Uploaded by User59728

NURUL MAULIDYA AGUSTININGSIH-1709047045.pdf.pdf-converted

advertisement
DETERMINAN STATUS IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR)
DI KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2019
TESIS
Disampaikan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat
Oleh
NURUL MAULIDYA AGUSTININGSIH
NIM 1709047045
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2019
ABSTRAK
Nurul Maulidya, Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Juni 2019.
Di Indonesia, setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari
11.000 kasus suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39%
di antaranya adalah campak (laboratorium confirmed) sedangkan 16–43% adalah
rubella. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit rubella dan tersedianya vaksin
kombinasi Measles-Rubella, maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan
vaksin kombinasi Measles-Rubella. Berdasarkan realisasi imunisasi MR yang
dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2018 di Kota Pontianak hanya mencapai
33,58% dari 95% target cakupan imunisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan dengan status
imunisasi MR di Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif
dengan metode cross sectional dilengkapi kualitatif. Penelitian dilakukan pada MaretMei 2019, 313 responden ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun dengan teknik
pengambilan sampel proportionate stratified random sampling.
Terdapat hubungan yang bermakna antara status imunisasi MR dengan
pendidikan ibu (p:0,001), pendidikan suami (p:0,030), pengetahuan ibu (p:0,004), sosial
ekonomi (p:0,002), persepsi kerentanan (p:0,002), persepsi keparahan (p:0,000),
persepsi manfaat (p:0,000), persepsi hambatan, (p:0,001), ketersediaan sarana (p:0,046),
dukungan keluarga (p:0,014), sikap petugas kesehatan (p:0,000), dan isyarat untuk
bertindak (p:0,000). Variabel sikap petugas kesehatan paling dominan terhadap status
imunisasi MR dengan OR 10,69.
Petugas kesehatan terus melakukan pembenahan dalam meningkatkan program
imunisasi MR ini, terus meningkatkan promosi kesehatan untuk mengubah pandangan
negative masyarakat seputar imunisasi MR baik secara media sosial, maupun elektronik.
Kata kunci : Deteminan, Status Imunisasi MR, Pontianak, Kalimantan Barat
ii
ABSTRACT
Nurul Maulidya, Determinants of Measles Rubella (MR) Immunization Status in
Pontianak City, West Kalimantan Province in 2019. Thesis. Master of Public Health,
Post Graduate School University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. June 2019.
In Indonesia, surveillance activities reported more than 11,000 suspected
measles cases every year, and the result of laboratory showed measles in the amount of
12-39% (laboratorium confirmed) while rubella in the amount of 16-43%. It so many
burden of deseases and the availability of a Measles-Rubella combination vaccine, it
decided to replace the Measles vaccine with a Measles-Rubella combination vaccine.
Based on the realization of MR immunization held in August-November 2018 in the
Pontianak City only reached 33.58% of the 95% target of immunization coverage.
The aim of research to know the relationship between determinants and MR
immunization status in Pontianak City, West Kalimantan Province. The research used
quantitative analytics with a qualitative cross sectional method. The research held in
March-May 2019, 313 respondents were mother who had children aged 9-15 years with
a proportionate stratified random sampling technique.
There was a significant relationship between MR immunization status and
mother’s graduate (p: 0.001), husband's graduate (p: 0.030), mother's knowledge (p:
0.004), socio-economic (p: 0.002), perception of suceptibility (p: 0.002), perception
severity (p: 0,000), perception of benefits (p: 0,000), perceived barriers, (p: 0,001),
availability of facilities (p: 0,046), family support (p: 0,014), health worker attitudes (p:
0,000), and signal to act (p: 0,000). The variable health worker attitudes were the most
dominant towards MR immunization status with OR 10.69.
Health workers continue to experience improvements in increasing MR
immunization program, continuing to improve health promotion to change the negative
view of the community about MR immunization both social and electronic media.
Keywords: Determinant, MR immunization status, Pontianak, Kalimantan Barat
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”, guna memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA dan untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (MKM).
Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini banyak memperoleh bimbingan,
asuhan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Dr.Agus Handito, SKM, M.Epid. Selaku dosen pembimbing I yang telah dengan
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk
dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
2. Dr.Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes. Selaku dosen pembimbing II yang telah
dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
3. Dr. dr Aragar Putri, MRDM. Selaku dosen penguji I yang telah dengan tulus dan
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Dr. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes. Selaku dosen penguji II yang telah
dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
vi
5. Prof.
Dr.
Gunawan
Suryoputro,
M.HUM.
Selaku
Rektor
Universitas
Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA.
6. Prof. Dr. H. Ade Hikmat, M.Pd. Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA.
7. Dr. Sarah Handayani, SKM., M.Kes. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
HAMKA.
8. Seluruh
Dosen
Program
Studi
IKM
Sekolah
Pascasarjana
Universitas
Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA yang telah mengajar dan memberikan ilmunya
dengan ikhlas.
9. Seluruh Staff Sekretariat dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA atas segala bantuan dan pelayanan yang telah
diberikan.
10. Keluargaku Ayahanda H. Abdul Hadi dan Ibunda (Alm.) Hj. Marina, abang
(H.Ikhsan) dan kakak saya (Masna, Nur Hayati, (Alm.) Sri Mahani) dan seluruh
keluarga serta kekasih (Rizki Ramadhan) yang selama ini telah banyak memberikan
bantuan, doa dan dorongan kepada penulis.
11. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang telah memfasilitasi dan memberi izin
dengan sangat ramah dan ikhlas.
12. Kepala Puskesmas Khatulistiwa, Saigon, Purnama, Kampung Bali, Alianyang, Parit
Mayor yang telah memfasilitasi dan memberi izin penelitian ini.
vii
13. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 22 program studi IKM, khususnya
peminatan Promosi Kesehatan, yang telah memberikan doa, dukungan, saran, dan
motivasi.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan yang
telah dberikan selama ini pada penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini
memberikan manfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
Jakarta, 25 Juni 2019
Nurul Maulidya Agustiningsih
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Masalah Penelitian ........................................................................................... 7
1. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7
2. Pembatasan Masalah .................................................................................. 8
3. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori ............................................................................................... 11
1. Imunisasi.................................................................................................... 11
a. Pengertian Imunisasi............................................................................. 11
b. Tujuan Imunisasi .................................................................................. 12
c. Macam-Macam Imunisasi .................................................................... 12
d. Manfaat Imunisasi ................................................................................ 14
e. Jadwal Imunisasi................................................................................... 14
2. Imunisasi MR ............................................................................................ 16
a. Pengertian Imunisasi MR ..................................................................... 16
b. Pemberian Imunisasi MR ..................................................................... 17
c. Tujuan Khusus Imunisasi MR .............................................................. 17
ix
d. Manfaat Imunisasi MR ......................................................................... 17
e. Kontraindikasi Imunisasi MR............................................................... 18
f. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Imunisasi MR....................... 19
g. Hal yang Perlu Diperhatikan ................................................................ 19
3. Campak ...................................................................................................... 19
a. Pengertian dan Penyebab Campak ....................................................... 19
b. Penularan dan Tanda Gejala Campak ................................................... 20
c. Patogenesis ........................................................................................... 20
d. Epidemiologi Campak di Indonesia ..................................................... 21
4. Rubella....................................................................................................... 23
a. Pengertian dan Penyebab Rubella ........................................................ 23
b. Penularan Penyakit Rubella .................................................................. 24
c. Tanda dan Gejala Rubella .................................................................... 24
d. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella ............................................ 26
5. Perilaku ...................................................................................................... 27
a. Teori Lawrence Green .......................................................................... 27
b. Teori World Health Organization (WHO) ........................................... 28
c. Teori Snehandu B.Karr......................................................................... 30
d. Teori Health Belief Model (HBM) ........................................................ 32
6. Determinan Status Imunisasi MR .............................................................. 33
a. Umur Ibu............................................................................................... 33
b. Agama Ibu ............................................................................................ 34
c. Kelompok Etnis .................................................................................... 35
d. Pendidikan Ibu ...................................................................................... 35
e. Pendidikan Suami ................................................................................. 36
f. Pengetahuan Ibu ................................................................................... 37
g. Pekerjaan Ibu ........................................................................................ 37
h. Pekerjaan Suami ................................................................................... 37
i. Sosial Ekonomi ..................................................................................... 38
j. Persepsi ................................................................................................. 40
k. Ketersediaan Sarana ............................................................................. 40
x
l. Jarak dengan Fasilitas Kesehatan (Faskes) ........................................... 40
m. Dukungan Keluarga .............................................................................. 41
n. Sikap Petugas Kesehatan ...................................................................... 41
o. Isyarat untuk Bertindak ........................................................................ 42
7. Aspek Promosi Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Imunisasi MR ...... 42
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 46
C. Kerangka Teori dan Hipotesis ........................................................................ 58
1. Kerangka Teori ......................................................................................... 58
2. Kerangka Konsep ...................................................................................... 59
3. Hipotesis.................................................................................................... 60
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian............................................................................................ 62
1. Tujuan Umum ............................................................................................ 62
2. Tujuan Khusus............................................................................................ 62
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 63
1. Tempat Penelitian ..................................................................................... 63
2. Waktu Penelitian ....................................................................................... 64
C. Metode Penelitian ........................................................................................... 64
D. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 66
E. Penentuan Kriteria Sampel ............................................................................. 68
F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data .......................................... 68
G. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 70
1. Definisi Operasional ................................................................................. 71
2. Uji Coba Instrumen ................................................................................... 73
3. Teknik Analisa Data.................................................................................. 75
a. Analisis Univariat ................................................................................. 75
b. Analisis Bivariat ................................................................................... 75
c. Analisis Multivariat .............................................................................. 75
4. Penyajian Data .......................................................................................... 77
H. Metode Kualitatif ........................................................................................... 77
xi
1. Teknik dan instrumen Penelitian Kualitatif............................................... 79
2. Teknik dan Pengolahan Analisa Data Kualitatif ....................................... 79
3. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ................................................ 81
I. Hipotesis Statistik ........................................................................................... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Pontianak ..................................... 88
B. Karakteristik Responden ................................................................................ 94
1. Analisis Univariat ...................................................................................... 94
2. Analisis Bivariat ........................................................................................ 96
3. Analisis Multivariat .................................................................................. 106
4. Hasil Wawancara Mendalam .................................................................... 113
C. Pembahasan
1. Hubungan Umur dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Tahun 2019 ............................................................................................... 118
2. Hubungan Agama dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Tahun 2019 ............................................................................................... 119
3. Hubungan Kelompok Etnis dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 121
4. Hubungan Pendidikan ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 122
5. Hubungan Pendidikan Suami dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 123
6. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 125
7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 126
8. Hubungan Pekerjaan Suami dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 127
9.
Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 128
xii
10. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 129
11. Hubungan Persepsi Keparahan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 130
12. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 132
13. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 133
14. Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 135
15. Hubungan Jarak dengan Faskes dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 136
16. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 137
17. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR di
Kota Pontianak Tahun 2019 ..................................................................... 139
18. Hubungan Isyarat untuk Bertindak dengan Status Imunisasi MR di
Kota Pontianak Tahun 2019 ..................................................................... 141
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 143
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 144
B. Implikasi ........................................................................................................ 145
C. Saran .............................................................................................................. 146
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 149
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi ................................................................................................ 14
Tabel 2.2 Penelitian Relevan .............................................................................................. 46
Tabel 3.1 Gantt Chart Aktivitas Penelitian .......................................................................... 64
Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel .............................................................................. 67
Tabel 3.4 Pemberian Kode ................................................................................................ 69
Tabel 3.5 Definisi Operasional .......................................................................................... 71
Tabel 3.6 Kriteria Informan .............................................................................................. 78
Tabel 3.7 Matriks Informan .............................................................................................. 78
Tabel 4.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Rencana Strategis Tahun 2015–
2019 Dinas Kesehatan Kota Pontianak............................................................. 92
Tabel 4.2 Rekapitulasi Analisis Univariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019........................................... 94
Tabel 4.3 Analisis Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ........................................................... 97
Tabel 4.4 Hasil Seleksi Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .......................................................... 106
Tabel 4.5 Model Awal Multivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .......................................... 108
Tabel 4.6 Analisis Multivariat variabel Pendidikan Suami dikeluarkan .......................... 109
Tabel 4.7 Analisis Multivariat Variabel Ketersediaan Sarana Dikeluarkan .................... 109
Tabel 4.8 Analisis Multivariat Variabel Persepsi Kerentanan Dikeluarkan .................... 110
Tabel 4.9 Analisis Multivariat Variabel Pendidikan Ibu Dikeluarkan ............................. 110
Tabel 4.10 Analisis Multivariat Variabel Pengetahuan Dikeluarkan ............................... 111
xiv
Tabel 4.11 Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .............................. 112
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 58
Bagan 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................................. 59
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak ..................................... 93
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Tahun 2010-2015 ............................ 3
Gambar 1.2 Cakupan Imunisasi MR Indonesia .................................................................. 4
Gambar 1.3 Cakupan MR Provinsi Kalimantan Barat ........................................................ 5
Gambar 2.1 Manfaat Imunisasi MR ................................................................................... 18
Gambar 2.2 Kasus Campak Terbesar ................................................................................. 22
Gambar 2.3 Epidemiologi Campak .................................................................................... 22
Gambar 2.4 Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS..................................... 26
Gambar 2.5 Teori HBM ......................................................................................................... 33
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Permohonan Informan
Lampiran 2
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 3
: Surat Izin Observasi
Lampiran 4
: Data Hasil Observasi
Lampiran 5
: Output Sofware Statistik
Lampiran 6
: Matriks Triangulasi
Lampiran 7
: Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8
: Surat Kode Etik dan Penelitian
Lampiran 9
: Surat Pernyataan Keaslian
Lampiran 10 : Riwayat Hidup
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan
upaya bangsa Indonesia mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduknya
demi mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum yang menjadi tujuan nasional (Kemenkes, 2015). Derajat
kesehatan dapat diukur dengan mempergunakan berbagai macam indikator angka
kematian ibu dan bayi merupakan indikator sensitif tidak saja untuk mengetahui
derajat kesehatan suatu bangsa, tetapi juga untuk mengetahui pengaruh imunisasi
terhadap kesehatan anak (Muhammad, 2017).
Imunisasi sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini
sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013.
Peraturan tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan
seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif (Kemenkes,
2013). Melalui imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit khususnya
penyakit infeksi. Angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta
kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).
Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah kematian anak
akibat campak di dunia telah menurun tujuh puluh sembilan persen dari 546.800 pada
awal abad menjadi 114.900 pada tahun 2014. Data yang dirilis oleh WHO untuk
imunisasi campak dan rubella, memperkirakan sekitar 17,1 juta jiwa telah
1
2
terselamatkan sejak tahun 2000, terutama karena cakupan imunisasi terhadap penyakit
virus yang sangat menular ini. Imunisasi campak telah memainkan peran penting dalam
mengurangi angka kematian anak (WHO, 2015).
Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah anggota WHO memiliki jumlah
kasus campak maupun kasus kematian campak yang cukup tinggi. Selama periode
tahun 2000-2012, wilayah Asia Tenggara mengalami penurunan dalam jumlah kasus
campak sebesar 55%, dan insidensi kasus menurun sebesar 63% dari 69,9/1.000.000
penduduk menjadi 25,0/1.000.000 penduduk (WHO, 2013). Insidensi Sindrom
Rubella Kongenital (CRS) adalah 1-2/1.000 kelahiran hidup. Estimasi global
menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir dengan CRS pada tahun 2008 melebihi
110.000, dan kejadian CRS tertinggi ada di Asia Tenggara (48%) dan Afrika (38%).
Berdasarkan data WHO setiap tahun terjadi 236 kasus di negara berkembang dan
meningkat 10 kali lipat saat terjadi epidemi (Pedoman Surveilans CRS, 2014).
Di Indonesia, setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari
11.000 kasus suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–
39% di antaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah
rubella pasti. Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu,
berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013
diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun
dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. Incidence Rate campak
pada tahun 2014 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2017).
3
Gambar 1.1
Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Indonesia Tahun 2010 – 2015
2500
0
2000
0
1500
0
1000
0
500
0
201
0
201
1
0
Sumber
: Kemenkes (2017)
2012
Rubell
a
201
3
201
4
201
5
Selama ini Indonesia memberikan imunisasi campak sebagai salah satu
program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit rubella
dan tersedianya vaksin kombinasi Measles Rubella, maka diputuskan untuk
mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles Rubella, yang dimulai
dengan kegiatan imunisasi massal MR. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun
2020 (Kemenkes, 2017).
Pada tahun 2017 dikenalkan vaksin Measles Rubella (MR). Targetnya, di
tahun 2018 vaksin MR sudah bisa dimasukkan dalam program imunisasi nasional
(Sukmasari, 2017). Pemberian imunisasi MR akan memberikan perlindungan
terhadap kedua penyakit campak (measles) dan campak jerman (rubella) pada saat
yang bersamaan (Hidayat, 2008). Sasaran imunisasi MR ini adalah seluruh anak usia
9 bulan sampai dengan <15 tahun yang berjumlah sekitar 66.859.112 anak di seluruh
4
Indonesia. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat
penyakit campak dan rubella sebelumnya (Kemenkes, 2017).
Cakupan Imunisasi MR tahap pertama selesai pada bulan September 2017.
Hasil cakupan melampaui target yang telah ditetapkan, yakni 35.122.780 anak
(100,45%). Target cakupan imunisasi MR pada tahap pertama di Pulau Jawa adalah
95%. Cakupan imunisasi MR di DKI Jakarta mencapai 97,5%, Jawa Barat 96,23%,
Jawa Tengah 104,61%, DI Yogyakarta 97,58%, Jawa Timur 105,81%, dan Banten
95,22% (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2017).
Berdasarkan data Kemenkes, angka ketercapaian imunisasi MR Fase II yang
sudah dilakukan sejak Agustus-Oktober 2018 hanya sebesar 66,33% dari 95% target
pemerintah secara nasional. Program dilangsungkan pada 28 provinsi di luar Pulau
Jawa dengan jumlah 31,9 juta anak.
Gambar 1.2
Cakupan Imunisasi MR Indonesia
5
Berdasarkan data capaian imunisasi MR Provinsi Kalimantan Barat masih
berada pada angka 73,38% dari 95% yang ditetapkan (Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat, 2018).
Gambar 1.3
Cakupan MR Provinsi Kalimantan Barat
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Ibu kota dari Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak. Berdasarkan realisasi
imunisasi campak dan MR yang dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2018
di Kota Pontianak hanya mencapai 33,58% dari 95% target cakupan imunisasi.
Cakupan imunisasi tersebut merupakan cakupan 3 terendah dari 14 kota yang ada di
Kalimantan Barat.
Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak imunisasi
dengan berbagai alasan dikarenakan pendapat yang salah atau miskonsepsi mengenai
imunisasi (Ranuh, 2008). Penolakan terkait imunisasi MR juga dilakukan oleh
organisasi
Muhammadiyah
termasuk
sekolahnya
dikarenakan
masih
mempertanyakan halal dan haramnya vaksin tersebut. Masyarakat yang baru saja
dihebohkan dengan dengan imunisasi difteri, sekarang muncul lagi harus melakukan
6
imunisasi MR. Banyak berita beredar terkait kandungan dalam vaksin MR berasal
dari babi atau bahan yang tidak halal. Oleh karena itu, masyarakat masih banyak
yang ragu bahkan menolak imunisasi MR tersebut (Syahroni, 2018).
Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang penting dalam pencapaian
imunisasi anaknya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status imunisasi pada
anak diantaranya faktor pendukung yang terdiri dari karakteristik ibu (pendidikan
dan pekerjaan), pengetahuan ibu, sikap ibu, dan status ekonomi keluarga. Faktor
pemungkin terdiri dari ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, dan akses ke
pelayanan kesehatan. Faktor penguat yang terdiri dari dukungan petugas kesehatan,
dukungan keluarga, dan dukungan toga/toma.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Gayuh Mustika
Prabandi dkk pada tahun 2017 dengan judul “Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa
Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo” didapatkan bahwa variabel
yang mempunyai hubungan signifikan terhadap penerimaan imunisasi MR, yaitu
pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan
(Prabandi, 2017).
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Merlinta pada tahun 2017 dengan
judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan
Pendidikan Ibu Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas
Kartasura” didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahun tentang vaksin
MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR akan tetapi tidak terdapat hubungan
antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR (Merlinta, 2017).
7
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Selama ini Indonesia memberikan imunisasi campak sebagai salah satu
program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit
Rubella, maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin
kombinasi Measles-Rubella. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada
tahun 2020. Pada tahun 2017 dikenalkan vaksin Measles Rubella (MR)
(Kemenkes, 2017).
Angka ketercapaian imunisasi MR Fase II yang dilakukan pada bulan
Agustus-Oktober 2018 hanya sebesar 73,38% dari 95%. Berdasarkan realisasi
imunisasi campak dan MR yang dilaksanakan di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat hanya mencapai 33,58% dari 95% target cakupan imunisasi.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dalam pemberian imunisasi MR yaitu
(umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan
ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana,
jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat
untuk bertindak).
8
2. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas, masalah utama adalah tidak tercapainya cakupan
imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karena itu,
penulis membatasi masalah penelitian untuk mengurangi faktor bias dan area
keterbatasan sumber daya dan waktu penelitian maka faktor-faktor yang akan
diteliti yaitu umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami,
pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi,
ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas
kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap imunisasi MR.
3. Perumusan Masalah
Rumusan masalahnya dirumuskan sebagai berikut :
a. Berapa distribusi frekuensi umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu,
pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial
ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan
keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap status
imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ?
b. Faktor-faktor apa saja (umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu,
pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial
ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan
keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak) yang
berhubungan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019?
9
c. Faktor apa yang paling dominan terhadap status imunisasi MR di Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019?
d. Mengapa masih banyak ibu yang belum memberikan imunisasi MR kepada
anaknya di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019?
C. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian tesis dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu :
1. Kegunaan teoritis
Hasil
penelitian
ini
tidak
menghasilkan
teori
baru
tetapi
hanya
mengkonfirmasi teori yang sudah ada berkaitan dengan determinan status
imunisasi MR.
2. Kegunaan metodologis
Hasil penelitian ini secara metodologi tidak menggunakan metode baru
melainkan metode yang sudah ada kemudian peneliti terapkan dalam penelitian
ini.
3. Kegunaan praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan. Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
b. Bagi Tempat Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam mengambil langkah-langkah
strategis guna meningkatkan cakupan imunisasi MR.
c. Bagi Tenaga Kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi dan inspirasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam
10
menentukan skala prioritas untuk peningkatan kualitas pelayanan dalam
pemberian imunisasi MR.
d. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti
dalam bidang penelitian khususnya penelitian yang berhubungan dengan
imunisasi.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan individu agar
terhindar dari penyakit tertentu. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lainnya (Lisnawati,
2011).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan cara memasukkan suatu vaksin kedalam tubuh (Irmawati,
2015).
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan agar tubuh membuat suatu zat antibodi
(Theopillus, 2007).
Pemberian imunisasi bagi bayi dan balita merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Kekebalan tubuh bayi akan semakin berkurang sering dengan
pertambahan usianya sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Imunisasi wajib
diberikan di usia bayi dan balita. Tidak semua penyakit menular bisa dicegah
dengan imunisasi, sebagai contoh, penyakit demam berdarah dengue (DBD)
yang sering melanda Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Jayapura, dan kota besar
lainnya.
11
12
Imunisasi dapat disamakan dengan asuransi, yakni menghilangkan
unsur resiko, bedanya kalau asuransi mengganti kerugian atau kehilangan atau
sesudah terjadi malapetaka. Imunisasi adalah tindakan mencegah malapetaka
itu sendiri (Bambang, 2011).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi ada dua kategori, yaitu jangka pendek untuk
mencegah individu dari penyakit sedangkan tujuan jangka panjang eradiksi
(Lisnawati, 2015). Menurut Ranuh (2011) bahwa tujuan diberikan imunisasi
ada 2 yaitu:
1) Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
populasi, atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti
imunisasi cacar.
2) Memberikan kekebalan terhadap penyakit dapat dicegah dengan imunisasi
yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B.
Jika seorang ibu terkena campak jerman ketika hamil muda, mungkin
bagi si ibu tidak terlalu parah, hanya demam sedikit dan merah-merah. Akan
tetapi, bagi bayi yang sedang dikandungnya, potensi terkena sindrom rubella
kongenital sangatlah tinggi. Sindrom tersebut akan menyerang beberapa bagian
calon bayi, seperti bagian otak, mata dan jantung (Hamidin, 2014).
c. Macam-Macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi
menjadi dua :
13
1) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan
bisa terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang dapat menghasilkan renspons seluler dan humoral,
serta dihasilkannya cell memory. Jika benar mengalami infeksi maka tubuh
secara cepat mampu merespons.
Dalam imunisasi aktif, terdapat empat macam kandungan dalam
setiap vaksin. Di antaranya adalah sebagai berikut :
a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).
b) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kultur jaringan.
c) Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus stablisasi antigen.
d) Adjuvans
yang terdiri
atas
garam
alumunium
yang berfungsi
meningkatkan imunogenitas antigen.
2) Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk ke dalam tubuh yang terinfeksi (Fida, 2012).
14
d. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh (Proverati 2010) :
1) Untuk Anak
Mencegah
penderitaan
yang
disebabkan
oleh
penyakit,
dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini
mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
e. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.1
Jadwal Imunisasi
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan
HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Tempat Lahir Bayi
Umur
Bayi Lahir di Rumah
0 bulan
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Vaksin
Tempat
HB1
BCG, Polio 1
DPT1, HB2, Polio 2
DPT2, HB3, Polio 3
DPT3, Polio 4
Campak
Rumah
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
15
Bayi Lahir di RS/RB/Bidan Praktek
0 bulan
HB1, Polio1, BCG
2 bulan
DPT1, HB2, Polio 2
3 bulan
DPT2, HB3, Polio 3
4 bulan
DPT3, Polio4
9 bulan
Campak
Keterangan : *: atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu
RS/RB/Bidan
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan
HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi, Selang Waktu dan Umur
Pemberian
Vaksin
Pemberian
Imunisasi
BCG
DPT
1X
3X
(DPT 1,2,3)
4X
(POL 1,2,3,4)
1X
3X
(HEP B 1,2,3)
Polio
Campak
Hepatitis B
Selang
Waktu
Pemberian
Minimal
4 minggu
Umur
4 minggu
0-11 bulan
4 minggu
9-11 bulan
0-11 bulan
Keterangan
0-11 bulan
2-11 bulan
Untuk bayi yang lahir di
RS/Pusk/RB/Rumah Nakes
Pelaksana.
HB0
segera
diberikan
dalam 24 jam pertama
kelahiran, vaksin BCG,
Polio diberikan sebelum
bayi pulang ke rumah
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo
Umur
Vaksin
Bayi Lahir di Rumah
0 bulan
HB1
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT/HB Kombo1, Polio 2
3 bulan
DPT/HB Kombo2, Polio 3
4 bulan
DPT/HB Kombo3, Polio 4
9 bulan
Campak
Bayi Lahir di RS/RB/Bidan Praktek
0 bulan
HB1, Polio1, BCG
2 bulan
DPT/HB Kombo1, Polio 2
3 bulan
DPT/HB Kombo2, Polio 3
4 bulan
DPT/HB Kombo3, Polio 4
9 bulan
Campak
Keterangan : * : atau tempat pelayanan lain
# : atau posyandu
Tempat
Rumah
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
Posyandu*
RS/RB/Bidan
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
RS/RB/Bidan#
16
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Sekolah
Imunisasi Anak Sekolah
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Pemberian Imunisasi
DT
Campak
TT
TT
Dosis
0,5 cc
0,5 cc
0,5 cc
0,5 cc
Sumber : (Kemenkes, 2004)
2. Imunisasi MR (Measles Rubella)
a. Pengertian Imunisasi MR
Vaksin MR adalah kombinasi vaksin Measles dan Rubella untuk
perlindungan terhadap penyakit Campak dan Rubella. Vaksin Measles Rubella
(MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk
kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Setiap dosis
vaksin MR mengandung:
1) 1000 CCID50 virus campak
2) 1000 CCID50 virus rubella
Vaksin yang digunakan telah mendapatkan rekomendasi dari WHO dan
izin edar dari Badan POM. Vaksin MR 95% efektif untuk mencegah penyakit
campak dan rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan oleh 141 negara di
dunia.
Vaksin rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi
dengan vaksin virus yang lain misalnya campak (Measles Rubella/MR) atau
dengan campak dan parotitis (Measles Mumps Rubella/MMR). Semua vaksin
rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95% atau lebih setelah
pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90% -
17
100%. Indonesia telah berkomitmen mencapai eliminasi campak dan
pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020
(Kemenkes, 2017).
b. Pemberian Imunisasi MR
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin
hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang
sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat
sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator
paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh
digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B (Kemenkes, 2017).
c. Tujuan Khusus Imunisasi MR
Adapun tujuan khusus imunisasi MR, sebagai berikut :
1) Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara
cepat.
2) Memutus transmisi virus campak dan rubella.
3) Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella.
4) Menurunkan angka kejadian Congenital Rubella Syndrome (CRS).
d. Manfaat Imunisasi MR
Pemberian imunisasi campak dan rubella dapat melindungi anak dari
kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian,
kebutaan dan penyakit jantung bawaan.
18
Gambar 2.1
Manfaat Imunisasi MR
Measles
Rubella
Kerusakan Otak
Pneumonia
Ketulian
Congenital Rubella Syndrome
Kelainan
jantung
Diarrhea
Kebutaan
Sumber : Kemenkes, 2017
e. Kontraindikasi Imunisasi MR
Kontraindikasi dalam imunisasi MR sebagai berikut (Kemenkes, 2017) :
1) Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan
radioterapi
2) Wanita hamil
3) Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
4) Kelainan fungsi ginjal berat
5) Decompensatio cordis
6) Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
7) Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut:
1) Demam
2) Batuk pilek
3) Diare
19
f. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Tidak ada efek samping dalam imunisasi MR. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah
reaksi normal yang menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca
imunisasi yang serius sangat jarang terjadi (Kemenkes, 2017).
g. Hal yang perlu diperhatikan
Pastikan vaksin MR yang digunakan masih dalam kondisi baik. Pada
tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial
Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi
VVM A atau B. Setelah dioplos/rekonstitusi pastikan vaksin dijaga suhunya 28°C (ditaruh di foam pad) dan hanya dapat digunakan dalam batas waktu 6
(enam) jam (Kemenkes, 2017).
3. Campak
a. Pengertian dan Penyebab Campak
Penyakit campak termasuk penyakit tua atau kuno. Catatan dokter
Rhazes dari Persia atau dikenal juga sebagai Abu Bakar yang hidup pada abad
sepuluh menceritakan adanya kasus campak. Rhazes menyebut campak
sebagai hasbah dalam bahasa Arab maksudnya adalah erruption yakni
pemunculan bintik-bintik kemerahan di seluruh badan yang menyerang
penderitanya. Dalam bahasa Latin disebut morbilli dari kata morbus artinya
penyakit.
20
Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus
morbilivirus dan keluarga paramyxoviridae. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem
pernapasan, terutama percikan ludah seorang penderita (Julitasari, 2006).
b. Penularan dan Tanda Gejala Campak
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit
campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai
dengan batuk dan atau pilek dan atau konjungtivitis akan tetapi sangat
berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis
dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Cave, 2003). Penyakit ini sangat
berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan
kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak,
90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka
belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi
atau terinfeksi virus campak.
c. Patogenesis
Virus dalam droplet masuk melalui saluran pernapasan dan selanjutnya
masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah mukosa, di tempat ini virus
memperbanyak diri kemudian menyebar ke sel-sel jaringan limforetikular
seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi membentuk sel berinti raksasa
yang disebut sel warthin, sedangkan sel T limfosit meliputi kelompok penekan
dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Pada hari ke 5
21
sampai hari ke 6 sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud, yaitu ketika
virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran pernapasan, kulit, kandung kemih, dan saluran
usus.
Selanjutnya pada hari ke-9-10 fokus infeksi berada di epitel saluran
napas. Pada saat itu muncul gejala pilek disertai dengan suhu tubuh yang
meningkat, lalu tampak sakit berat sampai muncul ruam kulit. Pada hari ke-11
tampak pada mukosa pipi yang merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya
mati. Kondisi ini merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
Akhirnya muncul ruam makulopopular di hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
anti humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun (Dewi,
2010).
d. Epidemiologi Campak di Indonesia
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Pada
tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20
juta orang di dunia terkena campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang
sebagian besar adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000,
lebih dari satu miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi
melalui program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat campak
telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global (Kemenkes, 2017).
22
Gambar 2.2
Kasus Campak Terbesar
Negara-Negara Dengan Kasus Campak Terbesar
Mongolia
(18,939)
Ethopia
(16,458
China
(43,368)
Somalia
(5,350)
Egypt
(6,036)
India
(90,368)
Nigeria
(9,855)
Filipina
(3,620)
Indonesia
(4,705)
DRC
(23,511)
Sumber : Kemenkes, 2017
Dari gambaran diatas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu dari
negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.
Gambar 2.3
Epidemiologi Campak
Cakupan Campak Dosis Pertama dan Angka Kejadian Campak
Tahun 2012-2015 di Indonesia
10
100
C
o
v
e
e
r
a
g
e
7,68
8
75
5,44
6
50
4
25
98
%
5,11
4,64
92
98
2
92
0
2012
0
2013
2014
YEAR
MCV1
Sumber : Kemenkes, 2017
MEASLES INCIDENCE
RATE
2015
23
Analisa Cakupan Campak Dosis Pertama Per Kabupaten
Tahun 2013-2015 di Indonesia
250
District with DPT3 Cov <50%
District with DPT3 Cov 50-79%
Trend of Number District by each MCV1 Coverage
200
150
District with DPT3 Cov 80-89%
District with DPT3 Cov 90-94%
100
District with DPT3 Cov ≥95%
50
No Report
0
2013
2014
2015
Sumber : Kemenkes, 2017
Dari gambaran tabel diatas menunjukkan adanya penurunan cakupan
imunisasi campak tahun 2014 dan 2015 dan angka insiden campak cenderung
meningkat. Selain itu persentase kabupaten yang mempunyai cakupan campak
dosis pertama >95% cenderung menurun dari 45% tahun 2013 menjadi 28%
tahun 2015. Kegiatan imunisasi MR adalah kesempatan yang sangat penting
untuk menutupi kesenjangan diatas sehingga tidak ada daerah kantong yang
akan menjadi sumber penularan. Cakupan yang tinggi dan merata minimal
95% akan terbentuk herd immunity dan memutus rantai penularan campak dan
rubella.
