Uploaded by User69509

Myasthenia gravis ok

advertisement
Askep Myasthenia Gravis
An autoimmune neurologic disorder
Background
 Myasthenia gravis  “grave muscle weakness”
 Penyakit autoimun yg berefek pada myoneural junction
 About 60,000 people in the U.S. have this disease
 Frekuensi wanita > pria, sekitar usia 20-40. Pada pria
penyakit ini berkembang pada usia 60-70 tahun.
 Miastenia gravis merupakan gangguan yang
mempengaruhi tranmisi neuromuscular pada
otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran
seseorang (volunter).
( Keperawatan Medikal Bedah, vol 3, Edisi 8,
Brunner & Sudarth, 2000)
Jadi dapat kita definisika miastenia gravis
adalah suatu penyakit yang bermanifestasi
sebagai kelemahan dan kelelahan otot-otot
rangka akibat defisiensi reseptor asetilkolin
pada sambungan neuromuskular.
Gejala
 Kelemahan pada otot dan rangka
 Hallmark of the disease: kelemahan otot meningkat selama
aktivitas dan berkurang saat istirahat
 Area yang mengalami gangguan: mata/gerakan bola mata,
ekspresi wajah, mengunyah, berbicara, menelan
Pathophysiology
 Adanya gangguan pada neuromuscular junction (dimana seharusnya
sel saraf bertemu dengan otot yg mereka kontrol)
 Secara normal, ujung sel saraf mengeluarkan acetylcholine yang
kemudian berjalan melalui NMJ dan berikatan dengan reseptor,
menyebabkan kontraksi otot
 Pada myasthenia gravis, receptors tersebut di blok atau dirusak
Pathophysiology
 Autoimmune disease: antibodi menyerang atau memblok
reseptor acetylcholine yang diproduksi oleh sistem imun
tubuh
 Thymic hyperplasia or a thymic tumor is present in 80% of
people with myasthenia gravis
c. Patofisiologi (Patoflodiagram)
Tumor kelj. Tymus
Abnormal kelj Tymus
Gangguan konduksi
neuromuskuler
Hyperplasia Tymus
Defisiensi jml ACh dari
membran presinaps ke sinaps
Stimulus antigen yg
memprod Antiasetilkoline
reseptor antibody tganggu
Proses autoimun
pada fungsi neuromuskuler
pd mebran postsinaps otot
(tmpt antibodi mhancrkn reseptor
Ach)
Gangguan pembentukan &
pelepasan ACh
Hantaran presinap & postsinap terganggu
Gangguan permebilitas Na & K
Gangguan potensial aksi
Kontraksi otot menurun
Sambungan patofisiologi
Pd otot mata:
diplopia, ptosis,
Ggn persepsi
sensori:
penglihatan
Pd otot wajah:
ekspresi wajah
spt patung, pd
laring:disfonia
Pd otot leher:
kepala sulit
tegak, cenderung
jatuh
Pd otot sendi &
bahu: tdk dpt
mengkat tangan
m> kepala
Ggn kom verbal
Defisit prwtn diri
Defisit prwtn diri
Pd otot bulbar:
kesulitan
mengunyah, menelan
Pd otot pernapasan:
otot diapragma &
otot2 interkostal
Perub nutrisi kurang
dari kebut tubuh
Pola napas tdk
efektif
Gawat
napas
Gambar www.med.nagoyacu.ac.jp/.../mgenglish/index.html
Normal Neuromuscular Junction
Neuromuscular Junction in Myasthenia Gravis Patient
There are enough number of acetylcholine receptor
transmitting the signal from the nerve
to the muscle.
Antibody (Y-shaped) binds and
reduces the number of acetylcholine receptor
and makes the transmission of the signal difficult.
d. Komplikasi
Krisis Miastenia
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Meningkatnya tekanan darah
Takikardia
Gelisah
Ketakutan
Meningkatnya sekresi
bronkhial, airmata dan keringat
Kelemahan otot umum
Kesulitan bernapas, menelan,
mengunyah, bicara
Kehilangan refleks batuk
Penurunan output urine
Krisis Kolinergik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Menurunnya tekanan darah
Bradikardia
Gelisah
Ketakutan
Meningkatnya
sekresi
bronkhial, airmata dan keringat
Kelemahan otot umum
Kesulitan bernapas, menelan,
mengunyah, bicara
Mual, muntah
Diare
Kram abdomen
e. Pemeriksaan Diagnostik
 Uji tensilon ( endrofnium klorida )
 Elektromiografi.
 CT scan timus, pemeriksaan tiroid, kreatinin-fosfokinase serum,
laju sedimentasi, kadar antinukleus-antibodi, dan pemeriksaan
imunologi.
 Thorax foto: Foto dada dalam posisi antero-posterior dan lateral
perlu dikerjakan, untuk melihat apakah ada timoma. Bila perlu
dapat dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan.
 Tes Wartenberg: Bila gejala-gejala pada kelopak mata tidak jelas,
dapat dicoba tes Wartenberg.
 Tes prostigmin: Prostigmin 0,5-1,0 mg dicampur dengan 0,1 mg
atropin sulfas disuntikkan intramuskular atau subkutan. Tes
dianggap positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga
membaik.
f. Penatalaksanaan medis
 Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui
pemberian obat antikolinesterase dan mengurangi serta
membuang antibodi yang bersirkulasi (plasmaporesis)
 Timektomi ( pembedahan eksisi kelenjar timus ) untuk
mengangkat sumber antigen
 Pergantian plasmaferesis atau plasma dapat dilakukan untuk
membuang antibody reseptor antiasetilkolin yang beredar dari
plasma, mengakibatkan sebagian perbaikan klinis.
 Jika gagal pernapasan terjadi mungkin perlu dipasang ventilator
mekanik.
ASUHAN KEPERAWATAN
Assessment
 Mungkin terjadi tiba-tiba
 Seringkali, gejala tidak segera dikenali sebagai tanda dari
myasthenia gravis
 Kebanyakan kasus, kelemahan pada otot mata menjadi tanda
awal dari MG
Assessment - Severe Symptoms
 Ptosis – melemah satu atau keduanya dr otot mata
 Diplopia – kabur atau pandangan ganda
 Bulbar symptoms – kelemahan pada otot wajah dan
tenggorokan
 Ekspresi wajah datar
 Sulit menelan – peningkatan resiko tersedak dan aspirasi
 Dysarthia – gagal berkata2
 Dysphonia – gagal mengeluarkan suara
 Kelemahan pada lengan, tangan, kaki dan leher
 Kelemahan umum pada otot intercostal, mengakibatkan gagal
nafas

