Uploaded by User86219

Tika Amelia (1)

advertisement
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN VENTRICEL SEPTAL DEFECT (VSD) DI RUANGAN HCU ANAK
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
TIKA AMELIA
NIM 163110267
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN VENTRICEL SEPTAL DEFECT (VSD) DI RUANGAN HCU ANAK
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
TIKA AMELIA
NIM 163110267
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan
Ventricel Septal Defect (VSD) di ruangan hcu anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2019”
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi syarat untuk
mendapatkan gelar madya keperawatan. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Delima, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM,M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
3. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd,M.Kep.Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita,M.Kep.Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang
membimbing dan memberikan saran masukan untuk bekal penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian.
7. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.B.Sp.BA(K) selaku Direktur Umum
dan seluruh pimpinan, staf dan perawat RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Kedua orang tua dan semua teman-teman yang telah mendoakan dan selalu
member semngat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Seluruh partisipan dalam penelitian ini yang telah memberikan data dan
bersedia bekerjasama sehingga penelitian ini bisa diselesaikan.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, 14 Juni 2019
Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Karya Tulis ilmiah, Mei 2019
Tika Amelia
“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Penyakit Jantung Bawaan
Ventricel Septal Defect (VSD) di Ruangan HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2019”
Isi : xi + 55 Halaman + 6 tabel + 13 lampiran
ABSTRAK
Ventricel Septal Defect (VSD) adalah kelainan anatomi jantung dimana adanya sekat
diantara ventrikel kiri dan ventrikel kanan yang menyebabkan aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah di ventrikel kiri
berkurang dan otot jantung bekerja dengan terpaksa untuk memompakan darah.
Akibatnya otot jantung melemah dan terjadi penurunan curah jantung . Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tahun 2017 terdapat 296 anak dengan PJB. Tujuan penelitian
adalah untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan PJB.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di
Ruang HCU Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan waktu penelitian dari tanggal
21-25 Februari 2019. Populasi saat penelitian ada 2 orang lalu pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purpossive sampling yaitu sesuai dengan kriteria inklusi
sehingga didapatkan satu orang partisipan.
Keluhan yang didapat dari pasien yaitu tampak sesak napas, tampak pucat, bibir
kering, berat badan hanya naik sedikit. Diagnosa yang diangkat pada partisipan ada
4. Sedangkan diagnosa utama adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas. Intervensi keperawatan sesuai NANDA NIC-NOC sebagian
besar dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan sebagian dapat teratasi.
Diharapkan perawat di ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan cara meningkatkan pelayanan
keperawatan untuk mempermudah penyembuhan.
Kata Kunci: Asuhan keperawatan, Penyakit Jantung Bawaan.
Daftar pustaka: 18 (2008-2017)
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS. ............................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI. ..................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah. ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
A. Konsep Kasus Penyakit Jantung Bawaan. ..................................... 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada
Kasus Penyakit Jantung Bawaan ................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 24
A. Desain Penelitian ............................................................................ 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 24
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 24
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 25
E.
Teknik Pengumpulan Data............................................................. 25
F.
Jenis-jenis Data .............................................................................. 27
G. Analisis .......................................................................................... 27
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS .................................. 29
A. Deskripsi Kasus. ............................................................................ 29
1. Pengkajian Keperawatan. ......................................................... 29
2. Diagnosa Keperawatan. ............................................................ 31
3. Intervensi Keperawatan. ...........................................................32
4. Implementasi Keperawatan. ..................................................... 35
5. Evaluasi Keperawatan. ............................................................. 36
B.
PEMBAHASAN KASUS ............................................................ 37
1. Pengkajian Keperawatan. ......................................................... 37
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................40
3. Intervensi Keperawatan. ........................................................... 44
4. Implementasi Keperawatan. ..................................................... 47
5. Evaluasi Keperawatan. ............................................................. 50
BAB V PENUTUP............................................................................................ 54
A. Kesimpulan. 54
B. Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC Penyakit Jantung Bawaan. ........................................................ 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ............................................................ 26
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................. 39
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................41
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan.................................................................42
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan .......................................................... 45
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................. 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar konsultasi proposal penelitian pembimbing 1
Lampiran 2
Lembar konsultasi proposal penelitian pembimbing 2
Lampiran 3
Lembar konsultasi karya tulis ilmiah pembimbing 1
Lampiran 4
Lembar konsultasi karya tulis ilmiah pembimbing 2
Lampiran 5
Format Pengkajian Penelitian
Lampiran 6
Persetujuan menjadi Responden (Infonmed Consent)
Lampiran 7
Surat Izin Pengambilan data dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang
Lampiran 8
Surat Izin Pengambilan data dari Kepala RSUP Dr.M. Djamil Padang
Lampiran 9
Surat selesai penelitian
Lampiran 10 Daftar hadir penelitian
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
NIM
Tempat / Tanggal Lahir
Suku
Status Perkawinan
Agama
Orang Tua
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
Tika Amelia
163110267
Pekanbaru/ 05 Juli 1998
Minang
Belum Menikah
Islam
Ayah : M.Syahril
Ibu : Yanti Nova
: Balai Pandan Cupak
Riwayat Pendidikan
No
Pendidikan
TahunAjaran
1
SDN 05 Balai Gadang Cupak
2004–2010
2
SMPN 2 Gunung Talang
2010–2013
3
SMAN 1 Gunung Talang
2013–2016
4
Poltekkes Kemenkes RI Padang
2016 –2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung yang
sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir
(Hidayat, 2008). Kelainan jantung ini tidak selalu menunjukkan gejala segera
setelah lahir, bahkan mungkin saja sampai dewasa gejala tersebut tidak
tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan setelah bayi berusia beberapa
bulan atau kadang beberapa tahun (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri
Utami, 2008). Dampak PJB terhadap angka kematian bayi dan anak cukup
tinggi sehingga dibutuhkan tatalaksana PJB yang cepat, tepat, dan spesifik
(Kasron, 2016).
American Heart Associations (AHA) tahun 2016 menyebutkan penyakit
jantung kongenital (PJK) terjadi pada 1% kelahiran hidup dengan prevalensi
yang sama diseluruh dunia, sekitar seperempat dari 40.000 anak yang lahir
dengan PJK.
Di Amerika Utara, lebih dari 1% bayi baru lahir mengalami Coronary Heart
Disease (CHD) akibat berbagai penyebab. Prevalensi CHD adalah sekitar 8
dari setiap 1.000 kelahiran hidup; bayi premature memiliki angka CHD yang
lebih tinggi (Terri Kyle, 2016).
Vidyadhar (2016) dalam penelitiannya mengatakan jenis penyakit jantung
bawaan yang paling umum ditemukan di India adalah (Ventrikel Septum
Defek) VSD dan Atrium Septum Defek (ASD) dalam 25,2% kasus masingmasing. Lebih dari 50% penyakit jantung bawaan diantara anak-anak sekolah.
Yang paling umum berikutnya adalah Patent Duktus Arteriosus (PDA) 14,1%
diikuti oleh Tetrallogi of Fallot (TOF) 11,7%.
1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menyebutkan bahwa
prevalensi penyakit jantung pada penduduk semua umur tertinggi di
Kalimantan Utara (2,2%).
Profil Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2017) menyebutkan bahwa
kematian bayi di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 700 orang yang tesebar di
19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang
sebanyak 89 orang, Kab.Solok 84 orang, Sijunjung 80 orang, dan Pasaman
Barat 79 orang.
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan dari rumah
sakit tersier yang ada di daerah Sumatera Barat. Tahun 2015 sebanyak 20
orang, pasien rawat jalan 8 orang dan rawat inap 12 orang. Tahun 2016
sebanyak 253 orang, pasien rawat jalan 195 orang dan rawat inap 58 orang.
Tahun 2017 sebanyak 296 orang, rawat jalan 217 orang dan rawat inap 79
orang (Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2018).
Natalia (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PJB merupakan
kelainan kongenital yang paling umum dan sebagai jenis penyakit jantung
tersering pada anak. PJB pada anak di Indonesia cukup banyak, dimana
sekitar 6 sampai 10 dari 1.000 bayi lahir, mengidap PJB. Sekitar 2-5 persen
kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas.
Kaunang (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PJB tidak mudah di
deteksi karena hanya 30% yang memberikan gejala pada minggu-minggu
awal kehidupan dan 30% pada masa neonatal tetapi bila tidak dideteksi dan
ditangani secara tepat dapat menyebabkan kematian pada bulan pertama
kehidupan.
Budi (2017) dalam penelitiannya menemukan di RSUP. Dr. M. Djamil
Padang dari Januari 2013 sampai Desember 2015 dengan jumlah 85 pasien.
Ventrikel Septal Defect (VSD) adalah jenis penyakit jantung bawaan
terbanyak (40%). Sebaran usia terbanyak pada kelompok >1 tahun (50,59 %).
Pada anak yang mengalami PJB ditemukan tanda-tanda serius yang terjadi
selama masa bayi, dapat berupa sianosis, tidak mau makan, sesak napas,
keringat berlebihan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Gangguan pertumbuhan seperti berat bayi tidak bertambah akibat nutrisi tidak
adekuat pada bayi, anak menjadi kurus dan mudah sakit, terutama karena
infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering
mengalami gangguan adalah aspek motoriknya terutama motorik kasar, dan
perkembangan psikososial (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami,
2008).
PJB pada anak, terutama yang sianotik dapat mengakibatkan kegawatan
apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan
sianosis (sianotic spell) dan berakhir dengan kematian (Nursalam, Rekawati
Susilaningrum, & Sri Utami, 2008).
Nindi Zuafni (2018) dalam penelitiannya telah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan. Diagnosa yang
ditemukan oleh peneliti yaitu penurunan curah jantung, ketidakefektifan pola
nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah memonitor vital sign (tanda-tanda vital),
memonitor pernafasan, memantau adanya sianosis, mengkaji capillary refill,
memberikan terapi oksigen, mendengarkan suara jantung, memonitor
pemberian makanan cair seperti susu.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah memenuhi
kebutuhan dasar pasien, bukan hanya sampai disitu saja karena sebagai
edukator perawat berperan sebagai pemberi informasi kepada keluarga
tentang penjelasan penyakit dan memberitahukan tentang yang harus
diwaspadai saat kondisi anak makin memburuk, perawat juga perlu
memberikan dukungan moral kepada pasien untuk tetap semangat dalam
menjalani proses pengobatan hingga akhir selain itu perawat juga berperan
dalam kuratif, bekerja sama dengan tim medis lainnya dalam pengobatan dan
pemulihan pasien penyakit jantung bawaan.
Survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Desember 2018 di ruang HCU
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil. Padang didapatkan satu
orang bayi berusia 5 bulan dengan diagnosa penyakit jantung bawaan sianotik
dengan waktu rawatan 4 hari . Diagnosa yang ditegakkan pada anak tersebut
yaitu penurunan curah jantung , ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan pola napas tidak efektif. Sedangkan tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan yaitu memberi oksigen,
mengatur posisi pasien, memberikan obat sesuai terapi. Evaluasi yang didapat
orang tua mengatakan anak tampak pucat, terdapat clubbing finger pada kuku
anak, anak sering menangis saat buang air besar, dan tanda-tanda vital
normal, orang tua mengatakan tidak tau tentang penyakit anaknya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menerapkan asuhan
keperawatan pada anak dengan kasus penyakit jantung bawaan di ruangan
IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan PJB di IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP.Dr. M. Djamil Padang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan
Penyakit Jantung Bawaan ( PJB ) di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan
PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b.
Mampu mendeskrispsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c.
Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak
dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d.
Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak
dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e.
Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak
dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pelayanan
Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan PJB.
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawata pada anak
dengan PJB.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih
lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan PJB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Kasus Penyakit Jantung Bawaan
1. Pengertian
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung
yang sudah ada sejak dalam kandungan
(Nursalam, Rekawati
Susilaningrum, & Sri Utami, 2008).
Kasron (2016) mengatakan bahwa PJB digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
PJB Asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai
dengan warna kebiruan pada mukosa tubuh. Yang termasuk dalam
PJB Asianotik adalah :
1. Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celah
antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Defek septum ventrikel
adalah suatu lubang pada septum ventrikel. Septum ventrikel
adalah dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (ventrikel
kiri dan ventrikel kanan) (Kasron, 2016).
2. Atrial Septal Defect (ASD), yaitu adanya defect atau celah antara
atrium kiri dan kanan. Defek septum atrial atau Atrial Septal
Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat antara rongga
atrium kanan dan kiri, septum tersebut tidak menutup secara
sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan
bercampur (Kasron, 2016).
3. Patent Duktus Arteriosus (PDA), yaitu kegagalan menutupnya
ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri
pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan
mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri
pulmonal yang bertekanan rendah (Kasron, 2016).
Adanya defect menyebabkan adanya piran (kebocoran) darah dari
jantung sebelah kiri ke kanan, karena jantung sebelah kiri mempunyai
6
tekanan yang lebih besar. Besarnya piran bergantung pada besarnya
defect.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB Sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan
warna kebiru-biruan pada mukosa tubuh.
Beberapa macam PJB Sianotik di antaranya adalah :
1. Tetraloggi Of Fallot (TF), yaitu kelainan jantung yang timbul
sejak bayi dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu
VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overiding
aorta. Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung
yang terjadi secara kongenital dimaa secara khusus mempunyai
empat kelainan anatomi pada jantungnya (Kasron,2016).
2. Transposisi Arteri Besar (TAB) atau Transposition of the Great
Arteries (TGA), yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan
letak aorta dan arteri pulmonalis, sehingga aorta keluar dari
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.
PJB pada anak, terutama yang sianotik, dapat mengakibatkan kegawatan
apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan
sianosis (sianotic spell).
2.
Etiologi
Menurut Kasron (2016) penyebab PJB menurut penggolongannya, yaitu :
Penyebabnya tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada anakanak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada
anak-anak, lubangnya sangat kecil,tidak menimbulkan gejala dan
seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun.
Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan
gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung
lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD :
a) Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
b) Gizi ibu hamil yang buruk
c) Ibu yang alkoholik
d) Usia ibu diatas 40 tahun
e) Ibu menderita diabetes
2.