4. Rubella
a. Pengertian dan Penyebab Campak Jerman (Rubella)
Rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan upaya pencegahan efektif di Indonesia. Data surveilans selama
24
lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia
<15 tahun.
Rubella atau campak jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus yang disebarkan dengan cara yang sama dengan seperti virus campak.
Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan
virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultraviolet, bahan kimia, bahan
asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga
menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella
Syndrome (CRS). Banyak orang yang mendapatkan rubella tetapi tidak
mengalami gejala tetapi bisa menularkan penyakit (Kemenkes, 2017).
b. Penularan Penyakit Rubella
Pada umumnya, virus ini menyebar dan menular melalui air yang
menetes dari hidung atau ludah dari mulut. Penyakit tersebut juga dapat
menular melalui aliran darah wanita hamil yang melalui anaknya yang belum
lahir. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening
regional, dan viremia terjadi pada 4–7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa
penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash.
Masa inkubasi rubella berkisar antara 14–21 hari (Mufidah, 2012).
c. Tanda dan Gejala Rubella
Tanda dan gejala rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan
bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di
belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Konfirmasi laboratorium
25
dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan melakukan pemeriksaan
serologis atau virologis.
Immunoglobulin M (IgM) rubella biasanya mulai muncul pada 4 hari
setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi, dan
Immunoglobulin G (IgG) mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan
puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya menetap seumur hidup.
Virus rubella dapat diisolasi dari sampel darah, mukosa hidung, swab
tenggorokan, urin atau cairan serebrospinal. Virus di faring dapat diisolasi
mulai 1 minggu sebelum hingga 2 minggu setelah rash. Rubella pada anak
sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala.
Sedangkan rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau
arthralgia (Kemenkes, 2017).
Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat
mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan Congenital Rubella Syndrome
(CRS). Bentuk kelainan pada CRS :
1) Kelainan jantung :
a) Patent ductus arteriosus
b) Defek septum atrial
c) Defek septum ventrikel
d) Stenosis katup pulmonal
2) Kelainan pada mata :
a) Katarak kongenital
b) Glaukoma kongenital
26
c) Pigmentary retinopati
3) Kelainan pendengaran
4) Kelainan pada sistem saraf pusat :
a) Retardasi mental
b) Mikrocephalia
5) Kelainan lain :
a) Purpura
b) Splenomegali
c) Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir
d) Radioluscent bone
d. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000
kasus suspect campak dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12-39%
diantaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah
rubella pasti.
Gambar 2.4
Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia
Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di
Indonesia
2500
0
2000
0
Rubell
a
1500
0
1000
0
2010
2011
5000
2015
Sumber
:
Kemenkes
(2017)
0
2012
2013
2014
27
Berdasarkan grafik di atas pada tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan
terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini
diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya di
lapangan,
mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari
pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah
(Kemenkes, 2017).
5. Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati. Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap orang lain dan
kemudian seseorang tersebut merespon stimulus tersebut (Azwar, 2009). Beberapa
teori untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
antara:
a. Teori Lawrence Green
Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Perilaku
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
28
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
2) Faktor-faktor
pendukung (enabling
factor),
yang terwujud
dalam
lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, dan jamban.
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan
kelompok referensi dari perilaku msyarakat.
Rumusan teori digambarkan sebagai berikut:
B = f (PF, EF, RF)
Dimana :
B = Behaviour
PF = Predisposing Factor
EF = Enabling Factor
RF = Reinforcing factor
f = Fungsi
B = f (PF, EF, RF)
b. Teori WHO
Tim kerja WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku disebabkan adannya empat alasan pokok, yaitu;
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
(objek kesehatan).
1) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Contoh: seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah
29
melihat anak tetangganya terkena penyakit polio shingga cacat, karena anak
tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.
2) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan bedasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu kepercayaan yang turun menurun akan
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku.
3) Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek
sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain
atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan
diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti
atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
4) Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
dianggap penting. Apabila seseorang ini penting untuknya, maka apa saja
yang ia katakan atau perbuat cenderung utuk dicontoh. Orang dianggap
penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain
guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, tokoh masyarakat, dan
sebagainya.
30
5) Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasiltas, uang, waktu, tenaga, dan
berubah baik lambat maupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia.
Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari
semua yang telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu
aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempengaruhi
pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Secara sederhana diilustrasikan
sebagai berikut:
B=f (TF, PR, R,C)
Dimana:
B = Behaviour
TF = Thoughts and feeling
PR = Personal references
R = Resources
C = Culture
f = fungsi
c. Teori Snehandu B. Karr
Menurut Karr (1983) mengidentifikasi adanya 5 (lima) determinan
perilaku yaitu:
1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat
jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untik itu.
2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Dalam
kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung
memerlukan legistimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku
tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,
31
maka akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Berperilaku kesehatan
seseorang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.
3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information). Tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang diambil oleh seseorang.
Sebuah keluarga mau ikut program Keluarga Berencana (KB), apabila
keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga
berencana: Tujuan ber-KB, bagaimana cara ber-KB (alat-alat kontrasepsi
yang tersedia), akibat-akibat efek samping ber-KB dan sebagainya.
4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal outonomy). Mengambil
keputusan di Indonesia terutama ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas,
terutama lagi dipedesaan seorang istri, dalam mengambil keputusan masih
sangat tergantung pada suami. Contoh, membawa anaknya yang sakit ke
puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Periksa hamil
juga, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau
suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).
Bertindak apapun memang dibutuhkan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada. Membangun rumah yang sehat
misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang-orang
yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi
apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut
tidak akan terjadi.
32
Rumusan teori digambarkan sebagai berikut:
B=f (BI, SS, AI, PA, AS)
Dimana:
B
= Behaviour
BI = Behaviour Invention
SS = Social Support
AI = Accessibility Of Information
PA = Personal Autonomi
AS = Action Situation
f
= Fungsi
d. Teori Health Belief Model (HBM)
Teori ini dikembangkan secara khusus untuk memprediksi beragam
perilaku kesehatan sebagai fungsi dari banyaknya kepercayaan mengenai
kesehatan. Teori ini diperkenalkan oleh Godfrey Hochboum, Stephen Kegeles,
Howard Leventhal, dan Irwin Rosenstock. HBM memiliki empat kompenen
utama yaitu:
1) Perceived severity: Persepsi individu terhadap tingkat keseriusan penyakit.
2) Perceived susceeeptibility: Persepsi individu terhadap kerentanan dirinya
untuk penyakit tersebut.
3) Perceived benefits: Perseepsi individu terhadap keuntungan yang didapat
dari perilaku yang diharapkan.
4) Perceived barries: Persepsi individu terhadap hambatan yang akan dialami
dalam melakukan perilaku yanag diharapkan kombinasi dari persepsi
individu terhadap kerentanan dan keparahan suatu penyakit menghasilkan
persepsi individu terhadap seberapa besar ancaman penyakit terhadap
dirinya (perceived vulnerability/perceived threat).
33
Perilaku yang diharapkan dan tanda-tanda/situasi lingkungan (cues to
action). Individu juga mempertimbangkan tanggapan dari lingkungan di
sekitarnya, rekan mereka setuju terhadap perilaku yang diharapkan atau tidak,
sebelum pada akhirnya memutuskan untuk melakukan perilaku yang
diharapkan.
Gambar 2.5
Teori Health Belief Models
Sumber : Becker (1974)
Persepsi
kerentanan dan
keseriusan
terhadap penyakit
Umur
Jenis kelamin
Etnis
Kepribadian
Sosial ekonomi
Pengetahuan
Persepsi manfaat
Persepsi
hambatan
Persepsi
keberhasilan diri
Persepsi
ancaman
Perilaku
individu
Isyarat
untuk
bertindak
6. Determinan Status Imunisasi MR
Adapun determinan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat, sebagai berikut:
a. Umur ibu
Secara kognitif, kebiasaan berpikir rasional meningkat pada usia
dewasa awal dan tengah (Potter & Perry, 2005). Notoadmodjo (2005)
menyatakan bahwa usia akan mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
34
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
Hurlock (2010) juga menyatakan bahwa umur seseorang dapat
mempengaruhi
pengetahuan,
semakin
lanjut
umur
seseorang
maka
kemungkinan semakin meningkat pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan status
imunisasi anaknya. Hasil penelitian Wardhana (2001) menyebutkan bahwa ibu
yang berumur 35 tahun atau lebih cenderung imunisasi dibandingkan dengan
ibu yang berumur lebih muda. Penelitian Isfan (2006) menemukan bahwa
ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak lebih berisiko 3,10 pada ibu yang
berumur ibu yang lebih muda atau <35 tahun.
b. Agama
Agama dan spiritualitas merupakan komponen integral dari sosiodemografi dan pengaruh kerentanan serta keparahan infeksi yang dirasakan
(Thomas et al, 2012). Para pemimpin agama sangat dihormati dan mereka
dapat meyakinkan jemaatnya untuk menerima atau menolak imunisasi.
Hadist Nabi Muhammad SAW tentang: “Jagalah lima hal sebelum
datang lima hal: hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua,
kaya sebelum miskin, dan waktu lapang sebelum sempit”. Hadits lain yang
menyebutkan bahwa “Mukmin yang kuat lebih disukai Allah daripada mukmin
yang lemah”. Kedua hadits tersebut mengisyaratkan seorang muslim harus
menjaga dan melakukan aspek promotif dan preventif dalam bidang kesehatan.
Dalam kaidah ushul fiqih dikenal istilah sadudz-dzariah wajibun fil islam.
35
Artinya, mencegah kemungkinan terjadi kemudharatan dikemudian hari
hukumnya wajib dalam islam.
Penyakit termasuk salah satu kemudharatan yang bisa menimpa
individu maupun komunitas masyarakat. Bagaimana cara spesifik untuk
mencegah penyakit tentu diserahkan kepada ahlinya, dalam hal ini pakar
kesehatan. Penelitian Putri (2016) menunjukkan bahwa ibu yang didukung oleh
kelompok agamanya dalam pemberian imunisasi dasar cenderung 26,524 kali
akan patuh dalam pemberian imunisasi dasar daripada ibu yang tidak didukung
oleh kelompok agamanya dalam pemberian imunisasi kepada balitanya.
c. Kelompok etnis
Budaya lokal turut membentuk persepsi masyarakat tentang resiko atau
kerentanan yang dirasakan. Orang memberikan nilai (baik positif atau negatif)
untuk masalah dasar pengalaman mereka, dan mereka percaya bahwa para ahli
memiliki latar belakang yang sama. Sosial demografi secara langsung
mempengaruhi persepsi kerentanan dan keparahan dalam Health Belief Model
dan sosial demografis terdiri dari budaya pedesaan lokal termasuk agama
(Thomas et al, 2012).
d. Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang
dalam kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (Muhibin, 2000). Selanjutnya pendidikan kesehatan
adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan dengan kata
lain konsep pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk menerapkan pendidikan
36
dalam bidang kesehatan yang meliputi proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian Wardhana (2001) menemukan bahwa ibu yang berpendidikan
rendah, maka status imunisasi anaknya cenderung tidak lengkap dibandingkan
dengtan ibu yang berpendidikan tinggi. Penelitian Isfan (2006) menyebutkan
bahwa ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak beresiko 2,01 kali pada ibu
yang berpendidikan rendah dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi.
e. Pendidikan Suami
Pendidikan ayah juga ikut memberi peranan dalam menurunkan angka
mortalitas
balita.
Pendidikan
ayah
merupakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi aset rumah tangga dan komodito pasar yang dikonsumsi oleh
rumah tangga. Pendidikan ayah dapat mempengaruhi sikap dan kecenderungan
dalam memilih barang-barang konsumsi, termasuk pelayanan pengobatan anak.
Efek ini merupakan hal yang paling berarti untuk kelangsungan hidup anak
pada saat ayah yang lebih berpendidikan menikah dengan wanita yang kurang
berpendidikan (Muhammad, 2002).
Menurut Darnen (2002) pendidikan suami memiliki hubungan yang
bermakna dengan status kelengkapan imunisasi yaitu p=0,003. Sehingga suami
dengan tingkat pendidikan suami yang lebih tinggi akan memberikan imunisasi
kepada anaknya lebih lengkap. Karena secara tidak langsung suami turut dalam
menentukan pengambilan keputusan dalam keluarga, termasuk dalam
pemilihan pelayanan kesehatan.
37
f. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan
merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat lebih bertahan (Sunaryo, 2004). Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Wadud (2013), yang menunjukkan hasil penelitian
dari 53 sampel yang diteliti didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan
baik dengan status imunisasi dasar lengkap sebanyak 84,38%, dan responden
yang berpengetahuan kurang dengn status imunisasi dasar lengkap sebanyak
47,62%. Wadud (2013) juga menyatakan bahwa pengetahuan ibu berbanding
lurus dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita.
g. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering
kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman
(Isfan, 2006). Penelitian Tawi (2008) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai resiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima
ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
h. Pekerjaan Suami
Kepala keluarga yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan
dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerja, sehingga lebih terpapar
dengan program-program kesehatan, khususnya imunisasi. Kepala keluarga
yang tidak bekerja memiliki kecenderungan anaknya tidak mendapatkan
imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki
38
pekerjaan dan resiko ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak 3,21 kali
pada suami yang bekerja di sektor non formal dibandingkan sektor formal
(Isfan, 2006).
i. Sosial Ekonomi
Pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan
anggota keluarga lainya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer maupun yang sekunder.
Pada penelitian Isfan (2006), menjelaskan bahwa proporsi status
kelengkapan imunisasi menurut kepemilikan barang seperti radio, tv dan
kendaraan akan melakukan imunisasi lebih lengkap dibandingkan ibu dengan
tingkat kepemilikan rendah (tidak memiliki salah satu barang tersebut.
j. Persepsi
Persepsi terdiri dari :
1) Persepsi Kerentanan
Menurut Noorkasiani (2009), seseorang yang merasakan dirinya
dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam. Ancaman ini
dapat mendorong setiap individu untuk melakukan tindakan pencegahan
atau penyembuhan penyakit dibandingan dengan seseorang yang tidak
merasakan dirinya terkena penyakit. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Smith et al., (2011) yang menunjukkan bahwa tindakan
orang tua yang dengan sengaja menolak pemberian vaksinasi pada anaknya,
39
kemungkinannya lebih kecil orang tua untuk percaya bahwa pemberian
vaksinasi diperlukan untuk melindungi kesehatan anaknya dibandingkan
dengan orang tua yang memberikan vaksinasi pada anaknya.
2) Persepsi Keparahan
Menurut Priyoto (2014), persepsi keparahan juga sering didasarkan
pada pengetahuan atau informasi medis, yang dapat juga berasal dari
keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mendapatkan kesulitan akibat
penyakit. Seseorang yang merasa jika penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi merupakan suatu penyakit yang parah maka seseorang tersebut
akan merasa terancam. Ancaman ini yang akan mendorong individu untuk
melakukan tindakan pencegahan. Hasil analisis penelitian Nurjayanti (2017)
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan
dengan perilaku perolehan imunisasi (OR= 9.1).
3) Persepsi Manfaat
Dalam penelitian Smith et al., (2011) yang mengungkapkan bahwa
orang tua yang tidak setuju anaknya diberi vaksin akan lebih sedikit
merasakan manfaat dari vaksin tersebut. Sedangkan orang tua yang setuju
dengan vaksin menganggap pemberian vaksinasi pada anak bermanfaat bagi
kesehatan anak mereka. Manfaat yang dirasakan merupakan pendapat dari
seseorang akan nilai dari suatu perilaku baru dalam menurunkan risiko
penyakit. Individu akan cenderung menerapkan perilaku sehat ketika merasa
perilaku tersebut bermanfaat untuk menurunkan suatu penyakit. Pemberian
imunisasi tidak hanya melakukan pencegahan penyakit tetapi juga dapat
40
mencegah penyakit. Oleh karena itu sikap dan pengetahuan tentang manfaat
dari imunisasi sangat diperlukan.
4) Persepsi Hambatan
Persepsi hambatan merupakan suatu hambatan yang dirasakan
individu ketika akan mengambil suatu keputusan untuk mengimunisasikan
bayinya. Hambatan yang dirasakan dalam hal ini berhubungan dengan
hambatan yang dihadapi individu untuk mengadopsi perilaku baru. Hal ini
didukung penelitian Nurjayanti (2017), didapatkan bahwa sebanyak 61.7%
ibu dengan persepsi hambatan kecil memiliki status imunisasi lengkap
sedangkan 25.9% ibu dengan persepsi hambatan besar memiliki status
imunisasi tidak lengkap. Hasil analisis dengan uji menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan perilaku
perolehan imunisasi (OR= 0.5).
k. Ketersediaan Sarana
Ketersediaan vaksin sangat berpengaruh dengan kelengkapan imunisasi
pada anak, karena ketika ibu datang ke pusat pelayanan imunisasi namun vaksin
tidak tersedia maka kemungkinan besar ibu tidak mencari tempat lain untuk
mengimunisasi anaknya sehingga angka ketidaklengkapan imunisasi semakin
besar. Dalam penelitian Ariewibowo (2005), didapatkan hasil bahwa ada
hubungan bermakna ketersediaan alat dengan cakupan imunisasi (p=0,001).
l. Jarak dengan faskes
Jarak akan mempengaruhi waktu tempuh untuk sampai ke fasilitas
kesehatan. Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan merupakan faktor penentu
41
lain untuk pelayanan kesehatan. Uus Sukmara (2000) menemukan hubungan
negatif antara waktu dengan utilitas pelayanan kesehatan. Makin singkat waktu
tempuh ke pelayanan kesehatan dasar, mereka antusias untuk datang. Penelitian
Idwar (2001) juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara status
imunisasi dengan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan sebesar 1,01 kali.
m. Dukungan dari Keluarga
Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi
dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasi
anaknya.
Disamping
faktor
fasilitas,
juga
diperlukan
dukungan/support dari pihak lain, misalnya suami/istri/orang tua/mertua. Ibu
yang mendapat dukungan keluarga dengan baik kemungkinan anaknya memiliki
status imunisasi dasar lengkapnya sebanyak 4,1 kali lebih besar dibandingkan
ibu yang kurang mendapat peran dukungan dari keluarga (Mokodompit, 2014).
n. Sikap Petugas Kesehatan
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus objek. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati
orang lain atau objek (Notoatmodjo, 2007). Penelitian oleh Nurani 2013
menyatakan peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
yang konstan. Seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai seorang
pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu klien dan keluarga dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
42
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien dan keluarga setelah
dilakukan pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan
tempat konsultasi terhadap masalah atau perilaku kesehatan yang didapat. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Isnayni (2006) mendapatkan hasil
analisis diperoleh nilai contingency coefficient sebesar 0,413 yang artinya
terdapat hubungan yang cukup antara peran tenaga kesehatan dengan status
imunisasi.
o. Isyarat untuk Bertindak
Seseorang dapat meningkatkan penerimaan yang benar tentang
kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, perlu adanya isyarat atau petunjuk lain
dari orang lain misalnya media massa, nasehat petugas kesehatan, atau keluarga
lain.
Teman,
keluarga
atau
masyarakat
memiliki
kemampuan
untuk
mempengaruhi penentuan pilihan dalam pemberian imunisasi dan bisa
memberikan informasi tentang pengetahuan dan masalah yang terkait dengan
imunisasi (Tickner, 2007). Penelitian Putri (2016) menjelaskan bahwa ada
hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan kepatuhan ibu dalam pemberian
imunisasi dasar (p=0,016).
7. Aspek Promosi Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Imunisasi Measles
Rubella (MR)
Program imunisasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir tidak mengalami
perkembangan yang signifikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian
Kesehatan RI menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap (IDL) pada
43
anak (usia 12-23 bulan) menurun dari 59,2% (2013) menjadi 57,9% (2018).
Artinya, dari sekitar 6 juta anak berusia 12-23 bulan hanya sekitar 2,5 juta anak
saja yang lengkap imunisasinya. Jumlah anak yang belum diimunisasi lengkap itu
hampir setara dengan separuh jumlah penduduk Singapura.
Stagnasi cakupan imunisasi tidak saja terlihat dari cakupan imunisasi dasar
lengkap yang menurun tersebut tapi juga penundaan atau penolakan sebagian
masyarakat terhadap program pengebalan tubuh seperti kampanye imunisasi
Measles Rubella (MR) tahap kedua di 28 provinsi luar Pulau Jawa. Pelaksanaan
kampanye MR ini tidak hanya mengejar target cakupan 95%, melainkan
membentuk kekebalan kelompok sehingga bisa melindungi orang lain, bahkan
yang tidak diimunisasi sekali pun (Ndoen, 2017).
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 memberikan lampu
hijau penggunaan vaksin Measles Rubella (MR) dengan pertimbangan situasi
mendesak. MUI menyatakan, Serum Institute of India itu haram karena proses
produksinya menggunakan bahan yang berasal dari babi. Tapi, penggunaannya
diperbolehkan (mubah). Pertimbangannya antara lain kondisi keterpaksaan, belum
ditemukan vaksin MR yang halal dan suci, dan keterangan dari ahli yang
kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak
diimunisasi dan belum ada vaksin yang halal. Secara umum bahwa kesehatan
masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Oleh karena itu dibutuhkan aspek promosi kesehatan untuk
peningkatan cakupan imunisasi MR, sebagai berikut :
44
a. Perlunya reformasi kesehatan dengan mengubah paradigma masyarakat
terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan (kuratif), diubah
menjadi sehat itu indah, dan sehat itu gratis.
b. Para pemangku kepentingan, para profesional kesehatan dengan tokoh agama
lokal harus membangun dialog untuk memberikan informasi yang benar
tentang vaksinasi melalui pengaruh pemimpin agama di tingkat lokal.
c. Pentingnya norma sosial dan dukungan dari kelompok pro-vaksin, agar
vaksinasi menjadi “hal yang normal dilakukan” bagi mayoritas orang tua. Ini
agar mereka menerima vaksinasi tanpa pikiran berpikir dua kali. Kemudahan
akses, dan adanya rekomendasi tentang pentingnya imunisasi oleh pemerintah
dan sumber yang dipercaya berkontribusi besar agar vaksinasi dapat diterima
sebagai norma sosial bagi orang tua.
d. Perlu ada hotline atau pusat informasi imunisasi yang gampang diakses; baik
secara online maupun secara langsung di dinas kesehatan setempat, ruang
tunggu rumah sakit, puskesmas atau klinik untuk membantu meredakan berita
hoax dan memungkinkan orang tua yang ragu-ragu untuk mau memvaksinasi
anaknya.
e. Pendekatan emosional seperti Rumah Ramah Rubella perlu digalakkan di
seluruh Indonesia, sebagai gerakan moral melindungi masa depan anak.
f. Seperti di Italia dan beberapa negara lain di dunia, sudah saatnya pemerintah
Indonesia mewajibkan orang tua memberikan imunisasi yang lengkap sebagai
satu syarat sebelum anak-anak itu memasuki sekolah dasar.
45
Pada akhirnya, membangun kepercayaan masyarakat dalam program
imunisasi adalah upaya mengubah dan mempengaruhi pikiran seseorang bahwa
imunisasi adalah satu metoda pencegahan penyakit yang paling efektif.
46
B. Penelitian Relevan
Tabel 2.2
Penelitian Relevan
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Yunita
Bellina
Claudianawati,
(2018)
Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) dan
Dukungan
Keluarga
Terhadap Minat
Keikutsertaan
Vaksinasi
MR (Measles Rubella)
di Puskesmas Kartasura
Variabel independent :
Pengetahuan ibu, dukungan
keluarga
Observasional
dengan
desian
penelitian
Cross
Sectional.
Tidak terdapat hubungan
pengetahuan ibu tentang KIPI
terhadap minat keikutsertaan
vaksinasi MR di Puskesmas
Kartasura
Pvalue>0,05.
Terdapat hubungan dukungan
keluarga terhadap minat
keikutsertaan vaksinasi MR
di
puskesmas
Kartasura
(0,004)<0,05.
Persamaan :
Variabel dependent
Metode penelitian
Beberapa Faktor yang
Berhubungan
dengan
Penerimaan Ibu Terhadap
Imunisasi Measles Rubella
Pada Anak SD di Desa
Gumpang
Kecamatan
Kartasura,
Kabupaten
Sukoharjo
Variabel independent :
Kuantitatif dengan Variabel yang berhubungan
pengetahuan, umur, tingkat
metode
deskriptif adalah variabel pengetahuan
pendidikan, status pekerjaan, analitik
(p=0,006),
persepsi
dukungan
keluarga,
keparahan
(p=0,012),
dukungan
lingkungan,
persepsi manfaat (p=0,004),
persepsi keparahan, persepsi
dan hambatan (p=0,000).
manfaat, persepsi hambatan,
persepsi kerentanan.
Persamaan :
Variabel dependent
Metode penelitian
Sampel penelitian
2.
Gayuh Mustika
Prabandari,
Syamsulhuda
Budi Musthofa,
Aditya
Kusumawati
(2017)
Variabel dependent :
Minat
keikutsertaan
vaksinasi MR (Measles
Rubella)
Variabel dependent :
Imunisasi MR
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tahun penelitian
Tempat penelitian
Sampel penelitian
Perbedaan :
Judul penelitian
Tahun penelitian
Tempat penelitian
47
No.
3.
4.
5.
Nama Peneliti
Linda
(2017)
Andriani
Lailan Najah, Evi
Nurhidayati
(2017)
Merlinta (2017)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Hubungan
Karakteristik
Balita,
Umur
Saat
Imunisasi
Campak,
Riwayat ASI Eksklusif
Terhadap Campak Klinis di
Puskesmas Wonoayu Jawa
Timur
Variabel independent :
karakteristik balita, umur
imunisasi
campak
dan
riwayat ASI eksklusif
Observasional
analitik
dengan
rancang
bangun
cross sectional
Ada hubungan umur saat
imunisasi campak (p=0,010)
dan riwayat ASI eksklusif
(p=0,045) terhadap campak
klinis. Tidak ada hubungan
antara jenis kelamin balita
(p=0,909) terhadap campak
klinis.
Persamaan :
Variabel dependent
Sampel penelitian
Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang
Imunisasi
Tambahan MR (Measles
Rubella) Pada Balita Di
Puskesmas Kotagede I
Yogyakarta
Variabel independent :
Tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Imunisasi Tambahan
MR pada Balita di Puskesmas
Kotagede I Yogyakarta tahun
2017
pada
tingkat
pengetahuan baik sebanyak
53 responden (75,7%), cukup
sebanyak
14
responden
(20,0%) dan kurang sebanyak
3 responden (4,3%).
Persamaan :
Variabel independent
Variabel dependent
Metode penelitian
Sampel penelitian
Terdapat hubungan antara
pengetahun tentang vaksin
MR
dengan
minat
keikutsertaan vaksinasi MR
(nilai p=0,016), akan tetapi
tidak terdapat hubungan
antara pendidikan ibu dengan
minat keikutsertaan vaksinasi
MR (nilai p=0,262).
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Hubungan
Pengetahuan
Tentang
Vaksin
MR
(Measles Rubella) dan
Pendidikan Ibu Terhadap
Minat
Keikutsertaan
Vaksinasi
MR
di
Puskesmas Kartasura
Variabel dependent :
Campak Klinis
Deskritif kuantitatif
dengan pendekatan
Cross Sectional
Variabel dependent :
Imunisasi Tambahan MR
(Measles Rubella)
Variabel independent :
Pengetahuan dan Pendidikan
Variabel dependent :
Minat
Keikutsertaan
Vaksinasi MR
Penelitian
observasional
analitik
dengan
pendekatan
Cross
Sectional
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Metode penelitian
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Sampel penelitian
48
No.
Nama Peneliti
6.
Vijay
Bhaskar
Srirangam,
Maramraj Kiran
Kumar,
Sandip
Mukerji
dan
Rajul
Gupta
(2017)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Socio Economic Factors Variabel independent:
Effecting
Immunisation Pendidikan,
pengetahuan,
Coverage: Focus Areas
sosial ekonomi
Variabel dependent :
Cakupan imunisasi
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan
Studi analitik crosssectional
Cakupan BCG adalah 87,7%
& 79,8% di dua area, cakupan
HB0 adalah 88,7% & 80,8%.
Cakupan
campak
di
komunitas
perkotaan
&
pedesaan adalah 72,5% &
64,4%. Di kedua komunitas
perkotaan dan pedesaan ada
hubungan yang signifikan
antara cakupan imunisasi &
pendidikan ibu. Di kedua
komunitas, alasan utama yang
diamati adalah ketidaktahuan
35,4% & 45,3% masingmasing pada masyarakat
pedesaan dan perkotaan.
Alasan
umum
lainnya
termasuk sikap santai orang
tua
(18,5%
di
daerah
perkotaan) dan anak yang
sakit
(13%
di
daerah
pedesaan).
Status
sosial
ekonomi memiliki dampak
besar pada cakupan imunisasi
dalam penelitian.
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Sampel penelitian
49
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
7.
Rachmawati
Sukarno
Putri,
(2016)
FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi Kepatuhan
Ibu Dalam Pemberian
Imunisasi
Dasar
Pada
Balita
di
Dukuh
Pilangbangau Desa Sepat
Masaran Sragen Tahun
2016
Variabel independent :
karakteristik
ibu
(usia,
agama,
pendidikan),
dukungan kelompok agama
ibu, kerentanan / keseriusan
penyakit yang bisa diderita
oleh anak-anak, isyarat
untuk bertindak, rintangan,
dan manfaat imunisasi dasar
Variabel dependent :
Pemberian imunisasi dasar
pada balita
8.
Rose
Jane
Wilson,
Heidi
Larson, Pauline
Paterson (2015)
Understanding factors
influencing vaccination
acceptance
during pregnancy in
Hackney, London
Variabel independent :
kepercayaan pada pekerja
kesehatan dan vaksinasi,
pengaruh sosial, pentingnya
vaksinasi, tanggung jawab
administrasi
vaksin,
kekhawatiran pasien yang
dirasakan, dan interaksi
dengan pasien.
Variabel dependent :
Penerimaan
vaksinasi
selama kehamilan
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan
Penelitian analitik Faktor yang berhubungan
dengan pendekatan yaitu usia ibu (p=0,573),
cross sectional.
tingkat
pendidikan
ibu
(p=0,039),
persepsi
penerimaan vaksin terkait
agama
ibu
(p=0,002),
kerentanan yang dirasakan
ibu (p=0,004), isyarat untuk
bertindak ibu (p=0,016),
manfaat yang dirasakan ibu
(p=0,006), dan hambatan
yang dirasakan ibu (p=0,008).
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Sampel penelitian
Wawancara
mendalam
dan
diskusi
kelompok
terfokus
Persamaan :
Variabel independent
Alasan
keraguan
vaksin
rumit. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa saran
dari teman-teman,keluarga,
dan internet bisa sangat
berguna keputusan vaksinasi
wanita hamil. Keraguan dapat
diperburuk karena sikap
pekerja
kesehatan
di
Hackney, hambatan untuk
mengakses vaksinasi di antara
pasien dengan status sosial
ekonomi rendah.
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Metode penelitian
Sampel penelitian
50
No.
9.
Nama Peneliti
Tinashe
Mukungwa
(2015)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan
Factors Associated with
full
Immunization
Coverage amongst children
aged 12 –23 months in
Zimbabwe
Variabel independent :
pendidikan,
paritas,
persalinan
di
fasilitas
kesehatan,
kunjungan
antenatal care, frekuensi
menonton televisi, dan status
ekonomi
Zimbabwe
Demographic and
Health
Survey
(ZDHS) data to
analyze
the
variables
of
immunization status
of children aged 1223
months
in
Zimbabwe.
Penelitian
menunjukkan
bahwa anak dari ibu dengan
pendidikan menengah dan
atas
lebih
mungkin
divaksinasi daripada anakanak dari ibu yang tidak
berpendidikan.
Anak-anak
dari kelahiran pertama lebih
cenderung
divaksinasi
daripada anak-anak dari
urutan
kelahiran
6+.
Hubungan yang signifikan
juga yaitu persalinan di
fasilitas kesehatan, kunjungan
antenatal care, frekuensi
menonton televisi, dan status
ekonomi
Persamaan :
Variabel independent
Penelitian deskriptif
dari data sekunder
dan
dilakukan
penelitian kualitatif
serta
wawancara
mengenai imunisasi
campak
Jumlah cakupan imunisasi
campak di puskesmas desa
sebesar 92,9%, sedangkan di
puskesmas
kota
sebesar
98,8%
dengan
beberapa
faktor yang mempengaruhi
seperti
kondisi
sosial
ekonomi, fasilitas dan tenaga
kesehatan, dan keterbukaan
komunikasi ibu.
Perbedaan :
Judul Penelitian
Tempat Penelitian
Tahun Penelitian
Metode penelitian
Sampel penelitian
Variabel dependent :
kelengkapan imunisasi
10.
Deby
(2015)
Hapsari
Perbedaan
Cakupan
Imunisasi Campak pada
Bayi Antara Puskesmas
Desa
dan
Kota
di
Kabupaten
Sukoharjo
Periode Juli 2015 -Juni
2016
Variabel independent :
kondisi sosial ekonomi,
fasilitas
dan
tenaga
kesehatan, dan keterbukaan
komunikasi ibu.
Variabel dependent :
Cakupan imunisasi campak
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Metode penelitian
Sampel penelitian
Persamaan :
Variabel independent
51
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
11.
Restiara, Azarah
(2014)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Kepatuhan
Ibu Dalam Pemberian
Imunisasi Dasar Pada Bayi
Di
Kelurahan
Rimbo
Kaluang Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Pasir
Variabel independent :
dukungan tenaga kesehatan
dan pengetahuan
Determination of Factors
Affecting the Vaccination
Status of Children Aged
12–35 Months in Lao
People’s
Democratic
Republic
Variabel independent :
etnisitas ibu, pendidikan
ayah, dan pemberitahuan
tanggal vaksinasi oleh staf
medis
12.
Anonh
Xeuatvongsa,dkk
(2014)
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Desain studi cross
sectional
13.
