Uploaded by User66874

LAPORAN EVALUASI PEMBELAJARAN ANALISIS BUTIR SOAL

advertisement
LAPORAN EVALUASI PEMBELAJARAN
PELAKSANAAN PENGUJIAN & ANALISIS BUTIR SOAL MATERI
POLINOMIAL PADA SISWA KELAS XI MAN 1 KOTA MALANG
Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Taufiq Satria Mukti, M.Pd
Oleh:
Munirotul Lailiyah
18190019
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
A. Latar Belakang
Suatu pendidikan tidak pernah terlepas dari proses belajar mengajar
(PBM). Proses belajar mengajar ini bertujuan agar siswa memiliki hasil yang
terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) di suatu kelas pastinya terdapat satu
komponen penting yang memegang peranan sentral di kelas tersebut yaitu
adalah seorang guru. Berdasarkan UU RI No.14 Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen Bab I pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa “Guru adalah pendidik
professional
dengan tugas
utama
mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”.1
Maka dari itu sudah sepatutnya seorang guru memiliki tugas utama serta
keahlian seperti yang dijelaskan diatas diantaranya adalah menilai dan
mengevaluasi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan mengukur, menilai dan
mengevaluasi memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan,
dikarenakan kegiatan tersebut merupakan suatu siklus dimana dibutuhkan
untuk mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan telah terlaksana.
Dalam pendidikan kegiatan pertama dalam mengevaluasi yaitu adalah
menyusun instrument, terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi
yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah
dilakukan terhadap anak didik. Instrumen evaluasi itu dapat digolongkan
menjadi dua jenis yakni, tes dan non-tes. Tes dapat berbentuk lisan, tulisan
maupun tindakan sedangkan non-tes dapat berbentuk observasi, wawancara,
studi kasus, skala penilaian, check list dan inventory. Dan untuk penyusunan
instrument tes dan non-tes guru perlu mengacu kepada pedoman penyusunan
masing-masing jenis instrumennya. Hal tersebut bertujuan agar instrument
yang disusun memenuhi syarat instrument yang baik.
Biasanya intrumen tes didalamnya berisi butir-butir soal yang harus
diujikan dan dijawab oleh peserta didik/siswa. Butir-butir soal tersebut
1
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2011. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung:
Fokusmedia, hlm2.
haruslah disusun, dikembangkan dan disesuaikan dengan pedoman seperti pada
Kurikulum, Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah maupun oleh pemerintah. Sampai saat ini masih banyak guru
yang mengembangkan instrument tes namun belum memenuhi persyaratan tes
yang ideal. Akibatnya butir soal yang digunakan tidak mengukur apa yang
semestinya diukur dan tidak mencapai tujuan yang dari diadakannya tes
tersebut, Maksud dari persyaratan ideal ini adalah bahwa instrument tes
tersebut telah terstandar. Tes terstandar adalah tes yang sudah mengalami uji
coba berkali-kali , direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup
baik. Di dalam tes yang terstandar sudah dicantumkan: petunjuk pelaksanaan,
waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-hal yang lain, misalnya
validitas dan reabilitas.2
Di dalam instrumen tes terdapat berbagai bentuk butir soal diantaranya
yaitu soal pilihan ganda dan soal uraian atau isian. Suatu soal dikatakan
bermutu apabila mengikuti kaidah-kaidah dalam penulisan soal tersebut.
Kaidah penulisan soal adalah petunjuk atau pedoman dalam penulisan soal,
sehingga soal mampu menjaring informasi yang diperlukan dan berfungsi
secara optimal. Kaidah-kaidah penulisan soal meliputi segi materi, konstruksi
soal dan segi bahasa. Setelah dilakukan penyusunan instrument selanjutnya
dapat dilakukan pengujian instrument yang telah disusun kepada peserta
didik/siswa. Selanjutnya hasil pengujian instrument tersebut akan kita analisis
mengenai butir soal pada instrument dan hasil kemampuan siswa. Analisis
butir soal itu sendiri mencakup tingkat kesulitan atau kesukaran, daya
pembeda, dan efektivitas pilihan jawaban.
