Uploaded by teresadita.lc65

341153190-ringkasan-penyakit

advertisement
Tugas Martha
BLOK 9 PF abdomen, 16 Disgestive dan 17 Hepatobilier
PF Abdomen
A.Inspeksi
- Jangan lupa Informed consent dulu guys! Minta pasien buka pakaian
(posisi kaki lurus)
tiduran dikasur, terus cuci tangan!
1. Melaporkan warna kulit, bentuk abdomen (buncit/datar/cekung) (simetris/tdk). normal :datar
2. Melihat gerakan peristaltik kita sambil menunduk cek terliat/tdk
3. Menunjukkan 4 kuadran abdomen (kanan-kiri atas, kanan-kiri bawah)
4. 9 regio abdomen (hipokondrium ki, epigastrium, hipokondrium ka, lumbal ki, umbilicus,
lumbal ka, ingiunialis ki, supra pubik/ hipogastrik, ingui ka)
B. Palpasi
1. Meminta pasien menekuk lutut 45-60 derajat
2. Meminta pasien bilang jika merasa nyeri
3. Palpasi acak ( secara zigzag) dan terstruktur (dari atas ke bawah) menggunakan jari ke 2 3 4
bagian palmar
4. Melakukan palpasi hepar dimulai dari inguinal kanan/ sias sampe bawah arcus costa (minta
pasien Tarik napas saat menghembuskan tekan masuk tangan). Laporkan hasil : ukuran, tepi,
permukaan , konsistensi, dan nyeri tekan
5. Menjelaskan dan melakukan Garis Schuffner ( dari sias kanan/inguinalis kanan melewati
umbilicalis sampai bawah arcus costae kiri)
6. Melakukan palpasi ginjal (balotemen) tangan kiri dibwah, disudut kostovertebra dan
mendorong dorong ginjal ke atas,tangan kanan merasakan ada/tidak balotemen
C. Perkusi (KAKI LURUS)
1. Perkusi acak dan terstruktur (mulai dari axillaris ant ka, midklav ka, linea mediana, midklav
kiri, axilla kiri)
2. Menentukan batas paru hepar pada garis midklavikula kanan lalu laporkan
3. Perkusi sudut kostovertebra dan laporkan hasil (os dlm keadaan duduk)
D. Auskultasi
1. Auskultasi teratur dan acak
2. Pemeriksaan bising usus di sktr region umbilikalis slm 1 menit. Normal : 5-38
BLOK 16 (Disgestive)
Diare
Yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair, dengan kandungan air
tinja
lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam ( lebih dari 3x per hari )
Faktor Resiko : Usia < 1 tahun
Malnutrisi
Makan atau Minum dari air yang tidak dimasak
Lingkungan kumuh / tidak Hygine
Tinggal di tempat yang kejadian diare tinggi
Diare :
Bakteri : Lendir, bau, darah, busa
Virus : HIpermotilitas usus
Parasit : Warna kehijauan, darah
Anamesa : Apa saja makanan yang dimakan 1‐7 hari kemarin?, Kondisi lingkungan?, apakah
ada
keluarga yang mengalami hal yang sama?, Tinjanya ( Konsistensi, bau, warna, ada darah
atau tidak ), frekuensi diare?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Anamesa Diare Blok 16 ( Turgor kulit menurun, Pucat ) dan
Rectal Toucher ( Hanya jika BAB berdarah )
Pemeriksaan Penunjang : Kultur
Edukasi : Minum yang banyak, jika dehidrasi minum larutan oralit ( 1 liter air : 8 sendok gula +
1
sendok garam )
Tata Laksana : Semua kasih metronidazol
R/ Metronidazole tab 500 mg noXV
S3 DD tab I
DD : Diare Virus, Parasit, Bakteri, Keracunan makanan
Catatan : Disentri : diare disertai darah dan lendir dalam tinja
Disentri Basiler dan Amuba (4A)
Disentri basiler disebabkan oleh Shigella, sering ditemukan pada traveler, gejala : lendir keruh
dan lengket, feses dan lendir campur rata, feses pada pemeriksaan mikroskop ada sedikit ertrosit
dan banyak leukosit
Disentri amuba disebabkan oleh Entamoeba histolitica, sering ditemukan pada pemukiman
kumuh yang padat, lendir bening, merah sepert selai, feses dan lendir tidak bercampur, erit>
leuko
Manifestasi klinis :
Disentri basiler :
-
Setelah periode inkubasi akan timbul nyeri abdomen bagian bawah yang mendadak,
demam , dan diare cair.
Disentri amuba :
-
Nyeri perut hebat, disentri fulminant, dehidrasi, kram abdomen, mual muntah.
Anamnesis :
-
Mual muntah
Diare cair akut
Hematokezia, feses berlendir
Nafsu makan menurun
BB menurun
Demam
Nyeri abdomen pada bagian yang terinvasi
PF :
Nyeri abdomen
Hiperperistaltik
Demam
Turgor kulit menurun
Capillary refill > 2 detik
PP :
-
Pemeriksaan tinja ( makro dan mikro) sering didapatkan leukosit dan eritrosit
Uji serologi (amoeba)
Kultur feses (gold standard)
Peningkatan titer ab aglutinasi terhadap shigella sp.
Kolonoskopi dan rectal touche ( indikasi: diare berdarah)
DD:
-
Intoksikasi makanan
Diare cair akut enterovasif
Diare cair akut enterotoksin
Menggunakan table skor Daldiyono
Rasa haus dan muntah
TD sistolik 60-90
TD sistolik < 60
Frek nadi > 120/menit
Kesadaran apati
Somnolen, sopor, koma
Frek napas > 30/menit
Facies cholerica
Vox cholerica
Turgor kulit menurun
Washer’s woman hand
Ekstremitas dingin
Sianosis
Usia 50-60 tahun
Usia 60 tahun ke atas
Algoritma penatalaksanaan :
1. Lakukan penatalaksanaan dehidrasi
Bila skor< 3 dan tidak syok parental : IV kristaloid (RL atau NaCl 0,9%)
Tahap 1 : rehidrasi inisial ( 2 jam) berdasarkan skor
Cairan = skor/15 x 10% x kgBB x 1 Liter
Tahap 2 : tergantung kehilangan cairan pda tahap 1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
-1
-2
Tahap 3 : Berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya
2. Diet
- Tidak puasa
- Hindari minuman gas
- Hindari alkohol dan kafein
- Pilih makanan yang mudah dicerna
- Hindari susu sapi
3. antidiare
4. Antimikroba (siprofloksasin untuk shigella, salmonella, atau e.coli) dan metronidazole untuk
amuba dan giardiasis
5. probiotik
Obat :
R/ Siprofloksasin tab 500 mg no XV
S 2 dd tab 1 pc
R/ Metronidazol tab 500 mg no XV
S 3 dd tab 1 ac
R/ Attapulgit tab 650 mg no XX
Sprn
R/ Oralit sachet no XX
Sprn
Kolera
Kolera adalah penyakit akibat bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi.
Penyakit ini dapat menyebabkan dehidrasi dari diare yang parah. Kolera adalah penyakit infeksi
akut yang disebabkan karena mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi
dengan bakteri vibrio cholerae (v. cholerae).
Anamnesis : riwayat diare, lingkungan tempat tinggal kotor dan kumuh.
Gejalanya : diare hebat, muntah muntah, dehidrasi, bab putih
beberapa gejala dehidrasi akibat kolera seperti berikut ini.