Yati
Mulyanti,
(2013)
Faktor-Faktor Internal yang
Berhubungan
dengan
Kelengkapan
Imunisasi
Dasar Balita Usia 1-5
Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Situ Gintung
Ciputat Tahun 2013
Variabel independent :
pengetahuan,
pendidikan,
status pekerjaan, pendapatan
keluarga, jarak, dan sikap
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Studi ini menemukan bahwa
187 anak (59%) diimunisasi
lengkap dan 130 anak (41%)
diimunisasi sebagian. Faktor
yang berhubungan yaitu
etnisitas ibu, pendidikan
ayah, dan pemberitahuan
tanggal vaksinasi oleh staf
medis
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
dengan Ada
hubungan
antara
cross pengetahuan,
pendidikan,
status pekerjaan, pendapatan
keluarga, jarak dan sikap (P
value=0.000, 0.000, 0.000,
0.037, 0.000, 0.003) dengan
imunisasi dasar lengkap.
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Cross-sectional
menggunakan data
yang
diperoleh
melalui multistage
cluster sampling
Variabel
dependent
:
kelengkapan imunisasi dasar
Kuantitatif
desain
sectional.
Persamaan dan
Perbedaan
Hasil
uji
statistic
menunjukkan hubungan yang
signifikan antara dukungan
tenaga kesehatan (p=0,000)
dan pengetahuan (p=0,004)
terhadap kepatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi pada
anak.
Variabel dependent :
Pemberian imunisasi
Variabel dependent :
status vaksinasi anak-anak
berusia 12–35 bulan
Hasil Penelitian
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Persamaan :
Metode penelitian
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Sampel penelitian
52
No.
Nama Peneliti
14.
Tri Afriani,
Retnosari
Andrajati,
Sudibyo Supardi
(2013)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan
dengan
Kelengkapan
Imunisasi
Dasar Pada Anak dan
Pengelolaan Vaksin
di
Puskesmas
dan
Posyandu Kecamatan X
Kota Depok
Variabel independent :
Faktor karakteristik orang
tua
(umur,
pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan) dan
ketersediaan vaksin
Variabel dependent :
Kelengkapan
imunisasi
dasar
dan
pengelolaan
vaksin
Metode
Penelitian
Desain
sectional
cross-
Hasil Penelitian
Penelitian
menunjukkan
persentase terbesar orang tua
adalah berumur <30 tahun,
berpendidikan lanjutan, tidak
bekerja,
memiliki
pengetahuan
rendah.
Kelengkapan
imunisasi
sebesar
(82.9%),
tidak
lengkap
terbesar
pada
imunisasi campak (15%).
Penyimpanan vaksin tidak
dilengkapi dengan genset
untuk
menjaga
kualitas
apabila terjadi pemadaman
listrik. Pendistribusian vaksin
dari puskesmas ke posyandu
menggunakan
kendaraan
umum
sehingga
rentan
dengan kerusakan vaksin.
Sisa penggunaan vaksin di
posyandu tidak langsung
dikembalikan ke Puskesmas
karena petugas langsung
pulang.
Pencatatan
penggunaan
vaksin
di
posyandu tidak dilakukan
pada
buku
standar,
kemungkinan tercecer atau
hilang.
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Persamaan :
Variabel independent
Metode penelitian
Sampel penelitian
53
No.
15.
Nama Peneliti
Luriana Nur
Pratiwi, 2010
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
Status Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Balita Umur
12-23 Bulan di Indonesia
Tahun 2010 (Analisis Data
Riset Kesehatan Dasar
2010)
Variabel independent :
Daerah tempat tinggal, umur
ibu,
pendidikan
ibu,
pendidikan ibu, pendidikan
ayah,
pekerjaan
ibu,
pekerjaan ayah, kunjungan
neonates, periksa kehamilan
K4 ibu, penimbangan berat
badan balita ke pelayanan
kesehatan,
penolong
persalinan
ibu,
dan
kepemilikan KMS, buku
KIA/catatan
kesehatan
lainnya.
Variabel dependent :
Status
imunisasi
lengkap
16.
Fitriya
Nur
Hidayati, 2010
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Ibu Dalam
Memenuhi Imunisasi Dasar
Anak Usia 10-36 Bulan Di
RW
08
Suronatan
Ngampilan
Yogyakarta
Tahun 2010
Metode
Penelitian
Cross sectional
dasar
Variabel independent :
Penelitian
ini
pendidikan,
pekerjaan, bersifat deskriptif,
pengetahuan, sikap, jarak korelasi.
fasilitas
kesehatan,
dukungan
keluarga,
pendapatan dan ketersediaan
informasi
Variabel dependent :
imunisasi dasar
Hasil Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi imunisasi
dasar pada balita usia 12-23
bulan di Indonesia tahun 2010
sebesar 36,8%. Berdasarkan
hasil penelitian, 8 variabel
dinyatakan berhubungan yaitu
daerah
tempat
tinggal
(p=0,000), pendidikan ibu
(p=0,027), pendidikan ayah
(p=0,026),
kunjungan
neonatus (p=0,000), periksa
kehamilan K4 ibu (p=0,000),
penimbangan berat badan
balita ke pelayanan kesehatan
(p=0,000),
penolong
persalinan ibu (p=0,000), dan
kepemilikan KMS, buku
KIA/catatan
kesehatan
lainnya (p=0,000).
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Hasil
analisa
data
menunjukkan
pendidikan,
pengetahuan, dan dukungan
keluarga dengan nilai p value
p=0,000 (p<0,05).
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Persamaan :
Metode penelitian
Sampel penelitian
Persamaan :
Variabel independent
Sampel penelitian
54
No.
Nama Peneliti
17.
Aniek Arfiyanti,
2008
Judul Penelitian
Faktor-Faktor
Berhubungan
Cakupan
Campak di
Tegal
yang
dengan
Imunisasi
Kabupaten
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel
independent:
Keberadaan
tenaga
pelaksanaan
imunisasi,
ketersediaan
vaksin,
motivasi
kerja
tenaga
pelaksana,
ketersediaan
jadwal imunisasi, sistem
pencatatan dan pelaporan,
evaluasi
pelaksanaan
imunisasi
campak
di
puskesmas, supervisi Dinas
Kesehatan
Kabupaten
terhadap
pelaksanaan
imunisasi
motivasi
masyarakat dalam imunisasi
Jenis penelitian ini
adalah
survey
analitik
dengan
pendekatan
case
control
.
Hasil penelitian didapatkan
hasil untuk hubungan antara
keberadaan tenaga pelaksana
imunisasi dengan cakupan
imunisasi campak (p=0,005)
dan OR=5,444. Hubungan
antara ketersediaan vaksin
dengan cakupan imunisasi
campak
(p=0,004)
dan
OR=2,429. Hubungan antara
motivasi kerja pelaksana
imunisasi dengan cakupan
imunisasi campak (p= 0,008)
dan OR=2,364. Hubungan
antara keresedian jadwal
imunisasi dengan cakupan
imunisasi campak (p=0,074)
dan OR=3,763. Hubungan
antara sistem pencatatan dan
pelaporan
di
Puskesmas
dengan cakupan imunisasi
campak
(p=0,031)
dan
OR=2,250. Hubungan antara
motivasi masyarakat dalam
imunisasi campak (p=0,008)
dan OR=2,364.
Variabel dependent :
cakupan imunisasi campak
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Metode penelitian
Sampel penelitian
Persamaan :
Variabel dependent
55
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
18.
Sri
Pinti
Rahmawati, 2006
Analisis Faktor Sumber
Daya
Manusia
Yang
Berhubungan dengan Hasil
Kegiatan Imunisasi
Dasar Bayi oleh Petugas
Imunisasi Puskesmas di
Kabupaten Blora Tahun
2006
Variabel
independent
:
umur, tingkat pendidikan,
masa
kerja),
supervisi,
ketersediaan sarana dan
prasarana
penunjang
kegiatan untuk imunisasi,
motivasi kerja, persepsi
petugas
terhadap
kompensasi,
persepsi
petugas imunisasi terhadap
beban kerja, sikap petugas
imunisasi terhadap tugasnya,
ketersediaan sarana dan
prasarana
penunjang
kegiatan untuk imunisasi
Jenis penelitian
adalah
observasi
dengan pendekatan
cross-sectional
Hasil penelitian sebagian
besar responden memiliki
persepsi supervisi cukup baik
(45,9%),
cukup
tersedia
sarana dan prasarana (43,9%),
kompensasi kurang sesuai
(49,0%), motivasi petugas
cukup baik (36,7%), persepsi
baik terhadap beban kerja
(43,9%), sikap yang cukup
baik
terhadap
pekerjaan
menjadi petugas imunisasi
(42,9%), dan hasil kegiatan
imunisasi dasar bayi tidak
sesuai target (56,1%). Faktor
yang berpengaruh terhadap
hasil kegiatan imunisasi dasar
bayi oleh petugas imunisasi
adalah supervisi pimpinan
puskesmas
(p=0,000),
ketersediaan
sarana
dan
prasarana penunjang (p=
0,005), persepsi terhadap
kompensasi
(p=0,029),
motivasi petugas imunisasi
(p=0,020), persepsi terhadap
beban kerja (p=0,007), dan
sikap
petugas
imunisasi
(p=0,000).
Variabel dependent :
Hasil kegiatan imunisasi
dasar bayi
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Sampel penelitian
Persamaan :
Variabel dependent
Metode penelitian
56
No.
19.
Nama Peneliti
Ariebowo
(2005)
Judul Penelitian
A Analisis Faktor
Faktor
Organisasi
yang
Berhubungan dengan
Cakupan
Imunisasi
Puskesmas di Kabupaten
Batang
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel independent :
faktor
individu,
faktor
psikologi
dan
faktor
organisasi yang terdiri dari
kepemimpinan, supervise,
sumber daya, kompensasi,
struktur dan desain
pekerjaan.
Penelitian
observasional
dengan
metode
survei
dan
pendekatan
cross
sectional
.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor organisasi yang
berhubungan dengan cakupan
imunisasi
Puskesmas
di
Kabupaten Batang adalah
kejelasan pengarahan tugas
petugas
(nilai
p:0,001),
keterlibatan pimpinan dalam
rapat staf Puskesmas (nilai
p:0,000), tanggapan pimpinan
terhadap kesulitan petugas
dalam pelaksanaan imunisasi
(nilai p:0,015), kesesuaian
kemampuan
supervisor
dengan kegiatan imunisasi
(nilai p:0,0001), pemberian
masukkan oleh supervisor
pada saat supervisi (nilai
p:0,002), pemberian umpan
balik hasil supervisi (nilai
p:0,000),
insentif
(nilai
p:0,012),
kesempatan
mengikuti kegiatan ilmiah
(nilai p:0,006), kesempatan
melanjutkan pendidikan (nilai
p:0,0001), ketersediaan alat
(nilai
p:0,001)
dan
ketersediaan
transportasi
(nilai p:0,0001).
Variabel dependent :
cakupan imunisasi
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
Sampel penelitian
Persamaan :
Variabel dependent
Metode penelitian
57
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
20.
Rob Henderson,
Ken Oates, Helen
Macdonald,
W
Cairns S Smith
and
Sivasubramaniam
Selvaraj (2004)
Factors Influencing The
Uptake of Childhood
Immunisation in Rural
Areas
Variabel independent :
practice type and the method
of vaccination call/recall on
childhood immunisation
Analysis of
childhood
immunisation uptake
rates
Keterlibatan dengan sistem
panggilan/recall
nasional
dikaitkan dengan cakupan
imunisasi yang lebih tinggi
untuk
anak-anak
yang
mencapai usia 2 tahun.
Variabel dependent :
uptake
of
childhood
Immunization
Persamaan dan
Perbedaan
Perbedaan :
Judul penelitian
Tempat penelitian
Tahun penelitian
58
Kelembagaan (misalnya:
kebijakan pemerintah)
C. Kerangka Teori dan Hipotesis
Pribadi/ orang tua
1. Kerangka Teori
Persepsi
Individu
Tatap muka
dengan tenaga
kesehatan
(misalnya: sikap
petugas)
Persepsi Umum
1. Manfaat vaksinasi
2. Efek samping
vaksinasi
3. Pengaruh komunitas
4. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan
5. Kemudahan akses ke
tempat pelayanan
kesehatan
Faktor
Modifikasi
Kemungkinan
Tindakan
Usia, faktor
Untuk bertindak
(pendidikan,
media)
Manfaat yang
dirasakan
dibandingkan
hambatan untuk
perubahan
perilaku
Persepsi ancaman
penyakit
Dirasakan
kerentanan/
keseriusan
Kemungkinan
perubahan
perilaku
Isyarat untuk bertindak
-Pengetahuan
-Informasi Media
SosialBudaya
Agama dan Etnis
1.Agama
2.Kelompok etnis
Pemberian imunisasi
Gaya Hidup dan
Status Sosial Ekonomi
1. Keluarga dan
dukungan masyarakat
2. Status sosial ekonomi
3. Pendidikan kesehatan
Jenis Kelamin
1. Pendidikan
2. Kepercayaan di
vaksinator
3. Perbedaan gender
4. Urutan kelahiran
Bagan 2.2 (Modifikasi Darnen (2002), HBM Glantz et al (2002) dalam Putri (2016), Sturm et al
(2005), Isfan (2006), Tawi (2008), Regmi (2014) dalam Putri (2016)
59
2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :
Variabel independent
Variabel dependent
Faktor Predisposisi :
- Umur ibu
- Agama ibu
- Kelompok etnis
- Pendidikan ibu
- Pendidikan suami
- Pengetahuan ibu
- Pekerjaan ibu
- Pekerjaan suami
- Sosial ekonomi
- Persepsi (Persepsi
kerentanan, persepsi
keparahan, persepsi
manfaat, persepsi
hambatan)
Status imunisasi
MR (Measles
Rubella)
Faktor Pendukung :
- Ketersediaan Sarana
- Jarak dengan faskes
Faktor Pendorong :
- Dukungan Keluarga
- Sikap petugas
Kesehatan
- Isyarat untuk
Bertindak
Bagan 2.3
Kerangka Konsep
60
3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Adanya hubungan umur ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
2) Adanya hubungan agama ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
3) Adanya hubungan kelompok etnis ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
4) Adanya hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
5) Adanya hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
6) Adanya hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
7) Adanya hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
8) Adanya hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
9) Adanya hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
10) Adanya hubungan persepsi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
61
11) Adanya hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR (di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
12) Adanya hubungan jarak fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
13) Adanya dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
14) Adanya hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
15) Adanya hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Teridentifikasi determinan status imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu,
pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan
suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes,
dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak
terhadap status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019.
b. Diketahui hubungan antara umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu,
pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan
suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes,
dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak
terhadap status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2019.
c. Diketahui faktor yang paling dominan antara umur ibu, agama ibu, kelompok
etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu,
pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan
faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk
62
63
bertindak terhadap imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019.
d. Diketahui gambaran mengapa masih banyak ibu yang tidak memberikan
imunisasi MR kepada anaknya di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Dinas Kesehatan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat memiliki
cakupan 23 puskesmas yaitu Puskesmas Khatulistiwa, Puskesmas Siantan Hilir,
Puskesmas Siantan Tengah, Puskesmas Siantan Hulu, Puskesmas Telaga Biru,
Puskesmas Tanjung Hulu, Puskesmas Kampung Dalam, Puskesmas Banjar
Sarasan, Puskesmas Tambalan Sampit, Puskesmas Saigon, Puskesmas Parit
Mayor, Puskesmas Kampung Bangka, Puskesmas Paris 2, Puskesmas Gang
Sehat, Puskesmas Purnama, Puskesmas Karya Mulya, Puskesmas Alianyang,
Puskesmas Kampung Bali, Puskesmas Pal 3, Puskesmas Komyos, Puskesmas
Pal Lima, Puskesmas Perumnas I, dan Puskesmas Perumnas II. Adapun peneliti
menetapkan enam puskesmas yang akan menjadi tempat penelitian yaitu
Puskesmas Saigon, Alianyang, Khatulistiwa, Parit Mayor, Purnama dan
Kampung Bali.
64
2. Waktu
Penelitian ini dengan judul “Determinan Status Imunisasi Measles
Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019” akan
dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2019 terlihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Gantt Chart Aktivitas Penelitian
Aktivitas
Okto
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
2018
2018
2018
2019
2019
2019
1 234 1234123412341234123412341234123
April
2019
Mei
2019
Studi
pendahuluan
Menyusun
proposal
Seminar
Proposal
Revisi
proposal
Penelitian
Analisis dan
Olah Data
Sidang hasil
C. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan secara kuantitatif yang
dilengkapi dengan kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional (potong lintang) yaitu subjek hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Studi cross sectional mengukur variabel dependen dan independen
secara bersamaan pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
Juni
2019
65
variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian diamati pada waktu yang sama.
Desain penelitian ini memberikan kemudahan dalam mengidentifikasi
hubungan situasi dalam waktu yang singkat dan desain penelitian ini juga dapat
digunakan untuk mengembangkan hipotesa untuk penelitian selanjutnya. Adapun
desain penelitian cross sectional dalam penelitian ini yaitu mengukur faktor-faktor
yang berhubungan dengan imunisasi MR yang dimana variabel independennya
meliputi umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan
suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi,
ketersediaan sarana, jarak dengan fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, sikap
petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak sedangkan variabel dependen
adalah status imunisasi Measles Rubella (MR).
Metode kualitatif digunakan untuk melengkapi hasil dari penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dengan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu pengamatan yang cermat dan
mendalam (indepth) yang menjawab terutama “mengapa” fenomena tertentu
terjadi dalam ruang lingkup kontekstual yang spesifik (Moleong, 2014). Metode
ini digunakan untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai determinan
status imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak.
66
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang merupakan himpunan
keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi merupakan kelompok
subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Penentuan populasi
dalam suatu penelitian menjadi hal yang sangat penting karena melalui penentuan
populasi, seluruh kegiatan penelitian akan relevan dengan tujuan penelitian
(Moleong, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki
anak usia 9 bulan- 15 tahun di Kota Pontianak yaitu sebanyak 153.071 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang
nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga
karakteristik dari populasi. Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus
sampel untuk uji hipotesis perbedaan 2 proporsi (Lameshow
et al, 1990):
2
z
2P (1 P )  z
P (1 P )  P2(1 P )

n
1/ 2
2
2
1
1
1
2

(P1  P2)2
P1 
(OR)P2
(OR)P2  (1  P2)
Keterangan:
n
= Besar Sampel Minimum
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α = 0,05; Z1-α/2 (1,96)
Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β = 0,20; Z1-β (0,842)
P1
= Proporsi ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi dan terpajan risk
P2
= Proporsi ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi dan tidak terpajan
risk
P
= (P1 + P2)/2
67
Berdasarkan perhitungan dari beberapa variabel maka besar sampel
minimal harus dipenuhi (diambil dari sampel terbesar hasil perhitungan) yaitu :
Tabel 3.2
Perhitungan Jumlah Sampel
(Presentasi dari Beberapa hasil Penelitian Terdahulu)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Variabel Independen
Kelengkapan sarana
Pengetahuan
Jarak dengan fasilitas
kesehatan
Pekerjaan
Pendidikan
Dukungan
Pekerjaan suami
Umur
P1
P2
N
0,49
0,19
62
0,73
0,92
101
0,73
0,5
114
0,58
0,23
49
0,53
0,38
284
0,65
0,4
101
0,47
0,77
66
0,22
0,07
141
Sumber
Ariewibowo (2005)
Aniek (2008),
Fitriya (2010),
Dewi (2013)
Fitriya (2010)
Istriyanti (2011)
Istriyanti (2011)
Nugraheni (2009)
Mulyanti (2013)
Triana (2015)
Ritonga (2014)
Ilham (2017)
Afriani (2013)
Putri (2016)
Ritonga (2014)
Putri (2016)
Jadi berdasarkan rumus di atas derajat kepercayaan 95%, maka diperoleh
jumlah sampel minimal 284 sampel. Untuk menghindari drop out maka
ditambahkan 10% sehingga tambahan sampel minimal adalah sebanyak 29
sampel. Jadi total besar sampel minimal sebanyak 313 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
pengambilan sampel secara Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling).
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah
secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri
dari bermacam macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah
populasi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian
menetapkan sebagian dari wilayah populasi (subwilayah) sebagai sampel.
68
Subwilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari subwilayah
sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut ditetapkan unitunit terkecil diambil sebagai sampel.
E. Penentuan Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun
b. Ibu yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas yang telah di tentukan
c. Ibu yang bersedia menjadi responden
d. Ibu yang bisa berkomunikasi dan menjawab pertanyaan
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Ibu yang menolak menjadi responden
b. Ibu yang memiliki anak 9 bulan-15 tahun tidak berdomisili di sekitar wilayah
kerja puskesmas yang telah ditentukan sebagai tempat penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dengan cara melihat data sekunder untuk mendapatkan
data jumlah sasaran ibu yang memiliki anak yang berusia 9 bulan–15 tahun di Kota
Pontianak. Pengumpulan data untuk mendapatkan data mengenai determinan status
imunisasi MR menggunakan data primer. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
digunakan untuk pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan instrumen dengan
metode kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket merupakan sejumlah
69
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner merupakan hasil pengembangan
faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi MR.
Pengolahan data dilakukan dalam 5 tahap yaitu editing, coding, entry data,
cleaning dan describing. Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu
editing. Tahap ini dilakukan untuk menilai kelengkapan data. Peneliti melakukan
pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan pengisian, terbaca dengan jelas,
dan relevan terhadap pertanyaan. Tahapan kedua adalah coding atau pemberian kode
pada setiap jawaban responden. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar
kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
Tabel 3.4
Pemberian Kode
Variabel
Imunisasi MR
Umur ibu
Agama
Kelompok etnis
Coding
0. Imunisasi MR
1. Tidak Imunisasi MR
0. ≥35 tahun
1. <35 tahun
0. Muslim
1. Non-Muslim
0. Pribumi-Nusantara
1.
Pendidikan ibu dan suami
Pengetahuan
Pekerjaan ibu dan suami
Sosial ekonomi
Persepsi
Ketersediaan sarana
Jarak dengan fasilitas kesehatan
0.
1.
0
1
0.
1.
0.
1.
0.
1.
0.
1.
0.
1.
Non Pribumi-Nusantara
Tinggi (Tamatan SMA ke atas)
Rendah (Tamatan SMP ke bawah)
Tinggi
Rendah
Bekerja
Tidak Bekerja
Tinggi (≥ UMR: ≥2.300.000)
Rendah (<UMR: <2.300.000)
≥ Median
< Median
≥ Median
< Median
≥ Median
< Median
70
Dukungan Keluarga
0.
1.
0.
1.
0.
1.
Sikap Petugas Kesehatan
Isyarat untuk Bertindak
≥ Median
< Median
≥ Median
< Median
≥ Median
< Median
Tahapan ketiga adalah entry atau memasukkan data yang telah di kode ke
dalam master tabel atau data base komputer untuk dianalisis dengan menggunakan
program software statistik. Tahapan keempat adalah cleaning yaitu kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui apakah ada
kesalahan yang mungkin dilakukan pada saat memasukan data ke komputer dengan
tabel
distribusi
frekuensi
dan
tahapan
terakhir
adalah
describing
yaitu
menggambarkan atau menerangkan data yang telah selesai diolah komputer dan
selanjutnya diinterpretasikan dalam tabel-tabel.
G. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, kuesioner diisi oleh responden, setelah isi kuesioner
dikembalikan kepada peneliti. Definisi operasional adalah suatu definisi yang ruang
lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti.
71
1. Definisi Operasional
Tabel 3.5
Definisi Operasional
No.
Variabel
1.
Status
Imunisasi MR
2.
Umur ibu
3.
Agama
4.
Kelompok
etnis
5.
Pendidikan ibu
6.
Pendidikan
suami
7.
Pengetahuan
ibu
8.
Pekerjaan ibu
Definisi Operasional
Cara
Ukur
Variabel Dependent
Imunisasi
Measles Mengisi
Rubella yang diberikan
Kuesioner
kepada anak yang berusia
9 bulan-15 tahun
Variabel Independent
Usia responden yang Wawancara,
dihitung
dari
awal Mengisi
kelahiran sampai pada kuesioner,
penelitian ini dilakukan
melihat
0 : dewasa akhir jika KTP
responden berumur > 35
tahun
1 : dewasa awal jika
responden berumur ≤ 35
tahun
Tata
keimanan
atau Wawancara,
(kepercayaan),peribadatan Mengisi
seseorang yang dianut kuesioner,
responden
melihat
KTP
Suku
bangsa
yang Wawancara,
biasanya
berdasarkan Mengisi
keturunan responden yang kuesioner,
dianggap sama
melihat
KTP
Jenjang
pendidikan Wawancara,
formal terakhir yang Mengisi
ditempuh oleh responden kuesioner
0 : tinggi jika tamatan
SMA ke atas
1 : rendah jika tamatan
SMP ke bawah
Jenjang
pendidikan Wawancara,
formal terakhir yang Mengisi
ditempuh oleh suami
kuesioner
Pemahaman yang ibu Mengisi
ketahui tentang imunisasi kuesioner
Measles Rubella (MR)
Kegiatan harian dilakukan Wawancara,
ibu untuk menghasilkan Mengisi
uang tambahan
kuesioner
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Kuesioner
0: Imunisasi MR
1: Tidak
Imunisasi MR
Ordinal
Kuesioner
0 : ≥ 35 tahun
1 : < 35 tahun
Nominal
Kuesioner
0 : Muslim
1 : Non Muslim
Nominal
Kuesioner
0 : Pribumi
1 : NonPribumi
Nominal
Kuesioner
0 : Tinggi
1 : Rendah
Ordinal
Kuesioner
0 : Tinggi
1 : Rendah
Ordinal
Kuesioner
0: Tinggi jika Ordinal
median ≥ 2
1: Rendah <2
Ordinal
0 : Bekerja
1 : Tidak
Bekerja
Kuesioner
72
No.
Variabel
9.
Pekerjaan
suami
10.
Sosial
ekonomi
11.
Persepsi
kerentanan
12.
Definisi Operasional
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Mengisi
kuesioner
Kuesioner
0 : Bekerja
1 : Tidak
Bekerja
Ordinal
Mengisi
kuesioner
Kuesioner
0 : Tinggi
1 : Rendah
Ordinal
Mengisi
kuesioner
Kuesioner
0 : Tinggi jika
median ≥ 8
1 : Rendah jika
median<8
Ordinal
Persepsi
keparahan
Persepsi
responden Mengisi
tentang tingkat keseriusan kuesioner
penyakit
Kuesioner
Ordinal
13.
Persepsi
manfaat
Persepsi
responden Mengisi
tentang keuntungan yang kuesioner
didapat dari perilaku yang
diharapkan
Kuesioner
0 : Tinggi jika
median ≥ 8
1 : Rendah jika
median<8
0 : Tinggi jika
median ≥ 9
1 : Rendah jika
median<9
14.
Persepsi
hambatan
Persepsi
individu Mengisi
terhadap
hambatan kuesioner
yang dialami dalam
melakukan
perilaku
yang diharapkan
Kuesioner
0 : Rendah jika
median ≥ 16
1 : Tinggi jika
median<16
Ordinal
15.
Ketersediaan
sarana
Mengisi
kuesioner
Kuesioner
0 : Tersedia jika
median ≥ 4
1: Tidak tersedia
jika median < 4
Ordinal
Mengisi
kuesioner,
Kuesioner
0 : Dekat jika
median ≥ 3
1 : Jauh jika
median < 3
Ordinal
Mengisi
kuesioner
Kuesioner
0:Mempengaruhi
jika median ≥2
1:Tidak
Mempengaruhi
jika median <2
Ordinal
16.
17.
Kegiatan yang dilakukan
kepala keluarga untuk
mendapatkan uang dalam
memenuhi kebutuhan
Penghasilan
yang
didapatkan
keluarga
sesuai dengan UMR kota
Pontianak
0 : tinggi diatas UMR
1 : rendah dibawah UMR
Persepsi
responden
tentang
kerentanan
dirinya untuk penyakit
tersebut
Cara
Ukur
Suatu keadaan yang
menggambarkan bahwa
ketersediaan sarana dan
prasarana
dalam
melakukan imunisasi
Jarak
ke Keterjangkauan dengan
fasilitas
tempat
pelaksanaan
kesehatan
imunisasi
(puskesmas/
posyandu)
0: terjangkau menurut
responden
1: tidak terjangkau
menurut reponden
Sikap petugas
Respon petugas kesehatan
kesehatan
terhadap imunisasi MR
dan dalam memberikan
pelayanan ke responden
Ordinal
73
No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
0: Mendukung
jika median ≥ 3
1:Tidak
mendukung jika
median < 3
0: Memperoleh
informasi
jika
median ≥ 2
1:Tidak
memperoleh
informasi
jika
median < 2
Ordinal
18.
Dukungan
keluarga
Dukungan yang diberikan Mengisi
oleh keluarga terdekat kuesioner
misalnya suami, mertua
Kuesioner
19.
Isyarat untuk
bertindak
Hal-hal
yang Mengisi
menggerakkan
orang kuesioner
untuk merubah perilaku
responden
Kuesioner
Ordinal
2. Uji Coba Instrument
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahan untuk instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data
variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Suatu pertanyaan
dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika
koefisien score dan skala ordinal (tingkatan) yang digunakan korelasi
dengan produk moment dengan rumus :
r
xy

N  XY -  X Y
N  X 2 -  X 2 N X 2 -  X 2 

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05, maka kaidah keputusannya, yaitu:
Valid
:jika rhitung > rtabel
Tidak valid
: jika rhitung < rtabel
74
2) Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010).
Untuk menghitung reliabilitas instrumen ini, peneliti menggunakan
metode Cronbach’s Alpha. Perhitungan uji reliabilitas ini dilakukan
dengan bantuan komputer dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha.
Menurut Arikunto (2010) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi
nilai Cronbach’s Alpha> (konstanta). Adapun rumusnya sebagai
berikut:


k

2 

Si 
 k 
i 1

1 


2
 k  1
stotal



Keterangan :
α = Reliabilitas instrument
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
k
S
i 1
2
i
2
Stotal
= Jumlah varian butir
= Variasi Total
75
3. Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dan
deskriptif. Analisa data deskriptif dibagi menjadi tiga, yaitu analisa deskriptif
univariat, analisa deskriptif bivariate dan analisa multivariate.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk
menggambarkan karakteristik variabel dependent dan independent responden.
Data
variabel
yang
diperoleh
disajikan
dalam
bentuk
tabel
dan
diinterprestasikan berdasarkan hasil yang telah diperoleh peneliti.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariate digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent dengan menggunakan analisis uji chi
square. Melalui uji statistic chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua
variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p≤0,05 yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p
> 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
c. Analisa Multivariat
Analisis multivariate merupakan teknik analisis pengembangan dari
analisa bivariate. Analisis multivariate bertujuan untuk melihat/mempelajari
hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independent dengan satu
atau beberapa variabel dependent (umumnya satu variabel dependent).
76
Analisis data dengan variabel lebih dari dua, mencari pengaruh masing-masing
variabel terikat serta mencari manakah variabel bebas yang paling berpengaruh
terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji analisis regresi logistic berganda
dengan permodelan enter. Penggunaan analisis regresi logistic dalam
penelitian ini disebabkan karena skala pengukuran variabel bebas dan terikat
adalah kategori (ordinal) dan distribusinya yang belum tentu normal.
Mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka
dilakukan uji statistic regresi logistik dengan perhitungan analisa data yang
dilakukan dengan program computer, dengan derajat kemaknaan p ≤0,05.
Model binary logistic adalah model regresi yang memiliki variabel dependent
berupa data kategori, sedangkan variabel independent berupa data numeric.
Data kategori pada variabel dependent kemudian diberi nilai 0 dan 1. Setiap
nilai dugaan dari variabel independent terhadap variabel dependent dinyatakan
dalam nilai probabilitas (p).
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam analisa regresi
logistic adalah sebagai berikut :
1) Menentukan variabel bebas yang mempunyai nilai p≤0,05 dalam hubungan
dengan variabel terikat yaitu dengan uji Chi-square.
2) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria nomor 1 diatas kemudian masuk
ke dalam model regresi logistic bivariate untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing masing variabel terhadap variabel terikat. Untuk variabel
bebas yang mempunyai nilai p≤0,25 masuk ke dalam nomor 3.
77
3) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria 2 di atas kemudian dimasukkan
ke dalam regresi logistik multivariate untuk mempengaruhi bersama sama
antar variabel bebas dan variabel dengan model enter dan
4) Di dalam bidang penentuan model yang cocok dilakukan dengan melihat
nilai dari Wlad statistic untuk masing-masing variabel bebas yang tidak
cocok (p≥0,05) dengan Exp(β) ≥2.
4. Penyajian Data
a. Naratif (Tekstular)
Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari pengambilan
sampel, pelaksanan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang berupa
informasi dari pengumpulan data tersebut.
b. Tabel
Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan berbentuk
angka. Data disusun dalam baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan gambaran.
H. Metode Kualitatif
Metode kualitatif digunakan karena penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang ditujukan untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang
akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam (Hidayati 2016).
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam
mengenai Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak. Untuk memudahkan
78
studi maka penulis membuat matriks tentang penelitian tersebut yang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.6
Kriteria Informan
No
1.
2.
3.
Informan
Ibu
Keluarga ibu
Penanggung
jawab imunisasi
Kriteria
Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun
(belum sekolah) yang tidak memberikan anaknya
imunisasi MR
Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun
(anak sekolah) yang tidak memberikan anaknya
imunisasi MR
Jumlah
5 orang
Suami, orang tua, mertua atau keluarga lain dari ibu
Orang yang memiliki tanggung jawab dalam
pelaporan hasil cakupan program imunisasi MR
Jumlah
5 orang
1 orang
5 orang
16 orang
Tabel 3.7
Matriks informan
No
1.
Informan Kunci dan
Pendukung
Ibu yang memiliki anak
usia 9 bulan-15 tahun
2.
Keluarga ibu
3.
