Uploaded by suciwhyu19

MAKALAH URINALISA DAN CAIRAN TUBUH KEL 04 LCS

advertisement
MAKALAH URINALISA DAN CAIRAN TUBUH
“CAIRAN OTAK BESERTA PEMERIKSAANYA”
Disusun oleh :
ANNISA EKA SAFITRI
DESTIANA PUTRI RAHMADANI
FERNANDO RAHUL SURYA PRATAMA PUTRA
FIKRI BAROKAH
IMROATUN HASANAH
INDRIANI NOVITA LESTARI
KHAIRANA RACHMATILLAH
MAREZHA AULIA PUTRI SUGIARSONO
NABILA LUTFI NURHALIZA
NADYA NURHALIZA DAMAYANTI
SUCI WAHYUNINGTYAS
SYAHRAINI
P07234019007
P07234019012
P07234019017
P07234019018
P07234019023
P07234019025
P07234019027
P07234019029
P07234019033
P07234019034
P07234019045
P07234019047
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
2A TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
urinalisa dan cairan tubuh tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “cairan otak beserta pemeriksaannya” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Penulis menyadari makalah bertema
bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan. Kami menerima segala bentuk
kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah urinalisa dan
cairan tubuh ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Samarinda, 09 Juli 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A.
B.
C.
D.
Devinisi LCS ........................................................................................ 2
Anatomi dan fisiologi .......................................................................... 2
Prosedur pungsi lumbal ........................................................................ 4
Macam-macam pemeriksaan LCS ....................................................... 5
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18
Kesimpulan .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hasil Pemeriksaan protein kualitas pandy test positif .................... 12
Gambar 2.1 Hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test positif ............. 13
Gambar 2.1 Interpretasi hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test ...... 13
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel pehitungan jenis sel pemeriksaan mikroskopis LCS ............. 9
Tabel 2.2 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar protein LCS ............ 14
Tabel 2.3 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar glukosa LCS .......... 15
Tabel 2.4 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar clorida LCS ............ 17
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang terpenting dalam
proses diagnosis suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa
didapatkan dari proses tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan langkah yang akan diambil terhadap pasien. Dengan
demikian, proses pemeriksaan laboratorium memiliki peranan vital bagi
pasien. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien menggunakan bahan
pemeriksaan yang berasal dari tubuh pasien. Pada prinsipnya semua organ
dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun yang sering dilakukan untuk
pemeriksaan rutin hanya specimen yang memiliki arti klinis, misalnya
darah, urine, serum, sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan otak (LCS)
(Prastiwi, 2014).
Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya
gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS
ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi
(Prastiwi, 2014).
B. Rumusan masalah
1. Apa devinisi, anatomi, dan fisiologi LCS?
2. Bagaimana prosedur pungsi lumbal?
3. Sebutkan macam-macam pemeriksaan LCS?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui devinisi, anatomi, dan fisiologi LCS
2. Untuk mengetahui prosedur pungsi lumbal
3. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan LCS
4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Devinisi LCS
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui
lumbal punksi. Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan
yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping
filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu
cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat,
susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa
macam zat dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik
atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan
dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik
yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi
trauma. Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi
( Prastiwi, 2014).
Pasien yang menjalani perawatan dengan indikasi kejang disertai
demam, dapat memiliki dua kemungkinan penyebab kejang. Kejang
disebabkan infeksi ekstra kranial atau intra kranial. Keputusan untuk dapat
menentukan jenis penyebab kejang dapat diketauhui dengan anamnesis
yang bersifat allo-anamnesis dan dengan pemeriksaan fisik serta
ditegakkan dengan pemeriksaan LCS (Suharsono, 2014).
B. Anatomi dan Fisiologi
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan
sisterna dan ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula
spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan
diatur pada suatu tingkat yang konstan.
1. Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP)
terhadap trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat
spesifik yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar4%), sehingga
otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala
akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak,
menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk
akibat adanya benturan tadi.
2. Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus
choroideus ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah
2
kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan
membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang
bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak
(kebocoran sawar darah otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS
yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/ hari),volume CSS
total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari ventrikel lateralis
melalui foramen intra ventrikular (foramen Monroe) ke venrikel
ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus(aquaductus sylvii) ke
venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen Magendi)
danapertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna
cerebelomedular (sisterna magna). Darisisterna cerebelomedular, CSS
memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan
medulaspinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang
terdapat pada hemisfer serebral.Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti
kembang kol yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok
ke dalam kornu temporal dari setiap ventrikel lateral,bagian posteror
ventrikel ketiga dan atap ventrikel keempat.Sekresi cairan oleh pleksus
koroideus terutama bergantung pada transpor aktif dari ion natrium
melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus.
Sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan
osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kirakira sama dengan plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari
plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30%
lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase (acetazolamide),
kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan agen
vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.
Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis.
Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid
ke dalam sinus venosusotak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis
adalah penonjolan seperti jari dari membran arakhnoidke dalam
dinding sinus venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya
ditemukan bersama-sama, dan membentuk suatu struktur makroskopis
yang disebut granulasi arakhnoid yang terlihat menonjol kedalam
sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa vili
ditutupi oleh sel endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar
yang langsung menembus badan sel.
Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil
protein keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak,
karena tidak ada pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini
3
meninggalkan jaringan terutama dengan mengalir bersama cairan yang
melalui ruangperivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk
mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan
serebrospinal untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam
vena-venaserebral. Ruang perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem
limfatik yang khusus untuk otak.. Selain menyalurkan cairan dan
protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan partikel asing dari otak
ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak,
sel darah putih dan jaringanmati infeksius lainnya dibawa keluar
melalui ruang perivaskuler ( Prastiwi, 2014).
Pada kasus penegakan diagnosis meningitis TB didasarkan pada
karakteristik klinis, seluler laboratorium, mikrobiologi liquor
cerebrospinalis (LCS), dan radiologicalimaging. Pemeriksaan
mikrobiologi LCS secara konvensional adalah dengan pengecatan
Ziehl Neelsen (ZN) dan kultur TB. Hasil pengecatan ZN dari material
LCS seringkali memberikan hasil negatif palsu, disebabkan karena
sedikitnya konsentrasi bakteri di dalam LCS, sedangkan kultur TB
membutuhkan waktu yang lama sekitar 5-8 minggu. Konsentrasi
bakteri dalam LCS pada kasusinfeksi susunan saraf pusat biasanya
dibawah 103/ml. Masuknya bakteri TB ke dalam LCS didapatkan
karena bakteriemia oleh fokal infeksi pada paru. Kelainan CT-scan
kepala yang khas untuk meningitis TB yaitu adanya basal meningeal
enhancement dan atau infark dan atau hydrocephalus communicans,
tetapi penelitian lain menyebutkan bahwa CT-scan kepala secara
significantberbeda antara pasien dengan definitif dan non definitif
meningitis TB (Pasco, 2012 didalam Masfiyah, dkk, 2013).
C. Prosedur pungsi lumbal
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada
lumbal III dan IV dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada
suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat
disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat
memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan
dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
1. Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan
karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan.
2. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3. Tabung III berisi 2 mL
4
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein
kualitatif/kuantitatif.
Tata Cara
:
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi
maksimal (lutut di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis )
dan garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri
dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara
L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius
10 cm dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan
tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan
terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan
menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan.
Masukan jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah
proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas samapai menembus
duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada
bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja
jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan
aliran cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum
mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester ( Prastiwi, 2014).
D. Macam-macam pemeriksaan LCS
Pemeriksaan terhadap LCS terdiri atas :
a. Pemeriksaan Rutin
1. Makroskopis
2. Mikroskopis
3. Kimia
4. Bakteriologi
b. Pemeriksaan Fisik : Tekanan
c. Pemeriksaan Khusus
1. Elektroforesa Protein
5
2. Imunoelektroforesa
3. Serologi
4. Imunoglobulin
1. Makroskopis
Pemeriksaan Makroskopis meliputi :
a. Warna
b. Kekeruhan
c. pH
d. Konsistensi (Bekuan)
e. Berat Jenis
Metode
Tujuan
Alat
Spesimen
Prinsip
: Visual (Manual)
: Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik
meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
:
a. Tabung reaksi
b. Beaker gelas
c. Kertas indikator pH universal
d. Refraktometer abbe
: Cairan LCS
: Pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan
membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan
pada LCS.
