Uploaded by User92616

Makalah Etika Bisnsi Dan Studi Kasus kelompok 3

advertisement
Makalah Pengantar Manajemen dan Komunikasi Bisnis
Etika Bisnis dan Tanggung jawab Sosial
(untuk memenuhi tugas Pra MM PEngantar Manajemen dan Komunikasi Bisnis)
Dosen Pengampu : Dr. Indi Djastuti. MS
Kelompok 2
Disusun Oleh :
I Gede Ary Raditya Palguna
12010120410009
Pramundita Risna Putra
12010120410012
Mauriska Dearsi Ayanda
12010120410013
Sam Sofilo Sinaga
12010120410018
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembang industri di era global ini memunculkan banyak dampak baik itu positif
ataupun negatif. Dampak positif dari adanya program pembangunan industri dalam suatu
wilayah adalah terserapnya para sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan
dampak negatifnya adalah terjadi eksternalitas yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat sekitar. Diantaranya adalah terciptanya dampak negatif yang dapat
membuat masyarakat sengsara akibat dari program pembangunan yang dilakukan perusahaan.
Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan
persaingan oleh karena itu, diharapkan pelaku bisnis dapat menjalankan bisnis yang memenuhi
syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu
system juga diharapkan dapat memiliki tanggunjawab sosial terhadap masyarakat.
1.2 Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
manajemen dan komunikasi bisnis, dimana makalah ini menjelaskan tentang ruang lingkup
etika berusaha dan tanggungjawab sosial. Selain itu makalah ini menjelaskan bagaimana cara
berbisnis yang sesuai dengan etika yang sebenarnya, karena etika bisnis sangat penting untuk
mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan
dalam memecahkan persoalan perusahaan.
1.3 Rumusan Masalah
a) Apa yang sebenarnya dimaksud dengan etika dan tanggungjawab social?
b) Bagaimana cara menerapkan etika berusaha dan tanggungjawab social dalam berbisnis?
c) Apa saja jenis-jenis tanggung jawab social itu?
d) Apakah yang dimaksud dengan keputusan bisnis yang tidak etis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggungjawab social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai
bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Stakeholder Etika dalam bisnis diantaranya sebagai berikut:
a)
Konsumen; konsumen berkepentingan terhadap perilaku etis perusahaan berhubungan
dengan produk.
b)
Karyawan; merupakan sumber ekonomi perusahaan yang penting.
c)
Investor penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
dinvestasikan dalam kegiatan usaha perusahaan
d)
Pemilik dan manajemen; berkepentingan menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik,
manajemen serta stakeholder.
e)
Pemasokbahan-bahan; pemasok berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan dengan
kemampuan perusahaan dalam memberikan kelancaran hubungan dengan pemasok.
f)
Organisasi pekerja; berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin atau
memenuhi kewajiban untuk kehidupan para karyawan.
g)
Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha; pemerintah dalam mengatur
kelancaran usaha melalui berbagai kebijakan.
h)
Bank penyandang dana perusahaan atau kreditur; bank maupun kreditur merupakan
sumberdana bagi kelancaran usaha perusahaan.
i)
Investor penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
didinvestasikan dalam kegiatan perusahaan
j)
Masyarakat; merupakan pihak yang mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya
memperngaruhi bisnis.
k)
Kelompok khusus atau mitra usaha; merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama dalam
kegiatan operasional perusahaan.
Salah satu paham mengenai bisnis umum adalah kontradiksi antara etika, tanggungjawab social
dan laba. Seperti yang dikatakan pendiri bisnis, “sangat mungkin untuk menjadikan hidup layak
tanpa membahayakan integritas perusahaan, perseorangan dan lingkungan.” (Hodgeett &
Kuratko, 1991). Manfaat perusahaan berprilaku etis adalah:
1)
Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi.
2)
Kerangka kerja yang kokoh memandu para manajer dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja perusahaan yang
semakin komplek.
3)
Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
stakeholder.
4)
Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.