Bidan
Tema Pertanyaan
Metode
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Jarak ke fasilitas kesehatan
Persepsi
Ketersediaan sarana
Isyarat untuk bertindak
Dukungan yang diberikan terhadap ibu
Persepsi imunisasi MR
Wawancara Mendalam dan
Dokumentasi
1. Sikap
petugas
kesehatan
dalam
meningkatkan cakupan imunisasi MR
2. Tantangan
yang
dihadapi
dalam
meningkatkan cakupan imunisasi MR
Wawancara Mendalam dan
Dokumentasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
Wawancara Mendalam dan
Dokumentasi
Informan yang dijadikan responden dalam penelitian kualititatif sama
dengan responden dalam penelitian kuantitatif. Hal ini dikarenakan penelitian
kualitatif hanya digunakan untuk melengkapi hasil dari penelitian kuantitatif
sehingga hasil penelitian kualitatif sebagai pendukung penelitian.
79
1. Teknik dan Instrumen Penelitian Kualitatif
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data untuk penelitian ini adalah :
a. Panduan wawancara mendalam
Panduan wawancara mendalam berisikan panduan pertanyaan yang
ditujukan kepada subjek penelitian, untuk mengetahui gambaran yang
berhubungan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019.
b. Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber
data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut :
1) Buku Catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber
data.
2) Tape Recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan pengunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi
tahu kepada informan apakah diperbolehkan atau tidak.
3) Camera: Untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan atau sumber data (Sugiyono, 2013).
2. Teknik dan Pengolahan Analisa Data Kualitatif
Pengolahan data penelitian yang digunakan adalah :
a. Mengumpulkan data hasil wawancara dengan informan.
b. Membuat catatan atau tabel hasil wawancara.
80
c. Data diolah sesuai variabel yang tercakup dalam penelitian dengan metode
induksi yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal umum
yang kemudian dilaporkan dalam bentuk narasi.
d. Bentuk wawancara dibuat dalam bentuk transkrip yang kemudian dilakukan
analisis isi (analisis content) berupa narasi, pemadatan dan interpretasi
dengan selalu kembali melihat field notes (catatan lapangan), hasil
wawancara serta kembali ke lapangan untuk memperjelas kesimpulan.
Teknik analisa data dilakukan dengan :
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
yang muncul dilapangan dengan langkah membuang atau mengurangi data
yang tidak perlu seperti membuang data wawancara yang sama antar
informan, menyederhanakan dari wawancara dan dokumentasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dimaksudkan sebagai proses analisis untuk merakit
temuan data lapangan. Data yang diperoleh setelah disederhanakan disajikan
dalam bentuk gambaran dskriptif berupa kutipan wawancara.
c. Verifikasi Data
Verifikasi data atau menarik kesimpulan adalah suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan dibuat berdasarkan pada pemahaman
81
terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan
mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang teliti.
Kesimpulan disertakan pada hasil wawancara yang telah disajikan (Hidayat,
2011).
3. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan data dalam penelitian yang dimaksudkan untuk
melihat kredibilitas dan reliabitas dari hasil penelitian.
a. Kredibilitas
1) Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Cara tersebut maka kepastian data dan
uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Meningkatkan ketekunan adalah dengan membaca berbagai referensi buku
maupun hasil peneltiian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti (Sugiono, 2013).
2) Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang akan
digunakan sebagai bentuk teknik pemeriksaan yaitu triangulasi melalui
metode, sumber data dan triangulasi teori (Moleong, L.J, 2012).
82
a) Triangulasi sumber berarti membandingkan data dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
b) Triangulasi metode yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c) Triangulasi teori berarti memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan dan membantu
mengurangi bias dalam pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan
suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara
lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis
lain. Triangulasi teori dalam penelitian ini yaitu hasil interpretasi data
kualitatif untuk meningkatkan krediabilitas data maka perlu penjelasan
banding dalam hal ini pembanding atau pendukung hasil interpretasi data
kualitatif tersebut (Lexy J.Moloeong, 2012).
d) Menggunakan bahan referensi yaitu adanya bahan pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti seperti data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara sehingga
data yang didapat mejadi kredibel atau lebih dipercaya (Sugiono, 2013).
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan metode.
Triangulasi dengn metode berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
83
yang berbeda. Triangulasi dengan sumber ini akan dilaksanakan dengan cara
mendalam kepada informan.
Tujuan triangulasi dengan sumber ini yaitu untuk membandingkan
data dari subjek/responden yang berbeda. Sedangkan tujuan triangulasi
metode adalah pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu yaitu wawancara
mendalam (indepth interview) dan ada juga dengan dokumentasi. Selain itu,
penelitian ini juga menggunakan bahan referensi yaitu dengan foto hasil dari
observasi dan wawancara sebagai bahan referensi serta pencatatan hasil
lapangan.
b. Reliabilitas
Reliabilitas dilakukan melalui cara audit trail (penelusuran audit). Cara
ini digunakan untuk mencapai objektivitas suatu penelitian, sebuah cara untuk
menjamin penelitian kualitatif.
Reliabilitas (keterandalan) pada penelitian kualitatif dapat dicapai
dengan melakukan auditing data. Proses auditing dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mendengarkan selama beberapa kali rekaman audio oleh orang yang
berbeda atau sama.
2) Mempelajari transkrip berulang-ulang yang dilakukan oleh orang yang
sama atau berbeda setiap data atau informasi yang diperoleh dianalisis
secara terus menerus untuk mengetahui maknanya dan dihubungkan
dengan masalah penelitian. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaaan
84
prosedur yang dapat dipercaya sehingga akan menghasilkan data yang
menyeluruh dan objektif.
I. Hipotesis Statistik
Hasil
kemaknaan perhitungan statistik dilihat
menggunakan batas
kemaknaan 95%, jika p-value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang berarti H0
ditolak atau ada hubungan / perbedaan. Tetapi jika p-value > 0,05 maka hasilnya
tidak bermakna yang artinya H0 gagal tolak atau tidak ada hubungan / perbedaan
(Swarjana, 2016).
1. Hipotesis Nol (H0)
a. Tidak ada hubungan umur dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
b. Tidak ada hubungan agama dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
c. Tidak ada hubungan kelompok etnis dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
d. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
e. Tidak ada hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
f. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
85
g. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
h. Tidak ada hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
i. Tidak ada hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
j. Tidak ada hubungan persepsi (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan
hambatan) dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019
k. Tidak ada hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
l. Tidak ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR
di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
m. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
n. Tidak ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
o. Tidak ada hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan umur dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019
86
b. Ada hubungan agama dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
c. Ada hubungan kelompok etnis dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
d. Ada hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
e. Ada hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
f. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
g. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
h. Ada hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
i. Ada hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
j. Ada hubungan persepsi (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan
hambatan) dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019
k. Ada hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
l. Ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
87
m. Ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
n. Ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
o. Ada hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Dinas Kesehatan (dinkes) daerah/wilayah Kota Pontianak, Kalimantan Barat
merupakan instansi yang bertanggungjawab mengenai kesehatan. Dinkes Kota
Pontianak memiliki tugas untuk merumusan kebijakan bidang kesehatan,
melaksanaan kebijakan bidang kesehatan, melaksanaan evaluasi dan pelaporan
bidang kesehatan, melaksanaan administrasi Dinas Kesehatan, dan melaksanaan
fungsi lain yang terkait dengan urusan kesehatan.
Selain fungsi-fungsi tersebut, melalui kantor dinas kesehatan ini juga
pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan kesehatan, penyuluhan
hidup sehat dengan olahraga dan kesehatan jiwa bagi masyarakat serta keluarga.
Dinas kesehatan ini juga bertugas sebagai penjamin dan pengawas fasilitas kesehatan
di wilayah kerjanya, baik rumah sakit, alat kesehatan, obat-obatan, dokter, klinik,
apotek dan sebagainya.
1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
a. Visi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Adapun visi Dinas Kesehatan Kota Pontianak adalah : “Masyarakat
Pontianak Sehat, Prima dalam Pelayanan, Mandiri dan Berkeadilan Tahun
2019 ”
1) Pontianak Sehat adalah gambaran masyarakat Kota Pontianak yang
memiliki kemandirian yang meliputi kesadaran, kemampuan, kemapanan
88
89
untuk hidup sehat dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata dalam lingkungan yang sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga memiliki derajat kesehatan
yang optimal.
2) Prima dalam Pelayanan, mempunyai pengertian bahwa pelayanan kesehatan
sebagai pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah didasarkan atas
pemenuhan standar pelayanan prima serta mengedepankan efektifitas,
efisiensi dan kepuasan masyarakat. Dalam pengertian ini pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan prasarana dan SDM
yang sesuai standar, merata, ramah dan bersahabat.
3) Mandiri, mempunyai pengertian bahwa masyarakat Kota Pontianak
memiliki kemauan dan kasadaran melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat di seluruh tatanan secara inisiatif. Masyarakat juga memiliki inisiatif
untuk mengikuti semua program kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
4) Berkeadilan, mempunyai pengertian bahwa semua masyarakat Kota
Pontianak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan tanpa membedakan suku, agama, jenis kelamin, status sosial,
serta tidak adanya stigma di masyarakat terhadap penyakit yang diderita
kelompok tertentu.
90
b. Misi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Adanya pernyataan misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan
programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang. Misi
Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2019 adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan Pelayanan Administrasi, Akuntabilitas Kinerja dan
Keuangan serta Profesionalisme SDM
2) Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
3) Meningkatkan Lingkungan Sehat
4) Mewujudkan Kemandirian Masyarakat dalam Hidup Sehat
5) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Prima, Merata dan
Berkeadilan
Misi ini ditetapkan dalam rangka mewujudkan peningkatan pelayanan
kesehatan Masyarakat di Kota Pontianak.
2. Tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Adapun rumusan tujuan di dalam Perencanaan Strategis Perubahan Dinas
Kesehatan Kota Pontianak adalah :
a. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar
b. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Sasaran
Sasaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam rangka memberikan
pelayanan terdiri dari dua sub bagian, adapun sebagai berikut :
91
a. Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar didalam Rencana
Strategis Perubahan Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019
mempunyai Indikator Sasaran, yaitu :
1) Angka Kematian Ibu 60 per 100.000 Kelahiran Hidup pada Tahun 2019
2) Angka Kematian Bayi 10 per 1000 Kelahiran Hidup pada Tahun 2019
3) Prevalensi Kekurangan Gizi (Underweight) pada Anak Balita < 12% pada
Tahun 2019
4) Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Anak Bawah Dua
Tahun < 28% pada Tahun 2019
5) Persentase FKTP yang memenuhi Persyaratan sesuai Standar 100% pada
Tahun 2019
6) Menurunnya Kesakitan Penderita DBD < 49 per 100.000 Penduduk pada
Tahun 2019
7) Menurunnya Kesakitan Penderita HIV < 0,01 % Penduduk pada Tahun
2019
b. Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan di dalam
Rencana Strategis Perubahan Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2015 2019 mempunyai indikator sasaran yaitu:
8) Persentase Rumah Sakit di Kota Pontianak yang Terakreditasi 75% pada
tahun 2019.
92
Tabel 4.1
Keterkaitan (Interelasi) Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran Rencana Strategis Tahun
2015 – 2019 Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Misi : Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat
No
1.
2.
Tujuan
Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan Dasar
Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
Rujukan
Sasaran
Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan Dasar
Meningkatnya
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
Rujukan
Indikator
Sasaran
Satuan
Target Kinerja (Tahun)
2015
2016
2017
2018
2019
Angka Kematian
Ibu (AKI)/
100.000
Kelahiran Hidup
Per
100.000
KH
60,9
60
60
60
60
Angka Kematian
Bayi (AKB) per
1000 Kelahiran
Hidup
Per 1000
KH
18
17
12
11
10
%
15
15
15
15
<12
%
32
31
30
29
<28
%
NA
NA
90
100
100
Per
100.000
Penduduk
%
Penduduk
<49
<49
<49
<49
<49
<0.02
<0,015
<0,01
30
50
75
Prevalensi
kurang
gizi
(Underweight)
pada Balita
Prevalensi
Stunting (Pendek
dan
Sangat
Pendek)
pada
Anak
Bawah
Dua Tahun
Persentase FKTP
yang memenuhi
Persyaratan
sesuai Standar
Menurunnya
Kesakitan
Penderita DBD
Menurunnya
Kesakitan
Penderita HIV
Persentase
Rumah Sakit di
Kota Pontianak
Terakreditasi
%
NA
NA
%
15
93
4. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Kasubag Umum
dan Aparatur
KA Bidang Pelayanan
Kesehatan dan Kefarmasian
Kasubag Perencanaan
Dan Keuangan
KA Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dan
Penyehat Lingkungan
KA Seksi
Pencegahan
Penyakit
KA Seksi Pelayanan
Kesehatan
KA Seksi Kefarmasian
dan Perbekalan
Kesehatan
KA Seksi
Pengendalian
Penyakit
KA Seksi Sistem
Informasi, Sarana Dan
Prasarana Kesehatan
Ka Bidang Bina
Kesehatan
Masyarakat
KA Seksi Kesehatan
Ibu, Anak Dan
Reproduksi
KA Seksi Promosi
Kesehatan Dan
Pemberdayaaan
Masyarakat
KA Seksi
Penyehat
Lingkungan
UPTD
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
KA Seksi Gizi
94
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian digambarkan sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat akan menjelaskan distribusi Frekuensi status imunisasi
Measles Rubella (MR) sebagai variabel dependen dengan semua variabel
independen yakni umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan
suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi,
ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas
kesehatan, dan isyarat untuk bertindak.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Analisis Univariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella)
di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Variabel
Status Imunisasi
Imunisasi
Tidak Imunisasi
Umur
≥35 tahun
<35 tahun
Agama
Muslim
Non-Muslim
Kelompok Etnis
Pribumi-Nusantara
NonPribumi-Nusantara
Pendidikan
Tinggi
Rendah
Pendidikan Suami
Tinggi
Rendah
Pengetahuan
Tinggi
Rendah
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Pekerjaan Suami
Bekerja
Tidak Bekerja
Frekuensi
Persentase (%)
174
139
55,60
44,40
166
147
53,00
47,00
233
80
74,40
25,60
295
18
94,20
5,80
162
151
51,80
48,20
151
162
48,20
51,80
206
107
65,80
34,20
87
226
27,80
72,20
297
16
94,90
5,10
95
Sosial Ekonomi
Tinggi
Rendah
Persepsi Kerentanan
Tinggi
Rendah
Persepsi Keparahan
Tinggi
Rendah
Persepsi Manfaat
Tinggi
Rendah
Persepsi Hambatan
Rendah
Tinggi
Ketersediaan Sarana
Tersedia
Tidak Tersedia
Jarak ke Fasilitas Kesehatan
Terjangkau
Tidak terjangkau
Sikap Petugas Kesehatan
Mempengaruhi
Tidak Mempengaruhi
Dukungan Keluarga
Mendukung
Tidak mendukung
Isyarat untuk Bertindak
Memperoleh Informasi
Tidak Memperoleh Informasi
Total
147
166
47,00
53,00
160
153
51,10
48,90
250
63
79,90
20,10
200
113
63,90
36,10
162
151
51,80
48,20
249
64
79,60
20,40
254
59
81,20
18,80
240
73
76,70
23,30
156
157
49,80
50,20
226
87
313
72,20
27,80
100
Sumber : Data Primer,2019
Hasil analisis berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa bahwa dari 313
responden terdapat 174 (55,60%) memberikan anaknya imunisasi MR. Responden
berumur ≥ 35 tahun sebanyak 166 (53,00%). Responden beragama islam
sebanyak 233 (74,40%). Responden merupakan orang Indonesia asli 295
(94,20%). Responden berpendidikan tinggi (SMA-Sarjana) sebanyak 162
(51,80%). Suami responden berpendidikan rendah (SMP-tidak sekolah) sebanyak
162 (51,80%). Responden berpengetahuan tinggi sebanyak 206 (65,80%).
Responden tidak bekerja sebanyak 226 (72,20%). Suami responden bekerja
sebanyak 297 (94,90%). Responden berpendapatan rendah (<UMR) sebanyak
96
166 (53,00%). Responden memiliki persepsi kerentanan tinggi sebanyak 160
(51,10%). Responden memiliki persepsi keparahan tinggi sebanyak 250 (79,90%).
Responden memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 200 (63,90%). Responden
memiliki persepsi hambatan rendah sebanyak 162 (51,80%). Responden
menyatakan imunisasi tersedia sebanyak 249 (79,60%). Responden menyatakan
jarak ke fasilitas kesehatan terjangkau sebanyak 254 (81,20%). Responden
menyatakan dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam imunisasi MR
sebanyak 240 (76,70%). Responden menyatakan keluarga tidak mendukung
imunisasi MR sebanyak 157 (50,20%). Responden menyatakan memperoleh
informasi seputar imunisasi MR sebanyak 226 (72,20%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independent yang meliputi umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu,
pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial
ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga,
sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak dengan variabel dependent
yaitu status imunisasi MR. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square.
Hasil analisis bivariat dijelaskan pada table 4.3 .
97
Tabel 4.3
Analisis Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019
Variabel
Umur Ibu
≥ 35 tahun
<35 tahun
Total
Agama Ibu
Muslim
Nonmuslim
Total
Kelompok etnis
Pribumi-Nusantara
NonPribumi-Nusantara
Total
Pendidikan Ibu
Tinggi
Rendah
Total
Pendidikan Suami
Tinggi
Rendah
Total
Pengetahuan Ibu
Tinggi
Rendah
Total
Pekerjaan Ibu
Bekerja
Tidak bekerja
Total
Pekerjaan Suami
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Sosial ekonomi
Tinggi
Rendah
Total
Persepsi Kerentanan
Tinggi
Rendah
Total
Persepsi Keparahan
Tinggi
Rendah
Total
Status Imunisasi
Imunisasi
Tidak Imunisasi
n
%
N
%
Total
N
%
p
Value
PR
CI (95%)
97
77
174
58,40
52,40
55,60
69
70
139
41,60
47,60
44,40
166
147
313
100
100
100
0,336
1,28
0,82-2,00
131
43
174
56,20
53,80
55,60
102
37
139
43,80
35,50
44,40
233
80
313
100
100
100
0,800
1,11
0,66-1,84
162
12
174
54,90
66,70
55,60
133
6
139
45,10
33,30
44,40
295
18
313
100
100
100
0,465
0,61
0,22-1,67
105
69
174
64,80
45,70
55,60
57
82
139
35,20
54,30
44,40
162
151
313
100
100
100
0,001
2,19
1,40-3,50
94
80
174
62,30
49,40
55,6
57
82
139
37,70
50,60
44,4
190
123
313
100
100
100
0,030
1,69
1,08-2,65
102
72
174
49,50
67,30
55,60
104
35
139
50,70
32,40
44,40
205
108
313
100
100
100
0,004
0,478
0,29-0,78
53
121
174
60,90
53,50
55,60
34
105
139
39,10
46,50
44,40
87
226
313
100
100
100
0,294
1,35
0,82-2,24
167
7
174
56,20
43,80
55,60
130
9
139
43,80
56,2
44,4
297
16
313
100
100
100
0,471
1,65
0,60-4,53
98
76
174
64,90
46,90
55,60
53
86
139
35,10
71,90
44,4
151
162
313
100
100
100
0,002
2,09
1,33-3,30
103
71
174
64,40
46,40
55,6
57
82
139
35,60
53,60
44,40
160
153
313
100
100
100
0,002
2,09
1,33-3,28
153
21
174
61,20
33,30
55,60
97
42
139
38,80
66,70
44,40
250
63
313
100
100
100
0,000
3,16
1,76-5,65
98
Persepsi Manfaat
Tinggi
Rendah
Total
Persepsi Hambatan
Rendah
Tinggi
Total
Ketersediaan Sarana
Tersedia
Tidak Tersedia
Total
Jarak ke Faskes
Terjangkau
Tidak terjangkau
Total
Dukungan Keluarga
Mendukung
Tidak mendukung
Total
Sikap Petugas Kesehatan
Mempengaruhi
Tidak mempengaruhi
Total
Isyarat untuk Bertindak
Memperoleh informasi
Tidak Memperoleh
Informasi
Total
144
30
174
72,00
26,50
55,6
56
83
139
28,00
73,50
44,4
200
113
313
100
100
100
105
69
174
64,80
45,70
55,6
57
82
139
35,20
54,30
44,4
162
151
313
100
100
100
146
28
174
58,60
43,80
55,6
103
36
139
41,40
56,20
44,4
249
64
313
100
100
100
144
30
174
56,70
50,80
55,60
110
29
139
43,30
49,20
44,40
254
59
313
100
100
100
98
76
174
62,80
48,40
55,60
58
81
139
37,20
51,60
44,40
156
157
313
162
12
174
67,50
16,40
55,6
78
61
139
32,50
83,60
44,40
147
27
65,00
31,00
79
60
174
55,60
139
0,000
7,14
4,23-11,96
0,001
2,19
1,39-3,45
0,046
1,82
1,05-3,18
0,504
1,27
0,72-2,23
100
100
100
0,014
1,80
1,15-2,83
240
73
313
100
100
100
0,000
10,56
5,37-20,74
35,00
69,00
226
87
100
0,000
4,14
2,43-7,03
44,40
313
100
100
Sumber : Data Primer,2019
Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa:
1) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berusia ≥
35 tahun sebanyak 97 orang (58,40%) dibandingkan dengan responden yang
berusia <35 tahun sebanyak 77 orang (52,40%). Hasil uji statistik dengan uji
Chi-Square diperoleh nilai p (0,336)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna
antara umur ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
2) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
beragama muslim sebanyak 131 orang (56,20%) dibandingkan dengan
responden yang beragama nonmuslim <35 tahun sebanyak 43 orang
99
(53,80%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,800)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang
artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara agama ibu dengan status
imunisasi MR anaknya.
3) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
kelompok etnis pribumi sebanyak 162 orang (54,90%) dibandingkan dengan
responden yang kelompok etnis nonpribumi sebanyak 12 orang (66,70%).
Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,465)>α (0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara kelompok etnis ibu dengan status imunisasi
MR anaknya.
4) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
berpendidikan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%) dibandingkan dengan
responden yang berpendidikan rendah sebanyak 69 orang (45,70%). Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil
analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-3,50) yang
artinya, responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan
responden yang berpendidikan tinggi.
5) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden
yang
suaminya berpendidikan tinggi sebanyak 94 orang (62,30%) dibandingkan
100
dengan suami responden yang berpendidikan rendah sebanyak 80 orang
(49,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,030)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi
MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,69 (95% CI:
1,08-2,65) yang artinya, suami responden yang berpendidikan rendah
memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,690 kali lebih
besar dibandingkan suami responden yang berpendidikan tinggi.
6) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
berpengetahuan tinggi sebanyak 102 orang (49,50%) dibandingkan dengan
responden yang berpendidikan rendah sebanyak 72 orang (67,30%). Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,004)<α (0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 0,48 (95% CI: 0,29-0,78)
yang artinya, responden yang berpengetahuan rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 0,52 kali lebih besar dibandingkan
responden yang berpengetahuan tinggi.
7) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang tidak
bekerja sebanyak 121 orang (53,50%) dibandingkan dengan responden yang
bekerja sebanyak 53 orang (60,90%). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare diperoleh nilai p (0,294)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan
101
bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
8) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
suaminya bekerja sebanyak 167 orang (56,20%) dibandingkan dengan
responden yang tidak bekerja sebanyak 7 orang (43,80%). Hasil uji statistik
dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,471)<α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara pekerjaan suami ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
9) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang sosial
ekonominya tinggi sebanyak 98 orang (64,90%) dibandingkan dengan
responden yang sosial ekonomi rendah sebanyak 76 orang (46,90%). Hasil
uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan
yang bermakna antara sosial ekonomi dengan status imunisasi MR anaknya.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,30)
yang artinya, responden yang sosial ekonomi rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan
responden yang sosial ekonomi tinggi.
10) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki
persepsi kerentanan tinggi sebanyak 103 orang (64,40%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah sebanyak 71
orang (46,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,002)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
102
ada hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dengan status
imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09
(95% CI: 1,33-3,28) yang artinya, responden yang memiliki persepsi
kerentanan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya
sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi
kerentanan tinggi.
11) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki
persepsi keparahan tinggi sebanyak 153 orang (61,20%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki persepsi keparahan rendah sebanyak 21
orang (33,30%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status
imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 3,16
(95% CI: 1,73-5,65) yang artinya, responden yang memiliki persepsi
keparahan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar
3,16 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi
keparahan tinggi.
12) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki
persepsi manfaat tinggi sebanyak 144 orang (72,00%) dibandingkan dengan
responden yang memiliki persepsi manfaat rendah sebanyak 30 orang
(26,50%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status
103
imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 7,14
(95% CI: 4,23-11,96) yang artinya, responden yang memiliki persepsi
manfaat rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar
7,14 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi
manfaat tinggi.
13) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki
persepsi hambatan rendah sebanyak 105 orang (64,80%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 69 orang
(45,70%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,001)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status
imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19
(95% CI: 1,39-3,45) yang artinya, responden yang memiliki persepsi
hambatan tinggi memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar
2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi
hambatan rendah.
14) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
menjawab tersedia sarana imunisasi MR sebanyak 146 orang (58,60%)
dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak tersedianya sarana
imunisasi MR sebanyak 28 orang (43,80%). Hasil uji statistik dengan uji
Chi-Square diperoleh nilai p (0,046)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi
keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut
104
diperoleh nilai PR = 1,82 (95% CI: 1,05-3,18) yang artinya, responden yang
menjawab tidak tersedianya sarana imunisasi MR memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,82 kali lebih besar dibandingkan
responden yang menjawab tersedianya sarana imunisasi MR.
15) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
menjawab terjangkau jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 144 orang
(56,70%) dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak terjangkau
jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 30 orang (50,80%). Hasil uji statistik
dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,504)>α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya.
16) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki
dukungan keluarga sebanyak 98 orang (62,80%) dibandingkan dengan
responden yang menjawab tidak memiliki dukungan keluarga sebanyak 76
orang (48,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p
(0,014)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan status
imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,80
(95% CI: 1,15-2,83) yang artinya, responden tidak memilki dukungan
keluarga memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,80 kali
lebih besar dibandingkan responden yang memiliki dukungan keluarga.
17) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan sebanyak 162 orang (67,50%)
105
dibandingkan dengan responden yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas
kesehatan sebanyak 12 orang (16,40%). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap
petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih
lanjut diperoleh nilai PR = 10,56 (95% CI: 5,34-20,74) yang artinya,
responden tidak dipengaruhi sikap petugas kesehatan memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 10,56 kali lebih besar dibandingkan
responden yang dipengaruhi sikap petugas kesehatan.
18) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 147 orang
(65,00%) dibandingkan dengan responden yang tidak memperoleh informasi
sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 27 orang (31,00%). Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR
anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 4,14 (95% CI:2,437,03) yang artinya, responden tidak memperoleh informasi sebagai isyarat
untuk bertindak memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar
4,14 kali lebih besar dibandingkan responden yang memperoleh informasi
sebagai isyarat untuk bertindak.
106
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat variabel
independen mana yang paling dominan berhubungan dengan status imunisasi MR
di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat dengan menggunakan analisis
regresi logistik ganda model binary logistic.
a. Seleksi Bivariat
Masing-masing variable independen dilakukan analisis bivariate
dengan variabel dependen. Analisis bivariate menghasilkan nilai p-value<0,25
maka variabel tersebut masuk sebagai variabel kandidat multivariat, jika
analisis
bivariate menghasilkan
p-value>0,25
maka variable tersebut
dikeluarkan, namun secara substansi penting, maka variabel tersebut dapat
dimasukkan dalam model multivariat. Seleksi bivariate menggunakan uji
regresi logistik sederhana.
Tabel 4.4
Hasil Seleksi Bivariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Variabel
Umur Ibu
Agama Ibu
Kelompok Etnis Ibu
Pendidikan Ibu
Pendidikan Suami
Pengetahuan Ibu
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Suami
Sosial ekonomi
Persepsi Kerentanan
Persepsi Keparahan
Persepsi Manfaat
Persepsi Hambatan
Ketersediaan Sarana
Jarak ke Faskes
Dukungan keluarga
Sikap Petugas Kesehatan
Isyarat untuk Bertindak
Nilai p-value
Kandidat
0,336 (>0,25)
0,800 (>0,25)
0,465 (>0,25)
0,001 (<0,25)
0,030 (<0,25)
0,004 (<0,25)
0,294 (>0,25)
0,471 (>0,25)
0,002 (<0,25)
0,002 (<0,25)
0,000 (<0,25)
0,000 (<0,25)
0,001 (<0,25)
0,046 (<0,25)
0,504 (<0,25)
0,014 (<0,25)
0,000 (<0,25)
0,000 (<0,25)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
107
Tabel 4.4 menunjukkan ada 12 variabel yang masuk sebagai kandidat
multivariat yang memiliki nilai p value <0,25 yaitu variabel pendidikan ibu
(P−value:0,001), pendidikan suami (P−value:0,030), pengetahuan ibu
P−value:0,004), sosial ekonomi (P−value:0,002), persepsi kerentanan
(P−value:0,002), persepsi keparahan (P−value:0,000), persepsi manfaat
(P−value:0,000), persepsi hambatan (P−value:0,001), ketersediaan sarana
(P−value:0,046),
dukungan
keluarga
(P−value:0,014),
sikap
petugas
kesehatan (0,000), dan isyarat untuk bertindak (P−value:0,000).
b. Pemodelan Awal Multivariat
Analisis awal multivariat dilakukan terhadap variabel yang masuk
sebagai variabel kandidat multivariat pada seleksi bivariat. Menghasilkan
model awal analisis multivariat kemudian di analisis multivariat dan di lihat
jika variabel independen di dapatkan nilai p value < 0,05 maka dimasukan ke
dalam model multivariat tetapi jika p value > 0,05 di keluarkan dari analisis
multivariat. Variabel dikeluarkan secara bertahap mulai dari variabel yang
mempunyai p value terbesar dan dikontrol perubahan PRnya. Perubahan PR ≥
10% pada saat variabel dikeluarkan maka variabel di masukkan kembali ke
dalam model, jika didapatkan perbedaan PR < 10% maka variabel dikeluarkan
dari pemodelan.
108
Tabel 4.5
Model Awal Multivariat
Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019
Variabel
B
Pendidikan ibu
Pendidikan suami
Pengetahuan
Sosial ekonomi
Persepsi kerentanan
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Ketersediaan sarana
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
0,495
0,175
-0.623
1,660
0,475
1,401
1,980
1,049
0,427
-1,925
2,296
0,924
-2,823
S.E.
Wald
0,310
0,327
0,339
0,524
0,318
0,397
0,341
0,403
0,377
0,580
0,458
0,386
0,421
2,550
0,287
3,381
10,018
2,238
12,461
33,625
6,774
1,283
11,014
25,143
5,728
45,075
Df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig.
0,110
0,592
0,066
0,002
0,135
0,000
0,000
0,009
0,257
0,001
0,000
0,017
0,000
Exp (B)
1,641
1,191
0,536
5,259
1,609
4,059
7,244
2,855
1,533
0,146
9,934
2,520
0,059
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,894
3,014
0,628
2,260
0,276
1,042
1,881
14,701
0,863
2,999
1,865
8,834
3,709
14,146
1,296
6,290
0,732
3,210
0,047
0,455
4,049
24,370
1,182
5,373
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas telah di dapatkan model awal analisis
multivariat kemudian di analisis multivariat dan di lihat jika variabel
independen di dapatkan nilai p value < 0,05 maka di masukan ke dalam model
multivariat tetapi jika p value>0,05 di keluarkan dari analisis multivariat. Dari
hasil analisis, menunjukan 5 variabel yang mempunyai p value > 0,05 yaitu
pendidikan ibu (p value: 0,110), pendidikan suami (p value: 0,592),
pengetahuan (p value: 0,066), persepsi kerentanan (p value: 0,135), dan
ketersediaan sarana (p value: 0,257).
Pemodelan selanjutnya dengan mengeluarkan variabel yang memiliki
P−value > 0,05 satu persatu dimulai dari p value yang terbesar. Jika setelah
pengeluaran variabel tersebut menghasilkan perubahan OR variabel lain >10%
maka variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam model, jika setelah
pengeluran variabel tersebut menghasilkan perubahan OR < 10% maka
variabel tersebut akan keluar secara permanen. Analisis ini dimulai dari
109
mengeluarkan variabel pendidikan suami karena memiliki P−value terbesar
0,592. Hasil nya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Analisis Multivariat variabel Pendidikan Suami dikeluarkan
Variabel
Sig.
Exp (B)
Pemodelan Tanpa Pendidikan Suami
Pendidikan ibu
Pengetahuan
Sosial ekonomi
Persepsi kerentanan
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Ketersediaan sarana
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
0,103
0,067
0,001
0,134
0,000
0,000
0,009
0,278
0,001
0,000
0,017
0,000
1,655
0,538
5,557
1,611
4,148
7,236
2,877
1,501
0,146
10,102
2,510
0,063
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,902
0,277
2,030
0,864
1,912
3,708
1,304
0,721
0,047
4,120
1,179
Perubahan
OR (%)
3,036
1,043
15,213
3,003
8,998
14,122
6,346
3,124
0,454
24,764
5,344
-0,85
-0,4
-5,7
-0,1
-2,2
0,1
-0,8
2
0
-1,7
0,4
Tabel 4.6 menunjukkan model pengeluaran variabel yang memiliki p
value > 0,05 pada model multivariate awal. Pada pengeluaran variabel
pendidikan suami dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR
lebih besar dari 10% sehingga variabel pendidikan suami dikeluarkan secara
permanen.
Tabel 4.7
Analisis Multivariat Variabel Ketersediaan Sarana Dikeluarkan
Variabel
Sig.
Pemodelan Tanpa Ketersediaan Sarana
Pendidikan ibu
0,100
Pengetahuan
0,057
Sosial ekonomi
0,000
Persepsi kerentanan
0,095
Persepsi keparahan
0,000
Persepsi manfaat
0,000
Persepsi hambatan
0,009
Dukungan keluarga
0,001
Sikap petugas kesehatan
0,000
Isyarat untuk bertindak
0,018
Constant
0,000
Exp (B)
1,663
0,526
5,971
1,690
4,229
7,124
2,850
0,138
10,612
2,482
0,067
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,908
0,271
2,187
0,912
1,959
3,659
1,297
0,045
4,331
1,169
3,046
1,018
16,302
3,132
9,131
13,871
6,263
0,429
26,001
5,273
Perubahan
OR (%)
-0,49
2,2
-7,5
-5
-2
1,5
0,9
5
-5
1,1
110
Tabel 4.7 menunjukkan pengeluaran variabel ketersediaan sarana dari
model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10%
sehingga variabel ketersediaan sarana dikeluarkan secara permanen.
