Uploaded by haniifah.nurul

Dasgron Acara 8

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI
Dosen Pengampu
: Rion Apriyadi, S.P., M.Si.
:
Disusun oleh:
Nama
: Haniifah Nurul Khaldaa
NIM
: 2011911007
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2020
I. PENDAHULUAN
Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya
dalam kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta
pembungaan,
pembukaan
dan
penutupan
stomata,
perkecambahan
dan
pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan,
reproduksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis (Nurshanti, 2011).
Perkecambahan atau germinasi ditandai dengan keluarnya bakal akar atau
radikal dari kulit biji. Selama proses ini berlangsung terjadi mobilisasi cadangan
makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif yaitu
sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga. Selama proses perkecambahan, bahan
makanan cadangan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan (Maghfiroh,
2017)
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh
suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai phytochrome, yang tersusun dari
chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya.
Phytochrome memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible atau bolak-balik
yaitu: phytochrome merah yang mengabsorbsi sinar merah dan phytochrome infra
merah mengabsorbsi sinar infra merah. Bila pada benih yang sedang berimbibisi
diberikan
cahaya
merah
(6400A-6700A)
maka
akan
menyebabkan
phytochromenmerah berubah menjadi phytochrome infra merah, yang mana
menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
Sebaliknya, bila diberikan cahaya infra merah (7200A-7500A) akan
menyebabkan pengubahan dari phytochrome infra merah menjadi phytochrome
merah yang menghambat perkecambahan. Dalam keadaan tanpa cahaya (gelap),
dengan adanya oksigen dan temperatur rendah, pengubahan itu berlangsung lambat.
Pada keadaan dalam cahaya merah mendominasi cahaya infra merah sehingga
pigmen phytochrome diubah ke bentuk phytochrome infra merah aktif.
Keberadaan naungan mengakibatkan cahaya matahari yang diterima
tanaman lebih rendah sehingga mendorong pertumbuhan vegetatif yang lebih besar
dibandingkan tanpa naungan (Wijayanto & Azis, 2013).
Benih yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya
ataupun gelap dapat mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotilnya, serta kecambah menjadi berwarna pucat
dan lemah.
II. TUJUAN
Tujuan praktikum pengaruh cahaya terhadap perkecambahan adalah untuk
mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji.
III. BAHAN DAN ALAT
3.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. 60 butir benih kacang hijau
2. 15 lembar tissue
3.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah wadah dengan permukaan
rata
IV. CARA KERJA
V. HASIL PRAKTIKUM
5.1 Hasil
Tabel 1 Perkecambahan Biji dalam Kondisi Cahaya yang Berbeda
Tanaman
Perlakuan
Hari Pengamatan
1
0
0
0
Terang
Remang
Gelap
Kacang
Hijau
2
17
16
17
3
18
17
18
4
20
20
20
5
20
20
20
6
18
20
20
7
17
20
20
8
17
20
20
9
17
18
16
10
17
18
16
Hari Pengamatan
4
5
6
7
3
3
3
3
1
3
3
3
1
1
1
1
8
5
4
6
9
5
4
6
10
5
4
6
Hari Pengamatan
4
5
6
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
Tabel 2 Jumlah Biji yang Tumbuh Abnormal
Tanaman
Perlakuan
Kacang
Hijau
Terang
Remang
Gelap
1
0
0
0
2
3
1
1
3
3
1
1
Tabel 3 Jumlah Biji yang Terserang Jamur
Tanaman Perlakuan
Kacang
Hijau
Terang
Remang
Gelap
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
5.2 Perhitungan
1. Daya Kecambah
jumlah benih yang tumbuh
Daya kecambah = jumlah benih yang ditanam × 100%
a. Daya kecambah perlakuan terang
jumlah benih yang tumbuh
17
jumlah benih yang tumbuh
18
jumlah benih yang tumbuh
20
Pada 2 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 85%
Pada 3 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 90%
Pada 4 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 100%
b. Daya kecambah perlakuan remang
jumlah benih yang tumbuh
16
