Uploaded by User75836

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KLMPK 8

advertisement
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“ILMU DALAM ISLAM”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam
Oleh
DWINA SRI UTAMI (3020210279)
M. SYAMIL HAQQANI (3020210245)
SITI FADHYA RAMADANI (3020210283)
UNIVERSITAS PANCASILA
Jakarta, 31 Oktober 2020
ABSTRAK
‘Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.’
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal
yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke
arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada
pada setiap individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keutamaan menuntut ilmu dalam agama islam. Hasil
penelitian merupakan sudut pandang dari penafsiran atau paradigma yang dianut penafsir
mengenai ayat kisah ini. Dalam proses menganalis dan membahas penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan bahan referensi yang ada kaitannya dengan judul. Karena sifatnya
kepustakaan, maka sumber datanya pun diambil dari materi yang menyangkut dengan judul
utama. Pada penafsirannya, ia sering mengaitkan peristiwa atau kata dalam ayat secara logis
sehingga kisah pada ayat terkesan runtut dan detail. Menjelaskan isi kandungan ayat satu
persatu terlebih dahulu mengulas secara global isi kandungan surat secara umum dengan
mengaitkan ayat lain yang berkaitan yang memiliki tema yang sama. Sifat dan akhlak seorang
mahasiswa yang harus dimiliki yaitu kegigihan, sifat rasa ingin tahu, ketabahan dan kesabaran,
hormat dan rendah diri, serta menjaga kesopanan terhadap orang lain.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Abstrak ……….................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1.Latar belakang ..................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................
1.3. Tujuan Pembahasan .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................
2.1.Pengertian Ilmu ...............................................................................
2.2.Keutamaan Menuntut Ilmu ..............................................................
2.3.Keutamaan Adab Dalam Menuntut Ilmu ........................................
2.4.Keutamaan Ilmu Sebelum Beramal .................................................
BAB III SIMPULAN ..........................................................................................
3.1.Saran ................................................................................................
3.2.Penutup ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya berupa
nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan
kita nantikan kelak.
Makalah bertema “Ilmu dalam Islam” merupakan sedikit contoh implementasi nilainilai Keislaman di sekitar kita. Isi makalah ini membahas tentang keutamaan menuntun ilmu
hingga pokok ajaran penting dari segi sudut pandang agama islam. Pembahasan terkait
berbagai keutamaan beradab dan ilmu yang diterapkan akan diuraikan lebih lanjut.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Penulis tidak hanya membahas konteks pentingnya seseorang untuk menuntut ilmu saja,
tetapi juga bagaimana cara mengimplementasikan serta merealisasikannya di kehidupan
sehari-hari.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.
Wassalamualaikum wr.wb
Kendari, 3 november 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ُ ‫ٍبفلا‬
‫ف‬
‫ِبف ط ام َلعط ال ُ َب َلط‬
‫ةضْط ف‬
‫طُم َِّ ُب َلطَف ََ ُ ف‬
Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih alJaami'ish Shaghiir
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan
hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui
jalur pendidikan formal, informal maupun non formal, karena belajar merupakan
kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu
pengetahuan yang dapat diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu
pengetahuan, maka perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu
bangsa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju
ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan
kesejahteraan penduduknya. Dengan adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya
sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu tetapi diharapkan adanya perubahan pola
kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas akan mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan bangsa dan negara. Menurut
Dimyati dan Mujiono, “pendidikan merupakan sesuatu tindakan yang memungkinkan
terjadinya belajar dan perkembangan”. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto,
“pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1).
2).
3).
4).
5).
Apa yang dimaksud dengan pengertian Ilmu ?
Apa saja Keutamaan Menuntut Ilmu ?
Apa saja Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu ?
Apa saja Keutamaan Ilmu sebelum Beramal ?
Apa yang dimaksud dengan Ilmu yang Utama dan yang bermanfaat ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1).
2).
3).
4).
5).
6).