Tabel 4.8
Analisis Multivariat Variabel Persepsi Kerentanan Dikeluarkan
Variabel
Pemodelan Tanpa Persepsi Kerentanan
Pendidikan ibu
Pengetahuan
Sosial ekonomi
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Ketersediaan sarana
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
Sig.
0,094
0,052
0,001
0,000
0,000
0,013
0,190
0,001
0,000
0,022
0,000
Exp (B)
1,674
0,520
5,249
4,224
7,800
2,721
1,621
0,151
10,309
2,399
0,079
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,915
0,269
1,923
1,959
4,033
1,233
0,787
0,048
4,241
1,137
3,062
1,006
14,326
9,110
15,087
6,003
3,341
0,473
25,058
5,059
Perubahan
OR (%)
-1,1
3,3
5,5
-1,9
7,8
5,4
-8
-3,4
-2
4,4
Tabel 4.8 menunjukkan pengeluaran variabel persepsi kerentanan dari
model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10%
sehingga variabel persepsi kerentanan dikeluarkan secara permanen.
Tabel 4.9
Analisis Multivariat Variabel Pendidikan Ibu Dikeluarkan
Variabel
Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu
Pengetahuan
Sosial ekonomi
Persepsi kerentanan
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Ketersediaan sarana
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
Sig.
0,077
0,001
0,122
0,000
0,000
0,007
0,266
0,001
0,000
0,013
0,000
Exp (B)
0,554
5,722
1,631
3,959
7,611
2,954
1,516
0,148
10,344
2,578
0,075
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,287
2,105
0,878
1,842
3,923
1,347
0,728
0,048
4,242
1,219
1,067
15,555
3,031
8,506
14,765
6,477
3,156
0,456
25,226
5,453
Perubahan
OR (%)
-2,9
3
1,3
4,6
-5,2
-2,7
-0,9
-1,4
-2,4
-2,7
111
Tabel 4.9 menunjukkan pengeluaran variabel pendidikan ibu dari
model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10%
sehingga variabel pendidikan ibu dikeluarkan secara permanen.
Tabel 4.10
Analisis Multivariat Variabel Pengetahuan Dikeluarkan
Variabel
Sig.
Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu
Sosial ekonomi
Persepsi kerentanan
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Ketersediaan sarana
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
Exp (B)
0,122
0,001
0,103
0,000
0,000
0,009
0,226
0,001
0,000
0,018
0,000
1,607
5,583
1,673
4,236
7,745
2,859
1,566
0,138
9,677
2,466
0.051
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
0,881
2,049
0,902
1,964
4,004
1,298
0,757
0,045
4,002
1,165
Perubahan
OR (%)
2,932
15,214
3,104
9,137
14,979
6,301
3,242
0,425
23,395
5,216
2,9
-0,46
-3,8
-2,1
-7,03
0,6
-4,3
5,5
4,2
1,8
Tabel 4.10 menunjukkan pengeluaran variabel pengetahuan ibu dari
model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10%
sehingga variabel pengetahuan ibu dikeluarkan secara permanen. Maka model
akhir multivariat sebagai berikut :
Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR
(Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019
Variabel
B
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp (B)
Sosial ekonomi
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Dukungan keluarga
Sikap petugas kesehatan
Isyarat untuk bertindak
Constant
1,768
1,457
2,172
0,978
-1,987
2,370
0,869
-2,432
0,508
0,380
0,328
0,395
0,573
0,441
0,373
0,314
12,111
14,667
43,769
6,124
12,008
28,847
5,420
59,882
1
1
1
1
1
1
1
1
0,001
0,000
0,000
0,013
0,001
0,000
0,020
0,000
5,857
4,293
8,777
2,659
0,137
10,693
2,384
0,088
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
2,164
15,848
2,037
9,050
4,612
16,704
1,225
5,767
0,045
0,422
4,504
25,390
1,147
4,955
112
c. Model Terakhir Multivariat
Tabel 4.11
Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR
(Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019
0,001
0,000
0,000
0,013
0,001
Exp
(B)
5,857
4,293
8,777
2,659
0,137
95% C.I.forEXP(B)
Lower
Upper
2,164
15,848
2,037
9,050
4,612
16,704
1,225
5,767
0,045
0,422
1
0,000
10,693
4,504
25,390
0,373
1
0,020
2,384
1,147
4,955
0,314
1
0,000
0,088
Variabel
B
S.E.
df
Sig.
Sosial ekonomi
Persepsi keparahan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Dukungan keluarga
Sikap petugas
kesehatan
Isyarat untuk
bertindak
Constant
1,768
1,457
2,172
0,978
-1,987
0,508
0,380
0,328
0,395
0,573
1
1
1
1
1
2,370
0,441
0,869
-2,432
R2
0,510
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ada 6 variabel yang berhubungan
bermakna dengan status imunisasi MR yaitu variabel sosial ekonomi, persepsi
keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dukungan keluarga, sikap
petugas kesehatan dan isyarat untuk bertindak (P−value <0,05). Sedangkan
variabel pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, persepsi
kerentanan, dan ketersediaan sarana sebagai variabel confounding.
Variabel sikap petugas kesehatan paling dominan terhadap status
imunisasi MR dengan OR 10,693, artinya ibu yang tidak dipengaruhi oleh
sikap petugas kesehatan berisiko 10,693 kali lebih besar tidak mengimunisasi
MR anaknya dibandingkan ibu yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan
setelah dikontrol variabel persepsi manfaat (8,777), sosial ekonomi (5,857),
persepsi keparahan (4,293), persepsi hambatan (2,659), isyarat untuk bertindak
(2,384), dan dukungan keluarga (0,137). Hasil pemodelan terakhir memiliki
113
nilai R2 0,510, artinya ke 12 variabel independen tersebut dapat menjelaskan
variasi variabel status imunisasi MR sebesar 51%.
4. Hasil Wawancara Mendalam
a. Status tidak imunisasi MR (Measles Rubella) pada anak usia 9 bulan-15
tahun di Kota Pontianak
Hasil wawancara mendalam dengan informan dapat disimpulkan bahwa
ibu tidak melakukan imunisasi MR dikarenakan hampir seluruh informan
memiliki persepsi yang berbeda-beda seputar imunisasi MR tersebut.
Informasi-informasi yang kurang bagus mereka dapatkan dari media cetak
maupun media elektronik. Pemberian imunisasi MR ini juga didukung oleh
keluarga terutama suami yang tidak memberikan izin untuk melakukan
imunisasi MR. Berikut kutipan wawancara informan:
“Dengar berita banyak yang saket deek eh, ape poleh joh sampek mateh. Jadi
buat takok jak kan. Nanti ade ape ape dengan anak kan sosah kiah deeek eh”
(A4)
“Bapaknya tak kasi dek, nanya tetangga laen yang punya anak kecik juak tak
kasi juga mereka. Ragu lah kan semuaye harus dikasi tahu sama bapaknyee
dek kalau ndak kk yang sosah nanti kalau jadi sesuatu same anak” (B4)
b. Dukungan Keluarga
Sebagian informan mengatakan bahwa ibu tidak mengimunisasi MR
anaknya disebabkan tidak mendapatkan izin dari suaminya. Jika terjadi sesuatu
pada anaknya tidak ada yang bertanggung jawab. Sebagian yang lain keluarga
informan menyerahkan kebebasan kepada ibunya untuk imunisasi MR atau
tidak. Namun, kurang kepedulian dalam memberikan upaya agar ibunya bisa
114
mendapatkan imunisasi MR tersebut misalnya tidak mengantar ke tenaga
kesehatan. Berikut kutipan wawancara dengan informan:
“Suami ibu tak mekih lek imunisasi itu tuh polaneh bahaye ntok masyarakat.
Lakik ibu pun keras orange mun kate die A ye A tak bise B” (A1)
“Suami ibu larang kalok ade ape ape nanti die marah nak. Ikutlah ape kate
suami, keluarge pun banyak gak yang tak imunisasi juga kan” (A3)
“Keluarga kk sih OK jak cuman tak de yang nak ngantar eh. Susah nak kemane
mane soalnye tak pacak pakai motoreeh. Kk ke warong depan jak susah jarang
juga nak ke posyandu tak ade yang ngantar itulah”(B5)”
Jawaban informan pun diperkuat dari jawaban keluarga informan Hampir
seluruh informan mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan keluarganya
atau istrinya untuk memberikan imunisasi MR kepada anaknya. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa suami tugasnya mencari nafkah masalah anak
diserahkan sepenuhnya kepada istrinya. Berikut kutipan wawancara dengan
keluarga informan :
“Ndak dek, saye tak izinkan emang sama istri saye tuh imunisasi yang baru tuh
biarlah. Orang duluk duluk pun taka de gak imunisasi macam jiah. Ade ade
jak kan sekarang buat kekebalan inilah kekebalan itulah” (C1)
“Terserah ibunya lah dek mau imunisasi atau ndak soalnye yang terbaik jak
lah saye bagian cari uang jak. Apelagi kalau urusan sekolah saye tak ikut
campur ade ape ye ibunya lah yang urus” (C3)
“Enje dek, tak mekih dek. Tak apelah biar jak imunisasi yang udah ade jak”
(C5)
c. Sikap Petugas Kesehatan
Sebagian besar informan yang memiliki anak sekolah, ibu tidak
mendapatkan penyuluhan secara langsung tentang manfaat maupun seputar
imunisasi MR secara lengkap. Mereka cuman mendapatkan surat persetujuan
untuk anaknya imunisasi MR atau tidak. Sedangkan untuk informan yang
115
memiliki balita, ibu mendapatkan informasi tentang imunisasi MR dari
posyandu atau kader dan puskesmas pada saat akan mengimunisasi anaknya
walaupun mereka juga tetap menolak untuk mengimunisasi anaknya. Berikut
kutipan wawancara dengan informan :
“Tak ade masuk ke ibu nak dari petugas cuman minta persetujuan jk mau
imunisasi ke ndak anaknya di kertas tuh. Balek balek bawa kertas suroh
tanda tangan tak jelas ape ujung nye kan” (A3)
“Ndak ade pula penyuluhan tuh. Tak tahulah kalau ade sama ibu ibu yang lain
kayaknye tak ade lah kalau kumpol gitu gitu tuh. Cobalah ade kan bagoss ye
dijelaskan asal usul imunisasi itu gimane sampai kok baru ade sekarang”
(A5)
“Ada infonya dari petugas kalau campak sekarang dah diganti dengan MR
makanya saye nolak nye dek tanyak suami dulu. Dibawa ke puskesmas emang
jadwal imunisasi kan campak tak tahunye dah diganti eh bukan diganti
dicampur lah kan bahasenye tuh sama rubella.” (B2)
Namun pernyataan dari informan tidak sejalan dengan pernyataan
petugas keseahtan. Setelah dilakukan wawancara ke petugas kesehatan
disimpulkan bahwa tenaga kesehatan akan melakukan lokakarya mini terlebih
dahulu sebelum melakukan program imunisasi ke warga. Berikut kutipan
wawancara :
“Yang pasti kalo kite mau gerak imunisasi pasti ngadekan lokakarya mini dulu
dek. Jadi petinggi-petinggi wilayah kerja tuh diundang untuk acara itu.
Maksudnya ndak juga mesti petinggi sih tapi pasti yang bersangkutan di
wilayah kerja itu insyaAllah pasti terlibat. Kayak orang-orang di kantor
lurah, pihak sekolah, kader-kader, kapolsek, dll gitulah kurang lebih jadinye.
Jadi lokmin tuh kite membahas semue semue yang bersangkutan same
imunisasi yang akan dilaksanakan gituu. Nanti mereka lah yang
nyebarluaskan info info pentingnye. Memang susah sih ngubah mindset
orang nih tapi ini lagi proses semoga jak makin baek cakupan imunisasi MR
ni tahun ini” (D1)
116
d. Jarak ke fasilitas kesehatan
Hampir seluruh informan mengatakan bahwa fasilitas kesehatan sekarang
mudah untuk dijangkau seperti puskesmas. Tidak bisa datang ke puskesmas
bisa ke klinik atau rumah sakit. Bukan menjadi penghalang buat mereka dalam
tidak mengimunisasi MR anaknya. Berikut kutipan wawancara dengan
informan:
“Dekat jak cuman tetap jak pakai motor kesananye, biase imunisasi yang lain
kan ke puskesmas” (A2)
“Situ jak bah bise jalan kaki tak jaoh pun. Kalopun takot capek minta antarlah
kan bise siape yg sempat nak antar” (A5)
“Dekat sini banyak kayak rs, klinik, puskesmas. Banyak dah tak susah kayak
dulu untuk imunisasi jaoh kan jadi orang malaslah” (B3)
e. Persepsi
Hampir seluruh informan memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain
tentang imunisasi MR yang menurut mereka masih belum jelas kandungannya,
fatwanya maupun manfaatnya sendiri bagi anak mereka. Berita berita yang
tidak menyenangkan seputar imunisasi MR menjadi faktor utama mereka
menolak untuk mengimunisasi MR. Informan tidak menentang keberadaanya
imunisasi MR di masyarakat tetapi menolak jika imunisasi itu diberikan ke
anak informan sampai jelas beritanya. Berikut kutipan wawancara dengan
informan :
“Khawatir pula tuh soal nye halal haramnye kik tak jelas makenye takut. Anak
pun trauma soalnye sering habis suntek malah demam bengkak poleh. Nangis
nangis nanti mun demam joh tak kuase lah ibu liatnyee mun dah sakek serba
salah” (A1)
117
“Pernah dulu imunisasi awal awal tuh di sekolah balek balek demam makenye
kalau ada imunisasi tak usahlah. Anaknye pun ndak mao dahlah tak pakse
gak” (A3)
“Anaknye suke sakit kalau habis diimunisasi makenye malas nak imunisasi
agik tuh” (B5)
“Tak usahlah imunisasi ituh, kandungannye meragukan. Ragu jadinye soalnye tak
jelas halal najis atau ndaknye. Seram ah masak iye dalam darah ade yang haram”
(A2)
f. Ketersediaan sarana
Seluruh informan mengatakan bahwa ketersediaan sarana dalam
mengimunisasi anaknya tidak ada hambatan. Puskesmas sudah menyediakan
semuanya. Jikapun ada bukan imunisasi MR tetapi imunisasi yang lain. Namun
puskesmas tetap memberikan solusi jika terjadi kekosongan vaksinnya. Berikut
kutipan wawancara dengan informan :
“Lengkap di puskesmas, posyandu pun ade” (B2)
“Selalu ade kayaknya di puskesmas lah tapi inikan imunisasinye di sekolah
pasti ade” (A3)
“Pemerintah pasti siapkan lah untok sekolah untuk puskesmas” (A4)
g. Isyarat untuk bertindak
Dari jawaban informan dapat disimpulkan bahwa media elektronik
merupakan cara informan mendapatkan informasi seputar imunisasi MR.
Berikut kutipan wawancara dengan informan :
“Ada cari beritanye di hape makenye takot mau imunisasi dek banyak kejadian
yang lumpuhlah yang matilah. Macem mane mau imunisasi kan. Kalau nanti
tak tahulah yee” (A2)
“Keluarge ade ngomong gak, ade gak beritanya di media. Banyak sih dimane
mane waktu gembar gembornye tuh” (B3)
118
“Media lah tuh lah saye cari dulu infonya seputar imunisasinye di internet
sama suami barengan” (B2)
C. Pembahasan
1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
berusia ≥ 35 tahun sebanyak 97 orang (58,40%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
p (0,336)>α (0,05), artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu
dengan status imunisasi MR anaknya.
Umur ibu bukan merupakan faktor resiko untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan terutama untuk imunisasi, karena mempunyai kesempatan yang sama.
Imunisasi MR diberikan kepada anak usia 9 bulan-15 tahun. Ibu yang berusia
kurang dari 35 tahun sampai yang berusia lebih dari 35 tahun tidak memliki
perbedaan dalam berperan aktif pada program imunisasi.
Kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat diduga menjadi faktor
yang berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai manfaat
imunisasi, informasi ini dapat diakses oleh siapa saja sehingga ibu umur yang
lebih muda maupun ibu dengan umur yang lebih tua, memiliki informasi yang
tidak jauh berbeda. Banyak perubahan mendasar yang terjadi dan berhubungan
langsung dengan perubahan otak dan tubuh, termasuk didalamnya kesiapan untuk
menguasai kemampuan baru (Pratiwi, 2012)
119
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Nainggolan
(2013) menghasilkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kelengkapan imunisasi baduta (p:0,442>0,05, 95%CI: 0,93-1,18).
2. Hubungan Agama Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
beragama muslim sebanyak 131 orang (56,20%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
p (0,800)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
agama ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
Pro dan kontra tentang imunisasi terus bergulir dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2018, MUI mengeluarkan Fatwa MUI No.33 Tahun 2018 dalam rangka
mendukung imunisasi. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa imunisasi pada
dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali:
digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; belum ditemukan bahan vaksin
yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan
dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal (Kemenkes, 2018).
Upaya dalam mendukung keberhasilan cakupan imunisasi
MR
diperlukan pendekatan atau bina suasana dengan pemangku tokoh agama agar
terus memberikan informasi yang positif seputar imunisasi MR. Nilai positif bisa
disampaikan oleh pemangku agama dalam berbagai acara keagamaan sehingga
120
pemahaman tentang keraguan terhadap tidak halal media yang digunakan dalam
vaksin mulai berkurang dan menerima imunisasi MR.
Keberagaman agama yang dianut masyarakat di Indonesia terutama di
Kota Pontianak sebagai tempat penelitian bukan menjadi penghalang untuk
mengimunisasi anaknya ke fasilitas kesehatan. Dalam penelitian ini mayoritas
responden beragama Islam. Walaupun MUI sudah menyatakan bahwa hukum
imunisasi adalah dibolehkan (mubah), masih ada masyarakat yang enggan untuk
melakukan imunisasi ini dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi
yang akan diberikan kepada anaknya berbeda satu sama lain tergantung
individunya. Sebagian masyarakat yang non muslim tidak mengedepankan fatwa
MUI karena berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi penyebab tidak
memberikan anaknya imunisasi MR misalnya kejadian pasca imunisasi yang
akan dimunculkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Pratiwi (2014) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
agama ibu dengan ketidakpatuhan pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah (p=0,549).
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara mendalam sebagian besar
informan beragama Muslim mengatakan bahwa tidak menjadi masalah selama
imunisasi MR ini memiliki manfaat yang baik kepada anaknya untuk masa depan
yang akan datang.
121
3. Hubungan Kelompok Etnis Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
kelompok etnis pribumi sebanyak 162 orang (54,90%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0,465)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara kelompok etnis ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
Masih ditemukannya masyarakat yang berpendapat bahwa dari nenek
moyang terdahulu tidak pernah ada imunisasi dan anak cucu mereka terbukti
tidak ada yang mengalami sakit yang serius (parah), sehingga asumsi tersebut
menetap dan berkembang dalam suku tertentu. Seiring perkembangan zaman
mengubah pemikiran individu terhadap imunisasi. Masyarakat dengan suku
tertentu memiliki kebiasaan tidak mengimunisasi anaknya mulai mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik untuk mengimunisasi anaknya dimulai dari
imunisasi dasar sampai tambahan.
Pendekatan dengan tokoh lokal di tengah masyarakat misalnya tokoh
adat atau kepala suku untuk membangun dialog dalam memberikan informasi
yang benar tentang vaksinasi MR. Adanya dukungan dari kelompok proimunisasi tersebut akan meningkatkan penerimaan vaksinasi sebagai norma
sosial bagi orang tua demi kesehatan anaknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Pratiwi (2014) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
suku ibu dengan ketidakpatuhan pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah (p=0,158).
122
4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
berpendidikan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p (0,001)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut
diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-2,65) yang artinya, responden yang
berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar
2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, keluarga dan masyarakat. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting
dalam mempengaruhi pengetahuan. Individu yang mempunyai
tingkat
pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi begitu juga
dengan masalah informasi tentang imunisasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Individu dengan pendidikan tinggi akan membuat seseorang ingin
lebih mengetahui informasi dunia kesehatan untuk diri sendiri maupun
lingkungan terdekatnya termasuk informasi seputar imunisasi MR sebagai
imunisasi tambahan bagi anaknya sebagai kekebalan terhadap penyakit campak
dan rubella.
Pendidikan seseorang berbeda•beda juga akan mempengaruhi seseorang
dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah
menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga
123
informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Pendidikan kesehatan
dapat membantu para ibu atau kelompok masyarakat disamping dapat
meningkatkan pengetahuan juga untuk meningkatkan perilakunya untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. (Rahmawati, 2013).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nainggolan (2013)
yang menghasilkan bahwa tingkat pendidikan ibu ada hubungan bermakna
dengan kelengkapan imunisasi baduta (p:0,000<0,05), (ORa: 1,38), (95% CI:
0,93-1,18). Ibu yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak memberikan
kelengkapan imunisasi baduta sebesar 1,38 kali lebih besar dibandingkan ibu
berpendidikan tinggi.
5. Hubungan Pendidikan Suami Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
suaminya berpendidikan tinggi sebanyak 94 orang (62,3%). Hasil uji statistik d
diperoleh nilai p (0,030)<α (0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut
diperoleh nilai PR = 1,69 (95% CI: 1,08-2,65) yang artinya, suami responden
yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya
sebesar 1,69 kali lebih besar dibandingkan suami responden yang berpendidikan
tinggi.
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui
pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.
124
Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berperilaku sehat (Husna, 2016).
Peranan ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Ayah memang bukan
yang melahirkan buah hati tercinta, tetapi peranannya dalam tugas perkembangan
anak sangat dibutuhkan. Tugas ayah selain untuk menafkahi keluarga, juga
diharapkan menjadi teman dan guru yang baik untuk anak. Peranan ayah dalam
keluarga yang umum adalah sebagai kepala keluarga, selain itu peran yang
lainnya adalah sebagai pengambilan keputusan (Utami, 2009).
Pendidikan suami berbanding positif dengan pengambilan keputusan
yang akan diambilnya sebagai seorang ayah untuk mengizinkan anaknya
imunisasi. Ayah yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih memperhatikan
kesehatan anaknya dalam hal pencegahan penyakit yang bisa saja ditularkan oleh
orang lain di masa yang akan datang. Ayah akan mendukung pemberian
imunisasi lengkap dan tambahan kepada anaknya selama imunisasi itu bersifat
kebaikan bagi tubuh anaknya tersebut tersebut pemberian imunisasi MR.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hastono (2009) yang
menghasilkan bahwa tingkat pendidikan suami ada hubungan bermakna dengan
status imunisasi anak di Indonesia (p:0,000<0,05), (ORa: 1,35), (95% CI: 1,231,48). Suami ibu yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak memberikan
imunisasi anaknya sebesar 1,35 kali lebih besar dibandingkan suami ibu
berpendidikan tinggi.
125
6. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
berpengetahuan tinggi sebanyak 102 orang (49,50%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p (0,004)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut
diperoleh nilai PR = 0,48 (95% CI: 0,29-0,78) yang artinya, responden yang
berpengetahuan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya
sebesar 0,52 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpengetahuan
tinggi.
Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting diperlukan oleh seorang
ibu. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang berkaitan
dengan usia individu. Semakin matang usia seseorang akan semakin banyak
pengalaman hidup yang dimiliki, dan mudah untuk menerima perubahan
perilaku, karena usia ini merupakan usia paling produktif dan umur paling ideal
dalam berperan khususnya dalam pembentukan kegiatan kesehatan. Semakin
cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja (Karina, 2012).
Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan cenderung untuk
mengimunisasi anaknya. Pengetahuan yang tinggi seputar imunisasi dimulai dari
usia pemberian imunisasi hingga manfaat yang akan didapatkan setelah pasca
imunisasi akan berdampak bagi perilaku kesehatan ibu dalam memenuhi
kelengkapan imunisasi bagi anaknya.
126
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tampewa (2015)
menghasilkan bahwa pengetahuan merupakan variabel yang paling berperan
terhadap status imunisasi anak usia 12-24 bulan dengan nilai OR = 6,30 (CI 95%
=1,850-21,463) pengetahuan yang baik akan membuat Ibu lebih memperhatikan
status imunisasi anaknya sebesar 6,30 kali di bandingkan dengan pengetahuan
yang kurang baik
7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang tidak
bekerja sebanyak 121 orang (53,50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p
(0,294)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya.
Pekerjaan memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak
dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman (Isfan,
2006). Ibu bekerja merupakan hal lazim di tengah masyarakat. Semakin
tingginya kebutuhan merupakan suatu alasan ibu untuk bekerja. Ibu yang bekerja
memiliki akses informasi yang lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak
bekerja. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga ini menyebabkan kurangnya interaksi
dengan ibu-ibu lain sehingga kurangnya bertukar informasi seputar imunisasi
tambahan yaitu imunisasi MR dan berdampak tidak memberikan imunisasi MR
kepada anaknya.
127
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hastono (2009) yang
menghasilkan bahwa pekerjaan tidak ada hubungan yang bermakna dengan status
imunisasi anak di Indonesia (p:0,558>0,05).
8. Hubungan Pekerjaan Suami Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
suaminya bekerja sebanyak 167 orang (56,20%). Hasil uji statistik diperoleh nilai
p (0,471)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang
artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami ibu dengan
status imunisasi MR anaknya.
Pekerjaan ayah secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dan menciptakan pengalaman baru. Pengalaman
langsung yang dialami individu terhadap obyek sikap berpengaruh terhadap sikap
individu terhadap obyek sikap tersebut. Selain itu informasi yang diterima
individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut
(Sukarni, 2008).
Ayah mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang sangat
dominan dalam pengambilan keputusan di keluarga. Peran ayah memperkuat
keikutsertaan anak untuk mendapatkan imunisasi, dalam hal memberikan izin
atau terkait keikutsertaan dalam imunisasi, mengingatkan jadwal imunisasi
bayinya, mengingatkan bahwa keadaan panas dari bayi adalah reaksi imunisasi
dan suatu keadaaan yang tidak berbahaya, bukan kontraindikasi untuk imunisasi
berikutnya (Suprajitno, 2004).
128
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya pekerjaan
suami dengan status imunisasi MR ini disebabkan tidak adanya variasi dalam
pekerjaan baik yang imunisasi atau tidak mengimunisasi anaknya karena
mayoritas besar suami responden bekerja. Pada zaman sekarang seorang ayah
tugas utamanya menjadi tulang punggung keluarga dalam hal mencukupi segala
kebutuhan sehari-hari sehingga kurang berperan memberikan informasi seputar
imunisasi kepada keluarganya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Savitri
(2009) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan
suami dengan status imunisasi dasar lengkap tepat waktu usia 12 bulan di 16
Kabupaten Provinsi NTT (p=0,134>0,05).
9. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
sosial ekonominya tinggi sebanyak 98 orang (64,90%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
antara sosial ekonomi dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih
lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,30) yang artinya, responden
yang sosial ekonomi rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya
sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang sosial ekonomi tinggi.
Pendapatan keluarga sangat berhubungan erat dengan status sosial
ekonomi. Besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan kebiasaan
hidup keluarga, faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat. Angka
129
kematian bayi mempunyai hubungan yang erat dengan pendapatan. Pada
umumnya telah diketahui angka kematian bayi dan balita meningkat pada status
sosial ekonomi yang rendah. Menilai hubungan antara tingkat pendapatan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahannya adalah hal
yang sering dilakukan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat,
membayar transport, dan sebagainya (Astrianzah, 2011).
Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi dan didukung fasilitas
yang memadai akan lebih mudah dalam mengakses imunisasi bagi anaknya
tanpa memikirkan biaya yang akan keluar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nainggolan (2013)
yang menghasilkan bahwa sosial ekonomi berhubungan dengan kelengkapan
imunisasi baduta (p:0,009<0,05), (ORa: 1,19), (95% CI: 1,05-1,36). Ibu yang
sosial ekonominya rendah memiliki resiko tidak memberikan kelengkapan
imunisasi baduta sebesar 1,19 kali lebih besar dibandingkan ibu yang sosial
ekonominya tinggi.
10. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memiliki persepsi kerentanan tinggi sebanyak 103 orang (64,40%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara persepsi kerentanan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil
analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,28) yang artinya,
130
responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan
responden yang memiliki persepsi kerentanan tinggi.
Seseorang yang merasakan dirinya dapat terkena penyakit akan lebih
cepat merasa terancam. Ancaman ini dapat mendorong setiap individu untuk
melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit dibandingkan
dengan seseorang yang tidak merasakan dirinya terkena penyakit (Noorkasiani,
2009)
Persepsi kerentanan seorang ibu terhadap anaknya akan mendorong ibu
untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada anaknya sebagai tindakan
pencegahan penyakit. Tambahan imunisasi yang terus berkembang tidak
menghalangi mereka untuk terus memberikan yang terbaik kepada anaknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Putri (2015) yang
menghasilkan bahwa persepsi kerentanan ada pengaruh dengan imunisasi
(p:0,002<0,05), (95% CI: 0,71-3,04), ibu yang memiliki persepsi bahwa anaknya
untuk mengalami penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mengimunisasikan anaknya daripada ibu yang
tidak memilki persepsi kerentanan kepada anaknya.
11. Hubungan Persepsi Keparahan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memiliki persepsi keparahan tinggi sebanyak 153 orang (61,20%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang
131
bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil
analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 3,16 (95% CI: 1,73-5,65) yang artinya,
responden yang memiliki persepsi keparahan rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 3,16 kali lebih besar dibandingkan
responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi.
Persepsi keparahan didasarkan pada pengetahuan atau informasi medis,
yang dapat juga berasal dari keyakinan seseorang bahwa dirinya akan
mendapatkan kesulitan akibat penyakit. Seseorang yang merasa jika penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan suatu penyakit yang parah
maka seseorang tersebut akan merasa terancam. Ancaman ini yang akan
mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan (Priyoto, 2014).
Persepsi keparahan yang akan muncul akibat anaknya mendapatkan
penyakit mendorong ibu untuk memprotektif anaknya. Tidak ingin anaknya
mengalami hal yang seharusnya tidak terjadi di masa yang akan datang membuat
ibu akan memberikan imunisasi MR.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suryawati (2016)
yang menghasilkan bahwa persepsi keparahan ada hubungan bermakna dengan
cakupan imunisasi dasar anak (p:0,000<0,05), (ORa:4,00), (95% CI: 2,10-7,50).
Ibu yang memiliki persepsi kerentanan rendah beresiko tidak membawa anaknya
imunisasi dasar lengkap sebesar 4,00 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
memiliki persepsi keparahan tinggi.
132
12. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 144 orang (72,00%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis
lebih lanjut diperoleh nilai PR = 7,14 (95% CI: 4,23-11,96) yang artinya,
responden yang memiliki persepsi manfaat rendah memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 7,14 kali lebih besar dibandingkan
responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi.
Persepsi manfaat seputar imunisasi akan berdampak kepada ibu untuk
memberikan imunisasi kepada anaknya termasuk imunisasi MR. Keuntungan
yang banyak yang akan didapatkan anaknya dari imunisasi akan menjadi alasan
penting dalam pemenuhan imunisasi tersebut.
Individu akan cenderung menerapkan perilaku sehat ketika merasa
perilaku tersebut bermanfaat untuk menurunkan suatu penyakit. Pemberian
imunisasi tidak hanya melakukan pencegahan penyakit tetapi juga dapat
mencegah penyakit. Oleh karena itu sikap dan pengetahuan tentang manfaat dari
imunisasi sangat diperlukan (Smith,2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Putri (2016) yang
menghasilkan bahwa persepsi manfaat ada hubungan bermakna dengan
pemberian imunisasi dasar pada balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat
Masaran Sragen (p:0,008<0,05), (ORa:28,86), (95% CI: 2,42-34,18). Ibu yang
133
memiliki persepsi manfaat rendah beresiko tidak memberikan imunisasi dasar
balita sebesar 28,86 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki persepsi
manfaat tinggi.
13. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memiliki persepsi hambatan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara persepsi hambatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil
analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-3,45) yang artinya,
responden yang memiliki persepsi hambatan tinggi memiliki resiko tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan
responden yang memiliki persepsi hambatan rendah.
Persepsi hambatan merupakan suatu hambatan yang dirasakan individu
ketika akan mengambil suatu keputusan untuk mengimunisasikan bayinya.
Hambatan yang dirasakan dalam hal ini berhubungan dengan hambatan yang
dihadapi individu untuk mengadopsi perilaku baru (Smith, 2011).
Ada banyak hambatan yang akan dilalui seseorang untuk dapat
melakukan suatu tindakan kesehatan, dan kebanyakan hambatan tersebut datang
karena seseorang mengevaluasi hambatan terhadap perilaku baru yang dilakukan.
Semakin besar hambatan yang dilalui akan semakin berpeluang seseorang untuk
tidak mengimunisasi anaknya.
134
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suryawati (2016)
yang menghasilkan bahwa persepsi hambatan ada hubungan bermakna dengan
cakupan imunisasi dasar anak (p:0,000<0,05), (ORa:93,90). Ibu yang memiliki
persepsi hambatan tinggi beresiko tidak membawa anaknya imunisasi dasar
lengkap sebesar 93,90 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki persepsi
hambatan rendah.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara mendalam dengan
informan yang tidak memberikan imunisasi MR kepada anaknya dikarenakan
memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain terhadap imunisasi MR ini.
Informan mengatakan bahwa anaknya rentan terhadap terkena penyakit, sebagian
informan yakin sebenarnya imunisasi MR itu memiliki banyak manfaat untuk
kekebalan tubuh anak dan tidak ada hambatan untuk memperoleh imunisasi MR
tetapi karena informan beranggapan bahwa kandungan imunisasi yang
meragukan, kejadian pasca imunisasi yang ditakutkan, dan bisa diberikan
dikemudian hari jika imunisasi tersebut jika mendesak karena imunisasi ini
tergolong baru. Orang dahulu bisa sehat tanpa harus imunisasi MR tersebut.