Mulut terasa kering


Aritmia atau gangguan irama jantung
Mudah marah

Merasa sangat haus

Hipotensi atau tekanan darah rendah

Letargi

Urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada

Kulit berkerut dan kering
Langkah-langkah penanganan darurat dapat berupa:

Pemberian oralit untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Oralit tersedia
dalam bentuk bubuk yang bisa dicampur dengan air mineral botol atau air yang dimasak hingga
mendidih.

Pemberian infus untuk orang yang mengalami dehidrasi parah.

Pemberian suplemen seng untuk meredakan diare pada anak-anak penderita kolera.

Pemberian antibiotik untuk mengurangi jumlah bakteri, sekaligus mempersingkat diare
akibat kolera.
Tabel 3. Petunjuk terapi rehidrasi kolera pada dewasa
Derajat
dehidrasi
Macam
cairan
Jumlah
cairan
Jangka waktu pemberian
Ringan
ORS
50 ml/KgBB
3-4 jam
maks
750ml/jam
sedang
ORS
100
ml/KgBB
3 jam
Maks.
750ml/jam
Berat
Intra vena
ringer laktat
110ml/KgBB 3 jam pertama guyur sampai
nadi teraba kuat, sisanya
dibagi dalam 2 jam berikutnya
Tabel 7. Terapi antibiotik atau antimikroba pada kolera
Terapi lini pertama
Dewas
a
Terapi alternatif
Tetrasiklin 500 mg per-oral 4x1
selama 3 hari
Siprofloksasin 1000mg per-oral dosis tunggal
Eritromisin 250mg per-oral 4x1 selama 3 hari
Doksisiklin 300 mg per-oral dosisTrimetoprim-sulfametaksasole ( 5mg/kg
trimetropim + 25mg/kg sulfametaksasole) pertunggal
oral 2x1 selama 3 hari
Furazolidon 100mg per-oral 4X1 selama 3 hari
Anak
Tetrasiklin 12,5 mg/kg per-oral
selama 3 hari
Doksisiklin 6 mg/kg peroral
tunggal
Eritromisin 10mg/kg per-oral 3x1 selama 3 hari
Trimetoprim-sulfametaksasole ( 5mg/kg
trimetropim + 25mg/kg sulfametaksasole) perdosisoral 2x1 selama 3 hari
Furazolidon 12,5mg per-oral 4X1 selama 3 hari
Keterangan :
-
Dipakai jika dicurigai terapi lini pertama telah resisten atau pasien alergi terhadap terhadap
terapi lini pertama
-
Tidak dianjurkan pada anak dibawah 8 tahun
Akalasia
Akalasia esophagus adalah suatu gangguan neuromuskular. Istilah akalasia berarti “gagal untuk
mengendur” dan merujuk pada ketidakmampuan dari lower esophageal sphincter (cincin otot
antara esofagus bagian bawah dan lambung) untuk membuka dan membiarkan makanan lewat ke
dalam lambung. Kegagalan relaksasi batas esofagogastrik pada proses menelan ini menyebabkan
dilatasi bagian proksimal esofagus tanpa adanya gerak peristaltik.

Gejala : Penderita akalasia merasa perlu mendorong atau memaksa turunnya makanan
dengan air atau minuman guna menyempurnakan proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa
penuh substernal dan umumnya terjadi regurgitasi, muntah setelah makan dan minum, penurunan
berat badan, Disfagia, adalah kondisi di mana penderita akalasia kesulitan, bahkan sampai
kesakitan, ketika menelan makanan atau minuman.
Menurut etiologinya, akalasia dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu:
1. Akalasia primer, (yang paling sering ditemukan). Penyebab yang jelas tidak diketahui. Diduga
disebabkan oleh virus neurotropik yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang
otak dan ganglia mienterikus pada esofagus. Di samping itu, faktor keturunan juga cukup
berpengaruh pada kelainan ini.
2. Akalasia sekunder, (jarang ditemukan). Kelainan ini dapat disebabkan oleh infeksi, tumor
intraluminer seperti tumor kardia atau pendorongan ekstraluminer seperti pseudokista pankreas.
Kemungkinan lain dapat disebabkan oleh obat antikolinergik atau pascavagotomi

Diagnosis Akalasia
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang
menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Beberapa hal yang biasanya
dilakukan dokter untuk mendiagnosis akalasia adalah:
Pencitraan Sinar-X dan Barium. Penderita akan diminta untuk menelan cairan yang

mengandung zat kimia barium, sehingga kerongkongan bisa terlihat saat diambil gambar dengan
sinar-X. Normalnya diameter kerongkongan terlihat cukup lebar dan barium terlihat lancar
memasuki lambung. Tapi tidak demikian pada penderita akalasia.
Endoskopi. Instrumen fleksibel disertai kamera di ujungnya akan dimasukkan ke bagian