Dalam menerapkan kegiatan diatas mahasiswa melakukan evaluasi dalam
dunia pendidikan secara nyata, yaitu mahasiswa melakukan pengujian
instrument berupa pengujian soal mata pelajaran Matematika Peminatan
kepada peserta didik kelas 11 MAN 1 Kota Malang serta melakukan penilaian
dan menganalisis butir soal untuk mengetahui dan melatih bagaimana
2
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, hlm 198-199
penerapan mahasiswa sebagai calon pendidik melakukan kegiatan evaluasi di
dunia pendidikan.
B. Tujuan
1. Bagi Mahasiswa
Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam membuat atau
menyusun instrument sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran serta
diharapkan mahasiswa mampu menganalisis butir soal yang telah di ujikan
dengan baik.
2. Bagi Siswa
Untuk mengetahui apakah siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang
diberikan sesuai dengan materi yang telah diterima.
3. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran
a. Untuk mengetahui apakah siswa menguasai materi pelajaran yang telah
direncanakan sesuai dengan program pembelajaran.
b. Untuk mengetahui adanya kesesuaian antara tes yang diuji cobakan
dengan kondisi siswa sehingga hasil dari tes tersebut dapat dijadikan
sebagai pedoman guru dalam meningkatkan kualitas pengajarannya.
4. Bagi Pihak Sekolah
Untuk memberikan informasi dan masukan pada aspek tertentu untuk
pengembangan kurikulum sekolah yang diperoleh dari hasil pengujian dan
hasil analisis intrumen tes yang telah dilakukan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai penyusunan instrumen tes,
pengujian serta analisis butir soal yang sesuai kriteria tes baku dalam
mengevaluasi siswa sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman di
lapangan.
2. Bagi Siswa
Dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi pelajaran
yang telah diajarkan.
3. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran
a. Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran
dikelas serta meningkatkan kemampuan guru untuk membuat soal tes yang
dapat
dikembangkan
berdasarkan
kompetensi
dasar
dan
indikator
pencapaian siswa.
b. Guru dapat membuat bank soal dari kumpulan soal-soal yang telah teruji
kualitasnya.
4. Bagi Pihak Sekolah
Memberikan masukan kepada guru dalam perbaikan kualitas mengenai
instrument tes pada masa yang akan datang.
D. Isi
I.
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive,
dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan
alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual,
konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
II.
Kisi-kisi Penulisan Soal
KISI-KISI PENULISAN SOAL
Satuan Pendidikan
:
MAN 1 KOTA MALANG
Jumlah Soal
:
15
Mata Pelajaran
Ganda
:
Matematika Peminatan
Bentuk Soal/Tes
:
Pilihan
Kurikulum
:
2013
Alokasi Waktu
:
Kelas
:
XI
Penyusun
:
Kompetensi Dasar
3.4. Menganalisis
keterbagian
dan
faktorisasi polinomial
Materi Pokok
Polinomial
Indikator soal
Kelompok 3
Butir Soal
Tk. Kognitif
3. 4. 1 Siswa
dapat
menentukan derajat
dan
koefisienkoefisien tiap suku
dari
polinomial
serta
mengidentifikasi
bentuk matematika
yang
merupakan
polinomial.
Diberikan polinomial berikut 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯ 3 −
π‘₯ 2 + 4π‘₯ − 1dan 𝑔(π‘₯) = 2π‘₯ 3 + π‘₯ 2 − 5π‘₯. Nilai
koefisien dari variabelπ‘₯ berpangkat tertinggi
dari 𝑓(π‘₯) − 𝑔(π‘₯) adalah … .
A. −4
B. −2
C. 2
D. 4
E. 5
C4
3. 4. 2 Siswa
menentukan
dari
Nilai polinomial 3π‘₯ 3 + 2π‘₯ 2 + π‘₯ + 5π‘₯ 0 untuk
π‘₯ = −2 adalah … .
C3
dapat
nilai
suatu
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
3.4.4
Butir Soal
Tk. Kognitif
−18
−13
−28
18
13
polinomial dengan
menggunakan cara
substitusi
dan
skema.
A.
B.
C.
D.
E.
Siswa
dapat
menentukan hasil
bagi
dan
sisa
pembagian
dari
pembagian
suku
banyak oleh bentuk
linear dan kuadrat
dengan
menggunakan
teorema sisa.
Polinom 𝑓(π‘₯) mempunyai sisa π‘₯ + 3 jika
dibagi dengan (π‘₯ 2 − 4π‘₯ − 5). Sisa dari 𝑓(π‘₯)
dibagi (π‘₯ − 5) adalah … .
