DETERMINAN STATUS IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) DI KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2019 TESIS Disampaikan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat Oleh NURUL MAULIDYA AGUSTININGSIH NIM 1709047045 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2019 ABSTRAK Nurul Maulidya, Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Juni 2019. Di Indonesia, setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di antaranya adalah campak (laboratorium confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit rubella dan tersedianya vaksin kombinasi Measles-Rubella, maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles-Rubella. Berdasarkan realisasi imunisasi MR yang dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2018 di Kota Pontianak hanya mencapai 33,58% dari 95% target cakupan imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan metode cross sectional dilengkapi kualitatif. Penelitian dilakukan pada MaretMei 2019, 313 responden ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun dengan teknik pengambilan sampel proportionate stratified random sampling. Terdapat hubungan yang bermakna antara status imunisasi MR dengan pendidikan ibu (p:0,001), pendidikan suami (p:0,030), pengetahuan ibu (p:0,004), sosial ekonomi (p:0,002), persepsi kerentanan (p:0,002), persepsi keparahan (p:0,000), persepsi manfaat (p:0,000), persepsi hambatan, (p:0,001), ketersediaan sarana (p:0,046), dukungan keluarga (p:0,014), sikap petugas kesehatan (p:0,000), dan isyarat untuk bertindak (p:0,000). Variabel sikap petugas kesehatan paling dominan terhadap status imunisasi MR dengan OR 10,69. Petugas kesehatan terus melakukan pembenahan dalam meningkatkan program imunisasi MR ini, terus meningkatkan promosi kesehatan untuk mengubah pandangan negative masyarakat seputar imunisasi MR baik secara media sosial, maupun elektronik. Kata kunci : Deteminan, Status Imunisasi MR, Pontianak, Kalimantan Barat ii ABSTRACT Nurul Maulidya, Determinants of Measles Rubella (MR) Immunization Status in Pontianak City, West Kalimantan Province in 2019. Thesis. Master of Public Health, Post Graduate School University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. June 2019. In Indonesia, surveillance activities reported more than 11,000 suspected measles cases every year, and the result of laboratory showed measles in the amount of 12-39% (laboratorium confirmed) while rubella in the amount of 16-43%. It so many burden of deseases and the availability of a Measles-Rubella combination vaccine, it decided to replace the Measles vaccine with a Measles-Rubella combination vaccine. Based on the realization of MR immunization held in August-November 2018 in the Pontianak City only reached 33.58% of the 95% target of immunization coverage. The aim of research to know the relationship between determinants and MR immunization status in Pontianak City, West Kalimantan Province. The research used quantitative analytics with a qualitative cross sectional method. The research held in March-May 2019, 313 respondents were mother who had children aged 9-15 years with a proportionate stratified random sampling technique. There was a significant relationship between MR immunization status and mother’s graduate (p: 0.001), husband's graduate (p: 0.030), mother's knowledge (p: 0.004), socio-economic (p: 0.002), perception of suceptibility (p: 0.002), perception severity (p: 0,000), perception of benefits (p: 0,000), perceived barriers, (p: 0,001), availability of facilities (p: 0,046), family support (p: 0,014), health worker attitudes (p: 0,000), and signal to act (p: 0,000). The variable health worker attitudes were the most dominant towards MR immunization status with OR 10.69. Health workers continue to experience improvements in increasing MR immunization program, continuing to improve health promotion to change the negative view of the community about MR immunization both social and electronic media. Keywords: Determinant, MR immunization status, Pontianak, Kalimantan Barat iii iv v KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”, guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dan untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (MKM). Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini banyak memperoleh bimbingan, asuhan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Dr.Agus Handito, SKM, M.Epid. Selaku dosen pembimbing I yang telah dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini. 2. Dr.Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes. Selaku dosen pembimbing II yang telah dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini. 3. Dr. dr Aragar Putri, MRDM. Selaku dosen penguji I yang telah dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Dr. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes. Selaku dosen penguji II yang telah dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. vi 5. Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.HUM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA. 6. Prof. Dr. H. Ade Hikmat, M.Pd. Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA. 7. Dr. Sarah Handayani, SKM., M.Kes. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. 8. Seluruh Dosen Program Studi IKM Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA yang telah mengajar dan memberikan ilmunya dengan ikhlas. 9. Seluruh Staff Sekretariat dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA atas segala bantuan dan pelayanan yang telah diberikan. 10. Keluargaku Ayahanda H. Abdul Hadi dan Ibunda (Alm.) Hj. Marina, abang (H.Ikhsan) dan kakak saya (Masna, Nur Hayati, (Alm.) Sri Mahani) dan seluruh keluarga serta kekasih (Rizki Ramadhan) yang selama ini telah banyak memberikan bantuan, doa dan dorongan kepada penulis. 11. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang telah memfasilitasi dan memberi izin dengan sangat ramah dan ikhlas. 12. Kepala Puskesmas Khatulistiwa, Saigon, Purnama, Kampung Bali, Alianyang, Parit Mayor yang telah memfasilitasi dan memberi izin penelitian ini. vii 13. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 22 program studi IKM, khususnya peminatan Promosi Kesehatan, yang telah memberikan doa, dukungan, saran, dan motivasi. Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan yang telah dberikan selama ini pada penulis. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta, 25 Juni 2019 Nurul Maulidya Agustiningsih viii DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. v KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii DAFTAR ISI .....................................................................................................................ix DAFTAR TABEL............................................................................................................xiv DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Masalah Penelitian ........................................................................................... 7 1. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7 2. Pembatasan Masalah .................................................................................. 8 3. Perumusan Masalah ................................................................................... 8 C. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................................... 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ............................................................................................... 11 1. Imunisasi.................................................................................................... 11 a. Pengertian Imunisasi............................................................................. 11 b. Tujuan Imunisasi .................................................................................. 12 c. Macam-Macam Imunisasi .................................................................... 12 d. Manfaat Imunisasi ................................................................................ 14 e. Jadwal Imunisasi................................................................................... 14 2. Imunisasi MR ............................................................................................ 16 a. Pengertian Imunisasi MR ..................................................................... 16 b. Pemberian Imunisasi MR ..................................................................... 17 c. Tujuan Khusus Imunisasi MR .............................................................. 17 ix d. Manfaat Imunisasi MR ......................................................................... 17 e. Kontraindikasi Imunisasi MR............................................................... 18 f. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Imunisasi MR....................... 19 g. Hal yang Perlu Diperhatikan ................................................................ 19 3. Campak ...................................................................................................... 19 a. Pengertian dan Penyebab Campak ....................................................... 19 b. Penularan dan Tanda Gejala Campak ................................................... 20 c. Patogenesis ........................................................................................... 20 d. Epidemiologi Campak di Indonesia ..................................................... 21 4. Rubella....................................................................................................... 23 a. Pengertian dan Penyebab Rubella ........................................................ 23 b. Penularan Penyakit Rubella .................................................................. 24 c. Tanda dan Gejala Rubella .................................................................... 24 d. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella ............................................ 26 5. Perilaku ...................................................................................................... 27 a. Teori Lawrence Green .......................................................................... 27 b. Teori World Health Organization (WHO) ........................................... 28 c. Teori Snehandu B.Karr......................................................................... 30 d. Teori Health Belief Model (HBM) ........................................................ 32 6. Determinan Status Imunisasi MR .............................................................. 33 a. Umur Ibu............................................................................................... 33 b. Agama Ibu ............................................................................................ 34 c. Kelompok Etnis .................................................................................... 35 d. Pendidikan Ibu ...................................................................................... 35 e. Pendidikan Suami ................................................................................. 36 f. Pengetahuan Ibu ................................................................................... 37 g. Pekerjaan Ibu ........................................................................................ 37 h. Pekerjaan Suami ................................................................................... 37 i. Sosial Ekonomi ..................................................................................... 38 j. Persepsi ................................................................................................. 40 k. Ketersediaan Sarana ............................................................................. 40 x l. Jarak dengan Fasilitas Kesehatan (Faskes) ........................................... 40 m. Dukungan Keluarga .............................................................................. 41 n. Sikap Petugas Kesehatan ...................................................................... 41 o. Isyarat untuk Bertindak ........................................................................ 42 7. Aspek Promosi Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Imunisasi MR ...... 42 B. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 46 C. Kerangka Teori dan Hipotesis ........................................................................ 58 1. Kerangka Teori ......................................................................................... 58 2. Kerangka Konsep ...................................................................................... 59 3. Hipotesis.................................................................................................... 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian............................................................................................ 62 1. Tujuan Umum ............................................................................................ 62 2. Tujuan Khusus............................................................................................ 62 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 63 1. Tempat Penelitian ..................................................................................... 63 2. Waktu Penelitian ....................................................................................... 64 C. Metode Penelitian ........................................................................................... 64 D. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 66 E. Penentuan Kriteria Sampel ............................................................................. 68 F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data .......................................... 68 G. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 70 1. Definisi Operasional ................................................................................. 71 2. Uji Coba Instrumen ................................................................................... 73 3. Teknik Analisa Data.................................................................................. 75 a. Analisis Univariat ................................................................................. 75 b. Analisis Bivariat ................................................................................... 75 c. Analisis Multivariat .............................................................................. 75 4. Penyajian Data .......................................................................................... 77 H. Metode Kualitatif ........................................................................................... 77 xi 1. Teknik dan instrumen Penelitian Kualitatif............................................... 79 2. Teknik dan Pengolahan Analisa Data Kualitatif ....................................... 79 3. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ................................................ 81 I. Hipotesis Statistik ........................................................................................... 84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Pontianak ..................................... 88 B. Karakteristik Responden ................................................................................ 94 1. Analisis Univariat ...................................................................................... 94 2. Analisis Bivariat ........................................................................................ 96 3. Analisis Multivariat .................................................................................. 106 4. Hasil Wawancara Mendalam .................................................................... 113 C. Pembahasan 1. Hubungan Umur dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 ............................................................................................... 118 2. Hubungan Agama dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 ............................................................................................... 119 3. Hubungan Kelompok Etnis dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 121 4. Hubungan Pendidikan ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 122 5. Hubungan Pendidikan Suami dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 123 6. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 125 7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 126 8. Hubungan Pekerjaan Suami dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 127 9. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 128 xii 10. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 129 11. Hubungan Persepsi Keparahan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 130 12. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 132 13. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 133 14. Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 135 15. Hubungan Jarak dengan Faskes dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 136 16. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 .............................................................................. 137 17. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 ..................................................................... 139 18. Hubungan Isyarat untuk Bertindak dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Tahun 2019 ..................................................................... 141 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 143 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................................... 144 B. Implikasi ........................................................................................................ 145 C. Saran .............................................................................................................. 146 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 149 LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi ................................................................................................ 14 Tabel 2.2 Penelitian Relevan .............................................................................................. 46 Tabel 3.1 Gantt Chart Aktivitas Penelitian .......................................................................... 64 Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel .............................................................................. 67 Tabel 3.4 Pemberian Kode ................................................................................................ 69 Tabel 3.5 Definisi Operasional .......................................................................................... 71 Tabel 3.6 Kriteria Informan .............................................................................................. 78 Tabel 3.7 Matriks Informan .............................................................................................. 78 Tabel 4.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Rencana Strategis Tahun 2015– 2019 Dinas Kesehatan Kota Pontianak............................................................. 92 Tabel 4.2 Rekapitulasi Analisis Univariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019........................................... 94 Tabel 4.3 Analisis Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ........................................................... 97 Tabel 4.4 Hasil Seleksi Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .......................................................... 106 Tabel 4.5 Model Awal Multivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .......................................... 108 Tabel 4.6 Analisis Multivariat variabel Pendidikan Suami dikeluarkan .......................... 109 Tabel 4.7 Analisis Multivariat Variabel Ketersediaan Sarana Dikeluarkan .................... 109 Tabel 4.8 Analisis Multivariat Variabel Persepsi Kerentanan Dikeluarkan .................... 110 Tabel 4.9 Analisis Multivariat Variabel Pendidikan Ibu Dikeluarkan ............................. 110 Tabel 4.10 Analisis Multivariat Variabel Pengetahuan Dikeluarkan ............................... 111 xiv Tabel 4.11 Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 .............................. 112 xv DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 58 Bagan 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................................. 59 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak ..................................... 93 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Tahun 2010-2015 ............................ 3 Gambar 1.2 Cakupan Imunisasi MR Indonesia .................................................................. 4 Gambar 1.3 Cakupan MR Provinsi Kalimantan Barat ........................................................ 5 Gambar 2.1 Manfaat Imunisasi MR ................................................................................... 18 Gambar 2.2 Kasus Campak Terbesar ................................................................................. 22 Gambar 2.3 Epidemiologi Campak .................................................................................... 22 Gambar 2.4 Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS..................................... 26 Gambar 2.5 Teori HBM ......................................................................................................... 33 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Permohonan Informan Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Lampiran 3 : Surat Izin Observasi Lampiran 4 : Data Hasil Observasi Lampiran 5 : Output Sofware Statistik Lampiran 6 : Matriks Triangulasi Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 8 : Surat Kode Etik dan Penelitian Lampiran 9 : Surat Pernyataan Keaslian Lampiran 10 : Riwayat Hidup xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya bangsa Indonesia mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduknya demi mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang menjadi tujuan nasional (Kemenkes, 2015). Derajat kesehatan dapat diukur dengan mempergunakan berbagai macam indikator angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator sensitif tidak saja untuk mengetahui derajat kesehatan suatu bangsa, tetapi juga untuk mengetahui pengaruh imunisasi terhadap kesehatan anak (Muhammad, 2017). Imunisasi sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013. Peraturan tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif (Kemenkes, 2013). Melalui imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah kematian anak akibat campak di dunia telah menurun tujuh puluh sembilan persen dari 546.800 pada awal abad menjadi 114.900 pada tahun 2014. Data yang dirilis oleh WHO untuk imunisasi campak dan rubella, memperkirakan sekitar 17,1 juta jiwa telah 1 2 terselamatkan sejak tahun 2000, terutama karena cakupan imunisasi terhadap penyakit virus yang sangat menular ini. Imunisasi campak telah memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian anak (WHO, 2015). Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah anggota WHO memiliki jumlah kasus campak maupun kasus kematian campak yang cukup tinggi. Selama periode tahun 2000-2012, wilayah Asia Tenggara mengalami penurunan dalam jumlah kasus campak sebesar 55%, dan insidensi kasus menurun sebesar 63% dari 69,9/1.000.000 penduduk menjadi 25,0/1.000.000 penduduk (WHO, 2013). Insidensi Sindrom Rubella Kongenital (CRS) adalah 1-2/1.000 kelahiran hidup. Estimasi global menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir dengan CRS pada tahun 2008 melebihi 110.000, dan kejadian CRS tertinggi ada di Asia Tenggara (48%) dan Afrika (38%). Berdasarkan data WHO setiap tahun terjadi 236 kasus di negara berkembang dan meningkat 10 kali lipat saat terjadi epidemi (Pedoman Surveilans CRS, 2014). Di Indonesia, setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12– 39% di antaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun. Incidence Rate campak pada tahun 2014 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2017). 3 Gambar 1.1 Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Indonesia Tahun 2010 – 2015 2500 0 2000 0 1500 0 1000 0 500 0 201 0 201 1 0 Sumber : Kemenkes (2017) 2012 Rubell a 201 3 201 4 201 5 Selama ini Indonesia memberikan imunisasi campak sebagai salah satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit rubella dan tersedianya vaksin kombinasi Measles Rubella, maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles Rubella, yang dimulai dengan kegiatan imunisasi massal MR. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020 (Kemenkes, 2017). Pada tahun 2017 dikenalkan vaksin Measles Rubella (MR). Targetnya, di tahun 2018 vaksin MR sudah bisa dimasukkan dalam program imunisasi nasional (Sukmasari, 2017). Pemberian imunisasi MR akan memberikan perlindungan terhadap kedua penyakit campak (measles) dan campak jerman (rubella) pada saat yang bersamaan (Hidayat, 2008). Sasaran imunisasi MR ini adalah seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun yang berjumlah sekitar 66.859.112 anak di seluruh 4 Indonesia. Imunisasi MR diberikan tanpa melihat status imunisasi maupun riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya (Kemenkes, 2017). Cakupan Imunisasi MR tahap pertama selesai pada bulan September 2017. Hasil cakupan melampaui target yang telah ditetapkan, yakni 35.122.780 anak (100,45%). Target cakupan imunisasi MR pada tahap pertama di Pulau Jawa adalah 95%. Cakupan imunisasi MR di DKI Jakarta mencapai 97,5%, Jawa Barat 96,23%, Jawa Tengah 104,61%, DI Yogyakarta 97,58%, Jawa Timur 105,81%, dan Banten 95,22% (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2017). Berdasarkan data Kemenkes, angka ketercapaian imunisasi MR Fase II yang sudah dilakukan sejak Agustus-Oktober 2018 hanya sebesar 66,33% dari 95% target pemerintah secara nasional. Program dilangsungkan pada 28 provinsi di luar Pulau Jawa dengan jumlah 31,9 juta anak. Gambar 1.2 Cakupan Imunisasi MR Indonesia 5 Berdasarkan data capaian imunisasi MR Provinsi Kalimantan Barat masih berada pada angka 73,38% dari 95% yang ditetapkan (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2018). Gambar 1.3 Cakupan MR Provinsi Kalimantan Barat Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Ibu kota dari Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak. Berdasarkan realisasi imunisasi campak dan MR yang dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2018 di Kota Pontianak hanya mencapai 33,58% dari 95% target cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi tersebut merupakan cakupan 3 terendah dari 14 kota yang ada di Kalimantan Barat. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai alasan dikarenakan pendapat yang salah atau miskonsepsi mengenai imunisasi (Ranuh, 2008). Penolakan terkait imunisasi MR juga dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah termasuk sekolahnya dikarenakan masih mempertanyakan halal dan haramnya vaksin tersebut. Masyarakat yang baru saja dihebohkan dengan dengan imunisasi difteri, sekarang muncul lagi harus melakukan 6 imunisasi MR. Banyak berita beredar terkait kandungan dalam vaksin MR berasal dari babi atau bahan yang tidak halal. Oleh karena itu, masyarakat masih banyak yang ragu bahkan menolak imunisasi MR tersebut (Syahroni, 2018). Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang penting dalam pencapaian imunisasi anaknya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status imunisasi pada anak diantaranya faktor pendukung yang terdiri dari karakteristik ibu (pendidikan dan pekerjaan), pengetahuan ibu, sikap ibu, dan status ekonomi keluarga. Faktor pemungkin terdiri dari ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, dan akses ke pelayanan kesehatan. Faktor penguat yang terdiri dari dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan toga/toma. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Gayuh Mustika Prabandi dkk pada tahun 2017 dengan judul “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo” didapatkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan signifikan terhadap penerimaan imunisasi MR, yaitu pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan (Prabandi, 2017). Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Merlinta pada tahun 2017 dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan Pendidikan Ibu Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura” didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahun tentang vaksin MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR akan tetapi tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR (Merlinta, 2017). 7 Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Selama ini Indonesia memberikan imunisasi campak sebagai salah satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit Rubella, maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan vaksin kombinasi Measles-Rubella. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020. Pada tahun 2017 dikenalkan vaksin Measles Rubella (MR) (Kemenkes, 2017). Angka ketercapaian imunisasi MR Fase II yang dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2018 hanya sebesar 73,38% dari 95%. Berdasarkan realisasi imunisasi campak dan MR yang dilaksanakan di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat hanya mencapai 33,58% dari 95% target cakupan imunisasi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dalam pemberian imunisasi MR yaitu (umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak). 