Oleh karena itu dibutuhkan promosi kesehatan yang bisa dilakukan oleh
tenaga kesehatan maupun kader yang telah direkrut oleh puskesmas setempat
untuk meluruskan kembali persepsi masyarakat yang salah seputar imunisasi
MR. Kader merupakan orang terdekat masyarakat yang bisa memberikan nilai
positif tentang kesehatan. Pemahaman yang sejalan untuk mendukung imunisasi
MR sangat penting dalam peningkatan pencapaian cakupan imunisasi.
135
14. Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
menjawab tersedia sarana imunisasi MR sebanyak 146 orang (58,60%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0,046)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil
analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,82 (95% CI: 1,05-3,18) yang artinya,
responden yang menjawab tidak tersedianya sarana imunisasi MR memiliki
resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,82 kali lebih besar
dibandingkan responden yang menjawab tersedianya sarana imunisasi MR.
Ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat,
termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa.
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor
pemungkinan (Ariewibowo, 2005).
Ketersediaan sarana untuk mendapatkan imunisasi juga faktor pendukung
terlaksananya program imunisasi MR. Imunisasi MR merupakan imunisasi yang
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dasar sampai faskes lanjutan dengan sasaran
anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Ketersediaan vaksin pada saat seseorang akan
memberikan imunisasi kepada anaknya akan terlaksana tanpa harus ditunda. Saat
seseorang telah datang ke fasilitas kesehatan untuk mengimunisasi anaknya tetapi
136
vaksinnya tidak tersedia maka bisa saja membuat seseorang tersebut tidak
melakukan imunisasi dikemudian hari lagi.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian dalam penelitian Ariewibowo
(2005), didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna ketersediaan sarana
prasarana dengan cakupan imunisasi (p=0,001).
Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan
imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa sebenarnya ketersediaan sarana
imunisasi MR sudah lengkap di posyandu maupun puskesmas yang bisa diakses
oleh informan. Selain itu, imunisasi MR ini juga dilakukan di lingkungan sekolah
anak informan (TK/Taman Kanak-Kanak, SD/Sekolah Dasar, dan SMP/Sekolah
Menengah Pertama).
15. Hubungan Jarak dengan Fasilitas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR
di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
menjawab terjangkau jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 144 orang (56,70%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,504)>α (0,05), yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR
anaknya.
Faktor pendukung lain adalah akses terhadap pelayanan kesehatan yang
berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis,
keadaan geografis ini dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu
perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang mendapat
pelayanan kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu
137
tempat pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang
diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan meningkat
(Wiyono, 2005).
Responden lebih banyak memiliki jarak yang dekat dengan fasilitas
kesehatan sehingga bukan menjadi penghambat dalam akses kesehatan. Di era
perkembangan zaman sekarang akses untuk sampai ke lokasi fasilitas kesehatan
sangat mudah karena sudah banyak transportasi yang bisa digunakan tidak perlu
membutuhkan waktu ysng lama. Puskesmas juga sudah banyak dibangun hampir
setiap gang memiliki puskesmas dengan jarak yang dekat dari rumah warga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Rahmad
(2013) menghasilkan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan tidak ada hubungan
bermakna dengan perolehan imunisasi campak (p:0,444>0,05).
Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan
imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan
bukan penghalang untuk mendapatkan imunisasi dikarenakan jarak dengan
fasilitas kesehatan sudah bisa diakses dengan mudah dari rumah. Banyak akses
pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau seperti klinik bidan atau dokter, rumah
sakit, puskesmas, pustu, dll.
16. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memiliki dukungan keluarga sebanyak 98 orang (62,80%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0,014)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
138
antara dukungan keluarga dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis
lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,80 (95% CI: 1,15-2,83) yang artinya,
responden
tidak
memiliki
dukungan
keluarga
memiliki
resiko
tidak
mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,80 kali lebih besar dibandingkan
responden yang memiliki dukungan keluarga.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional (Friedman, 2010). Adanya
dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) kepada
ibu dalam bentuk mendapatkan informasi dan upaya menemani ibu untuk
mengimunisasi anaknya. Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian imunisasi yang diharapkan. Ibu akan merasa bahwa imunisasi sangat
penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anaknya.
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian
dilakukan
oleh
Mokodompit (2014) menghasilkan bahwa dukungan keluarga ada hubungan
bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Tungoi (p:0,003<0,05), (ORa:4,03), (95% CI: 1,62-9,99). Ibu yang
memiliki dukungan keluarga beresiko tidak memberikan bayinya imunisasi dasar
lengkap sebesar 4,03 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki
dukungan keluarga.
Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan
imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa dukungan orang terdekat
merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan terutama suami
139
informan memperbolehkan atau tidak untuk mengimunisasi MR anaknya baik
secara langsung di fasilitas kesehatan maupun di sekolah anaknya.
17. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan sebanyak 162 orang (67,50%). Hasil
uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 10,56 (95% CI: 5,35-20,74) yang
artinya, responden tidak dipengaruhi sikap petugas kesehatan memiliki resiko
tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 10,56 kali lebih besar dibandingkan
responden yang dipengaruhi sikap petugas kesehatan.
Sikap petugas kesehatan berperan penting dalam keberhasilan cakupan
imunisasi sesuai target capaian tidak terkecuali imunisasi MR. Petugas kesehatan
merupakan seorang yang menjadi panutan masyarakat dalam hal kesehatan.
Seseorang akan memperhatikan kesehatannya termasuk keluarganya jika
mendapatkan informasi yang positif dari petugas kesehatan. Pendekatan petugas
kesehatan
pada
masyarakat
dengan
penyuluhan
imunisasi
MR
akan
mempengaruhi masyarakat untuk mengimunisasi anaknya karena imunisasi MR
merupakan imunisasi yang tergolong baru.
Petugas kesehatan harus mengubah paradigma kesehatan yang awalnya
kuratif menjadi preventif dengan upaya imunisasi MR. Menanamkan pemikiran
bahwa sehat itu penting dan imunisasi bermanfaat untuk masa depan anaknya
140
agar terhindar dari penyakit yang bisa menular. Harapan perubahan paradigma
tersebut dapat meningkatkan penerimaan imunisasi MR di masyarakat.
Kualitas pelayanan dan sikap petugas merupakan cerminan keberhasilan
dalam strategi pelaksanaan imunisasi. Keramahan petugas dalam melayani
masyarakat atau pasien merupakan suatu hal yang penting diperhatikan
mengingat keramahan modal utama pendekatan dengan masyarakat. Sikap sopan
dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh
petugas
kepada
masyarakat,
sehingga
masyarakat
tidak
segan-segan
mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya (Notoadmojo, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Lubis
(2014) menghasilkan bahwa sikap petugas kesehatan ada hubungan bermakna
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskemas Juelingke (OR =
2,98; 95% CI (1,08-8,23). Ibu yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan
rendah beresiko tidak membawa bayinya imunisasi dasar lengkap sebesar 2,98
kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas
kesehatan.
Hasil penelitian didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan
informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan
bahwa penyuluhan dari petugas kesehatan tentang imunisasi MR ini sangatlah
penting untuk mengubah pandangan negative masyarakat terakit berita yang tidak
benar terkait imunisasi MR.
141
18. Hubungan Isyarat untuk Bertindak dengan Status Imunisasi MR di Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang
memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 147 orang
(65%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara
sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis
lebih lanjut diperoleh nilai PR = 4,135 (95% CI: 5,347-20,742) yang artinya,
responden yang tidak memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak
memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 4,135 kali lebih besar
dibandingkan responden yang memperoleh informasi sebagai isyarat untuk
bertindak.
Isyarat untuk bertindak bisa didapatkan seseorang dari informasi yang
mereka cari sendiri atau bersama pasangan dari media sosial, masa maupun
elektronik. Informasi dari petugas kesehatan, keluarga maupun tetangga terdekat
juga bisa menjadi pemicu seseorang dalam melakukan tindakan kesehatan.
Promosi kesehatan di media sosial, masa maupun elektronik akan menarik minat
masyarakat untuk mengimunisasi anaknya. Penggunaan bahasa yang mudah
dimengerti dalam menyampaikan informasi juga perlu diperhatikan karena
imunisasi MR tergolong baru.
Informasi tentang imunisasi berkaitan dengan tempat pelayanan
imunisasi, rasa nyaman ibu pada saat mengalami sakit ketika mendapatkan
imunisasi dan anggapan ibu bahwa imunisasi tidak dapat mencegah bahkan
142
membuat anak sakit. Informasi kesehatan ini erat kaitannya dengan pengetahuan
dan sikap dari orang tua. Orang tua/ibu yang memiliki banyak informasi positif
tentang imunisasi maka mereka akan memberikan imunisasi kepada anaknya
(Prayogo, 2009).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Suwariyah
(2016) yang didapatkan analisis statistik pada variabel informasi imunisasi
memperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05), berarti adanya
hubungan yang bermakna antara informasi tentang cakupan imunisasi dasar
dengan nilai ORa = 11,10 (95% CI: 4,80•25,50), artinya orang tua yang
mendapatkan sedikit informasi tetang imunisasi berisiko 11,10 kali lebih besar
tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya dari pada ibu yang
mendapatkan cukup informasi tentang informasi.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Putri (2016) menjelaskan bahwa
ada hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan kepatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi dasar (p=0,016). Informasi bisa menjadi fungsi penting
dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak
memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap
seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang
akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
Hasil penelitian didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan
informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan
143
bahwa dengan canggihnya teknologi sudah sangat mudah diakses berita terkait
imunisasi MR melalui media massa dan elektronik.
D. Keterbatasan Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019 ini bertujuan untuk mengetahui determinan status imunisasi MR.
Beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengukur variabel sosial ekonomi hanya dengan melihat
pendapatan suami responden berdasarkan UMR. Variabel sosial ekonomi
seharusnya dilakukan dengan penghitungan dari pengeluaran keluarga dan
jumlah anak yang ditanggung oleh kepala keluarga. Oleh karena itu, dalam
mengoptimalkan jawaban responden selain menanyakan UMR peneliti juga
bertanya pendapatan keluarganya cukup atau tidak untuk kehidupan sehari-hari.
2. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut jawaban yang
diberikan atas pertanyaan. Hal ini bisa diantisipasi peneliti dengan cara
memberikan pemahaman dari setiap pertanyaan di kuesioner sehingga responden
fokus dalam menjawab pernyataan yang ada.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Determinan Status Imunisasi Measles
Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019” dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan anaknya imunisasi MR sebanyak (55,60%), responden berumur ≥ 35
tahun (53,00%), beragama muslim (74,40%), kelompok pribumi (94,20%),
berpendidikan tinggi (SMA-Sarjana) (51,80%), suami berpendidikan rendah
(SMP-tidak sekolah), responden berpengetahuan tinggi (65,80%), tidak bekerja
(72,20%), suami bekerja (94,90%), berpendapatan rendah (<UMR) (53,00%),
persepsi kerentanan tinggi (51,10%), persepsi keparahan tinggi (79,90%), persepsi
manfaat tinggi (63,90%), persepsi hambatan tinggi (51,80%), imunisasi tersedia
(79,60%), jarak ke fasilitas kesehatan terjangkau (81,20%), dipengaruhi oleh sikap
petugas kesehatan (76,70%), keluarga tidak mendukung (50,20%), dan
memperoleh informasi seputar imunisasi MR (72,20%).
2. Dari hasil uji bivariate menujukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara status imunisasi MR dengan pendidikan ibu (P−value:0,001), pendidikan
suami (P−value:0,030), pengetahuan ibu P−value:0,004), sosial ekonomi
(P−value:0,002), persepsi kerentanan (P−value:0,002), persepsi keparahan
(P−value:0,000), persepsi manfaat (P−value:0,000), persepsi hambatan
144
145
(P−value:0,001), ketersediaan sarana (P−value:0,046), dukungan keluarga
(P−value:0,014), sikap petugas kesehatan (0,000), dan isyarat untuk bertindak
(P−value:0,000).
3. Hasil multivariat menunjukkan variabel sikap petugas kesehatan paling dominan
terhadap status imunisasi MR dengan OR 10,69, artinya ibu yang tidak
dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan berisiko 10,69 kali lebih besar tidak
mengimunisasi MR anaknya dibandingkan ibu yang dipengaruhi oleh sikap
petugas kesehatan setelah dikontrol variabel persepsi manfaat (OR:8,777), sosial
ekonomi (OR:5,857), persepsi keparahan (OR:4,293), persepsi hambatan
(OR:2,659), isyarat untuk bertindak (OR:2,384), dan dukungan keluarga
(OR:0,137). Hasil pemodelan terakhir memiliki nilai R2 0,510, artinya ke 12
variabel independen tersebut dapat menjelaskan variasi variabel status imunisasi
MR sebesar 51%.
B. Implikasi
Sejalan dengan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang paling besar
pengaruhnya adalah sikap petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan
seseorang yang memiliki peran penting ini agar mengalami peningkatan cakupan
imunisasi MR. Diharapkan petugas kesehatan terus mengalami pembenahan dalam
meningkatkan program imunisasi MR ini, terus meningkatkan promosi kesehatan
untuk mengubah pandangan negative masyarakat seputar imunisasi MR baik secara
media sosial, maupun elektronik. Petugas kesehatan bisa terus melakukan bina
suasana dengan tokoh agama dan adat setempat serta kader agar tokoh tersebut bisa
146
memberikan informasi seputar pentingnya imunisasi MR ketika berdialog dengan
masyarakat.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam rangka perbaikan
untuk meningkatkan cakupan imunisasi MR di Kota Pontianak baik dari segi
program imunisasi maupun kegiatan yang akan dilakukan. Dinas Kesehatan Kota
Pontianak terus meningkatkan pelatihan maupun orientasi para tenaga kesehatan
yang ada di Kota Pontianak. Peningkatan kerja sama lintas sektoral baik dengan
perangkat pemerintah daerah maupun pusat dalam rangka meningkatkan cakupan
imunisasi MR. Pemerintah bisa membuat kebijakan baru agar masyarakat yang
ingin menyekolahkan anaknya harus memiliki status imunisasi lengkap tidak
terkecuali imunisasi MR sebagai pengganti imunisasi campak sehingga awareness
masyarakat meningkat dan menjadi pro-imunisasi.
2. Bagi Puskesmas (Tempat Penelitian)
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi puskesmas dalam
meningkatkan cakupan. Adapun langkah yang bisa dilakukan :
a. Petugas kesehatan melakukan kegiatan sweeping secara door to door kepada
warga yang belum memberikan anaknya imunisasi.
147
b. Petugas kesehatan melakukan bina suasana dengan tokoh agama dan adat
setempat agar tokoh tersebut bisa memberikan informasi seputar pentingnya
imunisasi MR ketika berdialog dengan masyarakat.
c. Petugas
kesehatan
melakukan
pendekatan
dengan
kader
agar
terus
menyebarkan informasi positif imunisasi MR untuk meningkatkan dukungan
keluarga dalam upaya pemberian imunisasi MR.
d. Petugas kesehatan memperbanyak penyuluhan bisa secara personal atau
kelompok dengan warga agar meningkatkan persepsi manfaat imunisasi MR
jika diberikan kepada anaknya dan paradigma kesehatan kuratif menjadi
preventif.
e. Tim promotor kesehatan terus menyebarkan informasi positif di media sosial
maupun elektronik sehingga mengurangi persepsi hambatan yang dialami
warga dan menjadi isyarat untuk memberikan imunisasi MR. Penggunaan
bahasa mudah dimengerti dan gambar menarik minat masyarakat sangat
diperlukan.
f. Petugas kesehatan bisa membentuk kegiatan bagi ibu yang tidak bekerja untuk
menghasilkan uang misalnya penggiatan penanaman aloevera yang bisa diolah
menjadi vitamin rambut, minuman, makanan, dll
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan memberikan gambaran tentang determinan status imunisasi
MR, hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagaimana strategi informan
dalam meningkatkan dan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan
mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan
148
menggunakan rancangan penelitian yang lebih baik seperti eksperimen, etnografi
dan lainnya, menggunakan variable yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
A, Ariewibowo. 2005. Analisis Faktor Faktor Organisasi Yang Berhubungan Dengan
Cakupan
Imunisasi
Puskesmas
di
Kabupaten
Batang.
https://core.ac.uk/download/pdf/11705316.pdf diakses tanggal 10 November 2018
pukul 13.00 wib
Afriani, Tri. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Anak dan Pengelolaan Vaksin di Puskesmas dan Posyandu
Kecamatan X Kota Depok. https://media.neliti.com/media/publications/20889-IDrelated-factors-of-complete-basic-immunization-on-children-and-vaccinemanagemen.pdf diakses tanggal 7 November 2018 pukul 08.00 wib
Andriani, Linda. 2017. Hubungan Karakteristik Balita, Umur Saat Imunisasi Campak,
Riwayat ASI Eksklusif Terhadap Campak Klinis di Puskesmas Wonoayu Jawa
Timur. https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/4638/3894tanggal 7
November 2018 pukul 08.30 wib
Arfiyanti, Aniek. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi
Campak di Kabupaten Tegal. https://lib.unnes.ac.id/2122/1/4238.pdf diakses
tanggal 10 November 2018 pukul 10.00 wib
Astrianzah, Delan. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial
Ekonomi Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita.
eprints.undip.ac.id/32936/1/Delan.pdf diakses tanggal 9 Juni 2019 pukul 19.30
wib
Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azzarah, Restiara. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Dalam
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Kelurahan Rimbo Kaluang Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Pasir. http://repo.unand.ac.id/117/diakses tanggal 8
Oktober 2018 pukul 20.30 wib
Bambang. 2011. Super Baby Directory. Yogyakarta: FlashBooks
Becker, M. H. 1974. the Health Belief Model and Personal Health Behaviour. Health
Education Monograps. Vol 2 No 4
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 2017.
Cakupan
Imunisasi
MR
Tahap
1
Lampaui
Target.
http://www.depkes.go.id/article/view/17100300002/cakupan-imunisasi-mr-tahap-1lampaui-target.htmldiakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.15 wib
Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Kanisisus.
149
Cave, Stephanie. 2003. Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi Pada Anak. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama
Claudianawati, Yunita Bellina. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat
Keikutsertaan Vaksinasi MR (Measles Rubella) di Puskesmas Kartasura.
http://eprints.ums.ac.id/59417/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses tanggal 26
Oktober 2018 pukul 07.00 wib
Darnen, Turfi. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status
Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Umur 1-4 Tahun di Kabupaten
Indramayu Tahun 2001.Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Dewi, Putri Atika dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2013. diakses dari
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/43 tanggal 2 Desember 2018 pukul
18.00 wib
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2017. Profil Kesehatan Kota Pontianak. diakses dari
www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL...KOTA_2017/6171_Kalbar_Kota_Pontianak
_2017.pdf tanggal 29 Mei 2019 pukul 12.10 wib
Fida. Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Jakarta:EGC
Glanz, Karen. dkk. Health Behavior and Health Education. San Fransisco: Joney Bass
Green, Lawrence W. 2005. Health Program Planning an Educational and Ecological
Approach. New York: McGraw Hill
Hamidin, Aep Syaiful. 2014. Buku Lengkap Imunisasi Alami untuk Anak. Jogjakarta:
Saufa
Hapsari, Deby. 2015. Perbedaan Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Antara
Puskesmas Desa dan Kota di Kabupaten Sukoharjo Periode Juli 2015 -Juni 2016.
http://eprints.ums.ac.id/50230/1/Naskah%20Publikasi.pdf diakses tanggal 24
Oktober 2018 pukul 11.13 wib
Hastono, Sutanto Priyo. 2009. Analisis Data Riskesdas 2007/2008: Kontribusi
Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Indonesia diakses
journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/193/193 tanggal 15 Juni 2019
Henderson, R. 2004. Factors influencing the uptake of childhood immunisation in rural
areas. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1314804/pdf/14965390.pdf
diakses tanggal 28 Oktober 2018 pukul 20.10 wib
Hidayati, Fitriya Nur. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memenuhi
Imunisasi Dasar Anak Usia 10-36 Bulan Di RW 08 Suronatan Ngampilan Yogyakarta
Tahun 2010. http://digilib.unisayogya.ac.id/1737/1/NASPUB.pdf diakses tanggal 27
Oktober 2018 pukul 15.00 wib
Hurlock, E. B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Husna, Cut Asmaul dan Yuzniani. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ayah
Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Puskesmas Samudera Tahun
2016. https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/450/373 tanggal
20 Mei 2019 pukul 16.00 wib
Idwar. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Hepatitis B
Pada Bayi (0-11 bulan) di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Tahun 1998-1999. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-92573.pdf diakses tanggal
27 Oktober 2018 pukul 21.45 wib
Ilham. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Melaksanakan
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Puskesmas Pemangkat Kabupaten
Sambas.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/viewFile/2235
7/17797 diakses tanggal 28 Oktober 2018 pukul 20.45 wib
Isfan, Reza. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar
Pada Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006
.http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=107561&lokasi=lokal diakses tanggal 7
November 2018
Istriyanti, Elly. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Bayi di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
https://lib.unnes.ac.id/570/1/7055.pdf diakses tanggal 15 November 2018
Irmawati. 2015. Bayi dan Balita Sehat dan Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Isnayni, Efi. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendapatan dan Peran Keluarga
dengan Status Imunisasi Dasar. https://media.neliti.com/media/publications/75088ID-none.pdf diakses tanggal 19 Desember 2018 pukul 13.00 wib
Ismet. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Bayi Di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone: Jurnal
Keperawatan diakses dari kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/2856
tanggal 7 Juni 2019 pukul 07.00 wib
Julitasari. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?. Jakarta: Buku Kompas
Kantohe, Tristan dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat Imunisasi
Measles Rubella (MR) di Kecamatan Malalayang, Manado. diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/download/22547/22238 tanggal
24 Mei 2019 pukul 09.20 wib
Karina AN dan Bambang EW. 2012. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita.
Jurnal Nursing Studies.; http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing tanggal 29
Mei 2019 pukul 09.47 wib
Kemenkes. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk10592004.pdf. diakses tanggal
17 Februari 2019 pukul 08.05 wib
. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2013
Tentang
Penyelenggaraan
Imunisasi.
https://kespel.kemkes.go.id/uploads/imgreference/20150904112406.pdf
diakses
tanggal 25 November 2018 pukul 20.17 wib
. 2015. Rencana Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi Tahun 20152019http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20peren
canaan%20kinerja/Rencana%20Aksi%20Kegiatan%20Pusdatin.pdf diakses tanggal
22 oktober 2018 pukul 14.50 wib
.2017. Kegiatan Imunisasi Masal Campak-Rubella (MR). diakses dari
https://www.unicef.org/indonesia/id/Preview_FA_UNICEF_MR_Paket_Advokasi.
REV27Jun18.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.27 wib
.2017. Pengenalan Vaksin Measles Rubella (MR). diakses dari
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_vaccine_introduction.
pdf?ua=1, diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.50 wib
.2017. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR).
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampan
ye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1, diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.00 wib
.2018. Jalan Panjang Terbitnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Nomor 33 Tahun 2018 Dalam Rangka Mendukung Imunisasi diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/view/18090900002/jalan-panjang-terbitnya-fatwa-
mui-nomor-33-tahun-2018-dalam-rangka-mendukung-imunisasi.html pada tanggal
9 Juni 2019 pukul 17.05 wib
Lisnawati, Lilis. 2011. Generasi Sehat Melalui Manusia. Jakarta: CV. Trans Info Media
Lubis, Ridlwani Qisti. 2014. Analisis Faktor yang Memengaruhi Kelengkapan Status
Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda
Aceh Tahun 2014 diakses http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57887
tanggal 15 Juni 2019
Merlinta. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan
Pendidikan Ibu Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr Di Puskesmas
Kartasura.
http://eprints.ums.ac.id/58354/15/NASKAH%20PUBLIKASI-3.pdf
diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.53 wib
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mokodompit, Fundhora C. 2014. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Tungoi
Kabupaten Bolaang Mongondow. diakses dari http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2015/06/2-FIX-FUNDHORA-C.-MOKODOMPIT.pdfdiakses
tanggal 19 Desember 2018 pukul 13.08 wib
Mufidah. Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit yang Rentan Diderita Anak Usia
Sekolah. Jakarta: FlashBooks
Muhammad. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak
Bekerja
Tentang
Imunisasi.
http://library.usu.ac.id/download/fk/anakmuhammad.pdf tanggal 25 Oktober 2018 pukul 06.50 wib
Muhammad, Angga Putra M. dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Posyandu Sumbersari Kota
Malang.https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/download/164/198
diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.38 wib
Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Mulyanti, Yati. 2013. Faktor-Faktor Internal yang Berhubungan dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25703/1/YANTI%20MU
LYANTI%20-%20fkik.pdf tanggal 23 Oktober 2018
Mungkuwa, Tinashe. 2015. Factors Associated with full Immunization Coverage
Amongst Children which Aged 12–23 Months in Zimbabwe. diakses dari
http://www.bioline.org.br/pdf?ep15019, diakses tanggal 5 Oktober 2018 pukul
19.15 wib
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Kedokteran EGC:220-234
Najah, Lailan. Evi Nurhidayati. 2017. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Tambahan MR (Measles Rubella) Pada Balita di Puskesmas Kotagede I
Yogyakarta.http://digilib.unisayogya.ac.id/4022/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20
LAILAN.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.43 wib
Nainggolan, Olwin dkk. 2013. Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan
Imunisasi
Baduta
(Analisis
Riskesdas
2013)
diakses
dari
https://media.neliti.com/media/publications/20755--pengaruh-akses-ke-fasilitaskesehatan-terhadap-kelengkapan-imunisasi-baduta-anal.pdf tanggal 15 Juni 2019 pukul
20.00 wib
Ndoen, Ermi. 2017. Krisis Kepercayaan Penyebab Cakupan Imunisasi Anak Indonesia
Menurun 5 Tahun Terakhir diakses dari https://theconversation.com/krisiskepercayaan-penyebab-cakupan-imunisasi-anak-indonesia-menurun-5-tahunterakhir-107900 tanggal 3 Juli 2019 pukul 23.00 wib
Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugraheni, Nanda Ari. 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Kelengkapan
Imunisasi pada Bayi di Puskesmas Kraton Yogyakarta 2009.
digilib.unisayogya.ac.id/3177/1/jurnal%20nanda.pdf tanggal 2 November 2018
pukul 07.00 wib
Nurani, Vidia As. 2013. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar pada Bayi Di Desa Truko Kecamatan Kangkung Kabupaten
Kendal Tahun 2013. https://core.ac.uk/download/pdf/35372737.pdfdiakses tanggal
21 Oktober 2018 pukul 21.00 wib
Nur Jayanti. 2017. Effects of Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factors on
Completeness of Child Immunization in Pamekasan, Madura. diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/2352-effects-of-predisposing-enablingand-rei-1c7e709a.pdf pada tanggal 3 Oktober 2018 pukul 21.10 wib
Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome (CRS). 2014. diakses dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/127974/potongan/S2-2017-359972introduction.pdf. tanggal 17 Oktober 2018 pukul 07.09 wib
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Jakarta : EGC
Prabandi, Gayuh Mustika. 2017. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa
Gumpang
Kecamatan
Kartasura,
Kabupaten
Sukoharjo.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/21481/19961 tanggal
14 Oktober 2018 pukul 09.05 wib
Pratiwi, Luriana Nur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Balita Umur 12-23 Bulan di Indonesia Tahun 2010 (Analisis
Data Riset Kesehatan Dasar 2010). lib.ui.ac.id/file?file=digital/20321911-SLuriana%20Nur%20Pratiwi.pdf diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 10.00 wib
Pratiwi. Farwah. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu
Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Siantan Tengah Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014. diakses dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/10532/10150
tanggal 14 Juni 2019 pukul 16.00 wib
Prayogo A. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1 – 5 tahun. diakses
dari https://saripedatri.org tanggal 29 Mei 2019 pukul 07.09 wib
Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika
Prihatin, Gita Sekar. 2016. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Status Kelengkapan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri. diakses dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/5276/5143. tanggal
16 Oktober 2018 pukul 09.09 wib
Proverawati, A & Andhini, C. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset
Putri, Rachmawati Sukarno. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu
dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Dukuh Pilangbangau Desa
Sepat Masaran Sragen Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. diakses dari
http://repository.unair.ac.id/54082/13/FK.%20BID.%2020-16%20Put%20fmin.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.13 wib
Puri, Yessica Eka dkk. 2018. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Imunisasi Ditinjau
dengan Health belief Models Terhadap Kelengkapan Status Imunisasi. diakses
dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/255577/MjU1NTc3 tanggal 25
Mei 2019 pukul 08.10 wib
Rahmad, Agus Hendra. 2013. Perolehan Imunisasi Campak Menurut Faktor
Predisposisi,
Pendukung
dan
Pendorong
di
Puskesmas
Lhoknga
jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6639/5432 diakses tanggal 15 Juni 2019
Rahmawati, Sri Pinti. 2006. Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Yang Berhubungan
dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi oleh Petugas Imunisasi Puskesmas
di Kabupaten Blora Tahun 2006. https://core.ac.uk/download/pdf/11717972.pdf
diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.00 wib
Rahmawati. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Di
Kelurahan Krembangan Utara. diakses dari journal.unair.ac.id/downloadfullpapers-jbe4275326020full.pdf diakses tanggal 8 Juni 2019 pukul 18.00 wib
Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI
Ranuh dkk. 2011. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI
Regmi J. 2014. Socio-cultural Influences on Vacination-vaccinators Perspective, Study
from Nepal. Institute of Public Health and Clinical Nutrition
Ritonga, Mella Roria Sukani, dkk. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon
Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2014. diakses dari
https://www.google.com/hubungan-antara-dukungan-keluarga-terhadap-kepatuhanibu-melaksanakan-imunisasi.pdf tanggal 25 November 2018 pukul 14.00 wib
Savitri, Ika. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap
Tepat Waktu Usia 12 Bulan di 16 Kabupaten Provinsi NTT (Analisis Data survey
Kesehatan
ibu
dan
anak
di
Provinsi
NTT
2007)
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124645-T%2026122Faktor% yangberhubunganHA.pdf tanggal 15 Juni 2019
Senewe, M dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas Tongkaina Kecamatan
Bunaken Kota Madya Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017. diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/ article/view/14732 tanggal 30 Mei
2019 pukul 15.00 wib
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Sukarni, M. 2008. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan; Yogyakarta, Kanisius
Sukmara, Uus. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Tetanus
Toxoid Ibu Hamil di Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Tahun 2000.
http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72397&lokasi=lokal. tanggal 18
Oktober 2018 pukul 09.00 wib
Sukmasari, Radian Nyi. 2017. Ini Alasannya Vaksin Campak Diberikan Sampai 3 Kali.
https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-3356916/ini-alasannya-vaksin-campakdiberikan-sampai-3-kali diakses tanggal 7 November 2018 pukul 16.00 wib
Sulistyani, Pratiwi. 2017. Gambaran Penolakan Masyarakat Terhadap Imunisasi Dasar
Lengkap Bagi Balita (Studi Di Kelurahan Sendangmulyo, Kota Semarang) diakses
dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/19238/18263
tanggal 21 Mei 2019 pukul 13.00 wib
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Pendidikan. Jakarta: EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga;Aplikasi dalam Praktik. Jakarta; EGC
Suryawati, dkk. 2016. Cakupan Imunisasi Dasar Anak Ditinjau dari Pendekatan Health
Belief Model. diakses www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/download/6284/5175
tanggal 15 Juni 2019
Srirangam, Vijay Bhaskar. dkk. 2017. Socio Economic Factors Effecting Immunisation
Coverage: Focus Areas. http://www.ijmedph.org/article/551 diakses tanggal 25
Oktober 2018 pukul 19.00 wib
Sturm LA, Mays RM, Zimet GD. 2005. Parental Beliefs and Decision Making About
Child and Adolescent Imunization. From Polio to Sexually Transmitted Infections. J
Dev Behav Pediatr
Syahroni. 2018. Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat (Kalbar) Minta Kejelasan
MUI Terkait Halal Haramnya Vaksin Measles-Rubella (MR). diakses dari
https://pontianak.tribunnews.com/2018/08/pemuda-muhammadiyah-kalbar-mintakejelasan-mui-terkait-halal-haramnya-vaksin-mr. pada tanggal 27 Juni 2019 pukul
06.00 wib
Tampemawa, Riani J. E. dkk. 2015. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan
Motivasi Ibu Tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan
di Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado diakses dari
jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/.../jurnal-Riani-J.-E.Tampemawa.pdf
tanggal 15 Juni 2019
Tawi, Mirzal. 2008. Imunisasi dan Faktor yang Mempengaruhinya.
http://www.klinikku.comdiakses tanggal 9 November 2018 pukul 16.00 wib
Theophilus. 2007. Rubrik kesehatan: Imunisasi Media Kesehatan. Jakarta: Cybernet
Triana, Vivi. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Bayi di Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2015. diakses dari
jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/196 tanggal 20 November 2018
pukul 14.00 wib
Utami, 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat; Jakarta. Rineka Cipta
Wardhana, Nanang. 2001. Pengaruh Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Terhadap Status
Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak di Kabupaten Majalengka. Tesis Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Wadud, Mursyida A. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pekerjaaan Ibu dengan
Status Imunisasi Dasar di Desa Muara Medak Wilayah Kerja Puskesmas Bayung.
http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/hubungan_antara_pengetahuan_dan
_pekerjaan_ibu_dengan_status_imunisasi_dasar_pada_bayi_di_desa_muara_meda
k_wilayah_kerja_puskesmas_bayung_lencir_2013.pdf diakses tanggal 6 November
2018 pukul 21.00 wib
WHO. 2013. Latar Belakang Munculnya Penyakit Campak. diakses dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/106179/potongan/S2-2016-369857introduction.pdf , diakses tanggal 7 November 2018 pukul 11.23 wib
. 2015. World Health Statistics 2015: World Health Organization
Wilson, Rose Jane. 2016. Understanding Factors Influencing Vaccination Acceptance
During Pregnancy in Hackney, London year 2016. diakses dari
https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S0140-6736%2816%2932348-0
diakses tanggal 9 Desember 2018 pukul 19.00 wib
Wiyono, Djoko. 2005. Manajemen Mutu Pelayanan Keehatan Teori Strategi dan
Aplikasi. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press
Xeuatvongsa, Anonh. 2014. Determination of Factors Affecting the Vaccination Status
of Children Aged 12–35 Months in Lao People’s Democratic Republic. diakses
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5362045/ pada tanggal 18
November 2018 pukul 11.50 wib
Yanti, Tri Budi. 2014. Hubungan Pemberian Vitamin A dan Umur Saat Pemberian
Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak Pada Bayi dan Balita di
Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta Tahun 2013-2014.
diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/781/1/Naskah%20Publikasi%20Tri%20Budi%20Y
anti%20%28201410104261%29.pdf tanggal 15 Juni 2019 pukul 07.00 wib
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Informan
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI INFORMAN
Selamat pagi/siang/sore, perkenalkan nama saya Nurul Maulidya Agustiningsih,
saya adalah mahasiswi program studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian mengenai “Determinan Status Imunisasi MR (Measles
Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”. Penelitian ini
dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta.