bawah kerongkongan agar dokter bisa memeriksa dinding kerongkongan dan perut.
Manometri. Tabung plastik kecil akan dimasukkan ke kerongkongan lewat mulut atau
hidung, dan akan merekam aktivitas dan kekuatan kontraksi otot dan memeriksa fungsi
kerongkongan. Pada akalasia akan tampak hilangnya kontraksi dan tekanan yang lebih tinggi di
bagian akhir kerongkongan.
Tatalaksana
-
Injeksi toksin botulinum
Pembedahan
Nifedipine tab 10-20 mg diminum 30-45 menit sebelum makan secara sublingual
Dispepsia
Kumpulan gejala yang tidak nyaman di epigastrium, mual, mutah, kembung, cepat kenyang, rasa
penuh,
sendawa, regurgitasi, rasa panas yang menjalar di dada
Tanda Alarm :
 Usia > 45 thn
 Anemia
 Berat badan turun > 10 kg
 Anoreksia
 Muntah persisten
 Hematemesis melena
 Riwayat tukak peptik
Anamesa :
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Abdomen Patologis Blok 16 ( tidak ada kelainan ) dan TTV ( N
)
Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi ( ada tanda alarm / tidak ada 2 minggu tidak membaik )
Foto Barium Sulfat Double Contras
Edukasi : Makan sering porsi dikit
Tata Laksana : Omeperazol
R/ Omeperazole tab 20 mg no XV
S1 DD tab I AC
DD : Dispepsia Funsional atau organic
Gastritis (4A)
Proses inflamasi pada mukosa dan submucosa lambung. Bisa disebabkan h.pylori atau OAINS
Gejala klinis : tidak khas ,rasa nyeri panas di ulu hati
Anamnesis :
- Ada riwayat penggunaan oains, tanda alarm (resiko tinggi dyspepsia organic) tanda alarm
( usia> 45, penurunan BB > 10 kg, muntah/ BAB berdarah, riw tukak peptic/ maag, lemah, lesu,
kurang makan, tanda2 anemia, muntah terus menerus)
PF : tidak khas, nyeri tekan
PP : CBC, EGD (esoduodenoskopi) inflamasi di antrum / multifocal(ec h. pylori), korpus
( gastritis kronik autoimun), urea breath test buat cek H.pylori, Antigen H.pylori di feses
Tatalaksana :
Jika terbukti h.pylori :
Omeprazole 2 x 20 mg sblm makan
Klaritromisin 2 x 500 mg
Amoksisilin 2 x 1000 mg
Peritonitis (3B)
Peradangan rongga abdomen
Anamnesis :
Nyeri abdomen, nafsu makan menurun, mual muntah, demam, tanyakan riwayat dahulu dan sakit
penyerta
PF:
-
Inspeksi perut buncit
Palpasi defens muscular nyeri tekan dan nyeri lepas
Perkusi meteorismus
Auskultasi bising usus menurun tidak terdengar
PP :
-
Darah rutin : leukositosis, ureum meningkat, neutrofilia
Kultur cairan intraabdomen
Pewarnaan gram cairan intraabdomen
Rontgen polos dengan kontras
USG
CT Scan
Diagnosis banding :
- Peritonitis primer et causa SBP (spontaneous bacterial peritonitis)
- Peritonitis sekunder et causa perforasi tukak peptic
- Peritonitis TB
Penatalaksanaan :
R/ Sefotaksim inj 1 g vial no.I
S imm
R/ Seftriakson inj 1 g vial no 1
S imm
R/ Metronidazole inj 500 mg vial no. I
S imm
Edukasi
Rujuk dokter bedah setelah diagnosis
4.Ulkus Peptikum (gaster/ duodenum) (3A)
Penyakit saluran cerna bagian atas yang kronis bisa di gaster atau duodenum dengan Nyeri
epigastrium,
rasa kebakar, sakit lapar
Gaster : Nyeri ulu hati condong ke kiri ,Sakit pada saat makan/ setelah makan, perut penuh,
mual, muntah
Duodenum : cepat kenyang, meredah saat minum antasid atau makan, mual, muntah , nyeri
condong ke kanan, nyeri dini hari sampai membangunkan pasien
Faktor Resiko :
 Umur ( semakin tua )
 OAINS
 Kuman Helicobacter Pylori
Anamesa : Nyeri pada saat sesudah atau sebelum makan?, yang memperberat? ( makan asam,
lemak )
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Anamesa Diare Blok 16 ( Nyeri Epigastrium , lembut pada saat
ditekan )
Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi ( Ulkus ),Barium meal Double contras ( terlihat rugae
ulkus ), pada yang duodenum tambah periksa H.pylori
Edukasi : Makan sering dikit, hindari oains, rokok, alkohol, jangan makan pedas, asam, soda,
kafein.
Tata Laksana :
H2 RA : R/ Cimetidine tab 400mg no XXX
S2 DD tab 1
PPI : R/ Omeprazol tab 20 mg no XV
S1 DD 1
Cttn : jika masih ada keluhan kembali lagi
DD : Gastritis, CROHN desease
5. Apendisitis (3B)
Peradangan pada apendix / umbai cacing
Gejala Klinis :
a. Akut abdomen pada perut kanan bawah
b. Enakan pada saat dia diam
c. Nyeri menetap, parah, terlokalisir, tambah parah pas gerak / batuk
d. Anoreksia
e. N.V
Anamesa : Sejak kapan?, dimana?, setelah makan atau sebelum?, Sexual Activity ( DD dengan
penyakit lain seperti kehamilan Ektopik dan PID )
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Patologi Abdomen Blok 16 ( Blumberg, Rovsing, Nyeri tekan
positif ) , Suhu Normal atau sedikit naik ( perforasi akan diatas 38° C )
Pemeriksaan Penunjang : USG ( Dindingnya menebal dan pelebaran apendix, hilangin DD ),
Apendictogram ( Non filling lesion ), BNO , Tes Kehamilan ( Singkirin DD
Kehamilan Ektopik )
Edukasi : Apendiktomi SECEPATNYA!!
DD : Ektopik ( wanita ), Nefrolitiasis, Kolesistitis
6. GERD (4A)
Gejala klinis : Heartburn, rasa terbakar, rasa tidak nyaman di dada, regurgitasi (rasa asam pada
mulut), disfagia, nyeri saat menelan, pahit di lidah
Pf :
TTV dan Abdomen
PP :
1.Darah lengkap
2. Endoskopi ketemu mucosal break
DD : NERD, dyspepsia fungsional
Penatalaksanaan :
Omeprazol 2 x 20 mg selama 6 minggu
Domperidon 3 x 10 mg
Edukasi :
1. Jangan makan sebelum tidur
2. Meninggikan kepala saat tidur
3. Menghindari rokok dan alkohol
4. Kurangi lemak dan jumlah makan
5. Turunin berat badan dan jangan memakai pakaian ketat
6. Hindari kopi, teh, soda, mint, asam
Irritable bowel syndrome
diunduh dari : (http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_221CME-Irritable%20Bowel
%20Syndrome-Diagnosis%20dan%20Penatalaksanaan.pdf)
IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau rasa tidak nyaman
abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya
selama 3 bulan. Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan gangguan sistem gastrointestinal
bersifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan
perubahan kebiasaan buang air besar. Irritable bowel syndrome bukan kelainan psikiatrik atau
psikologis, tetapi faktor psikologis dapat berperan penting dalam persistensi dan berat keluhan
abdomen


beberapa gejala yang mungkin dialami oleh pengidap secara umum adalah:
Kram dan sakit perut. Gejala ini mungkin akan berkurang setelah buang air besar.
Perut kembung dan bengkak.

Sering buang angin.

Tinja mengandung lendir.



Konstipasi atau diare. Gejala ini bisa dialami secara bergantian oleh pasien.
Mual.
Lemas.

Tiba-tiba merasa ingin buang air besar.

Buang air besar terasa tidak tuntas.