A. −3
B. −2
C. 0
D. 3
E. 8
C3
Sebuah polinom 𝑝(π‘₯) jika dibagi dengan
(π‘₯ − 2) sisa 7, dan jika dibagi dengan (π‘₯ + 3)
sisa 12. Sisa 𝑝(π‘₯) jika dibagi dengan (π‘₯ 2 +
π‘₯ − 6) adalah ... .
A. −π‘₯ + 13
B. −π‘₯ + 9
C. 𝒙 + 𝟏
D. π‘₯ − 7
E. π‘₯ + 13
C4
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
Butir Soal
Sisa dari sebuah polinom 𝑔(π‘₯) dibagi dengan
(π‘₯ − 2)(π‘₯ − 3)adalah ... .
A. (π‘₯ − 2)(𝑔(3)) − (π‘₯ − 3)(𝑔(2))
B. (π‘₯ + 2)(𝑔(2)) − (π‘₯ + 3)(𝑔(3))
C. (π‘₯ − 2)(𝑔(3)) − (π‘₯ + 3)(𝑔(2))
D. (π‘₯ − 2)(𝑔(3)) + (π‘₯ − 3)(𝑔(2))
E. (π‘₯ + 2)(𝑔(3)) + (π‘₯ + 3)(𝑔(2))
3.4.5
3.4.6
Tk. Kognitif
C3
Siswa
dapat
menentukan faktor
linear
dari
polynomial dengan
menggunakan
teorema faktor.
Jika salah satu akar dari 𝑓(π‘₯) = π‘₯ 4 + π‘šπ‘₯ 3 −
6π‘₯ 2 + 7π‘₯ − 6adalah 2, maka akar linear
lainnya adalah... .
A. 3
B. 2
C. 0
D. −1
E. −3
C3
Siswa
dapat
mementukan akarakar
persamaan
polinomial
Banyaknya akar-akar rasional bulat dari
persamaan
4π‘₯ 4 − 15π‘₯ 2 + 5x + 6 = 0
adalah… .
A. 3
B. −4
C. 5
C3
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
Butir Soal
Tk. Kognitif
D. −3
E. 2
Jika salah satu akar persamaan 2π‘₯ 3 − 7π‘₯ 2 −
7x + 30 = 0 adalah 3. maka jumlah dua akar
yang lain adalah…. .
A. 1
B. 2
1
C. 2
C3
1
D. – 2
E. −1
Diketahui 𝑔(π‘₯) = 2π‘₯ 3 + π‘Žπ‘₯ 2 + 𝑏π‘₯ + 6 dan
β„Ž(π‘₯) = π‘₯ 2 + π‘₯ − 6 adalah faktor dari 𝑔(π‘₯).
Nilai π‘Ž yang memenuhi adalah ...
A. −3
B. −1
C. 1
D. 2
E. 5
C3
Hasil kali akar-akar dari persamaan π‘₯ 3 −
3π‘₯ 2 + 4π‘₯ + 2 = 0 adalah... .
C3
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
Butir Soal
Tk. Kognitif
1
A. − 2
B. 2
1
C. 2
D. −2
E. 1
Salah satu akar persamaan π‘₯ 3 − 3π‘₯ 2 − π‘˜π‘₯ +
3 = 0 berlawanan dengan akar lainnya.
Sehingga nilai π‘˜ yang mungkin adalah... .
A. −6
B. −1
C. 1
D. 2
E. 4
4. 4 Menyelesaikan
masalah
yang
berkaitan
dengan
faktorisasi polinomial
Polinomial
4. 4. 1 Siswa
dapat
menyelesaian operasi
antar
polinomial
yang
meliputi
penjumlahan,
pengurangan,
dan
perkalian polinomial
Diketahui 𝑃(π‘₯) = (π‘₯ − 3)2 dan
(5π‘₯ + 7). Hasil dari (π‘₯). 𝑄(π‘₯) = ... .