Pada 2 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 80%
9
0
0
0
10
0
0
0
jumlah benih yang tumbuh
17
jumlah benih yang tumbuh
20
Pada 3 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 85%
Pada 4 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 100%
a. Daya kecambah perlakuan gelap
jumlah benih yang tumbuh
17
jumlah benih yang tumbuh
18
jumlah benih yang tumbuh
20
Pada 2 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 85%
Pada 3 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 90%
Pada 4 HSS = jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 100%
2. Laju Perkecambahan
N1T1+ N2T2+⋯+NxTx
Laju perkecambahan = jumlah benih yang berkecambah
a. Laju perkecambahan perlakuan terang, yaitu
N1T1+ N2T2+⋯+NxTx
LP = jumlah benih yang berkecambah =
17.1 + 18.2 + 20.3
20
=
113
20
= 5,65 hari
b. Laju perkecambahan perlakuan remang, yaitu
N1T1+ N2T2+⋯+NxTx
LP = jumlah benih yang berkecambah =
16.1 + 17.2 + 20.3
20
=
110
20
= 5,5 hari
c. Laju perkecambahan perlakuan gelap, yaitu
N1T1+ N2T2+⋯+NxTx
LP = jumlah benih yang berkecambah =
17.1 + 18.2 + 20.3
20
=
113
20
= 5,65 hari
3. Persentase Benih Abnormal
jumlah benih abnormal
Persentase benih abnormal = jumlah benih yang ditanam × 100%
a. Persentase benih abnormal perlakuan terang, yaitu
jumlah benih abnormal
5
= jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 25%
b. Persentase benih abnormal perlakuan remang, yaitu
jumlah benih abnormal
4
= jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 20%
c. Persentase benih abnormal perlakuan gelap, yaitu
jumlah benih abnormal
6
= jumlah benih yang ditanam × 100% = 20 × 100% = 30%
4. Persentase Benih Terserang Cendawan
Persentasae benih terserang cendawan =
jumlah benih terserang cendawan
jumlah benih yang ditanam
a. Perlakuan terang, persentase benih terserang cendawan yaitu:
=
jumlah benih terserang cendawan
jumlah benih yang ditanam
0
× 100% = 20 × 100% = 0%
b. Perlakuan remang, persentase benih terserang cendawan yaitu:
=
jumlah benih terserang cendawan
jumlah benih yang ditanam
0
× 100% = 20 × 100% = 0%
c. Perlakuan gelap, persentase benih terserang cendawan yaitu:
=
jumlah benih terserang cendawan
jumlah benih yang ditanam
0
× 100% = 20 × 100% = 0%
5.3 Grafik
Laju Perkecambahan
5,7
5,65
5,6
5,55
5,5
5,45
5,4
Terang
Remang
Gelap
× 100%
VI. PEMBAHASAN
Perkecambahan biji dalam kondisi cahaya yang berbeda menunjukkan hasil
yang berbeda pada setiap perlakuan kondisi cahaya. Setiap kondisi cahaya
mempengaruhi hasil pertumbuhan dari benih yang dikecambahkan.
Menurut (Buntoro, Rogomulyo, & Trisnowati, 2014), pengaruh intensitas
cahaya terhadap proses fisiologi akan terlihat pada keadaan morfologi tanaman.
Intensitas cahaya tinggi menyebabkan sel-sel daun lebih kecil, tilakoid mengumpul,
dan klorofil lebih sedikit, sehingga ukuran daun lebih kecil dan tebal. Selain itu
jumlah daun lebih banyak dengan stomata lebih kecil ukurannya dan tekstur daun
lebih keras.
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa perlakuan kondisi cahaya yang
berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya kecambah pada
benih yang dikecambahkan, sehingga laju perkecambahan dengan tiga perlakuan
berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan benih yang
digunakan adalah benih kacang hijau, benih ini termasuk dalam golongan dimana
benih dapat berkecambah sama baiknya di tempat gelap maupun ada cahaya.
Perbedaan morfologi antara daun yang tersinari dan yang ternaungi
memperlihatkan adanya perbedaan di dalam responnya terhadap intensitas cahaya
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap toleransi tumbuhan tersebut
terhadap kondisi cahaya di lingkungannya (Susilawati, Wardah, & Irmasari, 2016).
Perlakuan tiga kondisi cahaya berbeda memengaruhi hasil perkecambahan.
Benih yang tumbuh dalam kondisi cahaya terang mengalami pertumbuhan daun
yang berwarna hijau dan tebal. Sedangkan benih yang tumbuh dalam kondisi
cahaya remang dan gelap mengalami pertumbuhan daun yang pucat dan lemah,
sehingga memicu benih mengalami pertumbuhan abnormal.
