Studi lebih lanjut bisa dilakukan dengan mengukur tegangan flashover kondisi basah dan kering pada isolator terpolusi 2. Studi lebih lanjut bisa dilakukan dengan mengukur arus bocor pada isolator terpolusi 51 DAFTAR PUSTAKA Amali, Lanto, M. L. 2012. Analisis Pengujian Arus Bocor Line Post Insulator 70 kV yang Terkontaminasi Polutan Industri. Gorontalo: Teknik Elektro Fak. Teknik Universitas Negeri Gorontalo Arismunandar. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Bangun Yoshua Baptist. 2016. Pengaruh Benang Layangan Terhadap Tegangan Flashover Pada Berbagai Jenis Isolator Distribusi 20 kV Terpolusi. Skripsi. Medan: Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Berahim, Hamzah., 2005, “Metodologi Untuk Mengkaji Kinerja Isolasi Polimer Resin Epoksi Silane Sebagai Material Isolator Tegangan Tinggi di Daerah Tropis”, Disertasi Fakultas Ilmu Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada. Gorur, R.S., Cherney,E.A., Burnham, J.T. 1999. Outdoor Insulators, Ravi S Gorur Inc. Phoenix, Arizona, USA. Irfangi Mokhamad, “Pengaruh Polutan Garam Terhadap Tegangan Flashover Pada Isolator Berbahan Keramik Dan Polimer Menggunakan Metode Slow Rate Of Rise Test,” Skripsi. Universitas Jember. 2016. Kuffel, E., dkk. 2000. High Voltage Engineering: Fundamentals. Edisi kedua. Oxford: Butterworth-Heinemann. Lee Henry, Kris Neville, 1957, ”Epoxy Resins Their Application And Technology”, McGraw-Hill Book Company, INC, New York Toronto London. 52 Markis, Lince. 2012. Pengaruh Bahan Dielektrik Dalam Unjuk Kerja Waveguide. Jurnal Ilmu Fisika Teknik Elektro Vol 4 No 1 Milan Jones, “Analisis Pengaruh Polutan Pada Isolator Kaca Terhadap Distribusi Tegangan Isolator Rantai,” Jurnal Singuda Ensikom Vol.14 No.40, Maret 2016. Prasojo, Winarko Ari, Abdul Syakur, dan Yuningtyastuti, Analisis Partial Discharge pada Material Polimer Resin Epoksi dengan Menggunakan Elektroda Jarum Bidang, Tugas Akhir, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Purba, Daniel Yus Triandi, “Pengaruh Temperatur Terhadap Tegangan Lewat Denyar AC Pada Isolator Piring Terkontaminasi Polutan”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 2016. Salama Manjang, Mustamin, 2010, Kajian Karakteristik Isolator Polimer Tegangan Tinggi Oleh Penuaan Berbagai Tekanan Buatan Pada Daerah Tropis, Proc, National Conference on Industrial Electrical and Electronic , UNTIRTA, Cilegon, Indonesia, 15-16 Desember 2010. Setiaji, Muhammad, E. D., Yuningtyastuti., Syakur, Abdul. 2012. Pengujian Tegangan Flashover dan Arus Bocor pada Isolator 20 KV Berbahan Epoksi Silane Silika Kondisi Basah dan Kering. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Sihombing, Alex T. 2016, “Pengaruh Polutan Terhadap Tegangan Flashover AC pada Berbagai Jenis Isolator” Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 2016. 53 Syahrawardi, “Pengaruh Hujan Terhadap Tegangan Lewat Denyar Isolator Piring Terpolusi,” Jurnal Singuda Ensikom Vol.10 No.28, Maret 2015. SPLN 10-3B, “Tingkat Intensitas Polusi Sehubungan dengan Pedoman Pemilihan Isolator”, Perusahaan Listrik Negara, 1993. Surdia,T., Saito,S., 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Tarigan, Yosephine. (2018) “Pengaruh Polutan pada Isolator Piring Kondisi Kering dan Basah Terhadap Arus Bocor dan Tegangan Lewat Denyar” Skripsi. Universitas Sumatera Utara. 