Cara Kerja :
a. Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan
1) Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai
pembanding.
2) Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama
ukurannya dengan pembanding.
3) Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang
kertas putih.
4) Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.
b. Tes Berat Jenis
Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa
pada eye piece BJ ( Prastiwi, 2014).
Interprestasi hasil :
a. Warna
Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding.
6
b. Kejernihan/Kekeruhan
1) 0 = jernih
2) + 1 = berkabut
3) + 2 = kekeruhan ringan
4) + 3 = kekeruhan nyata
5) + 4 = sangat keruh
c. Bekuan
Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)
d. Ph
: 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum
e. Berat jenis : 1.000 – 1.010, 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Warna Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan
viskositasnya sebanding air.
1) Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
2) Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat
hemolysis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
3) Hijau atau keabu-abuan → pus
4) Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma
subdural kronik
5) Xanthokromia
→
(kekuning-kuningan)
pelepasan
hemoglobin dari eritrosit yang lisis (perdarahan
intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh kadar
protein tinggi (> 200 mg/dl)
b. Kekeruhan
1) Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun
demikian LCS yang jernih terdapat juga pada meningitis
luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis
tuberkulosa.
2) Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
a) lekosit 200-500/ul3
b) eritrosit > 400/ml
c) mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
d) aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
e) media kontras radiografi.
c. Konsistensi bekuan
a) Bekuan →banyak darah masuk
b) Normal → tidak terlihat bekuan
7
c) Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi
fibrin. Disebabkan: trauma pungsi, meningitis
supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan sangat
halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24
jam (Dharma; Rasmika, 2016).
d) LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada
kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan
sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah,
terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah
membeku.
e) Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang
menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin (
Prastiwi, 2014).
2. Mikroskopis
Metode : Bilik Hitung
Prinsip
: LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel
leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya
dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Alat dan Reagen :
a. Mikroskop
b. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup,
pipet thoma leukosit
c. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10
mL dan aquadest 90 mL.
Spesimen : LCS
Cara Kerja :
a. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
b. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
c. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
d. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung
pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x
(Dharma; Rasmika, 2016).
Perhitungan :
Ʃ Sel = Jumlah sel ditemukan x 1 x 1 x pengenceran
Jumlah kotak
L
T
= ……..sel/mm3 LCS
Ket : T = tinggi bilik hitung : 1/10 mm
L = luas 1 satuan kotak yang dipakai
8
Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS ( Prastiwi,
2014).
3. Hitung jenis sel
Metode
: Tetes tebal dengan pewarnaa Giemsa
Alat dan Reagen :
a. Objek Gelas
b. Kaca Penghapus
c. Sentrifuge
d. Tabung reaksi
e. Metanol absolut
f. Giemsa
g. Timer
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
a. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
b. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
c. Supernatant dibuang dan endapan diambil.
d. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
e. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
f. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
g. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil
imersi (Dharma; Rasmika, 2016).
Perhitungan
:
Jenis sel
MN
PMN
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Jumlah
%
Tabel 2.1
Tabel pehitungan jenis sel pemeriksaan mikroskopis LCS
Interpretasi
: Normal MN 100% dan PMN 0% ( Prastiwi, 2014).
4. Bakterioskopi
Dari pemeriksaan bakteliologi terhadap LCS, bakteri yang sering
muncul ialah : Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis,
Streptococcus pneumoniae, dan Haemophillus influenzae.
Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di
dapatkan petunjuk ke arah etiologi radang. Pemeriksaan yang paling
diperlukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl Neelsen. Specimen yang
dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya memakai sedimen dari LCS.
9
Untuk pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga dipakai
specimen bekuan halus dekat permukaan LCS.
a. Pewarnaan Gram
Cara Kerja :
1) Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol
70% steril.
2) Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS
3) Difiksasi di atas api bunsen.
4) Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit,
dicuci denan air mengalir, dan dikeringanginkan.
5) Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air
mengalir, dan dikeringanginkan.
6) Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air
mengalir, dan dikeringanginkan.
7) Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air
mengalir, dan dikeringanginkan.
8) Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x,
kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel
bakteri.
b. Pewarnaan Zeihl Neelsen
Cara Kerja :
1) Letakan sediaan yang telah difiksasi pada rak dengan apusan
menghadap ke atas.
2) Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% (ZN A) sampai menutupi
seluruh permukaan sediaan sputum.
3) Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama
3-5 menit (tidak boleh mendidih/kering).
4) Singkirkan api spiritus, diamkan selama 5 menit.
5) Bilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna merah yang
bebas terbuang.
6) Tetesi sediaan dengan larutan asam alcohol 3% (ZN B) sampai
warna merah fuchsin hilang.
7) Bilas dengan air mengalir pelan.
8) Teteskan larutan methylen blue 0,3% ( ZN C)pada sediaan
sampai menutupi seluruh permukaan.
9) Diamkan 10 – 20 detik.
10) Bilas dengan air mengalir pelan.
10
11) Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000x,
kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel
bakteri ( Prastiwi, 2014).
5. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
a. Penetapan protein secara kualitatif
b. Kadar protein
c. Kadar glukosa
d. Kadar klorida (Dharma; Rasmika, 2016).
a) Protein kualitatif
1) Keadaan normal→ cairan otak mengandung sedikit sekali
protein
2) Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil
daripada dalam plasma
3) Konsentrasi protein ↑ :
i.
Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang
ii.
Meningitis yang berat
A. Pandy Test
1. Prinsip
: reagen pandy memberikan reaksi terhadap
protein (albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan.
Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau
kekeruhan yang ringan seperti kabut.
2. Alat dan reagensia :
a. Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
b. Kertas putih
c. Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
3. Cara Pmeriksaan
:
a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen
Pandy
b. Tambahkan 1 tetes LCS
c. Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
4. Interpretasi hasil
:
a. Negatif : tidak ada kekeruhan
b. Positif : terlihat kekeruhan yang jelas
1) +1
: opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
2) +2
: keruh
3) +3
: sangat keruh
11
4) +4
: Kekeruhan seperti susu
5. Nilai normal
: (-) / (+1)
Gambar 2.1 Hasil Pemeriksaan protein kualitas pandy test positif
(https://www.infolabmed.com/2018/09/pemeriksaan-cairan-otaknonne-dan-pandy.html)
B. Test None Apelt
1. Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein
globulin dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin.
Ketebalan cincin berhubungan dengan kadar globulin,
makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin
tebal.
2. Alat dan Reagensia :
a. Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
b. Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam
air)
3. Cara Pemeriksaan
:
a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen
Nonne
b. Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan
sehingga terbentuk 2 lapisan,
c. di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3
menit.
12
d. Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan
latar belakang gelap.
4. Interpretasi hasil
:
a. Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan
b. +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok
(tidak ada bekasnya).
c. +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi
d. +3 : mengawan setelah dikocok
5. Normal
: (-)
Gambar 2.2 Hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test positif
(https://www.infolabmed.com/2018/09/pemeriksaan-cairan-otak-nonnedan-pandy.html)
Gambar 2.3 Interpretasi hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test
(https://teknologilaboratoriummedik.blogspot.com/2016/10/pemeriksaanlcs-metode-none-pandy.html)
13
b) Kadar protein
1.Metode : Biuret
2.Prinsip
: Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri
(II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang
dapat diukur dengan spektrofotometer.
3.Alat
:
1) Tabung reaksi
2) Mikropipet 20 µLdan 1000 µL.
3) Tip kuning dan biru.
4) Fotometer
4.Reagensia :
a. Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12
mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen.
b.Reagen standard : 8,0 g/dL
5.Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa
bila disimpan pada suhu ruang.
6.Spesimen : LCS
7.Cara Kerja :
1) Masukkan ke dalam tabung berlabel :
Blanko
Standar
Sampel
Standar
20 µl
Serum
20 µl
Reagen kerja
1000 µl
1000 µl
1000 µl
Tabel 2.2
Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar protein LCS
2) Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
3) Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer
dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko
reagent.