8 2. Pembatasan Masalah Dari identifikasi di atas, masalah utama adalah tidak tercapainya cakupan imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah penelitian untuk mengurangi faktor bias dan area keterbatasan sumber daya dan waktu penelitian maka faktor-faktor yang akan diteliti yaitu umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap imunisasi MR. 3. Perumusan Masalah Rumusan masalahnya dirumuskan sebagai berikut : a. Berapa distribusi frekuensi umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ? b. Faktor-faktor apa saja (umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak) yang berhubungan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019? 9 c. Faktor apa yang paling dominan terhadap status imunisasi MR di Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019? d. Mengapa masih banyak ibu yang belum memberikan imunisasi MR kepada anaknya di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019? C. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian tesis dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu : 1. Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini tidak menghasilkan teori baru tetapi hanya mengkonfirmasi teori yang sudah ada berkaitan dengan determinan status imunisasi MR. 2. Kegunaan metodologis Hasil penelitian ini secara metodologi tidak menggunakan metode baru melainkan metode yang sudah ada kemudian peneliti terapkan dalam penelitian ini. 3. Kegunaan praktis a. Bagi Institusi Pendidikan. Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. b. Bagi Tempat Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam mengambil langkah-langkah strategis guna meningkatkan cakupan imunisasi MR. c. Bagi Tenaga Kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan inspirasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam 10 menentukan skala prioritas untuk peningkatan kualitas pelayanan dalam pemberian imunisasi MR. d. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam bidang penelitian khususnya penelitian yang berhubungan dengan imunisasi. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan individu agar terhindar dari penyakit tertentu. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lainnya (Lisnawati, 2011). Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan suatu vaksin kedalam tubuh (Irmawati, 2015). Vaksin adalah suatu obat yang diberikan agar tubuh membuat suatu zat antibodi (Theopillus, 2007). Pemberian imunisasi bagi bayi dan balita merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Kekebalan tubuh bayi akan semakin berkurang sering dengan pertambahan usianya sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Imunisasi wajib diberikan di usia bayi dan balita. Tidak semua penyakit menular bisa dicegah dengan imunisasi, sebagai contoh, penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sering melanda Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Jayapura, dan kota besar lainnya. 11 12 Imunisasi dapat disamakan dengan asuransi, yakni menghilangkan unsur resiko, bedanya kalau asuransi mengganti kerugian atau kehilangan atau sesudah terjadi malapetaka. Imunisasi adalah tindakan mencegah malapetaka itu sendiri (Bambang, 2011). b. Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi ada dua kategori, yaitu jangka pendek untuk mencegah individu dari penyakit sedangkan tujuan jangka panjang eradiksi (Lisnawati, 2015). Menurut Ranuh (2011) bahwa tujuan diberikan imunisasi ada 2 yaitu: 1) Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat populasi, atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar. 2) Memberikan kekebalan terhadap penyakit dapat dicegah dengan imunisasi yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B. Jika seorang ibu terkena campak jerman ketika hamil muda, mungkin bagi si ibu tidak terlalu parah, hanya demam sedikit dan merah-merah. Akan tetapi, bagi bayi yang sedang dikandungnya, potensi terkena sindrom rubella kongenital sangatlah tinggi. Sindrom tersebut akan menyerang beberapa bagian calon bayi, seperti bagian otak, mata dan jantung (Hamidin, 2014). c. Macam-Macam Imunisasi Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua : 13 1) Imunisasi Aktif Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan bisa terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang dapat menghasilkan renspons seluler dan humoral, serta dihasilkannya cell memory. Jika benar mengalami infeksi maka tubuh secara cepat mampu merespons. Dalam imunisasi aktif, terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksin. Di antaranya adalah sebagai berikut : a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan). b) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kultur jaringan. c) Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus stablisasi antigen. d) Adjuvans yang terdiri atas garam alumunium yang berfungsi meningkatkan imunogenitas antigen. 2) Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk ke dalam tubuh yang terinfeksi (Fida, 2012). 14 d. Manfaat Imunisasi Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh (Proverati 2010) : 1) Untuk Anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. 2) Untuk Keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas. 3) Untuk Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. e. Jadwal Imunisasi Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Tempat Lahir Bayi Umur Bayi Lahir di Rumah 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan Vaksin Tempat HB1 BCG, Polio 1 DPT1, HB2, Polio 2 DPT2, HB3, Polio 3 DPT3, Polio 4 Campak Rumah Posyandu* Posyandu* Posyandu* Posyandu* Posyandu* 15 Bayi Lahir di RS/RB/Bidan Praktek 0 bulan HB1, Polio1, BCG 2 bulan DPT1, HB2, Polio 2 3 bulan DPT2, HB3, Polio 3 4 bulan DPT3, Polio4 9 bulan Campak Keterangan : *: atau tempat pelayanan lain # : atau posyandu RS/RB/Bidan RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi, Selang Waktu dan Umur Pemberian Vaksin Pemberian Imunisasi BCG DPT 1X 3X (DPT 1,2,3) 4X (POL 1,2,3,4) 1X 3X (HEP B 1,2,3) Polio Campak Hepatitis B Selang Waktu Pemberian Minimal 4 minggu Umur 4 minggu 0-11 bulan 4 minggu 9-11 bulan 0-11 bulan Keterangan 0-11 bulan 2-11 bulan Untuk bayi yang lahir di RS/Pusk/RB/Rumah Nakes Pelaksana. HB0 segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran, vaksin BCG, Polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo Umur Vaksin Bayi Lahir di Rumah 0 bulan HB1 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT/HB Kombo1, Polio 2 3 bulan DPT/HB Kombo2, Polio 3 4 bulan DPT/HB Kombo3, Polio 4 9 bulan Campak Bayi Lahir di RS/RB/Bidan Praktek 0 bulan HB1, Polio1, BCG 2 bulan DPT/HB Kombo1, Polio 2 3 bulan DPT/HB Kombo2, Polio 3 4 bulan DPT/HB Kombo3, Polio 4 9 bulan Campak Keterangan : * : atau tempat pelayanan lain # : atau posyandu Tempat Rumah Posyandu* Posyandu* Posyandu* Posyandu* Posyandu* RS/RB/Bidan RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# RS/RB/Bidan# 16 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Sekolah Imunisasi Anak Sekolah Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Pemberian Imunisasi DT Campak TT TT Dosis 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc Sumber : (Kemenkes, 2004) 2. Imunisasi MR (Measles Rubella) a. Pengertian Imunisasi MR Vaksin MR adalah kombinasi vaksin Measles dan Rubella untuk perlindungan terhadap penyakit Campak dan Rubella. Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1) 1000 CCID50 virus campak 2) 1000 CCID50 virus rubella Vaksin yang digunakan telah mendapatkan rekomendasi dari WHO dan izin edar dari Badan POM. Vaksin MR 95% efektif untuk mencegah penyakit campak dan rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan oleh 141 negara di dunia. Vaksin rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi dengan vaksin virus yang lain misalnya campak (Measles Rubella/MR) atau dengan campak dan parotitis (Measles Mumps Rubella/MMR). Semua vaksin rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95% atau lebih setelah pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90% - 17 100%. Indonesia telah berkomitmen mencapai eliminasi campak dan pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020 (Kemenkes, 2017). b. Pemberian Imunisasi MR Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B (Kemenkes, 2017). c. Tujuan Khusus Imunisasi MR Adapun tujuan khusus imunisasi MR, sebagai berikut : 1) Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat. 2) Memutus transmisi virus campak dan rubella. 3) Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella. 4) Menurunkan angka kejadian Congenital Rubella Syndrome (CRS). d. Manfaat Imunisasi MR Pemberian imunisasi campak dan rubella dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. 18 Gambar 2.1 Manfaat Imunisasi MR Measles Rubella Kerusakan Otak Pneumonia Ketulian Congenital Rubella Syndrome Kelainan jantung Diarrhea Kebutaan Sumber : Kemenkes, 2017 e. Kontraindikasi Imunisasi MR Kontraindikasi dalam imunisasi MR sebagai berikut (Kemenkes, 2017) : 1) Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi 2) Wanita hamil 3) Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya 4) Kelainan fungsi ginjal berat 5) Decompensatio cordis 6) Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah 7) Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn) Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut: 1) Demam 2) Batuk pilek 3) Diare 19 f. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR Tidak ada efek samping dalam imunisasi MR. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi (Kemenkes, 2017). g. Hal yang perlu diperhatikan Pastikan vaksin MR yang digunakan masih dalam kondisi baik. Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B. Setelah dioplos/rekonstitusi pastikan vaksin dijaga suhunya 28°C (ditaruh di foam pad) dan hanya dapat digunakan dalam batas waktu 6 (enam) jam (Kemenkes, 2017). 3. Campak a. Pengertian dan Penyebab Campak Penyakit campak termasuk penyakit tua atau kuno. Catatan dokter Rhazes dari Persia atau dikenal juga sebagai Abu Bakar yang hidup pada abad sepuluh menceritakan adanya kasus campak. Rhazes menyebut campak sebagai hasbah dalam bahasa Arab maksudnya adalah erruption yakni pemunculan bintik-bintik kemerahan di seluruh badan yang menyerang penderitanya. Dalam bahasa Latin disebut morbilli dari kata morbus artinya penyakit. 20 Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus morbilivirus dan keluarga paramyxoviridae. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seorang penderita (Julitasari, 2006). b. Penularan dan Tanda Gejala Campak Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan atau pilek dan atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Cave, 2003). Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak. c. Patogenesis Virus dalam droplet masuk melalui saluran pernapasan dan selanjutnya masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah mukosa, di tempat ini virus memperbanyak diri kemudian menyebar ke sel-sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi membentuk sel berinti raksasa yang disebut sel warthin, sedangkan sel T limfosit meliputi kelompok penekan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Pada hari ke 5 21 sampai hari ke 6 sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud, yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran pernapasan, kulit, kandung kemih, dan saluran usus. Selanjutnya pada hari ke-9-10 fokus infeksi berada di epitel saluran napas. Pada saat itu muncul gejala pilek disertai dengan suhu tubuh yang meningkat, lalu tampak sakit berat sampai muncul ruam kulit. Pada hari ke-11 tampak pada mukosa pipi yang merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya mati. Kondisi ini merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul ruam makulopopular di hari ke-14 sesudah awal infeksi dan anti humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun (Dewi, 2010). d. Epidemiologi Campak di Indonesia Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia terkena campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besar adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global (Kemenkes, 2017). 22 Gambar 2.2 Kasus Campak Terbesar Negara-Negara Dengan Kasus Campak Terbesar Mongolia (18,939) Ethopia (16,458 China (43,368) Somalia (5,350) Egypt (6,036) India (90,368) Nigeria (9,855) Filipina (3,620) Indonesia (4,705) DRC (23,511) Sumber : Kemenkes, 2017 Dari gambaran diatas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia. Gambar 2.3 Epidemiologi Campak Cakupan Campak Dosis Pertama dan Angka Kejadian Campak Tahun 2012-2015 di Indonesia 10 100 C o v e e r a g e 7,68 8 75 5,44 6 50 4 25 98 % 5,11 4,64 92 98 2 92 0 2012 0 2013 2014 YEAR MCV1 Sumber : Kemenkes, 2017 MEASLES INCIDENCE RATE 2015 23 Analisa Cakupan Campak Dosis Pertama Per Kabupaten Tahun 2013-2015 di Indonesia 250 District with DPT3 Cov <50% District with DPT3 Cov 50-79% Trend of Number District by each MCV1 Coverage 200 150 District with DPT3 Cov 80-89% District with DPT3 Cov 90-94% 100 District with DPT3 Cov ≥95% 50 No Report 0 2013 2014 2015 Sumber : Kemenkes, 2017 Dari gambaran tabel diatas menunjukkan adanya penurunan cakupan imunisasi campak tahun 2014 dan 2015 dan angka insiden campak cenderung meningkat. Selain itu persentase kabupaten yang mempunyai cakupan campak dosis pertama >95% cenderung menurun dari 45% tahun 2013 menjadi 28% tahun 2015. Kegiatan imunisasi MR adalah kesempatan yang sangat penting untuk menutupi kesenjangan diatas sehingga tidak ada daerah kantong yang akan menjadi sumber penularan. Cakupan yang tinggi dan merata minimal 95% akan terbentuk herd immunity dan memutus rantai penularan campak dan rubella. 4. Rubella a. Pengertian dan Penyebab Campak Jerman (Rubella) Rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif di Indonesia. Data surveilans selama 24 lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Rubella atau campak jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan dengan cara yang sama dengan seperti virus campak. Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultraviolet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan abortus atau Congenital Rubella Syndrome (CRS). Banyak orang yang mendapatkan rubella tetapi tidak mengalami gejala tetapi bisa menularkan penyakit (Kemenkes, 2017). b. Penularan Penyakit Rubella Pada umumnya, virus ini menyebar dan menular melalui air yang menetes dari hidung atau ludah dari mulut. Penyakit tersebut juga dapat menular melalui aliran darah wanita hamil yang melalui anaknya yang belum lahir. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4–7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi rubella berkisar antara 14–21 hari (Mufidah, 2012). c. Tanda dan Gejala Rubella Tanda dan gejala rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Konfirmasi laboratorium 25 dilakukan untuk diagnosis pasti rubella dengan melakukan pemeriksaan serologis atau virologis. Immunoglobulin M (IgM) rubella biasanya mulai muncul pada 4 hari setelah rash dan setelah 8 minggu akan menurun dan tidak terdeteksi lagi, dan Immunoglobulin G (IgG) mulai muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi dan puncaknya pada 4 minggu kemudian dan umumnya menetap seumur hidup. Virus rubella dapat diisolasi dari sampel darah, mukosa hidung, swab tenggorokan, urin atau cairan serebrospinal. Virus di faring dapat diisolasi mulai 1 minggu sebelum hingga 2 minggu setelah rash. Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala. Sedangkan rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia (Kemenkes, 2017). Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS). Bentuk kelainan pada CRS : 1) Kelainan jantung : a) Patent ductus arteriosus b) Defek septum atrial c) Defek septum ventrikel d) Stenosis katup pulmonal 2) Kelainan pada mata : a) Katarak kongenital b) Glaukoma kongenital 26 c) Pigmentary retinopati 3) Kelainan pendengaran 4) Kelainan pada sistem saraf pusat : a) Retardasi mental b) Mikrocephalia 5) Kelainan lain : a) Purpura b) Splenomegali c) Ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir d) Radioluscent bone d. Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect campak dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12-39% diantaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Gambar 2.4 Gambaran Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia Penyakit Campak dan Rubella serta CRS di Indonesia 2500 0 2000 0 Rubell a 1500 0 1000 0 2010 2011 5000 2015 Sumber : Kemenkes (2017) 0 2012 2013 2014 27 Berdasarkan grafik di atas pada tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah (Kemenkes, 2017). 5. Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap orang lain dan kemudian seseorang tersebut merespon stimulus tersebut (Azwar, 2009). Beberapa teori untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara: a. Teori Lawrence Green Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 28 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, dan jamban. 3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku msyarakat. Rumusan teori digambarkan sebagai berikut: B = f (PF, EF, RF) Dimana : B = Behaviour PF = Predisposing Factor EF = Enabling Factor RF = Reinforcing factor f = Fungsi B = f (PF, EF, RF) b. Teori WHO Tim kerja WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku disebabkan adannya empat alasan pokok, yaitu; Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap (objek kesehatan). 1) Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Contoh: seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah 29 melihat anak tetangganya terkena penyakit polio shingga cacat, karena anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio. 2) Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan bedasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu kepercayaan yang turun menurun akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. 3) Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 4) Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang ini penting untuknya, maka apa saja yang ia katakan atau perbuat cenderung utuk dicontoh. Orang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, tokoh masyarakat, dan sebagainya. 30 5) Sumber-sumber daya (resources) Sumber daya disini mencakup fasiltas, uang, waktu, tenaga, dan berubah baik lambat maupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempengaruhi pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Secara sederhana diilustrasikan sebagai berikut: B=f (TF, PR, R,C) Dimana: B = Behaviour TF = Thoughts and feeling PR = Personal references R = Resources C = Culture f = fungsi c. Teori Snehandu B. Karr Menurut Karr (1983) mengidentifikasi adanya 5 (lima) determinan perilaku yaitu: 1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untik itu. 2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legistimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, 31 maka akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Berperilaku kesehatan seseorang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya. 3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information). Tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang diambil oleh seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program Keluarga Berencana (KB), apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana: Tujuan ber-KB, bagaimana cara ber-KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat efek samping ber-KB dan sebagainya. 4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal outonomy). Mengambil keputusan di Indonesia terutama ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi dipedesaan seorang istri, dalam mengambil keputusan masih sangat tergantung pada suami. Contoh, membawa anaknya yang sakit ke puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Periksa hamil juga, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan. 5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Bertindak apapun memang dibutuhkan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang-orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi. 32 Rumusan teori digambarkan sebagai berikut: B=f (BI, SS, AI, PA, AS) Dimana: B = Behaviour BI = Behaviour Invention SS = Social Support AI = Accessibility Of Information PA = Personal Autonomi AS = Action Situation f = Fungsi d. Teori Health Belief Model (HBM) Teori ini dikembangkan secara khusus untuk memprediksi beragam perilaku kesehatan sebagai fungsi dari banyaknya kepercayaan mengenai kesehatan. Teori ini diperkenalkan oleh Godfrey Hochboum, Stephen Kegeles, Howard Leventhal, dan Irwin Rosenstock. HBM memiliki empat kompenen utama yaitu: 1) Perceived severity: Persepsi individu terhadap tingkat keseriusan penyakit. 2) Perceived susceeeptibility: Persepsi individu terhadap kerentanan dirinya untuk penyakit tersebut. 3) Perceived benefits: Perseepsi individu terhadap keuntungan yang didapat dari perilaku yang diharapkan. 4) Perceived barries: Persepsi individu terhadap hambatan yang akan dialami dalam melakukan perilaku yanag diharapkan kombinasi dari persepsi individu terhadap kerentanan dan keparahan suatu penyakit menghasilkan persepsi individu terhadap seberapa besar ancaman penyakit terhadap dirinya (perceived vulnerability/perceived threat). 33 Perilaku yang diharapkan dan tanda-tanda/situasi lingkungan (cues to action). Individu juga mempertimbangkan tanggapan dari lingkungan di sekitarnya, rekan mereka setuju terhadap perilaku yang diharapkan atau tidak, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk melakukan perilaku yang diharapkan. Gambar 2.5 Teori Health Belief Models Sumber : Becker (1974) Persepsi kerentanan dan keseriusan terhadap penyakit Umur Jenis kelamin Etnis Kepribadian Sosial ekonomi Pengetahuan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Persepsi keberhasilan diri Persepsi ancaman Perilaku individu Isyarat untuk bertindak 6. Determinan Status Imunisasi MR Adapun determinan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, sebagai berikut: a. Umur ibu Secara kognitif, kebiasaan berpikir rasional meningkat pada usia dewasa awal dan tengah (Potter & Perry, 2005). Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa usia akan mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya 34 tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Hurlock (2010) juga menyatakan bahwa umur seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan, semakin lanjut umur seseorang maka kemungkinan semakin meningkat pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan status imunisasi anaknya. Hasil penelitian Wardhana (2001) menyebutkan bahwa ibu yang berumur 35 tahun atau lebih cenderung imunisasi dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih muda. Penelitian Isfan (2006) menemukan bahwa ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak lebih berisiko 3,10 pada ibu yang berumur ibu yang lebih muda atau <35 tahun. b. Agama Agama dan spiritualitas merupakan komponen integral dari sosiodemografi dan pengaruh kerentanan serta keparahan infeksi yang dirasakan (Thomas et al, 2012). Para pemimpin agama sangat dihormati dan mereka dapat meyakinkan jemaatnya untuk menerima atau menolak imunisasi. Hadist Nabi Muhammad SAW tentang: “Jagalah lima hal sebelum datang lima hal: hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, dan waktu lapang sebelum sempit”. Hadits lain yang menyebutkan bahwa “Mukmin yang kuat lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah”. Kedua hadits tersebut mengisyaratkan seorang muslim harus menjaga dan melakukan aspek promotif dan preventif dalam bidang kesehatan. Dalam kaidah ushul fiqih dikenal istilah sadudz-dzariah wajibun fil islam. 35 Artinya, mencegah kemungkinan terjadi kemudharatan dikemudian hari hukumnya wajib dalam islam. Penyakit termasuk salah satu kemudharatan yang bisa menimpa individu maupun komunitas masyarakat. Bagaimana cara spesifik untuk mencegah penyakit tentu diserahkan kepada ahlinya, dalam hal ini pakar kesehatan. Penelitian Putri (2016) menunjukkan bahwa ibu yang didukung oleh kelompok agamanya dalam pemberian imunisasi dasar cenderung 26,524 kali akan patuh dalam pemberian imunisasi dasar daripada ibu yang tidak didukung oleh kelompok agamanya dalam pemberian imunisasi kepada balitanya. c. Kelompok etnis Budaya lokal turut membentuk persepsi masyarakat tentang resiko atau kerentanan yang dirasakan. Orang memberikan nilai (baik positif atau negatif) untuk masalah dasar pengalaman mereka, dan mereka percaya bahwa para ahli memiliki latar belakang yang sama. Sosial demografi secara langsung mempengaruhi persepsi kerentanan dan keparahan dalam Health Belief Model dan sosial demografis terdiri dari budaya pedesaan lokal termasuk agama (Thomas et al, 2012). d. Pendidikan Ibu Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Muhibin, 2000). Selanjutnya pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan dengan kata lain konsep pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk menerapkan pendidikan 36 dalam bidang kesehatan yang meliputi proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Wardhana (2001) menemukan bahwa ibu yang berpendidikan rendah, maka status imunisasi anaknya cenderung tidak lengkap dibandingkan dengtan ibu yang berpendidikan tinggi. Penelitian Isfan (2006) menyebutkan bahwa ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak beresiko 2,01 kali pada ibu yang berpendidikan rendah dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. e. Pendidikan Suami Pendidikan ayah juga ikut memberi peranan dalam menurunkan angka mortalitas balita. Pendidikan ayah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi aset rumah tangga dan komodito pasar yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Pendidikan ayah dapat mempengaruhi sikap dan kecenderungan dalam memilih barang-barang konsumsi, termasuk pelayanan pengobatan anak. Efek ini merupakan hal yang paling berarti untuk kelangsungan hidup anak pada saat ayah yang lebih berpendidikan menikah dengan wanita yang kurang berpendidikan (Muhammad, 2002). Menurut Darnen (2002) pendidikan suami memiliki hubungan yang bermakna dengan status kelengkapan imunisasi yaitu p=0,003. Sehingga suami dengan tingkat pendidikan suami yang lebih tinggi akan memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap. Karena secara tidak langsung suami turut dalam menentukan pengambilan keputusan dalam keluarga, termasuk dalam pemilihan pelayanan kesehatan. 37 f. Pengetahuan Ibu Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat lebih bertahan (Sunaryo, 2004). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wadud (2013), yang menunjukkan hasil penelitian dari 53 sampel yang diteliti didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan baik dengan status imunisasi dasar lengkap sebanyak 84,38%, dan responden yang berpengetahuan kurang dengn status imunisasi dasar lengkap sebanyak 47,62%. Wadud (2013) juga menyatakan bahwa pengetahuan ibu berbanding lurus dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita. g. Pekerjaan Ibu Pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman (Isfan, 2006). Penelitian Tawi (2008) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja. h. Pekerjaan Suami Kepala keluarga yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerja, sehingga lebih terpapar dengan program-program kesehatan, khususnya imunisasi. Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki kecenderungan anaknya tidak mendapatkan imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki 38 pekerjaan dan resiko ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak 3,21 kali pada suami yang bekerja di sektor non formal dibandingkan sektor formal (Isfan, 2006). i. Sosial Ekonomi Pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Pada penelitian Isfan (2006), menjelaskan bahwa proporsi status kelengkapan imunisasi menurut kepemilikan barang seperti radio, tv dan kendaraan akan melakukan imunisasi lebih lengkap dibandingkan ibu dengan tingkat kepemilikan rendah (tidak memiliki salah satu barang tersebut. j. Persepsi Persepsi terdiri dari : 1) Persepsi Kerentanan Menurut Noorkasiani (2009), seseorang yang merasakan dirinya dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam. Ancaman ini dapat mendorong setiap individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit dibandingan dengan seseorang yang tidak merasakan dirinya terkena penyakit. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Smith et al., (2011) yang menunjukkan bahwa tindakan orang tua yang dengan sengaja menolak pemberian vaksinasi pada anaknya, 39 kemungkinannya lebih kecil orang tua untuk percaya bahwa pemberian vaksinasi diperlukan untuk melindungi kesehatan anaknya dibandingkan dengan orang tua yang memberikan vaksinasi pada anaknya. 2) Persepsi Keparahan Menurut Priyoto (2014), persepsi keparahan juga sering didasarkan pada pengetahuan atau informasi medis, yang dapat juga berasal dari keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mendapatkan kesulitan akibat penyakit. Seseorang yang merasa jika penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan suatu penyakit yang parah maka seseorang tersebut akan merasa terancam. Ancaman ini yang akan mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan. Hasil analisis penelitian Nurjayanti (2017) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan perilaku perolehan imunisasi (OR= 9.1). 