Patofisiologi Ventrikel Septum Defek (VSD)
Defek septum ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat
dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan
resistensi pulmonal melalui defek septum. Volume darah di paru akan
meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan
demikian, tekanan di ventrikel kanan meningkat akibat adanya pirau
dari kiri ke kanan. Hal ini akan mengakibatkan resiko terjadinya
endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel
kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan beban kerja jantung
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi peningkatan beban
kerja jantung, terjadi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi
resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna.
Pada VSD berukuran kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang
minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti.
Pada VSD berukuran sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Pada beberapa hari pasca lahir belum
terdapat pirau kiri ke kanan karena resistensi vaskuler paru masih
tinggi, hal ini menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari hingga
beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri ke kanan (aliran darah
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan) karena tekanan ventrikel kiri lebih
tinggi dari ventrikel kanan, akibatnya terjadi penambahan volume darah
di ventrikel kanan dan menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel
kanan, kemudian menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan. Jika tekanan
di ventrikel kanan terlalu tinggi maka aliran darah dapat berbalik dari
kanan ke kiri (ventrikel kanan ke ventrikel kiri), kemudian darah kaya
O2 bercampur dengan darah kaya CO2 mengakibatkan darah yang
dialirkan ke seluruh tubuh kekurangan oksigen, akan menyebabkan
anak mengalami sianosis. Pada defek besar terjadi perubahan
hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus-menerus pada ventrikel
kanan yang diteruskan ke arteri pulmonalis (Aspiani, 2014).
5.
Manifestasi Klinis VSD (Ventrikel Septal Defek)
Menurut Kasron (2016), tanda gejalanya adalah :
a.
Sesak nafas, takipnue (nafas cepat).
b.
Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu.
c.
Keringat yang berlebihan.
d.
Berat badan tidak bertambah.
e.
Infeksi saluran pernafasan berulang.
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Sistem Kardiovaskular
Didapatkan bunyi jantung tambahan (murmur) pada tepi sternum kiri
atas. Didapatkan adanya gejala atau keluhan, umumnya didapatkan
adanya sesak daat beraktivitas, dispnea, mudah lelah, dan infeksi
saluran napas berulang (Kasron, 2016).
b. Sistem Pernapasan
VSD
dapat
menimbulkan
resiko
terjadinya
infeksi
saluran
pernapasan, karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih
banyak sehingga pertukaran oksigen tidak adekuat. Gejala infeksi
adalah demam, batuk, dan napas pendek, bayi sukar jika diberi
minum (Kasron, 2016).
c. Sistem Persyarafan
Serangan hipersianotik selama masa bayi, juga dikenal sebagai “Tet
spells” dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan,
dispnea awitan mendadak, perubahan kesadaran, iritabilitas sistem
saraf pusat yang dapat berkembang sampai letargi dan sinkop serta
akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (Lynn, 2009).
d. Sistem Integumen
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan
ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan
menguncup, dan menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan
dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut kedalam aorta.
Akibatnya darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenasi,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis (Kasron, 2016).
e. Sistem Hematologi
Sianosis yang berat dapat menyebabkan polisitemia (peningkatan sel
darah merah dalam darah) sehingga mempermudah timbulnya
embolus atau trombus. Terjadinya polisitemia berat dan hipoksia
maka anak akan mengalami anemia (Kasron, 2016).
f. Sistem Muskuloskeletal
Umumnya
mengalami
gangguan
tumbuh
kembang.
Karena
kelemahan tubuh atau biasa disebut penurunan toleransi latihan
pasien mengalami kesukaran dalam makan/minum (Hidayat, 2008).
g. Aspek Tumbuh kembang
Pada pasien PJB terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yaitu berat badan anak tidak bertambah akibat nutrisi tidak adekuat,
anak akan kelihatan kurus dan mudah sakit akibat terjadinya infeksi
saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangan yang terganggu
adalah aspek motorik dan psikososial. Anak dengan PJB tidak bisa
melakukan aktifitas seperti anak normal lainnya, seperti bermain,
berlari. Anak dengan PJB tidak bisa melakukan aktivitas yang berat
karena anak dengan PJB mengalami sesak nafas kemudian bisa
terjadinya sianosis. Kemudian anak juga mengalami kesulitan untuk
bersosialisasi, anak dengan PJB mengalami gangguan bicara.
7.
Penatalaksanaan Ventrikel Septum Defek (VSD)
Pasien dengan VSD besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretik,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan, maka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat
menolong; karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis
untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil (Hidayat, 2008).
B.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Penyakit Jantung Bawaan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus PJB adalah :
a.
Identitas Pasien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
b.
Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung
jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat
menyusu, keringat yang berlebihan, berat badan anak tidak
bertambah, sianosis atau kebiruan pada bibir dan kuku.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup
riwayat kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan
sianotik, faktor genetik, riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit jantung bawaan dan riwayat tumbuh kembang anak
yang terganggu, adanya riwayat gerakan jongkok bila anak
telah berjalan beberapa menit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah keluarga memiliki riwayat penyakit jantung
bawaan atau kelainan kromosom.
4) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan penyakit
rubella (sindrom rubella), Adanya riwayat obat-obatan maupun
jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan
minum alkohol selama hamil dan riwayat keluarga dengan
sindrom down, dan bayi yang lahir premature ( Alimul, 2008).
5) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh dan
berkembang secara normal. Pada beberapa kasus yang spesifik
seperti VSD dan ASD pertumbuhan fisik anak terganggu
terutama berat badannya karena keletihan selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama
karena
infeksi
saluran
nafas.
Sedangkan
untuk
perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah
aspek motoriknya (Rekawati dkk, 2008).
6) Riwayat Aktifitas
Anak-anak
yang
mengalami
PJB
sering
tidak
dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila
melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti
berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum
tergesa-gesa,
menangis,
atau
tiba-tiba
duduk
jongkok
(squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini
dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak.
Kadang-kadang anak tampak pasif dan lemah, sehingga kurang
mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu
dibantu (Rekawati dkk, 2008).
c.
Pemeriksaan Fisik
1)
Tanda-Tanda Vital
a.
Nadi
Nadi berdasarkan usia, frekuensi nadi usia 1-3 tahun 90150x/menit, usia 4-5 tahun 80-140x/menit, usia 5-12 tahun
70-120x/menit, usia 12-18 tahun 60-100x/menit.
b. Pernapasan
Pernapasan berdasarkan usia, frekuensi pernapasan 1-3
tahun 24-40x/menit, usia 4-5 tahun 22-34x/menit, usia 5-12
tahun 18-30x/menit, 12-18 tahun 12-16x/menit.
c. Suhu
Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC, pada anak PJB suhu
normal selama tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.
2) Kepala-leher
Biasanya tidak ada kelainan pada kepala.
3) Mata
Konjungtiva anemis, sklera ikterik.
4) Hidung
Nafas cepat dan adanya pernafasan cuping hidung.
5) Mulut
Sianosis (warna kebiruan) dapat dilihat pada membran mukosa,
seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut
disebut sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama
melakukan aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa.
Pada sianosis yang berat, tanpa melakukan aktivitas apapun
warna pucat kebiruan sudah tampak (Rekawati dkk, 2008).
6) Leher
Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat
penebalan atau pembengkakan aorta.
7) Thorax
a.
Paru
Biasanya pada anak dengan TOF, hasil inspeksi tampak
adanya retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek
dan dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kanan. Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang
meningkat terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin
terdengar suara redup karena peningkatan volume darah paru
dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah atau
krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi
kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi
akan terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan
takipneu.
b. Jantung
Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris
sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan
ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah
kiri karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya
didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari
garis midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi
teraba pulsasi pada ventrikel kanan akibat peningkatan
desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6.
Pada
auskultasi
terdengar
bunyi
jantung
tambahan
(machinery mur-mur) pada batas kiri sternum tengah sampai
bawah, biasanya bunyi jantung I normal sedangkan bunyi
jantung II terdengar tunggal dan keras (Riyadi, 2009).
c.
Abdomen
Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,
pada auskultasi biaanya terdengar bunyi gesekan akibat
adanya pembesaran hepar. Pada perkusi adanya suara redup
pada daerah hepar dan saat dipalpasi biasanya ada nyeri
tekan.
d.
Kulit
Adanya keringat yang berlebihan dan pucat.
e.
Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.
Dan CRT > 3 detik akibat suplai oksigen ke perifer berkurang
menyebabkan sianosis dan adanya clubbing finger (jari
tabuh).
d.
Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Thoraks
Dapat tampak atrium dan ventrikel kanan membesar, pelebaran
arteri pulmonalis.
2) Elektro Cardiografi (EKG)
Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil sumbu QRS hampir
selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi akibat
peningkatan tekanan ventrikel kanan.
3) Echo Cardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan
penurunan aliran darah ke paru.
4) Kateterisasi
Kateteriasi diperlukan sebelum dilakukan tindakan pembedahan
untuk mengetahui defek septum ventrikel multipel, mendeteksi
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan.
5) Pemeriksaan laboratorium
Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan parsial
oksigen (PO2) dan peningkatan tekanan parsial karbondioksida
(PCO2), nilai hemoglobin menurun akibat anemia, dan nilai
hematokrit meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), kemungkinan
diagnosis yang muncul yaitu:
a. Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan,
perubahan
konraktilitas.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
makan,
ketidakmampuan
mencerna
makanan, dan kurang asupan makanan.
d. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status
kesehatan terkini.
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan
NO
1.
Diagnosa
Keperawatan
Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
konraktilitas.
Definisi :
Ketidakadekuatan
darah yang dipompa
oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.
Batasan
Karakteristik :
a. Batuk
b. Bunyi
nafas
tambahan
c. Keletihan
d. Murmur jantung
e. Takikardia
f.
Perubahan
warna
kulit
(sianosis)
NOC
NIC
Setelah
dilakukan Monitor tanda vital :
tekanan
asuhan keperawatan 1. Memonitor
darah,
nadi,
suhu,
dan
diharapkan
curah
status pernapasan
jantung
menjadi
2.
Memonitor
denyut
meningkat
dengan
jantung
kriteria hasil :
1. Keefektivan pompa 3. Memonitor suara paruparu
jantung :
a. Tekanan darah 4. Memonitor warna kulit
sistol
dan 5. Menilai CRT
diastole dalam Memonitor Pernapasan
1. Memonitor
tingkat,
batas normal
irama, kedalaman, dan
b. Denyut jantung
respirasi
apical
dalam
2. Memonitor
gerakan
batas normal
dada
c. Denyut nadi
bunyi
perifer
dalam 3. Memonitor
pernapasan
batas normal
4. Auskultasi bunyi paru
d. Keseimbangan
dyspnea
intake
dan 5. Memonitor
dan
hal
yang
output
dalam
meningkatkan
dan
24jam
dalam
memperburuk.
batas normal
e. Tidak
ada Perawatan Jantung
distensi
vena 1. Evaluasi adanya nyeri
dada (intensitas, lokasi,
leher
durasi,
factor
f. Tidak
ada
presipitasi)
disritmia
2. Catat adanya disritmia
g. Tidak ada suara
jantung
jantung
3. Catat adanya tanda dan
abnormal
gejala
penurunan
h. Tidak
ada
cardiac output
edema perifer
4. Monitor
status
dan paru
kardiovaskuler
i. Tidak ada pucat
5. Memonitor
status
dan sianosis
j. Tidak ada wajah
pernapasan
yang
kemerahan
menandakan
gagal
jantung
6. Memonitor
balance
cairan
7.
2. Status Sirkulasi
a. Tekanan darah,
nadi dalam batas
normal
b. Saturasi oksigen
dalam
batas
normal
c. Capilary refill
dalam
batas
normal
d. Tidak
ada
penurunan suhu
kulit
e. Tidak
ada
kelelahan
2.
Ketidakefektifan
Pola
Napas
berhubungan
dengan
kongesti
paru.
Definisi :
Inspirasi
dan/atau
ekspirasi yang tidak
memberi
ventilasi
adekuat.
Batasan
Karakteristik :
a. Dispnea
b. Penggunaan otot
bantu pernapasan
c. Pernapasan
cuping hidung
d. Pola
nafas
abnormal (mis.,
irama, frekuensi,
kedalaman)
e. Takipnea
Setelah
dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan
pola
napas menjadi efektif
dengan kriteria hasil :
1. Status
pernapasan
a. Frekuensi napas
dalam
batas
normal
b. Irama
pernapasan
dalam
batas
normal
c. Kedalaman
inspirasi dalam
batas normal
d. Suara
napas
tambahan tidak
ada
e. Penggunaan otot
bantu
napas
tidak ada
Memonitor
adanya
perubahan
tekanan
darah
8. Memonitor
respon
pasien terhadap efek
pengobatan anti aritmia
9. Mengatur
periode
latihan dan istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
10. Memonitor
toleransi
aktivitas pasien
11. Memonitor adanya
dyspnea,
fatigue,
takipneu
dan
ortopenue.
12. Menganjurkan untuk
menurunkan stress
Terapi Oksigen
1. Mempertahankan jalan
napas yang paten
2. Mengatur
peralatan
oksigenasi
3. Memonitor
aliran
oksigen
4. Mempertahankan
posisi pasien
5. Mengobservasi tandatanda hipoventilasi
Monitoring Pernapasan
1. Monitor
frekuensi,irama,kedala
man dan kekuatan
respirasi
2. Memperhatikan
gerakan
dan
kesimetrisan,
menggunakan
otot
bantu, dan adanya
retraksi otot intercostal
dan supraklavikular
3. Mendengarkan bunyi
napas, catat adanya
suara tambahan
4. Memonitor pola napas
5. Memonitor
adanya
dyspnea dan hal yang
meningkatkan
memperburuk
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
makan,
ketidakmampuan
mencerna
makanan,
dan
kurang
asupan
makanan.
