BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Pengertian Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hipertensi dewasa ini ternyata mempunyai kecenderungan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama di Negaramaju.Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah > 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin. (Udjianti, 2011). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, angka di atas diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang di bawah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan sebanyak tiga kali dalam jangka beberapa minggu (Haryono & Setianingsih, 2013). 2.1.2. Klasifikasi Hipertensi A. berdasarkan penyebab dikenal dua jenis Hipertensi, yaitu: a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung 9 10 dan pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetik (Junaidi, 2010). b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal (Haryono & Setianingsih, 2013). B. berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu diastolik, campuran, dan sistolik (Gunawan, 2010). 1. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. 2. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. 3. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut 2.1.3. Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah umumnya diukur dengan suatu alat yang disebut sphygmomanometer, yang terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet, dilengkapi dengan stetoskop. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut millimeter air raksa (mmHg) (AS, 2010). 11 Tekanan darah seseorang ditunjukan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (bagian bawah), jika akan memeriksa tekanan darah sebaiknya duduk tenang minimum selama lima menit. Pengukuran dilakukan pada dua tangan dengan tiga posisi yaitu berbaring, duduk, dan berdiri, masing-masing sebanyak 3 kali pemeriksaan (Junaidi & Rinata, 2013). Klasifikasi tekanan darah menurut WHO (World Health Organization) : Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal 120 mmHg 80 Hipertensi Stage I 140-159 mmHg 80-89 Hipertensi Stage 2 160-179 mmHg 90-99 Hipertensi Stage 3 >180 mmHg >100 mmHg Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah. 2.1.4. Etiologi Hipertensi Menurut Haryono dan Setianingsih (2013) meningkatnya tekanan darah di dalam arteri terjadi melalui beberapa cara : 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. 2. Pembuluh darah kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena itu darah pada saat setiap denyut jantung dipaksa untuk melaui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding pembuluh darah telah menebal dan kaku karena 12 arteriosklerosis. Denagan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningakat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. 2.1.5. Patofisiologi Hipertensi Pembuluh darah arteri bekerja tanpa henti, tugasnya memompakan darah keseluruh tubuh, jika tak ada gangguan makaporsi tekanan yang dibutuhkan oleh tubuh dengan sendirinya akan sesuai dengan mekanisme tubuh. Namun perlu diingat, tekanan akan meningkat dengan sendirinya bila dirasa ada hambatan, inilah yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Semakin besar hambatan, semakin tinggi tekanan darah (Dewi, 2010). 2.1.6. Tandadan Gejala Hipertensi Hipertensi sering kali tidak dapat dilihat secara fisik. Satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang menghidap hipertensi adalah dengan melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut tidak hanya dilakukan sekali, tetapi beberapa kali dengan waktu yang berbeda. Penderita hipertensi biasanya baru menyadari 13 kondisinya ketika memeriksakan diri atau bahkan saat sudah terlanjur terkena komplikasi. Tidak sedikit pasien datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan stroke. Gejala terselubung tersebut antara lain: sering sakit kepala, sering pegalpegal dan leher kaku, lelah, gugup , mengantuk, bingung, napas terasa pendek, mata kemerahan, pandangan mata kabur, bicara sulit dan harus diulang, mudah marah dan jalan sempoyongan (Soeryoko, 2010). Gejala hipertensi tersebut merupakan gejala umum tetapi tidak dapat dijadikan sebagai patokan bahwa seseorang yang mengalami gejala tersebut menderita hipertensi, karena kenyataan gejala-gejala tersebut juga dapat dialami pada orang yang memiliki tekanan darah normal. Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala kenaikan darah karena memang sifat tekanan darah itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam (Haryono & Setianingsih, 2013). 2.1.7. Komplikasi Hipertensi 1. Stroke stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat tekanan darah tinggi, stroke sangat ditakuti masyarakat karena dapat mengakibatkan berhentinya aktivitas hidup, baik pada sebagian anggota badan maupun total (meninggal). Komplikasi tekanan darah tinggi berupa stroke sudah cukup dimengerti oleh masyarakat secara luas, terutama masyarakat terdidik (Soeryoko, 2010). 