8.Perhitungan
:
Total Protein = Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0
g/dL)
Absorben standard
= ..............g/dL x 1000
9.Nilai Normal
: 15 – 45 mg/dl
14
= ......mg/dL
c) Kadar gukosa
Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS → meningitis purulenta
(metabolisme leukosit & bakteri ↓ kadar glukosa à 0).
Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar
glukosa dapat disebabkan oleh : fungi, protozoa, bakteri
tuberculosis, dan bakteri piogen.
Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS.
1) Metode : GOD-PAP
2) Prinsip
: Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase
menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase
menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.
3) Alat
:
1.Tabung reaksi kecil
2.Timer
3.Mikropipet 10 dan 1000 µl
4.Tissue
5.Tip kuning dan biru
6.Rak Tabung
7.Fotometer
4) Reagensia :
1. Reagen kerja Glukosa
2. Reagen standar Glukosa 100 mg/dl
3. Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai
kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
5) Spesimen : LCS
6) Cara Kerja :
1. Dipipet ke dalam tabung:
Blanko
Standar
Sample
Standar
-
10µ
-
Serum
-
-
10µ
Reagen Kerja
1000µ
1000µ
1000µ
Tabel 2.3
Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar glukosa LCS
2. Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10
menit.
15
3. Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer
terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
7) Pengamatan dan Pembacaan
:
Absorben blanko aquabidest : 0,000
Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan
sampel
8) Perhitungan
:
Glukosa
= Absorben sampel
x konsentrasi standard
(100 mg/dL)
Absorben standard
= ..............mg/dL
9) Nilai Normal
: 45 – 70 mg/dL
d) Chlorida Kuantitatif
1. Metode : TPTZ
2. Prinsip
: Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4tri-(2 pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri
(II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II)
menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada
578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
3. Alat
:
a) Tabung reaksi kecil
b) Timer
c) Mikropipet 10 dan 1000 µl
d) Tissue
e) Tip kuning dan biru
f) Rak Tabung
g) Fotometer
4. Reagensia :
a) Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan
merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5
mmol/L
b) Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau
355 mg/dL
5. Spesimen : LCS
6. Cara Kerja :
a) Dipipet ke dalam tabung:
16
Blanko
Standar
Sample
Standar
-
10µ
-
Serum
-
-
10µ
Reagen Kerja
1000µ
1000µ
1000µ
Tabel 2.4
Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar klorida LCS
b) Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10
menit.
c) Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer
terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm.
7. Perhitungan
:
Chlorida = Absorben sampel
x konsentrasi standard (100
mmol/L)
Absorben standard
= ..............mmol/L
8. Nilai Normal
: 98 - 106 mmol/L
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui
lumbal punksi Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang
terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah.
Pemeriksaan LCS sendiri berperan penting dalam mendiagnosa
adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap
LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Prastiwi Yuliana Sandra. 2014. MAKALAH KIMIA KLINIK I Liquor Cerebro
Spinalis (LCS). Politeknik kesehtan kemenkes Banten. Pada
https://www.academia.edu/11501281/Makalah_LCS . Di akses pada 28
Juli 2020.
Masfiyah, Aris Catur Bintoro, Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif
Meningitis Tuberkulosa di RSUP dr. Kariadi Semarang. Vol. 5, No. 2 :
62-67. Pada
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/download/343/
282 . Di akses pada 28 Juli 2020.
Suharsono. 2014. GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN
SEREBROSPINAL PADA ANAK KEJANG DISERTAI DEMAM
MENURUT USIA. Universitas Diponegoro. Pada
https://www.neliti.com/id/publications/138061/gambaran-hasilpemeriksaan-cairan-serebrospinal-pada-anak-kejang-disertai-demam .
Di akses pada 28 Juli 2020.
Dharma Santhi, Rasmika Dewi Aan. 2016. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA
KLINIK. Universitas Udayana. Pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/063210596568
b957e068644c46324bae.pdf . Di akses pada 28 Juli 2020.
19
Download