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
Untuk mengetahui pengertian Ilmu
Untuk mengetahui Keutamaan Menuntut Ilmu
Untuk mengetahui Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu
Untuk mengetahui Keutamaan Ilmu sebelum Beramal
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Ilmu Utama dan yang bermanfaat
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Secara kebahasaan, ilmu berasal dari akar
kata ‘ilm yang diartikan sebagai tanda, penunjuk, atau petunjuk agar sesuatu atau
seseorang dikenal. Demikian juga ma’lam, artinya tanda jalan atau sesuatu agar
seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang. Selain itu,
‘alam juga dapat diartikan sebagai penunjuk jalan. Dalam perspektif Islam, ilmu
merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari
para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan-persoalan duniawi dan
ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah.
Menurut Kamus Populer Istilah Islam, Ilmu merupakan salah satu sifat wajib
bagi Allah yang artinya Allah Maha memiliki Ilmu; Pengetahuan yang jelas dan benar
tentang sesuatu. Ilmu yang menjadikan Manusia Istimewa lebih daripada mahluk
lainnya. Menurut KBBI, ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
Kata ilmu disebut sebanyak 105 kali dalam al-Qur’an. Sedangkan kata
jadiannya disebut sebanyak 744 kali. Kata jadian yang dimaksud adalah; ‘alima (35
kali), ya’lamu (215 kali), i’lām (31 kali), yu’lamu (1 kali), ‘alīm (18 kali), ma’lūm (13
kali), ‘ālamīn (73 kali), ‘alam (3 kali), ‘a’lam (49 kali), ‘alīm atau ‘ulamā’ (163 kali),
‘allām (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16 kali), ‘ulima (3 kali), mu’allām (1 kali),
dan ta’allama (2 kali). Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan
dan objek pengetahuan. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahan (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-32).
Menurut Imam al-Ghazali, yang menggambarkan ilmu sebagai “pengetahuan
akan sesuatu sebagaimana adanya” (ma‘rifat al-shay’ ‘ala mahuwa bihi). Pada definisi
ini, untuk mengetahui sesuatu adalah dengan mengenali sesuatu sebagaimana ia.
Artinya, ilmu adalah pengakuan, merupakan keadaan pikiran-yaitu, suatu kondisi
dimana sebuah objek tidak lagi asing bagi seseorang sejak objek itu diakui oleh pikiran
seseorang. Dalam definisi Imam al-Ghazali menyiratkan fakta bahwa ilmu selalu
merupakan jenis penemuan makna pada diri subjek akan suatu objek. Pada pemaknaan
ini, firasat, dugaan, ilusi, halusinasi, mitos, dan sejenisnya tidak bisa dikatakan sebagai
ilmu
2.2 Keutamaan Menuntut Ilmu
Ilmu pengetahuan amat penting bagi setiap individu bahkan dapat meningkatkan
martabat manusia. Di dalam Islam, menuntut ilmu juga merupakan suatu ibadah kepada
Allah dan terdapat beberapa matlamat tertentu dalam proses menuntut ilmu. Pentingnya
mempunyai ilmu adalah untuk membuktikan kekuasaan Allah SWT. Dengan adanya
ilmu, manusia dapat membaca Al-Quran yang mana terkandung segala persoalan yang
nyata di muka bumi ini. Ilmu juga membolehkan manusia mengkaji alam semesta
ciptaan Allah ini. Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat menopang
kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga memerlukan ilmu yang
sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebahagiaan di dunia
dan di akhirat sebagai tujuan hidup insya Allah akan tercapai.
Beberapa keutamaan menuntut ilmu, diantaranya :
a. Memudahkan seseorang menuju surga
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ً ْْ سِ ِ َسم سَ َم س‬
‫ًَّساس س‬
‫ْ ََ لًقْ ََِس لكَ سَ ْ َن‬
‫ س‬،َْ‫ْ ََ لًقْ س لَّ َسَب هَ لل َم ََ لَّ ق‬
‫سِ لة س‬
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
b. Ilmu sebagai amal jariyah
Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal.