2. Serangan jantung Ketika sesorang menderita tekanan darah tinggi kronis (bertahun-tahun), ada dua organ yang paling rawan mengalami gangguan, yaitu ginjal dan jantung. 14 Ginjal merupakan penghasil hormon pengantur tekanan darah pada kondisi tekanan darah tinggi, ginjal harus bekerja ekstra keras dan dalam kondisi tidak nyaman, sedangkan jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi terus-menerus memompa darah lebih keras dibandingkan dalam kondisi normal. Pemompaan ini bertujuan untuk mengalirkan darah merata ke semua organ tubuh, namun bila pemompaan ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman maka kondisi ini bisa menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau pembekakan ventrikel kiri, akibat yang ditimbulkan LVH tersebut penderita hipertensi merasakan nyeri dada, sesak napas, dan mudah lelah ketika beraktivitas (Soeryoko, 2010). 3. Edema Paru Paru yang mengalami pembekakan menyebabkan penderita kekurangan oksigen karena ruangan untuk oksigen telah tertutupi oleh cairan, akibat yang lebih parah adalah penderita merasa tercekik, tidak bisa bernapas, dan timbul ketakutan luar biasa. Ketakutan dan kesulitan bernapas ini akan menambah beban jantung dan menurunkan fungsi jantung karena kekurangan oksigen, bila kejadian ini tidak segera ditangani penderita akan meninggal (Soeryoko, 2010). 4. Gagal ginjal Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik, ginjal tidak mampu lagi mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, keadaan semacam ini menyebabkan penumpukan urea dan sampah nitrogen di dalam darah. Seseorang yang mengalami gagal ginjal dan tidak melakukan cuci darah secara teratur sering 15 ditandai dengan rasa sakit luar biasa pada sekujur tubuh maupun tidak bisa tidur. Selain itu, gejala tersebut sering kali diikuti keinginan untuk muntah terus-menerus, hal ini terjadi karena darah telah bercampur dengan berbagai racun atau sampah darah (soeryoko, 2010) 5. Kebutaan Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutaan permanen, kebutaan ini muncul akibat hipertensi yang berlangsung selama bertahun-tahun atau yang disebut hipertensi kronis. gangguan tekanan darah akan menyebabkan perubahan dalam retina pada belakang mata. Pemeriksaan mata pada pasien hipertensi berat dapat mengungkapkan kerusakan, penyempitan pembuluh-pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil padaretina, dan menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata, akibatnya mata tidak mendapat pasokan nutrisi yang dibawa oleh darah tersebut. Pada kasus tertentu, tekanan darah pada bola mata ini diikuti dengan keluarnya bola mata sehingga penderita seperti selalu melotot (Sosilo & Wulandari, 2010). 6. Pendengaran menurun Kompliaksi yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi adalah menurunya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging sepanjang hari, namun hal tersebut hanya terjadi pada penderita tekanan darah tinggi menahun. Hipertensi akut atau hipertensi baru belum memberikan dampak yang hebat, pendengaran yang tidak mendapatkan penanganan yang memadai bisa mengurangi kualitas hidup karena akan mengganggu komunikasi dengan orang lain (Soeryoko, 2010). 16 2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi Pada prinsispnya ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Tetapi besarnya efek samping pengobatan farmakologis membuat banyak orang beralih menggunakan pengobatan non-farmakologis. 2.1.8.1. Pengobatan Farmakologis Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan obatobatan yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah. Pengobatan farmakologis memiliki efek samping yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya, hal ini dikarenakan respon terhadap suatu jenis obat pada setiap orang berbeda. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual (Susilo & Wulandari, 2011). 2.1.8.2. Pengobatan Non-Farmakologis Pengobatan non-farmakologis merupakan pengobatan terhadap hipertensi dengan menggunakan bahan-bahan alami atau terapi herbal yang ada di sekitar kita. Pengobatan ini biasanya tidak memiliki efek samping tetapi pengobatannya tidak bisa secara langsung, perlu kesabaran, ketelatenan, dan manfaatnya akan kelihatan dalam jangka waktu panjang. Namun, pengobatan ini lebih aman, ekonomis dan disukai banyak orang.Salah satu bentuk terapi herbal adalah dengan menggunakan terapi air rebusan daun salam. Daun Salam ini mengandung kalium dan alkaloid yang bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah (Nisa, 2012). 