Nyeri punggung.
Gangguan saluran kemih, misalnya sering terbangun untuk buang air kecil pada malam
hari.
KLASIFIKASI
Menurut kriteria Roma III dan karakteristik
feses, IBS dibagi menjadi 3 subkelas3:
1. IBS dengan diare (IBS-D)
- Feses lembek/cair ≥25% waktu dan feses
padat/bergumpal <25% waktu
- Lebih umum ditemui pada laki-laki
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
2. IBS dengan konstipasi (IBS-C)
- Feses padat/bergumpal ≥25% dan feses
lembek/cair <25% waktu
- Lebih umum ditemui pada wanita
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
3. IBS dengan campuran kebiasaan buang
air besar atau pola siklik (IBS-M)
- Feses padat/bergumpal dan lembek/cair
≥25% waktu
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
Catatan: 25% waktu adalah 3 minggu dalam
3 bulan
Anamnesis
1. Keluhan
Deskripsi Nyeri Gejala utama meliputi pola nyeri atau sensasi tidak nyaman, yang berasal dari
gangguan fungsi saluran cerna dan perubahan pola defekasi. Nyeri berkurang setelah defekasi
atau berkaitan dengan perubahan konsistensi feses. Nyeri tanpa kondisi tersebut harus
dipertimbangkan sebagai kondisi neoplasma, infeksi saluran pencernaan, penyakit urogenital.
Nyeri konstan Nyeri konstan yang tidak membaik dengan defekasi merefl eksikan nyeri
neoplastik atau karena sindrom nyeri abdomen fungsional. Hal ini umumnya berkaitan dengan
masalah psikiatri kompleks meliputi kemungkinan gangguan personal.
2. Faktor Psikologis Setidaknya dua pertiga pasien IBS dirujuk ke ahli gastroenterologi dengan
distres psikologis, paling sering anxietas. Stresor (anxietas) penting untuk diidentifi kasi karena
dapat mengganggu respons terapi. Gejala klinis sering kali merupakan manifestasi somatisasi.
3. Faktor Keluarga Hal penting adalah riwayat keluarga dengan penyakit Infl ammatory Bowel
Disease atau keganasan kolorektal, terutama pada usia kurang dari 50 tahun. Investigasi lebih
lanjut untuk menyingkirkan penyebab organik.
faktor risiko IBS, yaitu:
● Umur: lebih sering ditemukan pada orang yang berumur kurang dari 45 tahun.
● Jenis kelamin: wanita dua kali lipat lebih sering terkena IBS.
● Riwayat anggota keluarga.
● Mengalami stres atau masalah hormon.
PF : tes Carnett. Tes ini dilakukan dengan menginstruksikan pasien memfl eksikan siku dan
meletakkan di atas dinding dada (posisi sit-up) dan mengangkat kepala. Apabila nyeri perut
berkurang maka hasil tes Carnett negatif, hal ini mengindikasikan nyeri intraabdominal. Apabila
nyeri perut bertambah maka hasil tes Carnett positif, hal ini mengindikasikan nyeri berasal dari
dinding abdomen, dan sebagian besar didasari oleh nyeri psikogenik. Pemeriksaan regio perianal
dan rectum dilakukan apabila diare, perdarahan rektal, atau gangguan defekasi.
Tatalaksana

Menyusun pola makan yang sesuai dengan kondisi IBS yang

dialami, terutama menghindari makanan dan minuman yang bisa memicu
IBS dan minum banyak cairan. Ini merupakan langkah penting dalam
menangani IBS.
Mengatur konsumsi serat. Misalnya, mengurangi konsumsi serat



yang tidak larut (serat yang tidak mudah dicerna tubuh) saat diare atau
memperbanyak serat larut serta cairan saat mengalami konstipasi.
Rutin berolahraga
Menurunkan tingkat stres, misalnya dengan yoga dan meditasi.
Mengonsumsi probiotik, yaitu suplemen yang dapat membantu

menyehatkan sistem pencernaan dengan mengembalikan keseimbangan
bakteri normal dalam usus secara alami.
Penggunaan obat-obatan. Jenis obat yang diberikan tergantung