Riwayat Kesehatan :
Riwayat kelemahan otot: lamanya, sejak kapan, berangsur-angsur atau cepat,
meningkat dengan pergerakan tenaga, membaik bila istirahat, tiba- tiba cepat
lelah

Pemeriksaan fisik
- Otot mata : Diplopia, ptosis, kelemahan otot bola mata
- Otot wajah : kelemahan otot wajah, kesulitan tersenyum,
kesulitan mengunyah, menelan, suara dari hidung hilang.
- Otot leher : kesulitan mempertahankan posisi kepala
- Otot respirasi : pernapasan lambat, kegagalan pernapasan dengan
penurunan tidal volume dan vital capacity, tidak efektifnya
batuk.
- Otot lain : kelemahan otot rangka dan ekstremitas

Status nutrisi : penururnan berat badan, tanda- tanda kekurangan nutrisi
Diagnosa keperawatan



Tidak efektifnya pola napas b.d kelemahan otot pernapasan
Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot, keletihan
umum.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d
kelemahan otot bulbar menyebabkan kesulitan mengunyah,
menelan.
Rencana keperawatan Dx 1
:
1. Kaji frekuensi pernapasan, irama, pola nafas,
penggunaan otot tambahan pernapasan, bunyi napas,
warna kulit dan tingkat kesadaran setiap 2 jam
2. Kaji vital capacity dan tidal volume, hasil laboratorium
analisa gas darah
3. Pertahankan posisi kepala 30 – 45 derajat
4. Catat adanya peningkatan kelemahan, kesulitan bernafas,
peningkatan PaCO2, penurunana PaO2, menururnnya
kapsitas vital dan meningkatnya kesulitan mengunyah dan
bicara.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat antikolinesterasedan
berikan oksigen
6. Kaji keadaan pernafasan, capasitas vital dan tidal volume
sebelum dan sesudah pemberian obat
Rencana keperawatan Dx 2
:
1. Kaji kekuatan otot, ptosis, diplopia, pergerakan bola
mata, kemampuan mengunyah, menelan, reflek batuk,
bicara
2. Kaji kekutan otot sebelum dan sesudah pemberian
antikolineterase
3. Lakukan jadwal istirahat, dan berikan lingkungan yang
tenang
4. Menganjurkan berpartisipasi dalam perawatan
5. Bantu dalam perawatan diri pasien selama kelemahan
otot yang sangat berlebihan terjadi.
Rencana keperawatan Dx 3
:
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan
3. Hentikan pemberian makan peroral jika pasien tidak dapat
mengatasi sekresi oral atau jika reflek gag, menelan, batuk,
tertekan.
4. Berikan diet tinggi protein, tinggi kalori
5. Kolaborasi dalam pemasangan NGT bila terjadi kesulitan
menelan.
6. Timbang berat badan setiap 3 hari
7. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral total jika
pemberian makan peroral/NGT tidak dapat dilakukan.
Semoga Bermanfaat…
Download