Uploaded by User90176

SAP Rematik

advertisement
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
REMATIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata ajar clinical practice stase gerontic
Disusun oleh :
Michia Pratiwi Putri
4002170136
Sarjana Keperawatan B
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tema
: Pentingnya Pengetahuan Tentang Rematik
Materi
: Rematik
Sasaran
: Ny. S
Hari/Tanggal
: Kamis, 25 Februari 2021
Waktu
: 25 menit
Tempat
: Di rumah Ny. S
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kurang lebih 25 menit diharapkan Ny.S dapat
memahami tentang penyakit Rematik
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TUK)
Setelah dilakuakn penyuluhan 1x25 menit, diharapkan Ny.S dapat mengetahui
tentang Penyakit Rematik
C. ALOKASI WAKTU : (25 Menit)
No
Komunikator
1
Pre Interaksi
1. Membuat kontrak dengan
klien
Peserta
Waktu
5 menit
-
Klien
menyepakati
penyuluhan
dengan
tema, waktu, dan tempat
yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tempat, alat,
dan materi
3. Mengucapkan salam
4. Menyampaikan
tujuan
-
Menjawab salam
-
Menyetujui tujuan
penyuluhan
2
Isi
15 menit
1. Menjelaskan tentang :
-
Mendengarkan
a. Pengertian Rematik
memperhatikan
b. Penyabab Rematik
penjelasan penyuluh
c. Tanda
dan
gejala
-
Aktif bertanya
-
Mendengarkan
dan
Rematik
d. Komplikasi Rematik
e. Factor
yang
mempengaruhi
kekambuhan rematik
f. Penatalaksanaan
Rematik
2. Memberikan
kesempatan
untuk bertanya
3. Menjawab Pertanyaan
3
Penutup
5 menit
1. Menyimpulkan materi yang
-
disampaikan dari penyuluh
2. Mengevaluasi keluarga atas
penjelasan
yang
telah
disampaikan dan penyuluh
menanyakan
kembali
mengenai materi yang telah
disampaikan
Mendengarkan
dan
memperhatikan
-
Menjawab
pertanyaan
yang diberikan
3. Salam penutup
-
Menjawab salam
D. STRATEGI PENGAJARAN
Strategi yang digunakan metode individual (Perorangan) yaitu Bimbingan dan Penyuluhan
dimana ada Tanya Jawab dan Berdiskusi
E. MEDIA PENGAJARAN
Leafleat
F. MATERI
a. Definisi Rematik
Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi. Dalam perhimpunan reumatologi Indonesia secara
Reumatoid Arthritis sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi
degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang
ada disekitar sendi-sendi tersebut (Hamijoyo, 2010). Sjamsuhidajat, dkk (2013)
mendefinisikan reumatoid astritis sebagai kelainan sendi kronik yang disebabkan
karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler,
kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua.
b. Penyebab/Etiologi Rematik
Berdasarkan etiopatogenesisnya RA dibagi menjadi dua, yaitu RA primer dan RA
sekunder. RA primer disebut juga RA idiopatik yang mana penyebabnya tidak
diketahui dan tidak ada hubungan dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun
perubahan lokal pada sendi, sedangkan RA sekunder merupakan RA yang
ditengarai oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam
aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik,
inflamasi. RA primer lebih banyak ditemukan daripada RA sekunder (Davey,
2006).
c. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis
(RA) Reumatoid Arthritis dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil.
Distribusi (RA) Reumatoid Arthritis dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan,
kaki, pinggul, lutut.
1. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah
hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini
bisa berkurang dengan istirahat.
2. Kekakuan sendi, kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3. Krepitasi sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan:

Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan
sebagai nodus heberden karena adanya keterlibatan sendi Distal
Interphalangeal (DIP) atau nodus Bouchard karena adanya
keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP). Pembengkakan pada
tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan
sendi yang progresif.

