1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Penggunaan tanaman obat sudah dimulai sejak dahulu, tanaman obat
merupakan potensi kekayaan alam yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat Indonesia
mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya untuk
menanggulangi berbagai masalah kesehatan jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Efek samping ramuan
herbal sangat kecil dan lebih ekonomis. Penggunaan obat herbal alami dengan
formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif. Salah satu
tanaman obat yaitu tanaman bayam duri.
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) merupakan tanaman obat, yang sering
digunakan sebagai obat disentri, bisul, keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis,
serta memperlancar dan memperbanyak produksi ASI (Air Susu Ibu), serta dapat juga
menghilangkan panas (anti piretik), peluruh kemih (diuretik), menghilangkan racun
(anti-toksin) menghilangkan bengkak dan membersihkan darah ( Hariana, 2006:33).
Semua bagian tanaman bayam duri dapat digunakan sebagai obat. Salah satu bagian
tanaman bayam duri yang sering digunakan yaitu daun bayam duri, yang biasanya
digunakan untuk obat luar seperti bisul. Pada bayam duri juga
penapisan
telah dilakukan
fitokimia oleh Kusmiati (2013:141) yang mana terdapat beberapa
golongan senyawa metabolit sekunder antara lain yaitu alkaloid, tanin, flavonoid,
1
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
2
steroid, antrakuinon, fenol, karotenoid dan saponin serta masih ada beberapa
kandungan lain.
Terdapatnya golongan senyawa metabolit dalam daun bayam duri
membuktikan
bahwa
daun
bayam
duri
tersebut
dapat
dijadikan
antibakteri/antimikroba sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusmiati
(2013:142) yaitu dengan menguji aktivitas antibakteri daun bayam pada bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus, untuk mendapatkan senyawa metabolit
sekunder tersebut dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan metode
fraksinasi yang mana digunakan untuk mendapatkan golongan senyawa seperti tanin,
alkaloid, flavonoid dan beberapa golongan senyawa lainya yang masih aktif. Metode
itu didasarkan atas pemisahan fraksi kepolaran. Fraksi tersebut terdiri atas fraksi
polar, fraksi nonpolar, dan fraksi semipolar, dimana yang membedakan ketiga fraksi
tersebut adalah pelarutnya (Harbone, 1987:98-105).
Menurut Reveny (2011:8) dari hasil penelitianya bahwa ekstrak yang telah
dimaserasi akan difraksinasi dengan pelarut n-hexane maka senyawa nonpolar seperti
minyak atsiri, tripenoid dan steroid akan tersari ke dalamnya dan apabila difraksinasi
menggunakan pelarut etil asetat maka senyawa semipolar seperti flavonoid dan tanin
akan tersari ke dalamnya. Sedangkan menurut Harbone (1987:8) apabila difraksinasi
menggunakan pelarut metanol maka senyawa polar seperti alkaloid akan tersari ke
dalamnya.
S. aureus biasanya merupakan penyebab penyakit infeksi kulit seperti bisul.
S. aureus hidup di dalam saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan
seperti hidung, mulut, dan tenggorokan yang dapat dikeluarkan pada waktu batuk
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
3
atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit.
Bakteri S. aureus ini lebih mudah menyebar pada orang yang terkena infeksi dan
luka (Gaman dan Sherrington,1992:262). S. aureus merupakan patogen utama pada
manusia. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi S. aureus selama
hidupnya, seperti keracunan makanan atau infeksi kulit yang ringan hingga infeksi
yang berat (Jawetz, dkk., 2008:225).
