AYAT DAN TAFSIRAN TENTANG KEKUASAAN YAHUDI Oleh

advertisement
AYAT DAN TAFSIRAN TENTANG KEKUASAAN YAHUDI
Oleh Mulyana, Lc., M.Ag.,
”Kaum Musa berkata: ”kami telah ditindas (oleh Fir’aun)
sebelum kamu datang kepada kami dan
sesudah kamu datang. Musa menjawab:”Mudah-mudahan
Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah dibumi (Nya), maka Allah
akan melihat bagaimana perbuatannmu” (QS. 7: 129).
”Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang telah kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah
perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka.
Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun
mereka”( QS. Al-’A’raf [7]:137).
”Demikianlah, dan kami wariskan semua itu kapada kaum yang lain ” (QS. 44: 28). Menurut
para ahli, yang dimaksud kaum yang lain, adalah Bani Israel (Katsir: 303). Dikatakan oleh alLusi, dalam sejumlah literatur terdapat penjelasan bahwa Bani Israel kembali ke Mesir dan
berdomisili disana selama sepuluh tahun (Mu’thaal dalam Gaffar: 2000: 22 ).
Jadi, negeri Mesir merupakan salah satu negeri yang pernah dikuasai Bani Israel. ”Dan kami
pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu. Negeri-negeri bahagian timur dan bahagian
barat” (QS. 7: 137). Yang tertindas disini adalah anak Israel. Sayyid Hawa menginterpretasikan
yang dimaksud adalah wilayah Palestina, karena Palestina merupakan tanah yang dijanjikan
Tuhan bagi Bani Israel (Hawa, 1983). Hal ini dipertegas kembali oleh Solomon (2002: 213)
menyebutkan, ”Setiap tahun memperingati Eksodus para budak Yahudi ke Palestina, ke ”Tanah
yang Dijanjikan” di Kanaan pada abad ketiga belas sebelum Masehi”. Berbeda dengan Hawa,
Hasan Basry dan Qatadah menginterpretasikan negeri Syam (Katsir: 47). Sementara Qurthubi
menambahkan yang dimaksud ”negeri bahagian timur dan barat” adalah Mesir dan Syam. Tapi
pemikiran yang sangat ekstrim dari sebahagian para ahli terutama Qatadah dan Hasan, masih
dalam komentar Qurthubi, maka yang dimaksud ”negeri bahagian timur dan barat” yang
tercantum dalam Al-Qur’an diatas adalah, ”seluruh dunia”, dari belahan barat dan belahan timur.
Interpretasi ini atas dasar, bahwa anak Israel Sulaeman dan Daud pernah menjadi Raja Dunia
(Qurthubi, jilid IV: 2708).
Rasyid Ridla, dalam Tafsir al-Manar, mengutip pendapat Muhammad Shidyq yang terdapat
dalam penjelasan kitab al-Ahdul jadid wa ’Aqa’id an-Nasharaniyah (Perjanjian Baru dan teologi
Kristen) sebagai berikut:
“Didalam karya Lange yang berjudul Asal-Usul Manusia terdapat penjelasan bahwa
Joshepus, seorang sejarawan terkemuka, mengutip dari Maniton tentang cerita Mesir kuno yang
menyatakan, Nabi Musa melakukan agregasi terhadap Fir’aun yang menyebabkan melarikan diri
ke Ethiopia. Selanjutnya, Nabi Musa memerintah Mesir selama tiga belas tahun. Kemudian
Fir’aun dan anaknya kembali ke Mesir dengan disertai pasukan tempur dalam jumlah besar,
menyerbu dan mengusir Nabi Musa dari Mesir. Akhirnya, Nabi Musa harus mengungsi lagi Ke
Syam”
Rasyid Ridla, mengutip riwayat lain dari Boast yang senada dengan riwayat tersebut diatas.
Lebih lanjut ia memperkuat pendapatnya dan menyatakan bahwa riwayat tersebut sesuai dengan
penjelasan al-Qur’an: “Nabi Musa memegang kekuasaan di Mesir dan berdomisili disana
bersama pengikutnya tidak lama setelah Fir’aun tenggelam di Laut Merah. Demikian menurut
penjelasan al-Qur’an yang sangat jelas sebagaimana tertera dalam (QS.17: 103-4). Rasyid Ridla
menyatakan dengan tegas kebenaran riwayat ini. Ia mengatakan: “Matinon, yang disebut disini,
adalah seorang paranormal pada salah satu Sinagog tertua dan terpopuler. Dia menulis sejarah
Mesir atas perintah Betolomeus Philadelpus pada abad ke –XII SM. Dia termasuk diantara salah
seorang sejarawan klasik terkemuka dan paling kredibel. Buku-buku sejarah yang ia tulis
senantiasa mengacu pada referensi yang kredibel dan valid (Ridla, dalam Aziz, 2000: 22-23).