A. 5π‘₯ 3 − 23π‘₯ 2 + 3π‘₯ + 63
B. 5π‘₯ 3 −10π‘₯ 2 + 3π‘₯ − 63
C. 5π‘₯ 3 − 10π‘₯ 2 − 3π‘₯ + 63
D. 5π‘₯ 3 − 23π‘₯ 2 − 3π‘₯ − 63
E. 5π‘₯ 3 − 10π‘₯ 2 − 3π‘₯ − 63
C4
𝑄(π‘₯) =
C3
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
Butir Soal
Andi memiliki bak mandi yang berukuran
3π‘₯ m, (2π‘₯ + 4) m, dan (7π‘₯ + 1) π‘š. Setiap
kali ia mengisi bak, ibunya selalu memberinya
upah 1000/π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿ. Akan tetapi, Andi belum
pernah mengisi bak mandinya sampai penuh
sehingga ia tidak tahu berapa jumlah upah
yang di dapat jika ia berhasil mengisi bak
mandi sampai penuh. Pada hari minggu besok,
Andi ingin mengisinya sampai penuh, jika
Andi berhasil maka berapa banyak upah yang
akan ia dapatkan?
A. −42000π‘₯ 3 + 90000π‘₯ 2 + 12000π‘₯
B. 42000π‘₯ 3 + 90000π‘₯ 2 − 12000π‘₯
C. 42000π‘₯ 3 − 90000π‘₯ 2 + 12000π‘₯
D. 42000π‘₯ 3 − 90000π‘₯ 2 − 12000π‘₯
E. 42000π‘₯ 3 + 90000π‘₯ 2 + 12000π‘₯
4. 4. 2 Siswa
dapat
menyelesaikan
permasalahan
berkaitan
dengan
materi
mengenai
Salah satu faktor dari sukubanyak 𝑓(π‘₯) =
2π‘₯ 3 + π‘Žπ‘₯ 2 − 11π‘₯ + 6 yaitu (π‘₯ + 2). Faktor
linear yang lain adalah … .
A. (2π‘₯ + 1)
Tk. Kognitif
C4
C3
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator soal
pengertian
polinomial,
menentukan
nilai
polinomial, operasi
antar
polinomial,
cara
menentukan
hasil bagi dan sisa
pembagian
dari
pembagian
polinomial
oleh
bentuk linear dan
kuadrat
dengan
menggunakan
teorema sisa dan cara
menyelesaikan suatu
persamaan
polinomial dengan
menentukan faktor
linear menggunakan
teorema faktor.
III.
Lampiran
Hasil analisis butir dan kemampuan siswa.
Butir Soal
B.
C.
D.
E.
Tk. Kognitif
(2π‘₯ + 3)
(π‘₯ − 1)
(π‘₯ − 2)
(π‘₯ − 3)
Jika 4 adalah salah satu akar persamaan π‘₯ 3 −
5π‘₯ 2 + 2π‘₯ + π‘Ž = 0
dan
π‘₯1 , π‘₯2 , danπ‘₯3
merupakan akar-akar dari persamaan tersebut,
maka nilai dari π‘₯1 βˆ™ π‘₯2 βˆ™ π‘₯3 = … .
A. −6
B. −7
C. −8
D. −9
E. −10
C4
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang
terdiri dari beberapa komponen. Salah satu komponen terpenting dalam proses
pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
terancang guna membuat alternatif keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian
yang telah dilakukan. Sistem evaluasi juga harus mampu memberikan umpan balik
kepada guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuan peserta didik.
Dalam evaluasi pendidikan baik tes maupun nontes, keduanya merupakan
instrumen atau alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel
yang diteliti. Ciri-ciri/karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi adalah
memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Inilah alasan mengapa alat evaluasi
yang baik dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3)
objektivitas, (4) praktikabilitas, (5) daya pembeda, (6) taraf atau derajat kesukaran,
(7) efektivitas option, (8) efisiensi.3
Dari semua segi yang disebutkan diatas hal tersebut terkait dengan analisis
butir soal. Analisis soal sesungguhnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi soalsoal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek (tidak layak uji). Dengan analisis
butir soal dapat diperoleh informasi tentang ketidaklayakan sebuah soal dan
“petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Dalam analisis butir soal terdapat tiga
komponen yang saling berkaitan, yaitu taraf kesukaran (tingkat kesulitan), daya
pembeda, dan efektivitas option (pilihan jawaban).4
a. Tingkat Kesukaran (Tingkat Kesulitan)
Tingkat kesukaran (Tingkat Kesulitan) butir soal adalah pernyataan seberapa
mudah atau seberapa sukar (sulit) sebuah butir soal tersebut bagi siswa yang
berkaitan. Butir soal harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat
tes perlu mengetahui apakah soal itu termasuk kedalam tingkat soal yang sukar,
sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban yang
3
4
M. Subana dan Sudrajat, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah , Bandung: Pustaka Setia, hlm 128.
Suharsimi Arikunto, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara, hlm 207.