2018 Tobing, Bonggas L., Peralatan Tegangan Tinggi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Waluyo, Pengaruh Komposisi Bahan Isolasi Resin Epoksi dengan Bahan Pengisi Rice Husk Ash (RHA) terhadap Arus Bocor dengan Metode IEC 587, Penelitian,Universitas Bengkulu, 2010. Wardhani, Arfianti Kusuma. 2011. Analisis Perbandingan Pengaruh Debu Semen Antara Isolator Pos Pin dan Isolator Gantung Terhadap Flashover Menggunakan Metode Short Time Test. Jember: Teknik Elektro Fak. Teknik Universitas Jember 54 LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil pengujian flashover pada isolator terpolusi Isolator terpolusi NaCl Tekanan Udara saat Pengujian = 778 mmHg No 1 2 3 Jenis Isolator Porselin Gelas Resin Epoksi Kadar Polutan (g) Suhu (°C) Kelem Koreksi -baban Udara (%) (δ) 100 g 31,2 65% 0,98721 57 59 61 59 59,8 200 g 30,4 75% 0,98981 55 56 55 55,3 55,9 300 g 30,9 66% 0,98818 50 52 51 51 51,6 100 g 31,3 62% 0,98688 70 72 70 70,7 71,6 200 g 30,4 76% 0,98981 63 66 66 65 65,7 300 g 31,3 64% 0,98688 60 63 62 61,7 62,5 100 g 31,7 67% 0,98559 96 95 96 95,7 97,1 200 g 32,5 74% 0,98300 94 95 93 94 95,6 300 g 32,7 61% 0,98236 90 93 92 91,7 93,3 Vb (kV) 1 2 3 Vb Vs (kV) (kV) Isolator terpolusi CaCO3 Tekanan Udara saat Pengujian = 778 mmHg No 1 2 3 Jenis Isolator Porselin Gelas Resin Epoksi Kadar Polutan (g) Suhu (°C) Kelem- Koreksi baban Udara (%) (δ) 100 g 31,6 62% 0,98591 67 66 67 66,7 67,6 200 g 30,5 73% 0,98948 67 65 64 65,3 66,0 300 g 31,3 64% 0,98688 66 65 66 65,7 66,5 100 g 31,7 63% 0,98559 74 75 75 74,7 75,8 200 g 30 75% 0,99112 75 75 74 74,7 75,3 300 g 32,5 66% 0,98300 74 76 73 74,3 75,6 100 g 32,7 69% 0,98236 98 98 98 98 99,8 200 g 32,5 70% 0,98300 98 97 98 97,7 99,4 300 g 32,2 57% 0,98397 98 98 97 97,7 99,3 Vb (kV) 1 2 3 Vb Vs (kV) (kV) 55 Isolator terpolusi Carbon Tekanan Udara saat Pengujian = 778 mmHg No 1 2 3 ▪ Jenis Isolator Porselin Gelas Resin Epoksi Kadar Polutan (g) Suhu (°C) Kelem- Koreksi baban Udara (%) (δ) 100 g 32 65% 0,98462 59 60 59 59,3 60,3 200 g 31,3 69% 0,98688 48 50 50 49,3 50,0 300 g 31,1 64% 0,98753 45 48 48 47 47,6 100 g 32,5 61% 0,98300 70 68 70 69,3 70,5 200 g 31,2 71% 0,98721 56 58 57 57 57,7 300 g 32 65% 0,98462 50 51 50 50,3 51,1 100 g 31,3 69% 0,98688 97 97 98 97,3 98,6 200 g 32 70% 0,98462 96 97 96 96,3 97,8 300 g 32,5 61% 0,98300 96 95 95 95,3 97,0 Vb (kV) 1 2 3 Vb Vs (kV) (kV) Perhitungan Vs (Isolator Porselin terpolusi Carbon 100g) Tekanan udara saat pengujian (p) = 778 mmHg Tegangan keadaan standar (Vs) Tegangan saat pengujian (Vb) Suhu saat pengujian (T) Vs = Vb/δ 𝛿 = (0,386 𝑝) / (273 + 𝑇) δ = (0,386 x 778) / (273 + 32) = 0,98462 Vs = 59,3 / 0,98462 = 60,3 kV 56 Lampiran 2 : Perhitungan kosentrasi garam dan ESDD pada Isolator terpolusi ▪ Isolator Porselin, Kosentrasi NaCl 100g - Menghitung Salinitas Larutan Pencuci σθ = 0,0215 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0215 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0185 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 D1 = 0,0985 mg/cm3 - Menghitung Salinitas