3) Persepsi Manfaat Dalam penelitian Smith et al., (2011) yang mengungkapkan bahwa orang tua yang tidak setuju anaknya diberi vaksin akan lebih sedikit merasakan manfaat dari vaksin tersebut. Sedangkan orang tua yang setuju dengan vaksin menganggap pemberian vaksinasi pada anak bermanfaat bagi kesehatan anak mereka. Manfaat yang dirasakan merupakan pendapat dari seseorang akan nilai dari suatu perilaku baru dalam menurunkan risiko penyakit. Individu akan cenderung menerapkan perilaku sehat ketika merasa perilaku tersebut bermanfaat untuk menurunkan suatu penyakit. Pemberian imunisasi tidak hanya melakukan pencegahan penyakit tetapi juga dapat 40 mencegah penyakit. Oleh karena itu sikap dan pengetahuan tentang manfaat dari imunisasi sangat diperlukan. 4) Persepsi Hambatan Persepsi hambatan merupakan suatu hambatan yang dirasakan individu ketika akan mengambil suatu keputusan untuk mengimunisasikan bayinya. Hambatan yang dirasakan dalam hal ini berhubungan dengan hambatan yang dihadapi individu untuk mengadopsi perilaku baru. Hal ini didukung penelitian Nurjayanti (2017), didapatkan bahwa sebanyak 61.7% ibu dengan persepsi hambatan kecil memiliki status imunisasi lengkap sedangkan 25.9% ibu dengan persepsi hambatan besar memiliki status imunisasi tidak lengkap. Hasil analisis dengan uji menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan perilaku perolehan imunisasi (OR= 0.5). k. Ketersediaan Sarana Ketersediaan vaksin sangat berpengaruh dengan kelengkapan imunisasi pada anak, karena ketika ibu datang ke pusat pelayanan imunisasi namun vaksin tidak tersedia maka kemungkinan besar ibu tidak mencari tempat lain untuk mengimunisasi anaknya sehingga angka ketidaklengkapan imunisasi semakin besar. Dalam penelitian Ariewibowo (2005), didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna ketersediaan alat dengan cakupan imunisasi (p=0,001). l. Jarak dengan faskes Jarak akan mempengaruhi waktu tempuh untuk sampai ke fasilitas kesehatan. Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan merupakan faktor penentu 41 lain untuk pelayanan kesehatan. Uus Sukmara (2000) menemukan hubungan negatif antara waktu dengan utilitas pelayanan kesehatan. Makin singkat waktu tempuh ke pelayanan kesehatan dasar, mereka antusias untuk datang. Penelitian Idwar (2001) juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan sebesar 1,01 kali. m. Dukungan dari Keluarga Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasi anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan dukungan/support dari pihak lain, misalnya suami/istri/orang tua/mertua. Ibu yang mendapat dukungan keluarga dengan baik kemungkinan anaknya memiliki status imunisasi dasar lengkapnya sebanyak 4,1 kali lebih besar dibandingkan ibu yang kurang mendapat peran dukungan dari keluarga (Mokodompit, 2014). n. Sikap Petugas Kesehatan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus objek. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati orang lain atau objek (Notoatmodjo, 2007). Penelitian oleh Nurani 2013 menyatakan peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial yang konstan. Seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai seorang pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu klien dan keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan 42 yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien dan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi terhadap masalah atau perilaku kesehatan yang didapat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Isnayni (2006) mendapatkan hasil analisis diperoleh nilai contingency coefficient sebesar 0,413 yang artinya terdapat hubungan yang cukup antara peran tenaga kesehatan dengan status imunisasi. o. Isyarat untuk Bertindak Seseorang dapat meningkatkan penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, perlu adanya isyarat atau petunjuk lain dari orang lain misalnya media massa, nasehat petugas kesehatan, atau keluarga lain. Teman, keluarga atau masyarakat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi penentuan pilihan dalam pemberian imunisasi dan bisa memberikan informasi tentang pengetahuan dan masalah yang terkait dengan imunisasi (Tickner, 2007). Penelitian Putri (2016) menjelaskan bahwa ada hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar (p=0,016). 7. Aspek Promosi Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Imunisasi Measles Rubella (MR) Program imunisasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap (IDL) pada 43 anak (usia 12-23 bulan) menurun dari 59,2% (2013) menjadi 57,9% (2018). Artinya, dari sekitar 6 juta anak berusia 12-23 bulan hanya sekitar 2,5 juta anak saja yang lengkap imunisasinya. Jumlah anak yang belum diimunisasi lengkap itu hampir setara dengan separuh jumlah penduduk Singapura. Stagnasi cakupan imunisasi tidak saja terlihat dari cakupan imunisasi dasar lengkap yang menurun tersebut tapi juga penundaan atau penolakan sebagian masyarakat terhadap program pengebalan tubuh seperti kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) tahap kedua di 28 provinsi luar Pulau Jawa. Pelaksanaan kampanye MR ini tidak hanya mengejar target cakupan 95%, melainkan membentuk kekebalan kelompok sehingga bisa melindungi orang lain, bahkan yang tidak diimunisasi sekali pun (Ndoen, 2017). Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 memberikan lampu hijau penggunaan vaksin Measles Rubella (MR) dengan pertimbangan situasi mendesak. MUI menyatakan, Serum Institute of India itu haram karena proses produksinya menggunakan bahan yang berasal dari babi. Tapi, penggunaannya diperbolehkan (mubah). Pertimbangannya antara lain kondisi keterpaksaan, belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci, dan keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum ada vaksin yang halal. Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu dibutuhkan aspek promosi kesehatan untuk peningkatan cakupan imunisasi MR, sebagai berikut : 44 a. Perlunya reformasi kesehatan dengan mengubah paradigma masyarakat terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan (kuratif), diubah menjadi sehat itu indah, dan sehat itu gratis. b. Para pemangku kepentingan, para profesional kesehatan dengan tokoh agama lokal harus membangun dialog untuk memberikan informasi yang benar tentang vaksinasi melalui pengaruh pemimpin agama di tingkat lokal. c. Pentingnya norma sosial dan dukungan dari kelompok pro-vaksin, agar vaksinasi menjadi “hal yang normal dilakukan” bagi mayoritas orang tua. Ini agar mereka menerima vaksinasi tanpa pikiran berpikir dua kali. Kemudahan akses, dan adanya rekomendasi tentang pentingnya imunisasi oleh pemerintah dan sumber yang dipercaya berkontribusi besar agar vaksinasi dapat diterima sebagai norma sosial bagi orang tua. d. Perlu ada hotline atau pusat informasi imunisasi yang gampang diakses; baik secara online maupun secara langsung di dinas kesehatan setempat, ruang tunggu rumah sakit, puskesmas atau klinik untuk membantu meredakan berita hoax dan memungkinkan orang tua yang ragu-ragu untuk mau memvaksinasi anaknya. e. Pendekatan emosional seperti Rumah Ramah Rubella perlu digalakkan di seluruh Indonesia, sebagai gerakan moral melindungi masa depan anak. f. Seperti di Italia dan beberapa negara lain di dunia, sudah saatnya pemerintah Indonesia mewajibkan orang tua memberikan imunisasi yang lengkap sebagai satu syarat sebelum anak-anak itu memasuki sekolah dasar. 45 Pada akhirnya, membangun kepercayaan masyarakat dalam program imunisasi adalah upaya mengubah dan mempengaruhi pikiran seseorang bahwa imunisasi adalah satu metoda pencegahan penyakit yang paling efektif. 46 B. Penelitian Relevan Tabel 2.2 Penelitian Relevan No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Yunita Bellina Claudianawati, (2018) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR (Measles Rubella) di Puskesmas Kartasura Variabel independent : Pengetahuan ibu, dukungan keluarga Observasional dengan desian penelitian Cross Sectional. Tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang KIPI terhadap minat keikutsertaan vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura Pvalue>0,05. Terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap minat keikutsertaan vaksinasi MR di puskesmas Kartasura (0,004)<0,05. Persamaan : Variabel dependent Metode penelitian Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo Variabel independent : Kuantitatif dengan Variabel yang berhubungan pengetahuan, umur, tingkat metode deskriptif adalah variabel pengetahuan pendidikan, status pekerjaan, analitik (p=0,006), persepsi dukungan keluarga, keparahan (p=0,012), dukungan lingkungan, persepsi manfaat (p=0,004), persepsi keparahan, persepsi dan hambatan (p=0,000). manfaat, persepsi hambatan, persepsi kerentanan. Persamaan : Variabel dependent Metode penelitian Sampel penelitian 2. Gayuh Mustika Prabandari, Syamsulhuda Budi Musthofa, Aditya Kusumawati (2017) Variabel dependent : Minat keikutsertaan vaksinasi MR (Measles Rubella) Variabel dependent : Imunisasi MR Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tahun penelitian Tempat penelitian Sampel penelitian Perbedaan : Judul penelitian Tahun penelitian Tempat penelitian 47 No. 3. 4. 5. Nama Peneliti Linda (2017) Andriani Lailan Najah, Evi Nurhidayati (2017) Merlinta (2017) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Hubungan Karakteristik Balita, Umur Saat Imunisasi Campak, Riwayat ASI Eksklusif Terhadap Campak Klinis di Puskesmas Wonoayu Jawa Timur Variabel independent : karakteristik balita, umur imunisasi campak dan riwayat ASI eksklusif Observasional analitik dengan rancang bangun cross sectional Ada hubungan umur saat imunisasi campak (p=0,010) dan riwayat ASI eksklusif (p=0,045) terhadap campak klinis. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin balita (p=0,909) terhadap campak klinis. Persamaan : Variabel dependent Sampel penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Tambahan MR (Measles Rubella) Pada Balita Di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta Variabel independent : Tingkat pengetahuan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Tambahan MR pada Balita di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta tahun 2017 pada tingkat pengetahuan baik sebanyak 53 responden (75,7%), cukup sebanyak 14 responden (20,0%) dan kurang sebanyak 3 responden (4,3%). Persamaan : Variabel independent Variabel dependent Metode penelitian Sampel penelitian Terdapat hubungan antara pengetahun tentang vaksin MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR (nilai p=0,016), akan tetapi tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR (nilai p=0,262). Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan Pendidikan Ibu Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura Variabel dependent : Campak Klinis Deskritif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Variabel dependent : Imunisasi Tambahan MR (Measles Rubella) Variabel independent : Pengetahuan dan Pendidikan Variabel dependent : Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Metode penelitian Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Sampel penelitian 48 No. Nama Peneliti 6. Vijay Bhaskar Srirangam, Maramraj Kiran Kumar, Sandip Mukerji dan Rajul Gupta (2017) Judul Penelitian Variabel Penelitian Socio Economic Factors Variabel independent: Effecting Immunisation Pendidikan, pengetahuan, Coverage: Focus Areas sosial ekonomi Variabel dependent : Cakupan imunisasi Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Studi analitik crosssectional Cakupan BCG adalah 87,7% & 79,8% di dua area, cakupan HB0 adalah 88,7% & 80,8%. Cakupan campak di komunitas perkotaan & pedesaan adalah 72,5% & 64,4%. Di kedua komunitas perkotaan dan pedesaan ada hubungan yang signifikan antara cakupan imunisasi & pendidikan ibu. Di kedua komunitas, alasan utama yang diamati adalah ketidaktahuan 35,4% & 45,3% masingmasing pada masyarakat pedesaan dan perkotaan. Alasan umum lainnya termasuk sikap santai orang tua (18,5% di daerah perkotaan) dan anak yang sakit (13% di daerah pedesaan). Status sosial ekonomi memiliki dampak besar pada cakupan imunisasi dalam penelitian. Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Sampel penelitian 49 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian 7. Rachmawati Sukarno Putri, (2016) FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat Masaran Sragen Tahun 2016 Variabel independent : karakteristik ibu (usia, agama, pendidikan), dukungan kelompok agama ibu, kerentanan / keseriusan penyakit yang bisa diderita oleh anak-anak, isyarat untuk bertindak, rintangan, dan manfaat imunisasi dasar Variabel dependent : Pemberian imunisasi dasar pada balita 8. Rose Jane Wilson, Heidi Larson, Pauline Paterson (2015) Understanding factors influencing vaccination acceptance during pregnancy in Hackney, London Variabel independent : kepercayaan pada pekerja kesehatan dan vaksinasi, pengaruh sosial, pentingnya vaksinasi, tanggung jawab administrasi vaksin, kekhawatiran pasien yang dirasakan, dan interaksi dengan pasien. Variabel dependent : Penerimaan vaksinasi selama kehamilan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Penelitian analitik Faktor yang berhubungan dengan pendekatan yaitu usia ibu (p=0,573), cross sectional. tingkat pendidikan ibu (p=0,039), persepsi penerimaan vaksin terkait agama ibu (p=0,002), kerentanan yang dirasakan ibu (p=0,004), isyarat untuk bertindak ibu (p=0,016), manfaat yang dirasakan ibu (p=0,006), dan hambatan yang dirasakan ibu (p=0,008). Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Sampel penelitian Wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus Persamaan : Variabel independent Alasan keraguan vaksin rumit. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa saran dari teman-teman,keluarga, dan internet bisa sangat berguna keputusan vaksinasi wanita hamil. Keraguan dapat diperburuk karena sikap pekerja kesehatan di Hackney, hambatan untuk mengakses vaksinasi di antara pasien dengan status sosial ekonomi rendah. Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Metode penelitian Sampel penelitian 50 No. 9. Nama Peneliti Tinashe Mukungwa (2015) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Factors Associated with full Immunization Coverage amongst children aged 12 –23 months in Zimbabwe Variabel independent : pendidikan, paritas, persalinan di fasilitas kesehatan, kunjungan antenatal care, frekuensi menonton televisi, dan status ekonomi Zimbabwe Demographic and Health Survey (ZDHS) data to analyze the variables of immunization status of children aged 1223 months in Zimbabwe. Penelitian menunjukkan bahwa anak dari ibu dengan pendidikan menengah dan atas lebih mungkin divaksinasi daripada anakanak dari ibu yang tidak berpendidikan. Anak-anak dari kelahiran pertama lebih cenderung divaksinasi daripada anak-anak dari urutan kelahiran 6+. Hubungan yang signifikan juga yaitu persalinan di fasilitas kesehatan, kunjungan antenatal care, frekuensi menonton televisi, dan status ekonomi Persamaan : Variabel independent Penelitian deskriptif dari data sekunder dan dilakukan penelitian kualitatif serta wawancara mengenai imunisasi campak Jumlah cakupan imunisasi campak di puskesmas desa sebesar 92,9%, sedangkan di puskesmas kota sebesar 98,8% dengan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kondisi sosial ekonomi, fasilitas dan tenaga kesehatan, dan keterbukaan komunikasi ibu. Perbedaan : Judul Penelitian Tempat Penelitian Tahun Penelitian Metode penelitian Sampel penelitian Variabel dependent : kelengkapan imunisasi 10. Deby (2015) Hapsari Perbedaan Cakupan Imunisasi Campak pada Bayi Antara Puskesmas Desa dan Kota di Kabupaten Sukoharjo Periode Juli 2015 -Juni 2016 Variabel independent : kondisi sosial ekonomi, fasilitas dan tenaga kesehatan, dan keterbukaan komunikasi ibu. Variabel dependent : Cakupan imunisasi campak Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Metode penelitian Sampel penelitian Persamaan : Variabel independent 51 No. Nama Peneliti Judul Penelitian 11. Restiara, Azarah (2014) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Kelurahan Rimbo Kaluang Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir Variabel independent : dukungan tenaga kesehatan dan pengetahuan Determination of Factors Affecting the Vaccination Status of Children Aged 12–35 Months in Lao People’s Democratic Republic Variabel independent : etnisitas ibu, pendidikan ayah, dan pemberitahuan tanggal vaksinasi oleh staf medis 12. Anonh Xeuatvongsa,dkk (2014) Variabel Penelitian Metode Penelitian Desain studi cross sectional 13. Yati Mulyanti, (2013) Faktor-Faktor Internal yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat Tahun 2013 Variabel independent : pengetahuan, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak, dan sikap Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Studi ini menemukan bahwa 187 anak (59%) diimunisasi lengkap dan 130 anak (41%) diimunisasi sebagian. Faktor yang berhubungan yaitu etnisitas ibu, pendidikan ayah, dan pemberitahuan tanggal vaksinasi oleh staf medis Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian dengan Ada hubungan antara cross pengetahuan, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak dan sikap (P value=0.000, 0.000, 0.000, 0.037, 0.000, 0.003) dengan imunisasi dasar lengkap. Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Cross-sectional menggunakan data yang diperoleh melalui multistage cluster sampling Variabel dependent : kelengkapan imunisasi dasar Kuantitatif desain sectional. Persamaan dan Perbedaan Hasil uji statistic menunjukkan hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan (p=0,000) dan pengetahuan (p=0,004) terhadap kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pada anak. Variabel dependent : Pemberian imunisasi Variabel dependent : status vaksinasi anak-anak berusia 12–35 bulan Hasil Penelitian Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Persamaan : Metode penelitian Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Sampel penelitian 52 No. Nama Peneliti 14. Tri Afriani, Retnosari Andrajati, Sudibyo Supardi (2013) Judul Penelitian Variabel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak dan Pengelolaan Vaksin di Puskesmas dan Posyandu Kecamatan X Kota Depok Variabel independent : Faktor karakteristik orang tua (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan) dan ketersediaan vaksin Variabel dependent : Kelengkapan imunisasi dasar dan pengelolaan vaksin Metode Penelitian Desain sectional cross- Hasil Penelitian Penelitian menunjukkan persentase terbesar orang tua adalah berumur <30 tahun, berpendidikan lanjutan, tidak bekerja, memiliki pengetahuan rendah. Kelengkapan imunisasi sebesar (82.9%), tidak lengkap terbesar pada imunisasi campak (15%). Penyimpanan vaksin tidak dilengkapi dengan genset untuk menjaga kualitas apabila terjadi pemadaman listrik. Pendistribusian vaksin dari puskesmas ke posyandu menggunakan kendaraan umum sehingga rentan dengan kerusakan vaksin. Sisa penggunaan vaksin di posyandu tidak langsung dikembalikan ke Puskesmas karena petugas langsung pulang. Pencatatan penggunaan vaksin di posyandu tidak dilakukan pada buku standar, kemungkinan tercecer atau hilang. Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Persamaan : Variabel independent Metode penelitian Sampel penelitian 53 No. 15. Nama Peneliti Luriana Nur Pratiwi, 2010 Judul Penelitian Variabel Penelitian Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Umur 12-23 Bulan di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2010) Variabel independent : Daerah tempat tinggal, umur ibu, pendidikan ibu, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, kunjungan neonates, periksa kehamilan K4 ibu, penimbangan berat badan balita ke pelayanan kesehatan, penolong persalinan ibu, dan kepemilikan KMS, buku KIA/catatan kesehatan lainnya. Variabel dependent : Status imunisasi lengkap 16. Fitriya Nur Hidayati, 2010 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memenuhi Imunisasi Dasar Anak Usia 10-36 Bulan Di RW 08 Suronatan Ngampilan Yogyakarta Tahun 2010 Metode Penelitian Cross sectional dasar Variabel independent : Penelitian ini pendidikan, pekerjaan, bersifat deskriptif, pengetahuan, sikap, jarak korelasi. fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, pendapatan dan ketersediaan informasi Variabel dependent : imunisasi dasar Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi imunisasi dasar pada balita usia 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010 sebesar 36,8%. Berdasarkan hasil penelitian, 8 variabel dinyatakan berhubungan yaitu daerah tempat tinggal (p=0,000), pendidikan ibu (p=0,027), pendidikan ayah (p=0,026), kunjungan neonatus (p=0,000), periksa kehamilan K4 ibu (p=0,000), penimbangan berat badan balita ke pelayanan kesehatan (p=0,000), penolong persalinan ibu (p=0,000), dan kepemilikan KMS, buku KIA/catatan kesehatan lainnya (p=0,000). Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Hasil analisa data menunjukkan pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga dengan nilai p value p=0,000 (p<0,05). Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Persamaan : Metode penelitian Sampel penelitian Persamaan : Variabel independent Sampel penelitian 54 No. Nama Peneliti 17. Aniek Arfiyanti, 2008 Judul Penelitian Faktor-Faktor Berhubungan Cakupan Campak di Tegal yang dengan Imunisasi Kabupaten Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Variabel independent: Keberadaan tenaga pelaksanaan imunisasi, ketersediaan vaksin, motivasi kerja tenaga pelaksana, ketersediaan jadwal imunisasi, sistem pencatatan dan pelaporan, evaluasi pelaksanaan imunisasi campak di puskesmas, supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten terhadap pelaksanaan imunisasi motivasi masyarakat dalam imunisasi Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan case control . Hasil penelitian didapatkan hasil untuk hubungan antara keberadaan tenaga pelaksana imunisasi dengan cakupan imunisasi campak (p=0,005) dan OR=5,444. Hubungan antara ketersediaan vaksin dengan cakupan imunisasi campak (p=0,004) dan OR=2,429. Hubungan antara motivasi kerja pelaksana imunisasi dengan cakupan imunisasi campak (p= 0,008) dan OR=2,364. Hubungan antara keresedian jadwal imunisasi dengan cakupan imunisasi campak (p=0,074) dan OR=3,763. Hubungan antara sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dengan cakupan imunisasi campak (p=0,031) dan OR=2,250. Hubungan antara motivasi masyarakat dalam imunisasi campak (p=0,008) dan OR=2,364. Variabel dependent : cakupan imunisasi campak Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Metode penelitian Sampel penelitian Persamaan : Variabel dependent 55 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 18. Sri Pinti Rahmawati, 2006 Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Yang Berhubungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi oleh Petugas Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora Tahun 2006 Variabel independent : umur, tingkat pendidikan, masa kerja), supervisi, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan untuk imunisasi, motivasi kerja, persepsi petugas terhadap kompensasi, persepsi petugas imunisasi terhadap beban kerja, sikap petugas imunisasi terhadap tugasnya, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan untuk imunisasi Jenis penelitian adalah observasi dengan pendekatan cross-sectional Hasil penelitian sebagian besar responden memiliki persepsi supervisi cukup baik (45,9%), cukup tersedia sarana dan prasarana (43,9%), kompensasi kurang sesuai (49,0%), motivasi petugas cukup baik (36,7%), persepsi baik terhadap beban kerja (43,9%), sikap yang cukup baik terhadap pekerjaan menjadi petugas imunisasi (42,9%), dan hasil kegiatan imunisasi dasar bayi tidak sesuai target (56,1%). Faktor yang berpengaruh terhadap hasil kegiatan imunisasi dasar bayi oleh petugas imunisasi adalah supervisi pimpinan puskesmas (p=0,000), ketersediaan sarana dan prasarana penunjang (p= 0,005), persepsi terhadap kompensasi (p=0,029), motivasi petugas imunisasi (p=0,020), persepsi terhadap beban kerja (p=0,007), dan sikap petugas imunisasi (p=0,000). Variabel dependent : Hasil kegiatan imunisasi dasar bayi Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Sampel penelitian Persamaan : Variabel dependent Metode penelitian 56 No. 19. Nama Peneliti Ariebowo (2005) Judul Penelitian A Analisis Faktor Faktor Organisasi yang Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Batang Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Variabel independent : faktor individu, faktor psikologi dan faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, supervise, sumber daya, kompensasi, struktur dan desain pekerjaan. Penelitian observasional dengan metode survei dan pendekatan cross sectional . Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor organisasi yang berhubungan dengan cakupan imunisasi Puskesmas di Kabupaten Batang adalah kejelasan pengarahan tugas petugas (nilai p:0,001), keterlibatan pimpinan dalam rapat staf Puskesmas (nilai p:0,000), tanggapan pimpinan terhadap kesulitan petugas dalam pelaksanaan imunisasi (nilai p:0,015), kesesuaian kemampuan supervisor dengan kegiatan imunisasi (nilai p:0,0001), pemberian masukkan oleh supervisor pada saat supervisi (nilai p:0,002), pemberian umpan balik hasil supervisi (nilai p:0,000), insentif (nilai p:0,012), kesempatan mengikuti kegiatan ilmiah (nilai p:0,006), kesempatan melanjutkan pendidikan (nilai p:0,0001), ketersediaan alat (nilai p:0,001) dan ketersediaan transportasi (nilai p:0,0001). Variabel dependent : cakupan imunisasi Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian Sampel penelitian Persamaan : Variabel dependent Metode penelitian 57 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 20. Rob Henderson, Ken Oates, Helen Macdonald, W Cairns S Smith and Sivasubramaniam Selvaraj (2004) Factors Influencing The Uptake of Childhood Immunisation in Rural Areas Variabel independent : practice type and the method of vaccination call/recall on childhood immunisation Analysis of childhood immunisation uptake rates Keterlibatan dengan sistem panggilan/recall nasional dikaitkan dengan cakupan imunisasi yang lebih tinggi untuk anak-anak yang mencapai usia 2 tahun. Variabel dependent : uptake of childhood Immunization Persamaan dan Perbedaan Perbedaan : Judul penelitian Tempat penelitian Tahun penelitian 58 Kelembagaan (misalnya: kebijakan pemerintah) C. Kerangka Teori dan Hipotesis Pribadi/ orang tua 1. Kerangka Teori Persepsi Individu Tatap muka dengan tenaga kesehatan (misalnya: sikap petugas) Persepsi Umum 1. Manfaat vaksinasi 2. Efek samping vaksinasi 3. Pengaruh komunitas 4. Pemanfaatan pelayanan kesehatan 5. Kemudahan akses ke tempat pelayanan kesehatan Faktor Modifikasi Kemungkinan Tindakan Usia, faktor Untuk bertindak (pendidikan, media) Manfaat yang dirasakan dibandingkan hambatan untuk perubahan perilaku Persepsi ancaman penyakit Dirasakan kerentanan/ keseriusan Kemungkinan perubahan perilaku Isyarat untuk bertindak -Pengetahuan -Informasi Media SosialBudaya Agama dan Etnis 1.Agama 2.Kelompok etnis Pemberian imunisasi Gaya Hidup dan Status Sosial Ekonomi 1. Keluarga dan dukungan masyarakat 2. Status sosial ekonomi 3. Pendidikan kesehatan Jenis Kelamin 1. Pendidikan 2. Kepercayaan di vaksinator 3. Perbedaan gender 4. Urutan kelahiran Bagan 2.2 (Modifikasi Darnen (2002), HBM Glantz et al (2002) dalam Putri (2016), Sturm et al (2005), Isfan (2006), Tawi (2008), Regmi (2014) dalam Putri (2016) 59 2. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut : Variabel independent Variabel dependent Faktor Predisposisi : - Umur ibu - Agama ibu - Kelompok etnis - Pendidikan ibu - Pendidikan suami - Pengetahuan ibu - Pekerjaan ibu - Pekerjaan suami - Sosial ekonomi - Persepsi (Persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan) Status imunisasi MR (Measles Rubella) Faktor Pendukung : - Ketersediaan Sarana - Jarak dengan faskes Faktor Pendorong : - Dukungan Keluarga - Sikap petugas Kesehatan - Isyarat untuk Bertindak Bagan 2.3 Kerangka Konsep 60 3. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Adanya hubungan umur ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 2) Adanya hubungan agama ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 3) Adanya hubungan kelompok etnis ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 4) Adanya hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 5) Adanya hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 6) Adanya hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 7) Adanya hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 8) Adanya hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 9) Adanya hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 10) Adanya hubungan persepsi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 61 11) Adanya hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR (di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 12) Adanya hubungan jarak fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 13) Adanya dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 14) Adanya hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. 