Secara logika ekonomi (pencarian laba) mendominasi dalam pengambilan keputusan bisnis,
tetapi konsekuensi tersebut juga memiliki konsekuensi terhadap kemanusiaan (pekerja, supplier,
konsumen, maupun kehidupan sosial). konsekuansi pengambilan keputusan tersebut akan
menentukan eksistensi perusahaan kedepan. Keputusan etika yang tepat sesuai dengan keinginan
perusahaan dan stakeholder akan memberikan beberapa keuntungan sepertiimage yang baik,
reputasi disamping laba dalam jangka panjang (Hungger & Whellen,2000; Cullen, John,2005).
2.2 Dilema Etika Dalam Manajemen
Etika muncul disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: (Hungger& Whellen, 2000: Kuratko &
Hodgetts, 2007).
1)
Perbedaan norma dan nilai budaya yang berbeda untuk setiap Negara, bahkan
secara geografis maupun etnis.
2)
Tahap perkembangan nilai universal yakni perkembangan moral yang terbentuk
dari keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai univerasal. Perkembangan moral
individu berjalan melalui tahap preconvetional, conventional, sampai tahap
principle
3)
Nilai-nilai individu dalam praktik manajemenperusahan, baik manjemen puncak
maupun stakeholder.
4)
Tantangan kuatnyamashabrelativisme moral yang mengatakan bahwa moral
bersifat relative pada pribadi, sosial dan budaya.
Studi empiris Shailendra, et. al, (1997), menmukan empat faktor dilemma etika Studi empiris
Shailendra, et. al, (1997), menmukan empat faktor dilemma etika diantaranya: conflict of
interest, personality traits, social responsibility to stakeholder dan level of openness.
Hunger & Whellen, (2000) member solusi pendekatan dasar yang dapat digunakan sebagai titik
awal pertimbangan pengambilan keputusan etika adalah:
1)
Pendekatan Utilitarian
2)
Pendekatan hak individu
3)
Pendekatan keadilan
2.3 Etika Bisnis Yang Tidak Etis
Merupakan suatu keputusan yang ada dalam dunia bisnis yang diambil dari dalam diri
yang terdapat dalam konteks pribadi yang tidak sejalan dengan aturan yan berlakku apalagi pada
zaman sekarang ini dunia sudah terjadi globalisasi yang dapat mempengaruhi kinerja manusia
yang sudah tergantung dengan teknologi yang semakin tidak mempertimbangkan pengambilan
keputusan yang etis.
Keputusan bisnis yang tidak etis adalah keputusan yang kebalikaan dari keputusan yang
etis dimana terdapat langkah-langkah:
1. Tidak menentukan fakta-fakta
2. Tidak mengidentifikasi para pemegang kepentingan
3. Tidak mempertmibangkan alternatif-alternatif yang tersedia
4. Tidak memperimbangkan bagaimanasebuah keputusan dapat mempengaruhi para
pemegang kepentingan
5. Tidak membuat sebuah keputusan
6. Tidak memantau hasil
2.4 Filosofi etika dan tanggungjawab sosial
Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar bagi orang-orang
dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat keputusan dan berinteraksi dengan pihak
stakeholder dalam perusahaan.
Tujuan etika adalah untuk memungkinkan individu membuat berbagai pilihan di antara perilaku
alternatif.
Banyak praktek manajemen perusahaan yang dengan mudah mendapatkan masalah dalam
tindakan tidak etis dan ilegal, yang sampai sekarang masih dipertanyakan dan menjadi bahan
kajian antara lain (Cavanagh dalam Hunger & Whellen, 2000)
1.
Kelalaian praktek manajemen pada tenaga nuklir, persenjataan dan pabrik bahan
kimia serta limbah industri.
2.
Menolak memberikan perlindungan, pinjaman kepada minoritas.
3.
Pembuangan limbah yang tidak pada tempatnya.
4.
Produk dan penjualan produk rusak.
5.
Keselamatan kerja dan kejahatan ekonomi sosial.
6.
Diskriminasi dalam sex, ras, suku.
Dari sudut pandang strategi, suatu perusahaan wajib mempertimbangkan tanggungjawab sosial
di mana bisnis menjadi bagiannya. Argumen yang berkaitan dengan perilaku manajemen
perusahaan dalam etika dan tanggungjawab sosial adalah Hunger & Whellen (2000):
1.
Moralitas
2.
Pemurnian kepentingan diri sendiri
3.
Teori investasi
4.
