Uploaded by User63497

TUGAS 2 KRIYA III (Nafisha)

advertisement
TUGAS MATA KULIAH KRIYA III SERAT ALAM (KR4020)
TUGAS 2
ESSAY DISKUSI KELOMPOK TENTANG LOCAL WISDOM
Oleh:
Nafisha Pitaloka / 17217116
Devi Alianti Suharyo / 17217104
KRIYA TEKSTIL
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
LOCAL WISDOM: KAIN TENUN ULAP DOYO KHAS SUKU DAYAK BENUAQ
(Gambar 1. Ulap Doyo Weaving)
Source: http://inaturefilms.org/work/ulap-doyo-weaving/
LOCAL WISDOM
Local Wisdom atau sering disebut K
​ earifan Lokal adalah bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia
dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf, 2002). Sedangkan menurut Gobyah, 2009
kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah.
Dari kedua definisi tersebut maka ​local wisdom dapat diartikan sebagai nilai yang dianggap baik
dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yang
bersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Local wisdom adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan
lokal memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak terus digali, dikembangkan,
serta dilestarikan sebagai antitesis atau perubahan sosial budaya dan modernisasi. Kearifan lokal
produk budaya masa lalu yang runtut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup, meskipun
bernilai lokal tapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal. Kearifan lokal
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti
luas.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau baik
berpenghuni maupun tidak berpenghuni, dilintasi garis khatulistiwa, berada di antara benua Asia
dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Wilayah yang cukup luas
dengan keberagaman kekayaan alam membuat Indonesia memiliki beragam suku bangsa,
beragam kepercayaan, beragam adat istiadat, dan beragam kebudayaan yang semuanya
bergabung menjadi satu, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu
jua). Kebudayaan yang beraneka ragam itu mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia,
menjadi pedoman bagi mereka. Tiap daerah mempunyai kebudayaannya masing-masing,
mempunyai kebijakan dan kearifan yang berbeda-beda.
Fungsi dari l​ocal wisdom adalah untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam,
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan seperti upacara adat, sebagai petuah dan
kepercayaan daerah atau kelompok. Kelarifan lokal sangat bernilai dan mempunyai manfaat
dalam kehidupan masyarakat yang kemudian menjadi bagian dari cara hidup mereka yang arif
untuk memecahkan segala permasalahan hidup yang mereka hadapi. Berkat kearifan lokal
mereka dapat melangsungkan kehidupannya, bahkan dapat berkembang secara berkelanjutan.
ULAP DOYO
Tenun ​ulap doyo atau kain ​ulap doyo adalah seni menenun turun temurun dari suku Dayak
Benuaq di Tanjung Isuy Kabupaten Kutai, Samarinda, Kalimantan Timur. Kain ​ulap doyo
menjadi salah satu identitas dari suku Dayak benuaq. Umur dari kain ​ulap doyo diperkirakan
sama dengan umur Kerajaan Kutai, hal ini diperkuat dengan temuan antropologi yang
menyebutkan bahwa adanya korelasi antar motif ​ulap doyo dan strata sosial penduduknya pada
masa itu. ​Ulap doyo merupakan jenis tenun ikat berbahan serat daun ​doyo (​Curliglia latifolia​).
Daun ini berasal dari tanaman sejenis pandan yang berserat kuat dan tumbuh secara liar di
pedalaman Kalimantan. Jenis daun ​doyo ​yang dipakai adalah ​doyo temayo, ​doyo pentih, doyo
biakng, dan ​doyo tulakng. Cara mengolah daun ​doyo adalah dengan mengerik bagian daun
hingga terlihat serat- serat halus, kemudian dikeringkan untuk diberi warna. Kain ​doyo
Umumnya berwarna merah dan coklat, pewarnaan kain menggunakan pewarna alami. Buah
galiggem,​ buah ​londo,​ dan kayu ​oter dipakai sebagai penghasil warna merah sedangkan kayu ​uar
untuk warna coklat. Selain warna merah dan coklat, warna lain yang dipakai adalah warna hitam
dari hasil asap pembakaran damar atau dari rebusan serat ​kebuau. Warna kuning dari kunyit dan
hijau dari putri malu.
