Uploaded by User41588

tugas pribadi

advertisement
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Industri yang ada pada saat ini ditinjau dari modal kerja yang digunakan dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu industri besar (Industri Dasar),
industri menengah (Aneka industri) dan industri kecil Industri kecil dengan teknologi
sederhana/tradisional dan dengan jumlah modal yang relatif terbatas adalah
merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Pekerja pada kelompok
ini merupakan kelompok kerja yang tergolong pada "underserved working
population" dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja seperti yang
diharapkan.
Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan
dari permasalahan dari dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja
berkaitan erat dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri dikaitkan dengan masalah
lingkungan. Tetapi posisi keselamatan dan kesehatan pekerja berada di luar standar
manajemen lingkungan ISO 14000. Seharusnya secara otomatis perancang-perancang
ISO memasukkan keselamatan dan kesehatan pekerja ke dalam masalah-masalah
lingkungan. Alasan yang mungkin mengeluarkan masalah keselamatan dan kesehatan
pekerja dari masalah lingkungan karena otoritas masalah keselamatan dan kesehatan
pekerja berada di bawah Departemen Tenaga Kerja.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan kerja khususnya bagi pekerja sektor
informal, Departemen Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban
membina kesehatan masyarakat khususnya pekerja sektor infomal menyusun
petunjuk praktis tentang bagaimana cara bekerja secara baik dan benar menurut
kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam industri.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan kesehatan
kerja dalam mengotimalkan pelayanan kesehatan yang meliputi : peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pengobatan
penyakit dengan memanajemen masalah kesehatan yang ada dalam individu
maupun kelompok pekerja.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Melaksanakan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan pada
pekerja yang meliputi :

Mengidentifikasi data yang diperlukan baik individu maupun
kelompok.

Mengumpulkan data dengan menggunakan metode atau strategi yang
sesuai.

Menganalisa data yang telah diperoleh.

Menentukan masalah keperawatan yang telah diprioritaskan
b. Merencanakan asuhan keperawatan kesehatan kerja
c. Melaksanakan rencana keperawatan kesehatan kerja yang meliputi :

Independent: health education sesuai dengan kebutuhan baik secara
individu maupun kelompok.

Menciptakan hubungan yang efektif dengan beberapa sumber yang
terkait.

Membantu dan mengembangkan pelaksanaan asuhan keperawatan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap individu atau
kelompok pekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dan model keperawatan komunitas
Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Upaya ksehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas,
beban, dam lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahn, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerja itu sendiri. (Efendi & Makhfudli, 2009).
2.1.1. Ruang lingkup kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fidsk maupun
psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang
bertujuan untuk:
a)
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya;
b)
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya;
c)
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan;
d)
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
2.1.2 Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga
komponen utama dalam kesehatan kerja. Kapasitas kerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban
kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat
kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat
kimia, dan lain-lain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja.
Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
2.1.3. Penyebab kecelakaan kerja
a.
Penyebab dasar
1) Faktor manusia atau pribadi karena kurangnya kemampuan fisik,
mental,
dan
psikologis
karena
kurang
atau
lemahnya
pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi
yang tidak cukup.
2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan
kemampuan kepemimpinan dan/atau pengawasan, pembelian
atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan
barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta
berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.
b. Penyebab langsung
1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar), yaitu tindakan
yang
akan
menyebabkan
kecelakaan
misalnya
peralatan
pengaman, pelindung, atau riuntangan yang tidak memadasi atau
tidak memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang rusak; terlalu
sesak atau sempit; system-sistem tanda peringatan yang kurang
memadai; bahaya-bahaya kebakaran atau ledakan; kerapian atau
tata letak yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas,
debu, asap, uap, dan lainnya); bising; paparan radiasi; serta
ventilasi dan penerangan yang kurang (B. Sugeng, 2003).
2) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar), yaitu tingkah
laku, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan
misalnya mengoprasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk
member peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan
yang salah; menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi;
memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang
rusak; menggunakan alat dengan cara salah; serta kegagalan
memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B.
Sugeng, 2003).
2.2. Askep Komunitas
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
A. Pengumpulan Data
1) Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : Inti
(Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a)
Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
b)
Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
c)
Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
d)
Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup
menunjang,
sehingga
memudahkan
masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e)
Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
f)
Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang
terkait dengan gangguan penyakit
g)
Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
h)
Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat
B. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2005):
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran
D.
Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya:kelurahan,
catatan
riwayatkesehatan
pasien
medical record.
E. Cara Pengumpulan Data
1)
Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab
atau
2)
Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
3)
Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
F. Pengelolaan Data
1)
Klasifikasi data atau kategorisasi data
2)
Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
3)
Tabulasi data
4)
Interpretasi data
a.
Analisa Data : Kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan.
b.
Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan :
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.
c.
Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:

Keadaan yang mengancam kehidupan

Keadaan yang mengancam kesehatan

Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2.3. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah
(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang
(S) (Mubarak, 2005).
a.
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c.
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
2.4. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak,
2005):
a.
Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c.
Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e.
Lakukan olahraga secara rutin
f.
Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
2.5. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan
merupakan
tahap
realisasi
dari
rencana
asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,
2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a.
Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat
dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c.
Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
2.6. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a.
Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
c.
Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
Download