Uploaded by User82472

LAPORAN PENGECORAN LOGAM PEMBUATAN ASBAK (SAND CASTING)

advertisement
LAPORAN PROSES PENGECORAN
PEMBUATAN ASBAK
TEKNIK PENGECORAN LOGAM
OLEH
YOGMA CHARIS ANUGRAH
170511623035
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Proses Pengecoran ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Perkenankanlah kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Riana Nurmalasari, M.Pd.
selaku dosen pembimbing saya pada mata
kuliah Teknik Pengecoran Logam Universitas Negeri Malang.
2. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan laporan ini.
Saya sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sehingga dapat menyempurnakannya dikesempatan mendatang.
Semoga laporan praktek pengecoran ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan apabila didalam penulisan ini terdapat kesalahan atas nama penyusun mohon
maaf yang sebesar besarnya.
Malang, 25 Oktober 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kegiatan praktik proses manufaktur khususnya bidang proses
pengecoran logam ini mahasiswa dituntut untuk dapat langsung berinteraksi
dengan proses pengecoran di lapangan. Hal tersebut akan meningkatkan
pengetahuan mahasiswa khususnya bidang pengecoran logam, mulai dari
bahan- bahan yang dibutuhkan, alat yang digunakan hingga
hal yang
terpenting yaitu proses pengecoran itu sendiri.
Dengan kegiatan ini mahasiswa dapat menerapkan semua materi kuliah
teknik pengecoran logam langsung ke proses yang sebenarnya sehingga dapat
memahami setiap bagian dan urutan urutan pengecoran.
Praktek pengecoran kami dilakukan secara berkelompok dan setiap
kelompok ada 3 orang, kelompok kami terdiri dari Nabela Ariana, Narenda
Galex WK dan saya sendiri Yogma Charis Anugrah, Meskipun praktik kami
berkelompok akan tetapi laporan dikerjakan secara mandiri, praktik kami
lakukan di ruang Pengecoran Logam gedung G2 Universitas Negeri Malang,
Praktek pengecoran tersebut kami lakukan tanggal 14 Oktober 2020 dengan
produk Asbak (Wadah Rokok).
B. Tujuan
Tujuan diadakannya Praktik Pengecoran ini adalah sebagai realisasi sesuai
kurikulum dan SOP Teknik Mesin Universitas Negeri Malang khususnya
mata kuliah teknik pengecoran logam. Bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada mahasiswa bagaimana proses produksi khususnya
pengecoran logam. Didalamnya mahasiswa dituntut dapat ikut serta didalam
proses produksi pengecoran logam yang ada di lapangan sehingga dapat
memahami setiap langkah proses produksinya.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diidentifikasikan berbagai permasahan. Diantaranya:
1. Apakah bahan yang digunakan dalam proses pengecoran.
2. Bagaimanakah urutan langkah kerja dari proses tersebut.
3. Apasajakah hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pengecoran.
4. Apa sajakah kendala yang mungkin dihadapi.
Dari permasalahan tersebut dapat kita lihat pada pembahasan selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Pengecoran
Logam adalah
suatu
proses
manufaktur
yang
menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang
mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Ada 4 faktor yang berpengaruh
atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran
dengan sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan
permanent (permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold.
Karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan
tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenisjenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau.
Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan
atau air gelas.
secara umum proses pengecoran dapat dibagi menjadi:
1. Pengecoran dengan cetakan pasir (sand casting).
2. Pengecoran dengan cetakan permanen (permanent mold casting).
3. Pengecoran sentrifugal (centrifugal casting).
4. Pengecoran cetak tekan (die casting).
5. Pengecoran dengan cetakan plaster (plaster mold casting).
6. Pengecoran dengan pola hilang (investment casting).
Setiap jenis pengecoran yang tersebut di atas akan menghasilkan produk
dengan sifat‐sifat yang berbeda, baik kualitas, kuantitas, ukuran (volume dan
bentuk). Dalam segi perencanaan, pemilihan serta penentuan proses pengecoran
harus pula dipertimbangkan adanya faktor ekonomis dan praktis. Dalam praktek
pengecoran yang kami lakukan adalah model pengecoran menggunakan cetakan
pasir.