15) Adanya hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Teridentifikasi determinan status imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. b. Diketahui hubungan antara umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak terhadap status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat tahun 2019. c. Diketahui faktor yang paling dominan antara umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk 62 63 bertindak terhadap imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. d. Diketahui gambaran mengapa masih banyak ibu yang tidak memberikan imunisasi MR kepada anaknya di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Dinas Kesehatan Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat memiliki cakupan 23 puskesmas yaitu Puskesmas Khatulistiwa, Puskesmas Siantan Hilir, Puskesmas Siantan Tengah, Puskesmas Siantan Hulu, Puskesmas Telaga Biru, Puskesmas Tanjung Hulu, Puskesmas Kampung Dalam, Puskesmas Banjar Sarasan, Puskesmas Tambalan Sampit, Puskesmas Saigon, Puskesmas Parit Mayor, Puskesmas Kampung Bangka, Puskesmas Paris 2, Puskesmas Gang Sehat, Puskesmas Purnama, Puskesmas Karya Mulya, Puskesmas Alianyang, Puskesmas Kampung Bali, Puskesmas Pal 3, Puskesmas Komyos, Puskesmas Pal Lima, Puskesmas Perumnas I, dan Puskesmas Perumnas II. Adapun peneliti menetapkan enam puskesmas yang akan menjadi tempat penelitian yaitu Puskesmas Saigon, Alianyang, Khatulistiwa, Parit Mayor, Purnama dan Kampung Bali. 64 2. Waktu Penelitian ini dengan judul “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019” akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2019 terlihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Gantt Chart Aktivitas Penelitian Aktivitas Okto Nov Des Jan Feb Maret 2018 2018 2018 2019 2019 2019 1 234 1234123412341234123412341234123 April 2019 Mei 2019 Studi pendahuluan Menyusun proposal Seminar Proposal Revisi proposal Penelitian Analisis dan Olah Data Sidang hasil C. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan secara kuantitatif yang dilengkapi dengan kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang) yaitu subjek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Studi cross sectional mengukur variabel dependen dan independen secara bersamaan pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau Juni 2019 65 variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain penelitian ini memberikan kemudahan dalam mengidentifikasi hubungan situasi dalam waktu yang singkat dan desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan hipotesa untuk penelitian selanjutnya. Adapun desain penelitian cross sectional dalam penelitian ini yaitu mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi MR yang dimana variabel independennya meliputi umur ibu, agama ibu, kelompok etnis ibu, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan fasilitas kesehatan, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak sedangkan variabel dependen adalah status imunisasi Measles Rubella (MR). Metode kualitatif digunakan untuk melengkapi hasil dari penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dengan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu pengamatan yang cermat dan mendalam (indepth) yang menjawab terutama “mengapa” fenomena tertentu terjadi dalam ruang lingkup kontekstual yang spesifik (Moleong, 2014). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai determinan status imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak. 66 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang merupakan himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi merupakan kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Penentuan populasi dalam suatu penelitian menjadi hal yang sangat penting karena melalui penentuan populasi, seluruh kegiatan penelitian akan relevan dengan tujuan penelitian (Moleong, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 9 bulan- 15 tahun di Kota Pontianak yaitu sebanyak 153.071 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi. Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus sampel untuk uji hipotesis perbedaan 2 proporsi (Lameshow et al, 1990): 2 z 2P (1 P ) z P (1 P ) P2(1 P ) n 1/ 2 2 2 1 1 1 2 (P1 P2)2 P1 (OR)P2 (OR)P2 (1 P2) Keterangan: n = Besar Sampel Minimum Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α = 0,05; Z1-α/2 (1,96) Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β = 0,20; Z1-β (0,842) P1 = Proporsi ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi dan terpajan risk P2 = Proporsi ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi dan tidak terpajan risk P = (P1 + P2)/2 67 Berdasarkan perhitungan dari beberapa variabel maka besar sampel minimal harus dipenuhi (diambil dari sampel terbesar hasil perhitungan) yaitu : Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel (Presentasi dari Beberapa hasil Penelitian Terdahulu) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Variabel Independen Kelengkapan sarana Pengetahuan Jarak dengan fasilitas kesehatan Pekerjaan Pendidikan Dukungan Pekerjaan suami Umur P1 P2 N 0,49 0,19 62 0,73 0,92 101 0,73 0,5 114 0,58 0,23 49 0,53 0,38 284 0,65 0,4 101 0,47 0,77 66 0,22 0,07 141 Sumber Ariewibowo (2005) Aniek (2008), Fitriya (2010), Dewi (2013) Fitriya (2010) Istriyanti (2011) Istriyanti (2011) Nugraheni (2009) Mulyanti (2013) Triana (2015) Ritonga (2014) Ilham (2017) Afriani (2013) Putri (2016) Ritonga (2014) Putri (2016) Jadi berdasarkan rumus di atas derajat kepercayaan 95%, maka diperoleh jumlah sampel minimal 284 sampel. Untuk menghindari drop out maka ditambahkan 10% sehingga tambahan sampel minimal adalah sebanyak 29 sampel. Jadi total besar sampel minimal sebanyak 313 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel secara Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling). Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian dari wilayah populasi (subwilayah) sebagai sampel. 68 Subwilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari subwilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian yang lebih kecil tersebut ditetapkan unitunit terkecil diambil sebagai sampel. E. Penentuan Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : a. Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun b. Ibu yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas yang telah di tentukan c. Ibu yang bersedia menjadi responden d. Ibu yang bisa berkomunikasi dan menjawab pertanyaan 2. Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Ibu yang menolak menjadi responden b. Ibu yang memiliki anak 9 bulan-15 tahun tidak berdomisili di sekitar wilayah kerja puskesmas yang telah ditentukan sebagai tempat penelitian F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Pengumpulan data dengan cara melihat data sekunder untuk mendapatkan data jumlah sasaran ibu yang memiliki anak yang berusia 9 bulan–15 tahun di Kota Pontianak. Pengumpulan data untuk mendapatkan data mengenai determinan status imunisasi MR menggunakan data primer. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan instrumen dengan metode kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket merupakan sejumlah 69 pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner merupakan hasil pengembangan faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi MR. Pengolahan data dilakukan dalam 5 tahap yaitu editing, coding, entry data, cleaning dan describing. Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu editing. Tahap ini dilakukan untuk menilai kelengkapan data. Peneliti melakukan pengecekan jawaban kuesioner tentang kelengkapan pengisian, terbaca dengan jelas, dan relevan terhadap pertanyaan. Tahapan kedua adalah coding atau pemberian kode pada setiap jawaban responden. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Tabel 3.4 Pemberian Kode Variabel Imunisasi MR Umur ibu Agama Kelompok etnis Coding 0. Imunisasi MR 1. Tidak Imunisasi MR 0. ≥35 tahun 1. <35 tahun 0. Muslim 1. Non-Muslim 0. Pribumi-Nusantara 1. Pendidikan ibu dan suami Pengetahuan Pekerjaan ibu dan suami Sosial ekonomi Persepsi Ketersediaan sarana Jarak dengan fasilitas kesehatan 0. 1. 0 1 0. 1. 0. 1. 0. 1. 0. 1. 0. 1. Non Pribumi-Nusantara Tinggi (Tamatan SMA ke atas) Rendah (Tamatan SMP ke bawah) Tinggi Rendah Bekerja Tidak Bekerja Tinggi (≥ UMR: ≥2.300.000) Rendah (<UMR: <2.300.000) ≥ Median < Median ≥ Median < Median ≥ Median < Median 70 Dukungan Keluarga 0. 1. 0. 1. 0. 1. Sikap Petugas Kesehatan Isyarat untuk Bertindak ≥ Median < Median ≥ Median < Median ≥ Median < Median Tahapan ketiga adalah entry atau memasukkan data yang telah di kode ke dalam master tabel atau data base komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program software statistik. Tahapan keempat adalah cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui apakah ada kesalahan yang mungkin dilakukan pada saat memasukan data ke komputer dengan tabel distribusi frekuensi dan tahapan terakhir adalah describing yaitu menggambarkan atau menerangkan data yang telah selesai diolah komputer dan selanjutnya diinterpretasikan dalam tabel-tabel. G. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kuesioner diisi oleh responden, setelah isi kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Definisi operasional adalah suatu definisi yang ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. 71 1. Definisi Operasional Tabel 3.5 Definisi Operasional No. Variabel 1. Status Imunisasi MR 2. Umur ibu 3. Agama 4. Kelompok etnis 5. Pendidikan ibu 6. Pendidikan suami 7. Pengetahuan ibu 8. Pekerjaan ibu Definisi Operasional Cara Ukur Variabel Dependent Imunisasi Measles Mengisi Rubella yang diberikan Kuesioner kepada anak yang berusia 9 bulan-15 tahun Variabel Independent Usia responden yang Wawancara, dihitung dari awal Mengisi kelahiran sampai pada kuesioner, penelitian ini dilakukan melihat 0 : dewasa akhir jika KTP responden berumur > 35 tahun 1 : dewasa awal jika responden berumur ≤ 35 tahun Tata keimanan atau Wawancara, (kepercayaan),peribadatan Mengisi seseorang yang dianut kuesioner, responden melihat KTP Suku bangsa yang Wawancara, biasanya berdasarkan Mengisi keturunan responden yang kuesioner, dianggap sama melihat KTP Jenjang pendidikan Wawancara, formal terakhir yang Mengisi ditempuh oleh responden kuesioner 0 : tinggi jika tamatan SMA ke atas 1 : rendah jika tamatan SMP ke bawah Jenjang pendidikan Wawancara, formal terakhir yang Mengisi ditempuh oleh suami kuesioner Pemahaman yang ibu Mengisi ketahui tentang imunisasi kuesioner Measles Rubella (MR) Kegiatan harian dilakukan Wawancara, ibu untuk menghasilkan Mengisi uang tambahan kuesioner Alat Ukur Hasil Ukur Skala Kuesioner 0: Imunisasi MR 1: Tidak Imunisasi MR Ordinal Kuesioner 0 : ≥ 35 tahun 1 : < 35 tahun Nominal Kuesioner 0 : Muslim 1 : Non Muslim Nominal Kuesioner 0 : Pribumi 1 : NonPribumi Nominal Kuesioner 0 : Tinggi 1 : Rendah Ordinal Kuesioner 0 : Tinggi 1 : Rendah Ordinal Kuesioner 0: Tinggi jika Ordinal median ≥ 2 1: Rendah <2 Ordinal 0 : Bekerja 1 : Tidak Bekerja Kuesioner 72 No. Variabel 9. Pekerjaan suami 10. Sosial ekonomi 11. Persepsi kerentanan 12. Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Mengisi kuesioner Kuesioner 0 : Bekerja 1 : Tidak Bekerja Ordinal Mengisi kuesioner Kuesioner 0 : Tinggi 1 : Rendah Ordinal Mengisi kuesioner Kuesioner 0 : Tinggi jika median ≥ 8 1 : Rendah jika median<8 Ordinal Persepsi keparahan Persepsi responden Mengisi tentang tingkat keseriusan kuesioner penyakit Kuesioner Ordinal 13. Persepsi manfaat Persepsi responden Mengisi tentang keuntungan yang kuesioner didapat dari perilaku yang diharapkan Kuesioner 0 : Tinggi jika median ≥ 8 1 : Rendah jika median<8 0 : Tinggi jika median ≥ 9 1 : Rendah jika median<9 14. Persepsi hambatan Persepsi individu Mengisi terhadap hambatan kuesioner yang dialami dalam melakukan perilaku yang diharapkan Kuesioner 0 : Rendah jika median ≥ 16 1 : Tinggi jika median<16 Ordinal 15. Ketersediaan sarana Mengisi kuesioner Kuesioner 0 : Tersedia jika median ≥ 4 1: Tidak tersedia jika median < 4 Ordinal Mengisi kuesioner, Kuesioner 0 : Dekat jika median ≥ 3 1 : Jauh jika median < 3 Ordinal Mengisi kuesioner Kuesioner 0:Mempengaruhi jika median ≥2 1:Tidak Mempengaruhi jika median <2 Ordinal 16. 17. Kegiatan yang dilakukan kepala keluarga untuk mendapatkan uang dalam memenuhi kebutuhan Penghasilan yang didapatkan keluarga sesuai dengan UMR kota Pontianak 0 : tinggi diatas UMR 1 : rendah dibawah UMR Persepsi responden tentang kerentanan dirinya untuk penyakit tersebut Cara Ukur Suatu keadaan yang menggambarkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dalam melakukan imunisasi Jarak ke Keterjangkauan dengan fasilitas tempat pelaksanaan kesehatan imunisasi (puskesmas/ posyandu) 0: terjangkau menurut responden 1: tidak terjangkau menurut reponden Sikap petugas Respon petugas kesehatan kesehatan terhadap imunisasi MR dan dalam memberikan pelayanan ke responden Ordinal 73 No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 0: Mendukung jika median ≥ 3 1:Tidak mendukung jika median < 3 0: Memperoleh informasi jika median ≥ 2 1:Tidak memperoleh informasi jika median < 2 Ordinal 18. Dukungan keluarga Dukungan yang diberikan Mengisi oleh keluarga terdekat kuesioner misalnya suami, mertua Kuesioner 19. Isyarat untuk bertindak Hal-hal yang Mengisi menggerakkan orang kuesioner untuk merubah perilaku responden Kuesioner Ordinal 2. Uji Coba Instrument a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1) Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahan untuk instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika koefisien score dan skala ordinal (tingkatan) yang digunakan korelasi dengan produk moment dengan rumus : r xy N XY - X Y N X 2 - X 2 N X 2 - X 2 Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05, maka kaidah keputusannya, yaitu: Valid :jika rhitung > rtabel Tidak valid : jika rhitung < rtabel 74 2) Uji Reliabilitas Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Untuk menghitung reliabilitas instrumen ini, peneliti menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Perhitungan uji reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Menurut Arikunto (2010) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai Cronbach’s Alpha> (konstanta). Adapun rumusnya sebagai berikut: k 2 Si k i 1 1 2 k 1 stotal Keterangan : α = Reliabilitas instrument n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal k S i 1 2 i 2 Stotal = Jumlah varian butir = Variasi Total 75 3. Teknik Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dan deskriptif. Analisa data deskriptif dibagi menjadi tiga, yaitu analisa deskriptif univariat, analisa deskriptif bivariate dan analisa multivariate. a. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik variabel dependent dan independent responden. Data variabel yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan berdasarkan hasil yang telah diperoleh peneliti. b. Analisa Bivariat Analisa bivariate digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dengan menggunakan analisis uji chi square. Melalui uji statistic chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p≤0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. c. Analisa Multivariat Analisis multivariate merupakan teknik analisis pengembangan dari analisa bivariate. Analisis multivariate bertujuan untuk melihat/mempelajari hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independent dengan satu atau beberapa variabel dependent (umumnya satu variabel dependent). 76 Analisis data dengan variabel lebih dari dua, mencari pengaruh masing-masing variabel terikat serta mencari manakah variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji analisis regresi logistic berganda dengan permodelan enter. Penggunaan analisis regresi logistic dalam penelitian ini disebabkan karena skala pengukuran variabel bebas dan terikat adalah kategori (ordinal) dan distribusinya yang belum tentu normal. Mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan uji statistic regresi logistik dengan perhitungan analisa data yang dilakukan dengan program computer, dengan derajat kemaknaan p ≤0,05. Model binary logistic adalah model regresi yang memiliki variabel dependent berupa data kategori, sedangkan variabel independent berupa data numeric. Data kategori pada variabel dependent kemudian diberi nilai 0 dan 1. Setiap nilai dugaan dari variabel independent terhadap variabel dependent dinyatakan dalam nilai probabilitas (p). Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam analisa regresi logistic adalah sebagai berikut : 1) Menentukan variabel bebas yang mempunyai nilai p≤0,05 dalam hubungan dengan variabel terikat yaitu dengan uji Chi-square. 2) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria nomor 1 diatas kemudian masuk ke dalam model regresi logistic bivariate untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing masing variabel terhadap variabel terikat. Untuk variabel bebas yang mempunyai nilai p≤0,25 masuk ke dalam nomor 3. 77 3) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria 2 di atas kemudian dimasukkan ke dalam regresi logistik multivariate untuk mempengaruhi bersama sama antar variabel bebas dan variabel dengan model enter dan 4) Di dalam bidang penentuan model yang cocok dilakukan dengan melihat nilai dari Wlad statistic untuk masing-masing variabel bebas yang tidak cocok (p≥0,05) dengan Exp(β) ≥2. 4. Penyajian Data a. Naratif (Tekstular) Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari pengambilan sampel, pelaksanan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang berupa informasi dari pengumpulan data tersebut. b. Tabel Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan berbentuk angka. Data disusun dalam baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran. H. Metode Kualitatif Metode kualitatif digunakan karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang ditujukan untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam (Hidayati 2016). Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak. Untuk memudahkan 78 studi maka penulis membuat matriks tentang penelitian tersebut yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6 Kriteria Informan No 1. 2. 3. Informan Ibu Keluarga ibu Penanggung jawab imunisasi Kriteria Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun (belum sekolah) yang tidak memberikan anaknya imunisasi MR Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun (anak sekolah) yang tidak memberikan anaknya imunisasi MR Jumlah 5 orang Suami, orang tua, mertua atau keluarga lain dari ibu Orang yang memiliki tanggung jawab dalam pelaporan hasil cakupan program imunisasi MR Jumlah 5 orang 1 orang 5 orang 16 orang Tabel 3.7 Matriks informan No 1. Informan Kunci dan Pendukung Ibu yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun 2. Keluarga ibu 3. Bidan Tema Pertanyaan Metode Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Jarak ke fasilitas kesehatan Persepsi Ketersediaan sarana Isyarat untuk bertindak Dukungan yang diberikan terhadap ibu Persepsi imunisasi MR Wawancara Mendalam dan Dokumentasi 1. Sikap petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi MR 2. Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan cakupan imunisasi MR Wawancara Mendalam dan Dokumentasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. Wawancara Mendalam dan Dokumentasi Informan yang dijadikan responden dalam penelitian kualititatif sama dengan responden dalam penelitian kuantitatif. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif hanya digunakan untuk melengkapi hasil dari penelitian kuantitatif sehingga hasil penelitian kualitatif sebagai pendukung penelitian. 79 1. Teknik dan Instrumen Penelitian Kualitatif Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data untuk penelitian ini adalah : a. Panduan wawancara mendalam Panduan wawancara mendalam berisikan panduan pertanyaan yang ditujukan kepada subjek penelitian, untuk mengetahui gambaran yang berhubungan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019. b. Alat-alat wawancara Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut : 1) Buku Catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. 2) Tape Recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan pengunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan apakah diperbolehkan atau tidak. 3) Camera: Untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau sumber data (Sugiyono, 2013). 2. Teknik dan Pengolahan Analisa Data Kualitatif Pengolahan data penelitian yang digunakan adalah : a. Mengumpulkan data hasil wawancara dengan informan. b. Membuat catatan atau tabel hasil wawancara. 80 c. Data diolah sesuai variabel yang tercakup dalam penelitian dengan metode induksi yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal umum yang kemudian dilaporkan dalam bentuk narasi. d. Bentuk wawancara dibuat dalam bentuk transkrip yang kemudian dilakukan analisis isi (analisis content) berupa narasi, pemadatan dan interpretasi dengan selalu kembali melihat field notes (catatan lapangan), hasil wawancara serta kembali ke lapangan untuk memperjelas kesimpulan. Teknik analisa data dilakukan dengan : a. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul dilapangan dengan langkah membuang atau mengurangi data yang tidak perlu seperti membuang data wawancara yang sama antar informan, menyederhanakan dari wawancara dan dokumentasi. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dimaksudkan sebagai proses analisis untuk merakit temuan data lapangan. Data yang diperoleh setelah disederhanakan disajikan dalam bentuk gambaran dskriptif berupa kutipan wawancara. c. Verifikasi Data Verifikasi data atau menarik kesimpulan adalah suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan dibuat berdasarkan pada pemahaman 81 terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang teliti. Kesimpulan disertakan pada hasil wawancara yang telah disajikan (Hidayat, 2011). 3. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data Teknik pemeriksaan data dalam penelitian yang dimaksudkan untuk melihat kredibilitas dan reliabitas dari hasil penelitian. a. Kredibilitas 1) Meningkatkan ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Cara tersebut maka kepastian data dan uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan adalah dengan membaca berbagai referensi buku maupun hasil peneltiian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti (Sugiono, 2013). 2) Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang akan digunakan sebagai bentuk teknik pemeriksaan yaitu triangulasi melalui metode, sumber data dan triangulasi teori (Moleong, L.J, 2012). 82 a) Triangulasi sumber berarti membandingkan data dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. b) Triangulasi metode yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c) Triangulasi teori berarti memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan dan membantu mengurangi bias dalam pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lain. Triangulasi teori dalam penelitian ini yaitu hasil interpretasi data kualitatif untuk meningkatkan krediabilitas data maka perlu penjelasan banding dalam hal ini pembanding atau pendukung hasil interpretasi data kualitatif tersebut (Lexy J.Moloeong, 2012). d) Menggunakan bahan referensi yaitu adanya bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti seperti data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara sehingga data yang didapat mejadi kredibel atau lebih dipercaya (Sugiono, 2013). Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan metode. Triangulasi dengn metode berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat 83 yang berbeda. Triangulasi dengan sumber ini akan dilaksanakan dengan cara mendalam kepada informan. Tujuan triangulasi dengan sumber ini yaitu untuk membandingkan data dari subjek/responden yang berbeda. Sedangkan tujuan triangulasi metode adalah pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dan ada juga dengan dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan bahan referensi yaitu dengan foto hasil dari observasi dan wawancara sebagai bahan referensi serta pencatatan hasil lapangan. b. Reliabilitas Reliabilitas dilakukan melalui cara audit trail (penelusuran audit). Cara ini digunakan untuk mencapai objektivitas suatu penelitian, sebuah cara untuk menjamin penelitian kualitatif. Reliabilitas (keterandalan) pada penelitian kualitatif dapat dicapai dengan melakukan auditing data. Proses auditing dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1) Mendengarkan selama beberapa kali rekaman audio oleh orang yang berbeda atau sama. 2) Mempelajari transkrip berulang-ulang yang dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda setiap data atau informasi yang diperoleh dianalisis secara terus menerus untuk mengetahui maknanya dan dihubungkan dengan masalah penelitian. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaaan 84 prosedur yang dapat dipercaya sehingga akan menghasilkan data yang menyeluruh dan objektif. I. Hipotesis Statistik Hasil kemaknaan perhitungan statistik dilihat menggunakan batas kemaknaan 95%, jika p-value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang berarti H0 ditolak atau ada hubungan / perbedaan. Tetapi jika p-value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang artinya H0 gagal tolak atau tidak ada hubungan / perbedaan (Swarjana, 2016). 1. Hipotesis Nol (H0) a. Tidak ada hubungan umur dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 b. Tidak ada hubungan agama dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 c. Tidak ada hubungan kelompok etnis dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 d. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 e. Tidak ada hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 f. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 85 g. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 h. Tidak ada hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 i. Tidak ada hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 j. Tidak ada hubungan persepsi (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan) dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 k. Tidak ada hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 l. Tidak ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 m. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 n. Tidak ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 o. Tidak ada hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 2. Hipotesis Alternatif (Ha) a. Ada hubungan umur dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 86 b. Ada hubungan agama dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 c. Ada hubungan kelompok etnis dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 d. Ada hubungan pendidikan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 e. Ada hubungan pendidikan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 f. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 g. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 h. Ada hubungan pekerjaan suami dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 i. Ada hubungan sosial ekonomi dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 j. Ada hubungan persepsi (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan) dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 k. Ada hubungan ketersediaan sarana dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 l. Ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 87 m. Ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 n. Ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 o. Ada hubungan isyarat untuk bertindak dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Pontianak Dinas Kesehatan (dinkes) daerah/wilayah Kota Pontianak, Kalimantan Barat merupakan instansi yang bertanggungjawab mengenai kesehatan. Dinkes Kota Pontianak memiliki tugas untuk merumusan kebijakan bidang kesehatan, melaksanaan kebijakan bidang kesehatan, melaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan, melaksanaan administrasi Dinas Kesehatan, dan melaksanaan fungsi lain yang terkait dengan urusan kesehatan. Selain fungsi-fungsi tersebut, melalui kantor dinas kesehatan ini juga pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan kesehatan, penyuluhan hidup sehat dengan olahraga dan kesehatan jiwa bagi masyarakat serta keluarga. Dinas kesehatan ini juga bertugas sebagai penjamin dan pengawas fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya, baik rumah sakit, alat kesehatan, obat-obatan, dokter, klinik, apotek dan sebagainya. 1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Pontianak a. Visi Dinas Kesehatan Kota Pontianak Adapun visi Dinas Kesehatan Kota Pontianak adalah : “Masyarakat Pontianak Sehat, Prima dalam Pelayanan, Mandiri dan Berkeadilan Tahun 2019 ” 1) Pontianak Sehat adalah gambaran masyarakat Kota Pontianak yang memiliki kemandirian yang meliputi kesadaran, kemampuan, kemapanan 88 89 untuk hidup sehat dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata dalam lingkungan yang sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. 2) Prima dalam Pelayanan, mempunyai pengertian bahwa pelayanan kesehatan sebagai pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah didasarkan atas pemenuhan standar pelayanan prima serta mengedepankan efektifitas, efisiensi dan kepuasan masyarakat. Dalam pengertian ini pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan prasarana dan SDM yang sesuai standar, merata, ramah dan bersahabat. 3) Mandiri, mempunyai pengertian bahwa masyarakat Kota Pontianak memiliki kemauan dan kasadaran melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh tatanan secara inisiatif. Masyarakat juga memiliki inisiatif untuk mengikuti semua program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. 4) Berkeadilan, mempunyai pengertian bahwa semua masyarakat Kota Pontianak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa membedakan suku, agama, jenis kelamin, status sosial, serta tidak adanya stigma di masyarakat terhadap penyakit yang diderita kelompok tertentu. 90 b. Misi Dinas Kesehatan Kota Pontianak Adanya pernyataan misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang. Misi Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2019 adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan Pelayanan Administrasi, Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan serta Profesionalisme SDM 2) Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat 3) Meningkatkan Lingkungan Sehat 4) Mewujudkan Kemandirian Masyarakat dalam Hidup Sehat 5) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Prima, Merata dan Berkeadilan Misi ini ditetapkan dalam rangka mewujudkan peningkatan pelayanan kesehatan Masyarakat di Kota Pontianak. 