pada gejala yang dialami pasien. Contohnya obat antidiare untuk
mengurangi gerakan usus yang terlalu aktif, antispasmodik guna
mengurangi kram dan sakit perut, laksatif untuk menangani konstipasi, serta
antidepresan (umumnya diberikan dalam dosis rendah).
Menjalani terapi psikologis, bila gejala IBS masih ada setelah 12
bulan pengobatan. Misalnya psikoterapi atau hypnoterapi.
7. Ileus Obstruktif (2)
keluhan : pasien nyeri perut, tidak bisa flatus, atau defekasi, perut pasien kembung, dan keras
Gejala klinis :
Bisa di usus halus : muntah timbul awal, warna jernih hijau atau kuning
Usus besar : muntah timbul agak lambat, setelah muncul distensi, muntahan kental, berbau busuk
sebgai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi
-
Nyeri abdomen, muntah, distensi, kegagalan BAB, hiperistaltik usus, tanda dehidrasi
Anamnesis :
-
Sejak kapan nyeri timbul
Adakah penurunan bb
Lokasi nyeri
Perut terasa keras kembung
Kapan flatus dan BAB terakhir
Riwayat penyakit usus dan operasi usus
RPD
PF :
-Rectal touche :kubah rectum kosong, tidak ada feses
- Hiperperistaltik usus,tanda dehidrasi
- Auskultasi : bunyi usus metalik
- Palpasi : ada defense muscular dan nyeri tekan
PP :
-
Radiologi : foto BNO : tanda-tanda ileus
Pemeriksaan darah lengkap
Edukasi :
Merujuk segera ke bedah
Intususepsi
Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam
segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya bagian yang
peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien).
Etiologi Terbagi dua :
I. Idiophatic Menurut kepustakaan 90 – 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun
tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai “infatile idiophatic
intussusceptions”. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum terminal
berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi virus.
Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.
II. Kausal Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus
sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckel’s diverticulum, polip usus, leiomioma,
leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi usus.
Faktor – faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi :
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 – 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi perubahan diet
makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai sebagai penyebab
terjadi invaginasi. Invaginasi kadang – kadang terjadi setelah / selama enteritis akut, sehingga
dicurigai akibat peningkatan peristaltik usus.
Gambaran Klinis
menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti
kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam
beberapa menit. Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu
itu sudah terjadi proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang – ulang dengan
jarak waktu 15 – 20 menit, lama serangan 2 – 3 menit. Pada umumnya selama serangan
nyeri perut itu diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung,
sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar
serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali.
Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih
dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian
defekasi hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. perut bagian kanan bawah
teraba kosong yang disebut “dance’s sign” ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut proses
invaginasi.
Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri bersifat serang –serangan., nyeri
menghilang selama 10 – 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah,
kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir
Pemeriksaan colok dubur didapati:
‐ Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio
‐ Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
PP : Leukositosis
Pemeriksaan Radiologi Photo polos abdomen :
didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila
telah lanjut terlihat tanda – tanda obstruksi usus dengan gambaran “air fluid level”.
Dapat terlihat “ free air “ bilah terjadi perforasi.
Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila
gejala – gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled
spring appearance
IBD Inflamatory bowel syndrome
Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kelainan idiopatik yang berhubungan dengan peradangan pada gastrointestinal.
Tabel 1. Crohn’s Disease Activity Index (CDAI)
Feses cair/sangat lunak : Bobot 2
Nyeri abdomen : Bobot 5
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
Keadaan umum : Bobot 7
0 = Baik
1 = Sedikit di bawah normal
2 = Buruk
3 = Sangat buruk
4 = Buruk sekali
Gambaran ekstraintestinal : Bobot 20
Penyakit perianal (fisura/ fistula/
abses), fistula, lesi mukokutaneus/
kutaneus, iritis/uveitis, artritis/
atralgia, demam (1 per temuan)
Penggunaan obat antidiare : Bobot 30
1 = Ya
0 = Tidak
Massa abdomen : Bobot 10
0 = Tidak ada
2 = Samar
5 = Jelas
Hematokrit : Bobot 6
47 pada laki-laki,
42 pada wanita
100 X (1-BB/standar BB) : Bobot 1
Skor total antara 0-750.
Crohn’s Disease Activity Index (CDAI) Total
= Jumlah (Skor X Bobot Tiap Item)
Dikutip dari: Tamboli CP. Surg Clin N Am (2007).5
Sistem penilaian PC berdasarkan CDAI di atas adalah sebagai berikut:
1. PC ringan, jika nilai CDAI antara 150 sampai 220.
2. PC sedang, jika nilai CDAI antara 221 sampai 400.
3. PC berat, jika nilai CDAI lebih atau sama dengan 400.
4. PC remisi, jika nilai CDAI kurang atau sama dengan 150.
Gambaran klinis umum Penyakit crohn :
Demam, nyeri abdomen, diare, dan penurunan BB. Perdarahan per rektal jarang terjadi. Diare
menunjukkan keterlibatan usus besar, keterlibatan usus halus dapat berakibat nyeri yang menetap dan
terlokalisasi pada kuadran kanan bawah abdomen.
PF ::: nyeri kuadran kanan bawah abdomen yang dapat disertai rasa penuh atau adanya massa.
PP : anemia ringan, leukositosis, peningkatan LED
Tatalaksana :
 5-Aminosalisilat. Dosis: 50-100 mg/kgBB/ hari.16
 Antibiotika. PC: Metronidazol.Dosis: 10-20 mg/kg/ hari. KU: Antibiotika digunakan
sangat terbatas karena meningkatnya risiko kejadian kolitis pseudomembran yang
berhubungan dengan antibiotika.15
 Kortikosteroid. PC: Metilprednisolon dengan dosis 2 mg/kgBB setiap 12 jam atau
Hidrokortison 100 mg setiap 8 jam.29 PC: Prednison dengan dosis 40-60 mg/hari
peroral dan diturunkan secara bertahap (5 mg per minggu) setelah gejala
terkontrol.
 Immune modifiers. Immune modifiers yang dipakai adalah 6-MP dan Azathioprine.
Dosis 6-MP atau Azathioprin adalah 1-2 mg/kg/hari.
 Anti TNF-alpha. Anti-TNF-alpha monoclonal antibody yang diberikan adalah
Infliximab yang diberikan melalui infus dengan dosis 5 mg/kg/kali, diberikan tiga kali
yakni pada awal pengobatan, minggu ke-2, dan MKS, Th. 46, No. 2, April 2014 162
minggu ke-6. Dosis pemeliharaan diberikan setiap 8 minggu.
 Obat-obatan simptomatik. Obat-obatan simptomatik yang diberikan adalah
antagonis histamine 2 reseptor, anti diare, dan antispasmodik.