Disebutkan dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu dalam Islam. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu'alaihi wa
sallam:
‫طُِ ُن ف َِا طُ ُنيف ف‬
‫ذط‬
َ ‫طل َُطْ ف فصْفض‬
َ َ‫ٍ فَط فِ فلباإاط َر ج‬
‫طت فتمف َط ف‬
‫َطل َُط ف‬
َ ‫ذ فْفضَط فا‬
َ ُ ‫ِ َمهَط ف ُ ِاتطمف طإ ا َرصفُط فلِوف‬
‫َطت َِ ُب َلط ا ُن فنف اَط َن َإ ف‬
‫َِ فض ف‬
Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang
sholeh" (HR. Muslim)
c. Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT
Allah SWT berfirman:
"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. AlMujadilah [58]: 11).
d. Orang berilmu diberi kebaikan didunia dan akhirat oleh Allah
Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:
"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah)."
e. Ilmu Sebagai Benteng dari Syubhat dan Fitnah
Karena dengan keutamaan menuntut ilmu kita dapat menjaga diri dari berbagai
syubhat (kerancuan pemikiran) yang menyerang. Dengan ilmu juga kita dapat
membantah argumen orang-orang yang ingin merusak agama.
f. Terhindar dari Fitnah dan Laknat Allah Azza Wa Jalla
Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada
Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang
belajar.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam
sahih al-jami’)
Dalam menjelaskan makna dari hadits tersebut, syaikh Al-Munawi berkata: “dunia
terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan
dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu
mengikuti hawa nafsunya.” (Tuhfatul ahwadzi:6/504)
2.3 Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu
Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga
diajarkan bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia
pelajari dapat membawa banyak berkah bagi kehidupan. Salah satu adab yang diajarkan
dalam Islam adalah adab menuntut ilmu. Ya, adab dalam menuntut ilmau sangat
diperlukan. Bahkan Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada orang Quraisy,
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari adab terlebih dahulu sebelum
menuntut ilmu. Berikut ini adalah adab dalam menuntut ilmu yang perlu diketahui,
antara lain :
a. Niat karena Allah
Hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menuntut ilmu adalah
membenarkan niat. Niatkan semua ilmu yang akan kamu pelajari hanya karena
Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Bayyinah ayat 5,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus”
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang
menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah
dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan
duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari
kiamat.” (HR. Ahmad)
b. Selalu berdo’a saat menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu hendaknya kita selalu berdoa agar diberi kemudahan
dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya.
“Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah
aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu” (HR. at-Tirmidzi
dan Ibnu Mâjah, dishahihkan al-Albani)
c. Selalu bersungguh-sungguh
Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias
untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seolah-olah tidak pernah kenyang
dengan ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah
ilmu kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “Dua orang yang
rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhadap ilmu dan
tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan
tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
d. Menjauhi maksiat
Untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah, maka jauhkanlah
diri dari berbagai macam maksiat. Maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk
berkonsentrasi sehingga ilmu sangat sulit dimengerti.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan
dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun
serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka
ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan
“ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka’.”
e. Selalu rendah hati
Banyak sekali orang berilmu yang justru menjadi sombong hanya karena
merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Jika ingin mendapatkan ilmu yang baik
dan bermanfaat, maka tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati. Imam Mujahid
mengatakan, “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang
sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
f. Memperhatikan penjelasan
Jika ingin mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasilah ketika guru
atau ustadz menjelaskan. Fokuslah untuk menyerap ilmu yang disampaikan.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu)
mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan
merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
g. Diam menyimak
Salah satu adab dalam menuntut ilmu yang banyak ditinggalkan adalah diam
ketika guru atau ustadz menjelaskan. Jangan berbicara atau bahkan mengobrol hal
yang sama sekali tidak penting bahkan tidak berhubungan dengan pelajaran yang
disampaikan.
h. Menghafal
Setelah berhasil memahami ilmu yang disampaikan, maka hendaknya hafal lah
ilmu tersebut agar lebih mudah diingat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar
perkataanku,
kemudian
ia
memahaminya,
menghafalkannya,
dan
menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih
faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).
