Upaya Pemajuan, Perlindungan dan Penegakan

advertisement
Upaya Perlindungan, Pemajuan dan
Penegakan HAM di Indonesia
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
KELAS X
Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis kasus-kasus pelanggaran
HAM dalam rangka pelindungan dan
pemajuan HAM sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
4.1 Menyaji kasus–kasus pelanggaran HAM
dalam rangka perlindungan dan pemajuan
HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menjelaskan proses perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM di
Indonesia saat pra kemerdekan dan pasca kemerdekaan
Peserta didik dapat mendeskripsikan upaya perlindungan, pemajuan, dan penegakan
HAM di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah
Peserta didik dapat menguraikan partisipasi masyarakat dalam perlindungan, pemajuan
dan penegakan HAM di Indonesia
Peserta didik dapat mengasosiasikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia dengan upaya perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM yang dilakukan
pemerintah.
Peserta didik dapat menganalisis hambatan dalam upaya perlindungan, pemajuan dan
penegakan HAM di Indonesia
Proses Perlindungan, Pemajuan, dan Penegakan
HAM di Indonesia
A. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
• Periode sebelum kemerdekaan ditandai dengan
kemunculan berbagai organisasi pergerakan nasional
seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische
Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925), dan
Pendidikan Nasional Indonesia (1931)
B. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945-sekarang)
Periode Tahun 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih
menekankan pada:
1.
- Hak untuk merdeka
- Hak kebebasan untuk berserikat dan berkumpul melalui organisasi politik
- Hak kebebasan menyampaikan pendapat terutama di parlemen
Pemikiran tentang HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena
telah memperoleh pengaturan dan masuk ke dalam hukum dasar negara
(konstitusi), yaitu tercantum dalam UUD NRI Tahun 1945 dan Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945. Legitimasi HAM tersebut
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik
2. Periode Tahun 1950-1959
 Periode ini dikenal sebagai masa pemerintahan parlementer yang
menganut prinsip demokrasi liberal
 Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi
ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi seperti:
1. Semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam
ideologinya
2. Adanya kebebasan pers
3. Pemilu berlangsung dalam suasana kebebasan, fair (adil) dan
demokratis
4. Parlemen sebagai representasi dari kedaulatan rakyat
menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan
melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif
5. Wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang
kondusif karena pemerintah memberi kebebasan
3. Periode Tahun 1959-1966
Periode ini merupakan awal masa demokrasi terpimpin,
dimana kekuasaan terpusat pada presiden
Parlemen tidak memiliki kewenangan mengontrol presiden,
akibat dari model pemerintahan ini tidak ada pemikiran
HAM
Pemerintah membatasi hak sipil dan hak politik seperti hak
untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran
dengan tulisan
4. Periode Tahun 1966-1998
 Periode ini dikenal dengan masa pemerintahan orde baru. Pemikiran HAM
pada periode ini dibagi ke dalam beberapa waktu yaitu:
Tahun
• Diadakan seminar yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan
pengadilan HAM, pembentukan komisi, dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia
1967
Tahun
• Diadakan Seminar Naional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak uji materil
(judicial review) yang diberikan kepada Mahkamah Agung guna melindungi HAM
1968
Tahun
19701980an
• Persoalan HAM mengalami kemunduran karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan
ditegakkan
• Pemikiran penguasa saat itu HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila
Tahun
• Dibentuknya lembaga penegakan HAM, yaitu KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES Nomor 50
Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993
1990an
5. Periode Tahun 1998-Sekarang
 Pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Reformasi memberikan dampak
yang sangat besar terhadap pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia.
Pada saat itu dilakukan:
1.
Pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah pada masa orde baru
yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM
2.
Penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan
di Indonesia
3.