 Terapi nutrisi. Intervensi nutrisi harus dimulai sebelum pubertas, baik pada
penyakit aktif atau saat remisi untuk mengoreksi defisit energi dan memaksimalkan
pertumbuhan.
 Terapi probiotik. Pemberian probiotik biasanya dikombinasikan dengan obat lain
yang berguna untuk meningkatkan stabilisasi dan regenerasi mukosa usus akibat
inflamasi.
BLOK 17 HEPATOBILIER
Hepatitis A (4)
Infeksi Virus sistemik yang menyerang hati < 6 bulan
Penularan : Fecal oral
Anamnesa : sesuai manifestasi klinis, biasa ada riwayat jajan sembarangan , jarang cuci tangan,
kebersihan kurang, tanya apakah keluarga juga ada yang kena
Jaundice muncul 1 – 2 minggu setelah gejala klinis muncul
Urin gelap dan Clay colored stool : 1 – 5 hari sebelum jaundice
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan mata (ada ikterik (pada saat gejala), Pemeriksaan
Gastrointestinal (Hepatomegali )
1. Fase pra ikterik :
- Demam (<39,5 derajat celcius)
- Mual muntahm anoreksia, malaise, fatigue
-Myalgia, sakit kepala
2. Fase ikterik :
- Bilirubinemia (urin gelap)
- Tinja warna pucat (kadang tidak ada)
- Kulit icterus
- nyeri abdomen kuadran kanan atas
- pruritus (kadang tidak ada)
3. Fase Penyembuhan
- gejala mulai hilang, hepatomegali dan gangguan fungsi hati tetap ada
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Lab
1. HBsAg : (+) Pada saat masa inkubasi, prodromal dan akut
(‐) Pada saat Konvalens dan Window Period
2. AntiHBs : (+) setelah sembuh
(‐) Pada kronik dan Window period
3. Anti HBc : (+) Pada window period dan kronik
4. HBeAg : (+) menunjukan menular
5. Igm HAV ( + ) setelah minimal 3 bulan fase akut
6. SGOT & SGPT ↑ ( N : SGOT/AST = 10-40 IU/L SGPT/ALT = 7-56 IU/L)
Jika AST> ALT sangat mengarah ke hepatitis viral akut
Jika AST/ALT mencapai 1000 IU/L maka mengarah ke toksisitas obat (acetaminophen)
Ratio AST : ALT =2:1 maka mengarah ke hepatitis alkoholik
7. Alkali fosfatase ↑dikit ( N : 45 – 190 )
8. Gama GT ↑dikit ( N : 6 – 28 )
Edukasi : Istirahat yang banyak, makan yang sehat dan bersih , hindari alkohol
Tata Laksana :
Gatal beri colesteramin ( ijkat bilirubin dibuang )
R/ Colestiramin tab 4 gram X
S2 dd tab 1
R/ Domperidone 10 mg tab no X
S3 dd tab 1
DD : Hepatitis yang lain, tifoid
Hemoroid (4)
Pelebaran dan inflamasi vena anus dari pleksus hemorroidalis
Faktor resiko :
Mengedan berlebihan saat BAB, kurang minum air, makan berserat, duduk terlalu lama,
peningkatan tekanan intra abdominal, diare, usia tua, kehamilan karena hormonal
Manifestasi klinis :
-Perdarahan rektal
- Nyeri, tidak nyaman di anus
- Prolaps hemoroid (benjolan)
- Gatal (akibat lembap dan banyaknya keluar mucus)
Anamnesis :
Sesuai manifestasi klinis
- tanyakan ciri darah yang keluar :
1. khas hemoroid darah segar, menetes ketika BAB, Jika darah hitam bercampur feses berarti
sumber di proksimal , bukan hemoroid
2. Tanyakan apakah benjolan bisa dimasukan dengan tangan untuk staging hemoroid
3. Kebiasaan berdasarkan faktor resiko, terutama kebiasaan BAB dan kurang makan serat
PF :
-
Periksa daerah perianal dan rektal : lihat benjolan hemoroid yang prolapse
Rectal touche
PP :
-
Anoskopi : ditemukan benjolan
Periksa darah rutin untuk liat status perdarahan
X-foto BNO : untuk meliat apakah etiologi hemoroid berupa tumor intra abdomen
Kriteria diagnosis :
-Derajat 1 : hemoroid tidak keluar kanal anus, hanya terlihat dengan anorektoskop
-Derajat 2 : hemoroid prolapse, namun dapat masuk sendiri ke dalam anus secara spontan
- Derajat 3 : hemoroid prolapse, hanya dapat masuk lagi ke dalam anus dengan didorong jari
-Derajat 4 : prolapse hemoroid tidak bisa dimasukkan ke dalam anus
DD:
-
Prolaps recti
Karsinoma rectum
-
Karsinoma colon
Condyloma acuminate
Tatalaksana :
R/Acetaminophen tab 500 mg no. XX
S 2 dd tab 1
R/ Bisacodyl tab 5 mg
S1 dd tab 1
Non medikamentosa
-modifikasi diet
Rujuk spesialis bedah
Edukasi :
-
Banyak makan makanan berserat sayuran, buah, gandum (untuk perbaiki defekasi)
Kurangi makanan pedas
Banyak minum air
Gatal jangan digaruk
Jangan duduk terlalu lama saat BAB dan kerja
Jaga kebersihan
Hepatitis B (3A)
Anamnesis :
Tanyakan sesuai manifestasi klinis
Riwayat gonta ganti pasangan , penggunaan jarum suntik, tinggal bersama orang yang menderita
Hepatitis B
PF :
Idem manifestasi klinis perhatikan apakah sudah sampai sirosis
PP :
1. HbsAg : antigen virus
2. HbeAg : infektivitas virus
3. Anti-HBc : antibody terhadap virus
IgM jika akut dan IgG jika kronik
4. Enzim hati AST ALT, peningkatan hingga 1000-2000 merupakan indikasi infeksi HBV
5. GGT (>51IU/L)
6. Alkali fosfatase dapat meningkat >147 IU/L
7. CBC : dapat terjadi anemia (Ho<13)
IgM anti HBc(+)
Hepatitis B kronik :
HbsAg (+) > 6 bulan
Total anti Hbc (+) gabungan IgM dan IgG anti Hbc
Orang yang menghadapi risiko infeksi termasuk:
• Pasangan seks orang yang terinfeksi
• Pengguna narkoba suntik
• Bayi yang dilahirkan wanita yang terinfeksi
• Orang yang mempunyai banyak pasangan seks
• Pria yang berhubungan kelamin dengan pria
• Pasien hemodialisis
• Petugas kesehatan
• Anak orang yang lahir di negara dengan angka tinggi infeksi hepatitis B
• Kontak di rumah dengan orang yang terinfeksi hepatitis B
• Tahanan.
Untuk mencegah menularnya infeksi hepatitis B:
• Dapatkan vaksinasi
• Gunakan kondom jika Anda sedang berhubungan kelamin dengan
pasangan seks yang baru atau dengan pasangan yang terinfeksi hepatitis
B jika Anda belum divaksinasi
• Jika Anda hamil, Anda harus menjalani tes darah untuk hepatitis B; bayi
yang dilahirkan ibu yang terinfeksi hepatitis B harus diberikan
imunoglobulin hepatitis B (HBIG) dan vaksin dalam waktu 12 jam setelah
lahir
• Jangan bersama-sama menggunakan alat suntik
• Jangan bersama-sama menggunakan alat pribadi yang mungkin terkena
darah (misalnya pisau cukur atau sikat gigi)
• Jika mendapatkan tatu atau menindik tubuh, pastikan bahwa digunakan
peralatan steril yang dapat dibuang
• Kontak yang tidak imun dari orang yang terinfeksi HBV harus diberikan
HBIG dan vaksin secepat mungkin, untuk eksposur darah dalam waktu
72 jam; untuk eksposur seksual dalam waktu 14 hari.
Manifestasi klinik :
1. Fase pre-ikterik :
Demam, mual, muntah, anoreksia, malaise, fatigue (gejala prodromal)
Myalgia, atralgia, sakit kepala, fotofobia
2. Fase ikterik
Hepatomegali, nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas
Splenomegali
3. Fase penyembuhan
Gejala mual hilang, hepatomegali dan gangguan fungsi hati masih ada
Stigmata pada saat kronis:
1. Hepatosplenomegali
2. Kelemahan otot
3. Eritema palmaris
4. Spider nervi
5. Vaskulitis
Tanda sirosis hepatis :
1. Asites
2. Jaundice
3. Edema perifer
4. Caput medusa (vena kolateral abdomen)
Penatalaksanaan :
Akut :
Suportif , bed rest, dijaga asupan nutrisi dan cairan. 95% mengalami resolusi spontan, jika ada
peningkatan AST/ALT persisten dan menunjukkan tanda progesivitas penyakit menjadi kronis
baru berikan terapi farmakologi
Pasien hepatitis terapi jika :
1. HbeAg (+), HbV-DNA > 2x104kopi/ml dan SGOT SGPT naik 2x batas atas normal
2. HbeAg (-), HbV-DNA > 2x103kopi/ml, dan SGOT SGPT naik 2x batas atas normal