Definisi :
Asupan nutrisi tidak
cukup
untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan
Karakteristik :
a. Berat badan 20%
atau lebih di
bawah
rentang
berat badan ideal
Setelah
dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan
kebutuhan
nutrisi
tubuh
menjadi
terpenuhi
dengan
kriteria hasil :
1. Status nutrisi
a. Status
nutrisi
dalam
batas
normal
b. Asupan
gizi
dalam
batas
normal
c. Asupan
makanan dalam
batas normal
d. Asupan cairan
dalam
batas
normal
e. Energy dalam
batas normal
f. Rasio berat
badan dalam
atau
Monitor
Tanda-tanda
Vital
1. Memonitor
tekanan
darah, nadi, suhu, dan
pernapasan
2. Memonitor
kualitas
dari nadi
3. Memonitor frekuensi
dan irama pernapasan
4. Memonitor
pola
pernapasan abnormal
5. Memonitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
6. Memonitor
sianosis
perifer
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan tandatanda vital
Manajemen Berat Badan
1. Mendiskusikan bersama
pasien dan keluarga
mengenai
hubungan
antara intake makanan,
latihan, peningkatan BB
dan penurunan BB.
2. Mendiskusikan bersama
pasien dan keluarga
mengenai kondisi medis
yang
dapat
mempengaruhi BB.
3. Mendiskusikan bersama
pasien dan keluarga
mengenai
kebiasaan,
gaya hidup dan factor
hereditor yang dapat
mempengaruhi BB.
4. Mendiskusikan bersama
pasien dan keluarga
mengenai resiko yang
berhubungan dengan BB
berlebih dan penurunan
BB.
5. Membantu pasien untuk
batas normal
b. Cepat
kenyang
merubah
kebiasaan
setelah makan
makan
2. Nafsu makan
c. Penurunan berat
a. Hasrat/
6. Memperkirakan
BB
keinginan untuk
badan
dengan
ideal pasien.
makan
tidak Manajemen Nutrisi
asupan makanan
terganggu
1. Mengkaji adanya alergi
adekuat
b. Energy
untuk
makanan
d. Membran mukosa
makan
tidak 2. Kolaborasi dengan ahli
pucat.
terganggu
gizi untuk menentukan
c. Intake
nutrisi
jumlah kalori
dan
tidak terganggu
nutrisi
yang
d. Intake
cairan
dibutuhkan pasien.
tidak terganggu
3. Menganjurkan pasien
e. Adanya
untuk
meningkatkan
rangsangan
intake Fe
untuk makan
4. Menganjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin C
5. Memberikan substansi
gula
6. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
7. Memberikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Memonitor
jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
9. Memberikan informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
10. Mengkaji kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
4.
Ansietas
berhubungan dengan
ancaman
status
kesehatan terkini
Definisi :
Perasaan
nyaman
kekhawatiran
tidak
atau
yang
Tingkat kecemasan :
1. Tidak dapat
beristirahat
2. Berjalan mondarmandir
3. Meremas-remas
tangan
4. Perasaan gelisah
5. Wajah tegang
Pengurangan Kecemasan :
1. Gunakan
Pendekatan
Yang
Tenang
Dan
Meyakinkan,
2. Dengarkan Keluarga,
3. Instruksikan
Keluarga
Untuk
Menggunakan
Teknik Relaksasi
4. Berada di sisi keluarga
samar
disertai 6. Rasa takut yang
respons
otonom
disampaikan secara
(sumber sering kali
lisan
tidak spesifik atau 7. Rasa cemas yang
tidak diketahui oleh
disampaikan secara
individu) ; perasaan
lisan
takut
yang 8. Gangguan tidur
disebabkan
oleh
antisipasi
terhadap
bahaya.
untuk meningkatkan rasa
aman dan mengurangi
ketakutan
Terapi relaksasi :
1. Gambarkan
manfaat
relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi, napas dalam)
2. Ciptakan lingkungan
yang tenang
3. Dorong pasien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
dengan
pakaian longgar dan
tertutup
4. Tunjukkan
dan
praktikkan
teknik
relaksasi
kepada
keluarga
5. Dorong keluarga untuk
mengulang
praktik
teknik relaksasi, jika
memungkinkan
6. Dorong pengulangan
teknik-teknik relaksasi
secara berkala
Batasan
Karakteristik :
Perilaku
1. Agitasi
2. Gelisah
3. Insomnia
4. Tampak waspada
5. Perilaku
mengintai
Afektif
1. Gelisah
2. Gugup
3. Ketakutan
4. Putus asa
5. Sangat khawatir
Fisiologis
1. Gemetar
2. Peningkatan
keringat
3. Suara bergetar
4. Tremor tangan
Sumber : NANDA International ( 2015-2017), NIC-NOC (2016)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi
adalah
pengelolaan
dan
perwujudan
dari
rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan, dan memfasilitasi
koping ( Kodim, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk
mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan (Kodim, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada
anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
B.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah selesai dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2019. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan November 2018 sampai
bulan Mei tahun 2019. Sedangkan waktu pengambilan kasus dimulai pada
tanggal 21-25 Februari 2019.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami
Penyakit Jantung Bawaan yang dirawat di Ruangan HCU Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 2 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah satu orang anak yang mengalami Penyakit
Jantung Bawaan yang berada di Ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan kriteria. Adapun kriteria
sampel dalam penelitian ini yaitu:
1.
Kriteria Inklusi
a. Pasien dan orang tua bersedia menjadi responden
b. Pasien yang mengalami PJB asianotik maupun sianotik diruang
rawat HCU, Akut/Kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang
c. Pasien yang di rawat minimal 5 hari
24
2.
Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang dirawat kurang dari 5 hari.
D.
Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format
tahapan proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada
evaluasi.
a. Format pengkajian keperawatan yang terdiri dari : identitas pasien,
identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,
pemeriksaan
laboratorium/
pemeriksaan
penunjang,
dan program
pengobatan.
b. Format analisa data yang terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik,
data, penyebab, dan masalah.
c. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, tanggal ditemukannya masalah dan
paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
d. Format rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari : nama pasien,
nomor rekam medis, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
e. Format cacatan perkembangan keperawatan yang terdiri dari : nama
pasien, nomor rekam medis, hari dan tanggal, jam, implementasi
keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
f.
Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari : stetoskop, tensimeter anak,
termometer, timbangan, arloji dengan detik, dan penlight.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triagulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik
pengumpulan
data
yang berbeda-beda. Untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (Kodim, 2015).
1. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien. Bertujuan untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, dan membantu perawat untuk
menentukaan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian (Kodim,
2015).
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terpimpin dengan
menggunakan format pengkajian keperawatan anak kepada orang tua
anak untuk mengetahui kondisi anak secara jelas dan mendapatkan
informasi dengan tepat.
Hasil wawancara yang didapat dari orang tua seperti biodata klien,
biodata penanggung jawab klien, adanya riwayat abortus saat kehamilan,
tidak ada riwayat merokok atau alkohol, tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit PJB sebelumnya, dan sindrom down.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran (Kodim, 2015).
Observasi yang didapat seperti pasien tampak pucat, kurang aktif dalam
beraktivitas, tampak menggunakan oksigen, nafsu makan berkurang,
lemah saat menyusu, kulit sianosis pada bagian mukosa (bibir) dan kuku.
3. Pemeriksaan Fisik
Dalam metode pemeriksaan fisik, peneliti melakukan pemeriksaan
meliputi: keadaan umum dan pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan
dilakukan dengan prinsip IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi).
Pemeriksaan fisik yang didapatkan seperti akral dingin, clubbing finger,
napas cepat, adanya pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, otot
bantu pernapasan, pemeriksaan jantung terdengar bunyi yang abnormal
(mur-mur).
4. Studi Dokumentasi
Menurut Kodim (2015) studi dokumentasi merupakan mengumpulkan
data dari dokumen, catatan atau laporan kesehatan klien. Dalam penelitian
ini menggunakan dokumen dari RS untuk menunjang penelitian yang
akan dilakukan. Dokumen berbentuk hasil pemeriksaan diagnostik,
seperti rontgen thorax ditemukan pembesaran jantung (kardiomegali),
hasil pemeriksaan EKG ditemukan kelainan irama jantung, hasil
ekokardiografi ditemukan hipertrofi ventrikel kanan, analisa gas darah
ditemukan peningkatan PCO2 dan penurunan O2, pada pemeriksaan
hemoglobin
ditemukan
nilai
hemoglobinnya
menurun
dan
nilai
hematokritnya meningkat.
F.
Jenis-jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi : identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi diruang rawat RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti. Data
penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic), hasil
EKG, ekokardiografi, dan foto thoraks.
G. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada pasien anak dengan PJB. Data yang telah didapat dari
hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan
dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus
PJB. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A.
Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Pasien anak laki-laki berumur 1 bulan dirawat diruang HCU Anak, masuk
melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Sabtu, 16 Februari 2019
pada pukul 16.48 WIB melalui rujukan RS Ibu dan Anak Payakumbuh.
Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas bertambah sejak 3 hari yang
lalu, batuk berdahak sejak 15 hari yang lalu, tidak ada kebiruan pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, muntah bila minum asi lewat dot,
riwayat tersedak ada, tidak ada riwayat demam.
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul
09.00 WIB, pasien dengan rawatan hari ke-5, anak tampak sesak nafas,
terpasang O2 binasal 2 liter permenit, terpasang NGT, dan terpasang
monitor. Anak tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu mengatakan anak
masih sesak, berat badan hanya naik sedikit, pada saat lahir berat badan
By.A 3400 gr, sekarang berat badannya 3700 gr. Ibu pasien mengatakan
anak sulit menyusu karena lemah saat menghisap. dengan ibu pasien
mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu
pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien
mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu
pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya,
ibu pasien tampak gelisah, gugup dan suara bergetar. TD : 100/70
(sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5oC (normal
36,5oC -37,5oC, RR: 40kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR :
111kali/menit (normal 100-150 kali/menit).
By.A sebelumnya dirawat di RS Ibu dan Anak Payakumbuh dengan
diagnosa PJB VSD dan Down Sindrom. By.A lahir di RS tersebut dengan
28
berat badan lahir 3400 gr, ibu pasien mengatakan By.A belum
mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio, dan Hepatitis B. Ibu R
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
yang sama dengan pasien, dan tidak ada penyakit keturunan. Ibu By.A
mengatakan dulu pernah keguguran dua kali dibulan ketiga kehamilan.
Pada bulan ketiga hamil keluar cairan lendir warna hitam kemudian
konsul ke dokter dan disuruh untuk menggugurkan kandungannya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien
sedang, berat badan 3700 gram (normal 4000 gram), tinggi badan 52cm,
lingkar kepala 35cm, hasil pengukuran TD: 100/70 mmHg, suhu : 36,5oC,
pernapasan: 55 kali/menit, nadi: 111kali/menit. Hasil pemeriksaaan fisik
yang ditemukan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir
sedikit kering, mulut tidak sianosis, tidak ada pembengkakan atau
pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan thoraks, lingkar dada 36cm, dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dinging dada sama, adanya retraksi dinding dada, fremitus
sama kiri dan kanan, saat dilakukan pemeriksaan perkusi sonor, saat
dilakukan auskultasi terdengar bunyi ronkhi. Pemeriksaan jantung iktus
kordis tidak terlihat, iktus cordis teraba 1cm di RIC V mid clavicula
sinistra, suara jantung terdengar murmur, irama jantung tidak teratur.
Pemeriksaan abdomen tidak tampak adanya distensi abdomen, tidak ada
lesi, bising usus normal, saat dilakukan perkusi terdengar timpani.
Pemeriksaan kulit turgor kembali lambat, warna kulit tidak merata,
tampak pucat pada telapak tangan, kuku tangan, telapak kaki dan kuku
kaki, tidak ada perdarahan dibawah kulit. Pemeriksaan ekstremitas atas
tampak pucat pada telapak tangan dan kuku tangan, akral teraba hangat,
capillar refill kembali lambat lebih dari 2 detik, pada ekstremitas bawah
akral teraba hangat, capillary refill kembali lambat lebih dari 2 detik. Pola
kebiasaan, By.A memiliki kebiasaan minm ASI lewat NGT setiap 3 jam
sekali sebanyak 45cc. Ibu R mengatakan pasien tidak bisa minum lewat
dot karena pasien akan muntah dan sesak, pasien sering tersedak ketika
minum ASI, sehingga By.A harus minum melalui NGT. Pola tidur siang
By.A teratur dengan jumlah jam tidur lebih dari 2 jam. Pola tidur malam
By.A tidak teratur dengan jumlah jam tidur 6-7 jam, By.A sering
terbangun.
Data penunjang yang didapatkan hasil laboratorium yaitu hemoglobin
14,0 g/dl (normal: 10,6-16,7 g/dl), leukosit 10.140/mm3 (normal 6.00018.000), eritrosit 3,89juta (normal 3,1-5,0), trombosit: 329.000/mm3
(normal 150.000-450.000), hematokrit 40% (normal 32-50%). An.A
mendapatkan terapi Ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x18mg, catopril
2x1mg, IVFD KAEN IB 21tts/menit, dan binasal 2Liter.
2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat 4 prioritas masalah
keperawatan :
a. Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti paru
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
d. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan
ancaman status
kesehatan terkini (NANDA, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada
By.A adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya
tampak lemah, anak sulit menyusu, dan tidak mampu menangis dengan
kuat dan tidak ada suaranya. Pada pemeriksaan jantung ditemukan ictus
cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid clavicula
sinistra, terdengar bunyi jantung murmur. . TD : 100/70 (sistolik 80-100
mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5oC (normal 36,5oC -37,5oC,
RR : 55 kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal
100-150 kali/menit). By.R mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x180mg,
gentamicin 2x8mg, lasix 1x3mg, catopril 2x1mg.
Diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola napas berhubungan
kongesti paru yang ditandai dengan ibu R mengatakan anaknya sesak,
anak tampak sesak, tampak adanya retraksi dinding dada, terdengar bunyi
napas ronkhi, anak terpasang O2 nasal kanul 2Liter, dan frekuensi
pernapasan anak 40kali/menit.