17 2.1.9. Gaya Hidup Yang Sehat Bagi Penderita Hipertensi a. mengontrol pola makan Hayens (2011) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram, Karena tekanan dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi kecuali kalcium antagonis. Dalimartha (2012) menyarankan lemak kurang dari 30% dari konsumsi kalori tiap hari, mengonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar kolesterol yang akan tinggi, kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. b. Aktivitas (Olah Raga) Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Yundini, 2011). c. Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol Berlebih Nikotin dalam tembakau penyebab meningkatnya tekanan darah, nikotin diserap oleh pembuluh darah didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak, otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinngi (Sheps, 2011). Demikian juga 18 dengan alkohol, efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2012). d. Terapi Herbal Ada lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan meminum air rebusan tersebut, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, 2012). Adapun tanaman obat tradisional yand dapat digunakan untuk penyakit hipertensi yaitu : Bawang putih (Allimun Sativum), Saledri (Apium (Cucumis Graveolens), Sativus), Mengkudu dan Daun (Morinda Salam Citrifolia), (Syzygium Mentimun polyanthum) (wiryowidagdo, 2012). 2.2. DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) 2.2.1. Umum Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat sebagai obat herbal. Daun salam dipercaya mampu mengatasi berbagai penyakit, salah satunya yaitu penyakit hipertensi. Kandungan kimia dalam daun salam yang mempunyai fungsi menurunkan tekanan darah yaitu minyak asiri (sitral, eugenol), tannin, dan flavonoida (Nucahyati, 2014). 19 2.2.2. Kandungan Daun Salam (Syzygium polyanthum) Daun salam memiliki kandungan antioksidan seperti tanin dan flavonoid, Tanin dan flavonoid memiliki sejuta manfaat untuk mencegah penyaki-penyakit yang berhubungan dengan redikal bebas (Haryono & Setianingsih, 2013). Selain itu daun salam mengandung beberapa vitamin, diantaranya vitamin C, vitamin A, Thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B12, danfolat. Bahkan mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam (Madyastuti, 2014). 2.2.3. Manfaat dan Khahsiat Daun Salam (Syzygium polyanthum) Selain hipertensi penyakit degeneratif lainnya yang mampu ditangani oleh khasiat daun salam adalah penyakit kolestrol tinggi, asam urat, dan diabetes melitus. Selain itu khasiat tanaman obat tradisional daun salam ini mampu menangani radang lambung, gastritis yang biasa disebut masyarakat sebagai maag, diare juga menjadi salah satu penyakit yang bisa ditangani dengan daun yang memiliki bau wangi khas ini (Haryono & Setianingsih, 2013). 2.2.4. Mekanisme Daun Salam Terhadap Hipertensi Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output (CO) dan systematic vasculer resistance (SVR). Cardiac output adalah volume darah yang keluar dari ventrikel kiri (ventrikel kanan) lalu masuk ke aorta (trunkus pulmonalis) setiap menit. cardiac output (CO) merupakan hasil dari stroke volume (SV) dikali heart rate (HR). stroke volume (SV) adalah volume darah yang keluar dari ventrikel dalam 1 kali kontraksi, heart rate HR adalah banyaknya detak jantung setiap menit. Renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I dan angiotensin converting enzim (ACE) mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang 20 akan mempengaruhi tekanan darah pada renin angiotensin aldosterone pathway. Terjadi vasodilatasi arteriol dan bila produksi renin dan ACE menurun sehingga tekanan darah akan turun (Tortora & Derrickson, 2009). 2.2.5. Pengaruh Daun Salam Terhadap Penderita Hipertensi Di dalam daun salam terdapat 3 komponen yaitu minyak atsiri, tannin, dan flavonoid. Minyak atsiri sebagai pengharum atau penyedap yang dapat menenangkan otak pikiran dan juga mengurangi produksi hormone stress, tannin dalam daun salam mampu mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Agoes, 2010). Flavonoid dalam daun salam berkhasiat sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas, antiiflamasi, antivirus, antikarsinogenik, kandungan flavonoid pada daun salam ini dapat menurunkan hipertensi (Riyadi, 2015). 2.3. Kerangka Konsep Penenlitian pre-test Intervensi Tekanan Darah Penderita Hipertensi Tekanan Darah Penderita Hipertensi 1. 2. 3. 4. Normal Hipertensi Stage 1 Hpertensi Stage 2 Hipertensi Stage 3 Post-test Rebusan Daun Salam 1. Normal 2. Hipertensi Stage 1 3. Hpertensi Stage 2 4. Hipertensi Stage 3 Skema 2.1 Kerangka konsep penelitian pengaruh air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi 21 2.4. Hipotesis Ada pengaruh konsumsi air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2017.