dihasilkan oleh siswa yang terkait. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar soal tersebut, maka dapat dikatakan tingkat kesukaran
(tingkat kesulitan) soal tersebut adalah tinggi atau dapat dikatakan soal tersebut
termasuk soal yang sukar, begitupun sebaliknya. Untuk memperoleh kualitas
soal yang efektif untuk mengukur hasil belajar yang baik adalah
keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah perbandingan antara butir-butir soal yang termasuk kategori
mudah, sedang dan sukar.
Adapun bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
dengan indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran soal ini menunjukkan
taraf atau tingkat kesukaran suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal
tersebut terlalu sukar/sulit, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal
tersebut terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi symbol
P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Indeks kesukaran soal dapat
diklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
P
Klasifikasi
0,00-0,30
Sulit / Sukar
0,31-0,70
Sedang
0,71-1,00
Mudah
Untuk menghitung tingkat kesukaran pada butir soal digunakan persamaan
sebagai berikut:
P=
𝑡𝒑
𝑡
Dimana:
P
= Proporsi (Indeks Kesukaran)
Np
= Jumlah siswa yang menjawab soal dengan
benar
N
= Jumlah seluruh siswa yang menjawab
b. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pintar
(berkemampuan rendah).5 Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar) berkisar antara
-1,00 sampai +1,00. Akan tetapi pada indeks diskriminasi ini mengenal/ ada tanda
negatif (-).
Butir soal tes yang baik juga harus dapat menunjukan daya
pembedanya. Soal dapat dikatakan baik mempunyai daya pembeda jika soal
tersebut dapat dijawab oleh siswa berkemampuan tinggi dan tidak dapat
dijawab oleh siswa berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh
siswa pintar maupun kurang, berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda, jika
soal dapat dijawab oleh siswa yang berkemampuan rendah dan soal tidak bisa
dijawab oleh siswa yang berkemampuan tinggi , berarti soal tersebut mempunyai
daya pembeda negatif dan soal harus dibuang. Demikian juga jika soal tersebut
tidak dapat dijawab oleh siswa pintar dan siswa kurang, berarti soal tersebut tidak
baik sebab tidak mempunyai daya pembeda ataupun terdapat soal yang perlu
perbaikan.
Semakin tinggi indeks diskriminasi berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang
belum memahami materi serta semakin baik kualitas soal tersebut. Indeks
Diskriminasi (angka yang menunjukkan daya pembeda) dapat diklasifikasikan
seperti tabel berikut:
5
Arikunto, Op. Cit., hlm 213.
Tabel 2. Klasifikasi Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)
D
Klasifikasi
(-) / Negatif
Tidak baik/ harus dibuang
≤ 0,20
Perlu Perbaikan
0,21-0,30
Cukup Baik
0,31-1,00
Baik
Untuk menghitung daya pembeda pada butir soal digunakan persamaan sebagai
berikut :
rpbs =
Μ…Μ…Μ…Μ…−𝑿𝒔
Μ…Μ…Μ…Μ…
𝑿𝒃
𝑺𝑫𝒕
Dimana :
√𝒑𝒒
rpbs
=
Daya
pembeda
korelasi point
(menggunakan
biserial )
Μ…Μ…Μ…Μ…
𝑋𝑏
= rata-rata benar
̅𝑋𝑠
Μ…Μ…Μ…
= rata-rata salah
SDt
= Standar Deviasi
p
= tingkat kesukaran. (q=1-p)
c. Efektivitas Pilihan Jawaban
Untuk mengetahui keefektifan tiap option (pilihan jawaban) soal dapat
dilakukan dengan menghitung berapa banyak siswa yang memilih option tersebut.