Mempertahankan ekonomi
Beberapa ranah etika dan tanggungjawab sosial yang dapat dijadikan landasan dalam
melakuakan kegiatan secara etis dan tanggungjawab agar mampu diterima di area bisnis nasional
maupun multinasional harus patuh pada beberapa hal, sebagai berikut:
1.
Konsumen, penyediaan produk dan aman, memberikan harga produk yang wajar,
serta kemudahan konsumen mendapatkan informasi terhadap produk yang
dikonsusi. Menurut Zimmerer (1986), beberapa hak pelnggan di antaranya hak
keamanan, hak untuk mengetahui, hak untuk di dengar, hak untuk pendidikan,
hak untuk memilih.
2.
Penanaman modal, perusahaan memiliki kewajiban dalam menyediakan
pengambilan investasi investor yang menarik dengan memaksimumkan laba
perusahaan.
3.
Tenaga
kerja,
perusahaan
bertanggungjawab
terhadap
karyawan
mulai
dariperencanaan, perekrutan, pengajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja
serta kesejahteraan.
4.
Wilayah usaha, menjaga perubahan politik lokal dan transfer teknologi. Memiliki
efek negatif yang minimal terhadap ekonomi dan kebijakan lokal. Melkukan
bisnis sesuai dengan hukum.
5.
Sosial umum, menjaga kelestarian lingkungan, perlindungan kepentingan
masyarakat umum.
Tanggung jawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan, produk maupun
jasa serta komunitas.
David Mc Clelland (1961) dalam Zimerrer & Scarborough (1998) memberikan solusi awal uji
etika untuk menilai perilaku. Beberapa uji etika yang menilai perilaku:
a.
Prinsip berfaedah. Memilih kebaikan yang terbesar untuk jumlah orang banyak.
b.
Kan’s categorical imperative. Bertindak sedemikian rupa sehingga tindakan yang di
ambil menjadi hukum universal
c.
Golden rules. Perlakuan orang sebagaimana Anda mengharapkan mereka
memperlakukan Anda.
d.
Uji televisi. Apaka kolega nyaman untuk menjelaskan tindakan pada pemirsa t
elevisi secara nasional.
e.
Uji tandingan. Digunakan untuk memilih yang terbaik dan universal.
f.
Uji masa depan. Respon etika dalam jangka panjang dalam berbagai dimensi
ukuran.
2.5 Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang dapat berjalan dengan baik/survival memasuki tahap dua dan tiga dalm
respon tanggung jawab sosial. Aktivitas perusahaan sudah memasukan program tanggung jawab
sosial, proaktif memiliki keinginan mengevaluasi setiap aktivitas yang berhubungan dengan
publik (Social responsiveness). Setiap keputusan manajer perusahaan mempertimbangkan
keinginan stakeholder (penyesuaian inside group dan outside group) sebagai bagian integral dari
kehidupan perusahaan.
2.6 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Dalam pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis. Zimmmerer (1996)
memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan perilaku, yaitu ;
1.
Kejujuran. Pengusaha harus memiliki prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur,
tidak melakukan kecurangan, tidak berbohong, tidak mencuri.
2.
Integritas. Memegang prinsip kebenaran, melakukan kegiatan dengan terhormat,
berani dan penuh pendirian.
3.
Memelihara janji. Pengusaha yang baik selalu memegang janji, mentaati janji,
penuh komitmen dan dapat dipercaya.
4.
Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada keluarga, perusahaan, bangsa dan negara.
Mampu memegang rahasia dan melakukan kegiatan secara tepat dalam konteks
profsional.
5.
Keadilan. Berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan dan
kebaikan orang lain, toleransi terhadap keberagaman.
6.
Suka membantu orang. Saling membantu, suka menolong, memiliki belas kasihan
terhadap orang lain maupun masyarakat.
7.
Hormat kepada orang lain. Menghormati martabat orng lain, menghormati hak dan
kebebasan orang lain.
8.
Kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Berlaku sebagai warga negara yang
baik, mentaati aturan agama, negara, penuh kesadaran sosial.
9.
Mengejar keunggulan. Melakuakan kegiatan dengan baik sesuai kemampuan dan
kompetensi. Mengejar keunggulan dalam segala hal dan penuh komitmen.
10.
Dapat
dipertanggung
jawabkan.
