Uploaded by mail.indve

SEJARAH Mataram Kuno

advertisement
“KERAJAAN
MATARAM KUNO”
William / 6
Alexander / 13
Nathaniel / 8
Andreas / 15
Septiana / 19
MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang berdiri pada abad ke-8 yang berada di Jawa
Tengah, yang kemudian berpindah ke Jawa Timur pada sekitar abad ke-10 oleh Mpu Sindok
(kerajaan baru bernama Medang Kamulan) Terdapat dua dinasti yang menguasai kerajaan ini, yaitu
Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno ini bersumber dari Prasasti Sojomerto (Abad ke-7),
Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kalasan (778 M), Prasasti Kelurak (782 M), Prasasti Ratu Boko
(856 M), Prasasti Mantyasih (907 M)
SISTEM POLITIK MATARAM KUNO
Berdasarkan Prasasti Canggal ditemukan bahwa Kerajaan Mataram Kuno awal dipimpin
oleh Raja Sanna. Raja Sanna setelahnya digantikan oleh keponakannya sendiri yang bernama
Sanjaya. Sanjaya merupakan anak Sanaha, saudara perempuan dari Raja Sanna. Hal ini terjadi
dikarenakan Raja Sanna tidak mempunyai keturunan. Raja Sanjaya memimpin dengan penuh
bijaksana sehingga rakyat Mataram hidup makmur, tenteram, dan aman.
Setelah Sanjaya, kepemimpinan Kerajaan Mataram Kuno dipinmpin oleh Panangkaran. Dari
prasasti Balitung ditemukan bahwa Raja Panangkaran memiliki gelar Syailendra Sri haraja Dyah
Pancapana Rakai Panangkaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa asal Rakai Panangkaran dari
keluarga Sanjaya dan Syailendra.
Sepeninggal Raja Panangkaran
Sepeninggal Panangkaran, Kerajaan Mataram Kuno terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu
Kerajaan Mataram yang bernuansa Hindu dan Kerajaan Mataram yang bernuansa Buddha. Wilayah
Kerajaan Mataram yang bernuansa Hindu mencakup Jawa Tengah bagian Utara. Kerajaan ini
dipimpin oleh Dinasti Sanjaya dengan raja-raja, semisal: Panunggulan Warak, Pikatan, dan
Garung. Sedangkan wilayah Kerajaan Mataram Kuno yang bernuansa Buddha mencakup Jawa
Tengah bagian Selatan. Kerajaan ini dipimpin oleh Dinasti Syailendra dengan seorang raja antara
lain Indra. Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya menggelar perkawinan politik bersama
Pramodhawardani dari keluarga Syailendra pada tahun 850 M. Dengan adanya perkawinan ini,
Kerajaan Mataram Kuno dapat kembali dipersatukan.
Pada masa kepemimpinan Pikatan-Pramodawardani, wilayah Mataram luas berkembang
mencakup Jawa Timur dan Jawa Tengah. Rakai Pikatan juga sukses membangun Candi Plaosan.
Setelah Rakai Pikatan meninggal, Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno diambil alih oleh Balitung
Raja Balitung
Raja Balitung adalah raja terbesar dari Kerajaan Mataram dan memiliki gelar Sri Maharaja Rakai
Wakutura Dyah Ballitung. Pada masa kepemimpinannya banyak didirikan candi dan prasasti. Di
antaranya ialah komplek Candi Prambanan.
Setelah pemerintahan Balitung, pemerintahan berturut-turut dikendalikan oleh Tuladong, Daksa, dan
Wawa. Raja Wawa memerintah diantara 924 – 925 M. Kemudian ia digantikan oleh mantunya yaitu
Mpu Sendok. Pada masa kepemimpinan Mpu Sendok, pusat kerajaan Mataram Kuno dipindah
lokasikan ke Jawa Timur. Hal ini dikarenakan makin besarnya akan pengaruh Kerajaan Sriwijaya
yang dipimpin oleh Balaputradewa. pada masa abad ke-7 hingga abad ke-9 terjadi serangan
pertempuran dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini menjadikan Mataram Kuno semakin terdesak
sampai wilayah timur.
Selain itu juga, sering terjadi akan bencana alam yang merupakan letusan gunung Merapi. Letusan
gunung ini masyarakat Mataram Kuno meyakini sebagai tanda kehancuran dunia. Maka dari itu,
mereka meyakini letak Kerajaan di Jawa Tengah sudah tidak bisa atau layak dan harus dipindahkan.
DINASTI SANJAYA
A. SISTEM POLITIK
Berdasarkan catatan yang ada di dalam prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung
(Wangsa Sanjaya ke-9) mereka memberikan hadiah berupa tanah kepada 5 orang patihnya yang
memiliki jasa yang besar terhadap Mataram. Dalam prasasti itu juga disebutkan beberapa raja
yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya, diantaranya ialah :
1. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa wangsa Sanjaya merupakan masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya duduk di atas tahta kerajaan pada pertengahan dan
kemudian diganti oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran.