Larutan Terpolusi σθ = 0,0268 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0268 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0230 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 D2 = 0,1236 mg/cm3 57 - Nilai dari ESDD : Volume air pencuci = 6000 mL, Luas Permukaan isolator 1413,71 cm2 ESDD = V D2 − D1 S ESDD = V 0,1236 − 0,0985 1413,71 ESDD = 0,1065 mg/cm2 (Tergolong pada tingkat polusi berat) ▪ Isolator Kaca, Kosentrasi CaCO3 200g - Menghitung Salinitas Larutan Pencuci σθ = 0,0215 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0215 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0185 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 D1 = 0,0985 mg/cm3 - Menghitung Salinitas Larutan Terpolusi σθ = 0,0231 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 58 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0231 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0199 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 D2 = 0,1061 mg/cm3 - Nilai dari ESDD : Volume air pencuci = 6000 mL, Luas Permukaan isolator 2106,21 cm2 ESDD = V D2 − D1 S ESDD = V 0,1061 − 0,0985 2106,21 ESDD = 0,0215 mg/cm2 (Tergolong pada tingkat polusi sangat ringan) ▪ Isolator Polimer, Kosentrasi Carbon 300g - Menghitung Salinitas Larutan Pencuci σθ = 0,0215 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0215 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0185 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 59 D1 = 0,0985 mg/cm3 - Menghitung Salinitas Larutan Terpolusi σθ = 0,0241 S/m pada t = 27oC Konduktivitas Larutan Pada temperature 20 oC σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] Dengan menggunakan Persamaan 2.4 didapatkan nilai faktor koreksi : b = 0,02000 Maka, didapat : σ20 = σθ [1 − b (θ − 20)] σ20 = 0,0241 [1 − 0,02000 (27 − 20)] σ20 = 0,0207 S/m Nilai Salinitas dari larutan pencuci : D = (5,7 x σ20)1.03 D2 = 0,1108 mg/cm3 - Nilai dari ESDD : Volume air pencuci = 6000 mL, Luas Permukaan isolator 723,5 cm2 ESDD = V D2 − D1 S ESDD = V 0,1108 − 0,0985 723,5 ESDD = 0,1019 mg/cm2 (Tergolong pada tingkat polusi berat) 60 Lampiran 3 : Persiapan Bahan Isolator Isolator Porselin Isolator Porselin Isolator Epoxy Resin Lampiran 4 : Bahan Polutan NaCl ; CaCO3 ; Carbon ; Kaolin 61 Lampiran 5 : Alat Pengujian Tegangan Tinggi AC Connecting cup, Connecting rod, Floor Pedestal Capacitor Measurement 100 pF Transformator Uji Control Desk 62 Lampiran 6 : Alat Pendukung Gelas Ukur Termometer Air Raksa Konduktivitas Meter Timbangan Termometer Suhu dan Kelembaban 63 Kabel Feeder Tangga APD (Alat Pelindung Diri) 64 Lampiran 7 : Perendaman Isolator Pada Larutan Terpolusi Pengukuran Konduktivitas pada Isolator Berpolutan 65 Lampiran 8 : Isolator Porselin Terpolusi Terpolusi NaCl Terpolusi Carbon Terpolusi CaCO3 66 Lampiran 9 : Isolator Gelas Terpolusi Terpolusi NaCl Terpolusi Carbon Terpolusi CaCO3 67 Lampiran 10 : Isolator Resin Epoksi Terpolusi Terpolusi NaCl Terpolusi Carbon Terpolusi CaCO3 68 Lampiran 11 : Penginjekkan Tegangan Tinggi AC 69 Lampiran 12 : Pengujian Flashover pada Isolator Porselin Pengujian Flashover pada Isolator Gelas 70 Pengujian Flashover pada Isolator Resin Epoksi 71