2. Tujuan Dinas Kesehatan Kota Pontianak Adapun rumusan tujuan di dalam Perencanaan Strategis Perubahan Dinas Kesehatan Kota Pontianak adalah : a. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar b. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan 3. Sasaran Sasaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak dalam rangka memberikan pelayanan terdiri dari dua sub bagian, adapun sebagai berikut : 91 a. Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar didalam Rencana Strategis Perubahan Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019 mempunyai Indikator Sasaran, yaitu : 1) Angka Kematian Ibu 60 per 100.000 Kelahiran Hidup pada Tahun 2019 2) Angka Kematian Bayi 10 per 1000 Kelahiran Hidup pada Tahun 2019 3) Prevalensi Kekurangan Gizi (Underweight) pada Anak Balita < 12% pada Tahun 2019 4) Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Anak Bawah Dua Tahun < 28% pada Tahun 2019 5) Persentase FKTP yang memenuhi Persyaratan sesuai Standar 100% pada Tahun 2019 6) Menurunnya Kesakitan Penderita DBD < 49 per 100.000 Penduduk pada Tahun 2019 7) Menurunnya Kesakitan Penderita HIV < 0,01 % Penduduk pada Tahun 2019 b. Sasaran Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan di dalam Rencana Strategis Perubahan Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2015 2019 mempunyai indikator sasaran yaitu: 8) Persentase Rumah Sakit di Kota Pontianak yang Terakreditasi 75% pada tahun 2019. 92 Tabel 4.1 Keterkaitan (Interelasi) Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Dinas Kesehatan Kota Pontianak Misi : Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat No 1. 2. Tujuan Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Sasaran Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Indikator Sasaran Satuan Target Kinerja (Tahun) 2015 2016 2017 2018 2019 Angka Kematian Ibu (AKI)/ 100.000 Kelahiran Hidup Per 100.000 KH 60,9 60 60 60 60 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup Per 1000 KH 18 17 12 11 10 % 15 15 15 15 <12 % 32 31 30 29 <28 % NA NA 90 100 100 Per 100.000 Penduduk % Penduduk <49 <49 <49 <49 <49 <0.02 <0,015 <0,01 30 50 75 Prevalensi kurang gizi (Underweight) pada Balita Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Anak Bawah Dua Tahun Persentase FKTP yang memenuhi Persyaratan sesuai Standar Menurunnya Kesakitan Penderita DBD Menurunnya Kesakitan Penderita HIV Persentase Rumah Sakit di Kota Pontianak Terakreditasi % NA NA % 15 93 4. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak KEPALA DINAS SEKRETARIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Kasubag Umum dan Aparatur KA Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kefarmasian Kasubag Perencanaan Dan Keuangan KA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan KA Seksi Pencegahan Penyakit KA Seksi Pelayanan Kesehatan KA Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan KA Seksi Pengendalian Penyakit KA Seksi Sistem Informasi, Sarana Dan Prasarana Kesehatan Ka Bidang Bina Kesehatan Masyarakat KA Seksi Kesehatan Ibu, Anak Dan Reproduksi KA Seksi Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaaan Masyarakat KA Seksi Penyehat Lingkungan UPTD Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak KA Seksi Gizi 94 B. Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian digambarkan sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Analisis univariat akan menjelaskan distribusi Frekuensi status imunisasi Measles Rubella (MR) sebagai variabel dependen dengan semua variabel independen yakni umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak. Tabel 4.2 Rekapitulasi Analisis Univariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Variabel Status Imunisasi Imunisasi Tidak Imunisasi Umur ≥35 tahun <35 tahun Agama Muslim Non-Muslim Kelompok Etnis Pribumi-Nusantara NonPribumi-Nusantara Pendidikan Tinggi Rendah Pendidikan Suami Tinggi Rendah Pengetahuan Tinggi Rendah Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Pekerjaan Suami Bekerja Tidak Bekerja Frekuensi Persentase (%) 174 139 55,60 44,40 166 147 53,00 47,00 233 80 74,40 25,60 295 18 94,20 5,80 162 151 51,80 48,20 151 162 48,20 51,80 206 107 65,80 34,20 87 226 27,80 72,20 297 16 94,90 5,10 95 Sosial Ekonomi Tinggi Rendah Persepsi Kerentanan Tinggi Rendah Persepsi Keparahan Tinggi Rendah Persepsi Manfaat Tinggi Rendah Persepsi Hambatan Rendah Tinggi Ketersediaan Sarana Tersedia Tidak Tersedia Jarak ke Fasilitas Kesehatan Terjangkau Tidak terjangkau Sikap Petugas Kesehatan Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Dukungan Keluarga Mendukung Tidak mendukung Isyarat untuk Bertindak Memperoleh Informasi Tidak Memperoleh Informasi Total 147 166 47,00 53,00 160 153 51,10 48,90 250 63 79,90 20,10 200 113 63,90 36,10 162 151 51,80 48,20 249 64 79,60 20,40 254 59 81,20 18,80 240 73 76,70 23,30 156 157 49,80 50,20 226 87 313 72,20 27,80 100 Sumber : Data Primer,2019 Hasil analisis berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa bahwa dari 313 responden terdapat 174 (55,60%) memberikan anaknya imunisasi MR. Responden berumur ≥ 35 tahun sebanyak 166 (53,00%). Responden beragama islam sebanyak 233 (74,40%). Responden merupakan orang Indonesia asli 295 (94,20%). Responden berpendidikan tinggi (SMA-Sarjana) sebanyak 162 (51,80%). Suami responden berpendidikan rendah (SMP-tidak sekolah) sebanyak 162 (51,80%). Responden berpengetahuan tinggi sebanyak 206 (65,80%). Responden tidak bekerja sebanyak 226 (72,20%). Suami responden bekerja sebanyak 297 (94,90%). Responden berpendapatan rendah (<UMR) sebanyak 96 166 (53,00%). Responden memiliki persepsi kerentanan tinggi sebanyak 160 (51,10%). Responden memiliki persepsi keparahan tinggi sebanyak 250 (79,90%). Responden memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 200 (63,90%). Responden memiliki persepsi hambatan rendah sebanyak 162 (51,80%). Responden menyatakan imunisasi tersedia sebanyak 249 (79,60%). Responden menyatakan jarak ke fasilitas kesehatan terjangkau sebanyak 254 (81,20%). Responden menyatakan dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam imunisasi MR sebanyak 240 (76,70%). Responden menyatakan keluarga tidak mendukung imunisasi MR sebanyak 157 (50,20%). Responden menyatakan memperoleh informasi seputar imunisasi MR sebanyak 226 (72,20%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent yang meliputi umur, agama, kelompok etnis, pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, sosial ekonomi, persepsi, ketersediaan sarana, jarak dengan faskes, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, dan isyarat untuk bertindak dengan variabel dependent yaitu status imunisasi MR. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat dijelaskan pada table 4.3 . 97 Tabel 4.3 Analisis Bivariat Determinan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Variabel Umur Ibu ≥ 35 tahun <35 tahun Total Agama Ibu Muslim Nonmuslim Total Kelompok etnis Pribumi-Nusantara NonPribumi-Nusantara Total Pendidikan Ibu Tinggi Rendah Total Pendidikan Suami Tinggi Rendah Total Pengetahuan Ibu Tinggi Rendah Total Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja Total Pekerjaan Suami Bekerja Tidak Bekerja Total Sosial ekonomi Tinggi Rendah Total Persepsi Kerentanan Tinggi Rendah Total Persepsi Keparahan Tinggi Rendah Total Status Imunisasi Imunisasi Tidak Imunisasi n % N % Total N % p Value PR CI (95%) 97 77 174 58,40 52,40 55,60 69 70 139 41,60 47,60 44,40 166 147 313 100 100 100 0,336 1,28 0,82-2,00 131 43 174 56,20 53,80 55,60 102 37 139 43,80 35,50 44,40 233 80 313 100 100 100 0,800 1,11 0,66-1,84 162 12 174 54,90 66,70 55,60 133 6 139 45,10 33,30 44,40 295 18 313 100 100 100 0,465 0,61 0,22-1,67 105 69 174 64,80 45,70 55,60 57 82 139 35,20 54,30 44,40 162 151 313 100 100 100 0,001 2,19 1,40-3,50 94 80 174 62,30 49,40 55,6 57 82 139 37,70 50,60 44,4 190 123 313 100 100 100 0,030 1,69 1,08-2,65 102 72 174 49,50 67,30 55,60 104 35 139 50,70 32,40 44,40 205 108 313 100 100 100 0,004 0,478 0,29-0,78 53 121 174 60,90 53,50 55,60 34 105 139 39,10 46,50 44,40 87 226 313 100 100 100 0,294 1,35 0,82-2,24 167 7 174 56,20 43,80 55,60 130 9 139 43,80 56,2 44,4 297 16 313 100 100 100 0,471 1,65 0,60-4,53 98 76 174 64,90 46,90 55,60 53 86 139 35,10 71,90 44,4 151 162 313 100 100 100 0,002 2,09 1,33-3,30 103 71 174 64,40 46,40 55,6 57 82 139 35,60 53,60 44,40 160 153 313 100 100 100 0,002 2,09 1,33-3,28 153 21 174 61,20 33,30 55,60 97 42 139 38,80 66,70 44,40 250 63 313 100 100 100 0,000 3,16 1,76-5,65 98 Persepsi Manfaat Tinggi Rendah Total Persepsi Hambatan Rendah Tinggi Total Ketersediaan Sarana Tersedia Tidak Tersedia Total Jarak ke Faskes Terjangkau Tidak terjangkau Total Dukungan Keluarga Mendukung Tidak mendukung Total Sikap Petugas Kesehatan Mempengaruhi Tidak mempengaruhi Total Isyarat untuk Bertindak Memperoleh informasi Tidak Memperoleh Informasi Total 144 30 174 72,00 26,50 55,6 56 83 139 28,00 73,50 44,4 200 113 313 100 100 100 105 69 174 64,80 45,70 55,6 57 82 139 35,20 54,30 44,4 162 151 313 100 100 100 146 28 174 58,60 43,80 55,6 103 36 139 41,40 56,20 44,4 249 64 313 100 100 100 144 30 174 56,70 50,80 55,60 110 29 139 43,30 49,20 44,40 254 59 313 100 100 100 98 76 174 62,80 48,40 55,60 58 81 139 37,20 51,60 44,40 156 157 313 162 12 174 67,50 16,40 55,6 78 61 139 32,50 83,60 44,40 147 27 65,00 31,00 79 60 174 55,60 139 0,000 7,14 4,23-11,96 0,001 2,19 1,39-3,45 0,046 1,82 1,05-3,18 0,504 1,27 0,72-2,23 100 100 100 0,014 1,80 1,15-2,83 240 73 313 100 100 100 0,000 10,56 5,37-20,74 35,00 69,00 226 87 100 0,000 4,14 2,43-7,03 44,40 313 100 100 Sumber : Data Primer,2019 Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa: 1) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berusia ≥ 35 tahun sebanyak 97 orang (58,40%) dibandingkan dengan responden yang berusia <35 tahun sebanyak 77 orang (52,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,336)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan status imunisasi MR anaknya. 2) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang beragama muslim sebanyak 131 orang (56,20%) dibandingkan dengan responden yang beragama nonmuslim <35 tahun sebanyak 43 orang 99 (53,80%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,800)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara agama ibu dengan status imunisasi MR anaknya. 3) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang kelompok etnis pribumi sebanyak 162 orang (54,90%) dibandingkan dengan responden yang kelompok etnis nonpribumi sebanyak 12 orang (66,70%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,465)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok etnis ibu dengan status imunisasi MR anaknya. 4) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%) dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah sebanyak 69 orang (45,70%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-3,50) yang artinya, responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi. 5) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang suaminya berpendidikan tinggi sebanyak 94 orang (62,30%) dibandingkan 100 dengan suami responden yang berpendidikan rendah sebanyak 80 orang (49,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,030)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,69 (95% CI: 1,08-2,65) yang artinya, suami responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,690 kali lebih besar dibandingkan suami responden yang berpendidikan tinggi. 6) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 102 orang (49,50%) dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah sebanyak 72 orang (67,30%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,004)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 0,48 (95% CI: 0,29-0,78) yang artinya, responden yang berpengetahuan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 0,52 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpengetahuan tinggi. 7) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang tidak bekerja sebanyak 121 orang (53,50%) dibandingkan dengan responden yang bekerja sebanyak 53 orang (60,90%). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare diperoleh nilai p (0,294)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan 101 bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. 8) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang suaminya bekerja sebanyak 167 orang (56,20%) dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja sebanyak 7 orang (43,80%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,471)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami ibu dengan status imunisasi MR anaknya. 9) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang sosial ekonominya tinggi sebanyak 98 orang (64,90%) dibandingkan dengan responden yang sosial ekonomi rendah sebanyak 76 orang (46,90%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,30) yang artinya, responden yang sosial ekonomi rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang sosial ekonomi tinggi. 10) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi kerentanan tinggi sebanyak 103 orang (64,40%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah sebanyak 71 orang (46,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya 102 ada hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,28) yang artinya, responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi kerentanan tinggi. 11) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi sebanyak 153 orang (61,20%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi keparahan rendah sebanyak 21 orang (33,30%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 3,16 (95% CI: 1,73-5,65) yang artinya, responden yang memiliki persepsi keparahan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 3,16 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi. 12) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 144 orang (72,00%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi manfaat rendah sebanyak 30 orang (26,50%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status 103 imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 7,14 (95% CI: 4,23-11,96) yang artinya, responden yang memiliki persepsi manfaat rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 7,14 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi. 13) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi hambatan rendah sebanyak 105 orang (64,80%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 69 orang (45,70%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-3,45) yang artinya, responden yang memiliki persepsi hambatan tinggi memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi hambatan rendah. 14) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang menjawab tersedia sarana imunisasi MR sebanyak 146 orang (58,60%) dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak tersedianya sarana imunisasi MR sebanyak 28 orang (43,80%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,046)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut 104 diperoleh nilai PR = 1,82 (95% CI: 1,05-3,18) yang artinya, responden yang menjawab tidak tersedianya sarana imunisasi MR memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,82 kali lebih besar dibandingkan responden yang menjawab tersedianya sarana imunisasi MR. 15) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang menjawab terjangkau jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 144 orang (56,70%) dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak terjangkau jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 30 orang (50,80%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,504)>α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. 16) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki dukungan keluarga sebanyak 98 orang (62,80%) dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak memiliki dukungan keluarga sebanyak 76 orang (48,40%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,014)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,80 (95% CI: 1,15-2,83) yang artinya, responden tidak memilki dukungan keluarga memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,80 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki dukungan keluarga. 17) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan sebanyak 162 orang (67,50%) 105 dibandingkan dengan responden yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan sebanyak 12 orang (16,40%). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 10,56 (95% CI: 5,34-20,74) yang artinya, responden tidak dipengaruhi sikap petugas kesehatan memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 10,56 kali lebih besar dibandingkan responden yang dipengaruhi sikap petugas kesehatan. 18) Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 147 orang (65,00%) dibandingkan dengan responden yang tidak memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 27 orang (31,00%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 4,14 (95% CI:2,437,03) yang artinya, responden tidak memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 4,14 kali lebih besar dibandingkan responden yang memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak. 106 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat variabel independen mana yang paling dominan berhubungan dengan status imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model binary logistic. a. Seleksi Bivariat Masing-masing variable independen dilakukan analisis bivariate dengan variabel dependen. Analisis bivariate menghasilkan nilai p-value<0,25 maka variabel tersebut masuk sebagai variabel kandidat multivariat, jika analisis bivariate menghasilkan p-value>0,25 maka variable tersebut dikeluarkan, namun secara substansi penting, maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model multivariat. Seleksi bivariate menggunakan uji regresi logistik sederhana. Tabel 4.4 Hasil Seleksi Bivariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Variabel Umur Ibu Agama Ibu Kelompok Etnis Ibu Pendidikan Ibu Pendidikan Suami Pengetahuan Ibu Pekerjaan Ibu Pekerjaan Suami Sosial ekonomi Persepsi Kerentanan Persepsi Keparahan Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan Ketersediaan Sarana Jarak ke Faskes Dukungan keluarga Sikap Petugas Kesehatan Isyarat untuk Bertindak Nilai p-value Kandidat 0,336 (>0,25) 0,800 (>0,25) 0,465 (>0,25) 0,001 (<0,25) 0,030 (<0,25) 0,004 (<0,25) 0,294 (>0,25) 0,471 (>0,25) 0,002 (<0,25) 0,002 (<0,25) 0,000 (<0,25) 0,000 (<0,25) 0,001 (<0,25) 0,046 (<0,25) 0,504 (<0,25) 0,014 (<0,25) 0,000 (<0,25) 0,000 (<0,25) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 107 Tabel 4.4 menunjukkan ada 12 variabel yang masuk sebagai kandidat multivariat yang memiliki nilai p value <0,25 yaitu variabel pendidikan ibu (P−value:0,001), pendidikan suami (P−value:0,030), pengetahuan ibu P−value:0,004), sosial ekonomi (P−value:0,002), persepsi kerentanan (P−value:0,002), persepsi keparahan (P−value:0,000), persepsi manfaat (P−value:0,000), persepsi hambatan (P−value:0,001), ketersediaan sarana (P−value:0,046), dukungan keluarga (P−value:0,014), sikap petugas kesehatan (0,000), dan isyarat untuk bertindak (P−value:0,000). b. Pemodelan Awal Multivariat Analisis awal multivariat dilakukan terhadap variabel yang masuk sebagai variabel kandidat multivariat pada seleksi bivariat. Menghasilkan model awal analisis multivariat kemudian di analisis multivariat dan di lihat jika variabel independen di dapatkan nilai p value < 0,05 maka dimasukan ke dalam model multivariat tetapi jika p value > 0,05 di keluarkan dari analisis multivariat. Variabel dikeluarkan secara bertahap mulai dari variabel yang mempunyai p value terbesar dan dikontrol perubahan PRnya. Perubahan PR ≥ 10% pada saat variabel dikeluarkan maka variabel di masukkan kembali ke dalam model, jika didapatkan perbedaan PR < 10% maka variabel dikeluarkan dari pemodelan. 108 Tabel 4.5 Model Awal Multivariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Variabel B Pendidikan ibu Pendidikan suami Pengetahuan Sosial ekonomi Persepsi kerentanan Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Ketersediaan sarana Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant 0,495 0,175 -0.623 1,660 0,475 1,401 1,980 1,049 0,427 -1,925 2,296 0,924 -2,823 S.E. Wald 0,310 0,327 0,339 0,524 0,318 0,397 0,341 0,403 0,377 0,580 0,458 0,386 0,421 2,550 0,287 3,381 10,018 2,238 12,461 33,625 6,774 1,283 11,014 25,143 5,728 45,075 Df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Sig. 0,110 0,592 0,066 0,002 0,135 0,000 0,000 0,009 0,257 0,001 0,000 0,017 0,000 Exp (B) 1,641 1,191 0,536 5,259 1,609 4,059 7,244 2,855 1,533 0,146 9,934 2,520 0,059 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,894 3,014 0,628 2,260 0,276 1,042 1,881 14,701 0,863 2,999 1,865 8,834 3,709 14,146 1,296 6,290 0,732 3,210 0,047 0,455 4,049 24,370 1,182 5,373 Berdasarkan Tabel 4.5 di atas telah di dapatkan model awal analisis multivariat kemudian di analisis multivariat dan di lihat jika variabel independen di dapatkan nilai p value < 0,05 maka di masukan ke dalam model multivariat tetapi jika p value>0,05 di keluarkan dari analisis multivariat. Dari hasil analisis, menunjukan 5 variabel yang mempunyai p value > 0,05 yaitu pendidikan ibu (p value: 0,110), pendidikan suami (p value: 0,592), pengetahuan (p value: 0,066), persepsi kerentanan (p value: 0,135), dan ketersediaan sarana (p value: 0,257). Pemodelan selanjutnya dengan mengeluarkan variabel yang memiliki P−value > 0,05 satu persatu dimulai dari p value yang terbesar. Jika setelah pengeluaran variabel tersebut menghasilkan perubahan OR variabel lain >10% maka variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam model, jika setelah pengeluran variabel tersebut menghasilkan perubahan OR < 10% maka variabel tersebut akan keluar secara permanen. Analisis ini dimulai dari 109 mengeluarkan variabel pendidikan suami karena memiliki P−value terbesar 0,592. Hasil nya adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Analisis Multivariat variabel Pendidikan Suami dikeluarkan Variabel Sig. Exp (B) Pemodelan Tanpa Pendidikan Suami Pendidikan ibu Pengetahuan Sosial ekonomi Persepsi kerentanan Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Ketersediaan sarana Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant 0,103 0,067 0,001 0,134 0,000 0,000 0,009 0,278 0,001 0,000 0,017 0,000 1,655 0,538 5,557 1,611 4,148 7,236 2,877 1,501 0,146 10,102 2,510 0,063 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,902 0,277 2,030 0,864 1,912 3,708 1,304 0,721 0,047 4,120 1,179 Perubahan OR (%) 3,036 1,043 15,213 3,003 8,998 14,122 6,346 3,124 0,454 24,764 5,344 -0,85 -0,4 -5,7 -0,1 -2,2 0,1 -0,8 2 0 -1,7 0,4 Tabel 4.6 menunjukkan model pengeluaran variabel yang memiliki p value > 0,05 pada model multivariate awal. Pada pengeluaran variabel pendidikan suami dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10% sehingga variabel pendidikan suami dikeluarkan secara permanen. Tabel 4.7 Analisis Multivariat Variabel Ketersediaan Sarana Dikeluarkan Variabel Sig. Pemodelan Tanpa Ketersediaan Sarana Pendidikan ibu 0,100 Pengetahuan 0,057 Sosial ekonomi 0,000 Persepsi kerentanan 0,095 Persepsi keparahan 0,000 Persepsi manfaat 0,000 Persepsi hambatan 0,009 Dukungan keluarga 0,001 Sikap petugas kesehatan 0,000 Isyarat untuk bertindak 0,018 Constant 0,000 Exp (B) 1,663 0,526 5,971 1,690 4,229 7,124 2,850 0,138 10,612 2,482 0,067 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,908 0,271 2,187 0,912 1,959 3,659 1,297 0,045 4,331 1,169 3,046 1,018 16,302 3,132 9,131 13,871 6,263 0,429 26,001 5,273 Perubahan OR (%) -0,49 2,2 -7,5 -5 -2 1,5 0,9 5 -5 1,1 110 Tabel 4.7 menunjukkan pengeluaran variabel ketersediaan sarana dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10% sehingga variabel ketersediaan sarana dikeluarkan secara permanen. Tabel 4.8 Analisis Multivariat Variabel Persepsi Kerentanan Dikeluarkan Variabel Pemodelan Tanpa Persepsi Kerentanan Pendidikan ibu Pengetahuan Sosial ekonomi Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Ketersediaan sarana Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant Sig. 0,094 0,052 0,001 0,000 0,000 0,013 0,190 0,001 0,000 0,022 0,000 Exp (B) 1,674 0,520 5,249 4,224 7,800 2,721 1,621 0,151 10,309 2,399 0,079 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,915 0,269 1,923 1,959 4,033 1,233 0,787 0,048 4,241 1,137 3,062 1,006 14,326 9,110 15,087 6,003 3,341 0,473 25,058 5,059 Perubahan OR (%) -1,1 3,3 5,5 -1,9 7,8 5,4 -8 -3,4 -2 4,4 Tabel 4.8 menunjukkan pengeluaran variabel persepsi kerentanan dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10% sehingga variabel persepsi kerentanan dikeluarkan secara permanen. Tabel 4.9 Analisis Multivariat Variabel Pendidikan Ibu Dikeluarkan Variabel Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu Pengetahuan Sosial ekonomi Persepsi kerentanan Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Ketersediaan sarana Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant Sig. 0,077 0,001 0,122 0,000 0,000 0,007 0,266 0,001 0,000 0,013 0,000 Exp (B) 0,554 5,722 1,631 3,959 7,611 2,954 1,516 0,148 10,344 2,578 0,075 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,287 2,105 0,878 1,842 3,923 1,347 0,728 0,048 4,242 1,219 1,067 15,555 3,031 8,506 14,765 6,477 3,156 0,456 25,226 5,453 Perubahan OR (%) -2,9 3 1,3 4,6 -5,2 -2,7 -0,9 -1,4 -2,4 -2,7 111 Tabel 4.9 menunjukkan pengeluaran variabel pendidikan ibu dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10% sehingga variabel pendidikan ibu dikeluarkan secara permanen. Tabel 4.10 Analisis Multivariat Variabel Pengetahuan Dikeluarkan Variabel Sig. Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu Pendidikan ibu Sosial ekonomi Persepsi kerentanan Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Ketersediaan sarana Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant Exp (B) 0,122 0,001 0,103 0,000 0,000 0,009 0,226 0,001 0,000 0,018 0,000 1,607 5,583 1,673 4,236 7,745 2,859 1,566 0,138 9,677 2,466 0.051 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 0,881 2,049 0,902 1,964 4,004 1,298 0,757 0,045 4,002 1,165 Perubahan OR (%) 2,932 15,214 3,104 9,137 14,979 6,301 3,242 0,425 23,395 5,216 2,9 -0,46 -3,8 -2,1 -7,03 0,6 -4,3 5,5 4,2 1,8 Tabel 4.10 menunjukkan pengeluaran variabel pengetahuan ibu dari model, tidak ada variabel lain yang memiliki selisih OR lebih besar dari 10% sehingga variabel pengetahuan ibu dikeluarkan secara permanen. Maka model akhir multivariat sebagai berikut : Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Variabel B S.E. Wald Df Sig. Exp (B) Sosial ekonomi Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant 1,768 1,457 2,172 0,978 -1,987 2,370 0,869 -2,432 0,508 0,380 0,328 0,395 0,573 0,441 0,373 0,314 12,111 14,667 43,769 6,124 12,008 28,847 5,420 59,882 1 1 1 1 1 1 1 1 0,001 0,000 0,000 0,013 0,001 0,000 0,020 0,000 5,857 4,293 8,777 2,659 0,137 10,693 2,384 0,088 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 2,164 15,848 2,037 9,050 4,612 16,704 1,225 5,767 0,045 0,422 4,504 25,390 1,147 4,955 112 c. Model Terakhir Multivariat Tabel 4.11 Hasil Pemodelan Akhir Multivariat Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 0,001 0,000 0,000 0,013 0,001 Exp (B) 5,857 4,293 8,777 2,659 0,137 95% C.I.forEXP(B) Lower Upper 2,164 15,848 2,037 9,050 4,612 16,704 1,225 5,767 0,045 0,422 1 0,000 10,693 4,504 25,390 0,373 1 0,020 2,384 1,147 4,955 0,314 1 0,000 0,088 Variabel B S.E. df Sig. Sosial ekonomi Persepsi keparahan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Dukungan keluarga Sikap petugas kesehatan Isyarat untuk bertindak Constant 1,768 1,457 2,172 0,978 -1,987 0,508 0,380 0,328 0,395 0,573 1 1 1 1 1 2,370 0,441 0,869 -2,432 R2 0,510 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ada 6 variabel yang berhubungan bermakna dengan status imunisasi MR yaitu variabel sosial ekonomi, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan dan isyarat untuk bertindak (P−value <0,05). Sedangkan variabel pendidikan ibu, pendidikan suami, pengetahuan ibu, persepsi kerentanan, dan ketersediaan sarana sebagai variabel confounding. Variabel sikap petugas kesehatan paling dominan terhadap status imunisasi MR dengan OR 10,693, artinya ibu yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan berisiko 10,693 kali lebih besar tidak mengimunisasi MR anaknya dibandingkan ibu yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan setelah dikontrol variabel persepsi manfaat (8,777), sosial ekonomi (5,857), persepsi keparahan (4,293), persepsi hambatan (2,659), isyarat untuk bertindak (2,384), dan dukungan keluarga (0,137). Hasil pemodelan terakhir memiliki 113 nilai R2 0,510, artinya ke 12 variabel independen tersebut dapat menjelaskan variasi variabel status imunisasi MR sebesar 51%. 