Diagnosa ketiga adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
yang ditandai dengan Ibu R mengatakan anak sulit menyusu, berat badan
anaknya hanya naik sedikit semenjak lahir, anak tampak lemah, hasil
pemeriksaan konjungtiva anemis, dan berat badan anak 3700gr (normal
4000gr).
Diagnosa keempat adalah ansietas pada orang tua berhubungan
dengan ancaman status kesehatan terkini yang ditandai dengan ibu
pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita
anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya,
ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah
sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit
anaknya. Ibu pasien mengatakan takut akan kehilangan anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalah-masalah klien (Kodim, 2015).
Pada diagnosa penurunan curah jantung dengan kriteria hasil : tekanan
darah normal, kulit tidak pucat dan sianosis, tidak ada suara jantung
abnormal, frekuensi napas normal, suara napas tambahan tidak ada.
Rencana tindakannya adalah :
1)
Monitor
tanda-tanda
vital
(mengukur
tekanan
darah,
nadi,
pernapasan dan suhu) untuk mengetahui terjadinya hipotensi atau
hipertensi, hipertermi atau hipotermi, sesak napas agar dapat
ditangani segera.
2)
Monitor
pernapasan
(memonitor
irama,
kedalaman,
bunyi
pernapasan, memonitor gerakan dada) untuk mengetahui adanya
suara napas tambahan apabila terjadinya hipertrofi ventrikel atau
atrium, seperti ronkhi, wheezing, krekels dapat mengindikasi
kongesti paru terhadap terjadinya gagal jantung.
3)
Perawatan jantung (memonitor adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output, frekuensi nadi, auskultasi suara napas, memonitor
status pernapasan, memantau adanya sianosis, warna kulit, suhu,
kelembaban dan capillary refill time) untuk mengetahui terjadinya
penurunan kadar oksigen dalam tubuh, akral pucat, CRT kembali
lambat berkaitan dengan terjadinya penurunan curah jantung.
Pada diagnosa ketidakefektifan pola napas dengan kriteria hasil :
frekuensi napas dalam batas normal, irama pernapasan normal, tidak ada
suara napas tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
Rencana tindakannya adalah :
1)
Monitor pernapasan (memonitor frekuensi pernapasan, memonitor
adanya pernapasan cuping hidung, adanya retraksi dinding dada,
memonitor pola napas, memonitor adanya dispnea, auskultasi suara
napas).
2)
Monitor
tanda-tanda
vital
(mengukur
tekanan
darah,
nadi,
pernapasan, suhu, memonitor warna dan kelembaban kulit,
memantau adanya sianosis)
3)
Terapi oksigen (mempertahankan jalan napas, memonitor aliran
oksigen, mempertahankan posisi pasien).
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dengan kriteria hasil : status nutrisi dalam batas normal, asupan
makanan dalam batas normal, rasio berat badan normal, intake nutrisi
tidak terganggu.
Rencana tindakannya adalah :
1)
Manajemen berat badan (mendiskusikan dengan keluarga pasien
mengenai resiko yang berhubngan dengan berat badan berlebih dan
penurunan berat badan, memperkiraan berat badan ideal).
2)
Manajemen nutrisi (mengkaji adanya alergi terhadap makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien, menganjurkan keluarga pasien untuk
meningkatkan intake Fe pasien, menganjurkan keluarga pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin c pasien, memberikan informasi
kepada keluarga pasien tentang kebutuhan nutrisi).
Pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan
ancaman status kesehatan terkini dengan kriteria hasil yang
diharapkan adalah keluarga dapat beristirahat dengan tenang, tidak
berjalan mondar-mandir, tidak meremas-remas tangannya, tidak gelisah,
wajah tidak tegang, rasa takut dan cemas menjadi berkurang, gangguan
tidur tidak terjadi.
Rencana tindakannya adalah :
1) Pengurangan kecemasan (gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, dengarkan keluarga, berada di sisi keluarga untuk
meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa takut, instruksikan
keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi).
2) Terapi relaksasi (gambarkan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
yang tersedia (misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), ciptakan
lingkungan yang tenang, dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, tunjukkan dan
praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, dorong keluarga untuk
mengulang praktik teknik relaksasi, dorong pengulangan teknik-teknik
relaksasi secara berkala).
4. Implementasi Keperawatan
Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi koping (Kodim, 2015).
Pada diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
adalah
mengukur
tekanan
darah,
menghitung nadi,
menghitung
pernapasan, mengukur suhu, mendengarkan suara napas, mendengarkan
suara jantung, memantau adanya sianosis, melihat gerakan dada,
melakukan pemeriksaan capillary refill time (CRT), memberikan terapi
obat ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8mg, lasix 1x3mg, catopril
2x1mg.
Pada diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
kongesti paru, tindakan yang telah dilakukan adalah membantu
memberikan oksigen nasal kanul 2liter, menambah air oksigen,
menghitung pernapasan, mendengarkan bunyi napas, menghitung nadi,
mengukur tekanan darah dan suhu, menilai CRT, melihat gerakan dada.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
adalah
mengukur
tekanan
darah,
menghitung nadi,
menghitung
pernapasan, mengukur suhu, memonitor berat badan, memperkirakan
berat badan ideal pasien, mengganti pempers pasien, membantu
memberikan susu lewat NGT sebanyak 45cc.
Pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman
status kesehatan terkini tindakan keperawatan yang telah dilakukan
adalah menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
membantu keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan, mengajarkan pasien teknik relaksasi (napas dalam) untuk
mengurangi cemas, menjelaskan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
(misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), menciptakan lingkungan
yang tenang, menginstruksikan keluarga untuk mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, menunjukkan dan
mempraktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, menganjurkan keluarga
untuk mengulang praktik teknik relaksasi, menganjurkan pengulangan
teknik-teknik relaksasi secara berkala.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Kodim, 2015).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam, pada masalah
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas didapatkan bahwa ibu pasien mengatakan anak tampak
lemah, mengatakan anak tidak menangis dengan kuat, anak tampak
lemah, konjungtiva anemis, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid
clavicula sinistra, TD : 100/70 (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65
mmHg), suhu : 36,5℃ (normal 36,5℃-37,5℃, RR : 35 kali/menit (normal
30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150 kali/menit), CRT
>2 detik, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan dengan
memonitor tanda-tanda vital.
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru
didapatkan bahwa ibu pasien mengatakan napas pasien masih sesak,
adanya retraksi dinding dada, anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter,
terdengar bunyi napas ronkhi, pernapasan kali/menit, masalah belum
teratasi, intervensi dilanjutkan dengan monitor pernapasan, pola napas
efektif dengan target tidak ada suara napas tambahan, pernapasan normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan didapatkan
bahwa ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, berat badan anak
hanya naik sedikit, anak terpasang NGT, anak mendapatkan ASI
sebanyak 45cc setiap 3 jam, masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah
keperawatan ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman
status kesehatan terkini didapatkan ibu pasien mengatakan perasaannya
sudah cukup tenang setelah dilakukan dan diajarkan teknik relaksasi, ibu
pasien mengatakan belum terlalu bisa melakukan teknik relaksasi, ibu
pasien mengatakan paham tentang manfaat teknik relaksasi, ibu pasien
bisa mengulang manfaat teknik relaksasi, ibu pasien tampak mampu
melakukan teknik relaksasi napas dalam.
B.
Pembahasan Kasus
Pembahasan pada kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada By.A dengan penyakit
jantung bawaan asianotik yaitu VSD diruangan rawat HCU IRNA Kebidanan
dan Anak yang dilakukan sejak tanggal 21-26 februari 2019. Kegiatan yang
dilakukan meliputi mendeskripsikan pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mendeskripsikan
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada By.A (1 bulan) didapatkan keluhan sesak
napas, anak tampak pucat, ibu mengatakan anak masih sesak, anak
bertambah sesak saat minum susu lewat dot, anak sulit menyusu karena
lemah saat menghisap, RR: 40kali/menit (normal 30-60 kali/menit).
Menurut Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A (2009) tekanan lebih
tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan. Volume darah yang meningkat
dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dapat
menyebabkan
naiknya
tahanan
vaskular
pulmonal
dan
dapat
menyebabkan pertukaran oksigen tidak adekuat menyebabkan anak sesak
napas.
Menurut analisa peneliti keluhan yang terdapat pada partisipan seperti
sesak napas, dan tampak pucat sesuai dengan teori yang ada. Sesak napas
terjadi karena septum diantara ventrikel kanan dan ventrikel kiri
menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena
tekanan yang terdapat pada ventrikel kiri lebih besar dari ventrikel kanan,
menyebabkan naiknya beban pada ventrikel kanan. Naiknya beban pada
ventrikel kanan akan membuat darah terdorong ke arteri pulmonalis
sehingga
arteri
pulmonalis
mengalami
peningkatan
tekanan
menyebabkan darah memenuhi pembuluh paru, akibatnya beban kerja
paru meningkat maka terjadilah hipertensi pulmonalis dan menyebabkan
pertukaran oksigen tidak adekuat. Akibat aliran darah dari ventrikel kiri
ke ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke ventrikel kiri berkurang,
beban kerja otot jantung meningkat untuk memompakan darah ke aorta.
Lama kelamaan otot jantung akan melemah dan terjadi penurunan curah
jantung. Terjadinya penurunan curah jantung menyebabkan aliran darah
ke tubuh berkurang, akan menyebabkan anak mengalami sianosis.
By.A sebelumnya dirawat di RS Ibu dan Anak Payakumbuh dengan
diagnosa PJB VSD dan Down Sindrom. Ibu pasien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Ibu mengatakan umurnya 43 tahun.
Sindrom down merupakan salah satu penyebab anak lahir dengan PJB.
Menurut Aspiani (2014) faktor penyebab VSD adalah faktor genetik
yaitu kelainan kromosom misalnya sindrom down, anak yang lahir
sebelumnya dengan PJB, ayah atau ibu menderita PJB.
Menurut analisa peneliti kelainan kromosom yang terjadi pada partisipan
sesuai dengan teori yang ada. Pada manusia normal, 23 kromosom
tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada
penderita down syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah 3
(trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang
berlebihan tersebut mengakibatnya munculnya sindrom down. Adanya
hubungan antara usia sang ibu diatas 40 tahun dengan kondisi bayi, yaitu
semakin tua usia ibu maka semakin tinggi pula resiko melahirkan anak
dengan down syndrom. rahim wanita yang sudah mendekati menopause,
kemampuan tubuh untuk menyeleksi kecacatan embrio sudah menurun.
Usia telur yang sudah tua juga memiliki resiko lebih tinggi terhadap
pembagian kromosom yang tidak tepat.
Hasil pengkajian pada By.A ditemukan keadaan umum pasien sedang,
berat badan By.A susah naik, saat lahir 3,4 kg dan sekarang 3,7 kg
(normal 4 kg), konjungtiva anemis, By.A sulit untuk menyusu dan
bertambah sesak saat menghisap dot, sehingga By.A terpasang OGT dan
diberikan ASI 45 cc.
Budi Junio (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien PJB
memiliki frekuensi tinggi terhadap kelainan kongenital yang multiple,
berat badan lahir rendah (yang menjadi risiko kedepannya) dan
keterlambatan pertumbuhan. Kelainan jantung bawaan yang disertai
peningkatan aliran darah ke paru yang hebat dan hipertensi pulmonal
akan lebih banyak mengalami malnutrisi, hipoksemia berat atau gagal
jantung kongestif dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan. Pada anak dengan VSD, aliran darah diventrikel kiri
menjadi berkurang dan darah yang dipompakan keseluruh juga
berkurang, akibatnya tubuh akan kekurang oksigen (hipoksia), anak
mengalami sesak napas yang menyebaban anak mengalami kesulitan saat
menyusu mengakibatkan nutrisi tidak adekuat pada anak.
Menurut analisa peneliti gangguan nutrisi yang terjadi pada partisipan
karena terjadinya penurunan curah jantung yang mengakibatkan jantung
tidak adekuat memompakan darah yang terdapat oksigen dan nutrisi
keseluruh tubuh yang menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup.
Berkurangnya darah yang beredar kedalam tubuh menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat, serta anak sulit melakukan aktifitas karena
sesak napas yang mengakibatkan anak malas makan, berat badan tidak
bertambah, sehingga anak kekurangan nutrisi.
Hasil pemeriksaan fisik pada By.A ditemukan pada ekstremitas tampak
pucat, akral teraba hangat, capillary refill kembali lambat lebih dari 2
detik, tidak ada jari tabuh (clubbing finger).
Forum Ilmiah Kesehatan Anak (2017) menyebutkan bahwa terdapat
beberapa tanda dan gejala anak yang mengalami penyakit jantung
bawaan yang diantaranya kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang
dikenal dengan jari tabuh (clubbing finger), pembengkakan pada jaringan
atau organ tubuh (edema), pada beberapa kasus, gejala tersebut bisa tidak
terlihat waktu bayi lahir, namun baru muncul sesuai perkembangan usia.
Menurut asumsi peneliti, anak yang mengalami PJB saat berusia kurang
dari 6 bulan belum terlihat clubbing finger pada kuku jarinya, karena
penambahan jaringan ikat yang terjadi pada bagian jaringan lunak didasar
kuku yang berkaitan dengan kekurangan oksigen kronik/ hipoksia kronik.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa diagnosa yang muncul pada By.A
adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung,
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan.
Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-2017 terdapat delapan
diagnosa yang mungkin muncul antara lain : Penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, ketidakefekifan
pola napas berhubungan dengan kongesti paru, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke jaringan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang
asupan
makanan,
intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, resiko infeksi
berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan
nutrien pada tingkat jaringan.
Berdasarkan kasus yang peneliti temukan diagnosa utama yang peneliti
angkat untuk By.A yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan
kontraktilitas jantung ditandai dengan ditandai dengan ibu R mengatakan
anaknya tampak lemah, anak sulit menyusu, dan tidak mampu menangis
dengan kuat dan tidak ada suaranya. Pada pemeriksaan jantung ditemukan
ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid clavicula
sinistra, terdengar bunyi jantung murmur. . TD : 100/70 (sistolik 80-100
mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5℃ (normal 36,5℃-37,5℃, RR : 55
kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150
kali/menit). By.A mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x180mg, gentamicin
2x8mg, lasix 1x3mg, catopril 2x1mg.
Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami (2008) Penurunan
curah jantung terjadi akibat adanya kecacatan pada struktur jantung karena
adanya septum atau lubang diantara ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang
menyebabkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena
tekanan pada ventrikel kiri lebih besar dibandingkan dengan ventrikel kanan
mengakibatkan hipertrofi pada ventrikel kanan dan dapat menambah beban
kerja jantung.
Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung karena adanya septum
atau lubang diantara venrikel kanan dan ventrikel yang menyebabkan darah
mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena tekanan ventrikel kiri
lebih besar dari ventrikel kanan. Akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan,
terjadinya hipertrofi pada ventrikel kanan menyebabkan beban kerja jantung
meningkat. Akibat aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
menyebabkan aliran darah ke ventrikel kiri berkurang, beban kerja otot
jantung meningkat untuk memompakan darah ke aorta. Lama kelamaan otot
jantung akan melemah dan terjadi penurunan curah jantung.
Diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti
paru yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya sesak, anak tampak
sesak, tampak adanya retraksi dinding dada, terdengar bunyi napas ronkhi,
anak terpasang O2 nasal kanul 2Liter, dan frekuensi pernapasan anak
40kali/menit.
Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami (2008) pada anak
yang mengalami kesulitan napas/sesak napas sering didapatkan tanda-tanda
adanya retraksi oto bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan napas cepat;
sementara pada bayi sering ditandai dengan minum/menetek yang sering
berhenti. Sesak napas ini sering timbul bila melakukan latihan yang lama dan
intensif.
Menurut analisa peneliti diagnosa yang ditegakkan saat penelitian pada By.A
yaitu ketidakefektitan pola napas berhubungan dengan kongesti paru karena
darah memenuhi pembuluh darah di paru yang menyebabkan hipertensi
pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat
menyebabkan sesak napas pada anak. Saat melakukan aktifitas anak akan
bertambah sesak karena kurangnya suplai oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh.
Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan yang ditandai dengan Ibu
pasien mengatakan anak sulit menyusu, berat badan anaknya hanya naik
sedikit semenjak lahir, anak tampak lemah, hasil pemeriksaan konjungtiva
anemis, dan berat badan anak 3700gr (normal 4000gr).
Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) berkurangnya darah yang beredar ke
dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Aliran darah ke
paru juga bertambah yang menyebabkan anak sering menderita infeksi
saluran pernapasan. Pada VSD kecil pertumbuhan anak tidak terganggu. VSD
kecil, pertumbuhan anak normal walaupun ada kecendrungan terjadi infeksi
saluran pernapasan, toleransi latihan normal; hanya pada latihan yang lama
dan berat pasien lebih cenderung lelah dibandingkan dengan teman
sebayanya.
Menurut analisa peneliti berdasarkan diagnosa yang diangkat yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan sudah sesuai dengan teori yang ada karena berat
badan pasien berada dibawah batas normal. Tanda dan gejala anak dengan
PJB adalah sesak napas dengan frekuensi pernapasan anak 55 kali/menit.
Karena darah memenuhi pembuluh darah di paru yang menyebabkan
hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang
dapat menyebabkan sesak napas pada anak. Bayi dengan PJB akan bertambah
sesak jika minum ASI dengan menetek atau lewat dot, akibatnya anak akan
kekurangan nutrisi maka dipasangkan NGT agar nutrisi nya terpenuhi.
Diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status
kesehatan terkini yang ditandai dengan ibu pasien mengatakan tidak
mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan
sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat
khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat
antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya, ibu pasien tampak gelisah,
gugup, dan terdengar suara bergetar.
Ansietas merupakan Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemberian pendidikan kesehatan
kepada orang tua agar bisa mengontrol rasa cemasnya.
Menurut analisa peneliti masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan
ancaman status kesehatan terkini, berdasarkan data yang dilakukan yang
diperoleh saat penelitian ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai
penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir
dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat
anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan
tentang penyakit anaknya, ibu tampak gelisah, gugup, dan terdengar suara
bergetar.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul pada partisipan. Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan selama
5 hari sesuai dengan intervensi yang telah peneliti susun.
Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa utama yaitu
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas, intervensi yang dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital
yaitu monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan, memonitor dan
warna kulit.
Menurut Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A (2009) intervensi
keperawatan seperti monitor tanda-tanda vital yaitu mengukur tekanan darah,
menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur suhu, menilai CRT,
monitor warna kulit, dan berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
obat dapat mengurangi gejala-gejala yang dialami pasien.
Menurut analisa peneliti pemantauan tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan
pada anak yang mengalami curah jantung karena untuk mengetahui status
kardiovaskuler dan untuk meningkatkan curah jantung dan mengurangi resiko
gagal jantung.
Tindakan selanjutnya yaitu monitor pernapasan dengan cara memonitor irama
dan kedalaman respirasi, memonitor pergerakan dada, monitor bunyi
pernapasan, dan auskultasi bunyi paru. Tindakan ini bertujuan untuk
mengetahui adanya suara napas tambahan jika terjadi hipertrofi ventrikel atau
atrium.
Kemudian tindakan selanjutnya perawatan jantung yaitu memantau adanya
sianosis, mengamati warna kulit, suhu, kelembaban dan meghitung capillary
refill time untuk mengetahui adanya penurunan oksigen dalam darah, adanya
warna kulit pucat, akral teraba dingin dan pengisian CRT lambat yang
berkaitan dengan penurunan curah jantung.
Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa kedua adalah
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru,
intervensi yang dilakukan yaitu, terapi oksigen dengan mempertahankan jalan
napas, monitor aliran oksigen, memberikan oksigen, observasi tanda-tanda
hipoventilasi, atur peralatan oksigenasi, monitor tanda-tanda vital.
Kurniawan (2015) melakukan tindakan keperawatan seperti monitor tandatanda vital dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah, pernapasan,
nadi, suhu yang dialami pasien, memberikan oksigen nasal kanul pada pasien
dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas.
Menurut analisa peneliti pemberian terapi oksigen bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas anak dan mengurangi sesak napas anak saat
beraktivitas.
Tindakan selanjutnya yaitu monitor respirasi dengan cara monitor kedalaman,
frekuensi napas, irama dan kekuatan respirasi, monitor pola napas, monitor
gerakan dan kesimetrisan dinding dada dan adanya retraksi dinding dada dan
auskultasi bunyi napas.
Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa ketiga adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan yaitu manajemen berat badan dan
aktivitas
dengan
diskusi
bersama
keluarga
mengenai
resiko
yang
berhubungan dengan penurunan berat badan, dan perkiraan berat badan ideal.
Mardiati
(2016) dalam
penelitiannya
mengatakan bahwa intervensi
keperawatan yang dilakukan yaitu monitor berat badan, mengkaji adanya
alergi, menganjurkan sedikit makan tapi sering, memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi pada anak.
Menurut analisa peneliti manajemen berat badan sangat perlu dilakukan
karena untuk mengetahui berat badan anak setiap harinya dan memperkirakan
berat badan ideal anak. Dan manajemen nutrisi juga sangat perlu dilakukan
karena untuk jumlah nutrisi yang diperlukan anak.
Tindakan selanjutnya yaitu manajemen nutrisi dan aktivitas dengan cara
mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan klien, anjurkan keluarga untuk
meningkatkan intake Fe anak, monitor jumlah nutrisi, berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi kepada keluarga.
Intervensi keperawatan yang tidak dilakukan kepada anak adalah mengkaji
adanya alergi makanan karena anak masih berusia 1 bulan dan masih diberi
ASI oleh ibunya.
Rencana keperawatan yang dilakukan pada keluarga pada diagnosa ansietas
pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status
kesehatan terkini adalah Pengurangan kecemasan (gunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan, dengarkan keluarga, berada di sisi keluarga
untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa takut, instruksikan
keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi), terapi relaksasi (gambarkan
manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik,
meditasi, dan napas dalam), ciptakan lingkungan yang tenang, dorong
keluarga untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan
tertutup, tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, dorong
keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, dorong pengulangan
teknik-teknik relaksasi secara berkala).
Erling (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa intervensi yang
dilakukan pada orang tua yaitu mengajarkan teknik relaksasi pada keluarga
seperti teknik napas dalam, menganjurkan pengulangan teknik napas dalam
pada keluarga, menciptakan lingkungan yang tenang.
Menurut analisa peneliti rencana keperawatan yang diberikan kepada
keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai rasa
cemas yang dialami dan pengajaran teknik relaksasi sangat berguna untuk
membuat keluarga lebih tenang dan mengurangi rasa cemas.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa penurunan curah
jantung berhubungan perubahan kontraktilitas adalah mengukur tekanan
darah,
menghitung
nadi,
menghitung
pernapasan,
mengukur
suhu,
mendengarkan suara napas, melihat gerakan dada pasien saat inspirasi dan
ekspirasi, mendengarkan suara jantung, melakukan penilaian capillary refill
time, memberikan obat sesuai order.
Menurut Riyadi (2009) tindakan pemantauan tanda-tanda vital bertujuan
untuk mengetahui adanya suara bising yang terjadi karena aliran pada septum,
pengisian CRT yang lama dapat menandakan jaringan tubuh kekurangan
oksigen. Terjadinya pirau dari kiri ke kanan menyebabkan peningkatan
tekanan pada ventrikel kanan, dan mengakibatkan aliran darah ke paru
meningkat yang menyebabkan beban kerja jantung meningkat yang akhirnya
menyebabkan terjadinya gagal jantung.
Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini sangat
penting untuk mengetahui perubahan status kardiovaskuler anak. Seperti
mengetahui kompensasi tubuh terhadap hipotensi atau hipertensi, mengetahui
adanya suara tambahan jika terdapat hipertrofi atrium atau ventrikel, adanya
suara mengi atau abnormal yang dapat mengindikasikan kongesti paru
terhadap terjadinya gagal jantung, pucat, dingin, kulit lembab, dan masa
pengisian kapiler lambat mencerminkan penurunan curah jantung. Perubahan
seperti ini harus selalu diperhatikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi
pada proses pengobatan selanjutnya.
Implementasi keperawatan dengan diagnosa ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan kongesti paru adalah menghitung frekuensi
pernapasan, menghitung nadi, melakukan penilaian CRT, memonitor
pemberian oksigen, menambah air oksigen, mendengarkan suara napas.
Hidayat, Aziz Alimul A (2008) tindakan keperawatan mengobservasi tandatanda vital untuk mengetahui frekuensi pernapasan, baringkan dengan posisi
semi fowler untuk mengurangi sesak napas anak, dan memberikan oksigen 24Liter permenit.
Menurut analisa peneliti tindakan menghitung frekuensi pernapasan dan
memonitor pemberian oksigen sangat penting dilakukan karena untuk
mengetahui apakah anak tambah sesak atau tidak, dan bertujuan untuk
mengurangi sesak napas anak.
Implementasi keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan adalah menimbang berat pempers anak, memonitor pemberian MC
seperti pemberian ASI melalui NGT, memonitor berat badan pasien,
mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan,
menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi sering.
Tindakan yang diberikan kepada By.A yaitu memberikan makanan cair
berupa ASI melalui NGT karena daya hisap anak lemah.
Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) karena bayi susah makan/minum
susu
maka masukan nutrisi tidak mencukupi
kebutuhannya untuk
pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan
kesehatan bayi. Makanan bayi yang terbaik adalah ASI. Karena bayi sukar
makan, berikan 2kali setiap porsinya. Bayi yang sangat dispnea susah
menghisap dot atau menetek maka perlu dipasang infus.
Menurut analisa peneliti pemberian makanan seperti ASI sedikiti namun
sering dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak secara
perlahan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa ansietas pada
orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan
terkini adalah menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
membantu keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan,
mengajarkan pasien teknik relaksasi (napas dalam) untuk mengurangi cemas,
menjelaskan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi (misalnya musik, meditasi,
dan napas dalam), menciptakan lingkungan yang tenang, menginstruksikan
keluarga untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan
tertutup, menunjukkan dan mempraktikkan teknik relaksasi kepada keluarga,
menganjurkan
keluarga
untuk
mengulang
praktik
teknik
relaksasi,
menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala.
Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami (2008) perubahan
proses keluarga ini sering terjadi pada keluarga yang memiliki anak yang
mengalami kelainan jantung bawaan, karena keluarga akan merasakan
ketakutan dan kecemasan atas penyakit anaknya. Tindakan keperawatan
seperti diskusikan tentang masalah yang dihadapi seperti adanya ketakutan
atau
kecemasan,
libatkan
keluarga
dalam
berpartisiasi
perawatan,
mengajarkan teknik relaksasi dapat mengurangi ketakutan atau kecemasan
orang tua.
Menurut analisa peneliti, tindakan keperawatan seperti diskusikan tentang
masalah yang dihadapi seperti adanya ketakutan atau kecemasan, libatkan
keluarga dalam berpartisiasi perawatan, mengajarkan teknik relaksasi sangat
tepat agar dapat mengurangi ketakutan atau kecemasan orang tua.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 21 sampai 25 Februari 2019 dengan metode
penilaian Subjective, Objective, Assesment, Planning (SOAP) untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas belum teratasi. Hasil evaluasi pada By.A didapatkan ibu
pasien mengatakan anak tampak lemah, konjungtiva anemis, anak tidak
menangis dengan kuat, akral teraba hangat, suara napas reguler, CRT lebih
dari 2 detik, nadi 102 kali/menit, pernapasan 30 kali/menit, suhu 36,9°C,
mendapatkan terapi lasix 1x3 mg, ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8 mg.
Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan PJB pada anak yaitu dengan
mempertahankan curah jantung yang adekuat yaitu observasi kualitas dan
kekuatan denyut jantung, nadi perifer, monitor adanya takikardi, tachypnea,
sesak lelah saat minum susu, berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai
order. Digoxin perlu diberikan untuk mengobati penyakit jantung dengan
membuat irama jantung kembali normal, dan memperkuat jantung dalam
memompa darah ke seluruh.