Hal ini dipertegas lagi dalam al-Qur’an bahwa Fir’aun pernah meninggalkan Mesir, dan
negeri dikuasai oleh anak Israel untuk beberapa tahun. “Maka Kami keluarkan Fir’aun dan
kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia.
Demikianah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israel” (QS. 26: 57-58).
Qurthuby, menegaskan bahwa Bani Israel kembali ke Mesir setelah kehancuran Fir’aun dan
kaumnya (Qurtuby, jilid 7: 4821). Ini menunjukan, Bani Israel pernah menguasai Mesir. Sayyid
Hawa, menambahkan lebih luas lagi dari pemahaman diatas, dimaksudkan keterangan diatas
adalah kekuasaan Bani Israel pada masa Sulaeman (Hawa, jilid 7: 3918). Dan kita tahu, bahwa
Sulaeman tercatat dalam sejarah menguasai dunia pada masanya. Dibawah ini ada narasi alQur’an, mari perhatikan:
“Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah;
sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendakiNya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah orang-orang yang bertakwa.
Kaum Musa berkata: “Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan
sesudah kamu datang. Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan
menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu”
(QS. 7: 128-129);
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu
dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi
(bumi). Dan akan kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan kami perlihatkan
kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka
itu” (QS. 28 : 5-6);
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang telah kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah
perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka.
Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun
mereka” (QS. 7 : 137 ).
Dari narasi Al-Quran diatas, diperoleh informasi bahwa Bani Israel, akhirnya dianugerahi
negeri-negeri bahagian timur dan bahagian barat. Negeri-negeri itu diantaranya; wilayah Sinai,
Mesir, Syam, Palestina dan bahkan pernah menguasai Madinah. Kekuasaan tersebut rentang
waktu antara Nabi Musa, Daud, dan sampai Sulaiman. Karena itu, atas dasar sejarah mereka, jika
hari ini Bani Israel berambisi ingin menancapkan kekuasaannya di wilayah Timur-Tengah
dengan sebutan Israel Raya, bisa dipahami. Ini hanya sekedar interpretasi mereka saja, atas dasar
sejarah Yahudi awal yang disebutkan dalam kitab Suci.
Dengan lepasnya Bani Israel dan tenggelamnya Fir’aun dan tentaranya, maka terpenuhilah
janji Allah, yaitu untuk memberikan pertolongan dan nikmat kepada orang-orang yang
menegakan agama-Nya, menegakan kebenaran, dan menghancurkan orang-orang yang
meruntuhkan agama-Nya dan menekan kebatilan. Dan dengan demikian pula sempurnalah
terjadinya suatu peristiwa, yaitu berkuasanya Bani Israel di bagian timur bumi yang subur dan
penuh berkah itu. Allah SWT menepati janjinya berupa pemberian nikmat yang besar kepada
Bani Israel (Depag, jilid III, 1995: 565).
Al-Maraghi, menyebutkan yang perlu kita perhatikan, adalah betapa kuat pengaruh iman
yang terdapat dalam hati Musa dan Harun. Kedua Nabi itu benar-benar telah menunjukan
keberaniannya menentang seorang maharaja terbesar dinegeri yang terbesar di muka bumi waktu
itu, yakni raja yang telah memperbudak Bani Israel untuk mengabdi kepada negeri itu berabadabad lamanya. Musa dan Harun tak pernah berhenti dalam perjuangannya melawan tirani itu
dengan memberi argumentasi-argumentasi dan bukti-bukti kebenaran, sampai akhirnya Allah
memenangkan mereka berdua dan melepaskan Bani Israel dari kelaliman Fir’aun. Dengan
demikian, tak perlu berkecil hati melihat kekuatan negara-negara besar zhalim yang melawan
kekuatan kebenaran (Maraghi, jilid IX: 86).
”Dilindungi oleh ganjaran religius, para nabi Yahudi
merupakan
suatu kekuatan politik yang melakukan pembaharuan
yang tidak pernah dapat ditundukkan
dan barangkali juga tidak pernah ada bandingannya
dalam sejarah dunia kemudian.”
H. Mulyana, Lc., M.Ag., Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ushuluddin UIN SGD
Bandung.
Download