Selain itu dapat dilihat pengecoh mana yang berfungsi efektif, pengcoh mana yang
tidak efektif, dan pengecoh mana yang menyesatkan. Jika ternyata lebih banyak
siswa yang memilih suatu pengecoh tertentu dan hanya sedikit yang memilih
kunci, maka ada kemungkinan penilai salah membuat kunci jawaban, dan mungkin
pengecoh tersebut sebenarnya adalah kunci jawaban. Namun mungkin pula
kuncinya sudah benar, tetapi pengecoh terlalu menarik untuk dipilih. Option yang
merupakan jawaban yang benar disebut option kunci, sedangkan option lainnya
disebut option pengecoh. Agar suatu option yang disajikan efektif harus
diusahakan homogen (serupa), baik dari segi isi (materi), notasi, maupun panjangpendeknya kalimat pada option tersebut.
Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta
didik yang menjawab salah. Sebaliknya, soal yang kurang baik pengecohnya
akan dipilih tidak merata. Pengecoh berfungsi dengan baik apabila terdapat
sekurang-kurangnya 5% siswa memilih jawaban tersebut.6 Semua pengecoh yang
ada dalam butir soal harus ada yang memilih, dengan kata lain harus tersebar
secara merata dan pengecoh ini harus berhasil menarik perhatian kelompok
rendah.
Rumus :
𝐷=
𝐴
× 100%
𝑁
Dimana :
D
= Tingkat Distraktor (pengecoh)
A
= Jumlah Siswa yang memilih opsi atau pilihan jawaban tersebut.
N
= Jumlah siswa seluruhnya.
Kriteria:
D ≥ 5%
= Diterima karena sudah baik
5% > D > 0
= Revisi dengan ditulis kembali karena kurang baik.
D=0
= Ditolak atau dibuang karena tidak baik
d. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrument. Kevalidan tes dapat ditentukan dengan menggunakan rumus pearson
product moment, yaitu sebagai berikut:7
π‘Ÿπ‘₯𝑦 =
𝑁Σπ‘‹π‘Œ − (Σ𝑋)(Σπ‘Œ)
√(𝑁Σ𝑋 2 − (𝑋)2 )(𝑁Σπ‘Œ 2 − (Σπ‘Œ)2 )
Dimana:
π‘Ÿπ‘₯𝑦
= Koefisien korelasi (validitas)
N
= Banyaknya subjek
6
Suharsimi Arikunto, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara, hlm 220.
7
Anas Sudijono, 2008, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 206.
X
= Skor pada subjek item n
Y
= Skor total subjek
XY
= Skor pada subjek item n dikalikan skor total
Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan r tabel product moment dengan
taraf signifikan 5% jika rxy > r tabel maka item tersebut valid.
1) 0,90 ≤ rxy 1,00
= validitas sangat tinggi
2) 0,70 ≤ rxy < 0,90
= validitas tinggi
3) 0,40 ≤ rxy < 0,70
= validitas sedang
4) 0,20 ≤ rxy < 0,40
= validitas rendah
5) 0,00 ≤ rxy < 0,20
= validitas sangat rendah
e. Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan hasil
yang relative tetap bila digunakan pada waktu atau tempat yang berlainan.
Semakin tinggi reliabilitas suatu tes , menununjukkan bahwa tes tersebut semakin
tetap dalam mengukur kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil
yang relative tidak berbeda apabila dilakukan tes pada subyek yang sama
meskipun dalam waktu yang berbeda. Kriteria pensokaran reliabilitas soal adalah
sebagai berikut:
1) 0,000 – 0,400
: Rendah artinya kurang baik
2) 0,401 – 0,700
: Sedang artinya cukup
3) 0,701 – 1,000
: Tinggi artinya baik.
Menggunakan rumus :
π‘Ÿπ‘– =
𝐾
𝑀(𝐾 − 𝑀)
(1 −
)
(𝐾 − 1)
𝐾. 𝑆𝑑 2
Dimana:
K
= jumlah soal
M = mean atau rata-rata skor total
St = varians total
Hasil Analisis
Instrument tes ini diujikan di kelas XI-MIPA 4 yang dilakukan melalui
website game yaitu Quizizz. Setelah pengujian dilakukan, hasil tes kemudian
dianalisis secara kuantitatif menggunakan program Microsoft excel untuk
mengetahui tingkat kesukaran (kesulitan) butir soal, daya pembeda, efektivitas
pilihan jawaban (option), validitas dan reabilitas. Dari hasil analisis kuantitatif
pengujian di kelas XI-MIPA 4 MAN 1 Kota Malang didapatkan hasil sebagai
berikut :
a. Tingkat Kesulitan (tingkat kesukaran)
Dari hasil analisis instrument tes untuk mengetahui tingkat kesukaran
butir soal didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Tingkat Kesulitan
Tingkat Kesulitan
Nomor Soal
Frekuensi
0,00-0,30 (Sulit/Sukar)
3 dan 13.