Minimnya pengetahuan tentang bayam duri (A. spinosus L.) menyebabkan
masyarakat kurang memahami kegunaan dari tumbuhan ini. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang bayam duri. Beberapa penelitian serupa juga dilakukan
oleh Kusmiati (2013:138) tentang Pengujian ekstrak aseton daun bayam
(Amaranthus sp) sebagai senyawa antiradikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil),
antibakteri dan identifikasi senyawa aktif dengan KG SM, serta penelitian tentang
antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus juga dilakukan oleh Razak, dkk
(2013:7) dengan menggunakan air perasan buah jeruk nipis yang diujikan kepada
bakteri S. aureus secara in vitro dengan kosentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%, dari
hasil penelitianya terdapat daya hambat pada bakteri S.aureus dimana semakin tinggi
konsentrasi air perasan buah jeruk nipis maka semakin tinggi daya hambatnya.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Patmawati (2012:35) dalam penelitianya tentang
daya hambat infusa daun sirih merah (Piper cocratum Ruiz dan Pav) terhadap bakteri
S. aureus dimana konsentrasi pengenceran yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri S. aureus adalah 100%, 50%, dan 25%, serta untuk konsentrasi terkecil
dimulai dari 25% yang dapat menhambat bakteri S. aureus. Berdasarkan uraian di
atas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul “Uji Aktivitas
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
4
Antibakteri Beberapa Fraksi Ekstrak Daun Bayam Duri (Amaranthus spinosus
L.) terhadap Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus”.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.
Apakah pemberian beberapa fraksi ekstrak daun bayam duri (A.spinosus L.)
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus?
2.
Pada jenis fraksi apakah dari ekstrak daun bayam duri (A.spinosus L.) yang
paling menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa fraksi ekstrak daun bayam
duri (A. spinosus L.) terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
2.
Untuk mengetahui jenis fraksi dari ekstrak daun bayam duri (A. spinosus L.)
yang paling menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
1.4
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.
Terdapat pengaruh pemberian beberapa fraksi ekstrak daun bayam duri (A.
spinosus L.) terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
2.
Terdapat jenis fraksi dari ekstrak daun bayam duri (A. spinosus L.) yang
paling menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
1.5
5
Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan tentang potensi pemanfaatan tanaman bayam duri
menjadi salah satu alternatif obat bisul.
2. Sebagai salah satu sumber informasi kepada masyarakat dan instansi terkait
mengenai pemanfaatan daun bayam duri (A. spinosus L.).
3. Sebagai alternatif materi desain praktikum untuk mata kuliah Mikrobiologi,
Mikrobiologi Terapan dan Bakteriologi Progam Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Jambi.
1.6
Keterbatasan Masalah
Keterbatasan masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa fraksi dari
ekstrak daun bayam duri (A. spinosus L.). Daun bayam duri diperoleh dari
Perum Jaya Mandiri Kebon Bohok beserta lingkungan sekitar.
2.
Bakteri S. aureus yang digunakan diperoleh dari Akademi Analisis Kesehatan
(AAK) Jambi.
3.
Pengujian senyawa ekstrak daun bayam duri (A. spinosus L.) dilakukan
dengan cara mengukur daerah hambat menggunakan kertas cakram terhadap
bakteri S.aureus.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c896681944d3210493e36
1.7
6
Definisi Operasional
Pada penelitian ini definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:
1.
Ekstrak daun bayam duri (A.spinosus L.) adalah sari dari daun bayam duri
yang diperoleh dengan menggunakan pelarut metanol, kemudian dipekatkan
menggunakan rotary evaporator, difraksinasi dengan etil asetat dan n-hexana.
2.
Pertumbuhan bakteri S.aureus pada penelitian ini adalah pertambahan jumlah
koloni bakteri pada media agar yang telah diberikan beberapa fraksi
dariekstrak daun bayam duri (A.spinosus L.) dengan menggunakan kertas
cakram.
3.
Daun bayam duri (A.spinosus L.) merupakan salah satu bagian dari bayam
duri yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti dysentri,
bisul, keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis, serta memperlancar dan
memperbanyak produksi ASI. Menghilangkan panas (anti piretik), peluruh
kemih (diuretik), menghilangkan racun (anti-toksin) menghilangkan bengkak
dan membersihkan darah.
Download