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia berhasil mengembangkan potensi wilayah
kerajaan. Menurut prasasti, dimasa Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama
Candi Tara dan di dalamnya tersimpan patung Dewi Tara. Karena berada di Desa Kalasan,
candi tersebut dikenal dengan nama Candi Kalasan.
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan memiliki makna raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Sesuai
dengan namanya, beliau berjasa dalam sistem kalender Jawa Kuno. Dalam misi dan juga visi
Rakai Panggalan selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Dan dalam
perwujudan visi dan misi tersebut diabadikan dalam Catur Guru.
Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
Guru Swadaya, Tuhan
Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Sri Maharaja Rakai Warak berperan besar dalam dunia militer, sebab dimasa
pemerintahannya dunia militer berkembang dengan sangat pesat.
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung yang bermakna raja mulia yang tahan banting dengan segala macam rintangan. Untuk
kemakmuran rakyatnya, sang raja bekerja dari pagi hingga larut malam.
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dimasa pemerintahan Rakai Pikatanlah dinasti Sanjaya mengalami masa yang gemilang.
Dalam masa pemerintahan beliau, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah
kekuasaannya. Namun sang Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya,
bahkan pasukan Balaputera Dewa bisa dimundurkan dan melarikan diri hingga ke
Palembang. Di masa Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro
Jonggrang.
7. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa kejayaan dimasa pemerintahan Rakai Pikatan. Di masa
pemerintahannya pasukan Balaputera Dewa sempat menyerang wilayah kekuasaannya,
namun sang Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya, bahkan pasukan
Balaputera Dewa bisa dimundurkan dan melarikan diri hingga ke Palembang. Di masa Rakai
Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
8. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Di dalam Prasasti Siwagraha menceritakan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
mempunyai gelar Sang Prabu Dyah Lokapal di masa itu.
9. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Rakai Watuhumalang mempunyai prinsip dalam pemerintahannya yakni Tri Parama Arta.
10. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Pada masa Dyah Balitong juga merupakan masa kejayaan untuk Wangsa Sanjaya. Pada saat
itu sang prabu aktif dalam menciptakan kegiatan olah Cipta Karya yang berfungsi untuk
mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
11. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Dimasa pemerintahan Dyah Balitong, Sri Maharaja Rakai Daksottama diperintahkan untuk
menggantikan Dyah Balitong menjadi raja Mataram Hindu.
12. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong menggantikan Rakai Daksottama untuk memimpin masyarakat
Mataram Hindu, hal tersebut tertera dalam Prasasti Poh Galuh yang bertuliskan angka tahun
809 Masehi. Pada masa pemerintahannya, sang Dyah Tulodhong sangat memperhatikan para
kaum Brahmana.
13. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Sri Maharaja Dyah Wawa merupakan ahli dalam bidang berdiplomasi, sehingga beliau sangat
terkenal dalam urusan kancah politik internasional.
B. SISTEM EKONOMI
Di masa dinasti sanjaya kehidupan ekonomi pada saat itu bertumpu pada sektor pertanian
sebab keberadaannya yang berada di dalam pedalaman dan juga memiliki tanah yang subur.
Seiring berjalannya waktu, kerajaan ini mulai mengembangkan kehidupan dibidang pelayaran.
Hal ini bermula ketika masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan keberadaan sungai
bengawan solo sebagai jalur lalu lintas utama perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur.
C. KEHIDUPAN SOSIAL
Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang Brahmana dapat
menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun sebaliknya seorang Ksatria bisa saja
menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia
manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala
yang terjadi di alam semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula
sebaliknya.
Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin
hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara sesama manusia.
Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan
dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib
membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.
Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi.
Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa candi antara lain: Candi Arjuna,
Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candicandi lain yang dibangun pada masa Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi
Gedongsongo, Candi Sambisari, dan Candi Ratu Baka.
DINASTI SAILENDRA
A. SISTEM POLITIK
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah
Dinasti Syailendra, di antaranya:
1. Bhanu ( 752- 775 M )
Raja Bhanu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
2. Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di bangun tepatnya pada 778 M.
3. Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M,
di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan
Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat
Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya
adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya
yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
4. Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur
segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat
menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur.
Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan
digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.
5. Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau bergelar
Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat.
Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari
Wangsa Sanjaya.
6. Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi Tara, Puteri
raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang
menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut
karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang
diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera
Dewa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke Palembang.
D. SISTEM EKONOMI
Letak kerajaan Mataram yang terisolasi menyebabkan perekonomian kerajaan itu sulit untuk
berkembang dengan baik. Selain itu, transportasi dari pesisir ke pedalaman sulit untuk dilakukan
karena keadaan sungainya. Dengan demikian, perekonomian rakyat banyak yang mengandalkan
sektor agraris daripada perdagangan, apalagi perdagangan internasional. Dengan keadaan
tersebut, wajar bila Raja Kayuwangi berusaha untuk memajukan sektor pertanian, sebab dengan
sektor inilah, perekonomian rakyat dapat dikembangkan.