2
0,31-0,70 (Sedang)
1, 2, 11, 12, 14, dan
15.
6
0,71-1,00 (Mudah)
4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
7
Jumlah
15
Pada Tabel 1 terlihat bahwa sebagian soal berada pada kategori soal yang
mudah yaitu pada butir nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Hal tersebut bisa terjadi
dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya adalah siswa telah memahami materi
yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dan
membuat soal tersebut masuk kedalam kategori mudah. Selanjutnya butir soal nomor
1, 2, 11, 12, 14, dan 15 dikategorikan sedang dikarenakan sebagian siswa dapat
menyelesaikan soal tersebut akan tetapi jawaban mereka masih kurang tepat hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak atau belum belajar dengan maksimal.
Sisanya butir soal nomor 3 dan 13 masuk kedalam kategori sulit atau sukar.
b. Daya Pembeda
Berdasarkan penghitungan hasil daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel
2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Daya Pembeda
Daya Pembeda (D)
(-) atau negatif (Tidak
Nomor Soal
Frekuensi
-
0
≤ 0,20 (Perlu Perbaikan)
3
1
0,21- 0,30 (Cukup Baik)
13 dan 14
2
baik/ Harus dibuang)
0,31- 1,00 (Baik)
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, dan 15.
Jumlah
12
15
Pada Tabel 2 ditunjukkan terdapat 12 butir soal yang dapat
dikategorikan mempunyai daya pembeda yang baik sehingga 12 butir soal
tersebut dapat diterima tanpa perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa 12
butir soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang berada pada
kelompok tinggi atau yang telah memahami materi dengan siswa yang berada
pada pada kelompok bawah atau yang belum memahami materi. 2 butir soal
dikategorikan mempunyai daya pembeda yang cukup baik sehingga 2 butir
soal tersebut dapat diterima dengan perbaikan. 1 butir soal dikategorikan
mempunyai daya pembeda soal yang perlu perbaikan sehingga 1 butir soal
tersebut perlu pembahasan dan perlu diperbaiki. Serta tidak terdapat soal
yang tidak baik atau harus dibuang.
c. Efektivitas Pilihan Jawaban
Berdasarkan penghitungan hasil efektivitas pilihan jawaban dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut ini:
Terdapat beberapa pilihan jawaban (option) pada butir soal yang perlu
diganti atau direvisi yaitu pada butir soal 1, 4, 5, 8, 10, 11,12, 14,dan 15.
Sebelebihnya efektivitas pilihan jawaban sudah berfungsi dengan baik. Jadi
terdapat 2 butir soal yang seluruh pilihan jawabannya (option) dapat
berfungsi dengan baik sehingga dapat diterima dan terdapat 9 butir soal
yang sebagian pilihan jawabannya (option) tidak dapat berfungsi dengan
baik sehingga 9 butir soal perlu direvisi. Serta 10 butir soal yang option nya
ditolak.
Tabel 3. Hasil Efektivitas Pilihan Jawaban
Kesimpulan
Butir
1
2
3
4
5
Revisi
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A
Baik
Baik
Baik Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik Baik
Revisi
B
Baik
Baik
Baik Ditolak Ditolak Baik
Baik
Revisi
Baik
Baik
Baik
Revisi
Baik Revisi
Baik
C
Baik
Baik
Baik Revisi
Baik
Baik
Baik
Ditolak Revisi Ditolak Baik Ditolak Baik
D
Revisi Baik
E
Baik
Baik
Baik Ditolak Baik
Ditolak Baik Baik
Baik
Baik
Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Baik
Baik
Baik Baik
Revisi
Baik
Baik
Baik Baik
Baik
Ditolak Baik
Ditolak Revisi
Baik
d. Kaitan Jumlah Ketuntasan Dengan Analisis Butir Soal
Terdapat keterkaitan antara jumlah ketuntasan atau KKM dengan
analisis butir soal yang dilakukan yaitu dalam penilaian seringkali penguji
membuat instrument penilaian tanpa melalui analisis butir soal. Sehingga
menyebabkan banyak siswa yang merasa kesulitan dalam menjawab
pertanyaan, hal ini akan berdampak pada nilai ataupun ketuntasan bagi
siswa dikarenakan nilai kecil atau kurang dari KKM. Hal ini terjadi karena
adakalanya soal yang dibuat oleh penguji terdapat kata-kata atau pun
symbol yang kurang dipahami oleh siswa. Maka dari itu analisis butir soal
ini sangat diperlukan dalam pembuatan instrument penilaian karena akan
berdampak atau berpengaruh pada hasil ketuntasan siswa juga.