Proses Pengecoran Dengan Cetakan Pasir.
Proses pengecoran dengan cetakan pasir merupakan proses yang tertua
dalam proses pembuatan dari bahan logam. Proses ini memberikan fleksibilitas
dan kemampuan/keandalan yang tinggi. Proses pengecoran yang menggunakan
pasir sebagai bahan cetakan ini tidak lain adalah menuangkan logam cair ke
dalam rongga cetak. Material yang biasa dibuat dengan cara ini adalah besi
tuang, aluminium campuran, brass, bronze dan lain‐lain.
Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah:
1. Dapat dibuat dalam berbagai ukuran, mulai dari 0,8 kg hingga 300 ton.
2. Dapat dibuat dalam berbagai variasi bentuk.
3. Dapat dilakukan secara otomatis.
Kerugiannya adalah:
1. Diperlukan toleransi ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan cara
pengecoran yang lain.
2. Dapat mempercepat keausan pahat potong bila dilakukan proses
pemesinan karena kulit produk yang dihasilkan mungkin mengandung
pasir.
3. Adanya ongkos tambahan untuk pembuatan pola.
B. Bahan yang digunakan di dalam proses pengecoran
1. Pasir Cetak.
Pasir cetak merupakan suatu campuran antara pasir, bahan pengikat, dan air
dalam perbandingan tertentu. Jenis pasir cetak yang sering digunakan ada 2
macam,yaitu:
a. Pasir alam, yang didapat dari alam. Syarat untuk pasir cetak alam adalah
bahan bahan yang dibutuhkan harus mengandung seperti silika, lempung,
air yang semuanya terdapat di alam.
b. Pasir tiruan atau pasir dengan campuran bahan lain yang dibuat manusia,
seperti
pasir silika,
zircon (ZrSiO4), pasir hijau, atau olivine
(2(MgFe)O.SiO2). Untuk pasir tiruan ini, khususnya pasir silika perlu
ditambah 8‐15% tanah liat guna menaikkan daya ikat (sifat kohesif) agar
mudah dibentuk.
Syarat dan sifat Pasir Cetak yang baik.
Pasir cetak memerlukan sifat‐sifat yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Tahan panas, agar tidak hancur karena panasnya logam yang dituang.
b. Mempunyai sifat mampu bentuk (gaya kohesif yang besar) sehingga
mudah dalam pembuatan, kuat, tidak rusak karena dipindah‐pindah dan
dapat menahan logam cair pada waktu dituang kedalamnya.
c. Permeabilitas yang cocok, memungkinkan gas‐gas yang terjadi selama
pengecoran dapat keluar dengan mudah melalui rongga‐rongga di antara
butir‐butir pasir.
d. Distribusi besar butir yang cocok. Disesuaikan dengan ukuran coran dan
kehalusan permukaan coran.
e. Komposisi yang cocok, karena mengalami peristiwa kimia dan fisika
akibat temperatur logam cair yang tinggi.
f. Mampu dipakai lagi, agar ekonomis.
g. Harganya murah.
2. Pola
Pola merupakan bentuk tiruan dari benda kerja yang sebenarnya dan
digunakan untuk membuat rongga cetakan. Bahan pola yang sering digunakan
adalah kayu dan logam. Pola logam dipergunakan agar dapat menjaga
ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam produksi massal sehingga umur
pola bisa lebih tahan lama dan produktivitasnya lebih tinggi. Pola kayu lebih
murah, cepat pembuatannya dan mudah diolahnya dibanding dengan pola
logam. Karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk cetakan pasir.
3. Cetakan
Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan
bagian bawah sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola akan dapat
dicabut dengan mudah dari cetakan.
4. Inti.
Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan
untuk mencegah pengisian logam cair pada bagian yang seharusnya berbentuk
lubang atau rongga dalam suatu coran.
Inti dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu inti basah dan inti kering.
Sedapat mungkin inti dibuat dengan cara basah karena ongkos pembuatannya
murah. Inti dengan cara basah banyak digunakan pada lubang dalam benda
cetak. Disamping itu kerugian pada inti basah antara lain:
a. Biasanya lemah, tidak bisa menggantung (tidak kuat menahan
beratnya sendiri).
b. Pasir mudah gugur.
c. Kedudukan kurang teliti.