Pertumbuhan abnormal pada benih ditandai dengan pertumbuhan akar
primernya yang pendek, plumula yang terputar, kecambah yang tidak membentuk
klorofil, dan kecambah yang lunak. Kecambah abnormal disebabkan oleh kualitas
benih yang kurang baik dan kondisi cahaya yang kurang.
Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menghasilkan produk
fotosintesis yang tidak maksimal, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi
akan berpengaruh terhadap aktivitas sel-sel stomata daun dalam mengurangi
transpirasi
sehingga
mengakibatkan
terhambatnya
pertumbuhan
tanaman
(Kurniaty, Budiman, & Surtani, 2010).
Perlakuan kondisi cahaya yang berbeda juga mempengaruhi pertumbuhan
batang kecambah. Menurut (Maghfiroh, 2017), cahaya akan menghambat
pertumbuhan batang sehingga pada bagian batang yang tidak terkena cahaya
menjadi lebih panjang. Cahaya juga mempengaruhi pertumbuhan xilem sehingga
mempengaruhi perkembangan batang.
Selain berpengaruh terhadap proses fotosintesis, cahaya berpengaruh
terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan. Keadaan gelap
berpengaruh terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya. Tumbuhan
yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan
di tempat yang terkena cahaya. Akan tetapi tumbuhan menjadi pucat karena
kekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak berkembang. Tumbuhan seperti itu
disebut mengalami etiolasi.
Dalam keadaan tidak ada cahaya, auksin merangsang pemanjangan sel-sel
sehingga tumbuh lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya, auksin
mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan terhambat. Cahaya menyebabkan
auksin rusak terdispersi ke sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tumbuhan
dengan segera berkurang sehingga batang lebih pendek, namun tumbuhan lebih
kokoh, daun berkembang sempurna, dan berwarna hijau.
Selain berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, cahaya dibutuhkan dalam
proses fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk
klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi, jika intensitas cahaya terlalu
tinggi, maka klorofil akan rusak.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perkecambahan
benih meliputi pertumbuhan akar, batang, dan daun dipengaruhi oleh cahaya.
Kondisi cahaya berbeda dapat menyebabkan hasil perkecambahan yang berbedabeda, pertumbuhan akar yang kurang optimal pada kondisi cahaya yang kurang,
pertumbuhan batang yang memanjang pada kondisi cahaya yang kurang, dan
pertumbuhan daun yang segar dan tidak pucat pada kondisi cahaya yang terang.
VIII. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan agar dapat membantu kelancaran
praktikum selanjutnya, yaitu:
1. Praktikan hendaknya mendalami pemahaman terhadap materi praktikum
terlebih dahulu demi kelancaran praktikum itu sendiri.
2. Bahan tanam yang digunakan hendaknya dalam kondisi baik.
3. Praktikan hendaknya merawat tanaman praktikum secara teratur.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Buntoro, B. H., Rogomulyo, R., & Trisnowati, S. (2014). Pengaruh Takaran Pupuk
Kandang dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu
Putih (Curcuma zedoaria L.). Jurnal Vegetalika, 29-39.
Kurniaty, R., Budiman, B., & Surtani, M. (2010). Pengaruh Media dan Naungan
Terhadap Mutu Bibit Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 77-83.
Maghfiroh, J. (2017). Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi (pp. 51-58).
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Nurshanti. (2011). Pengaruh Beberapa Tingkat terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Seledri di Polibag. Jurnal Agronobis, 12-18.
Susilawati, Wardah, & Irmasari. (2016). Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya
terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka (Michelia champaca L.) di
Persemaian. Journal Forest Sains, 59-66.
Wijayanto, & Azis. (2013). Pengaruh Naungan Sengon (Falcataria moluccana L.)
dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Ganyong Putih (Canna edulis Ker.).
Jurnal Silvikutlur Tropika, 62-68.
LAMPIRAN
Perkecambahan pada hari pertama
Perkecambahan pada hari ke-10
Benih yang tumbuh abnormal (ditunjuk oleh panah)
Benih dengan perlakuan kondisi cahaya terang pada hari ke-3
Benih dengan perlakuan kondisi cahaya remang pada hari ke-3
Benih dengan perlakuan kondisi cahaya gelap pada hari ke-3