MAKALAH Asuhan Keperawatan pada Klien Stroke Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan gerontik Dosen pembimbing : Bambang Soekotjo, SST. Disusun oleh : Anis Istiana 181066 Enggie Ikawati 181086 Fiqki Husni Ramadhan 181090 Muhammad Feri Irvan K 181096 Misella Aura Medina W 181099 Yudha Firman P 181116 3B KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS. dr SOEPRAOEN PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG 2020 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga kita masih dapat diberikan kesehatan. Sehingga dalam kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Stroke” dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita semua. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan yang diberikan oleh dosen kami Bambang Soekotjo, SST. Makalah ini disusun bedasarkan atas informasi yang kami dapat dari berbagai pihak yang mengetahui tentang klien stroke. Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami, dan bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca makalah ini serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Dan kami selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai upaya penyempurnaan makalah ini. Malang, 02 November 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit serius dan meninggalkan cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang cukup berat. Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga juga sangat menentukan. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik mempunyai banyak faktor resiko. Salah satunya adalah dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta penurunan HDL kolesterol. Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan daripada kematian. Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada penyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi. Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun, gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan. Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan usia . Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis. Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas juga memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi epidemiologi masih kurang. Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan. Pada meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi di atas, perokok memegang peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan stroke ? 2. Apa etiologi dengan stroke ? 3. Apa saja faktor resiko stroke ? 4. Apa saja manifestasi dari stroke ? 1.3 TUJUAN 1. Tujuan Umum. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti penyakit stroke dan asuhan keperawatan pada pasien stroke. 2. Tujuan Khusus. a. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui definisi stroke. b. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab stroke. c. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik stroke. d. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui pastofisiologi stroke. e. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis stroke. f. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien paska stroke. BAB II KONSEP TEORI A. PENGERTIAN Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. (Mansjoer, 2007) Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008) Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam. 2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat. 3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap Klasifikasi berdasarkan patologi: 1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa, 2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus. B. Etiologi Penyebab stroke menurut (Arif, 2010): 1. Thrombosis Cerebral Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak: a. Aterosklerosis Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Hutapea, 2015). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacammacam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut: a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah. b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis. c) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus). Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan. b. Hyperkoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental, peningkatan viskositas atau hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral. c. Arteritis ( radang pada arteri ) Pembengkakan dan kekakuan pada sendi sehingga menyebabkan gerakan tubuh menjadi sulit dan menyakitkan. d. Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli: a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD). b. Myokard infark c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium. 2. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. 3. Hipoksia Umum Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah : A. Hipertensi yang parah. B. Cardiac Pulmonary Arrest C. Cardiac output turun akibat aritmia 4. Hipoksia Setempat Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah : A. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid. B . Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain. A. Patofisiologi Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak. Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi. Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark. Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak. Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak. Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 710 hari setelah perdarahan pertama. Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak. Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan. Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke4 sampai ke-10 vasokonstriksi setelah arteri otak. terjadinya perdarahan Vasospasme dan merupakan menyebabkan kompikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark. (Batticaca, 2008) B. Tanda dan Gejala Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya. a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia) b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy” c. Tonus otot lemah atau kaku d. Menurun atau hilangnya rasa e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia” f. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara) g. Gangguan persepsi h. Gangguan status mental C. Manifestasi Klinis membentuk Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke. 1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa: a. Defisit neurologis mendadak, b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran, c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun, d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. 2. Gejala klinis pada stroke akut berupa: a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik), c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun), d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai, e. Gangguan penglihatan, f. Gangguan daya ingat, g. Bicara pelo atau cadel, h. Mual dan muntah, i. Nyeri kepala hebat, j. Vertigo, k. Gangguan fungsi otak. (Smeltzer, 2002) D. Pemeriksaan Diagnostik 1. Angiografi serebral Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau sumbatan arteri. 2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan) Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV). 4. Ultrasonografi doppler (USG doppler) Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis. 5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG) Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. 6. Sinar X tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid. 7. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008) E. Penatalaksanaan Medik Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi: 1. Non pembedahan a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip. b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang. c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu menghancurkan trombotik dan embolik. d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang ruptur. e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah. 2. Pembedahan a. Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis. b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang dipengaruhi. (Mansjoer, 2007) BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas klienMeliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosemedis. 2. Keluhan utamaBiasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidakdapat berkomunikasi. 3. Riwayat penyakit sekarangSerangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat kliensedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejangsampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsiotak yang lain. 4. Riwayat penyakit dahuluAdanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat traumakepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. 5. Riwayat penyakit keluargaBiasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus Pengumpulan data: A. Aktivitas/istirahatKlien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur. B. Sirkulasi .Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Danhipertensi arterial. C. Integritas Ego.Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri. D. EliminasiPerubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensikandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang. E. Makanan/caitan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagiaF. Neuro SensoriPusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahandengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandangmenyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitasdan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka. G. Nyaman/nyeriSakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka H. RespirasiKetidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi. I. KeamananSensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi danorientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.Tidak mampu mengambil keputusan. J. Interaksi sosialGangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.(Santosa, 2007) B. Diagnose Keperawatan 1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otakterhambat 2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak 3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler 4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran C.RENCANA KEPERAWATAN N O DIAXNOSA 1 Ketidak efektifan perfusi jaringanser ebral b.daliran darah ke otak terhambat TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan suplai aliran darah ke otak lancer dengan k.h Nic: 1.memantau adanya tanda tanda penurunan perfusi serebral ;GCS,MEMORY, BAHASA respon pupil. KEPERAWA TAN Noc: Circulation Intracranial pressure (icp)monitoring (tekanan intracranial) -berikan informasi kepada keluarga -monitor tekanan perfusi serebral -catat respon pasien terhadap stimuli -monitor tekanan intracranial pasien dan 2,mengobservasi tand tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien) 3,mematau intake output cairan status Tissue perfusion :cerebral K/h: 1.mendremont asikan sirkulasi yang di tandai dengan ; -tekanan systole dan diastole rentan yang di harapkan -tidak ada ortostatik hipertensi -tidak ada tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebh dari 15mmhg ) 2 mendemontras ikan kemampuan kognitif yang di tandai dengan berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan -menunjukkan perhatian ,konsentrasi respon neourologi terhadap aktivitas -monitor jumlah draignase cairan cerebrospinal -monitor intake dan output cairan balance tiap 24 jam 4,mempertahankan posisitirah baring pada posisi anatomis atu posisi kepala tempat tidur 15-30 derajat. -monitor sushu dan angka wbc 5.Menghindari valsava mencuver seperti batuk ,mengejang, dan sebainya . Kolaborasi dengan pemberian obat antobiotik 6.mempertahankan lingkungan yang nyaman -posisikan pasien pada posisi semi fowler 7,menghindari flexi leher untuk mengurangi resiko jugular -restrain pasien jika perlu -minimalkan stimuli dari lingkungan terapi oksigen 1.berikan jalan nafas dari secret 2,pertahankn jalan nafas tetap efektif 3, berikan oksigen sesuai intruksi 4,monitor aliran oksigen kanul oksigen dan system humidiflayer. 5,berikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen 6.observasi tandatanda hipoventilasi 7.anjurkan klien untuk dan orientasi -mmproses informasi tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur -membuat keputusan dengan benar. 3. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik tidak ada gerakan involunter . 2 Kerusakan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi ke otak Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam di harapkan klien mampu untuk berkomunikasi dengan k/h -dapat menjawab pertanyaan yang dianjurkan perawat. -dapat mengerti dan memahami pesan pesn melalui gambar 1.libatkan kluarga untuk membantu memahamkan informasi dari klien ke klien Mengevaluasi sifat dan beratnya afasia pasien jika berat hindari memberi isyarat non verbal 2.dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian 2,lakukan komunikasi dengan wajar bahasa jelas sederhana dan bila perlu diulang 3.gunakan kata2 sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien 4,dorong klien untuk mengulang kata kata. 5,berikan arahan perintah yang sederhana setiap interaksi dengan klien 6,programkan speech language terphy 7,lakukan speech 3, mendengarkan dengan tekun jika pasien mulai bicara 5,melatih otot bicara secara optimal 6,melibatkan kluargadalam melatih komunikasi pada pasien 7 mengkolaborasi 3 Keruskan mobilitas fisik b/d kerusakan neuvaskule r -dapat language terphy setiap mengepresikan interaksi dengan klien perasaanya secara verbal mupun non verbal dengan ahli wicara Joint movement:acti ve mobility level Memantau tingkat kemampuan mobilisasi klien Self care :ADLs transfer performance k/h : klien meningkat dalam aktivitas fisik mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas memverbalisas ikan perasaandalam meningkatkan kekuatan dan Kemampuan berpindah Memperagaka n penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker) NIC: Exercise theraphy ambulation Memonitoring vital signh sebelum/ sesudah laihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai degan kebutuhan Banu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tekhnik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi l Ltih pasien dalam memenuhi kebutuhan ADls secara mandiri sesuai kemampuan Damping dan bantu pasein saat mobilissi dan bantu penuhi adls ps, 2.memantau kekuatan otot 3,merubah tiap posisi tiap 2 jam 4, memasang trochanter roll pda daerah yang lemah 5, melalukan rom pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika ttv stabil. 6,melibatkn keluarga dalam membobilisasiakn klien. 7,mengkolaborasi dengan fisioterapi 8,melatih pasien dalam pemenuhan secara mandiri sesuai kemampuan . Berikan alat bantu jika klien memerlukan Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di perlukann . 4 Pola nafas tidak efektif berhubung an dengn penurunan kesadaran Setelah di lakukan tindakan perawatan selama 3x24jam di harapkan pola nafas pasien efektif dengan k/h -menunjukkan jalan nafas paten (tidak merasa terekik irama nafas normal frekuens nafas normal tidak ada sura tambahan Noc: -respirasi status :ventilasi -respirasi status :airway patency -vightal status k/h - NIC: Airway manangement -buka jalan nafas gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi .identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan . pasang mayo bila perlu .lakukan fisioterapi dada jika perlu .keluarkan secret dengan batuk atau suction. 1, mengauskultasi bunyi nnafas 2,mengkur tanda tanda vital 3,memberikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dengan masalah keperawatan lain) 4.melakukan penghisapan lendir dan pasang OPA jika kesadaran menurun 5. melakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam 6. melakukan suction pda mayo Auskultasi suaranafas, catat adanya suaratambahan· Lakukan suction pada mayo· 7. Mengatur intake cairanuntuk meoptimalkankesei mbangan Berikan bronkodilator bila perlu· 8. Memantau respirasi danstatus O2 Berikan pelembabudara Kassa basah NaClLembab· Atur intake 9. Memberikan bronkodilator bila diperlulan mendremontas ikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih , tidak ada sianosis dan dyaspneu (mampu mengeluarkan sputum,mamp u bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips ) -menunjukkan jlan nafas yang paten ( px tidak merasa tercekik irama nafas frekuensi pernafasan dalam rentang normal tidak ada suara nafas abnormal) -tanda tanda vital dalam rentng normal tekanan darah nadi pernafasan untukcairan mengoptimalkankesei mbangan.· Monitor respirasidan status O2Oxygen TherapyBersihkan mulut,hidung dan secret trakeaPertahankan jalan nafas yang paten Atur peralatanoksigenasi Monitor aliranoksigen Pertahankan posisi pasien Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanyakecemasan pasien terhadap oksigenasi 10. Memberikan pelembabudara kassa basah NaCllembab BAB IV PENUTUP. Kesimpulan Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otakyang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkanseseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medisyang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 diAmerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yangmemerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatanstroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat diangkat padaasuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungandengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan denganketerbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakanneuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggiterhadap menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular. B.Saran Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena dengan mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasantersebut maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baikdalam hal ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalamwww.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderitastroke-tertinggi%20o(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018. Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.Organization, W. H. (2015). STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia dalamwww.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 23 September 2018, pukul 19.31 WIB). Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alihbahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.