Medikamentosa :
R/ PEG-interferon alfa inj. 180 mcg vial no 1
Suc
R/ Lamivudin tab 100 mg no XX
S 1dd tab 1
Non medikamentosa :
Rawat inap, bedrest, diet rendah garam, diet tinggi protein
Edukasi :
Diet rendah garam, tinggi protein, periksa ulang serum AST/ALT untuk evaluasi
Asites
Gejala klinis :
Perut membuncit, umbilicus menonjol keluar, riwayat penyakit hati
PF :
Shifting dullness (+)
Perut membuncit ke kaudal
Pemeriksaan penunjang :
-
Albumin serum dan asites
Hitung sel
Biakan kuman
USG Abdomen
-
Tes fungsi hati
Penatalaksanaan :
-
Tirah baring
Diuretika
R/ spironolakton 100 mg tab no X
S 1 dd tab 1
Pengobatan penyakit yang mendasari
Parasentesis
Edukasi :
Istirahat total
Batasi cairan 1000cc/hari
Diet rendah garam batasi konsumsi garam 2 g/hari sampai 40-60 g/ hari
Rujuk ke IPD buat parasentesis
DD :
Asites ec sirosis hepatis
Asites ec gagal jantung
Asites ec sindrom nefrotik
Kolesistitis (3B)
Reaksi inflamasi dinding kantung empedu oleh karena batu empedu
Anamesa : ada demam,ada nyeri perut kanan atas yang menjalar ke bahu atau sub scapula,
Jaundice, mual, muntah, sakit setelah makan lemak?
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan abdomen Murphy sign ( + )
Pemeriksaan Penunjang : Leukositosis ( N : 4000 – 10000 / L )
Alkali Fosfatase
Gama GT
USG ( Shadow Enchanment, Distensi saluran dan kantung empedu )
Foto BNO Abdomen : ada batu empedu
Edukasi : Puasa makanan
Tata Laksana : Rujuk dokter
Tramadol 50 mg
R/ Tramadol tab 50 mg no X
SUC
Cttn : tidak lebih dari 400 mg makan 4‐ 6 jam
Sefiksim 200 mg
R/ Sefiksim tab 200 mg no V
S2 dd tab no 1
DD : Kolangitis, Koledokolitiasis
Sirosis Hepatis
Manifestasi klinis :
Stadium kompensata
Asimptom, dapat timbul gejala berupa kelelahan, penurunan libido, dan gangguan tidur. Varises
esophagus juga terkadang sudah timbul namun belum ada perdarahan
Stadium dekompensata , apabila ditemukan 1 dari gejala berikut :
-
Asites (paling sering), icterus, edema perifer
Hematemesis melena (perdarahan varises esophagus)
Jaundice, tanda enselofati
Stigmata pada sirosis hati :
-
Spider angioma ( spider nervi)
Eritema palmaris
Ginekomastia
Atrofi testis, mengakibatkan impotensi dan infertile (terutama pada sirosis alkoholik)
Alopesia pada dada dan aksila
Hiperpigmentasi kulit
Kuku Mucherce, berupa pita putih horizontal yang terpisah dari warna normal kuku
Clubbing finger, ditemukan pada sirosis bilier
Fetor hepatikum, bau napas pd os sirosis
Atrofi otot
Splenomegali
Ukuran hati bisa normal besar atau mengecil, perabaan terasa keras dan nodular
Hipertensi porta  gambaran caput medusa (pembuluh kolateral) dana sites
-
Ptekie dan ekimosis apabila trombositopenia koagulopati berat
Kriteria diagnostic :
-
Stadium 1 = tidak ada varises, tidak ada asites
Stadium 2 = varises tanpa asites
Stadium 3 = asites dengan atau tanpa varises
Stadium 4 = Perdarahan dengan atau tanpa asites
Anamnesis :
Sesuai manifestasi klinis, tanyakan riwayat minum alkohol, riwayat hepatitis sebelumnya
PF :
-
PF abdomen sesuai manifestasi
Ukuran hepar variasi
Rectal touche : darah hitam
PP :
- GOLD STANDARD : BIOPSI HATI, CEK HISTOPATOLOGI
- USG hati
- EGD untuk deteksi varises esophagus
- AST (10-4- IU/L) dan ALT (7-56 IU/L) meningkat tapi tidak terlalu meningkat tinggi
- Alkali fosfatase dapat meningkat (>147 IU/L)
- GGT tinggi pada sirosis alkoholik (>51 IU/L)
- Albumin meningkat
- Globulin menurun
- Pemanjangan prothrombin time, menunjukkan tingkat disfungsi hati (normal 10-14 detik)
- Apabila asites, cek elektrolit terutama natrium (normal 135-145 mmol/L)
- CBC : lihat tanda anemia (Hb<13) dan jenisnya ( anemia normokrom, hipokrom
mikrositer,dll)
DD:
-
Fibrosis hepatis kongenital
Hipertensi portal
Medikamentosa ;
-Hepatitis B : peg-interferon alfa
-Hepatitis C : peg-interferon alfa dan ribavirin
-Hepatitis autoimun : prednisone
-Hemokromatosis : phlebotomy
-Asites : tirah baring , diet rendah garam, diuretic beri spironolakton 100 mg 1 x 1
- Anemia def. besi : sulfas ferosus 200 mg 3 x1
- Ensefalopati hepatikum : beri suplemen zinc sulfate 200 mg 2 x 1
- Antipruritus : Kolestiramin 4 gram 1x1
- Varises esophagus : propranolol 80 mg, sebelum dan sesudah perdarahan
- Furosemid diberikan jika terjaddi edema tungkai
Penatalaksanaan :
R/ Propanolol tab 80 mg no X
S uc
R/ Spironolakton tab 100 mg no X
S 1 dd tab 1
R/ Kolestiramin tab 4 gram no X
S 1 dd tab 1
R/ Sulfas ferosus tab 200 mg tab no XX
S 3 dd tab 1
R/ Zinc sulfate tabb 200 m g no X
S1 dd tab 1
R/ Furosemid tab 40 mg
S1 dd tab 1 h.m
Non medikamentosa :
-
Diet seimbang 35-40 kkal/KgBB ideal, protein 1,2-1,5 g/KBB/hari
Lakukan aktivitas fisik
Hentikan alkohol dan merokok
Pembatasan obat-obatan hepatotoksik dan nefrotoksik
Eduksi : konsul ajah
Abses Hepar
Infeksi pada hati oleh bakteri, parasite, jamur, atau nekrosis steril dari sistem GIT yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan
nekrotik hati, sel inflamasi atau sel darah dalam parenkim hati.
Terdapat 3 bentuk Abses hati :
1. Abses hati piogenik (AHP) disebabkan enterobakteria. Streptokokus, klebsiella, dn
salmonella typhi, dsb (80% kasus)
2. Abses hati amebic (AHA) disebabkan Entamoeba histolytica (10% kasus)
3. Abses hati jamur , terutama ec candida.
Manifestasi klinis AHP
-
Biasanya berhubungan dengan defisiensi imun ataupun trauma. Tanda dan gejala tidak
spesifik.
Gejala dan anamnesis :
-
Demam, tinggi disertai menggigil
Nyeri perut kanan atas, nyeri tiba tiba intensitas berat sehingga pasien tampak berjln
bungkuk, menjalar ke bahu.
Batuk . Jika abses berdekatan dengan diafragma dpat menyebabkan iritasi diafragma
shingga memicu batuk.
Icterus
BAB pucat
Urin gelap
Anoreksia
Malaise
Mual muntah
Penurunan BB
PF : Febris, hepatomegali, nyeri tekan hepar, diperberat dengan pergerakan abdomen,
splenomegaly, asites , icterus, tanda hipertensi portal
PP : Leukositosis ( shift to the left), neutrofilia, anemia normositik, normokrom,
Peningkatan alkali fosfatase, enzim transaminase dan serum bilirubin serta penurunan
albumin serum dan pemanjangan waktu prothrombin ( menunjukkan adanya kegagalan
fungsi hati)
Peningkatan LED
Radiologi : USG (GOLD STANDARD) masa hipoekoik dengan batas irregular.
CT Scan Dapat mengidentifikasi lesi dengan lebih kecil ( hingga 0,5 cm)
Mikrobiologi : Kultur hasil cairan aspirasi merupakan standar baku diagnosis
Komplikasi : bakterimia dengan mortalitas 85 %
Tatalaksana :
Drainase perkutaneus atau aspirasi dengan usg abdomen atau CT scan.
Antibiotik spectrum luas parenteral / antibiotic sesuai hasil kultur, durasi 2-3 minggu dan
dilanjutkan regimen ab berbeda selama 2-4 minggu stlh resolusi komplit
Ab yang digunakan : Penisilin ampicillin, sefalosporin gen 3, dan klindamisin atau
metronidazole
AHA (abses hati amebic)
Disebabkan Entamoeba histolytica
Etiopatpgenesis : bermula dari makanan sayur atau air yang terkontaminasi dan kmd tertelan
kistanya, kista rupture didalma lumen usus menjadi tropozoit. Melalui tropozoitkmd