Pengkajian dan ratifikasi terhadap instrumen HAM internasional semakin
ditingkatkan
Tahap Status Penentuan
Strategi penegakan HAM pada
periode ini
Tahap Penataan Aturan
Secara Konsisten
Hambatan Penegakan HAM
 Faktor sosial budaya
 Faktor komunikasi dan informasi
 Faktor kebijakan pemerintah
 Faktor perangkat perundang-undangan
 Faktor aparat dan penindakannya
Tantangan Penegakan HAM
 Prinsip universal
 Prinsip pembangunan nasional
 Prinsip kesatuan Hak-hak Asasi Manusia
 Prinsip objektivitas / non selektivitas
 Prinsip keseimbangan
 Prinsip kompetensi nasional
 Prinsip negara hukum
Dasar Hukum HAM di Indonesia
Dalam
perundangundangan RI
terdapat empat
bentuk hukum
tertulis ysng
menyatakan
tentang HAM,
yaitu dalam:
• UUD NRI Tahun 1945
• Ketetapan MPR (TAP MPR)
• Undang-Undang
• Peraturan pelaksana perundangundangan seperti Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden,
dan peraturan pelaksana lainnya
Upaya pemerintah dalam menegakkan HAM
Membentuk KOMNAS HAM
• Komnas HAM dibentuk pada
7 Juni 1993 melalui Kepres
Nomor 50 Tahun 1993.
• Lembaga ini bertugas untuk
memantau dan menyelidiki
pelaksanaan HAM serta
memberi pendapat,
pertimbangan, dan saran
kepada pemerintah perihal
pelaksanaan HAM
• Tujuan KOMNAS HAM
adalah untuk membantu
pengembangan kondisikondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan HAM yang
sesuai dengan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945
Membuat Produk Hukum
yang Mengatur Mengenai
HAM
• Pembuatan produk hukum
yang mengatur tentang
HAM dimaksudkan untuk
menjamin kepastian hukum
dalam proses penegakan
HAM
• Produk hukum tersebut
memberikan arahan bagi
pelaksanaan proses
penegakan HAM
• Pembentukan produk
hukum dibentuk dari UUD
NRI Tahun 1945, Ketentuan
MPR, Piagam HAM 1998
dan meratifikasi instrumen
HAM internasional
Membentuk Pengadilan HAM
• Pengadilan HAM dibentuk
berdasarkan UU nomor 26
Tahun 2000
• Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus
dilingkungan pengadilan
umum dan berkedudukan di
daerah kabupaten atau kota
• Tugas dan wewenang
pengadilan HAM adalah
memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran HAM
berat, termasuk yang
dilakukan di luar teritorial
wilayah NRI oleh WNI
Hambatan dalam upaya penegakan HAM
 Kondisi sosial budaya yang berbeda sebagai konsekuensi logis dari bentuk







negara kepulauan yang juga memiliki banyak adat adat dan budaya
Letak geografis Indonesia dan kurangnya ketersediaan sarana dan
prasarana yang membatasi komunikasi dan informasi antar daerah
Pemerintah tidak jarang mengambil kebijakan yang dapat menimbulkan
pro dan kontra dimasyarakat
Adanya sejumlah peraturan perundangan yang diambil dari konvensi
internasional, namun tidak seluruh klausul dalam konvensi tersebut sesuai
dengan kondisi Indonesia
Penindakan yang lemah oleh aparat mengakibatkan banyak terjadi
penyimpangan seperti KKN yang melanggar hak orang lain
Rendahnya pemahaman warga negara tentang arti penting HAM
Rendahnya kualitas mental aparat penegak hukum di Indonesia
Lemahnya instrumen penegakan hukum dan HAM di Indonesia
Upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh
masyarakat
Menolak dengan tegas setiap terjadinya pelanggaran HAM
Mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap upaya penegakan HAM
Berpartisipasi dalam upaya penegakan HAM
Masyarakat berhak menyampaikan laporan atas pelanggaran HAM, usulan perumusan
kebijakan HAM, penelitian, pendidikan dan penyebarluasan informasi mengenai HAM kepada
KOMNAS HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka penegakan HAM
Download