Berdasarkan prasasti Purworejo (900 M) disebutkan bahwa Raja Belitung memerintahkan
pendirian pusat-pusat perdagangan. Pendirian pusat-pusat perdagangan tersebut dimaksudkan
untuk mengembangkan perekonomian masyarakat, baik di sektor pertanian dan perdagangan.
Selain itu, dimaksudkan agar menarik para pedagang dari daerah lain untuk mau berdagang di
Mataram.
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti
Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti
Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci
dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak
Prasasti Wonogiri (903 M) menceritakan tentang dibebaskannya desa-desa di daerah
pinggiran sungai Bengawan Solo apabila penduduk setempat mampu menjamin kelancaran lalu
lintas di sungai tersebut. Terjaminnya sarana pengangkutan atau transportasi merupakan kunci
untuk mengembangkan perekonomian dan membuka hubungan dagang dengan dunia luar.
Dengan demikian, usaha-usaha mengembangkan sektor perekonomian terus diusahakan oleh raja
Mataram demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.
E. KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui
bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi
yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi
ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama
yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.
PRASASTI PENINGGALAN MATARAM KUNO
1. Prasasti Sojomerto (Abad ke-7)
Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan ditemukan di desa Sojomerto, kabupaten Pekalongan. Isi
dalam prasasti ini adalah penjelasan bahwa Syailendra merupakan penganut agama Budha.
2. Prasasti Canggal (732 M)
Prasasti ini memiliki bentuk Candrasangkala. Ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Isi
prasasti ini adalah peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.
3. Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti Kalasan berbentuk tulisan yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pranagari (India
Utara). Peninggalan yang berupa prasasti ini ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta. Isi dari prasasti
ini ialah tentang kabar Raja Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan
bangunan suci untuk Dewi Tara. Dimana bangunan suci ini akan dijadikan vihara bagi para pendeta
Budha.
4. Prasasti Kelurak (782 M)
Prasasti Kelurak ditemukan di desa Prambanan. Isinya menceritakan pembangunan arca Manjusri
sebagai wujud sang Budha, Dewa Wisnu dan Sanggha. Selain itu prasasti ini juga menyebut Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya sebagai raja yang berkuasa saat itu. Prasasti ini ditulis
dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta.
5. Prasasti Ratu Boko (856 M)
Isi dari prasasti Ratu Boko menceritakan tentang kekalahan Balaputra Dea dalam perang melawan
kakaknya yaitu Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan.
6. Prasasti Mantyasih (907 M)
Prasasti ini ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah. Isi dari prasasti ini adalah silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Bality. Yaitu Raja Sanjaya,nRakai Panangkaran, Rakai Warak, Rakai
Panunggalan, Rakai Garung, Rakai Watuhmalang, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi dan Rakai
Watukara Dyah Balitung.
RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM KUNO
Pada masa kepemimpinan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi persoalan dan berbagai
masalah yang rumit sehingga muncullah benih perpecahan di dalam keluarga kerajaan. Selain itu
masa keemasan Mataram Kuno mulai runtuh serta banyak terjadi perang antar saudara. Penyebab
runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut :




Adanya perbedaan ekonomi dan kepercayaan, masa itu penduduk Jawa banyak yang
menganut Hindu, namun Syailendra menganut Budha.
Meletusnya gunung Merapi. Lahar letusan gunung tersebut menimbun candi-candi yang
dibangun oleh kerajaan sehingga menjadi rusak.
Terjadinya krisis politik tahun 927-929 M.
Perpindahan letak kerajaan Mataram karena pertimbangan ekonomi. Daerah Jawa Tengah
yang kurang subur dipindah ke Jawa Timur yang memiliki jalur strategis untuk perdagangan.
SUMBER:
https://www.materisma.com/2014/02/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html?m=0
https://www.romadecade.org/kerajaan-mataram-kuno/#!
https://www.scribd.com/document/362101445/Sejarah-Kerajaan-Mataram-Kuno
https://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html
https://ibnuasmara.com/kerajaan-mataram-kuno/
https://www.yuksinau.id/kerajaan-mataram-kuno/
https://www.slideshare.net/M-ia/presentation4-27234731
https://www.slideshare.net/nurhsarii/kerajaan-mataram-kuno-25564624
https://prezi.com/yxv2-lj6tt6s/sma-mataram/
https://slideplayer.info/slide/3648998/
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-kuno.html
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-mataram-kuno/#forward
http://lailameika13.blogspot.com/2015/03/kehidupan-politik-sosial-ekonomi-dan_22.html
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-kuno.html
Download