Apabila instrument yang penguji buat berkualitas baik maka peluang
ketuntasan siswa juga akan semakin besar dikarenakan instrument telah
melalui analisis butir soal. Jangan hanya siswa yang disalahkan ketika
mereka tidak mencapai ketuntasan yang ditetapkan akan tetapi penguji
juga perlu mengetahui apakah terdapat sebab lain yang menyebabkan
siswa tidak tuntas , bisa jadi ketidak tuntasan siswa tersebut salah satunya
bisa disebabkan oleh kualitas soal yang kita berikan kurang baik sehingga
siswa susah untuk memahami soal yang di ujikan. Maka dari itu analisis
butir soal juga berkaitan dengan jumlah ketuntasan siswa.
e. Validitas
Dari hasil pengolahan data di lampiran, diketahui terdapat 13 butir
soal dinyatakan valid dan 2 butir soal lainnya tidak valid yaitu pada
butir soal nomor 3 dan 14. Hal ini dikarenakan r hitung > r tabel, dimana
penulis menggunakan taraf signifikan r tabel sebesar 0,01 atau 1% maka r
tabelnya adalah sebesar 0,2826. Apabila menggunakan r tabel sebesar 0,05
atau 5% maka terdapat 12 butir soal yang valid dan 3 butir soal yang
tidak valid.
f. Relabilitas
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan oleh penulis untuk
mengetatahui tingkat keajegan atau ketetapan soal , didapatkan data bahwa
soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,72833982. Sesuai
dengan criteria pensokaran reliabilitas soal , bahwa apabila hasil
perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,701 – 1,000 maka
termasuk ke dalam tingkat reliabilitas tinggi yang artinya reliabilitas
soal tersebut adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang diujikan
tersebut memiliki hasil pengukuran yang ajeg atau tetap,sehingga dapat
dikatakan dapat dipercaya (reliable).
KESIMPULAN
Berdasakan hasil analisis butir soal ujian mata pelajaran Matematika
Peminatan kelas XI MIPA 4 MAN 1 Kota Malang yang terdiri dari tingkat
kesulitan (kesukaran), daya pembeda, efektivitas pilihan jawaban,validitas dan
reabilitas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas butir soal dapat dilihat dari tingkat kesulitan (kesukaran).
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 2 butir soal yang termasuk
dalam soal yang sukar/sulit, 6 butir soal tergolong dalam soal sedang dan 7
butir soal yang tergolong dalam soal mudah.
2. Kualitas butir soal dapat dilihat dari daya pembeda, disimpulkan bahwa
hasil penghitungan daya pembeda dengan bantuan program ms. Excel
menunjukkan dalam 15 butir soal yang diujikan terdapat 1 butir soal yang
daya pembedanya jelek sehingga butuh perbaikan, 2 butir soal memiliki
daya pembeda soal yang cukup baik, dan 12 butir soal memiliki daya
pembeda soal yang baik.
3. Kualitas butir soal dapat dilihat dari efektivitas pilihan jawaban (option),
menunjukkan bahwa ada option yang termasuk dalam criteria soal yang
berfungsi baik yaitu terdapat 2 butir soal sehingga 2 butir soal tersebut
diterima sedangkan terdapat 9 butir soal yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga perlu direvisi serta terdapat 10 butir soal yang option nya ditolak.
4. Kualitas butir soal dapat dilihat dari tingkat validitas, butir soal dalam
bentuk pilihan ganda dinyatakan valid berjumlah 13 butir soal .
5. Kualitas butir soal dilihat dari tingkat reliabilitas dalam bentuk pilihan
ganda yang telah dianalisis menunjukkan angka 0,72833982. Dengan
demikian 15 butir soal dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Akasara.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2011. Undang-undang Guru dan
Dosen. Bandung: Fokusmedia.
Sudrajat dan E Sudjana, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah , Bandung: Pustaka
Setia.
Sudijono Anas, 2008, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Download