Inti pasir kering merupakan inti pasir yang umumnya digunakan selain inti
basah. Inti kering ini dibuat secara terpisah dan dipasang setelah pola
dikeluarkan, sebelum cetakan ditutup. Pengeringan dilakukan dalam kamar
pemanas (oven) pada temperatur 120‐230°C. Sifat‐sifat yang harus dimiliki
inti kering adalah:
a. Cukup kuat dan keras setelah dipanaskan, gunanya untuk mencegah
agar inti tidak sampai rusak oleh haya‐gaya sewaktu logam cair
dituangkan, akibat proses pembekuan, serta perlakuan lain.
b. Cukup porus, agar dapat menghisap atau dilalui gas‐gas yang berada
dalam cetakan.
c. Harus dapat hancur pada waktu logam cair memadat/membeku untuk
mencegah jangan sampai terjadi keretakan pada benda kerja dan juga
memudahkan keluarnya coran dari dalam cetakan.
d. Harus mempunyai permukaan yang licin.
e. Tahan panas, untuk dapat menahan temperatur pemuaian.
5. Logam cair
Bahan pengecoran yang lain adalah logam cair. Logam cair diperoleh dari
proses peleburan logam padat dengan panas tertentu sehingga menghasilkan
logam panas cair yang digunakan untuk membuat produk pengecoran yang
baru.
C. Produk Pengecoran
Dalam praktik pengecoran ini kami membuat produk asbak (Wadah Rokok).
Pemilihan produk tersebut dikarenakan beberapa hal diantaranya:
1. Produk wajib yang digunakan pada mata kuliah Teknik Pengecoran
Logam kelas kami.
2. Bentuk dan model benda yang simple dan tidak banyak membutuhkan
tempat.
D. Langkah kerja pengecoran asbak (wadah rokok).
1. Karena proses peleburan logam untuk menghasilkan logam cair
membutuhkan waktu yang cukup lama, proses pemanasan dan peleburan
logam dimulai terlebih dahulu.
2. Sementara proses peleburan sedang berlangsung, kita dapat membuat
cetakan dengan pola yang sudah ada.
3. Menyiapkan cetakan logam bagian bawah (drag) dan isi dengan pasir,
padatkan seperlunya.
4. Memasukkan atau pasang pola perpak jupiter.
5. Pola yang terpasang kemudian ditaburi dengan abu, atau kapur agar
memudahkan dalam proses pengangkatan cetakan kedua.
6. Memasang saluran masuk logam cair
7. Memasang cetakan kedua (cup), berikan pasir dan padatkan.
8. Mengmbil saluran masuk logam cair yang sudah terpasang.
9. Dengan hati-hati mengangkat cetakan kedua dan meletakkan dengan
perlahan agar tidak hancur.
10. Angkat pola asbak (wadah rokok) yang terpasang dalam cetakan pertama
(drag).
11. Memasang kembali cetakan kedua dan proses pengecoran logam siap
dilakukan.
12. Jika logam yang sudah cair sudah memenuhi persyaratan penuangan,
segera memasukkan logam cair kedalam cetakan melalui lubang saluran
masuk yang ada.
13. Menuang logam cair hingga memenuhi saluran masuk, pertanda rongga di
dalam sudah penuh terisi.
14. Menunggu beberapa saat
15. Mengngangkat cetakan kedua (cup) dan cetakan pertama (drag)
16. Proses pengecoran asbak (wadah rokok) selesai.
E. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecoran
Didalam proses pengecoran logam menggunakan cetakan pasir ada beberapa
hal penting yang harus diperhatikan yang dapat mempengaruhi hasil proses
pengecoran, diantaranya:
1. Pasir cetak yang digunakan harus baik, kadar air yang terkandung
didalamnya tidak terlalu banyak atau juga tidak terlalu kering. Syarat dan
sifat pasir yang baik seperti disebut diatas akan mempengaruhi proses dan
hasil pengecoran.