i. Mengamalkan
Akan percuma setiap ilmu yang didapatkan jika tidak diamalkan. Sudah
seharusnya kita mengamalkanilmu yang kita dapatkan agar mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak
mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia,
namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
j. Mendakwahkan
Tidak ada ilmu yang bermanfaat jika tidak dibagikan kepada orang lain. Maka
sebarkanlah ilmu tersebut kepada mereka yang belum mengetahuinya. Allah
Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
2.4 Keutamaan Ilmu sebelum Beramal
Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Ilmu itu dimiliki sebelum berkata dan
beramal.” (Muqaddimah Shahih Al-Bukhari) karena ucapan dan perbuatan kita tidak
akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang kita lakukan bisa
tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan Ilmu. Maksudnya, setiap
orang harus memiliki ilmu sebelum mengatakan suatu ucapan dan melakukan suatu
perbuatan. Yang mengakibatkan setiap orang, terjerumus dalam sebuah kesalahan dan
dosa dari suatu hal yang diucapkan maupun yang dilakukan, adalah disebabkan karena
tidak mempelajari ilmu yang menjelaskan tentang hukum dari hal tersebut sebelumnya.
Karena sebetulnya dengan ilmu, kita akan terdidik, terarah pada jalan yang benar, bukan
yang salah. Bahkan dengan ilmu juga, Allah akan mengangkat derajat kita.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Maka ketahuilah, bahwa Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah dan memohonlah ampunan untukmu dan orang-orang beriman laki dan
perempuan” (Q.S Muhammad: 19).
Ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi
wasallam untuk berilmu terlebih dahulu dengan firman-Nya “Maka ketahuilah
(berilmulah) …” sebelum berucap dan berbuat yaitu memohon ampunan kepada
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Setiap orang yang hendak beramal, dia dituntut untuk memahami amal yang
akan dia kerjakan. Agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan menyebabkan amalnya
tidak diterima. Sesungguhnya setiap orang dituntut untuk senantiasa belajar,
meskipun ilmu yang dia pelajari belum waktunya untuk diamalkan. Seperti ilmu
tentang haji, padahal dia belum memiliki kemampuan untuk berangkat haji. Karena
ilmu itu akan senantiasa memberikan manfaat bagi dirinya atau orang lain.
2.5 Ilmu yang Utama dan yang Bermanfaat
Untuk menjadi umat yang terbaik, Islam menganjurkan umatnya untuk
menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Ini menunjukkan betapa pentingnya
ilmu bagi kehidupan. Untuk memperoleh kebaikan dunia dengan ilmu, untuk beroleh
kebaikan akhirat dengan ilmu. Kriteria ilmu yang berguna didasarkan pada tujuan
ibadah. Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Berdasarkan landasan ini, ilmu dikatakan bermanfaat
bila :
a. Dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu
juga kebaikan dunia dan akhirat bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan
akhirat karena kebodohan.”
b. Dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu mengembangkan
masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuan, yaitu berbagai aktivitas
menuju keridhaan Allah.
Orang yang mencari ilmu untuk menuju keridaan Allah pun mendapat
kedudukan yang istimewa, seperti yang diterangkan Nabi, “Barangsiapa mati
ketika sedang mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, dia di surga sedearajat di
bawah para Nabi.”
c. Dengan ilmu itu,di samping dapat membimbing dirinya, ia dapat juga
membimbing orang lain kepada kebaikan.
Nabi bersabda, “Allah akan menyayangi penerus-penerusku.” Belia ditanya,
“Siapakah para penerus itu?” Beliau menjawab, “Mereka yang menghidupkan
sunnah-sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.”
d. Dengan ilmu itu, ia dapat memecahkan berbagai persoalan pribadi,
masyarakat dan lingkungannya.
Bukankah sebaik-baik orang itu yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Nabi
bersabda, “Setiap manusia itu keluarga Allah, dan manusia yang paling dicintaiNya adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya.”
Sebaliknya, bila ilmu itu dicari dan tidak diniati karena Allah, tidak menambah
kebaikan bagi dirinya dan orang di sekitarnya, ilmu itu tidak bermanfaat. Setiap ilmu
yang tidak menolong manusia menuju Allah seperti muatan buku yang dibawa di atas
keledai.Tuhan berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya
Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal …” (QS 62:5).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah mengatakan, “Ilmu adalah apa
yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tetapi dalam urusan duniawi, seperti ilmu
kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.”