(Gambar 2. Daun ​doyo​)
Source : aman.kalimantan.com
(Gambar 3. Daun ​doyo k
​ ering)
source : mondasiregar.com
Warna kain tenun ​doyo yang berwana hitam biasa dipakai untuk sehari hari, sedangkan yang
berwarna warni dan bermotif digunakan saat ritual adat.
Kain ​doyo diturunkan pada kaum wanita suku dayak benuaq, cara belajar menenun dilakukan
dengan cara memperhatikan proses menenun secara seksama hingga akhirnya bisa. Jarang sekali
masyarakat yang dapat membuat kain tenun ​doyo​ selain masyarakat asli suku dayak banuaq.
Motif kain ​doyo terinspirasi dari flora dan fauna di tepian sungai Mahakam. Penggunaan motif
pada kain ini memiliki nilai pembeda strata sosial atau kasta seperti yang terdapat pada Hindu.
Motif ​waniq ngelukng digunakan masyarakat biasa sedangkan motif ​jaunt nguku digunakan oleh
strata atas seperti bangsawan. Kain tenun yang bermotif serta memiliki hiasan khusus memiliki
nilai-nilai adat dan fungsional yang bernilai religi. Seperti motif ​Timang (Harimau)
melambangkan keperkasaan seorang pria, motif Naga melambangkan kecantikan seorang wanita,
motif ​Limar (perahu) melambangkan kerjasama dan motif Tukar ​Torai (tangga Rebah)
maknanya melindungi usaha dan kerjasama masyarakat, motif Kinas atau ikan bermakna sebagai
suatu pertanda atau peringatan berupa nasehat dari leluhur kepada generasi penerusnya, motif
Tipak ​Mening Knowala atau gigi graham melambangkan peran orangtua dalam suatu kerjasama
atau bermasyarakat, motif Timang ​Sesat Sungkar atau tangga harimau, melambangkan harus
berani dan tegar menggapai cita cita, motif ​Tengkulutn Tongau lambang kepercayaan masyarakat
setempat tentang kehidupan di alam lain setelah manusia mengalami kematian, motif ​Brabakng
melambangkan kemewahan dan kesenangan seseorang, motif ​Upak Tolang atau kulit bambu,
yaitu melambangkan kesuburan, motif ​Wahi Nunuk atau akar pohon beringin melambangkan
keberhasilan suatu pekerjaan, motif ​Tempaku melambangkan keberhasilan yang sempurna suatu
usaha, motif ​Tekulutn melambangkan akhir dari suatu pekerjaan, motif ​Tekurent atau titik-titik
hujan, yaitu melambangkan kesuburan lingkungan pengrajin tenun, motif Tapus Tongan
melambangkan kesuburan generasi muda, motif ​Rakang melambangkan suatu masalah kecil
yang akan membawa petaka besar, motif ​Kelelemakng melambangkan harapan dan kesuburan
dan motif ​Basukng melambangkan kekuatan dari dalam dan secara abstrak menggambarkan
manusia itu sendiri.
Tahap menenun kain tenun ​doyo adalah dengan cara Moyent ​doyo
(memintal), Nukui
(Menyambung benang), ​Munter Lawei (menggulung benang), ​Ngorakng entaq (menyusun
corak), ​Telegatn (mengikat) dan ​Nelep (pewarnaan). Alat- alat yang digunakan untuk menenun
berupa ​pangampent ​untuk menahan pinggang, ​apit untuk menggulung kain, ​bliraq sebagai
penumbuk kain, ​buyutn untuk menyisir benang, ​telokng sebagai pembuka benang, ​perasai
merua untuk memisah benang, ​gigiq pengatur benang agar tidak kusut, ​duat sebagai pengait
benang lusi, ​daag untuk memasang benang tenun, ​tukar untuk pijakan kaki dan ​ukar tekuet
sebagai sekoci kayu tempat menyimpan benang.