Menurut analisa peneliti diagnosa ini timbul karena terjadinya kelemahan otot
jantung akibat bekerja terlalu keras untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh. Salah satu akibatnya konjungtiva anemis, anak lemah, CRT lebih dari
2 detik. Sangat diperlukan pemberian digoxin (furosemid) agar irama jantung
kembali normal dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh
tubuh. Dengan kriteria hasil tekanan darah dalam keadaan normal, denyut
jantung dan nadi dalam batas normal, capillary refill dalam batas normal.
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru, sudah
ada kemajuan pada hari ke-5. Hasil evaluasi pada By.A didapatkan ibu pasien
mengatakan sesak napas anak sudah berkurang, pernapasan: 30 kali permenit,
terpasang O2 1 liter.
Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) akibat pirau kiri ke kanan
menyebabkan darah dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O2
tidak adekuat yang menyebabkan anak akan mengalami sesak napas. Salah
satu penatalaksanaannya adalah berikan O2 agar sesak anak berkurang.
Berikan O2 sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumat 1-2 L/menit), jika
sianosis sekali dapat sampai 4 L.
Menurut analisa peneliti masalah ini timbul karena aliran darah dari ventrikel
kiri ke ventrikel kanan menyebabkan volume darah diventrikel kanan
meningkat dan darah dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O2
tidak adekuat yang menyebabkan anak akan mengalami sesak napas. Untuk
mengurangi sesak napas anak maka diberikan O2 agar sesak napas anak
berkurang. Dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam batas normal, irama
pernapasan dalam batas normal, kedalaman inspirasi dalam batas normal,
suara napas tambahan tidak ada, tidak ada menggunakan otot bantu napas.
Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan pada By.A didapatkan kulit tampak tidak
pucat, sesak napas anak sudah berkurang, namun berat badan badan pasien
tidak ada kenaikan masih tetap 3,7 kg (normal 4 kg), By.A terpasang OGT
dan mendapatkan ASI 45cc.
Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan PJB pada anak dengan
mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai,
sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat, monitor tinggi dan berat badan, catat intake dan
output secara benar, berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindari kelelahan pada saat makan.
Menurut asumsi peneliti, masalah ini timbul karena darah memenuhi
pembuluh
darah
di
paru
yang
menyebabkan
hipertensi
pulmonal,
mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat menyebabkan
sesak napas pada anak. Bayi dengan PJB akan bertambah sesak jika minum
ASI dengan menetek atau lewat dot, akibatnya anak akan kekurangan nutrisi
maka dipasangkan OGT agar nutrisi nya terpenuhi dan perlu diberikan tinggi
zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat. Kriteria hasilnya
adalah asupan gizi dalam batas normal, rasio berat badan dalam batas normal,
status nutrisi dalam batas normal.
Hasil evaluasi pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan
dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini didapatkan ibu pasien
mengatakan sudah paham mengenai cemas yang dialami, ibu pasien
mengatakan sudah lebih tenang, ibu pasien tampak sudah mampu melakukan
teknik napas dalam.
Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan ansietas terhadap orang tua
yang memiliki anak dengan kelainan kongenital adalah memberikan support
dengan mengajarkan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya karena
memiliki anak dengan kelainan jantung, eksplorasi perasaan orang tua
mengenai perasaan ketakutan, berduka, mengurangi ketakutan dan kecemasan
orang tua dengan memberikan informasi yang jelas dan mengajarkan teknik
relaksasi pada orang tua.
Menurut analisa peneliti diagnosa ini muncul karena perasaan cemas dan
takut dari orang tua terhadap anaknya yang mengalami penyakit jantung.
Sangat diperlukan informasi yang jelas kepada orang tua tentang penyakit,
kondisi anaknya untuk mengurangi perasaan cemas orang tua, dan juga sangat
diperlukan pengajaran teknik relaksasi (teknik napas dalam) untuk
mengurangi perasaan takut dan cemas dan agar lebih tenang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada By.A (1 bulan) didapatkan By.A lahir dengan
Down Sindrom, tampak sesak napas, tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu
pasien mengatakan berat badan hanya naik sedikit sejak lahir dan sulit menyusu
karena lemah saat menghisap, berat badan 3,7 kg (normal 4 kg).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada By.A yaitu penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas, ketidakefektifan pola napas berhubungan
kongesti paru, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang disusun tergantung pada masalah keperawatan
yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan diagnosa kasus yaitu
monitor tanda-tanda vital, monitor pernapasan, perawatan jantung, terapi
oksigen, manajemen berat badan, dan manajemen nutrisi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital,
mendengarkan suara jantung, mendengarkan suara napas, melihat gerakan dada
saat inspirasi dan ekspirasi, melakukan penilaian CRT, memberikan terapi obat,
memberikan terapi oksigen 2 Liter permenit, memonitor dan membantu
memberikan makanan cair seperti ASI lewat NGT, memonitor berat badan
pasien, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi sering.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada pasien untuk
diagnosa penurunan curah jantung teratasi sebagian pada hari kelima,
ketidakefektifan pola napas pada hari ke-5 sudah teratasi sebagian,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi,
manajemen berat badan dan nutrisi intervensi dilanjutkan oleh petugas ruangan.
54
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui kepala bidang keperawatan RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat
memberikan motivasi kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada
pasien
dengan
Penyakit
Jantung
Bawaan
secara
profesional
dengan
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien agar dapat meningkatkan
mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Anak
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sebagai bahan bacaan bagi
peraar di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk
melakukan
asuhan keperawatan
dengan
cara meningkatkan
pelayanan
keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan dan dapat
melanjutkan intervensi pada diagnosa keperawatan yang belum teratasi dan
memberikan discharge planning jika pasien diperbolehkan pulang.
3. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang, diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa prodi D-III Keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien PJB.
4. Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian
selanjutnya dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil
diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan benar.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
AHA, 2016. A Study of Prevalence and Pattern of Congenital Heart Disease Among
School
Children.
Di
akses
tanggal
16
Desember
2018
https://www.ahajournals.org/doi/abs/10.1161/circulationaha.116.023544
Aspiani, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular :
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC.
Bernstein Daniel & P.Shelov Steven , 2016. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.
Budi Junio. 2017. Profil penyakit jantung bawaan di instalasi rawat inap anak rsup
dokter m.djamil Padang periode Januari 2013- Desember 2015. E-Skripsi
Universitas
Andalas.
Diakses
tanggal
20
November
2018.
http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2456
Carman Susan & Kyle Terri, 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta :
EGC.
Hidayat, Aziz Alimul A, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Kasron , 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : TIM.
Kaunang, Erling, Kimberly Munaiseche, Rocky Wilar. 2016. Hubungan penyakit
jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua. E-Skripsi
Universitas Sam Ratulangi. Diakses tanggal 20 November 2018.
https://ejournal.unsrat.ac.id.
Kementrian kesehatan RI (2018). Hasil Utama RISKESDAS tahun 2018. Jakarta :
Kementrian kesehatan RI
Kodim, 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: TIM.
Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
(Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC.
Natalia, 2016. Gambaran pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Skripsi Universitas Sam
Ratulangi
Manado.
Diakses
tanggal
20
November
2018.
https://ejournal.unsrat.ac.id.
Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami , 2008. Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak ( Untuk Perawat dan Bidan ). Jakarta : Salemba Medika.
Profil Kesehatan Sumatera Barat. 2017. Profil Kesehatan 2017. Sumatera Barat:
Dinas Kesehatan.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Vidyadhar, 2016. A Study of Prevalence and Pattern of Congenital Heart Disease
and Reumatic Heart Disease Among School Children. Di akses tanggal 16
Desember 2018. https://www.ijmedicine.com/index.php/ijam/article/view/35
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK
Waktu pengkajian
Hari
Kamis
Tanggal
21 Februari 2019
Jam
09.00
Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RSUP Dr. M. Djamil Padang
Ruangan
: HCU Anak
Tanggal masuk RS
: 16 Februari 2019
No. Rekam Medik
: 01.04.06.84
Sumber informasi
: Keluarga dan status pasien
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan
By.A
Tanggal lahir/ umur
12 Januari 2019 / 1 bulan
Jenis kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Pendidikan
Anak ke/ jumlah saudara
2
Diagnose Medis
Sindrom Down + PJB Asianotik VSD
2. IDENTITAS ORANGTUA
Nama
Umur
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
IBU
Ny.R
41 tahun
Islam
Minangkabau,
Indonesia
SMK
Ibu Rumah Tangga
AYAH
Tn.N
43 tahun
Islam
Minangkabau,
Indonesia
STM
Pedagang
3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama
Usia
Jenis
Hub.
pendidikan Status
ket
(inisial)
(bl/th)
kelamin Dg KK
kesehatan
1. An.R
5 tahun LK
Anak
Sehat
2.
3.
II. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
By. R masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 16 Februari 2019 pukul 16.54 WIB
melalui IGD dirujuk oleh RS Ibu dan Anak
Payakumbuh
dengan
keluhan
sesak nafas
bertambah sejak 3 hari sebelum masuk RS, batuk
sejak 15 hari sebelum masuk RS, berdahak tapi
tidak pilek, tidak ada kebiruan. Ibu By.R
mengatakan anak muntah bila minum ASI lewat
dot dan akan tambah sesak napas, ada riwayat
tersedak.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul 09.00
WIB, pasien dengan rawatan hari ke-5, Ibu R mengatakan By.A napasnya sesak,
jarang menangis, anak tampak sesak nafas, adanya retraksi dinding dada,
terpasang O2 binasal 2 liter permenit, terpasang NGT, dan terpasang monitor.
Anak tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu mengatakan anak masih tampak
sesak, terpasang infus IVFD KAEN 1B 21tetes/menit. Ibu R mengatakan berat
badan By.A hanya naik sedikit, pada saat lahir berat badan By.A 3400 gr,
sekarang berat badannya 3700 gr. By.A sulit menyusu karena lemah saat
menghisap. Ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang
diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi
anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah
sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit
anaknya, Ibu pasien tampak gelisah, Ibu pasien tampak gugup, Suara bergetar
Didapatkan TD : 100/70 mmHg, suhu : 36,5℃, RR : 40kali/menit, HR :
111kali/menit.
2. Riwayata kesehatan dahulu
a. Prenatal
Riwayat gestasi
HPHT
Pemeriksaan kehamilan
Frekuensi
Imunisasi HB 0
Masalah waktu hamil
Sikap ibu sewaktu kehamilan
Emosi ibu sewaktu hamil
Obat- obat yang digunakan
Perokok
Alkohol
b. Intranatal
Tanggal persalinan
BBL/PBL
Usia gestasi saat lahir
G4P2A2H2
20 April 2018
Dokter
1kali dalam sebulan
Tidak ada
Tidak ada masalah
Sensitif
Labil
Obat tambah darah, vitamin
Tidak
Tidak
12 Januari 2019
BBL: 3400gr
37 minggu
PBL: 49cm
Tempat persalinan
Penolong persalinan
Jenis persalinan
penyulit persalinan
c. Post natal (24 jam)
APGAR skor
RS Ibu dan Anak Payakumbuh
Dokter
Sectio Caesarea
Tidak ada
Menit 1 : 7 (warna kulit kemerah-merahan,
menangis, tonus otot lemah,
pernapasan baik)
Menit 5 : 7 (warna kulit kemerah-merahan,
menangis, tonus otot lemah,
pernapasan baik)
Inisiasi menyusui dini (IMD
Ada
Kelainan congenital
Ada
d. Penyakit yang pernah diderita anak
3. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pernah sakit
Riwayat penyakit keturunan
Ibu R mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang pernah menderita PJB.
Ibu R mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang menderita PJB, gagal jantung dan
sindrom down.
Genogram
Ket:
: laki- laki
: perempuan
III.
RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
IV.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Ussai anak saat:
1.
Simpulan:
Tidak lengkap
Berguling
:-
2.
Duduk
3.
4.
5.
6.
7.
8.
:Merangkak
:Berdiri
:Berjalan
:Tersenyum pertama kali
kepada orang tua : Bicara pertama kali (satu kosa
kata)
:Berpakaian tanpa
bantuan
:-
Hasil penilaian perkembangan anak dengan Denver II
Kesimpulan:
V.
LINGKUNGAN
Rumah: semi permanen
Halaman pekarangan: pekarangan sedang (tidak besar/kecil)
Jamban/ WC: PDAM (wc didalam)
Sumber air minum: galon
Sampah: tempat sampah
VI.
PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
Compos mentis
GCS: E: 4 M : 6 V: 5
jumlah: 15
b. tanda vital
Suhu: 36,5 ℃ RR: 40 x/m
HR:111 x/m
TD:71/58mmHg
c. posture
BB: 3700gr
PB/TB: 52cm
d. kepala
Bentuk
: Mongoloid face
Kebersihan : Bersih
Lingkar kepala: 35cm
Fontalel anterior :
Fontale posterior:
Benjolan: tidak teraba benjolan
Data lain:
e. mata
Simetris kiri dan kanan
Sklera: tidak ikterik
Refleks cahaya : positif
Pupil : isokor
Konjungtiva : anemia
Palpebra : tidak edema
f. hidung
Letak : simetris
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Kebersihan : bersih
Mukosa bibir sedikit kering, tidak ada sianosis
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Posisi puncak pina : low set ear (daun telinga yang
letaknya rendah)
Pemeriksaan pendengaran : normal
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening
g. mulut
h. telinga
i. leher
j. dada
- thoraks
-
Jantung
k. Abdomen
l. Kulit
m. ekstremitas atas
n. ekstremitas bawah
o. genitalia dan anus
Inspeksi
: simetris dada kanan dan kiri,
adanya retraksi dinding dada.