Imam Ibnu Rajab rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat
menunjukkan pada dua hal. Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang
menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan
perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa
takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar
atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan. Kedua, mengetahui segala apa yang
diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan
dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal
ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa
yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan
dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu
yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka
sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan
Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia
dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di
dunia.”
Imam al-Auza’i rahimahullaah berkata, “Ilmu itu apa yang dibawa dari para
Shahabat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adapun yang datang dari
selain mereka bukanlah ilmu.”. Beliau juga mengatakan, “Ilmu yang paling utama
adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari
para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti
jejak mereka…”.
BAB III
SIMPULAN
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar
tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt. Rasulullah Saw.,
‫ََّس‬
‫لٍ ٌََِّ س‬
‫َل‬
bersabda: ِ ِ
‫مَّسل لكَ َل لَّ ٌَ هس ََ ل س‬
‫فن م س‬
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia bagaikan
ladang. Yang hasilnya akan kita petik di akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan
menyusun kitab-kitab yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang
pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari
mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orangorang shalih.
Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan
kehidupan kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai
kita lebih suka bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia
dan berharga. Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah.
Hubungan dan relasi bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah. Waktu yang kita
miliki di usia tua menjadi semakin sempit, tubuh melemah dan kesehatan berkurang. Ketika
kita mulai tidak berdaya kesibukan yang dimiliki semakin bertambah.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya
waktu luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan
untuk mengkaji pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang
bermanfaat demi kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai ilmu
maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang pengathuannya maka bila
ilmu semakin sering di manfaatkan akan bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.
3.1 Saran
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian
diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang. Amin
yaa rabbal-alamin.
3.2 Penutup
Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah yang senantiasa memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya. Ungkapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak Dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Kami
berharap, semoga karya ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya. Penulis memohon maaf, apabila dalam menyusun kalimat maupun
bahasannya masih banyak dijumpai kekeliruan maupun kekurangan. Kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca diharapkan sebagai bahan pertimbangan penelitian-penelitian
selanjutnya. Mudah-mudahan apa yang telah penulis buat ini mendapat ridho dari Allah
SWT yang maha bijak. Sehingga tugas ini dapat memberikan kontribusi dan menjadi
hasanah keilmuan dalam membina akhlak dan mempertahankan kekayaan budaya islami
yang kaya budi luhur. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/
https://www.kompasiana.com/alim35845/5c23affe43322f0f811cb014/islam-dan-ilmupengetahuan?page=all#:~:text=Menurut%20Kamus%20Populer%20Istilah%20Islam,Istimew
a%20lebih%20daripada%20mahluk%20lainnya.
Mengenai al-Ghazali, lihat: Ibn Khallikan, Wafayat al-A‘yan, 4:216-19; al-Dhahabi, Siyar A‘lam alNubala’ 19:322-46; al-Safadi, al-Wafi bi al-Wafayat, 12:74-77; Ibn Kathir, Tabaqat Fuqaha’ alShafi‘iyyah, 2:533-9. Mengenai karyanya, lihat ‘Abd al-Rahman Badawi, Mu’allafat al-Ghazali
(Kuwait: Wakalat al-Matbu‘at, 1977).
https://www.khiyaar.com/311-berilmu-sebelumberamal.html#:~:text=%E2%80%9CIlmu%20itu%20dimiliki%20sebelum%20berkata%20da
n%20beramal.%E2%80%9D&text=Maksudnya%2C%20setiap%20orang%20harus%20memi
liki,ucapan%20dan%20melakukan%20suatu%20perbuatan.&text=Karena%20sebetulnya%20
dengan%20ilmu%2C%20kita,Allah%20akan%20mengangkat%20derajat%20kita.
https://muslim.or.id/5312-ilmu-dulu-baru-amal.html
https://republika.co.id/berita/lrsn3v/ilmu-yang-bermanfaat
https://almanhaj.or.id/2309-pengertian-ilmu-yang-bermanfaat.html
Download