Dengan ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini, dimana saya akan menanyakan beberapa hal yang terkait dengan
penelitian. Kerahasiaan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Wawancara akan berlangsung ± 15-20 menit.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela. Bapak/Ibu
diperbolehkan untuk mengundurkan diri untuk tidak terlibat dalam penelitian ini tanpa
ada konsekuensi apapun.
Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya mengucapkan terima
kasih.
Pontianak , ................ 2019
Hormat saya,
(Nurul Maulidya Agustiningsih)
PERNYATAAN KESEDIAAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah ibu/bapak memahami maksud dari kegiatan penelitian pada lembar
penjelasan penelitian, maka saya mohon untuk mengisi data dibawah ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
:…………………………………………………………..
Alamat
: …………………………………………………………..
Telah memahami penjelasan mengenai naskah penelitian tersebut dan bersedia
ikut serta menjadi responden dalam penelitian “Determinan Status Imunisasi MR
(Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”. Saya
bersedia di wawancarai dalam penelitian yang dilakukan.
Pontianak,
2019
Yang membuat pernyataan
(
)
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Kuesioner
DETERMINAN STATUS IMUNISASI MR (MEASLES RUBELLA) DI KOTA
PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2019
No. Responden
:
Tanggal pengisian
:
Nama Responden
:
Petunjuk Pengisian :
A. Isilah kuesioner dengan jujur sesuai dengan keadaan anda yang benar. Jawaban anda
adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh siapapun dengan dijamin
kerahasiaannya.
B. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia sebelum
ibu menjawab pertanyaan ini.
Status Kelengkapan Imunisasi MR
Apakah anak ibu mendapatkan imunisasi MR ?
a. Ya
b. Tidak
Identitas Responden
1. Umur
:
2. Agama
:
3. Suku
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan
:
6. Pendidikan suami
:
7. Pekerjaan suami
:
8. Pendapatan per bulan
:
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan berikanlah tanda
silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia.
Diisi
Peneliti
9. Pengetahuan ibu
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Menurut Anda, apakah yang
dimaksud dengan imunisasi?
a.Upaya pencegahan terhadap penyakit
infeksi
b.Upaya pengobatan terhadap penyakit
infeksi
c. Upaya meningkatkan berat badan anak
d. Upaya peningkatan gizi anak
e. Tidak tahu
2.
Berapa kali imunisasi campak
dan rubella diberikan ?
3.
Bagaimanakah
penyakit
campak dan rubella ditularkan
?
4.
Apakah tanda dan gejala
terkena penyakit rubella ?
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
5.
e.
Kecacatan seperti apakah a.
yang bisa terkena kepada bayi
jika virus rubella menyerang
ibu hamil ?
b.
c.
d.
e.
Total Skor
Keterangan :
1 kali
2 kali
3 kali
4 kali
Tidak tahu
Melalui Saluran pencernaan
Melalui saluran pernapasan
Melalui berjabat tangan
Melalui kontak dengan penderita
Tidak tahu
Pembengkakan pada bagian perut,
demam, sakit sendi
Ruam berbentuk bintik kemerahmerahan, sakit sendi atau tulang-tulang
tubuh, pembengkakan pada bagian
kaki
Demam, sakit kepala, pembengkakan
kelanjar pada telinga dan leher, ruam
berbentuk bintik kemerah-merahan
Infeksi pada bagian telinga, demam,
pembengkakan pada bagian kaki
Pembengkakan pada bagian tangan
Katarak, penyakit jantung bawaan,
kerusakan otak, organ hati, serta paruparu.
Penyakit kulit, kerusakan otak, organ
hati, serta paru-paru.
Kematian, penyakit kulit, kerusakan
otak, organ hati, serta paru-paru.
Katarak, penyakit jantung bawaan,
penyakit syaraf
Penyakit jantung bawaan, kerusakan
otak, kebutaan
Skor
Petunjuk pengisian :
- Pilihlah satu jawaban
- Berikan tanda Checklist (√ ) pada jawaban yang dipilih
- Semua pertanyaan harus dijawab
10. Persepsi
Persepsi Kerentanan
No
Pertanyaan
Sangat
Setuju
Setuju
Diisi
Peneliti
Jawaban
Tidak
Sangat
setuju tidak setuju
Skor
Jika anak saya tidak diimunisasi,
anak saya lebih beresiko tertular
penyakit Campak dan Rubella
2. Saya prihatin tentang balita
maupun anak-anak yang sakit
berat dikarenakan tertular virus
penyakit Campak dan Rubella
3. Anak saya kebal terhadap
penyakit jika sudah diimunisasi
Campak dan Rubella
Total Skor
Keterangan :
1.
Diisi
Peneliti
Persepsi Keparahan
No
Pertanyaan
Sangat
Setuju
1.
2.
3.
4.
Infeksi penyakit Campak dan
Rubella dapat
menyebabkan
masalah kesehatan yang serius.
Jika anak saya terinfeksi penyakit
Campak dan Rubella, maka
aktivitasnya akan menurun
Saya sangat kuatir dengan
penularan virus Campak dan
Rubella
Setiap
anak
saya
sakit
menimbulkan gejala serius
Total Skor
Keterangan :
Setuju
Jawaban
Tidak Sangat tidak Skor
setuju
setuju
Diisi
Peneliti
Manfaat yang Dirasakan Responden
No
Pertanyaan
Sangat
Setuju
Setuju
Jawaban
Tidak Sangat tidak Skor
setuju
setuju
1.
Imunisasi MR efektif untuk
melindungi anak saya dari virus
Campak dan Rubella
2. Mendapatkan imunisasi MR akan
mencegah anak saya tertular virus
Campak dan Rubella
3. Anak saya mendapatkan banyak
keuntungan dari imunisasi MR
Total Skor
Keterangan :
Diisi
Peneliti
Hambatan yang Dirasakan Responden
No
Pertanyaan
Sangat
Setuju
Saya tidak perlu memberikan
imunisasi MR kepada anak saya
2. Imunisasi MR memiliki efek
samping yang buruk untuk anak
saya.
3. Umumnya
saya
menentang
imunisasi MR
4. Terlalu banyak kesulitan yang
saya hadapi untuk mendapatkan
imunisasi MR bagi anak saya.
5. Saya tidak punya waktu untuk
mengantarkan anak saya ke
pelayanan
kesehatan
untuk
mendapatkan imunisasi MR.
6. Saya
kuatir vaksin dalam
imunisasi MR yang diberikan
kepada anak saya tidak halal
karena menggunakan media yang
tidak sesuai ajaran agama.
Total Skor
1.
Keterangan :
Setuju
Jawaban
Tidak Sangat tidak Skor
setuju
setuju
Diisi
Peneliti
11. Ketersediaan sarana
No
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Apakah ditempat ibu tersedia sarana pelayanan kesehatan
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Pustu atau
Praktik Bidan untuk melakukan imunisasi MR?
Apakah sarana pelayanan kesehatan selalu tersedia saat
ibu ingin melakukan imunisasi khususnya imunisasi MR
anak ibu?
Apakah sarana pelayanan kesehatan tersebut dapat
mengatasi masalah ketika ibu mendapatkan masalah
setelah melakukan imunisasi pada anak ibu?
Apakah sarana pelayanan kesehatan tersebut memberikan
kualitas (mutu) yang baik terutama pada saat melakukan
imunisasi?
Ya
Tidak
Skor
Total Skor
Keterangan :
Diisi
Peneliti
12. Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan
No
1.
Pertanyaan
Apakah jarak ke sarana pelayanan kesehatan jauh dari
tempat tinggal ibu?
2. Apakah ibu membutuhkan alat transportasi untuk sampai
ke tempat sarana pelayanan kesehatan tersebut?
3. Apakah jarak ke sarana pelayanan kesehatan menjadi
kendala bagi ibu untuk membawa anak ibu untuk
imunisasi?
4. Apakah untuk sampai ke tempat sarana kesehatan
membutuhkan biaya yang mahal?
Total Skor
Keterangan :
Ya
Tidak
Diisi
Peneliti
13. Dukungan Keluarga
No
1.
Pertanyaan
Apakah ibu mendapatkan informasi dari keluarga (suami,
orang tua, mertua maupun saudara lainnya) tentang
imunisasi MR?
2.
Apakah keluarga menganjurkan ibu membawa anak ibu
ke pelayanan kesehatan agar diberikan imunisasi MR?
3.
Apakah keluarga ibu mendengarkan keluh kesah saat
mendapatkan kesulitan dalam memberikan imunisasi MR
pada anaknya?
4.
Apakah keluarga peduli terhadap kebutuhan ibu dalam
upaya pemberian imunisasi MR pada anak ?
Total Skor
Keterangan :
Skor
Ya
Tidak
Skor
Diisi
Peneliti
14. Sikap Petugas Kesehatan
No
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Apakah ibu pernah mendapat penyuluhan tentang
imunisasi MR dari petugas kesehatan?
Apabila ibu tidak datang mengimunisasikan bayi ibu,
apakah petugas kesehatan mendatangi rumah ibu?
Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah ibu
untuk memberi penjelasan tentang imunisasi MR?
Apakah setiap ibu yang mendatangi tempat pelayanan
imunisasi langsung dilayani segera oleh petugas
kesehatan?
Ya
Tidak
Skor
Total Skor
Keterangan :
Diisi
Peneliti
15. Isyarat untuk Bertindak
No
1.
Pertanyaan
Apakah ibu pernah mendapatkan informasi dari media
massa baik elektronik maupun media cetak tentang
imunisasi MR ?
2. Apakah ibu pernah mendapatkan ajakan dari keluarga lain
untuk mengimunisasi MR ?
3. Apakah petugas kesehatan pernah menasehati ibu untuk
memberikan imunisasi MR kepada anaknya?
Total Skor
Keterangan :
Ya
Tidak
Skor
PROSEDUR WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)
DETERMINAN STATUS IMUNISASI MR (MEASLES RUBELLA) DI KOTA
PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARATTAHUN 2019
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK IBU
I. Identitas Informan
Nama
:
Umur
:
Pendidikan terakhir
:
Pendidikan suami
:
Pekerjaan
:
Pekerjaan suami
:
Sosial ekonomi
:
II. Keterangan Pewawancara
Nama pewawancara
:
Nama pencatat
:
Tanggal/jam wawancara
:
Tempat wawancara
:
Lama waktu wawancara
:
III. Materi Pertanyaan
Apakah anak ibu mendapatkan imunisasi MR?
a) Ya
b) Tidak
1) Dukungan Keluarga
a. Apakah keluarga atau suami ibu memberikan dukungan terhadap imunisasi
MR ini?
b. Mengapa suami atau keluarga ibu tidak memberikan dukungan terhadap
pemberian imunisasi MR ?
c. Apakah ibu setuju terhadap pendapat dari suami maupun keluarga ibu terhadap
imunisasi MR ini ?
d. Apakah ada keluarga ibu lain yang memberitahukan bahwa imunisasi MR ini
penting diberikan kepada anak ibu ?
2) Sikap Petugas Kesehatan
a. Apakah tenaga kesehatan memberikan penyuluhan sebelumnya tentang
imunisasi MR ini?
b. Apakah tenaga kesehatan mengingatkan jadwal pemberian imunisasi MR ?
c. Apakah tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang ramah dan sopan
kepada ibu pada saat melakukan imunisasi selama ini ?
d. Apakah ada petugas kesehatan datang ke rumah ibu menanyakan masalah
ketidakikutsertaan ibu untuk membawa anak ibu melakukan imunisasi MR?
3) Jarak Fasilitas Kesehatan
a. Apakah jarak ke fasilitas kesehatan dekat dari rumah ibu?
b. Berapa menit ibu untuk sampai ke fasilitas kesehatan?
c. Dimana ibu biasanya membawa anak ibu untuk melakukan imunisasi?
d. Apakah jarak menjadi hambatan ibu untuk membawa anaknya untuk imunisasi
MR?
4) Persepsi
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap budaya imunisasi selama ini ?
b. Apakah yang ibu ketahui tentang imunisasi tambahan yaitu imunisasi MR
(Measles Rubella) ?
c. Apakah ibu kuatir terhadap imunisasi MR ini tidak halal karena menggunakan
media yang tidak sesuai dengan ajaran agama ?
d. Apakah ibu tidak kuatir terhadap penularan virus campak dan rubella akan
terkena kepada anak ibu ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KELUARGA IBU
I. Identitas Informan
Nama
:
Umur
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
II. Keterangan Pewawancara
Nama pewawancara
:
Nama pencatat
:
Tanggal/jam wawancara
:
Tempat wawancara:
Lama waktu wawancara
:
III. Materi Pertanyaan
1) Apakah bapak/ibu memberikan izin kepada keluarga bapak/ibu untuk memberikan
imunisasi MR ?
2) Jika tidak, mengapa alasannya ?
3) Jika ya, apakah bapak/ibu menemani ibu ke faskes untuk memperoleh imunisasi
MR untuk anaknya?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB IMUNISASI
I.Identitas Informan
Nama
:
Umur
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
II. Keterangan Pewawancara
Nama pewawancara
:
Nama pencatat
:
Tanggal/jam wawancara
:
Tempat wawancara:
Lama waktu wawancara
:
III. Materi Pertanyaan
1. Apa pandangan bapak/ibu terhadap cakupan imunisasi MR yang masih rendah ?
2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan cakupan MR tersebut ?
3. Apa tantangan dalam meningkatkan cakupan tersebut ?
Lampiran 3 : Surat Izin Observasi
Lampiran 4 : Data Hasil Observasi
Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan > 34,40
Nilai Median : 41,5
Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan >34,40
Nama Puskesmas
Jumlah Cakupan
Puskesmas Tanjung Hulu
48,1%
Puskesmas Kampung Dalam
35,4%
Puskesmas Paris 2
64,1%
Puskesmas Purnama
38,4%
Puskesmas Karya Mulya
37,3%
Puskesmas Kampung Bali
44,7%
Puskesmas Pal 3
37,3%
Puskesmas Komyos
66,4%
Nilai Median : 41
Puskesmas yang mendekati median : Puskesmas Purnama dan Kampung Bali
Cakupan 34,40
Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan < 34,40
Nama Puskesmas
Puskesmas Khatulistiwa
Puskesmas Siantan Hilir
Puskesmas Siantan Tengah
Puskesmas Siantan Hulu
Puskesmas Telaga Biru
Puskesmas Banjar Serasan
Puskesmas Tambelan Sampit
Puskesmas Saigon
Puskesmas Parit Mayor
Puskesmas Kampung Bangka
Puskesmas Gang Sehat
Puskesmas Alianyang
Puskesmas Pal 5
Puskesmas Perumnas 1
Puskesmas perumnas 2
Jumlah Cakupan
27,8%
32,5%
23,8%
22,7%
21,6%
17,8%
23,2%
27,3%
26,0%
32,3%
31,0%
26,5%
29,4%
19,9%
20,3%
Nilai Median : 26
Puskesmas yang mendekati median : Puskesmas Parit Mayor, Puskesmas Alianyang,
Puskesmas Saigon dan Puskesmas Kampung Bangka
Lampiran 5 : SPSS
ANALISIS UNIVARIAT
FREQUENCIES VARIABLES=umur agama kelompoketnis pendidikan pekerjaan pendidikan
suami pekerjaansuami sosialekonomi pengetahuan persepsike
rentanan persepsikeparahan persepsimanfaat persepsihambtan ketersediaansara
na jarak dukungankeluarga sikappetugaskesehatan
isyaratuntukbertindak statusimunisasi
/ORDER=ANALYSIS.
Statusimunisasi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Imunisasi
174
55.6
55.6
55.6
tidak imunisasi
139
44.4
44.4
100.0
Total
313
100.0
100.0
Umur
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
>35 tahun
166
53.0
53.0
53.0
<35 tahun
147
47.0
47.0
100.0
Total
313
100.0
100.0
Agama
Frequency
Valid
Muslim
NonMuslim
Total
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
233
74.4
74.4
74.4
80
25.6
25.6
100.0
313
100.0
100.0
Kelompoketnis
Frequency
Valid
Pribumi
Nonpribumi
Total
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
295
94.2
94.2
94.2
18
5.8
5.8
100.0
313
100.0
100.0
Pendidikan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tinggi
162
51.8
51.8
51.8
rendah
151
48.2
48.2
100.0
Total
313
100.0
100.0
Pendidikansuami
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
tinggi
151
48.2
48.2
48.2
rendah
162
51.8
51.8
100.0
Total
313
100.0
100.0
Pengetahuan
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
tinggi
206
65.8
65.8
65.8
rendah
107
34.2
34.2
100.0
Total
313
100.0
100.0
Pekerjaan
Frequency
Valid
bekerja
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
87
27.8
27.8
27.8
tidak bekerja
226
72.2
72.2
100.0
Total
313
100.0
100.0
Pekerjaansuami
Frequency
Valid
bekerja
tidak bekerja
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
297
94.9
94.9
94.9
16
5.1
5.1
100.0
313
100.0
100.0
Sosialekonomi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tinggi
151
48.2
48.2
48.2
rendah
162
51.8
51.8
100.0
Total
313
100.0
100.0
Per sepsikerentanan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tinggi
160
51.1
51.1
51.1
rendah
153
48.9
48.9
100.0
Total
313
100.0
100.0
Persepsikeparahan
Frequency
Valid
tinggi
rendah
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
250
79.9
79.9
79.9
63
20.1
20.1
100.0
313
100.0
100.0
Persepsimanfaat
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tinggi
200
63.9
63.9
63.9
rendah
113
36.1
36.1
100.0
Total
313
100.0
100.0
persepsihambatan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
rendah
162
51.8
51.8
51.8
tinggi
151
48.2
48.2
100.0
Total
313
100.0
100.0
Keterse diaansarana
Frequency
Valid
tersedia
tidak tersedia
Total
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
249
79.6
79.6
79.6
64
20.4
20.4
100.0
313
100.0
100.0
Jarak
Frequency
Valid
terjangkau
tidak terjangkau
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
254
81.2
81.2
81.2
59
18.8
18.8
100.0
313
100.0
100.0
Dukung ankeluarga
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Mendukung
156
49.8
49.8
49.8
tidak mendukung
157
50.2
50.2
100.0
Total
313
100.0
100.0
I syaratuntukbertindak
Frequency
Valid
memperoleh informasi
Cumulative
Percent
Valid Percent
226
72.2
72.2
72.2
87
27.8
27.8
100.0
313
100.0
100.0
tidak memperoleh informasi
Total
Percent
ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
umur * statusimunisasi
agama * statusimunisasi
kelompoketnis * statusimunisasi
pendidikan * statusimunisasi
pekerjaan * statusimunisasi
pendidikansuami *
statusimunisasi
pekerjaansuami *
statusimunisasi
pendapatan * statusimunisasi
pengetahuan * statusimunisasi
persepsikerentanan *
statusimunisasi
persepsikeparahan *
statusimunisasi
persepsimanfaat *
statusimunisasi
persepsihambatan *
statusimunisasi
ketersediaansarana *
statusimunisasi
jarak * statusimunisasi
dukungankeluarga *
statusimunisasi
sikappetugaskesehatan *
statusimunisasi
isyaratuntukbertindak *
statusimunisasi
N
Total
Percent
N
Percent
313
313
313
313
313
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
0
0
0
0
0
.0%
.0%
.0%
.0%
.0%
313
313
313
313
313
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
313
100.0%
100.0%
0
0
.0%
.0%
313
313
100.0%
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
313
100.0%
0
.0%
313
100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
umur * statusimunisasi
Missing
Percent
313
100.0%
N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
313
100.0%
umur * statusimuni sasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
umur
>35 tahun
Count
Expected Count
% within umur
<35 tahun
% within umur
Total
97
69
166
73.7
166.0
58.4%
41.6%
100.0%
77
70
147
81.7
65.3
147.0
52.4%
47.6%
100.0%
174
139
313
Count
Expected Count
% within umur
Total
92.3
Count
Expected Count
tidak imunisasi
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
Df
1.157a
1
.282
.925
1
.336
1.157
1
.282
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.306
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
1.153
Casesb
1
.168
.283
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 65,28.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.061
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.061
.061
.056
.056
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Odds Ratio for umur (>35
tahun / <35 tahun)
1.278
Lower
.817
Approx. Sig.a
.282
313
Value
Approx. Tb
Upper
1.999
1.074
1.074
.284c
.284c
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
1.116
.913
1.363
.873
.681
1.118
313
agama * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
agama
Muslim
NonMuslim
Total
Count
tidak imunisasi
Total
131
102
233
Expected Count
129.5
103.5
233.0
% within agama
56.2%
43.8%
100.0%
43
37
80
Expected Count
44.5
35.5
80.0
% within agama
53.8%
46.2%
100.0%
Count
Count
174
139
313
Expected Count
174.0
139.0
313.0
% within agama
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
.148a
1
.701
.064
1
.800
.147
1
.701
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.794
Linear-by-Linear Association
N of Valid Casesb
.147
1
.399
.701
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,53.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.022
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.022
.022
Asymp. Std.
Errora
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Based on normal approximation.
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.701
.057
.057
.383
.383
.702c
.702c
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for agama
(Muslim / NonMuslim)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.105
.664
1.840
1.046
.829
1.320
.947
.717
1.249
313
kelompoketnis * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
kelompoketnis
Pribumi
Count
Expected Count
% within kelompoketnis
Nonpribumi
133
295
164.0
131.0
295.0
54.9%
45.1%
100.0%
12
6
18
10.0
8.0
18.0
66.7%
33.3%
100.0%
Expected Count
Total
Count
Expected Count
% within kelompoketnis
Total
162
Count
% within kelompoketnis
tidak imunisasi
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
.949a
1
.330
.533
1
.465
.972
1
.324
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.465
Linear-by-Linear Association
.946
Casesb
313
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
1
.234
.331
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,99.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
Asymp. Std.
Errora
Approx. Tb
.055
-.055
-.055
313
Approx. Sig.a
.330
.054
.054
-.973
-.973
.332c
.332c
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
kelompoketnis (Pribumi /
Nonpribumi)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
.609
.223
1.666
.824
.585
1.160
1.353
.695
2.631
313
pendidikansuami * statusimunisasi
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pendidikansuami *
statusimunisasi
Missing
Percent
313
N
100.0%
Total
Percent
0
N
Percent
.0%
313
100.0%
pendidikansuami * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
pendidikansuami
Tinggi
Count
rendah
94
57
151
67.1
151.0
62.3%
37.7%
100.0%
80
82
162
90.1
71.9
162.0
49.4%
50.6%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Count
Expected Count
% within pendidikansuami
Total
Count
Expected Count
% within pendidikansuami
Total
83.9
Expected Count
% within pendidikansuami
tidak imunisasi
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Asymp. Sig. (2sided)
df
5.243a
1
.022
4.734
1
.030
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Likelihood Ratio
5.262
1
.022
Fisher's Exact Test
.023
Linear-by-Linear Association
N of Valid
5.226
Casesb
1
.015
.022
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.128
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.129
.129
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.022
.056
.056
2.302
2.302
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
pendidikansuami (tinggi /
rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.690
1.077
2.653
1.261
1.033
1.539
.746
.578
.962
313
pengetahuan * statusimunisasi
pengetahuan * statusimunisa si Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
pengetahuan
tinggi
Count
Expected Count
% within pengetahuan
rendah
Count
Expected Count
% within pengetahuan
Total
Count
Expected Count
% within pengetahuan
tidak imunisasi
Total
102
104
206
114.5
91.5
206.0
49.5%
50.5%
100.0%
72
35
107
59.5
47.5
107.0
67.3%
32.7%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
.022c
.022c
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Asymp. Sig. (2sided)
df
9.013a
1
.003
8.307
1
.004
9.160
1
.002
Correctionb
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.003
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
8.984
Casesb
1
.002
.003
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 47,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.167
.003
-.170
-.170
.055
.055
.003c
.003c
-3.037
-3.037
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Lower
Value
Odds Ratio for pengetahuan
(tinggi / rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Upper
.477
.293
.776
.736
.608
.891
1.543
1.139
2.091
313
pekerjaan * statusimunisasi
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pekerjaan * statusimunisasi
Missing
Percent
313
100.0%
N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
313
100.0%
pekerjaan * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
pekerjaan
Bekerja
Count
tidak bekerja
53
34
87
38.6
87.0
60.9%
39.1%
100.0%
121
105
226
125.6
100.4
226.0
53.5%
46.5%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Count
Expected Count
% within pekerjaan
Total
Count
Expected Count
% within pekerjaan
Total
48.4
Expected Count
% within pekerjaan
tidak imunisasi
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
1.386a
1
.239
Continuity Correctionb
1.103
1
.294
Likelihood Ratio
1.395
1
.238
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.255
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
1.381
Casesb
1
.147
.240
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.066
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.067
.067
313
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk estimate
95% Confidence Interval
Value
1.353
Lower
.817
Approx. Sig.a
.239
.056
.056
a. Not assuming the null hypothesis.
Odds Ratio for pekerjaan
(bekerja / tidak bekerja)
Approx. Tb
Upper
2.239
1.176
1.176
.240c
.240c
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
1.138
.925
1.400
.841
.625
1.132
313
Pekerjaan suami
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pekerjaansuami *
statusimunisasi
Missing
Percent
313
N
100.0%
Total
Percent
0
N
.0%
Percent
313
100.0%
pekerjaansuami * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
Pekerjaansuami
Bekerja
Count
Expected Count
% within pekerjaansuami
tidak bekerja
Count
Expected Count
% within pekerjaansuami
Total
Count
Expected Count
% within pekerjaansuami
tidak imunisasi
Total
167
130
297
165.1
131.9
297.0
56.2%
43.8%
100.0%
7
9
16
8.9
7.1
16.0
43.8%
56.2%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
.958a
1
.328
Continuity Correctionb
.519
1
.471
Likelihood Ratio
.950
1
.330
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.440
Linear-by-Linear Association
.955
Casesb
313
N of Valid
1
.329
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.
b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.235
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.055
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.055
.055
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.328
.057
.057
.329c
.329c
.977
.977
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
pekerjaansuami (bekerja /
tidak bekerja)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.652
.599
4.553
1.285
.731
2.260
.778
.496
1.222
313
sosialekonomi * statusimunisasi
sosialekonomi * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
sosialekonomi
tinggi
Count
Expected Count
% within sosialekonomi
rendah
Count
Expected Count
% within sosialekonomi
Total
Count
Expected Count
% within sosialekonomi
tidak imunisasi
Total
98
53
151
83.9
67.1
151.0
64.9%
35.1%
100.0%
76
86
162
90.1
71.9
162.0
46.9%
53.1%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Asymp. Sig. (2sided)
df
10.242a
1
.001
9.527
1
.002
10.312
1
.001
Correctionb
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
10.209
Casesb
1
.001
.001
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.178
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.181
.181
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Odds Ratio for
sosialekonomi (tinggi /
rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
2.092
1.328
3.297
1.383
1.131
1.692
.661
.509
.858
313
Approx. Sig.a
.001
.055
.055
313
Value
Approx. Tb
3.244
3.244
.001c
.001c
persepsikerentanan * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
persepsikerentanan
tinggi
Count
103
Expected Count
% within persepsikerentanan
rendah
71.1
160.0
35.6%
100.0%
71
82
153
85.1
67.9
153.0
46.4%
53.6%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Count
Expected Count
% within persepsikerentanan
160
88.9
Expected Count
% within persepsikerentanan
57
Total
64.4%
Count
Total
tidak imunisasi
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Asymp. Sig. (2sided)
df
10.230a
1
.001
9.515
1
.002
10.283
1
.001
Correctionb
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
10.197
Casesb
1
.001
.001
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,95.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.178
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.181
.181
Asymp. Std.
Errora
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.001
.056
.056
3.242
3.242
.001c
.001c
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
persepsikerentanan (tinggi /
rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
2.087
1.326
3.284
1.387
1.129
1.704
.665
.515
.858
313
persepsikeparahan * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
persepsikeparahan
tinggi
Count
rendah
153
97
250
111.0
250.0
61.2%
38.8%
100.0%
21
42
63
35.0
28.0
63.0
33.3%
66.7%
100.0%
174
139
313
Count
Expected Count
% within persepsikeparahan
Total
Count
Expected Count
% within persepsikeparahan
Total
139.0
Expected Count
% within persepsikeparahan
tidak imunisasi
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
15.828a
1
.000
Continuity Correctionb
14.720
1
.000
Likelihood Ratio
15.865
1
.000
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Casesb
Exact Sig. (2sided)
.000
15.778
1
.000
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,98.
b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.000
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.219
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.225
.225
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.000
.055
.055
.000c
.000c
4.070
4.070
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
persepsikeparahan (tinggi /
rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
3.155
1.762
5.647
1.836
1.277
2.639
.582
.461
.735
313
persepsimanfaat * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
persepsimanfaat
tinggi
Count
Expected Count
% within persepsimanfaat
rendah
% within persepsimanfaat
Total
56
200
111.2
88.8
200.0
72.0%
28.0%
100.0%
30
83
113
62.8
50.2
113.0
26.5%
73.5%
100.0%
Count
Expected Count
% within persepsimanfaat
Total
144
Count
Expected Count
tidak imunisasi
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
60.420a
1
.000
58.593
1
.000
62.017
1
.000
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
N of Valid
60.227
Casesb
1
.000
.000
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 50,18.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.402
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.439
.439
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.000
.051
.051
.000c
.000c
8.625
8.625
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
persepsimanfaat (tinggi /
rendah)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
7.114
4.233
11.957
2.712
1.972
3.730
.381
.297
.489
313
persepsihambatan * statusimunisasi
persepsihambatan * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
persepsihambatan
rendah
Count
Expected Count
% within persepsihambatan
tinggi
Count
Expected Count
% within persepsihambatan
Total
Count
Expected Count
% within persepsihambatan
tidak imunisasi
Total
105
57
162
90.1
71.9
162.0
64.8%
35.2%
100.0%
69
82
151
83.9
67.1
151.0
45.7%
54.3%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
11.572a
1
.001
Continuity Correctionb
10.811
1
.001
Likelihood Ratio
11.637
1
.001
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear Association
11.535
N of Valid Casesb
1
.000
.001
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Approx. Tb
Approx. Sig.a
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.189
Interval by Interval
Pearson's R
.192
.056
3.455
.001c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.192
.056
3.455
.001c
N of Valid Cases
.001
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for
persepsihambatan (rendah /
2.189
1.390
3.449
1.418
1.152
1.746
.648
.502
.836
tinggi)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
313
ketersediaansarana * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
tidak
imunisasi
imunisasi
ketersediaansarana
tersedia
Count
103
249
138.4
110.6
249.0
58.6%
41.4%
100.0%
Expected Count
% within
ketersediaansarana
tidak tersedia
Count
28
36
64
35.6
28.4
64.0
43.8%
56.2%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Expected Count
% within
ketersediaansarana
Total
Count
Expected Count
% within
ketersediaansarana
Total
146
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
4.569a
1
.033
3.986
1
.046
4.544
1
.033
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.035
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
Casesb
4.554
1
.023
.033
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.120
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.121
.121
Asymp. Std.
Errora
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.033
.057
.057
2.146
2.146
.033c
.033c
Ri sk Estimate
95% Confidence Interval
Lower
Value
Odds Ratio for
ketersediaansarana (tersedia
/ tidak tersedia)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Upper
1.822
1.047
3.173
1.340
.996
1.803
.735
.566
.955
313
jarak * statusimunisasi
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
jarak * statusimunisasi
Missing
Percent
313
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
313
100.0%
jarak * statusimunisasi Crosstabulation
statusimunisasi
imunisasi
jarak
Terjangkau
Count
144
Expected Count
% within jarak
tidak terjangkau
Count
Expected Count
% within jarak
Total
tidak imunisasi
Count
Expected Count
% within jarak
Total
110
254
141.2
112.8
254.0
56.7%
43.3%
100.0%
30
29
59
32.8
26.2
59.0
50.8%
49.2%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
.663a
1
.416
.447
1
.504
.660
1
.417
Fisher's Exact Test
.468
Linear-by-Linear Association
.661
Casesb
313
N of Valid
Exact Sig. (2sided)
1
.416
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,20.
b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.251
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.046
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.046
.046
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.416
.057
.057
.417c
.417c
.812
.812
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for jarak
(terjangkau / tidak
terjangkau)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.265
.717
2.232
1.115
.849
1.465
.881
.656
1.184
313
dukungankeluarga * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi tidak imunisasi
dukungankeluarga
mendukung
Count
Expected Count
% within dukungankeluarga
tidak mendukung
Count
Expected Count
% within dukungankeluarga
Total
Count
Expected Count
% within dukungankeluarga
Total
98
58
156
86.7
69.3
156.0
62.8%
37.2%
100.0%
76
81
157
87.3
69.7
157.0
48.4%
51.6%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
Df
6.584a
1
.010
Continuity Correctionb
6.013
1
.014
Likelihood Ratio
6.609
1
.010
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Fisher's Exact Test
.012
Linear-by-Linear Association
N of Valid
6.563
Casesb
1
.007
.010
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 69,28.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.144
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.145
.145
Approx. Tb
Approx. Sig.a
.010
.056
.056
.010c
.010c
2.585
2.585
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
dukungankeluarga
(mendukung / tidak
mendukung)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.801
1.147
2.827
1.298
1.061
1.588
.721
.559
.929
313
sikappetugaskesehatan * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi
Sikappetugaskese mempengaruhi
hatan
Count
Expected Count
% within
sikappetugaskesehatan
tidak mempengaruhi
Count
Expected Count
% within
sikappetugaskesehatan
tidak imunisasi
Total
162
78
240
133.4
106.6
240.0
67.5%
32.5%
100.0%
12
61
73
40.6
32.4
73.0
16.4%
83.6%
100.0%
Total
Count
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Expected Count
% within
sikappetugaskesehatan
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
59.116a
1
.000
Continuity Correctionb
57.066
1
.000
Likelihood Ratio
62.067
1
.000
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
N of Valid
Exact Sig. (1sided)
58.927
Casesb
1
.000
.000
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.399
Interval by Interval
Ordinal by Ordinal
N of Valid Cases
Pearson's R
Spearman Correlation
.435
.435
.048
.048
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Odds Ratio for
sikappetugaskesehatan
(mempengaruhi / tidak
10.558
5.374
20.742
4.106
2.430
6.939
.389
.316
.479
mempengaruhi)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
313
Approx. Sig.a
.000
313
Value
Approx. Tb
8.510
8.510
.000c
.000c
isyaratuntukbertindak * statusimunisasi
Crosstab
statusimunisasi
imunisasi tidak imunisasi
isyaratuntukbertindak
memperoleh informasi
Count
147
79
226
125.6
100.4
226.0
65.0%
35.0%
100.0%
27
60
87
48.4
38.6
87.0
31.0%
69.0%
100.0%
174
139
313
174.0
139.0
313.0
55.6%
44.4%
100.0%
Expected Count
% within
isyaratuntukbertindak
tidak memperoleh informasi
Count
Expected Count
% within
isyaratuntukbertindak
Total
Count
Expected Count
% within
isyaratuntukbertindak
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
29.432a
1
.000
Continuity Correctionb
28.070
1
.000
Likelihood Ratio
29.695
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
29.338
N of Valid Casesb
1
.000
.000
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value
Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.a
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.293
Interval by Interval
Pearson's R
.307
.054
5.681
.000c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.307
.054
5.681
.000c
N of Valid Cases
313
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
.000
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
29.432a
1
.000
Continuity Correctionb
28.070
1
.000
Likelihood Ratio
29.695
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
29.338
N of Valid Casesb
1
.000
313
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for
isyaratuntukbertindak
(memperoleh informasi / tidak
4.135
2.434
7.026
2.096
1.511
2.908
.507
.404
.636
memperoleh informasi)
For cohort statusimunisasi =
imunisasi
For cohort statusimunisasi =
tidak imunisasi
N of Valid Cases
313
.000
ANALISIS MULTIVARIAT
Model Awal
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
Imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 0
statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
S.E.