Deformitas sendi pasien seringkali menunjukkan sendinya
perlahan-lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi
tangan atau lutut (Davey, 2013)
D. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanan Reumatoid Arthritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan
kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
a) Pemberian terapi Pengobatan pada Rheumatoid Arthritis meliputi pemberian
aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
b) Pengaturan aktivitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara
teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan
sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat
membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.
c) Kompres panas dan dingin Kompres panas dan dingin digunakan untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat
lebih efektif dari pada kompres dingin.
d) Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya.
Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak
ikan.
e) Terapi konservatif kepada pasien, pengaturan gaya hidup, apabila pasien
termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap
berolah raga (pilihan olaraga yang ringan seperti bersepeda, berenang).
f) Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien (RA) Reumatoid Arthritis termasuk traksi,
stretching, akupuntur, transverse friction (teknik pemijatan khusus untuk
penderita (RA), latihan stimulasi otot, elektroterapi.
g) Pertolongan ortopedi. Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan
seperti sepatu yang bagian dalam dan luar di desain khusus pasien (RA),
Rheumatoid Arthritis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).
h) Analgesik anti-inflammatory agents. Memiliki efek anti inflamasi spesifik.
Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar
tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen : untuk efek anti inflamasi
dibutuhkan dosis 1200-2400 mg sehari. Naproksen : dosis untuk terapi penyakit
sendi adalah 2 x 250 - 375 mg sehari. Bila perlu diberikan 2 x 500 mg sehari.
i)
Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan
perfusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml
suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg.
j) Pembedahan makoterapi Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan
menyebabkan rata infeksi yang rendah (di bawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke
dalam kelompok 1 debridemen artroskopi, yang signifikan khondroplasti:
menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur digunakan untuk mengurangi
gejala osteofit pada kerusakan meniskus.
k) Celecoxib adalah obat yang lebih spesefik dan memiliki efek samping yang
lebih kecil terhadap lambung.
l) Golongan obat (Kortikosteroid) digunakan sebagai obat anti peradangan. Obat
ini dapat menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik
berkurang.
m) Senam Rematik
Senam rematik merupakan metode senam yang dapat membantu mengurangi
resiko timbulnya rematik dan berfungsi sebagai terapi tambahan bagi penderita
rematik dalam fase tenang. Tetapi senam ini adalah program olaraga ringan
yang terdiri dari beberapa tahapan seperti pemanasan, latihan inti satu ( low
impact untuk menguatkan kerja jantung dan paruparu). Latihan inti dua ( dasar
pencegahan dan terapi rematik). Dan pendinginan dengan melakukan latihan
ini secara teratur, diharapkan dapat mengurangi gejala kekakuan sendi dan nyeri
pada rematik ( Smart, 2010).
n) Terapi Pemijatan Terapi ini sering dipilih oleh sebagian besar orang untuk
menghilangkan rasa dan linu yang juga dapat melancarkan peredaran darah.
Sebenarnya manfaat pemijatan bukan hanya itu. Pemijatan juga berfungsi untuk
mengobati rematik. Jenis pemijatan yang dapat digunakan untuk mengobati
rematik adalah jenis chiropractic. Jenis pemijatan ini menggunakan teknik
terapi jasmani yaitu yaitu perpaduan antara gerakan pijat spesifik, massage, dan
jenis gerakan pijat yang dapat mengatasi masalah tulang syaraf ( Smart, 2010).
o) Untuk membantu meredakan nyeri pada sendi, anda bisa menggunakan obat
oles berbentuk krim ke bagian yang sedang sakit. Salah satu obat yang bisa
digunakan adalah Voltaren. Voltaren aman digunakan oleh dewasa dan anakanak di atas umur 12 tahun karena mengandung zat non-steroid dan anti
peradangan (NSAID). Selain itu, krim ini juga mengandung diklofenak yang
dapat membantu meredakan rasa nyeri, melawan peradangan serta
mempercepat proses penyembuhan.
d. Komplikasi Rematik
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying anti
rheumatoid drugs, (DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas
utama pada artitis reumatoid.
1. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler)
dapat menyebabkan trombosis dan infark.
2. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup
jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan
jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus
yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
, depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
(Corwin, 2009).
a. Osteoporosis.
b. Nekrosis sendi panggul.
c. Deformitaas sendi.
d. Kontraktur jaringan lunak.
e. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).
e. Factor yang Mempengaruhi Kekambuhan Rematik
Menurut pendapat berbagai ahli dalam faktor dominan yang mempengaruhi
kekambuhan penyakit rematik (Syam, S 2010). Sebagai berikut :
1. Pola makan
Pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya
kekambuhan. Di mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai
dengan mengadakan perubahan-perubahan kecil pada makanan
yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat mempengaruhi
kekambuhan Penyakit rematik seperti, produk kacang-kacangan
seperti susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan seperti;
usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung, makanan kaleng seperti,
sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan
kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda,
minuman seperti alkohol dan sayur seperti kangkung dan bayam
(Putri, 2012).
2. Pola Aktivitas
Rematik sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang
berlebihan dan melakukan pekerjaan yang banyak dalam jangka
waktu yang lama dengan posisi jalan maupun berdiri dengan rentan
yang lama karena terjadi penekanan yang berlebihan pada sendi
lutut, semakin berat aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam
kegiatan sehari-hari sering dapat mengakibatkan kekambuhan
rematik pada saat lansia (Adaniar 2010).
3. Mandi pada malam hari
Penyebab salah satunya yang sering terjadi rematik inilah alasan
mengapa mandi malam dilarang tetapi semata-mata bukan karena
mandi malam. Karena air dan udara yang dingin memicu pengaruh
terhadap kapsul sendi sehingga membuat persendian semakin nyeri.
Itulah alasannya sehingga malam tidak di anjurkan mandi air dingin
tetapi yang dianjurkan adalah air angat.
4. Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol tidak ada manfaatnya sama sekali untuk dikonsumsi,
kandungan alkohol bisa menyebabkan kadar asam urat menjadi
lebih tinggi, alkohol dapat mempengaruhi kesehatan pada saat lansia
yang akan mengalami kekambuhan rematik (Heliovera et all 2010).
5. Luka Berat
Luka berat merupakan salah satu penyebab utama munculnya
rematik pada saat lansia. Berdasarkan open Access reumatologi luka
berat bisa memicu munculnya radang yang menyebabkan terjadinya
rematik yaitu, tulang patah / retak, sendi terlepas serta kerusakan
ligamen yang dapat memicu rentan terjadinya rematik.
6. Infeksi
Infeksi adalah bakteri (Aggretibacter acttinomy cetemitas) tersebut
meningkatkan produksi protein penyebab rematik. Akan tetapi
bakteri ini bukan salah satu-satunya penyebab rematik oleh karena
virus kemudian di anggap turut munculnya rematik. Penderita
rematik pada umumnya memiliki kadar antibodi. Pangkal virus
epstein barr penyebab munokleosis demam kelenjar yang lebih
tinggi dapat memicu terjadinya rematik.
7. Keturunan/ Genetik Menurut (Mansjoer, 2011)
Genetik merupakan faktor keturunan yang terdapat (HLA) atau
antigen limfosit manusia yang tinggi. (HLA) terdapat rematik yang
menunjukan adanya hubungan aloagen sel B yang lebih dikenal anti
bodi monoklonal dengan status rematik atau rentan terkena rematik
yang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetik
Download