Uploaded by putrivazella

LP GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI)

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
(NYERI)
Disusun oleh :
VAZELLA PUTRI CEGAME
P27220019137
PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2020
KONSEP NYERI
A. Pengertian.
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan
sebagai kerusakan (Internalional Associatron for the study of poin); awita yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau di prediksi (Nanda International INC, 2015-2017).
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik
psikospiritual, lingkungan dan social. (SDKI, 2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman,
baik ringan maupun berat.
B. Klasifikasi.
Klasifikasi nyeri di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onsel mendadak atau lambat
dan berinteraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
(NANDA, 2018-2020)
2. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onsel mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih
dan 3 bulan. (NANDA, 2018-2020)
C. Etiologi.
Agen cidera sebagai berikut:
1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.
2. Zat kimia: penyebab nyeri karena bahan kimia.
3. Fisik: penyebab fisik karena trauma fisik.
4. Psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan organic,
nekrosis traumatic, eulzofronia. (SDKI, 2016)
D.
Anatomi dan Fisiologi.
Reseptor nyeri adalah organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara
anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien da nada juga yang
tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireceptor dapat
dikelompokan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus),
somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang
berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan nyeri berasal dari kulit
dan subkutan biasanya mudah untuk dialokasi da didefinisikan. Reseptor
jaringat kulit (Kutaneus) dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
1. Reseptor A delta merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi
6-30m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang cepat hilang
apabila penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C merupakan serabut komponen lamabat (kecepatan transmisi
0,5m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dala, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. (SDKI,2016)
Struktur reseptor nyeri sosmatik dalam melipati receptor nyeri yang
terdapat pada tulang pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga
lainya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah
reseptor visceral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang
timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitife terhadap pemotongan organ,
tetapi sangat cenitif terhadap penekanan iskemia dan inflamasi. (Price, 2007)
E. Patofisiologi.
Reseptor nyeri (nosiseptor) mencakup ujung-ujung saraf bebas yang
berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanik,
deformasi, suhu yang ekstrim dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan
yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan pacini danmisner juga
mengirim informasi yang dipresepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang
memperparah nyeri antara lain adalah histamine, bradikini serotonin, beberapa
prostaglandin, ion kalium dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut
tertimbun ditempat cidera hipoksi atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain)
disalurkan kekorda spindlis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain)
disalurkan kekorda spinalis oleh sera C lambat (Kowalak, 2013).
F.
Manifestasi Klinis.
1. Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri.
b. Tampak meringis.
c. Bersikap protektif.
d. Frekuensi nadi meningkat.
e. Gelisah.
f. Sulit tidur.
g. Tekanan darah meningkat.
h. Pola nafas berubah.
2. Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri.
b. Merasa depresi (tertekan)
c. Tampak meringis.
d. Gelisah.
e. Tidak mampu menuntaskan aktivitas.
f. Merasa takut mengalami cidera ulang.
g. Bersikap protektif.
h. Waspada.
i. Pola tidur berubah.
j. Anoreksia.
G.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
diabdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan lainya
(Asmadi, 2010) .
H.
Penatalaksanaan Nyeri.
1. Farmakologi, dengan pemberian obat-obatan.
2.
Non farmakolongi:
a. Imaging guide.
b. Music theraphy.
c. Fisik dan psikis.
d. Akupresus/akupuntur.
e. Distrksi/relaksasi.
f. Hipnotis
g. Stimulus kutaneus: massage, rendam air hangat. (Nursing
Interventions Classification)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas
a. Pasien
b. Penanggung jawab
2.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas, kualitas, gejala
yang menyertai perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas seharihari. Skala nyeri yang digunakan adalah 0-5 / 0-10.
Keterangan:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-9 = nyeri berat terkontrol
10 = nyeri berat tidak terkontrol
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengalaman nyeri di masa lalu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi penyakit menular atau menahun yang disebabkan oleh nyeri
3. Pola Pengkajian Fungsional
a. Pola Oksigenasi
Keluhan sesak napas, bersihan napas, pola napas
b. Pola Nutrisi
Asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi, pantangan makanan
c. Pola Eliminasi
Pola BAB dan BAK
d. Pola Aktivitas
Meliputi gerakan (mobilitas), aktivitas yang dapat menimbulkan nyeri
e. Pola Istirahat
Meliputi kebiasaan tidur/istirahat pasien
f. Personal Hygiene
Meliputi kebiasaan menjaga kebersihan pasien
g. Pola Beribadah
h. Pola Bekerja
i. Pola Sekesualitas
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran umum
2) Kesadaran
3) Tekanan darah
4) Nadi
5) Suhu
6) Respirasi rate
7) Berdasarkan P,Q,R,S,T
a) P (Provoking) : factor yang mempengaruhi berat atau
ringannya nyeri.
b) Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat,
atau tertusuk.
c) R (Region) : daerah perjalanan nyeri.
d) S (Seeverity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum :
(0-10 skala)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala
pasien serta keadaan rambut pasien.
2) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata
untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
3) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan
didaerah
polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari
pemeriksaan
hidung
untuk
mengetahui
adanya
secret
dan
pembengkakan.
4) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga
untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi di
sekitar telinga.
5) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk
pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau
adanya gigi kotor dan berlubang.
6) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakak kelenjar getah bening atau
tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak
7) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara jantung.
a) Inspeksi : Normal. Tujuan untuk mengetahui bentuk dada
b) Perkusi : Sonor/Resonan.
c) Palpasi : Kesimestrisan Dada
d) Auskultasi : Terdengar suara lapang paru normal.
8) Abdomen
Ada lesi atau tidak, suara bising usus
a) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan.
b) Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen.
c) Perkusi : Normal tidak ada gangguan.
d) Auskultasi : Tidak terdengar bising usus.
9) Integumen
a) Warna kulit: Sawo Matang
b) Keadaan kulit : Kering
c) Turgor kulit : Normal
10) Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia
C. Diagnosa Keperawatan
1. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
a) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan
kerusakan
jaringan
actual/fungsional,
dengan
onset
mendadak/lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b) Batasan karakteristik :
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standard daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkanya.
2. Diforesis
3. Dilatasi pupil
4. Ekspresi wajah nyeri
5. Perilaku distraksi
6. Perubahan selera makan
7. Putus asa
8. Sikap melindungi area nyeri
9. Keluhan tentanf karakteristik nyeri
10. Keluhan dengan menggunakan standard skala nyeri
c) Faktor yang berhubungan
1. Agen cidera biologis ( misalnya infeksi, isekemia, neoplasma)
2. Agen cidera fisik (misalnya apses, amputasi, luka bakar,
terpotong)
3. Agen cidera fisik kimiawi (misalnya luka bakar, kapsaisin, agen
mustard)
d) Pemeriksaan P,Q,R,S,T
P (Provokator) : factor yang menyebabkan nyeri
Q (Quality) : kualitas nyeri apakah tajam, tumpul dan tersayat
S (Severly) : Keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) : lama/waktu serangan nyeri
D. Intervensi
No/
NOC
NIC
Rasional
Dx
1.
Setelah
dilakukan -
tindakan keperawatan
selama … x 24 jam,
nyeri berkurang atau
-
-
terhadap nyeri
- Klien
dapat
mengenali nyeri
- Klien
merasakan
tanpa
orang lain
Kolaborasi
dengan
tim
skala nyeri
-
pengetahuan
pasien
lainnya untuk memilih
tentang
cara menurunkan
dan
tindakan
Untuk
menambah
kesehatan
nyeri
Untuk
menurunkan
pasien, orang terdekat
mengimplementasikan
nyeri
-
Untuk
menentukan
dapat
melakukan
aktivitas
-
Ajarkan teknik non
dan
Untuk
nyeri
teknik
dapat
berkurang
- Klien
Lakukan
farmakologi
dapat
beradaptasi
-
mengetahui skala
relaksasi
-
- Klien
pengkajian
nyeri
hilang dengan kriteria
hasil:
Lakukan
sendiri
bantuan
tindakan
yang
akan dilakukan
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
-
Melakukan pengkajian dengan menobservasi ttv dan keadaan
-
Menerapkan teknik relaksasi
-
Memberikan penanganan non farmakologis
F. Evaluasi
S (Subjective) : Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien setelah
dilakukan tindakan
O (Objektif) : data berdasarkan hasil pengukuran / observasi langsung kepada
pasien setelah dilakukan tindakan
A (Analysis) : Masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status
klien dalam data subyektif dan obyektif
P (Planning) : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan
atau dimodifikasi
Pathway
Biologis
Kimiawi
Kerusakan fungsi dan
jaringan tubuh
Fisik
Bahan kimia
Tekanan Mekanis,
deformasi suhu
ekstrim.
Psikologi
Otak (koterks somatio
sensorik)
Trauma jaringan dan infeksi
Kerusakan sel
Pernafasan mediator nyeri
(Histamin, bradikinin,
prostagiadin, serotonin, ion
kalikim, dll)
Merangsang nosispeptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan
Serabut tipe A
Serabut tipe C
Medula Spinalis
Sistem aktivitas
Sistem aktivasi restikular
Apla grisea perlakue duktus
Talamus
Hipotalamus dan system
limbik
Talamus
Presepsi nyeri
Nyeri Akut
Kowalak, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Nanda International. 2018. Nanda International Nursing Diagnoses :
Definitions and Classification 2018 – 2020. 11th Edition. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mosby. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of
health Outcomes 5th Indonesian Edition. Singapore : Elsevier
Mosby. 2016. Nursing Interventions Classifications (NIC) Measurement of
health Outcomes 6th Indonesian Edition. Singapore : Elsevier
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016). Definisi dan Indikator
Diagnostik. Indonesia Persatuan Perawat Indonesia Edition Jakarta
Selatan.
NANDA-I 2018-2020. Diagnosis Keperawatan. Edition 11. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Download
Study collections