-.225
Wald
.114
3.897
df
Sig.
1
Exp(B)
.048
.799
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
Pendidikan
df
Sig.
11.572
1
.001
5.243
1
.022
Sosialekonomi
10.242
1
.001
Pengetahuan
9.013
1
.003
persepsikerentanan
10.230
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
ketersediaansarana
4.569
1
.033
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
131.119
12
.000
pendidikansuami
Overall Statistics
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
161.328
12
.000
Block
161.328
12
.000
Model
161.328
12
.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
268.660a
1
Nagelkerke R
Square
.403
.539
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
df
4.576
Sig.
8
.802
Contingency Table for Hosm er and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
31
30.599
1
1.401
32
2
27
29.316
5
2.684
32
3
26
25.992
4
4.008
30
4
25
24.615
6
6.385
31
5
24
21.040
7
9.960
31
6
18
17.502
13
13.498
31
7
13
13.542
19
18.458
32
8
7
8.001
25
23.999
32
9
3
2.726
28
28.274
31
10
0
.667
31
30.333
31
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 1
Statusimunisasi
imunisasi
imunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
151
23
86.8
36
103
74.1
tidak imunisasi
Overall Percentage
81.2
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Pendidikan
.495
.310
2.550
1
.110
1.641
.894
3.014
Pendidikansuami
.175
.327
.287
1
.592
1.191
.628
2.260
Pengetahuan
-.623
.339
3.381
1
.066
.536
.276
1.042
Pendapatan
1.660
.524
10.018
1
.002
5.259
1.881
14.701
Persepsikerentanan
.475
.318
2.238
1
.135
1.609
.863
2.999
Persepsikeparahan
1.401
.397
12.461
1
.000
4.059
1.865
8.834
Persepsimanfaat
1.980
.341
33.625
1
.000
7.244
3.709
14.146
Persepsihambatan
1.049
.403
6.774
1
.009
2.855
1.296
6.290
.427
.377
1.283
1
.257
1.533
.732
3.210
-1.925
.580
11.014
1
.001
.146
.047
.455
Sikappetugaskesehat
an
2.296
.458
25.143
1
.000
9.934
4.049
24.370
Isyaratuntukbertindak
.924
.386
5.728
1
.017
2.520
1.182
5.373
-2.823
.421
45.075
1
.000
.059
Ketersediaansarana
Dukungankeluarga
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pendidikansuami, pengetahuan, pendapatan, persepsikerentanan,
persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga,
sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak.
Pendidikan Suami Dikeluarkan
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted
Casesa
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
Constant
-2 Log likelihood
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 0
statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
S.E.
-.225
Wald
.114
3.897
df
Sig.
1
Exp(B)
.048
.799
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
df
Sig.
Pendidikan
11.572
1
.001
Sosialekonomi
10.242
1
.001
Pengetahuan
9.013
1
.003
persepsikerentanan
10.230
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
ketersediaansarana
4.569
1
.033
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
130.773
11
.000
Overall Statistics
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
161.042
11
.000
Block
161.042
11
.000
Model
161.042
11
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
268.947a
1
.402
.539
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
Df
3.936
Sig.
8
.863
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
35
35.275
2
1.725
37
2
24
24.591
3
2.409
27
3
26
26.774
5
4.226
31
4
24
24.433
7
6.567
31
5
25
21.147
6
9.853
31
6
16
17.336
15
13.664
31
7
12
13.026
19
17.974
31
8
9
7.875
22
23.125
31
9
3
2.836
28
28.164
31
10
0
.707
32
31.293
32
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 1
statusimunisasi
imunisasi
tidak imunisasi
Percentage
tidak imunisasi
Correct
150
24
86.2
36
103
74.1
Overall Percentage
80.8
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
pendidikan
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.504
.310
2.651
1
.103
1.655
.902
3.036
sosialekonomi
1.715
.514
11.140
1
.001
5.557
2.030
15.213
pengetahuan
-.621
.338
3.365
1
.067
.538
.277
1.043
persepsikerentanan
.477
.318
2.249
1
.134
1.611
.864
3.003
persepsikeparahan
1.423
.395
12.965
1
.000
4.148
1.912
8.998
persepsimanfaat
1.979
.341
33.657
1
.000
7.236
3.708
14.122
persepsihambatan
1.057
.404
6.851
1
.009
2.877
1.304
6.346
.406
.374
1.179
1
.278
1.501
.721
3.124
-1.924
.579
11.053
1
.001
.146
.047
.454
sikappetugaskesehat
an
2.313
.458
25.552
1
.000
10.102
4.120
24.764
isyaratuntukbertindak
.920
.386
5.698
1
.017
2.510
1.179
5.344
-2.770
.408
46.188
1
.000
.063
ketersediaansarana
dukungankeluarga
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, pengetahuan, persepsikerentanan,
persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga,
sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak.
Pemodelan tanpa Ketersediaan Sarana
Logistic Regression
Case Processing Summary N
Unweighted Casesa
Selected Cases
Included in Analysis
Percent
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
Constant
-2 Log likelihood
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 0
imunisasi
statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
S.E.
-.225
Wald
.114
3.897
df
Sig.
1
Exp(B)
.048
.799
Variables not in the Eq uation
Score
Step 0
Variables
df
pendidikan
11.572
1
.001
sosialekonomi
10.242
1
.001
pengetahuan
9.013
1
.003
persepsikerentanan
10.230
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
129.491
10
.000
Overall Statistics
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted
Casesa
Selected Cases
N
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
Percent
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
Sig.
-2 Log likelihood
Constant
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 0
statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
Imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
Variables in the Equation
B
Step 0
S.E.
Constant
-.225
Wald
.114
df
Sig.
3.897
1
Exp(B)
.048
.799
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
df
Sig.
Pendidikan
11.572
1
.001
Sosialekonomi
10.242
1
.001
Pengetahuan
9.013
1
.003
Persepsikerentanan
10.230
1
.001
Persepsikeparahan
15.828
1
.000
Persepsimanfaat
60.420
1
.000
Persepsihambatan
11.572
1
.001
Dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
129.491
10
.000
Overall Statistics
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
Df
Sig.
Step
159.866
10
.000
Block
159.866
10
.000
Model
159.866
10
.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
270.122a
1
.400
Nagelkerke R Square
.536
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
1
Chi-square
2.015
df
Sig.
8
.981
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
statusimunisasi = tidak imunisasi
Total
Observed
Step 1
Expected
Observed
Expected
1
25
24.907
1
1.093
26
2
27
27.697
3
2.303
30
3
26
26.428
4
3.572
30
4
26
26.558
7
6.442
33
5
23
21.949
8
9.051
31
6
20
19.021
12
12.979
32
7
13
13.749
18
17.251
31
8
10
8.673
20
21.327
30
9
4
4.039
28
27.961
32
10
0
.978
38
37.022
38
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 1
statusimunisasi
imunisasi
imunisasi
tidak imunisasi
tidak imunisasi
Percentage
Correct
150
24
86.2
36
103
74.1
Overall Percentage
80.8
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B
Ste Pendidikan
p 1a
Sosialekonomi
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.508
.309
2.708
1
.100
1.663
.908
3.046
1.787
.512
12.162
1
.000
5.971
2.187
16.302
-.643
.337
3.637
1
.057
.526
.271
1.018
persepsikerentanan
.525
.315
2.782
1
.095
1.690
.912
3.132
persepsikeparahan
1.442
.393
13.482
1
.000
4.229
1.959
9.131
persepsimanfaat
1.963
.340
33.354
1
.000
7.124
3.659
13.871
persepsihambatan
1.047
.402
6.799
1
.009
2.850
1.297
6.263
dukungankeluarga
-1.977
.577
11.726
1
.001
.138
.045
.429
2.362
.457
26.689
1
.000
10.612
4.331
26.001
.909
.384
5.595
1
.018
2.482
1.169
5.273
-2.710
.403
45.308
1
.000
.067
Pengetahuan
sikappetugaskesehatan
isyaratuntukbertindak
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, pengetahuan, persepsikerentanan, persepsikeparahan,
persepsimanfaat, persepsihambatan, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak.
Pemodelan tanpa Persepsi Kerentanan
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted
Casesa
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 0
imunisasi
statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
S.E.
-.225
Wald
.114
3.897
df
Sig.
1
Exp(B)
.048
.799
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
pendidikan
df
Sig.
11.572
1
.001
pengetahuan
9.013
1
.003
sosialekonomi
10.242
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
ketersediaansarana
4.569
1
.033
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
129.364
10
.000
Overall Statistics
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
158.789
10
.000
Block
158.789
10
.000
Model
158.789
10
.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
271.200a
1
Nagelkerke R Square
.398
.533
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
df
4.045
Sig.
8
.853
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
28
27.706
1
1.294
29
2
28
30.250
5
2.750
33
3
27
26.994
4
4.006
31
4
27
25.131
5
6.869
32
5
21
22.433
12
10.567
33
6
20
18.737
14
15.263
34
7
13
12.163
17
17.837
30
8
7
7.297
24
23.703
31
9
3
2.632
27
27.368
30
10
0
.658
30
29.342
30
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
Observed
imunisasi
Step 1
statusimunisasi
imunisasi
tidak imunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
147
27
84.5
36
103
74.1
Overall Percentage
79.9
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step 1a pendidikan
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.515
.308
2.798
1
.094
1.674
.915
3.062
pengetahuan
-.653
.337
3.768
1
.052
.520
.269
1.006
sosialekonomi
1.658
.512
10.475
1
.001
5.249
1.923
14.326
Persepsikeparaha
n
1.441
.392
13.501
1
.000
4.224
1.959
9.110
persepsimanfaat
2.054
.337
37.246
1
.000
7.800
4.033
15.087
persepsihambatan
1.001
.404
6.146
1
.013
2.721
1.233
6.003
Ketersediaansara
na
.483
.369
1.714
1
.190
1.621
.787
3.341
dukungankeluarga
-1.890
.582
10.556
1
.001
.151
.048
.473
sikappetugaskese
hatan
2.333
.453
26.505
1
.000
10.309
4.241
25.058
isyaratuntukbertin
dak
.875
.381
5.280
1
.022
2.399
1.137
5.059
-2.537
.368
47.506
1
.000
.079
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pengetahuan, sosialekonomi, persepsikeparahan,
persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan,
isyaratuntukbertindak.
Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted
Casesa
Selected Cases
N
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
Percent
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
Unweighted CasesaCase Processing Summary N
Selected Cases
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
Percent
313
100.0
0
.0
313
100.0
0
313
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
-2 Log likelihood
Step 0
Constant
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 0
Statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
-.225
S.E.
.114
Wald
df
3.897
Sig.
1
Exp(B)
.048
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
df
Sig.
pengetahuan
9.013
1
.003
sosialekonomi
10.242
1
.001
.799
persepsikerentanan
10.230
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
ketersediaansarana
4.569
1
.033
dukungankeluarga
6.584
1
.010
59.116
1
.000
29.432
1
.000
128.775
10
.000
sikappetugaskesehatan
isyaratuntukbertindak
Overall Statistics
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
158.384
10
.000
Block
158.384
10
.000
Model
158.384
10
.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
271.604a
1
Nagelkerke R
Square
.397
.532
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
Df
4.799
Sig.
8
.779
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
26
25.711
1
1.289
27
2
30
31.260
4
2.740
34
3
29
29.529
5
4.471
34
4
23
23.567
7
6.433
30
5
26
21.916
6
10.084
32
6
15
17.290
16
13.710
31
7
14
13.122
17
17.878
31
8
8
7.926
23
23.074
31
9
3
2.937
28
28.063
31
10
0
.743
32
31.257
32
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 1
imunisasi
Statusimunisasi
Imunisasi
tidak imunisasi
tidak imunisasi
Percentage
Correct
150
24
86.2
39
100
71.9
Overall Percentage
79.9
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Pengetahuan
-.591
.335
3.118
1
.077
.554
.287
1.067
Sosialekonomi
1.744
.510
11.690
1
.001
5.722
2.105
15.555
Persepsikerentanan
.489
.316
2.395
1
.122
1.631
.878
3.031
Persepsikeparahan
1.376
.390
12.428
1
.000
3.959
1.842
8.506
Persepsimanfaat
2.030
.338
36.034
1
.000
7.611
3.923
14.765
Persepsihambatan
1.083
.401
7.307
1
.007
2.954
1.347
6.477
.416
.374
1.236
1
.266
1.516
.728
3.156
-1.912
.575
11.046
1
.001
.148
.048
.456
2.336
.455
26.388
1
.000
10.344
4.242
25.226
.947
.382
6.144
1
.013
2.578
1.219
5.453
-2.593
.385
45.363
1
.000
.075
Ketersediaansarana
Dukungankeluarga
Sikappetugaskesehatan
Isyaratuntukbertindak
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sosialekonomi, persepsikerentanan, persepsikeparahan,
persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan,
isyaratuntukbertindak.
Pemodelan tanpa Pengetahuan Ibu
Case Processing Summ ary
Unweighted
Casesa
Selected Cases
N
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
Percent
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
imunisasi
tidak imunisasi
Internal Value
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood
Constant
Step 0
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 0
imunisasi
Statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
Constant
S.E.
-.225
Wald
.114
df
Sig.
3.897
1
Exp(B)
.048
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
df
Sig.
pendidikan
11.572
1
.001
sosialekonomi
10.242
1
.001
persepsikerentanan
10.230
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
ketersediaansarana
4.569
1
.033
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
128.778
10
.000
Overall Statistics
.799
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
157.595
10
.000
Block
157.595
10
.000
157.595
10
.000
Model
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
272.393a
1
Nagelkerke R
Square
.396
.530
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
Df
Sig.
4.926
8
.765
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
30
30.367
2
1.633
32
2
28
28.137
3
2.863
31
3
24
25.743
6
4.257
30
4
27
24.885
4
6.115
31
5
24
21.795
7
9.205
31
6
15
17.082
15
12.918
30
7
12
13.339
19
17.661
31
8
10
8.282
21
22.718
31
9
4
3.462
27
27.538
31
10
0
.908
35
34.092
35
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 1
Statusimunisasi
imunisasi
tidak imunisasi
Overall Percentage
a. The cut value is ,500
tidak imunisasi
Percentage
Correct
147
27
84.5
36
103
74.1
79.9
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
Pendidikan
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.475
.307
2.394
1
.122
1.607
.881
2.932
1.720
.511
11.307
1
.001
5.583
2.049
15.214
Persepsikerentanan
.515
.315
2.666
1
.103
1.673
.902
3.104
Persepsikeparahan
1.444
.392
13.555
1
.000
4.236
1.964
9.137
Persepsimanfaat
2.047
.337
36.995
1
.000
7.745
4.004
14.979
Persepsihambatan
1.051
.403
6.791
1
.009
2.859
1.298
6.301
.449
.371
1.463
1
.226
1.566
.757
3.242
-1.983
.575
11.886
1
.001
.138
.045
.425
2.270
.450
25.391
1
.000
9.677
4.002
23.395
.902
.382
5.570
1
.018
2.466
1.165
5.216
-2.968
.395
56.607
1
.000
.051
Sosialekonomi
Ketersediaansarana
Dukungankeluarga
Sikappetugaskesehatan
Isyaratuntukbertindak
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, persepsikerentanan, persepsikeparahan,
persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan,
isyaratuntukbertindak.
Model Akhir
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa
Selected Cases
N
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total
Percent
313
100.0
0
.0
313
0
313
100.0
.0
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
imunisasi
tidak imunisasi
0
1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration
Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
429.988
-.224
2
429.988
-.225
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988
c. Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Predicted
statusimunisasi
imunisasi
Observed
Step 0
Statusimunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
Imunisasi
174
0
100.0
tidak imunisasi
139
0
.0
Overall Percentage
55.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
Step 0
S.E.
Constant
-.225
Wald
.114
df
Sig.
3.897
1
Exp(B)
.048
Variables not in the Equation
Score
Step 0
Variables
1
.001
persepsikeparahan
15.828
1
.000
persepsimanfaat
60.420
1
.000
persepsihambatan
11.572
1
.001
dukungankeluarga
6.584
1
.010
sikappetugaskesehatan
59.116
1
.000
isyaratuntukbertindak
29.432
1
.000
123.050
7
.000
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
df
Sig.
Step
150.157
7
.000
Block
150.157
7
.000
Model
150.157
7
.000
Model Summary
Step
1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
279.832a
Nagelkerke R
Square
.381
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
1
Chi-square
3.724
Sig.
10.242
Overall Statistics
Step 1
df
sosialekonomi
Df
Sig.
8
.881
.510
.799
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
statusimunisasi = imunisasi
Observed
Step 1
Expected
statusimunisasi = tidak imunisasi
Observed
Expected
Total
1
6
6.628
1
.372
7
2
51
50.558
4
4.442
55
3
33
34.657
8
6.343
41
4
24
22.420
5
6.580
29
5
19
17.923
8
9.077
27
6
16
16.198
13
12.802
29
7
14
12.697
16
17.303
30
8
8
8.344
23
22.656
31
9
3
3.617
27
26.383
30
10
0
.959
34
33.041
34
Classification Tablea
Predicted
statusimunisasi
Observed
Step 1
Statusimunisasi
imunisasi
Imunisasi
tidak imunisasi
Percentage
Correct
tidak imunisasi
151
23
86.8
42
97
69.8
Overall Percentage
79.2
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Sosialekonomi
1.768
.508
12.111
1
.001
5.857
2.164
15.848
Persepsikeparahan
1.457
.380
14.667
1
.000
4.293
2.037
9.050
Persepsimanfaat
2.172
.328
43.769
1
.000
8.777
4.612
16.704
Persepsihambatan
.978
.395
6.124
1
.013
2.659
1.225
5.767
Dukungankeluarga
-1.987
.573
12.008
1
.001
.137
.045
.422
2.370
.441
28.847
1
.000
10.693
4.504
25.390
.869
.373
5.420
1
.020
2.384
1.147
4.955
-2.432
.314
59.882
1
.000
.088
sikappetugaskesehatan
Isyaratuntukbertindak
Constant
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Sosialekonomi
1.768
.508
12.111
1
.001
5.857
2.164
15.848
Persepsikeparahan
1.457
.380
14.667
1
.000
4.293
2.037
9.050
Persepsimanfaat
2.172
.328
43.769
1
.000
8.777
4.612
16.704
Persepsihambatan
.978
.395
6.124
1
.013
2.659
1.225
5.767
Dukungankeluarga
-1.987
.573
12.008
1
.001
.137
.045
.422
2.370
.441
28.847
1
.000
10.693
4.504
25.390
.869
.373
5.420
1
.020
2.384
1.147
4.955
sikappetugaskesehatan
Isyaratuntukbertindak
a. Variable(s) entered on step 1: sosialekonomi, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan,
dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak.
Lampiran 6 : Matriks Jawaban Informan Kualitatif
MATRIKS JAWABAN IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN IMUNISASI MR KEPADA ANAKNYA
“Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”
No
1.
Tema
Dukungan
Keluarga
(terhadap
kebutuhan
ibu
dalam
upaya
pemberian
imunisasi
MR
anaknya)
Jawaban Informan
Kesimpulan
Suami ibu tak mekih
lek imunisasi itu tuh
polaneh bahaye ntok
masyarakat (A1)
Suami,
mertue,
orang tua ibu sih
tak ape nih dek
cuman ibunye jak
tak mao (A2)
Suami ibu larang
kalok ade ape ape
nanti die marah
nak (A3)
Tadak peduli sih
keluarge
ibu
seputar suntek
tuh iye iye ndak
ndak serahlah
(A4)
Papanya tak kasi
imunisasi
rubella itu (A5)
Keluarga sih iye iye
ndak ndak terserah
saya kak (B1)
Keluarga
sih
imunisasi apapun
peduli ya dek tapi
kalau
yang
imunisasi campak
terbaru itu suami
tak izinkan (B2)
Lokung gak kasi,
nurot jak (B3)
Bapaknya
tak
kasi dek, nanya
tetangga laen
yang
punya
anak kecik juak
tak kasi juga
mereka (B4)
Keluarga kk sih
OK jak cuman
tak de yang nak
ngantar eh (B5)
Sebagian
informan
mengatakan bahwa ibu
tidak mengimunisasi MR
anaknya
disebabkan
tidak mendapatkan izin
dari suaminya. Jika
terjadi sesuatu pada
anaknya tidak ada yang
bertanggung
jawab.
Sebagian
yang
lain
keluarga
informan
menyerahkan kebebasan
kepada ibunya untuk
imunisasi MR atau tidak
namun
kurang
kepedulian
dalam
memberikan upaya agar
ibunya
bisa
mendapatkan imunisasi
MR tersebut misalnya
tidak
mengantar
ke
faskes
No
Tema
2.
Sikap
petugas
kesehatan (terkait
penyuluhan
informasi MR)
Jawaban Informan
Kesimpulan
Petugas ade pula tuh
ngasi tahu lek soal
imunisasi jiah (A1)
Iye ade petugas
kesehatan kasi tahu
dulu ke ibu tapi tak
imunisasi pun tak
ape
katenye
bagusnya
sih
imunisasi (A2)
Tak ade masuk ke
ibu
nak
dari
petugas
cuman
minta persetjuan
jk mau imunisasi
ke ndak anaknya
di kertas tuh (A3)
Tadek riah yen,
tak ade secara
langsung
dek
(A4)
Ndak ade pula
penyuluhan tuh
(A5)
Tak ade info apapun
dari
petugas
kesehatan ntahlah ye
kalau saye tak peka
(B1)
Ada infonya dari
petugas
kalau
campak
sekarang
dah diganti dengan
MR makanya saye
nolak
nye
dek
tanyak suami dulu
(B2)
Dikasi tahu sama
bu bidan jak (B3)
Ade dikasi tahu
kader awalnya
lalu
bidannya
kasi tahu juga
(B4)
Kalau kasi kasi
penyuluhan gitu
tak
adelah
kekakak sih tak
tahu kalau ke
orang lain (B5)
Sebagian besar informan
yang memiliki anak
sekolah,
ibu
tidak
mendapatkan
penyuluhan
secara
langsung
tentang
manfaat maupun seputar
imunisasi MR secara
lengkap. Mereka cuman
mendapatkan
surat
persetujuan
untuk
anaknya imunisasi MR
atau tidak. Sedangkan
untuk informan yang
memiliki balita, ibu
mendapatkan informasi
tentang imunisasi MR
dari posyandu atau kader
dan puskesmas pada saat
akan
mengimunisasi
anaknya
walaupun
mereka
juga
tetap
menolak
untuk
mengimunisasi anaknya
No
Tema
3.
Jarak ke fasilitas
kesehatan (terkait
jauhnya dekatnya
untuk imunisasi
MR)
4.
Persepsi (terkait
kandungan,
keuntungan yang
ada
dalam
imunisasi MR)
Jawaban Informan
Kesimpulan
Lumayan lah tapi
bukan penghalang lek
kalau soal itu kan
imunisasinye
ade
disekolah tak perloh
ke puskesmas (A1)
Dekat jak cuman
tetap jak pakai
motor kesananye,
biase
imunisasi
yang lain kan ke
puskesmas (A2)
Tak jaoh dari sini
dah ade dah klinik
tak usah jauh (A3)
Tadak eh, dekat
dek (A4)
Situ jak bah bise
jalan kaki tak
jaoh pun (A5)
Pakai motor buat
sampeknye, tapi bise
lah dijangkau bukan
itu alasannye (B1)
Dekat tak jaoh sih
bukan
itu
penghalang nolak
imunisasi campak
itu tuh (B2)
Dekat sini banyak
kayak rs, klinik,
puskesmas (B3)
Jauh sih dek
menurut kk tapi
selama ada
motor
tinggal
cuss (B4)
Lumayan dekat
cuman sedang
gak
kalau
disuruh
jalan
kaki (B5)
Khawatir pula tuh
soal
nye
halal
haramnye kik tak
jelas makenye takut.
Anak pun trauma
soalnye sering habis
suntek malah demam
bengkak poleh (A1)
Tak
usahlah
imunisasi
ituh,
kandungannye
meragukan. Ragu
jadinye soalnye tak
jelas halal najis atau
ndaknye. (A2)
Pernah
dulu
imunisasi
awal
awal
tuh
di
sekolah
balek
balek
demam
makenye
kalau
ada imunisasi tak
usahlah (A3)
Dengar berita
banyak
yang
saket deek eh,
ape poleh joh
sampek mateh
(A4)
Takot
same
habes
disunteknye
banyak
berite
yang tak bagos
(A5)
Hampir
seluruh
informan
mengatakan
bahwa
fasilitas
kesehatan
sekarang
mudah untuk dijangkau
seperti puskesmas. Tidak
bisa
datang
ke
puskesmas bisa ke klinik
atau rumah sakit. Bukan
menjadi penghalang buat
mereka dalam tidak
mengimunisasi
MR
anaknya
Hampir
seluruh
informan
memiliki
persepsi yang berbeda
satu sama lain tentang
imunisasi MR yang
menurut mereka masih
belum
jelas
kandungannya, fatwanya
maupun
manfaatnya
sendiri bagi anaknya.
Berita berita yang tidak
menyenangkan seputar
imunisasi MR menjadi
5.
Ketersediaan
sarana
(terkait
faskes
menyediakan
imunisasi MR)
Takot
same
kandungannye,
tak
ade info manfaatnye
gak ye, takot nanti
pas setelah selesai
imunisasi malah saket
(B1)
Sebenarnya
imunisasi
dari
pemerintah
tuh
pasti dah pikirkan
manfaatnya, cuman
masih simpang siur
infonye jadi itulah
tak berani dek (B2)
Tadak
nentang
sebenarnya cuman
tak berani liat
berita (B3)
Khawatir karne
katenye
sih
cuman
di
Indonesia
pakeknye luar
negeri tak ade
imunisasi
ini
(B4)
Anaknye suke
sakit kalau habis
diimunisasi
makenye malas
nak
imunisasi
agik tuh (B5)
faktor utama mereka
menolak
untuk
mengimunisasi
MR.
Informan
tidak
menentang keberadaan
imunisasi
MR
di
masyarakat
tetapi
menolak jika imunisasi
itu diberikan ke anak
informan sampai jelas
beritanya.
Pasti adelah apa agik
imunisasinye
e
sekolah lek (A1)
Pernah tidak ada
tapi
bukan
imunisasi
rubella
itu, dulu pas awal
imunisasi (A2)
Selalu
ade
kayaknya
di
puskesmas
lah
tapi
inikan
imunisasinye di
sekolah pasti ade
(A3)
Pemerintah pasti
siapkan
lah
untok sekolah
untuk
puskesmas (A4)
Kalau rubella itu
kayaknye
ade
lah terus kan
baru
imunisasinye
(A5)
Ade kayaknye
puskesmas (B1)
Lengkap
di
puskesmas,
posyandu pun ade
(B2)
Imunisasinye ade
di posyandu di
puskesmas
ade
gak kata bu bidan
(B3)
Ade
di
puskesmas, tapi
bise
seharian
ngantrinye (B4)
Adelah
di
puskesmas (B5)
Seluruh
informan
mengatakan
bahwa
ketersediaan
sarana
dalam
mengimunisasi
anaknya
tidak
ada
hambatan.
Puskesmas
sudah
menyediakan
semuanya. Jikapun ada
bukan imunisasi MR
tetapi imunisasi yang
lain. Namun puskesmas
tetap memberikan solusi
jika terjadi kekosongan
vaksinnya.
di
No
Tema
6.
Isyarat
untuk
bertindak (terkait
tindakan dalam
pengambilan
keputusan)
Jawaban Informan
Kesimpulan
Coman taoh dari
mertue jak
ade
ngomong
sama
petugas itulah (A1)
Ada cari beritanye
di hape makenye
takot mau imunisasi
dek
banyak
kejadian
yang
lumpuhlah
yang
matilah (A2)
Info dari keluarge
jak lalu ade gak
dengar beritanye
di tipi tuh kan
sempat
heboh
(A3)
Tak punye hape
yang aneh aneh
tak ade bace,
cuman taoh dari
yang lain jak
(A4)
Bace,
ade
dengar
berita
pun iye gak (A5)
Ade pula baca baca
dari internet tuh kak
kan hape dah canggih
(B1)
Media lah tuh lah
saye
cari
dulu
infonya
seputar
imunisasinye
di
internet sama suami
barengan (B2)
Keluarge
ade
ngomong gak, ade
gak beritanya di
media (B3)
Bace dari hape
dek cari infonye
(B4)
Dengar dari tipi
beritanyee (B5)
Dari jawaban informan
dapat
disimpulkan
bahwa media elektronik
merupakan
cara
informan mendapatkan
informasi
seputar
imunisasi MR
MATRIKS JAWABAN INFORMAN KELUARGA
No
Tema
Jawaban Informan
Kesimpulan
1.
Dukungan Keluarga
(terhadap kebutuhan
ibu dalam upaya
pemberian imunisasi
MR anaknya)
Ndak dek, saye tak
izinkan emang sama
istri saye tuh
imunisasi yang baru
tuh biarlah. (C1)
Bapak cari dulu
infonye dari mane
mane make tak
bolehkan (C2)
Terserah
ibunya lah
dek mau
imunisasi atau
ndak soalnye
yang terbaik
jak lah saye
bagian cari
uang jak (C3)
Tak sempat
saye ngantar
die tuh nak
imunisasi
(C4)
Enje dek, tak
mekih dek (C5)
Hampir seluruh informan
mengatakan bahwa mereka
tidak mengizinkan
keluarganya atau istrinya
untuk memberikan imunisasi
MR kepada anaknya. Namun
ada juga yang berpendapat
bahwa suami tugasnya
mencari nafkah masalah
anak diserahkan sepenuhnya
kepada istrinya.
2.
Persepsi (seputar
imunisasi MR)
Bise buat lumpuh
kalau anaknya tak
kuat (C1)
Katenye sih
sebenarnya tak
ape ape cuman
berita nya tuh tak
ade yang bagos
(C2)
Tak tahu ape
ape pula tuh
ntah lah gak
yee mane
baiknya lah
(C3)
Ragu sama
kandungannye
masak anak
nye dikasi
babi dalam
tubuhnye (C4)
Bise keh mateh
enccan takoklah
(C5)
Hampir seluruh informan
memiliki persepsi yang
berbeda satu sama lain.
Persepsi itu muncul
dikarenkan informasi yang
mereka dapatkan tidak
menyenangkan membuat
mereka ragu untuk
pemberian imunisasi MR
tersebut baik dari segi
kandungan, manfaat maupun
efek setelah pasca imunisasi.
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian
Penelitian di Puskesmas Khatulistiwa
Penelitian di Puskesmas Parit Mayor
Penelitian di Puskesmas Purnama
Penelitian di Puskesmas Alianyang
Penelitian di Puskesmas Kampung Bali
Penelitian di Puskesmas Saigon
Wawancara Mendalam
Lampiran 8 : Surat Kode Etik dan Penelitian
Surat Penelitian
Puskesmas Khatulistiwa
Puskesmas Parit Mayor
Puskesmas Purnama
Puskesmas Kampung Bali
Puskesmas Alianyang
Puskesmas Saigon
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP MAHASISWA
Nurul Maulidya Agustiningsih, lahir di Pontianak, pada
tanggal 18 Agustus 1994, Agama Islam, anak bungsu dari 5
bersaudara dari pasangan Bapak H.Abdul Hadi dan Ibu (Alm.)
Hj. H. Marina. Alamat Jalan Ahmad Yani Gg Sepakat II No.
109 Kecamatan Pontianak Tenggara Kelurahan Bansir Darat
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat.
Pendidikan Dasar diselesaikan di SDN 24 Pontianak diselesaikan pada tahun 2006,
kemudian menyelesaikan jenjang Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 3 Pontianak
pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Pontianak di selesaikan pada
tahun 2012. Kemudian, melanjutkan Pendidikan Diploma III di Akademi Kebidanan
Panca Bhakti Pontianak dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. Pada tahun
2015 melanjutkan pendidikan Diploma IV Kebidanan di Sekolah Tinggi
Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) di daerah Jakarta Selatan. Kemudian melanjutkan
pendidikan di sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Jakarta di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Konsentrasi Promosi
Kesehatan dan menyelesaikan pendidikan tahun 2019.
Download
Study collections