Auskultasi
: Ronkhi
Palpasi
: fremitus kanan dan kiri
Perkusi
: sonor
Lingkar dada: 36cm
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Auskultasi : murmur
Palpasi
: iktus cordis teraba 1cm di RIC V mid
clavicula sinistra
Inspeksi
: tidak ada benjolan
Auskultasi : bising usus 5kali/menit
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: timpani
Lingkar perut: 38cm
Turgor : kembali lambat
Kelembaban: lembab
Warna : pucat
Lingkar lengan atas: 14cm
Capillary refil: >2 detik
Akral teraba hangat
Akral teraba hangat
Bersih
p. pemeriksaan tanda
Kaku kuduk : negatif
bruzinsky : negatif
rangsangan meningeal Kerning : negatif
babinsky : negatif
2. tempramen dan
Easy child
1. Karakteristik santai (√)
daya adaptasi
2. Beradaptasi dengan mudah dengan situasi yang
baru (√)
Difficult child
1. Sangat aktif (-)
2. Peka rangsangan (√)
3. Lambat adaptasi dengan aktivitas orang baru (-)
4. Sering menangis (-)
Slow- to- warm up child
1. Reaksi negatif saat stimulasi baru (-)
2. Lambat beradaptasi (-)
3. Tidak aktif (-)
3. kebiasaan sehari- hari
a. nutrisi dan cairan
By Ny.R diberi ASI setiap 3jam sebanyak 45cc. Ibu
R mengatakan kalau By.R sulit menggunakan dot
karena anak akan sesak napas dan muntah, sehingga
By.R harus minum susu melalui NGT.
b. istrahat dan tidur
Siang:
Malam:
Pola tidur: teratur
Pola tidur: tidak teratur
Jmlh jam tidur: >3jam
Jmlh jam tidur: 6-7jam
Masalah: tidak ada
Masalah: sering
masalah
terbangun sebentar
c. eliminasi
d. personal hygiene
BAK:
By.R pakai pempers
BAB:
Jumlah: 100
Warna: kuning
kecoklatan
Masalah: tidak ada
masalah
Mandi: sekali sehari
Cuci rambut: sekali sehari
Sikat gigi: tidak ada
e. aktifitas bermain
Tampak lemah, By. R hanya berbaring ditempat
tidur, sesekali digendong ibunya
f. rekreasi
Pola rekreasi keluarga:
VII. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Hemoglobin : 14,0 g/dl
(normal 11,05-15,05g/dl)
3
Leukosit
: 10.140/mm (normal 6.000-18.000/mm3)
Terapi medis
Eritrosit
: 3,89jt
(normal 3,1-5,0jt)
Trombosit : 329.000/mm3 (normal 150.000-450.000/mm3)
Hematokrit : 40%
(normal 35-51%)
Ceftriaxon 2x180mg
Gentamicin 2x8mg
Catopril 2x1mg
Lasix : 1x3mg
Perawat Yang Melakukan
Pengkajian
Tika Amelia
ANALISA DATA
No
1.
2.
Data
Etiologi
Ds :
Perubahan
- Ibu R mengatakan kontraktilitas
anak tampak lemah
- Ibu R mengatakan
anak sulit menyusu
- Ibu R mengatakan
anak tidak mampu
menangis dengan kuat
Do :
- By.R tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Terdengar adanya
murmur jantung
- Terdengar bunyi
napas ronkhi
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 111kali/menit
- RR : 40kali/menit
Ds :
Kongesti paru
- Ibu R mengatakan
nafas anak sesak
Do :
- By.R tampak sesak
- Adanya retraksi
dinding dada
- Bunyi napas ronkhi
- Terpasang O2 nasal
kanul 2L
- RR : 40kali/menit
Masalah
Penurunan curah jantung
Ketidakefektifan pola
napas
3.
Ds :
- Ibu R mengatakan
anak sulit menyusu
dan sesak
- Ibu R mengatakan
berat badan anak
hanya naik sedikit
semenjak lahir
- Ibu R mengatakan
anak tampak lemah
Do :
- By.R tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Berat badan 3700gr
Kurang asupan
makanan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
4.
Ds :
- ibu pasien
mengatakan tidak
mengerti mengenai
penyakit yang diderita
anaknya
- ibu pasien
mengatakan sangat
khawatir dengan
kondisi anaknya,
- ibu pasien
mengatakan sangat
khawatir saat melihat
anak bertambah
sesak.
Do :
- Ibu pasien tampak
sangat antusias saat
dijelaskan tentang
penyakit anaknya.
- Ibu pasien tampak
gelisah
- Ibu pasien tampak
gugup
- Suara bergetar
Ancaman pada
status kesehatan
terkini
Ansietas pada orang tua
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas
Ketidakefektifan pla napas
berhubungan dengan kongesti
paru
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang
asupan makanan
Ansietas pada orang tua
berhubungan dengan
ancaman terhadap status
kesehatan terkini
2.
3.
4.
Ditemukan
Masalah
Tanggal
Paraf
21
Februari
2019
21
Februari
2019
21
Februari
2019
21
Februari
2019
Dipecahkan
Masalah
Tanggal
Paraf
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Penurunan
curah
jantung berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas
NOC
NIC
Setelah
dilakukan Monitor tanda vital :
asuhan
keperawatan
6. Memonitor tekanan
diharapkan
curah
darah, nadi,
suhu,
jantung
menjadi
dan status pernapasan
meningkat
dengan 7. Memonitor
denyut
kriteria hasil :
Definisi :
jantung
8. Memonitor
suara
Ketidakadekuatan
1. Keefektivan pompa
paru-paru
darah yang dipompa jantung :
9. Memonitor
warna
kulit
oleh jantung untuk
k. Tekanan darah 10. Menilai CRT
memenuhi
sistol
dan Memonitor Pernapasan
kebutuhan metabolik
diastole dalam
tubuh.
batas normal
6. Memonitor tingkat,
l. Denyut jantung
irama,
kedalaman,
Batasan
apical
dalam
dan respirasi
Karakteristik :
batas normal
7. Memonitor gerakan
m. Denyut nadi
dada
a. Batuk
perifer
dalam 8. Memonitor
bunyi
b. Bunyi
nafas
batas normal
pernapasan
tambahan
n. Keseimbangan
9. Auskultasi
bunyi
intake
dan
c. Keletihan
paru
output
dalam 10. Memonitor dyspnea
d. Murmur
24jam
dalam
dan
hal
yang
jantung
batas normal
meningkatkan
dan
e. Takikardia
o. Tidak
ada
memperburuk.
f. Perubahan
distensi
vena Perawatan Jantung
warna
kulit
leher
(sianosis)
Evaluasi
adanya
p. Tidak
ada 13.
nyeri
dada
disritmia
(intensitas, lokasi,
durasi,
factor
presipitasi)
14. Catat
adanya
disritmia jantung
15. Catat adanya tanda
dan gejala penurunan
cardiac output
16. Monitor
status
kardiovaskuler
17. Memonitor
status
pernapasan
yang
menandakan
gagal
jantung
18. Memonitor balance
cairan
Setelah
dilakukan Terapi Oksigen
asuhan
keperawatan
6. Mempertahankan
diharapkan pola napas
jalan napas yang
menjadi efektif dengan
paten
kriteria hasil :
7. Mengatur peralatan
oksigenasi
2. Status pernapasan
8. Memonitor
aliran
f. Frekuensi napas
oksigen
dalam
batas 9. Mempertahankan
normal
posisi pasien
g. Irama
10. Mengobservasi
pernapasan
tanda-tanda
dalam
batas
hipoventilasi
normal
Monitoring Pernapasan
h. Kedalaman
inspirasi dalam 6. Monitor
batas normal
frekuensi,irama,kedal
i. Suara
napas
aman dan kekuatan
tambahan tidak
respirasi
ada
7. Memperhatikan
j. Penggunaan otot
gerakan
dan
bantu
napas
kesimetrisan,
tidak ada
menggunakan
otot
bantu, dan adanya
retraksi
otot
intercostal
dan
supraklavikular
8. Mendengarkan bunyi
napas, catat adanya
suara tambahan
9. Memonitor pola
q. Tidak ada suara
jantung
abnormal
r. Tidak
ada
edema
perifer
dan paru
s. Tidak ada pucat
dan sianosis
t. Tidak ada wajah
kemerahan
2.
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan dengan
kongesti paru
Definisi :
Inspirasi
dan/atau
ekspirasi yang tidak
memberi
ventilasi
adekuat.
Batasan
Karakteristik :
a. Dispnea
b. Penggunaan otot
bantu pernapasan
c. Pernapasan
cuping hidung
d. Pola
nafas
abnormal (mis.,
irama, frekuensi,
kedalaman)
e. Takipnea
napas
10. Memonitor adanya
dyspnea dan hal yang
meningkatkan atau
memperburuk
Monitor
Vital
8.
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurang asupan
makanan
Definisi :
Asupan nutrisi tidak
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolik.
Batasan
Karakteristik :
a. Berat badan 20%
atau lebih di
bawah rentang
Tanda-tanda
Memonitor tekanan
darah, nadi,
suhu,
dan pernapasan
9. Memonitor kualitas
dari nadi
10. Memonitor frekuensi
dan irama pernapasan
11. Memonitor
pola
pernapasan abnormal
12. Memonitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
13. Memonitor sianosis
perifer
14. Identifikasi penyebab
dari perubahan tandatanda vital
Setelah
dilakukan Manajemen Berat Badan
asuhan
keperawatan
7. Mendiskusikan
diharapkan kebutuhan
bersama pasien dan
nutrisi tubuh menjadi
keluarga
mengenai
terpenuhi
dengan
hubungan antara intake
kriteria hasil :
makanan,
latihan,
peningkatan BB dan
2. Status nutrisi
penurunan BB.
g. Status
nutrisi 8. Mendiskusikan
dalam
batas
bersama pasien dan
normal
keluarga
mengenai
h. Asupan
gizi
kondisi medis yang
dalam
batas
dapat mempengaruhi
normal
BB.
i. Asupan
9. Mendiskusikan
makanan dalam
bersama pasien dan
batas normal
keluarga
mengenai
j. Asupan cairan
kebiasaan, gaya hidup
dalam
batas
dan factor hereditor
normal
yang
dapat
k. Energy dalam
mempengaruhi BB.
batas normal
berat badan ideal
10. Mendiskusikan
l. Rasio
berat
bersama pasien dan
b. Cepat kenyang
badan
dalam
keluarga
mengenai
setelah makan
batas normal
resiko
yang
c. Penurunan berat
3. Nafsu makan
berhubungan dengan
badan
dengan
f. Hasrat/
BB
berlebih
dan
asupan makanan
keinginan untuk
penurunan BB.
adekuat
makan
tidak 11. Membantu
pasien
terganggu
untuk
merubah
d. Membran
g. Energy
untuk
kebiasaan makan
mukosa pucat.
makan
tidak 12. Memperkirakan BB
terganggu
ideal pasien.
h. Intake
nutrisi Manajemen Nutrisi
tidak terganggu
adanya
i. Intake
cairan 11. Mengkaji
alergi makanan
tidak terganggu
12.
Kolaborasi
dengan
j. Adanya
ahli
gizi
untuk
rangsangan
menentukan
jumlah
untuk makan
kalori dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
13. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
14. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
15. Memberikan
substansi gula
16. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
17. Memberikan
makanan
yang
terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
18. Memonitor jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
19. Memberikan
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
20. Mengkaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
4.
Ansietas
berhubungan dengan
ancaman
status
kesehatan terkini
Definisi :
Perasaan
tidak
nyaman
atau
kekhawatiran yang
samar
disertai
respons
otonom
(sumber sering kali
tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh
individu) ; perasaan
takut
yang
disebabkan
oleh
antisipasi terhadap
bahaya.
Batasan
Karakteristik :
Perilaku
6. Agitasi
7. Gelisah
8. Insomnia
9. Tampak waspada
10. Perilaku
mengintai
Afektif
6. Gelisah
7. Gugup
8. Ketakutan
9. Putus asa
10. Sangat khawatir
Fisiologis
5. Gemetar
6. Peningkatan
Tingkat kecemasan :
Pengurangan Kecemasan :
9. Tidak dapat
beristirahat
10. Berjalan
mondar-mandir
11. Meremas-remas
tangan
12.
Perasaan gelisah
13.
Wajah tegang
14. Rasa takut yang
disampaikan secara
lisan
15. Rasa cemas yang
disampaikan
secara lisan
16.
Gangguan tidur
5. Gunakan Pendekatan
Yang Tenang Dan
Meyakinkan,
6. Dengarkan Keluarga,
7. Instruksikan Keluarga
Untuk Menggunakan
Teknik Relaksasi
8. Berada di sisi keluarga
untuk
meningkatkan
rasa
aman
dan
mengurangi ketakutan
Terapi relaksasi
7. Gambarkan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang
tersedia
(misalnya musik,
meditasi,
napas
dalam)
8. Ciptakan
lingkungan
yang
tenang
9. Dorong
pasien
untuk mengambil
posisi yang nyaman
dengan pakaian
longgar
dan
tertutup
10. Tunjukkan
dan
praktikkan teknik
relaksasi
kepada
keluarga
11. Dorong
keluarga
untuk mengulang
praktik
teknik
relaksasi,
jika
memungkinkan
12. Dorong
pengulangan
teknik-teknik
keringat
7. Suara bergetar
8. Tremor tangan
relaksasi
berkala
secara
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/hari
21
Februari
2019
Diagnosa
Keperawatan
Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
Implementasi
Evelauasi
1. Menghitung
nadi
2. Menghitung
pernapasan
3. Mengukur
tekanan darah
4. Mengukur
suhu
5. Mendengarka
n suara nafas
6. Mendengarka
n suara
jantung
7. Melihat
gerakan dada
pasien
8. Melakukan
pemeriksaan
Capillary
refill
9. Membantu
memberikan
obat
ceftriaxon,
gentamicin,
dan catopril
10. Memberikan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
anak tidak
menangis
dengan kuat
O:
1. Konjungtiva
anemis
2. Terdengar
bunyi murmur
jantung
3. Terdengar
bunyi nafas
ronkhi
4. Iktus cordis
teraba 1 cm di
RIC V mid
clavicula
sinistra
5. TD : 100/70
mmHg
6. Nadi :
Paraf
terapi obat
lasix 1x3mg
Ketidakefetikfan
pola napas
berhubungan
dengan kongesti
paru
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ketidakseimbang
1.
