Uploaded by User66209

2.2 (1)

advertisement
2.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar
tanaman tersebut. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang akan menghambat
pertumbuhan tanaman jika kondisi lingkungan tidak sesuai dengan sifat tumbuh
tanaman. Kondisi lingkungan disini berupa suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
Cahaya berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan perluasan atau tidak
bergulungnya daun. Selain itu, cahaya dapat menghambat pertumbuhan batang
sehingga pada bagian batang yang tidak terkena cahaya, batang menjadi lebih panjang
dibandingkan dengan batang yang terkena cahaya. Dalam keadaan gelap, tumbuhan
dapat tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Magfiroh (2017) dimana tumbuhan yang diletakkan
ditempat gelap dapat tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang
terkena cahaya. Namun, tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus,
dan daun tidak berkembang, karena ketika dalam keadaan tidak ada cahaya, auksin
dapat merangsangsang pemanjangan sel-sel sehingga tumbuh lebih panjang.
Sebaliknya pula, jika dalam keadaan banyak cahaya, auksin dapat mengalami
kerusakan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Tumbuhan yang berada di
tempat yang banyak cahaya memiliki batang yang lebih pendek, namun tumbuhan
lebih kokoh, daun berkembang sempurna, dan berwarna hijau.
Jarak tanam dapat mempengaruhi jumlah tanaman yang akan ditanam sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat
menghambat pertumbuhan tanaman karena dapat terjadi persaingan yang tinggi
terhadap intensitas cahaya, unsur hara, air, dan ruang tumbuh sehingga dapat
mengakibatkan produktivitas yang rendah (Evi et al., 2013). Intensitas cahaya yang
dipengaruhi oleh jarak tanam dapat mempengaruhi kelembaban disekitar tanaman
sehingga dapat mempengaruhi suhu pula. Jika jarak tanaman terlalu rapat seperti yang
terjadi pada tanaman kedelai monokultur, maka dapat terjadi persaingan radiasi
matahari dan memungkinkan untuk sebagian tanaman tidak terkena radiasi matahari.
Jika tidak ada radiasi matahari, maka dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi
sehingga suhu akan menurun. Kelembaban yang tinggi ini dapat menjadi hambatan
bagi tanaman, tidak untuk pertumbuhan tanaman, namun menjadi hambatan bagi hasil
produksi tanaman. Sedangkan jika terdapat jarak bagi tanaman yang tidak terlalu jauh
dan tidak terlalu dekat, pertumbuhan tanaman akan optimal karena penerimaan
cahaya matahari merata dan tidak terlalu banyak maupun tidak terlalu sedikit. Hal ini
dikarenakan jika jarak tanam terlalu renggang, radiasi matahari akan terserap oleh
tanah atau dapat dipantulkan sehingga kelembaban menurun dan suhu disekitar
tanaman akan meningkat dan akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung
polikultu kedelai lebih optimal untuk hasil produksinya namun untuk pertumbuhan
tanaman seperti indikator tinggi tanaman, tanaman kedelai monokultur akan lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman perlakuan jagung polikultur kedelai. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sihombing (2017), yang mengatakan jarak tanam juga
memengaruhi hasil dari pola tanam tumpangsari. Jika jarak tanam yang semakin rapat
dan juga populasi yang semakin padat, maka persaingan terhadap pemanfaatan faktor
tumbuh seperti lingkungan semakin besar.
Evi Oktanika, Supriyono, dan Suwarto. 2013. Efektivitas Pupuk Organik pada
Tumpangsari Kedelai dengan Jagung untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk N, P
dan K. Agrosains 15(1) : 1-6
Magfiroh, Jazilatul. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Download