​(Gambar.4 Proses Pembuatan Kain)
​Souce : doc. Lia Candrasari/kumparan.com
Kain tenun ikat ​doyo d​ igunakan suku dayak benuaq dalam berbagai upacara adat seperti upacara
upacara pelulukng peruku (pernikahan adat), tarian gantar, kewangkey (ritual kematian),upacara
panen hasil bumu, ritual pengobatan, selain itu kain tenun ini biasanya digunakan sebagai mahar
untuk melamar (​Uru Oncangkng)​ . Untuk saat ini kain tenun ​doyo tidak hanya dalam bentuk
pakaian namun dibuat menjadi barang- barang aksesoris seperti tas dan ​scarf ​dan dompet.
​(Gambar 5. Produk Kain ​doyo)
​Source : doc. Lia Candrasari/kumparan.com
​(Gambar 5. Tenunan Kain ​doyo)
​Source : artworld.indeksnews.com
SUSTAINABILITY & TENUN ULAP DOYO
Sustainable atau Berkelanjutan dalam kriya adalah sebuah cara menggunakan atau
mengeksploitasi sumber daya alam harus tanpa merusak ekologi atau keseimbangan ekologi di
daerah tersebut dan sekitarnya.
Sustainability dalam kriya khususnya ​local wisdom adalah bagaimana mengedepankan nilai-nilai
dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya lingkungan dan kemanusiaan. Praktik
sustainability dalam ​local wisdom kain tenun ​ulap doyo ini terdapat pada proses pembuatan dari
kain. Kearifan lokal yang menjadi ciri khas budaya Indonesia adalah penggunaan bahan alam
dan ramah lingkungan pada pembuatan produk kriya dan kebudayaannya, tidak terkecuali tenun
ulap doyo.​ Tenun ​ulap doyo sendiri menggunakan bahan dasar dari berbahan serat daun ​doyo
(​Curliglia latifolia)​ dan menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan.
(Gambar 6 & 7. Detail Motif Kain ​Doyo ​yang menggunakan bahan dasar serat daun​)
​Source : Gerai Nusantara
(Gambar 8. Pelestarian Kain Tenun ​doyo​ dalam produk fashion​)
Source : https://kutaikartanegara.com/
Dibalik proses pembuatan yang sangat sustainable dan ramah lingkungan, saat ini kain tenun
ulap doyo sudah sangat jarang ditemukan dan hampir langka. Keberlanjutan dari sisi sosialnya
masih kurang, pemanfaatan pengrajin-pengrajin asli dari para penenun kain ​ulap doyo harus
dimaksimalkan agar kain tenun ini tidak menjadi langka dan dapat terus menjadi kearifan lokal
budaya yang terjaga. Namun, beberapa ​designer nasional
sudah ada yang membantu menjaga keberlanjutan dari kain
tenun ​ulap doyo dengan mengembangkannya menjadi sebuah
desain kriya dan fesyen yang baru agar bisa mendapatkan nilai
jual yang pantas dan bisa mensejahterakan pengrajin-pengrajin
lokal.
(Gambar 9. Produk fesyen Kain ​doyo k
​ arya desainer lokal​)
​Source : Fei Stylist
Sustainability dan ​local wisdom m
​ emiliki keterkaitan pada nusantara karena dibalik produk yang
prosesnya sudah ramah lingkungan, keberlanjutan dari nilainya harus tetap dijaga karena
merupakan warisan dunia. Agar ​local wisdom ini tetap terjaga, harus dikembangkan dan
dimanfaatkan dengan baik. Menjalin hubungan sosial yang baik antara ​designer dan
pengrajinnya.