Membantu
memberikan
oksigen nasal
kanul 2Liter
Menghitung
pernapasan
Mendengarka
n bunyi napas
Mengukur
suhu
Menghitung
nadi
Mengukur
tekanan darah
Menilai CRT
Melihat
gerakan dada
Memonitor
111kali.menit
RR
:
40kali/menit
8. Suhu : 36,5℃
9. CRT : >2detik
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
7.
S:
1. Ibu R
mengatakan
napas anak
masih sesak
O:
1. Adanya
retraksi
dinding dada
2. Anak
terpasang
oksigen nasal
kanul 2liter
3. Terdengar
bunyi napas
ronkhi
4. TD : 100/70
mmHg
5. Nadi :
111kali/menit
6. RR :
40kali/menit
7. Suhu : 36,5℃
8. CRT : >2 detik
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
S:
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
2.
3.
1.
2.
Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
Ibu R
mengatakan
berat badan
anak hanya
sedikit naik
O:
1. Anak
terpasang
NGT
2. Anak
mendapatkan
ASI sebanyak
45cc
3. Berat badan
anak 3700gr
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Menggunakan S : Ibu pasien
Pendekatan
mengatakan
Yang Tenang
cemas terhadap
Dan
kondisi anaknya
Meyakinkan
O:
2. mendengarkan
- Ibu pasien
Keluarga,
tampak gelisah
3. Menginstruksi
kan Keluarga - Terdengar
Untuk
suara bergetar
Menggunakan
ketika
Teknik
berbicara
Relaksasi
- Tampak
4. Berada di sisi
meremaskeluarga untuk
remas
meningkatkan
rasa aman dan
tangannya
4.
Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
terhadap status
kesehatan terkini
berat badan
Memberikan
informasi
kepada orang
tua tentang
asupan
nutrisi yang
dibutuhkan
anak
Memonitor
muntah
Membantu
memberikan
ASI lewat
NGT
sebanyak
45cc
mengurangi
ketakutan
22
Februari
2019
Penurunan curah
1. Menghitung
jantung
nadi
berhubungan
2. Menghitung
dengan perubahan
pernapasan
kontraktilitas
3. Mengukur
tekanan darah
4. Mengukur
suhu
5. Mendengarka
n suara nafas
6. Mendengarka
n suara
jantung
7. Melihat
gerakan dada
pasien
8. Melakukan
pemeriksaan
Capillary
refill
9. Membantu
memberikan
obat
ceftriaxon,
gentamicin,
dan catopril
10. Memberikan
terapi obat
lasix 1x3mg
Ketidakefetikfan
pola napas
berhubungan
1.
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
anak tidak
menangis
dengan kuat
O:
1. Konjungtiva
anemis
2. Terdengar bunyi
murmur jantung
3. Terdengar bunyi
nafas ronkhi
4. Iktus cordis
teraba 1 cm di
RIC V mid
clavicula
sinistra
5. TD :
100/80mmHg
6. Nadi :
111kali.menit
7. RR :
40kali/menit
8. Suhu : 36,5℃
9. CRT : >2detik
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Membantu
S:
memberikan 1. Ibu R
oksigen nasal
mengatakan
dengan kongesti
paru
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
kanul 2Liter
Menghitung
pernapasan
Mendengarka
n bunyi napas
Mengukur
suhu
Menghitung
nadi
Mengukur
tekanan darah
Menilai CRT
Melihat
gerakan dada
1. Memonitor
berat badan
2. Memberikan
informasi
kepada orang
tua tentang
asupan
nutrisi yang
dibutuhkan
anak
3. Memonitor
muntah
4. Membantu
memberikan
ASI lewat
NGT
sebanyak
napas anak
masih sesak
O:
1. Adanya retraksi
dinding dada
2. Anak terpasang
oksigen nasal
kanul 2liter
3. Terdengar bunyi
napas ronkhi
4. TD :
100/80mmHg
5. Nadi :
111kali/menit
6. RR :
40kali/menit
7. Suhu : 36,5℃
8. CRT : >2 detik
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
berat badan
anak hanya
sedikit naik
O:
- Anak
terpasang
NGT
- Anak tampak
lemah
- Anak
45cc
Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
terhadap status
kesehatan terkini
23
Februari
2019
mendapatkan
ASI sebanyak
45cc
- Berat badan
anak 3700gr
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Menggunakan S : Ibu pasien
Pendekatan
mengatakan
Yang Tenang
cemas terhadap
Dan
kondisi anaknya
Meyakinkan
2. mendengarkan O :
- Ibu pasien
Keluarga,
tampak gelisah
3. Menginstruksi
kan Keluarga - Terdengar
Untuk
suara bergetar
Menggunakan
ketika
Teknik
berbicara
Relaksasi
- Tampak
4. Berada di sisi
meremaskeluarga untuk
remas
meningkatkan
rasa aman dan
tangannya
mengurangi
A : masalah belum
ketakutan
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Penurunan curah
1. Menghitung
jantung
nadi
berhubungan
2. Menghitung
dengan perubahan
pernapasan
kontraktilitas
3. Mengukur
tekanan darah
4. Mengukur
suhu
5. Mendengarka
n suara nafas
6. Mendengarka
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
anak tidak
menangis
dengan kuat
O:
7.
8.
9.
10.
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan kongesti
paru
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
n suara
jantung
Melihat
gerakan dada
pasien
Melakukan
pemeriksaan
Capillary
refill
Membantu
memberikan
obat
ceftriaxon,
gentamicin,
dan catopril
Memberikan
terapi obat
lasix 1x3mg
Membantu
memberikan
oksigen nasal
kanul 2Liter
Menghitung
pernapasan
Mendengarka
n bunyi napas
Mengukur
suhu
Menghitung
nadi
Mengukur
tekanan darah
Menilai CRT
Melihat
gerakan dada
1. Konjungtiva
anemis
2. Terdengar bunyi
murmur jantung
3. Terdengar bunyi
nafas ronkhi
4. Iktus cordis
teraba 1 cm di
RIC V mid
clavicula
sinistra
5. TD :
104/74mmHg
6. Nadi :
118kali.menit
7. RR :
40kali/menit
8. Suhu : 36,5℃
9. CRT : >2detik
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
napas anak
masih sesak
O:
1. Adanya retraksi
dinding dada
2. Anak terpasang
oksigen nasal
kanul 2liter
3. Terdengar bunyi
napas ronkhi
4. TD :
104/74mmHg
5. Nadi :
105kali/menit
6. RR :
40kali/menit
7. Suhu : 36,5℃
8. CRT : >2 detik
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
Memonitor
berat badan
Memberikan
informasi
kepada orang
tua tentang
asupan
nutrisi yang
dibutuhkan
anak
Memonitor
muntah
Membantu
memberikan
ASI lewat
NGT
sebanyak
45cc
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
berat badan
anak hanya
sedikit naik
O:
1. Anak
terpasang
NGT
2. Anak
mendapatkan
ASI sebanyak
45cc
3. Berat badan
anak 3700gr
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Menjelaskan
manfaat
relaksasi serta
S : ibu pasien
mengatakan
perasaannya masih
1.
2.
3.
4.
Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
terhadap status
kesehatan terkini
2.
3.
4.
5.
6.
24
Februari
2019
jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi,
napas dalam)
Menciptakan
lingkungan
yang tenang
Menganjurkan
pasien untuk
mengambil
posisi
yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar
dan
tertutup
Menunjukkan
dan
mempraktikka
n
teknik
relaksasi
kepada
keluarga
Menganjurkan
keluarga untuk
mengulang
praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinka
n
Menganjurkan
pengulangan
teknik-teknik
relaksasi
secara berkala
Penurunan curah 1. Menghitung
jantung
nadi
berhubungan
2. Menghitung
dengan perubahan
pernapasan
kontraktilitas
3. Mengukur
tekanan darah
4. Mengukur
suhu
5. Mendengarka
belum tenang
O:
- Ibu pasien
tampak belum
mampu
melakukan
teknik napas
dalam
- Ibu tampak
masih gelisah
- Tampak
meremasremas
tangannya
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
anak tidak
menangis
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan kongesti
paru
n suara nafas
6. Mendengarka
n suara
jantung
7. Melihat
gerakan dada
pasien
8. Melakukan
pemeriksaan
Capillary
refill
9. Membantu
memberikan
obat
ceftriaxon,
gentamicin,
dan catopril
10. Memberikan
terapi obat
lasix 1x3mg
dengan kuat
O:
1. Konjungtiva
anemis
2. Terdengar bunyi
murmur jantung
3. Terdengar bunyi
nafas ronkhi
4. Iktus cordis
teraba 1 cm di
RIC V mid
clavicula
sinistra
5. TD :
100/80mmHg
6. Nadi :
110kali.menit
7. RR :
40kali/menit
8. Suhu : 36,5℃
9. CRT : >2detik
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1.
S:
1. Ibu R
mengatakan
napas anak
masih sesak
O:
1. Adanya retraksi
dinding dada
2. Anak terpasang
oksigen nasal
kanul 2liter
3. Terdengar bunyi
napas ronkhi
4. TD :
100/80mmHg
5. Nadi :
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Membantu
memberikan
oksigen nasal
kanul 2Liter
Menghitung
pernapasan
Mendengarka
n bunyi napas
Mengukur
suhu
Menghitung
nadi
Mengukur
tekanan darah
Menilai CRT
Melihat
gerakan dada
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
1.
2.
3.
4.
Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
Memonitor
berat badan
Memberikan
informasi
kepada orang
tua tentang
asupan
nutrisi yang
dibutuhkan
anak
Memonitor
muntah
Membantu
memberikan
ASI lewat
NGT
sebanyak
45cc
1. Menjelaskan
manfaat
relaksasi serta
110kali/menit
6. RR :
40kali/menit
7. Suhu : 36,5℃
8. CRT : >2 detik
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
berat badan
anak hanya
sedikit naik
O:
1. Anak
terpasang
NGT
2. Anak
mendapatkan
ASI sebanyak
45cc
3. Berat badan
anak 3700gr
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
S : ibu pasien
mengatakan
perasaannya sudah
terhadap status
kesehatan terkini
2.
3.
4.
5.
6.
25
Februari
2019
jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi,
napas dalam)
Menciptakan
lingkungan
yang tenang
Menganjurkan
pasien untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar dan
tertutup
Menunjukkan
dan
mempraktikka
n teknik
relaksasi
kepada
keluarga
Menganjurkan
keluarga untuk
mengulang
praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinka
n
Menganjurkan
pengulangan
teknik-teknik
relaksasi
secara berkala
Penurunan curah 1. Menghitung
jantung
nadi
2. Menghitung
berhubungan
pernapasan
dengan perubahan
sedikit tenang
O:
- Ibu pasien
tampak sudah
mampu
melakukan
teknik napas
dalam
- Ibu tampak
sudah tidak
gelisah
- Meremasremas
tangannya
sudah
berkurang
- Ibu pasien
tampak masih
lupa dengan
tahapan teknik
napas dalam
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
kontraktilitas
3. Mengukur
tekanan darah
4. Mengukur
suhu
5. Mendengarka
n suara nafas
6. Mendengarka
n suara
jantung
7. Melihat
gerakan dada
pasien
8. Melakukan
pemeriksaan
Capillary
refill
9. Membantu
memberikan
obat
ceftriaxon,
gentamicin,
dan catopril
10. Memberikan
terapi obat
lasix 1x3mg
lemah
2. Ibu R
mengatakan
anak tidak
menangis
dengan kuat
O:
1. Konjungtiva
anemis
2. Terdengar bunyi
murmur jantung
3. Terdengar bunyi
nafas ronkhi
4. Iktus cordis
teraba 1 cm di
RIC V mid
clavicula
sinistra
5. TD : 100/70
mmHg
6. Nadi :
111kali.menit
7. RR :
36kali/menit
8. Suhu : 36,5℃
9. CRT : >2detik
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan kongesti
paru
1. Membantu
memberikan
oksigen nasal
kanul 2Liter
2. Menghitung
pernapasan
3. Mendengarkan
bunyi napas
4. Mengukur
suhu
5. Menghitung
S:
1. Ibu R
mengatakan
sesak napas
anak sudah
berkurang
O:
1. Adanya retraksi
dinding dada
2. Anak terpasang
oksigen nasal
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
nadi
6. Mengukur
tekanan darah
7. Menilai CRT
8. Melihat
gerakan dada
kanul 1liter
3. Terdengar bunyi
napas ronkhi
4. TD :
100/70mmHg
5. Nadi :
110kali/menit
6. RR :
36kali/menit
7. Suhu : 36,5℃
8. CRT : >2 detik
A:
Masalah sebagian
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Memonitor
berat badan
2. Memberikan
informasi
kepada orang
tua tentang
asupan nutrisi
yang
dibutuhkan
anak
3. Memonitor
muntah
4. Membantu
memberikan
ASI lewat
NGT sebanyak
45cc
S:
1. Ibu R
mengatakan
anak tampak
lemah
2. Ibu R
mengatakan
berat badan
anak hanya
sedikit naik
O:
1. Anak
terpasang
NGT
2. Anak
mendapatkan
ASI sebanyak
45cc
3. Berat badan
anak 3700gr
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
terhadap status
kesehatan terkini
1. Menjelaskan
manfaat
relaksasi serta
jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi,
napas dalam)
2. Menciptakan
lingkungan
yang tenang
3. Menganjurkan
pasien untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar dan
tertutup
4. Menunjukkan
dan
mempraktikka
n teknik
relaksasi
kepada
keluarga
5. Menganjurkan
keluarga untuk
mengulang
praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinka
n
6. Menganjurkan
pengulangan
teknik-teknik
relaksasi
S:
1. ibu pasien
mengatakan
perasaannya
sudah sedikit
tenang
2. ibu
mengatakan
sudah paham
mengenai
manfaat teknik
relaksasi
O:
- Ibu pasien
tampak sudah
mampu
melakukan
teknik napas
dalam
- Ibu tampak
sudah tidak
gelisah
- Meremasremas
tangannya
sudah
berkurang
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
secara berkala
Download