menyebar ke hati melalui vena porta.
AHA merupakan jaringan hepar yang lisis abses berwarna coklat terdiri dari jaringan
nekrotik empedu, lemak, dan dll.
Gambaran klinis :
-AHA pasien lebih muda dari AHP (25-40 tahun)
- Nyeri abdomen intensitas sedang menjalar ke epigastrium dada dan bahu kanan.
- Demam yang remiten kadang mengiggil
- Anoreksia
-Ikterik
- hepatomegali permukaan rata
-batuk dengan/ tanpa dahak
- Diare
PP : idem AHP
Tatalaksana :
Metronidazole tab 500 mg no XXX
S3 dd tab 1
Atau
Klorokuin tab 600 mg no VI
PERLEMAKAN HATI
Akumulasi trigliserida dan lemak lainnya di hepatosit hingga lbh dr 5% dr slrh brt hati.
Diagnosis dibuat dgn temuan 5-10% lemak dr berat hati.
Patof
1. berkurangnya asam lmak beta di mitokondria
2. peningkaan sintesis asam lemak endogen atau menguatnya ambilan asam lemak oleh hati
3. penurunan pengeluaran trigliserida dalam bentuk VLDL
4. genetic
ALkoholic live disease (ALD)
Perlemakan hati muncul pada 90% peminum alkohol kronik. Perlemakan hati alkoholik merpkn
konsekuensi awal dan reversibel dari konsumsi alkohol berlebihan
Non Alkoholic fatty liver disease (NAFLD)
NAFLD merupakan sluruh spectrum penyakit perlemakan hati tanpa konsumsi alkohol yg
signifikan , dimulai dari perlemakan hati sederhana, steatohepatitis non alcoholic (NASH),
fibrosis hati, dan sirosis hati. NASH merupakan bentuk perlemakan hati yang lebih berat.
Diagnosis NAFLD harus memenuhi syarat :
-
Bukti adanya steatosis hepatis, baik dengan gambaran histologi atau radiologi
Tidak terdapat penyebab akumulasi lemak hati sekunder seperti konsumsi alkohol
signifikan , penggunaan obat-obatan steatogenik atau kelainan herediter.
Faktor resiko :
-berkaitan dengan sindroma metabolic, obesitas
Perlemakan hati pada hepatitis virus
Sering terjadi pada penderita hepatitis C karenan virus tsb dpt meningkatkan regulasi sterol
regulatory element binding protein signaling pathway (SREBP) yang merupakan pathway faktor
transkripsi yang mengatur metabolisme lemak. Slain itu protein inti HCV juga menghambat
protein transfer trigliserida microsomal (MTO) yang menyebabkan terhambatnya pengumpulan
VLDL dan berkurangnya sekresi lemak. Bersamaan dengannya terjd akumulasi trigliserida di
hati yang berkontribusi pada steatosis hepatis dan resistensi insulin.
Gambaran klinis dan anamnesis (ALD dan NAFLD)
Malaise, lemah,anoreksia, mual , tidak nyaman di abdomen, 15 % os ada icterus. (ALD) stlh
konsumsi alkohol
NAFLD : jarrah ngeluh tapi biasanya lemah, letih, tidak nyaman abdomen atas.
Pada os yang sirosis karena NASH progresif dapat berkembang asites, edema , jaundice.
Perlu ditanyakan juga riwayat DM, hep B, dan hep c serta dyslipidemia.
PF : dapat ditemukan hepatomegali, muscle wasting, kardiomiopati, pankreatitis, neuropati
perifer. Hepatomegali biasanya ditemukan pada NAFLD. Splenomegali dan stigmata hipertensi
portal dapat ditemukan pada penderita yang lebih lanjut yang telah berkembang mjd sirosis.
PP :
1. Kadar insulin dan gula darah pelru diperiksa untuk mengetahui thy g diperlukan
2. leukositosis
3. peningkatan SGOT SGPT peningkatan ALT AST sebanyak 2-7 kali. AST umumnya lebih
tinggi daripada ALT, keduanya selalu < 500 IU/L pada keadaan non sirosis , pada AST/ALT > 2
maka ada riwayat alkohol. AST/ALT < 1 maka NASH
4. Serologi virus untuk singkirin hepatitis sbg penyebab HbsAg dan HCV
5. Pada NASH ada ANA (antibody antimuklear) dan antibody anti smooth muscle (ASMA) yang
meningkat. ANA ASMA + maka derjat fibrosis berat
6. Radiologi : USG gambaran hati ekogenik difus (ALD) , hiperekogenik atau terang (NAFLD).
Terlihat jiaka perubhn sdh > 30%
7. Biopsi : akumulasi lemak di area perientral (sentrilobular)
Tatalaksana :
1. tidak ada th khusus utk yg ALD istirahat, puasa alkohol dan diet adekuat
2. Kombinasi Vit C dan E efektif mengurangi resiko steatosis hepatis pada individu sehat
3. Vitamin E 800 IU/hari
4. asam lemak omega 3
5. statin untuk th dyslipidemia pada pasien dengan NAFLd dan NASH
6. Olahraga 20 menit 5-7 kali per minggu
Parotitis
Gondong (mumps) adalah penyakit menular akut yang ditandai dengan pembesaran nonsuporatif
salah satu atau kedua kelenjar air liur. Virus gondong terutama menyebabkan penyakit kanakkanak yang ringan, tetapi pada orang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan orkitis
umum terjadi. Lebih dari sepertiga seluruh infeksi gondong bersifat asimptomatik.
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala, muntah, sakit
waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang
terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atau minum
sesuatu yang asam
ETIOLOGI
Virus mumps atau gondongan (parotitis) merupakan salah satu dari kelompok paramyxo virus.
2 teori patogenesis parotitis epidemika :
1.
Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus Stensen kelnjar parotitis dan terjadi
multiplikasi pertama pada kelenjar ini, kemudian diikuti oleh viremia umum, dan lokalisasi yang
dituju adalah testis, ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung dan otak.
2.
Replikasi primer terjadi dalam epitel permukaan saluran nafas kemudian diikuti oleh
viremia umum dan lokalisasi serentak dalam kelenjar saliva dan alat tubuh lainnya.2
GEJALA KLINIS
Dimulai dengan stadium prodormal, lamanya 1-2 hari dengan gejala demam
-
-
anoreksia,
sakit kepala,
muntah dan nyeri otot.
Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,50C-39,50C,
kemudian timbul pembengkakan kelanjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi
kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun pada perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatau yang
asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika.
Di daerah parotis, kulit tanpak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan,
bagian bawah daun telinga terangkat ke atas.
Kadang-kadang disertai trimus dan disfagia.
-
Di rongga mulut pada muara duktus Stenson tampak kemerahan dan edeam.
Pembengkakan kelenjar berlangsung 3 hari dan kemudian mengempis. Kadang-kadang
kelejar submandibularis dan sublingual juga dapat terkena.
PP :
a. Darah rutin
biasanya leukopenia ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering
menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase Serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan
parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.
c. Pemeriksaaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus, yaitu:
- Hemaglutination inhibition (HI) test
titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
- Neutralization (NT) test
- Complement – Fixation (CF) test
Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan
infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering
mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6
sampai 12 minggu.
d. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan
dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.
Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan
fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.5
Download