2. Tingkat kepadatan pasir cetak di cetakan bawah maupun cetakan atas
mencukupi. Mencukupi disini berarti tidak terlalu padat dan tidak terlalu
gembur. Tingkat kepadatan yang terlalu padat akan mengakibatkan
pengambilan pola sulit. Sedangkan kepadatan yang rendah akan
mengakibatkan pasir hancur ketika pengangkatan cetakan atas.
3. Pengangkatan pola dalam hal ini pola asbak (wadah rokok)
4.
harus sangat hati-hati karena dari bentuk pola yang kecil,dan ketebalan
yang rendah menjadi sulit untuk diangkat dan dapat menghancurkan
bentuk rongga yang diinginkan.
5. Logam cair yang diperlukan untuk proses pengecoran harus benar-benar
matang dengan warna yang kemerah merahan dan tidak mengandung
sampah atau ampas karena sangat mempengaruhi hasil pengecoran.
6. Antara cetakan bawah dan atas usahakan rapat untuk mencegah kebocoran
logam dari sela-sela keduanya saat penuangan dilakukan.
F. Kendala yang sering dihadapi dalam pengecoran dengan pasir cetak
asbak (wadah rokok)
Pengecoran asbak (wadah rokok) menggunakan pasir cetak lebih mempunyai
banyak kendala daripada menggunakan cetakan logam. Kendala-kendala
tersebut diantaranya:
1. Diperlukan pasir cetak yang benar-benar bagus untuk membuat bentuk
pola.
2. Memerlukan ketelatenan yang tinggi khususnya dalam hal memahami
tingkat kepadatan pasir maupun proses lainnya
3. Pola atau bentuk asbak (wadah rokok) yang relatif kecil membuat
pengangkatan dari cetakan bawah sulit dilakukan. Ada kelompok sebelah
yang ketika pengangkatan gagal, maka dari itu menjadikan proses harus
diulang dari awal sehingga membuang banyak waktu dan tenaga.
4. Diperlukan tingkat ketelitian dan kesabaran yang tinggi
5. Peluang sering terjadinya kegagalan relatif tinggi.
G. Manfaat yang dirasakan
Didalam melaksanakan praktek pengecoran logam banyak manfaat yang
dirasakan oleh mahasiswa. Praktek pengecoran ini dapat memperluas
pengetahuan mahasiswa khususnya dalam bidang pengecoran logam.
Praktek pengecoran langsung dilapangan dapat memberikan wawasan
langsung bagi mahasiswa, berbagai kesulitan yang dihadapi, masalah-masalah
dalam proses pengecoran dan urutan proses. Dari berbagai hal tersebut dapat
menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa dan dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh di universitas ke dalam dunia industri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek pengecoran di Universitas Negeri Malang
dengan membuat produk asbak (wadah rokok) maka penyusun dapat
mengambil beberapa kesimpulan.
Pengecoran
logam
khususnya
menggunakan
cetakan
pasir
sangat
membutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Pasir cetak yang digunakan harus
bagus/ disaring dengan baik sehingga pasir halus yang digunakan berpengaruh
terhadap kualitas hasil produk. Begitu juga dengan logam cair yang dituang
harusnya sudah mencukupi tingkat kematangannya. Dalam hal kepadatan pasir
cetak Alhamdulillah kelompok kami menghasilkan pasir yang padat sehingga
hasil produk asbak akan bagus, di dukung juga oleh bu poppy selaku dosen
pengawas praktik kami mengatakan “hasil kerja kalian lebih bagus dari kelas
kelas saya sebelumnya”.
B. Saran
Saran untuk mahasiswa, semoga didalam praktek-praktek baik pengecoran
ataupun praktek yang lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kampus,
“mahasiswa semakin semangat penuh ketika diadakan praktik” karena kegiatan
praktik lebih banyak meningkatkan skill kita untuk mengerjakan sesuatu
tersebut, sehingga track record mahasiswa semakin baik dan lebih baik lagi
kedepannya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Fatkhurrizq,
E.
2009.
Teknik
Pengecoran
Logam
(online)
http://edizenni.blogspot.com/2009/01/teknik-pengecoranlogam.html Pengecoran http://id.wikipedia.org/wiki/Pengecoran .
diakses 25 Oktober.
Kristanto,Agung,2010,PROSES MANUFACTUR,Yogyakarta
LAMPIRAN
Download