OPINI PRIBADI
Nafisha Pitaloka
Local wisdom atau kearifan lokal adalah warisan adat dan budaya nusantara yang harus dijaga,
seperti kain tenun ulap ​doyo​. Kain ini berasal dari suku Dayak Benuaq dan memiliki khas yaitu
terbuat dari serat daun ​doyo yang dimana serat tersebut ramah lingkungan dan bersifat
sustainable untuk ekosistem alam. Ciri khas dari kearifan lokal kriya nusantara adalah bahan
dasar produk yang pasti berasal dari alam dan ramah lingkungan, karena pada dasarnya karya
kriya budaya memiliki cerita dan mengandung tradisi, adat, dan etika antara tiap suku dan
lingkungannya. Kearifan lokal adalah warisan yang harus dilestarikan, dengan adanya prinsip
sustainability, kearifan lokal kain tenun ulap ​doyo ini bisa dikembangkan. Dengan hubungan
yang baik antara desainer, aktivis budaya dan para pengrajin, kain tenun dari suku Dayak Benuaq
ini bisa menjadi sumber penghasilan bagi para suku asli yang sudah menenun secara turun
temurun. Bisa terciptanya ekosistem yang saling menguntungan, prinsip dari ​sustainability ini
bisa membuat kain tenun menjadi dikenal lewat pengembangan produk oleh para desainer, para
warga suku bisa makmur karena terjadi perputaran ekonomi dan warisan budaya dari suku
Dayak Benuaq ini tetap ada dan tidak punah.
OPINI BERSAMA
Opini bersama kami adalah kain tenun ​doyo merupakan salah satu produk kriya yang mengusung
konsep keberlanjutan. Pemakaian bahan-bahan alami sebagai bahan baku menjadikan pembuatan
kain ​doyo tidak hanya menjadi suatu karya turun temurun saja, melainkan sebuah karya dengan
kepedulian akan lingkungan di sekitarnya. Pemberdayaan kaum perempuan suku dayak benuaq
sebagai penenun kain ​doyo memiliki peran penting dalam keberlanjutan tradisi dari nenek
moyang. Namun, perlu adanya kesadaran lebih untuk menjaga SDA sekitar agar menunjang
keberlanjutan proses produksi. Peningkatan barang-barang jual yang menggunakan kain tenun
ulap doyo juga mungkin harus ditingkatkan apalagi pada daerah Kalimantan Timur agar kain ini
jadi lebih meluas dan dikenal, selain itu dapat membantu ekonomi daerah. Dibuat atau ikut serta
dalam festival nusantara oleh warga dan suku lokal pada pusat-pusat kota serta pelatihan tenun
hendaknya diberikan kepada warga lokal Kalimantan Timur sebagai salah satu misi pelestarian
tenun ​doyo​ itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Riadi,
Muchlisin.
2017.
​Pengertian,
Fungsi
dan
Dimensi
Kearifan
Lokal.
https://www.kajianpustaka.com/2017/09/pengertian-fungsi-dimensi-kearifan-lokal.html (Diakses
pada 6 September 2020)
Nusananta, Fitrajaya. 2019. ​Tenun Ulap Doyo, Warisan Dayak Benuaq Yang Mendunia.
https://artworld.indeksnews.com/tenun-ulap-doyo-warisan-dayak-benuaq-yang-mendunia/.
(Diakses pada 7 September 2020)
14 Agustus 2016.
http://amankaltim.blogspot.com/2016/08/ulap-doyo-kain-tenun-khas-dayak-benuaq.html?m=1.
(Diakses pada 7 September 2020)
Ardee.
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-topeng-kemindu-jejak-akulturasi-se
ni-tari-jawa-di-kutai-kartanegara. (Diakses pada 7 September 2020)
Green Mommy. 2016. ​Apa itu Sustainability. (​ Diakses pada 7 September 2020)
Download