Segala
kegiatan
atau
aktivirtas
dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, legal formal.
Michael Bonner, et.al (1987) memunculkan model proses pengambilan keputusan etika
dengan memasukkan elemen sumber daya perusahaan dan lingkungan eksteren bagi penentu
perilaku etis. Beberapa elemen tersebut adalah lingkungan kerja, lingkungan pemerintah dan
legal formal, lingkungan sosial, profesional, personal dan atribut individu.
Dalam aplikasi, pengambilan keputusan etika mempergunakan rantai keputusan konsep
overwhelming factor (faktor yang menekan/situasional), yang pada situasi tertentu membenarkan
tindakan mengesampingkan salah satu atau beberapa elemen tersebut.
Disini kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu situasimuncul faktor penekan, maka
aturan yang digunakan adalah prinsip efek ganda. Jika alternatif yang dipilih dimaksudkan untuk
memaksimumkan akibat yang baik dan meminimumkan akibat yang jelek, maka menajer
perusahaan yang membuat keputusan memiliki kecenderungan mendapat simpati, jika keputusan
tersebut dipermasalahkan secara legal formal (Donaldson, Thomas, 1989; Bonner, et al. 1987:
William, 1991)
Cullen, B. John (2005:129) memberikan model alur analisis pengambilan keputusan etika
perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut:
1.
Analisis ekonomi (economic analysis). Analisis ekonomi digunakan untuk
mengetahui kemampuan bisnis dalam mendatangkan profit sebagai bentuk
tanggung jawab ekonomi kepada stakeholder.
2.
Analisis legal (legal analysis). Analisis legal fokus pada kesesuaian operasional
perusahaan (rules of the games) dengan legalitas formal antar Negara (host or home
country law).
3.
Analisis etika organisasi (organizational ethical analysis). Analisis etika organisasi
digunakan untuk kesesuaian budaya organisasi perusahaan dengan etika yang
diterapkan.
4.
Analisis sensitivitas budaya (cultural sensitivity analysis). Analisis sensitivitas
budaya digunakan untuk kesesuaian etika dengan budaya local di mana perusahaan
beroperasi.
5.
Analisis personal (personal analysis). Dan analisis personal focus pada kesesuaian
dengan moral dan kepercyaan personal stakeholder.
Tantangan perkembangan lingkungan dan respon yang cepat dari masyarakat akan peran
serta perusahaan terhadap kehidupan social, mengharuskan perusahaan cepat aktif dalam
aktifitas tanggung jawab social. Hawken dan McDonough (1993) dalam Koratko and
Hodgetts (2007) memberikan langkah awal secara praktis dan strategis guna kepekaan terhadap
tanggung jawab social. Enam langkah menuju bisnis yang baik (seven step to doing good
bussines):
1.
Melakukan efesiensi dengan pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the
concept of waste).
2.
Memperbaiki system pertanggung jawaban (restore accountability).
3.
Produk yang dihasilkan mereflesikan biaya yang dikeluarkan (make prices reflect
cost).
2.7 Standar etika perusahaan
1.
Ciptakan
kepercayaan
perusahaan.
Pengusaha
menciptakan
norma
atau
kepercayaan dan tanggung jawab etikanya.
2.
Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan
prinsip etis atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu
memberikan perilaku standar minimal yang di harapkan dari manajemen. Kode etik
memuat jenis perilaku yang di harapkan dan memberikan kongkrit di perusahaan
bagaimana berprilaku secara etis setiap hari dalam perusahaan.
3.
Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus
menjalankan perilaku etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman
apabila ada yang melanggar kode etik tersebut.
4.
Mempekerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung
perseorangan yang di sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku
yang etis.
5.
Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program
pelatihan akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem
nilai perusahaan.
6.
Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
7.
Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8.
Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak
ukur perilaku bawahan.
9.
Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan
kesempatan memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak
etis. Sedangkan pemimpin memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk
merespon pelaksanaan perilaku etika tersebut
10.
Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan
dalam perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan
kesempatan untuk menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang
ditetapkan.
2.8 Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial
Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab sosial, tetapi
langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam berbisnis. Artinya, berbisnis bukan
hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga memiliki nilai mulia didalamnya.
Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program tanggung
jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, bahwa rokok memang
terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya program tanggung jawab sosial berupa
beasiswa dapat membuktikan bahwa kegiatan usaha tidak semata-mata hanya untuk mencari
keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan adanya
program tanggung jawab sosial. Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam bisnis, yaitu
tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible Entrepreneurship) dan keterlibatan
sosial dalam kewirausahaan (Social Involved Entrepreneurship). Dua jenis tanggung jawab sosial
ini dikemukakan oleh KPMG Ethics & Integrity Consulting sebuah lembaga di negara Belanda.
Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan
Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan. Aksi
tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki tujuan tersendiri. SRE
tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi tanggung jawab sosialnya.
Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu semua
sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan maka sudah
sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan perbedaan yang jelas
antara principle dan commerce.
Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE)
memiliki keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat ditunjukkan
dengan kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Perbedaannya
dengan SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan yang dalam. SIE memiliki tinjauan
umum bahwa bisnis bukan semata-mata hanya tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu,
salah satunya yaitu persamaan rasa ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.
Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan pembangunan
gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa yang dibutuhkan, tetapi
juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian jangka panjang. Jadi, SIE benarbenar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk membangun masyarakat seperti
penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan diskriminasi, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.
Tanggung jawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan,
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membantu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Berperilakulah jujur dalam segala hal guna menunjang kesuksesan kita
dalam berbisnis.
DAFTAR PUSTAKA
HC.
Heru kristanto.2009. Kewirausahaan
Enterprenership (kewirausahaan pendekatan
manajemen dan praktik). Jakarta. ISBN.
Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo.
Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Studi Kasus Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC), yaitu
perusahaan internasional atau transnasional yang berpusat di satu negara tetapi cabang ada di
berbagai negara maju dan berkembang.
Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia disebabkan karena perbedaan
indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport diseluruh dunia.
Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja
Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang perjam USD 1.5-USD 3.
Padahal, dibandingkan gaji di negara lain mencapai USD 15-USD 35 perjam. Sejauh ini,
perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan
pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.
Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa
karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih
mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat Papua
yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi Papua
sampai tujuh turunan.
Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan.
Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi
hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas
agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal
pemberian gaji yang layak.
Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak
memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar.
Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata
hanya sia-sia.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Sebutkan beberapa manfaat yang akan didapatkan perusahaan apabila mereka
menerapkan perilaku etis!
3. Sebut dan jelaskan jenis-jenis tanggung jawab sosial!
4. Sebutkan dan jelaskan mengenai kelompok stakeholders!
5. Berikan pendapat Anda terkait dengan studi kasus di atas!
Jawaban:
1. Etika bisnis adalah suatu kodek etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggungjawab
terhadap seluruh pemangku kepentingannya seperti konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas, dan lingkungan masyarakat.
2. Manfaat yang didapat:

Perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi

Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial mendapatkan rasa
hormat dari para stakeholders.

Dapat menambah uang atau pendapatan dalam bisnis mereka
3. Jenis-jenis tanggung jawab sosial:

Tanggung jawab sosial kewirausahaan
Atau biasa disebut dengan Social Responsible Entrepreneurship (SRE) merupakan
aksi atau tindakan terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan yang
memiiki tujuan tersendiri.

Keterlibatan sosial dalam kewirausahaan
Atau disebut Social Involved Entrepreneurship (SIE) memiliki keterikatan dan
kesamaan tujuan dengan masyarakat yang dapat ditunjukkan dengan kerjasama
yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat.
4. Kelompok Primer
Pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan
pesaing atau rekanan. Perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok ini.
Kelompok Sekunder
Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok
pendukung, masyarakat.
5. Menurut kami dari studi kasus di atas seharusnya perushaan lebih memikirkan
kesejahteraan karyawannya dan menggunakan standar gaji perusahaan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, tidak membeda-bedakan antara pekerja Indonesia maupun
pekerja asing. Selain itu perusahaan harusnya juga peduli dengan kesejahteraan
masyarakat sekitar dan kondisi alam sekitar yang telah rusak akibat bisnis yang mereka
jalankan. Pemerintah juga seharusnya dapat memberikan tindakan tegas kepada
perusahaan untuk dapat memberikan bentuk tanggung jawab sosial yang layak terhadap
stakeholders.
Download