4. Hasil Wawancara Mendalam a. Status tidak imunisasi MR (Measles Rubella) pada anak usia 9 bulan-15 tahun di Kota Pontianak Hasil wawancara mendalam dengan informan dapat disimpulkan bahwa ibu tidak melakukan imunisasi MR dikarenakan hampir seluruh informan memiliki persepsi yang berbeda-beda seputar imunisasi MR tersebut. Informasi-informasi yang kurang bagus mereka dapatkan dari media cetak maupun media elektronik. Pemberian imunisasi MR ini juga didukung oleh keluarga terutama suami yang tidak memberikan izin untuk melakukan imunisasi MR. Berikut kutipan wawancara informan: “Dengar berita banyak yang saket deek eh, ape poleh joh sampek mateh. Jadi buat takok jak kan. Nanti ade ape ape dengan anak kan sosah kiah deeek eh” (A4) “Bapaknya tak kasi dek, nanya tetangga laen yang punya anak kecik juak tak kasi juga mereka. Ragu lah kan semuaye harus dikasi tahu sama bapaknyee dek kalau ndak kk yang sosah nanti kalau jadi sesuatu same anak” (B4) b. Dukungan Keluarga Sebagian informan mengatakan bahwa ibu tidak mengimunisasi MR anaknya disebabkan tidak mendapatkan izin dari suaminya. Jika terjadi sesuatu pada anaknya tidak ada yang bertanggung jawab. Sebagian yang lain keluarga informan menyerahkan kebebasan kepada ibunya untuk imunisasi MR atau tidak. Namun, kurang kepedulian dalam memberikan upaya agar ibunya bisa 114 mendapatkan imunisasi MR tersebut misalnya tidak mengantar ke tenaga kesehatan. Berikut kutipan wawancara dengan informan: “Suami ibu tak mekih lek imunisasi itu tuh polaneh bahaye ntok masyarakat. Lakik ibu pun keras orange mun kate die A ye A tak bise B” (A1) “Suami ibu larang kalok ade ape ape nanti die marah nak. Ikutlah ape kate suami, keluarge pun banyak gak yang tak imunisasi juga kan” (A3) “Keluarga kk sih OK jak cuman tak de yang nak ngantar eh. Susah nak kemane mane soalnye tak pacak pakai motoreeh. Kk ke warong depan jak susah jarang juga nak ke posyandu tak ade yang ngantar itulah”(B5)” Jawaban informan pun diperkuat dari jawaban keluarga informan Hampir seluruh informan mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan keluarganya atau istrinya untuk memberikan imunisasi MR kepada anaknya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa suami tugasnya mencari nafkah masalah anak diserahkan sepenuhnya kepada istrinya. Berikut kutipan wawancara dengan keluarga informan : “Ndak dek, saye tak izinkan emang sama istri saye tuh imunisasi yang baru tuh biarlah. Orang duluk duluk pun taka de gak imunisasi macam jiah. Ade ade jak kan sekarang buat kekebalan inilah kekebalan itulah” (C1) “Terserah ibunya lah dek mau imunisasi atau ndak soalnye yang terbaik jak lah saye bagian cari uang jak. Apelagi kalau urusan sekolah saye tak ikut campur ade ape ye ibunya lah yang urus” (C3) “Enje dek, tak mekih dek. Tak apelah biar jak imunisasi yang udah ade jak” (C5) c. Sikap Petugas Kesehatan Sebagian besar informan yang memiliki anak sekolah, ibu tidak mendapatkan penyuluhan secara langsung tentang manfaat maupun seputar imunisasi MR secara lengkap. Mereka cuman mendapatkan surat persetujuan untuk anaknya imunisasi MR atau tidak. Sedangkan untuk informan yang 115 memiliki balita, ibu mendapatkan informasi tentang imunisasi MR dari posyandu atau kader dan puskesmas pada saat akan mengimunisasi anaknya walaupun mereka juga tetap menolak untuk mengimunisasi anaknya. Berikut kutipan wawancara dengan informan : “Tak ade masuk ke ibu nak dari petugas cuman minta persetujuan jk mau imunisasi ke ndak anaknya di kertas tuh. Balek balek bawa kertas suroh tanda tangan tak jelas ape ujung nye kan” (A3) “Ndak ade pula penyuluhan tuh. Tak tahulah kalau ade sama ibu ibu yang lain kayaknye tak ade lah kalau kumpol gitu gitu tuh. Cobalah ade kan bagoss ye dijelaskan asal usul imunisasi itu gimane sampai kok baru ade sekarang” (A5) “Ada infonya dari petugas kalau campak sekarang dah diganti dengan MR makanya saye nolak nye dek tanyak suami dulu. Dibawa ke puskesmas emang jadwal imunisasi kan campak tak tahunye dah diganti eh bukan diganti dicampur lah kan bahasenye tuh sama rubella.” (B2) Namun pernyataan dari informan tidak sejalan dengan pernyataan petugas keseahtan. Setelah dilakukan wawancara ke petugas kesehatan disimpulkan bahwa tenaga kesehatan akan melakukan lokakarya mini terlebih dahulu sebelum melakukan program imunisasi ke warga. Berikut kutipan wawancara : “Yang pasti kalo kite mau gerak imunisasi pasti ngadekan lokakarya mini dulu dek. Jadi petinggi-petinggi wilayah kerja tuh diundang untuk acara itu. Maksudnya ndak juga mesti petinggi sih tapi pasti yang bersangkutan di wilayah kerja itu insyaAllah pasti terlibat. Kayak orang-orang di kantor lurah, pihak sekolah, kader-kader, kapolsek, dll gitulah kurang lebih jadinye. Jadi lokmin tuh kite membahas semue semue yang bersangkutan same imunisasi yang akan dilaksanakan gituu. Nanti mereka lah yang nyebarluaskan info info pentingnye. Memang susah sih ngubah mindset orang nih tapi ini lagi proses semoga jak makin baek cakupan imunisasi MR ni tahun ini” (D1) 116 d. Jarak ke fasilitas kesehatan Hampir seluruh informan mengatakan bahwa fasilitas kesehatan sekarang mudah untuk dijangkau seperti puskesmas. Tidak bisa datang ke puskesmas bisa ke klinik atau rumah sakit. Bukan menjadi penghalang buat mereka dalam tidak mengimunisasi MR anaknya. Berikut kutipan wawancara dengan informan: “Dekat jak cuman tetap jak pakai motor kesananye, biase imunisasi yang lain kan ke puskesmas” (A2) “Situ jak bah bise jalan kaki tak jaoh pun. Kalopun takot capek minta antarlah kan bise siape yg sempat nak antar” (A5) “Dekat sini banyak kayak rs, klinik, puskesmas. Banyak dah tak susah kayak dulu untuk imunisasi jaoh kan jadi orang malaslah” (B3) e. Persepsi Hampir seluruh informan memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain tentang imunisasi MR yang menurut mereka masih belum jelas kandungannya, fatwanya maupun manfaatnya sendiri bagi anak mereka. Berita berita yang tidak menyenangkan seputar imunisasi MR menjadi faktor utama mereka menolak untuk mengimunisasi MR. Informan tidak menentang keberadaanya imunisasi MR di masyarakat tetapi menolak jika imunisasi itu diberikan ke anak informan sampai jelas beritanya. Berikut kutipan wawancara dengan informan : “Khawatir pula tuh soal nye halal haramnye kik tak jelas makenye takut. Anak pun trauma soalnye sering habis suntek malah demam bengkak poleh. Nangis nangis nanti mun demam joh tak kuase lah ibu liatnyee mun dah sakek serba salah” (A1) 117 “Pernah dulu imunisasi awal awal tuh di sekolah balek balek demam makenye kalau ada imunisasi tak usahlah. Anaknye pun ndak mao dahlah tak pakse gak” (A3) “Anaknye suke sakit kalau habis diimunisasi makenye malas nak imunisasi agik tuh” (B5) “Tak usahlah imunisasi ituh, kandungannye meragukan. Ragu jadinye soalnye tak jelas halal najis atau ndaknye. Seram ah masak iye dalam darah ade yang haram” (A2) f. Ketersediaan sarana Seluruh informan mengatakan bahwa ketersediaan sarana dalam mengimunisasi anaknya tidak ada hambatan. Puskesmas sudah menyediakan semuanya. Jikapun ada bukan imunisasi MR tetapi imunisasi yang lain. Namun puskesmas tetap memberikan solusi jika terjadi kekosongan vaksinnya. Berikut kutipan wawancara dengan informan : “Lengkap di puskesmas, posyandu pun ade” (B2) “Selalu ade kayaknya di puskesmas lah tapi inikan imunisasinye di sekolah pasti ade” (A3) “Pemerintah pasti siapkan lah untok sekolah untuk puskesmas” (A4) g. Isyarat untuk bertindak Dari jawaban informan dapat disimpulkan bahwa media elektronik merupakan cara informan mendapatkan informasi seputar imunisasi MR. Berikut kutipan wawancara dengan informan : “Ada cari beritanye di hape makenye takot mau imunisasi dek banyak kejadian yang lumpuhlah yang matilah. Macem mane mau imunisasi kan. Kalau nanti tak tahulah yee” (A2) “Keluarge ade ngomong gak, ade gak beritanya di media. Banyak sih dimane mane waktu gembar gembornye tuh” (B3) 118 “Media lah tuh lah saye cari dulu infonya seputar imunisasinye di internet sama suami barengan” (B2) C. Pembahasan 1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berusia ≥ 35 tahun sebanyak 97 orang (58,40%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,336)>α (0,05), artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Umur ibu bukan merupakan faktor resiko untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama untuk imunisasi, karena mempunyai kesempatan yang sama. Imunisasi MR diberikan kepada anak usia 9 bulan-15 tahun. Ibu yang berusia kurang dari 35 tahun sampai yang berusia lebih dari 35 tahun tidak memliki perbedaan dalam berperan aktif pada program imunisasi. Kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat diduga menjadi faktor yang berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai manfaat imunisasi, informasi ini dapat diakses oleh siapa saja sehingga ibu umur yang lebih muda maupun ibu dengan umur yang lebih tua, memiliki informasi yang tidak jauh berbeda. Banyak perubahan mendasar yang terjadi dan berhubungan langsung dengan perubahan otak dan tubuh, termasuk didalamnya kesiapan untuk menguasai kemampuan baru (Pratiwi, 2012) 119 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Nainggolan (2013) menghasilkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kelengkapan imunisasi baduta (p:0,442>0,05, 95%CI: 0,93-1,18). 2. Hubungan Agama Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang beragama muslim sebanyak 131 orang (56,20%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,800)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara agama ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Pro dan kontra tentang imunisasi terus bergulir dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, MUI mengeluarkan Fatwa MUI No.33 Tahun 2018 dalam rangka mendukung imunisasi. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali: digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal (Kemenkes, 2018). Upaya dalam mendukung keberhasilan cakupan imunisasi MR diperlukan pendekatan atau bina suasana dengan pemangku tokoh agama agar terus memberikan informasi yang positif seputar imunisasi MR. Nilai positif bisa disampaikan oleh pemangku agama dalam berbagai acara keagamaan sehingga 120 pemahaman tentang keraguan terhadap tidak halal media yang digunakan dalam vaksin mulai berkurang dan menerima imunisasi MR. Keberagaman agama yang dianut masyarakat di Indonesia terutama di Kota Pontianak sebagai tempat penelitian bukan menjadi penghalang untuk mengimunisasi anaknya ke fasilitas kesehatan. Dalam penelitian ini mayoritas responden beragama Islam. Walaupun MUI sudah menyatakan bahwa hukum imunisasi adalah dibolehkan (mubah), masih ada masyarakat yang enggan untuk melakukan imunisasi ini dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi yang akan diberikan kepada anaknya berbeda satu sama lain tergantung individunya. Sebagian masyarakat yang non muslim tidak mengedepankan fatwa MUI karena berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi penyebab tidak memberikan anaknya imunisasi MR misalnya kejadian pasca imunisasi yang akan dimunculkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratiwi (2014) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara agama ibu dengan ketidakpatuhan pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah (p=0,549). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara mendalam sebagian besar informan beragama Muslim mengatakan bahwa tidak menjadi masalah selama imunisasi MR ini memiliki manfaat yang baik kepada anaknya untuk masa depan yang akan datang. 121 3. Hubungan Kelompok Etnis Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang kelompok etnis pribumi sebanyak 162 orang (54,90%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,465)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok etnis ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Masih ditemukannya masyarakat yang berpendapat bahwa dari nenek moyang terdahulu tidak pernah ada imunisasi dan anak cucu mereka terbukti tidak ada yang mengalami sakit yang serius (parah), sehingga asumsi tersebut menetap dan berkembang dalam suku tertentu. Seiring perkembangan zaman mengubah pemikiran individu terhadap imunisasi. Masyarakat dengan suku tertentu memiliki kebiasaan tidak mengimunisasi anaknya mulai mengalami perubahan ke arah yang lebih baik untuk mengimunisasi anaknya dimulai dari imunisasi dasar sampai tambahan. Pendekatan dengan tokoh lokal di tengah masyarakat misalnya tokoh adat atau kepala suku untuk membangun dialog dalam memberikan informasi yang benar tentang vaksinasi MR. Adanya dukungan dari kelompok proimunisasi tersebut akan meningkatkan penerimaan vaksinasi sebagai norma sosial bagi orang tua demi kesehatan anaknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratiwi (2014) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara suku ibu dengan ketidakpatuhan pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah (p=0,158). 122 4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-2,65) yang artinya, responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga dan masyarakat. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan. Individu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi begitu juga dengan masalah informasi tentang imunisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan. Individu dengan pendidikan tinggi akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui informasi dunia kesehatan untuk diri sendiri maupun lingkungan terdekatnya termasuk informasi seputar imunisasi MR sebagai imunisasi tambahan bagi anaknya sebagai kekebalan terhadap penyakit campak dan rubella. Pendidikan seseorang berbeda•beda juga akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga 123 informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Pendidikan kesehatan dapat membantu para ibu atau kelompok masyarakat disamping dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk meningkatkan perilakunya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. (Rahmawati, 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nainggolan (2013) yang menghasilkan bahwa tingkat pendidikan ibu ada hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi baduta (p:0,000<0,05), (ORa: 1,38), (95% CI: 0,93-1,18). Ibu yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak memberikan kelengkapan imunisasi baduta sebesar 1,38 kali lebih besar dibandingkan ibu berpendidikan tinggi. 5. Hubungan Pendidikan Suami Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang suaminya berpendidikan tinggi sebanyak 94 orang (62,3%). Hasil uji statistik d diperoleh nilai p (0,030)<α (0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,69 (95% CI: 1,08-2,65) yang artinya, suami responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,69 kali lebih besar dibandingkan suami responden yang berpendidikan tinggi. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. 124 Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat (Husna, 2016). Peranan ayah sangat penting dalam suatu keluarga. Ayah memang bukan yang melahirkan buah hati tercinta, tetapi peranannya dalam tugas perkembangan anak sangat dibutuhkan. Tugas ayah selain untuk menafkahi keluarga, juga diharapkan menjadi teman dan guru yang baik untuk anak. Peranan ayah dalam keluarga yang umum adalah sebagai kepala keluarga, selain itu peran yang lainnya adalah sebagai pengambilan keputusan (Utami, 2009). Pendidikan suami berbanding positif dengan pengambilan keputusan yang akan diambilnya sebagai seorang ayah untuk mengizinkan anaknya imunisasi. Ayah yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih memperhatikan kesehatan anaknya dalam hal pencegahan penyakit yang bisa saja ditularkan oleh orang lain di masa yang akan datang. Ayah akan mendukung pemberian imunisasi lengkap dan tambahan kepada anaknya selama imunisasi itu bersifat kebaikan bagi tubuh anaknya tersebut tersebut pemberian imunisasi MR. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hastono (2009) yang menghasilkan bahwa tingkat pendidikan suami ada hubungan bermakna dengan status imunisasi anak di Indonesia (p:0,000<0,05), (ORa: 1,35), (95% CI: 1,231,48). Suami ibu yang berpendidikan rendah memiliki resiko tidak memberikan imunisasi anaknya sebesar 1,35 kali lebih besar dibandingkan suami ibu berpendidikan tinggi. 125 6. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 102 orang (49,50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,004)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 0,48 (95% CI: 0,29-0,78) yang artinya, responden yang berpengetahuan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 0,52 kali lebih besar dibandingkan responden yang berpengetahuan tinggi. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting diperlukan oleh seorang ibu. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang berkaitan dengan usia individu. Semakin matang usia seseorang akan semakin banyak pengalaman hidup yang dimiliki, dan mudah untuk menerima perubahan perilaku, karena usia ini merupakan usia paling produktif dan umur paling ideal dalam berperan khususnya dalam pembentukan kegiatan kesehatan. Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Karina, 2012). Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan cenderung untuk mengimunisasi anaknya. Pengetahuan yang tinggi seputar imunisasi dimulai dari usia pemberian imunisasi hingga manfaat yang akan didapatkan setelah pasca imunisasi akan berdampak bagi perilaku kesehatan ibu dalam memenuhi kelengkapan imunisasi bagi anaknya. 126 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tampewa (2015) menghasilkan bahwa pengetahuan merupakan variabel yang paling berperan terhadap status imunisasi anak usia 12-24 bulan dengan nilai OR = 6,30 (CI 95% =1,850-21,463) pengetahuan yang baik akan membuat Ibu lebih memperhatikan status imunisasi anaknya sebesar 6,30 kali di bandingkan dengan pengetahuan yang kurang baik 7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang tidak bekerja sebanyak 121 orang (53,50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,294)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Pekerjaan memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman (Isfan, 2006). Ibu bekerja merupakan hal lazim di tengah masyarakat. Semakin tingginya kebutuhan merupakan suatu alasan ibu untuk bekerja. Ibu yang bekerja memiliki akses informasi yang lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga ini menyebabkan kurangnya interaksi dengan ibu-ibu lain sehingga kurangnya bertukar informasi seputar imunisasi tambahan yaitu imunisasi MR dan berdampak tidak memberikan imunisasi MR kepada anaknya. 127 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hastono (2009) yang menghasilkan bahwa pekerjaan tidak ada hubungan yang bermakna dengan status imunisasi anak di Indonesia (p:0,558>0,05). 8. Hubungan Pekerjaan Suami Ibu dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang suaminya bekerja sebanyak 167 orang (56,20%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,471)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami ibu dengan status imunisasi MR anaknya. Pekerjaan ayah secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan menciptakan pengalaman baru. Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap obyek sikap berpengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek sikap tersebut. Selain itu informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut (Sukarni, 2008). Ayah mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang sangat dominan dalam pengambilan keputusan di keluarga. Peran ayah memperkuat keikutsertaan anak untuk mendapatkan imunisasi, dalam hal memberikan izin atau terkait keikutsertaan dalam imunisasi, mengingatkan jadwal imunisasi bayinya, mengingatkan bahwa keadaan panas dari bayi adalah reaksi imunisasi dan suatu keadaaan yang tidak berbahaya, bukan kontraindikasi untuk imunisasi berikutnya (Suprajitno, 2004). 128 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya pekerjaan suami dengan status imunisasi MR ini disebabkan tidak adanya variasi dalam pekerjaan baik yang imunisasi atau tidak mengimunisasi anaknya karena mayoritas besar suami responden bekerja. Pada zaman sekarang seorang ayah tugas utamanya menjadi tulang punggung keluarga dalam hal mencukupi segala kebutuhan sehari-hari sehingga kurang berperan memberikan informasi seputar imunisasi kepada keluarganya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Savitri (2009) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan suami dengan status imunisasi dasar lengkap tepat waktu usia 12 bulan di 16 Kabupaten Provinsi NTT (p=0,134>0,05). 9. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang sosial ekonominya tinggi sebanyak 98 orang (64,90%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,30) yang artinya, responden yang sosial ekonomi rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang sosial ekonomi tinggi. Pendapatan keluarga sangat berhubungan erat dengan status sosial ekonomi. Besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan kebiasaan hidup keluarga, faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat. Angka 129 kematian bayi mempunyai hubungan yang erat dengan pendapatan. Pada umumnya telah diketahui angka kematian bayi dan balita meningkat pada status sosial ekonomi yang rendah. Menilai hubungan antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahannya adalah hal yang sering dilakukan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya (Astrianzah, 2011). Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi dan didukung fasilitas yang memadai akan lebih mudah dalam mengakses imunisasi bagi anaknya tanpa memikirkan biaya yang akan keluar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nainggolan (2013) yang menghasilkan bahwa sosial ekonomi berhubungan dengan kelengkapan imunisasi baduta (p:0,009<0,05), (ORa: 1,19), (95% CI: 1,05-1,36). Ibu yang sosial ekonominya rendah memiliki resiko tidak memberikan kelengkapan imunisasi baduta sebesar 1,19 kali lebih besar dibandingkan ibu yang sosial ekonominya tinggi. 10. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi kerentanan tinggi sebanyak 103 orang (64,40%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,002)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,09 (95% CI: 1,33-3,28) yang artinya, 130 responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,09 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi kerentanan tinggi. Seseorang yang merasakan dirinya dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam. Ancaman ini dapat mendorong setiap individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit dibandingkan dengan seseorang yang tidak merasakan dirinya terkena penyakit (Noorkasiani, 2009) Persepsi kerentanan seorang ibu terhadap anaknya akan mendorong ibu untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada anaknya sebagai tindakan pencegahan penyakit. Tambahan imunisasi yang terus berkembang tidak menghalangi mereka untuk terus memberikan yang terbaik kepada anaknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Putri (2015) yang menghasilkan bahwa persepsi kerentanan ada pengaruh dengan imunisasi (p:0,002<0,05), (95% CI: 0,71-3,04), ibu yang memiliki persepsi bahwa anaknya untuk mengalami penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengimunisasikan anaknya daripada ibu yang tidak memilki persepsi kerentanan kepada anaknya. 11. Hubungan Persepsi Keparahan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi sebanyak 153 orang (61,20%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang 131 bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 3,16 (95% CI: 1,73-5,65) yang artinya, responden yang memiliki persepsi keparahan rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 3,16 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi. Persepsi keparahan didasarkan pada pengetahuan atau informasi medis, yang dapat juga berasal dari keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mendapatkan kesulitan akibat penyakit. Seseorang yang merasa jika penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan suatu penyakit yang parah maka seseorang tersebut akan merasa terancam. Ancaman ini yang akan mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan (Priyoto, 2014). Persepsi keparahan yang akan muncul akibat anaknya mendapatkan penyakit mendorong ibu untuk memprotektif anaknya. Tidak ingin anaknya mengalami hal yang seharusnya tidak terjadi di masa yang akan datang membuat ibu akan memberikan imunisasi MR. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suryawati (2016) yang menghasilkan bahwa persepsi keparahan ada hubungan bermakna dengan cakupan imunisasi dasar anak (p:0,000<0,05), (ORa:4,00), (95% CI: 2,10-7,50). Ibu yang memiliki persepsi kerentanan rendah beresiko tidak membawa anaknya imunisasi dasar lengkap sebesar 4,00 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki persepsi keparahan tinggi. 132 12. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi sebanyak 144 orang (72,00%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 7,14 (95% CI: 4,23-11,96) yang artinya, responden yang memiliki persepsi manfaat rendah memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 7,14 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi. Persepsi manfaat seputar imunisasi akan berdampak kepada ibu untuk memberikan imunisasi kepada anaknya termasuk imunisasi MR. Keuntungan yang banyak yang akan didapatkan anaknya dari imunisasi akan menjadi alasan penting dalam pemenuhan imunisasi tersebut. Individu akan cenderung menerapkan perilaku sehat ketika merasa perilaku tersebut bermanfaat untuk menurunkan suatu penyakit. Pemberian imunisasi tidak hanya melakukan pencegahan penyakit tetapi juga dapat mencegah penyakit. Oleh karena itu sikap dan pengetahuan tentang manfaat dari imunisasi sangat diperlukan (Smith,2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Putri (2016) yang menghasilkan bahwa persepsi manfaat ada hubungan bermakna dengan pemberian imunisasi dasar pada balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat Masaran Sragen (p:0,008<0,05), (ORa:28,86), (95% CI: 2,42-34,18). Ibu yang 133 memiliki persepsi manfaat rendah beresiko tidak memberikan imunisasi dasar balita sebesar 28,86 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki persepsi manfaat tinggi. 13. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki persepsi hambatan tinggi sebanyak 105 orang (64,80%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,001)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 2,19 (95% CI: 1,39-3,45) yang artinya, responden yang memiliki persepsi hambatan tinggi memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 2,19 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki persepsi hambatan rendah. Persepsi hambatan merupakan suatu hambatan yang dirasakan individu ketika akan mengambil suatu keputusan untuk mengimunisasikan bayinya. Hambatan yang dirasakan dalam hal ini berhubungan dengan hambatan yang dihadapi individu untuk mengadopsi perilaku baru (Smith, 2011). Ada banyak hambatan yang akan dilalui seseorang untuk dapat melakukan suatu tindakan kesehatan, dan kebanyakan hambatan tersebut datang karena seseorang mengevaluasi hambatan terhadap perilaku baru yang dilakukan. Semakin besar hambatan yang dilalui akan semakin berpeluang seseorang untuk tidak mengimunisasi anaknya. 134 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suryawati (2016) yang menghasilkan bahwa persepsi hambatan ada hubungan bermakna dengan cakupan imunisasi dasar anak (p:0,000<0,05), (ORa:93,90). Ibu yang memiliki persepsi hambatan tinggi beresiko tidak membawa anaknya imunisasi dasar lengkap sebesar 93,90 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki persepsi hambatan rendah. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR kepada anaknya dikarenakan memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain terhadap imunisasi MR ini. Informan mengatakan bahwa anaknya rentan terhadap terkena penyakit, sebagian informan yakin sebenarnya imunisasi MR itu memiliki banyak manfaat untuk kekebalan tubuh anak dan tidak ada hambatan untuk memperoleh imunisasi MR tetapi karena informan beranggapan bahwa kandungan imunisasi yang meragukan, kejadian pasca imunisasi yang ditakutkan, dan bisa diberikan dikemudian hari jika imunisasi tersebut jika mendesak karena imunisasi ini tergolong baru. Orang dahulu bisa sehat tanpa harus imunisasi MR tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan promosi kesehatan yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun kader yang telah direkrut oleh puskesmas setempat untuk meluruskan kembali persepsi masyarakat yang salah seputar imunisasi MR. Kader merupakan orang terdekat masyarakat yang bisa memberikan nilai positif tentang kesehatan. Pemahaman yang sejalan untuk mendukung imunisasi MR sangat penting dalam peningkatan pencapaian cakupan imunisasi. 135 14. Hubungan Ketersediaan Sarana dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang menjawab tersedia sarana imunisasi MR sebanyak 146 orang (58,60%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,046)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,82 (95% CI: 1,05-3,18) yang artinya, responden yang menjawab tidak tersedianya sarana imunisasi MR memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,82 kali lebih besar dibandingkan responden yang menjawab tersedianya sarana imunisasi MR. Ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkinan (Ariewibowo, 2005). Ketersediaan sarana untuk mendapatkan imunisasi juga faktor pendukung terlaksananya program imunisasi MR. Imunisasi MR merupakan imunisasi yang selalu tersedia di fasilitas kesehatan dasar sampai faskes lanjutan dengan sasaran anak usia 9 bulan sampai 15 tahun. Ketersediaan vaksin pada saat seseorang akan memberikan imunisasi kepada anaknya akan terlaksana tanpa harus ditunda. Saat seseorang telah datang ke fasilitas kesehatan untuk mengimunisasi anaknya tetapi 136 vaksinnya tidak tersedia maka bisa saja membuat seseorang tersebut tidak melakukan imunisasi dikemudian hari lagi. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian dalam penelitian Ariewibowo (2005), didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna ketersediaan sarana prasarana dengan cakupan imunisasi (p=0,001). Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa sebenarnya ketersediaan sarana imunisasi MR sudah lengkap di posyandu maupun puskesmas yang bisa diakses oleh informan. Selain itu, imunisasi MR ini juga dilakukan di lingkungan sekolah anak informan (TK/Taman Kanak-Kanak, SD/Sekolah Dasar, dan SMP/Sekolah Menengah Pertama). 15. Hubungan Jarak dengan Fasilitas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang menjawab terjangkau jarak ke fasiltitas kesehatan sebanyak 144 orang (56,70%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,504)>α (0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi keparahan dengan status imunisasi MR anaknya. Faktor pendukung lain adalah akses terhadap pelayanan kesehatan yang berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, keadaan geografis ini dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang mendapat pelayanan kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu 137 tempat pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan meningkat (Wiyono, 2005). Responden lebih banyak memiliki jarak yang dekat dengan fasilitas kesehatan sehingga bukan menjadi penghambat dalam akses kesehatan. Di era perkembangan zaman sekarang akses untuk sampai ke lokasi fasilitas kesehatan sangat mudah karena sudah banyak transportasi yang bisa digunakan tidak perlu membutuhkan waktu ysng lama. Puskesmas juga sudah banyak dibangun hampir setiap gang memiliki puskesmas dengan jarak yang dekat dari rumah warga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Rahmad (2013) menghasilkan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan tidak ada hubungan bermakna dengan perolehan imunisasi campak (p:0,444>0,05). Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan bukan penghalang untuk mendapatkan imunisasi dikarenakan jarak dengan fasilitas kesehatan sudah bisa diakses dengan mudah dari rumah. Banyak akses pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau seperti klinik bidan atau dokter, rumah sakit, puskesmas, pustu, dll. 16. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memiliki dukungan keluarga sebanyak 98 orang (62,80%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,014)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna 138 antara dukungan keluarga dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 1,80 (95% CI: 1,15-2,83) yang artinya, responden tidak memiliki dukungan keluarga memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 1,80 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Friedman, 2010). Adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) kepada ibu dalam bentuk mendapatkan informasi dan upaya menemani ibu untuk mengimunisasi anaknya. Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian imunisasi yang diharapkan. Ibu akan merasa bahwa imunisasi sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anaknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Mokodompit (2014) menghasilkan bahwa dukungan keluarga ada hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Tungoi (p:0,003<0,05), (ORa:4,03), (95% CI: 1,62-9,99). Ibu yang memiliki dukungan keluarga beresiko tidak memberikan bayinya imunisasi dasar lengkap sebesar 4,03 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memiliki dukungan keluarga. Hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa dukungan orang terdekat merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan terutama suami 139 informan memperbolehkan atau tidak untuk mengimunisasi MR anaknya baik secara langsung di fasilitas kesehatan maupun di sekolah anaknya. 17. Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan sebanyak 162 orang (67,50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 10,56 (95% CI: 5,35-20,74) yang artinya, responden tidak dipengaruhi sikap petugas kesehatan memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 10,56 kali lebih besar dibandingkan responden yang dipengaruhi sikap petugas kesehatan. Sikap petugas kesehatan berperan penting dalam keberhasilan cakupan imunisasi sesuai target capaian tidak terkecuali imunisasi MR. Petugas kesehatan merupakan seorang yang menjadi panutan masyarakat dalam hal kesehatan. Seseorang akan memperhatikan kesehatannya termasuk keluarganya jika mendapatkan informasi yang positif dari petugas kesehatan. Pendekatan petugas kesehatan pada masyarakat dengan penyuluhan imunisasi MR akan mempengaruhi masyarakat untuk mengimunisasi anaknya karena imunisasi MR merupakan imunisasi yang tergolong baru. Petugas kesehatan harus mengubah paradigma kesehatan yang awalnya kuratif menjadi preventif dengan upaya imunisasi MR. Menanamkan pemikiran bahwa sehat itu penting dan imunisasi bermanfaat untuk masa depan anaknya 140 agar terhindar dari penyakit yang bisa menular. Harapan perubahan paradigma tersebut dapat meningkatkan penerimaan imunisasi MR di masyarakat. Kualitas pelayanan dan sikap petugas merupakan cerminan keberhasilan dalam strategi pelaksanaan imunisasi. Keramahan petugas dalam melayani masyarakat atau pasien merupakan suatu hal yang penting diperhatikan mengingat keramahan modal utama pendekatan dengan masyarakat. Sikap sopan dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak segan-segan mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya (Notoadmojo, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Lubis (2014) menghasilkan bahwa sikap petugas kesehatan ada hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskemas Juelingke (OR = 2,98; 95% CI (1,08-8,23). Ibu yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan rendah beresiko tidak membawa bayinya imunisasi dasar lengkap sebesar 2,98 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan. Hasil penelitian didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan bahwa penyuluhan dari petugas kesehatan tentang imunisasi MR ini sangatlah penting untuk mengubah pandangan negative masyarakat terakit berita yang tidak benar terkait imunisasi MR. 141 18. Hubungan Isyarat untuk Bertindak dengan Status Imunisasi MR di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Imunisasi MR lebih banyak diberikan kepada anak responden yang memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak sebanyak 147 orang (65%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan status imunisasi MR anaknya. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai PR = 4,135 (95% CI: 5,347-20,742) yang artinya, responden yang tidak memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak memiliki resiko tidak mengimunisasi MR anaknya sebesar 4,135 kali lebih besar dibandingkan responden yang memperoleh informasi sebagai isyarat untuk bertindak. Isyarat untuk bertindak bisa didapatkan seseorang dari informasi yang mereka cari sendiri atau bersama pasangan dari media sosial, masa maupun elektronik. Informasi dari petugas kesehatan, keluarga maupun tetangga terdekat juga bisa menjadi pemicu seseorang dalam melakukan tindakan kesehatan. Promosi kesehatan di media sosial, masa maupun elektronik akan menarik minat masyarakat untuk mengimunisasi anaknya. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dalam menyampaikan informasi juga perlu diperhatikan karena imunisasi MR tergolong baru. Informasi tentang imunisasi berkaitan dengan tempat pelayanan imunisasi, rasa nyaman ibu pada saat mengalami sakit ketika mendapatkan imunisasi dan anggapan ibu bahwa imunisasi tidak dapat mencegah bahkan 142 membuat anak sakit. Informasi kesehatan ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap dari orang tua. Orang tua/ibu yang memiliki banyak informasi positif tentang imunisasi maka mereka akan memberikan imunisasi kepada anaknya (Prayogo, 2009). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Suwariyah (2016) yang didapatkan analisis statistik pada variabel informasi imunisasi memperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05), berarti adanya hubungan yang bermakna antara informasi tentang cakupan imunisasi dasar dengan nilai ORa = 11,10 (95% CI: 4,80•25,50), artinya orang tua yang mendapatkan sedikit informasi tetang imunisasi berisiko 11,10 kali lebih besar tidak memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya dari pada ibu yang mendapatkan cukup informasi tentang informasi. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Putri (2016) menjelaskan bahwa ada hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar (p=0,016). Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil penelitian didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan informan yang tidak memberikan imunisasi MR dengan anaknya didapatkan 143 bahwa dengan canggihnya teknologi sudah sangat mudah diakses berita terkait imunisasi MR melalui media massa dan elektronik. D. Keterbatasan Penelitian Kegiatan penelitian yang dilakukan di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 ini bertujuan untuk mengetahui determinan status imunisasi MR. Beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian ini mengukur variabel sosial ekonomi hanya dengan melihat pendapatan suami responden berdasarkan UMR. Variabel sosial ekonomi seharusnya dilakukan dengan penghitungan dari pengeluaran keluarga dan jumlah anak yang ditanggung oleh kepala keluarga. Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan jawaban responden selain menanyakan UMR peneliti juga bertanya pendapatan keluarganya cukup atau tidak untuk kehidupan sehari-hari. 2. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut jawaban yang diberikan atas pertanyaan. Hal ini bisa diantisipasi peneliti dengan cara memberikan pemahaman dari setiap pertanyaan di kuesioner sehingga responden fokus dalam menjawab pernyataan yang ada. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Determinan Status Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019” dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan anaknya imunisasi MR sebanyak (55,60%), responden berumur ≥ 35 tahun (53,00%), beragama muslim (74,40%), kelompok pribumi (94,20%), berpendidikan tinggi (SMA-Sarjana) (51,80%), suami berpendidikan rendah (SMP-tidak sekolah), responden berpengetahuan tinggi (65,80%), tidak bekerja (72,20%), suami bekerja (94,90%), berpendapatan rendah (<UMR) (53,00%), persepsi kerentanan tinggi (51,10%), persepsi keparahan tinggi (79,90%), persepsi manfaat tinggi (63,90%), persepsi hambatan tinggi (51,80%), imunisasi tersedia (79,60%), jarak ke fasilitas kesehatan terjangkau (81,20%), dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan (76,70%), keluarga tidak mendukung (50,20%), dan memperoleh informasi seputar imunisasi MR (72,20%). 2. Dari hasil uji bivariate menujukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status imunisasi MR dengan pendidikan ibu (P−value:0,001), pendidikan suami (P−value:0,030), pengetahuan ibu P−value:0,004), sosial ekonomi (P−value:0,002), persepsi kerentanan (P−value:0,002), persepsi keparahan (P−value:0,000), persepsi manfaat (P−value:0,000), persepsi hambatan 144 145 (P−value:0,001), ketersediaan sarana (P−value:0,046), dukungan keluarga (P−value:0,014), sikap petugas kesehatan (0,000), dan isyarat untuk bertindak (P−value:0,000). 3. Hasil multivariat menunjukkan variabel sikap petugas kesehatan paling dominan terhadap status imunisasi MR dengan OR 10,69, artinya ibu yang tidak dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan berisiko 10,69 kali lebih besar tidak mengimunisasi MR anaknya dibandingkan ibu yang dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan setelah dikontrol variabel persepsi manfaat (OR:8,777), sosial ekonomi (OR:5,857), persepsi keparahan (OR:4,293), persepsi hambatan (OR:2,659), isyarat untuk bertindak (OR:2,384), dan dukungan keluarga (OR:0,137). Hasil pemodelan terakhir memiliki nilai R2 0,510, artinya ke 12 variabel independen tersebut dapat menjelaskan variasi variabel status imunisasi MR sebesar 51%. B. Implikasi Sejalan dengan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya adalah sikap petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan seseorang yang memiliki peran penting ini agar mengalami peningkatan cakupan imunisasi MR. Diharapkan petugas kesehatan terus mengalami pembenahan dalam meningkatkan program imunisasi MR ini, terus meningkatkan promosi kesehatan untuk mengubah pandangan negative masyarakat seputar imunisasi MR baik secara media sosial, maupun elektronik. Petugas kesehatan bisa terus melakukan bina suasana dengan tokoh agama dan adat setempat serta kader agar tokoh tersebut bisa 146 memberikan informasi seputar pentingnya imunisasi MR ketika berdialog dengan masyarakat. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak Hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam rangka perbaikan untuk meningkatkan cakupan imunisasi MR di Kota Pontianak baik dari segi program imunisasi maupun kegiatan yang akan dilakukan. Dinas Kesehatan Kota Pontianak terus meningkatkan pelatihan maupun orientasi para tenaga kesehatan yang ada di Kota Pontianak. Peningkatan kerja sama lintas sektoral baik dengan perangkat pemerintah daerah maupun pusat dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi MR. Pemerintah bisa membuat kebijakan baru agar masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya harus memiliki status imunisasi lengkap tidak terkecuali imunisasi MR sebagai pengganti imunisasi campak sehingga awareness masyarakat meningkat dan menjadi pro-imunisasi. 2. Bagi Puskesmas (Tempat Penelitian) Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi puskesmas dalam meningkatkan cakupan. Adapun langkah yang bisa dilakukan : a. Petugas kesehatan melakukan kegiatan sweeping secara door to door kepada warga yang belum memberikan anaknya imunisasi. 147 b. Petugas kesehatan melakukan bina suasana dengan tokoh agama dan adat setempat agar tokoh tersebut bisa memberikan informasi seputar pentingnya imunisasi MR ketika berdialog dengan masyarakat. c. Petugas kesehatan melakukan pendekatan dengan kader agar terus menyebarkan informasi positif imunisasi MR untuk meningkatkan dukungan keluarga dalam upaya pemberian imunisasi MR. d. Petugas kesehatan memperbanyak penyuluhan bisa secara personal atau kelompok dengan warga agar meningkatkan persepsi manfaat imunisasi MR jika diberikan kepada anaknya dan paradigma kesehatan kuratif menjadi preventif. e. Tim promotor kesehatan terus menyebarkan informasi positif di media sosial maupun elektronik sehingga mengurangi persepsi hambatan yang dialami warga dan menjadi isyarat untuk memberikan imunisasi MR. Penggunaan bahasa mudah dimengerti dan gambar menarik minat masyarakat sangat diperlukan. f. Petugas kesehatan bisa membentuk kegiatan bagi ibu yang tidak bekerja untuk menghasilkan uang misalnya penggiatan penanaman aloevera yang bisa diolah menjadi vitamin rambut, minuman, makanan, dll 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan memberikan gambaran tentang determinan status imunisasi MR, hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagaimana strategi informan dalam meningkatkan dan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan 148 menggunakan rancangan penelitian yang lebih baik seperti eksperimen, etnografi dan lainnya, menggunakan variable yang lebih banyak lagi. DAFTAR PUSTAKA A, Ariewibowo. 2005. Analisis Faktor Faktor Organisasi Yang Berhubungan Dengan Cakupan Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Batang. https://core.ac.uk/download/pdf/11705316.pdf diakses tanggal 10 November 2018 pukul 13.00 wib Afriani, Tri. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak dan Pengelolaan Vaksin di Puskesmas dan Posyandu Kecamatan X Kota Depok. https://media.neliti.com/media/publications/20889-IDrelated-factors-of-complete-basic-immunization-on-children-and-vaccinemanagemen.pdf diakses tanggal 7 November 2018 pukul 08.00 wib Andriani, Linda. 2017. Hubungan Karakteristik Balita, Umur Saat Imunisasi Campak, Riwayat ASI Eksklusif Terhadap Campak Klinis di Puskesmas Wonoayu Jawa Timur. https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/4638/3894tanggal 7 November 2018 pukul 08.30 wib Arfiyanti, Aniek. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi Campak di Kabupaten Tegal. https://lib.unnes.ac.id/2122/1/4238.pdf diakses tanggal 10 November 2018 pukul 10.00 wib Astrianzah, Delan. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita. eprints.undip.ac.id/32936/1/Delan.pdf diakses tanggal 9 Juni 2019 pukul 19.30 wib Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azzarah, Restiara. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Kelurahan Rimbo Kaluang Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir. http://repo.unand.ac.id/117/diakses tanggal 8 Oktober 2018 pukul 20.30 wib Bambang. 2011. Super Baby Directory. Yogyakarta: FlashBooks Becker, M. H. 1974. the Health Belief Model and Personal Health Behaviour. Health Education Monograps. Vol 2 No 4 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 2017. Cakupan Imunisasi MR Tahap 1 Lampaui Target. http://www.depkes.go.id/article/view/17100300002/cakupan-imunisasi-mr-tahap-1lampaui-target.htmldiakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.15 wib Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisisus. 149 Cave, Stephanie. 2003. Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi Pada Anak. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Claudianawati, Yunita Bellina. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR (Measles Rubella) di Puskesmas Kartasura. http://eprints.ums.ac.id/59417/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses tanggal 26 Oktober 2018 pukul 07.00 wib Darnen, Turfi. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Umur 1-4 Tahun di Kabupaten Indramayu Tahun 2001.Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Dewi, Putri Atika dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2013. diakses dari jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/43 tanggal 2 Desember 2018 pukul 18.00 wib Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 2017. Profil Kesehatan Kota Pontianak. diakses dari www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL...KOTA_2017/6171_Kalbar_Kota_Pontianak _2017.pdf tanggal 29 Mei 2019 pukul 12.10 wib Fida. Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek. Jakarta:EGC Glanz, Karen. dkk. Health Behavior and Health Education. San Fransisco: Joney Bass Green, Lawrence W. 2005. Health Program Planning an Educational and Ecological Approach. New York: McGraw Hill Hamidin, Aep Syaiful. 2014. Buku Lengkap Imunisasi Alami untuk Anak. Jogjakarta: Saufa Hapsari, Deby. 2015. Perbedaan Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Antara Puskesmas Desa dan Kota di Kabupaten Sukoharjo Periode Juli 2015 -Juni 2016. http://eprints.ums.ac.id/50230/1/Naskah%20Publikasi.pdf diakses tanggal 24 Oktober 2018 pukul 11.13 wib Hastono, Sutanto Priyo. 2009. Analisis Data Riskesdas 2007/2008: Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Indonesia diakses journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/193/193 tanggal 15 Juni 2019 Henderson, R. 2004. Factors influencing the uptake of childhood immunisation in rural areas. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1314804/pdf/14965390.pdf diakses tanggal 28 Oktober 2018 pukul 20.10 wib Hidayati, Fitriya Nur. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memenuhi Imunisasi Dasar Anak Usia 10-36 Bulan Di RW 08 Suronatan Ngampilan Yogyakarta Tahun 2010. http://digilib.unisayogya.ac.id/1737/1/NASPUB.pdf diakses tanggal 27 Oktober 2018 pukul 15.00 wib Hurlock, E. B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Husna, Cut Asmaul dan Yuzniani. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ayah Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Puskesmas Samudera Tahun 2016. https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/450/373 tanggal 20 Mei 2019 pukul 16.00 wib Idwar. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Bayi (0-11 bulan) di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 1998-1999. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-92573.pdf diakses tanggal 27 Oktober 2018 pukul 21.45 wib Ilham. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Puskesmas Pemangkat Kabupaten Sambas.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/viewFile/2235 7/17797 diakses tanggal 28 Oktober 2018 pukul 20.45 wib Isfan, Reza. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar Pada Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006 .http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=107561&lokasi=lokal diakses tanggal 7 November 2018 Istriyanti, Elly. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. https://lib.unnes.ac.id/570/1/7055.pdf diakses tanggal 15 November 2018 Irmawati. 2015. Bayi dan Balita Sehat dan Cerdas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Isnayni, Efi. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendapatan dan Peran Keluarga dengan Status Imunisasi Dasar. https://media.neliti.com/media/publications/75088ID-none.pdf diakses tanggal 19 Desember 2018 pukul 13.00 wib Ismet. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone: Jurnal Keperawatan diakses dari kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/2856 tanggal 7 Juni 2019 pukul 07.00 wib Julitasari. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?. Jakarta: Buku Kompas Kantohe, Tristan dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kecamatan Malalayang, Manado. diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/download/22547/22238 tanggal 24 Mei 2019 pukul 09.20 wib Karina AN dan Bambang EW. 2012. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita. Jurnal Nursing Studies.; http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing tanggal 29 Mei 2019 pukul 09.47 wib Kemenkes. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk10592004.pdf. diakses tanggal 17 Februari 2019 pukul 08.05 wib . 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. https://kespel.kemkes.go.id/uploads/imgreference/20150904112406.pdf diakses tanggal 25 November 2018 pukul 20.17 wib . 2015. Rencana Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi Tahun 20152019http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20peren canaan%20kinerja/Rencana%20Aksi%20Kegiatan%20Pusdatin.pdf diakses tanggal 22 oktober 2018 pukul 14.50 wib .2017. Kegiatan Imunisasi Masal Campak-Rubella (MR). diakses dari https://www.unicef.org/indonesia/id/Preview_FA_UNICEF_MR_Paket_Advokasi. REV27Jun18.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.27 wib .2017. Pengenalan Vaksin Measles Rubella (MR). diakses dari http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_vaccine_introduction. pdf?ua=1, diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.50 wib .2017. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR). http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampan ye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1, diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 15.00 wib .2018. Jalan Panjang Terbitnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 33 Tahun 2018 Dalam Rangka Mendukung Imunisasi diakses dari http://www.depkes.go.id/article/view/18090900002/jalan-panjang-terbitnya-fatwa- mui-nomor-33-tahun-2018-dalam-rangka-mendukung-imunisasi.html pada tanggal 9 Juni 2019 pukul 17.05 wib Lisnawati, Lilis. 2011. Generasi Sehat Melalui Manusia. Jakarta: CV. Trans Info Media Lubis, Ridlwani Qisti. 2014. Analisis Faktor yang Memengaruhi Kelengkapan Status Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh Tahun 2014 diakses http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57887 tanggal 15 Juni 2019 Merlinta. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan Pendidikan Ibu Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr Di Puskesmas Kartasura. http://eprints.ums.ac.id/58354/15/NASKAH%20PUBLIKASI-3.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.53 wib Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mokodompit, Fundhora C. 2014. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Tungoi Kabupaten Bolaang Mongondow. diakses dari http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2015/06/2-FIX-FUNDHORA-C.-MOKODOMPIT.pdfdiakses tanggal 19 Desember 2018 pukul 13.08 wib Mufidah. Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit yang Rentan Diderita Anak Usia Sekolah. Jakarta: FlashBooks Muhammad. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi. http://library.usu.ac.id/download/fk/anakmuhammad.pdf tanggal 25 Oktober 2018 pukul 06.50 wib Muhammad, Angga Putra M. dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Posyandu Sumbersari Kota Malang.https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/download/164/198 diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.38 wib Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyanti, Yati. 2013. Faktor-Faktor Internal yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25703/1/YANTI%20MU LYANTI%20-%20fkik.pdf tanggal 23 Oktober 2018 Mungkuwa, Tinashe. 2015. Factors Associated with full Immunization Coverage Amongst Children which Aged 12–23 Months in Zimbabwe. diakses dari http://www.bioline.org.br/pdf?ep15019, diakses tanggal 5 Oktober 2018 pukul 19.15 wib Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Kedokteran EGC:220-234 Najah, Lailan. Evi Nurhidayati. 2017. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Tambahan MR (Measles Rubella) Pada Balita di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta.http://digilib.unisayogya.ac.id/4022/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20 LAILAN.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.43 wib Nainggolan, Olwin dkk. 2013. Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013) diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/20755--pengaruh-akses-ke-fasilitaskesehatan-terhadap-kelengkapan-imunisasi-baduta-anal.pdf tanggal 15 Juni 2019 pukul 20.00 wib Ndoen, Ermi. 2017. Krisis Kepercayaan Penyebab Cakupan Imunisasi Anak Indonesia Menurun 5 Tahun Terakhir diakses dari https://theconversation.com/krisiskepercayaan-penyebab-cakupan-imunisasi-anak-indonesia-menurun-5-tahunterakhir-107900 tanggal 3 Juli 2019 pukul 23.00 wib Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta . 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugraheni, Nanda Ari. 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi pada Bayi di Puskesmas Kraton Yogyakarta 2009. digilib.unisayogya.ac.id/3177/1/jurnal%20nanda.pdf tanggal 2 November 2018 pukul 07.00 wib Nurani, Vidia As. 2013. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi Di Desa Truko Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Tahun 2013. https://core.ac.uk/download/pdf/35372737.pdfdiakses tanggal 21 Oktober 2018 pukul 21.00 wib Nur Jayanti. 2017. Effects of Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factors on Completeness of Child Immunization in Pamekasan, Madura. diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/2352-effects-of-predisposing-enablingand-rei-1c7e709a.pdf pada tanggal 3 Oktober 2018 pukul 21.10 wib Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome (CRS). 2014. diakses dari http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/127974/potongan/S2-2017-359972introduction.pdf. tanggal 17 Oktober 2018 pukul 07.09 wib Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta : EGC Prabandi, Gayuh Mustika. 2017. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada Anak SD di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/21481/19961 tanggal 14 Oktober 2018 pukul 09.05 wib Pratiwi, Luriana Nur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Umur 12-23 Bulan di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2010). lib.ui.ac.id/file?file=digital/20321911-SLuriana%20Nur%20Pratiwi.pdf diakses tanggal 18 Oktober 2018 pukul 10.00 wib Pratiwi. Farwah. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Tengah Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014. diakses dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/10532/10150 tanggal 14 Juni 2019 pukul 16.00 wib Prayogo A. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1 – 5 tahun. diakses dari https://saripedatri.org tanggal 29 Mei 2019 pukul 07.09 wib Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika Prihatin, Gita Sekar. 2016. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Status Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri. diakses dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/5276/5143. tanggal 16 Oktober 2018 pukul 09.09 wib Proverawati, A & Andhini, C. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset Putri, Rachmawati Sukarno. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Dukuh Pilangbangau Desa Sepat Masaran Sragen Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. diakses dari http://repository.unair.ac.id/54082/13/FK.%20BID.%2020-16%20Put%20fmin.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 21.13 wib Puri, Yessica Eka dkk. 2018. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Imunisasi Ditinjau dengan Health belief Models Terhadap Kelengkapan Status Imunisasi. diakses dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/255577/MjU1NTc3 tanggal 25 Mei 2019 pukul 08.10 wib Rahmad, Agus Hendra. 2013. Perolehan Imunisasi Campak Menurut Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong di Puskesmas Lhoknga jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6639/5432 diakses tanggal 15 Juni 2019 Rahmawati, Sri Pinti. 2006. Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Yang Berhubungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi oleh Petugas Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora Tahun 2006. https://core.ac.uk/download/pdf/11717972.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2018 pukul 20.00 wib Rahmawati. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Di Kelurahan Krembangan Utara. diakses dari journal.unair.ac.id/downloadfullpapers-jbe4275326020full.pdf diakses tanggal 8 Juni 2019 pukul 18.00 wib Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI Ranuh dkk. 2011. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI Regmi J. 2014. Socio-cultural Influences on Vacination-vaccinators Perspective, Study from Nepal. Institute of Public Health and Clinical Nutrition Ritonga, Mella Roria Sukani, dkk. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2014. diakses dari https://www.google.com/hubungan-antara-dukungan-keluarga-terhadap-kepatuhanibu-melaksanakan-imunisasi.pdf tanggal 25 November 2018 pukul 14.00 wib Savitri, Ika. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Tepat Waktu Usia 12 Bulan di 16 Kabupaten Provinsi NTT (Analisis Data survey Kesehatan ibu dan anak di Provinsi NTT 2007) http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124645-T%2026122Faktor% yangberhubunganHA.pdf tanggal 15 Juni 2019 Senewe, M dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017. diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/ article/view/14732 tanggal 30 Mei 2019 pukul 15.00 wib Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukarni, M. 2008. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan; Yogyakarta, Kanisius Sukmara, Uus. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Tetanus Toxoid Ibu Hamil di Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Tahun 2000. http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72397&lokasi=lokal. tanggal 18 Oktober 2018 pukul 09.00 wib Sukmasari, Radian Nyi. 2017. Ini Alasannya Vaksin Campak Diberikan Sampai 3 Kali. https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-3356916/ini-alasannya-vaksin-campakdiberikan-sampai-3-kali diakses tanggal 7 November 2018 pukul 16.00 wib Sulistyani, Pratiwi. 2017. Gambaran Penolakan Masyarakat Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Bagi Balita (Studi Di Kelurahan Sendangmulyo, Kota Semarang) diakses dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/19238/18263 tanggal 21 Mei 2019 pukul 13.00 wib Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Pendidikan. Jakarta: EGC Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga;Aplikasi dalam Praktik. Jakarta; EGC Suryawati, dkk. 2016. Cakupan Imunisasi Dasar Anak Ditinjau dari Pendekatan Health Belief Model. diakses www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/download/6284/5175 tanggal 15 Juni 2019 Srirangam, Vijay Bhaskar. dkk. 2017. Socio Economic Factors Effecting Immunisation Coverage: Focus Areas. http://www.ijmedph.org/article/551 diakses tanggal 25 Oktober 2018 pukul 19.00 wib Sturm LA, Mays RM, Zimet GD. 2005. Parental Beliefs and Decision Making About Child and Adolescent Imunization. From Polio to Sexually Transmitted Infections. J Dev Behav Pediatr Syahroni. 2018. Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat (Kalbar) Minta Kejelasan MUI Terkait Halal Haramnya Vaksin Measles-Rubella (MR). diakses dari https://pontianak.tribunnews.com/2018/08/pemuda-muhammadiyah-kalbar-mintakejelasan-mui-terkait-halal-haramnya-vaksin-mr. pada tanggal 27 Juni 2019 pukul 06.00 wib Tampemawa, Riani J. E. dkk. 2015. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado diakses dari jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/.../jurnal-Riani-J.-E.Tampemawa.pdf tanggal 15 Juni 2019 Tawi, Mirzal. 2008. Imunisasi dan Faktor yang Mempengaruhinya. http://www.klinikku.comdiakses tanggal 9 November 2018 pukul 16.00 wib Theophilus. 2007. Rubrik kesehatan: Imunisasi Media Kesehatan. Jakarta: Cybernet Triana, Vivi. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2015. diakses dari jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/196 tanggal 20 November 2018 pukul 14.00 wib Utami, 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat; Jakarta. Rineka Cipta Wardhana, Nanang. 2001. Pengaruh Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak di Kabupaten Majalengka. Tesis Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Wadud, Mursyida A. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pekerjaaan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar di Desa Muara Medak Wilayah Kerja Puskesmas Bayung. http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/hubungan_antara_pengetahuan_dan _pekerjaan_ibu_dengan_status_imunisasi_dasar_pada_bayi_di_desa_muara_meda k_wilayah_kerja_puskesmas_bayung_lencir_2013.pdf diakses tanggal 6 November 2018 pukul 21.00 wib WHO. 2013. Latar Belakang Munculnya Penyakit Campak. diakses dari http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/106179/potongan/S2-2016-369857introduction.pdf , diakses tanggal 7 November 2018 pukul 11.23 wib . 2015. World Health Statistics 2015: World Health Organization Wilson, Rose Jane. 2016. Understanding Factors Influencing Vaccination Acceptance During Pregnancy in Hackney, London year 2016. diakses dari https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S0140-6736%2816%2932348-0 diakses tanggal 9 Desember 2018 pukul 19.00 wib Wiyono, Djoko. 2005. Manajemen Mutu Pelayanan Keehatan Teori Strategi dan Aplikasi. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press Xeuatvongsa, Anonh. 2014. Determination of Factors Affecting the Vaccination Status of Children Aged 12–35 Months in Lao People’s Democratic Republic. diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5362045/ pada tanggal 18 November 2018 pukul 11.50 wib Yanti, Tri Budi. 2014. Hubungan Pemberian Vitamin A dan Umur Saat Pemberian Imunisasi Campak dengan Kejadian Campak Pada Bayi dan Balita di Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta Tahun 2013-2014. diakses dari http://digilib.unisayogya.ac.id/781/1/Naskah%20Publikasi%20Tri%20Budi%20Y anti%20%28201410104261%29.pdf tanggal 15 Juni 2019 pukul 07.00 wib LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Permohonan Informan LEMBAR PERMOHONAN MENJADI INFORMAN Selamat pagi/siang/sore, perkenalkan nama saya Nurul Maulidya Agustiningsih, saya adalah mahasiswi program studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta. Dengan ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dimana saya akan menanyakan beberapa hal yang terkait dengan penelitian. Kerahasiaan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Wawancara akan berlangsung ± 15-20 menit. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela. Bapak/Ibu diperbolehkan untuk mengundurkan diri untuk tidak terlibat dalam penelitian ini tanpa ada konsekuensi apapun. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih. Pontianak , ................ 2019 Hormat saya, (Nurul Maulidya Agustiningsih) PERNYATAAN KESEDIAAN (INFORMED CONSENT) Setelah ibu/bapak memahami maksud dari kegiatan penelitian pada lembar penjelasan penelitian, maka saya mohon untuk mengisi data dibawah ini. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama :………………………………………………………….. Alamat : ………………………………………………………….. Telah memahami penjelasan mengenai naskah penelitian tersebut dan bersedia ikut serta menjadi responden dalam penelitian “Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019”. Saya bersedia di wawancarai dalam penelitian yang dilakukan. Pontianak, 2019 Yang membuat pernyataan ( ) Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Kuesioner DETERMINAN STATUS IMUNISASI MR (MEASLES RUBELLA) DI KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2019 No. Responden : Tanggal pengisian : Nama Responden : Petunjuk Pengisian : A. Isilah kuesioner dengan jujur sesuai dengan keadaan anda yang benar. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh siapapun dengan dijamin kerahasiaannya. B. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia sebelum ibu menjawab pertanyaan ini. Status Kelengkapan Imunisasi MR Apakah anak ibu mendapatkan imunisasi MR ? a. Ya b. Tidak Identitas Responden 1. Umur : 2. Agama : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Pendidikan suami : 7. Pekerjaan suami : 8. Pendapatan per bulan : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan berikanlah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia. Diisi Peneliti 9. Pengetahuan ibu No Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan imunisasi? a.Upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi b.Upaya pengobatan terhadap penyakit infeksi c. Upaya meningkatkan berat badan anak d. Upaya peningkatan gizi anak e. Tidak tahu 2. Berapa kali imunisasi campak dan rubella diberikan ? 3. Bagaimanakah penyakit campak dan rubella ditularkan ? 4. Apakah tanda dan gejala terkena penyakit rubella ? a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. 5. e. Kecacatan seperti apakah a. yang bisa terkena kepada bayi jika virus rubella menyerang ibu hamil ? b. c. d. e. Total Skor Keterangan : 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali Tidak tahu Melalui Saluran pencernaan Melalui saluran pernapasan Melalui berjabat tangan Melalui kontak dengan penderita Tidak tahu Pembengkakan pada bagian perut, demam, sakit sendi Ruam berbentuk bintik kemerahmerahan, sakit sendi atau tulang-tulang tubuh, pembengkakan pada bagian kaki Demam, sakit kepala, pembengkakan kelanjar pada telinga dan leher, ruam berbentuk bintik kemerah-merahan Infeksi pada bagian telinga, demam, pembengkakan pada bagian kaki Pembengkakan pada bagian tangan Katarak, penyakit jantung bawaan, kerusakan otak, organ hati, serta paruparu. Penyakit kulit, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru. Kematian, penyakit kulit, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru. Katarak, penyakit jantung bawaan, penyakit syaraf Penyakit jantung bawaan, kerusakan otak, kebutaan Skor Petunjuk pengisian : - Pilihlah satu jawaban - Berikan tanda Checklist (√ ) pada jawaban yang dipilih - Semua pertanyaan harus dijawab 10. Persepsi Persepsi Kerentanan No Pertanyaan Sangat Setuju Setuju Diisi Peneliti Jawaban Tidak Sangat setuju tidak setuju Skor Jika anak saya tidak diimunisasi, anak saya lebih beresiko tertular penyakit Campak dan Rubella 2. Saya prihatin tentang balita maupun anak-anak yang sakit berat dikarenakan tertular virus penyakit Campak dan Rubella 3. Anak saya kebal terhadap penyakit jika sudah diimunisasi Campak dan Rubella Total Skor Keterangan : 1. Diisi Peneliti Persepsi Keparahan No Pertanyaan Sangat Setuju 1. 2. 3. 4. Infeksi penyakit Campak dan Rubella dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Jika anak saya terinfeksi penyakit Campak dan Rubella, maka aktivitasnya akan menurun Saya sangat kuatir dengan penularan virus Campak dan Rubella Setiap anak saya sakit menimbulkan gejala serius Total Skor Keterangan : Setuju Jawaban Tidak Sangat tidak Skor setuju setuju Diisi Peneliti Manfaat yang Dirasakan Responden No Pertanyaan Sangat Setuju Setuju Jawaban Tidak Sangat tidak Skor setuju setuju 1. Imunisasi MR efektif untuk melindungi anak saya dari virus Campak dan Rubella 2. Mendapatkan imunisasi MR akan mencegah anak saya tertular virus Campak dan Rubella 3. Anak saya mendapatkan banyak keuntungan dari imunisasi MR Total Skor Keterangan : Diisi Peneliti Hambatan yang Dirasakan Responden No Pertanyaan Sangat Setuju Saya tidak perlu memberikan imunisasi MR kepada anak saya 2. Imunisasi MR memiliki efek samping yang buruk untuk anak saya. 3. Umumnya saya menentang imunisasi MR 4. Terlalu banyak kesulitan yang saya hadapi untuk mendapatkan imunisasi MR bagi anak saya. 5. Saya tidak punya waktu untuk mengantarkan anak saya ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi MR. 6. Saya kuatir vaksin dalam imunisasi MR yang diberikan kepada anak saya tidak halal karena menggunakan media yang tidak sesuai ajaran agama. Total Skor 1. Keterangan : Setuju Jawaban Tidak Sangat tidak Skor setuju setuju Diisi Peneliti 11. Ketersediaan sarana No 1. 2. 3. 4. Pertanyaan Apakah ditempat ibu tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Pustu atau Praktik Bidan untuk melakukan imunisasi MR? Apakah sarana pelayanan kesehatan selalu tersedia saat ibu ingin melakukan imunisasi khususnya imunisasi MR anak ibu? Apakah sarana pelayanan kesehatan tersebut dapat mengatasi masalah ketika ibu mendapatkan masalah setelah melakukan imunisasi pada anak ibu? Apakah sarana pelayanan kesehatan tersebut memberikan kualitas (mutu) yang baik terutama pada saat melakukan imunisasi? Ya Tidak Skor Total Skor Keterangan : Diisi Peneliti 12. Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan No 1. Pertanyaan Apakah jarak ke sarana pelayanan kesehatan jauh dari tempat tinggal ibu? 2. Apakah ibu membutuhkan alat transportasi untuk sampai ke tempat sarana pelayanan kesehatan tersebut? 3. Apakah jarak ke sarana pelayanan kesehatan menjadi kendala bagi ibu untuk membawa anak ibu untuk imunisasi? 4. Apakah untuk sampai ke tempat sarana kesehatan membutuhkan biaya yang mahal? Total Skor Keterangan : Ya Tidak Diisi Peneliti 13. Dukungan Keluarga No 1. Pertanyaan Apakah ibu mendapatkan informasi dari keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) tentang imunisasi MR? 2. Apakah keluarga menganjurkan ibu membawa anak ibu ke pelayanan kesehatan agar diberikan imunisasi MR? 3. Apakah keluarga ibu mendengarkan keluh kesah saat mendapatkan kesulitan dalam memberikan imunisasi MR pada anaknya? 4. Apakah keluarga peduli terhadap kebutuhan ibu dalam upaya pemberian imunisasi MR pada anak ? Total Skor Keterangan : Skor Ya Tidak Skor Diisi Peneliti 14. Sikap Petugas Kesehatan No 1. 2. 3. 4. Pertanyaan Apakah ibu pernah mendapat penyuluhan tentang imunisasi MR dari petugas kesehatan? Apabila ibu tidak datang mengimunisasikan bayi ibu, apakah petugas kesehatan mendatangi rumah ibu? Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah ibu untuk memberi penjelasan tentang imunisasi MR? Apakah setiap ibu yang mendatangi tempat pelayanan imunisasi langsung dilayani segera oleh petugas kesehatan? Ya Tidak Skor Total Skor Keterangan : Diisi Peneliti 15. Isyarat untuk Bertindak No 1. Pertanyaan Apakah ibu pernah mendapatkan informasi dari media massa baik elektronik maupun media cetak tentang imunisasi MR ? 2. Apakah ibu pernah mendapatkan ajakan dari keluarga lain untuk mengimunisasi MR ? 3. Apakah petugas kesehatan pernah menasehati ibu untuk memberikan imunisasi MR kepada anaknya? Total Skor Keterangan : Ya Tidak Skor PROSEDUR WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) DETERMINAN STATUS IMUNISASI MR (MEASLES RUBELLA) DI KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARATTAHUN 2019 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK IBU I. Identitas Informan Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Pendidikan suami : Pekerjaan : Pekerjaan suami : Sosial ekonomi : II. Keterangan Pewawancara Nama pewawancara : Nama pencatat : Tanggal/jam wawancara : Tempat wawancara : Lama waktu wawancara : III. Materi Pertanyaan Apakah anak ibu mendapatkan imunisasi MR? a) Ya b) Tidak 1) Dukungan Keluarga a. Apakah keluarga atau suami ibu memberikan dukungan terhadap imunisasi MR ini? b. Mengapa suami atau keluarga ibu tidak memberikan dukungan terhadap pemberian imunisasi MR ? c. Apakah ibu setuju terhadap pendapat dari suami maupun keluarga ibu terhadap imunisasi MR ini ? d. Apakah ada keluarga ibu lain yang memberitahukan bahwa imunisasi MR ini penting diberikan kepada anak ibu ? 2) Sikap Petugas Kesehatan a. Apakah tenaga kesehatan memberikan penyuluhan sebelumnya tentang imunisasi MR ini? b. Apakah tenaga kesehatan mengingatkan jadwal pemberian imunisasi MR ? c. Apakah tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang ramah dan sopan kepada ibu pada saat melakukan imunisasi selama ini ? d. Apakah ada petugas kesehatan datang ke rumah ibu menanyakan masalah ketidakikutsertaan ibu untuk membawa anak ibu melakukan imunisasi MR? 3) Jarak Fasilitas Kesehatan a. Apakah jarak ke fasilitas kesehatan dekat dari rumah ibu? b. Berapa menit ibu untuk sampai ke fasilitas kesehatan? c. Dimana ibu biasanya membawa anak ibu untuk melakukan imunisasi? d. Apakah jarak menjadi hambatan ibu untuk membawa anaknya untuk imunisasi MR? 4) Persepsi a. Bagaimana pandangan ibu terhadap budaya imunisasi selama ini ? b. Apakah yang ibu ketahui tentang imunisasi tambahan yaitu imunisasi MR (Measles Rubella) ? c. Apakah ibu kuatir terhadap imunisasi MR ini tidak halal karena menggunakan media yang tidak sesuai dengan ajaran agama ? d. Apakah ibu tidak kuatir terhadap penularan virus campak dan rubella akan terkena kepada anak ibu ? PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KELUARGA IBU I. Identitas Informan Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : II. Keterangan Pewawancara Nama pewawancara : Nama pencatat : Tanggal/jam wawancara : Tempat wawancara: Lama waktu wawancara : III. Materi Pertanyaan 1) Apakah bapak/ibu memberikan izin kepada keluarga bapak/ibu untuk memberikan imunisasi MR ? 2) Jika tidak, mengapa alasannya ? 3) Jika ya, apakah bapak/ibu menemani ibu ke faskes untuk memperoleh imunisasi MR untuk anaknya? PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB IMUNISASI I.Identitas Informan Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : II. Keterangan Pewawancara Nama pewawancara : Nama pencatat : Tanggal/jam wawancara : Tempat wawancara: Lama waktu wawancara : III. Materi Pertanyaan 1. Apa pandangan bapak/ibu terhadap cakupan imunisasi MR yang masih rendah ? 2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam meningkatkan cakupan MR tersebut ? 3. Apa tantangan dalam meningkatkan cakupan tersebut ? Lampiran 3 : Surat Izin Observasi Lampiran 4 : Data Hasil Observasi Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan > 34,40 Nilai Median : 41,5 Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan >34,40 Nama Puskesmas Jumlah Cakupan Puskesmas Tanjung Hulu 48,1% Puskesmas Kampung Dalam 35,4% Puskesmas Paris 2 64,1% Puskesmas Purnama 38,4% Puskesmas Karya Mulya 37,3% Puskesmas Kampung Bali 44,7% Puskesmas Pal 3 37,3% Puskesmas Komyos 66,4% Nilai Median : 41 Puskesmas yang mendekati median : Puskesmas Purnama dan Kampung Bali Cakupan 34,40 Nama-Nama Puskesmas yang Cakupan < 34,40 Nama Puskesmas Puskesmas Khatulistiwa Puskesmas Siantan Hilir Puskesmas Siantan Tengah Puskesmas Siantan Hulu Puskesmas Telaga Biru Puskesmas Banjar Serasan Puskesmas Tambelan Sampit Puskesmas Saigon Puskesmas Parit Mayor Puskesmas Kampung Bangka Puskesmas Gang Sehat Puskesmas Alianyang Puskesmas Pal 5 Puskesmas Perumnas 1 Puskesmas perumnas 2 Jumlah Cakupan 27,8% 32,5% 23,8% 22,7% 21,6% 17,8% 23,2% 27,3% 26,0% 32,3% 31,0% 26,5% 29,4% 19,9% 20,3% Nilai Median : 26 Puskesmas yang mendekati median : Puskesmas Parit Mayor, Puskesmas Alianyang, Puskesmas Saigon dan Puskesmas Kampung Bangka Lampiran 5 : SPSS ANALISIS UNIVARIAT FREQUENCIES VARIABLES=umur agama kelompoketnis pendidikan pekerjaan pendidikan suami pekerjaansuami sosialekonomi pengetahuan persepsike rentanan persepsikeparahan persepsimanfaat persepsihambtan ketersediaansara na jarak dukungankeluarga sikappetugaskesehatan isyaratuntukbertindak statusimunisasi /ORDER=ANALYSIS. Statusimunisasi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent Imunisasi 174 55.6 55.6 55.6 tidak imunisasi 139 44.4 44.4 100.0 Total 313 100.0 100.0 Umur Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent >35 tahun 166 53.0 53.0 53.0 <35 tahun 147 47.0 47.0 100.0 Total 313 100.0 100.0 Agama Frequency Valid Muslim NonMuslim Total Percent Cumulative Percent Valid Percent 233 74.4 74.4 74.4 80 25.6 25.6 100.0 313 100.0 100.0 Kelompoketnis Frequency Valid Pribumi Nonpribumi Total Percent Cumulative Percent Valid Percent 295 94.2 94.2 94.2 18 5.8 5.8 100.0 313 100.0 100.0 Pendidikan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent tinggi 162 51.8 51.8 51.8 rendah 151 48.2 48.2 100.0 Total 313 100.0 100.0 Pendidikansuami Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent tinggi 151 48.2 48.2 48.2 rendah 162 51.8 51.8 100.0 Total 313 100.0 100.0 Pengetahuan Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent tinggi 206 65.8 65.8 65.8 rendah 107 34.2 34.2 100.0 Total 313 100.0 100.0 Pekerjaan Frequency Valid bekerja Percent Valid Percent Cumulative Percent 87 27.8 27.8 27.8 tidak bekerja 226 72.2 72.2 100.0 Total 313 100.0 100.0 Pekerjaansuami Frequency Valid bekerja tidak bekerja Total Percent Valid Percent Cumulative Percent 297 94.9 94.9 94.9 16 5.1 5.1 100.0 313 100.0 100.0 Sosialekonomi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent tinggi 151 48.2 48.2 48.2 rendah 162 51.8 51.8 100.0 Total 313 100.0 100.0 Per sepsikerentanan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent tinggi 160 51.1 51.1 51.1 rendah 153 48.9 48.9 100.0 Total 313 100.0 100.0 Persepsikeparahan Frequency Valid tinggi rendah Total Percent Valid Percent Cumulative Percent 250 79.9 79.9 79.9 63 20.1 20.1 100.0 313 100.0 100.0 Persepsimanfaat Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent tinggi 200 63.9 63.9 63.9 rendah 113 36.1 36.1 100.0 Total 313 100.0 100.0 persepsihambatan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent rendah 162 51.8 51.8 51.8 tinggi 151 48.2 48.2 100.0 Total 313 100.0 100.0 Keterse diaansarana Frequency Valid tersedia tidak tersedia Total Percent Cumulative Percent Valid Percent 249 79.6 79.6 79.6 64 20.4 20.4 100.0 313 100.0 100.0 Jarak Frequency Valid terjangkau tidak terjangkau Total Percent Valid Percent Cumulative Percent 254 81.2 81.2 81.2 59 18.8 18.8 100.0 313 100.0 100.0 Dukung ankeluarga Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent Mendukung 156 49.8 49.8 49.8 tidak mendukung 157 50.2 50.2 100.0 Total 313 100.0 100.0 I syaratuntukbertindak Frequency Valid memperoleh informasi Cumulative Percent Valid Percent 226 72.2 72.2 72.2 87 27.8 27.8 100.0 313 100.0 100.0 tidak memperoleh informasi Total Percent ANALISIS BIVARIAT Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent umur * statusimunisasi agama * statusimunisasi kelompoketnis * statusimunisasi pendidikan * statusimunisasi pekerjaan * statusimunisasi pendidikansuami * statusimunisasi pekerjaansuami * statusimunisasi pendapatan * statusimunisasi pengetahuan * statusimunisasi persepsikerentanan * statusimunisasi persepsikeparahan * statusimunisasi persepsimanfaat * statusimunisasi persepsihambatan * statusimunisasi ketersediaansarana * statusimunisasi jarak * statusimunisasi dukungankeluarga * statusimunisasi sikappetugaskesehatan * statusimunisasi isyaratuntukbertindak * statusimunisasi N Total Percent N Percent 313 313 313 313 313 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 0 0 0 0 0 .0% .0% .0% .0% .0% 313 313 313 313 313 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 313 100.0% 100.0% 0 0 .0% .0% 313 313 100.0% 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% 313 100.0% 0 .0% 313 100.0% Case Processing Summary Cases Valid N umur * statusimunisasi Missing Percent 313 100.0% N Total Percent 0 .0% N Percent 313 100.0% umur * statusimuni sasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi umur >35 tahun Count Expected Count % within umur <35 tahun % within umur Total 97 69 166 73.7 166.0 58.4% 41.6% 100.0% 77 70 147 81.7 65.3 147.0 52.4% 47.6% 100.0% 174 139 313 Count Expected Count % within umur Total 92.3 Count Expected Count tidak imunisasi 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Asymp. Sig. (2sided) Df 1.157a 1 .282 .925 1 .336 1.157 1 .282 Continuity Correctionb Likelihood Ratio Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .306 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 1.153 Casesb 1 .168 .283 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 65,28. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .061 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .061 .061 .056 .056 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Odds Ratio for umur (>35 tahun / <35 tahun) 1.278 Lower .817 Approx. Sig.a .282 313 Value Approx. Tb Upper 1.999 1.074 1.074 .284c .284c For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases 1.116 .913 1.363 .873 .681 1.118 313 agama * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi agama Muslim NonMuslim Total Count tidak imunisasi Total 131 102 233 Expected Count 129.5 103.5 233.0 % within agama 56.2% 43.8% 100.0% 43 37 80 Expected Count 44.5 35.5 80.0 % within agama 53.8% 46.2% 100.0% Count Count 174 139 313 Expected Count 174.0 139.0 313.0 % within agama 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df .148a 1 .701 .064 1 .800 .147 1 .701 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test Exact Sig. (1sided) .794 Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb .147 1 .399 .701 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,53. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .022 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .022 .022 Asymp. Std. Errora 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Based on normal approximation. Approx. Tb Approx. Sig.a .701 .057 .057 .383 .383 .702c .702c Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for agama (Muslim / NonMuslim) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 1.105 .664 1.840 1.046 .829 1.320 .947 .717 1.249 313 kelompoketnis * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi kelompoketnis Pribumi Count Expected Count % within kelompoketnis Nonpribumi 133 295 164.0 131.0 295.0 54.9% 45.1% 100.0% 12 6 18 10.0 8.0 18.0 66.7% 33.3% 100.0% Expected Count Total Count Expected Count % within kelompoketnis Total 162 Count % within kelompoketnis tidak imunisasi 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df .949a 1 .330 .533 1 .465 .972 1 .324 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .465 Linear-by-Linear Association .946 Casesb 313 N of Valid Exact Sig. (1sided) 1 .234 .331 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,99. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Asymp. Std. Errora Approx. Tb .055 -.055 -.055 313 Approx. Sig.a .330 .054 .054 -.973 -.973 .332c .332c a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kelompoketnis (Pribumi / Nonpribumi) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper .609 .223 1.666 .824 .585 1.160 1.353 .695 2.631 313 pendidikansuami * statusimunisasi Case Processing Summary Cases Valid N pendidikansuami * statusimunisasi Missing Percent 313 N 100.0% Total Percent 0 N Percent .0% 313 100.0% pendidikansuami * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi pendidikansuami Tinggi Count rendah 94 57 151 67.1 151.0 62.3% 37.7% 100.0% 80 82 162 90.1 71.9 162.0 49.4% 50.6% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Count Expected Count % within pendidikansuami Total Count Expected Count % within pendidikansuami Total 83.9 Expected Count % within pendidikansuami tidak imunisasi Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Asymp. Sig. (2sided) df 5.243a 1 .022 4.734 1 .030 Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) Likelihood Ratio 5.262 1 .022 Fisher's Exact Test .023 Linear-by-Linear Association N of Valid 5.226 Casesb 1 .015 .022 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .128 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .129 .129 Approx. Tb Approx. Sig.a .022 .056 .056 2.302 2.302 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pendidikansuami (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 1.690 1.077 2.653 1.261 1.033 1.539 .746 .578 .962 313 pengetahuan * statusimunisasi pengetahuan * statusimunisa si Crosstabulation statusimunisasi imunisasi pengetahuan tinggi Count Expected Count % within pengetahuan rendah Count Expected Count % within pengetahuan Total Count Expected Count % within pengetahuan tidak imunisasi Total 102 104 206 114.5 91.5 206.0 49.5% 50.5% 100.0% 72 35 107 59.5 47.5 107.0 67.3% 32.7% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% .022c .022c Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Asymp. Sig. (2sided) df 9.013a 1 .003 8.307 1 .004 9.160 1 .002 Correctionb Likelihood Ratio Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .003 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 8.984 Casesb 1 .002 .003 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 47,52. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation Approx. Tb Approx. Sig.a .167 .003 -.170 -.170 .055 .055 .003c .003c -3.037 -3.037 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Lower Value Odds Ratio for pengetahuan (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Upper .477 .293 .776 .736 .608 .891 1.543 1.139 2.091 313 pekerjaan * statusimunisasi Case Processing Summary Cases Valid N pekerjaan * statusimunisasi Missing Percent 313 100.0% N Total Percent 0 .0% N Percent 313 100.0% pekerjaan * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi pekerjaan Bekerja Count tidak bekerja 53 34 87 38.6 87.0 60.9% 39.1% 100.0% 121 105 226 125.6 100.4 226.0 53.5% 46.5% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Count Expected Count % within pekerjaan Total Count Expected Count % within pekerjaan Total 48.4 Expected Count % within pekerjaan tidak imunisasi Chi-Square Tests Value Asymp. Sig. (2sided) df Pearson Chi-Square 1.386a 1 .239 Continuity Correctionb 1.103 1 .294 Likelihood Ratio 1.395 1 .238 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .255 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 1.381 Casesb 1 .147 .240 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .066 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .067 .067 313 b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk estimate 95% Confidence Interval Value 1.353 Lower .817 Approx. Sig.a .239 .056 .056 a. Not assuming the null hypothesis. Odds Ratio for pekerjaan (bekerja / tidak bekerja) Approx. Tb Upper 2.239 1.176 1.176 .240c .240c For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases 1.138 .925 1.400 .841 .625 1.132 313 Pekerjaan suami Case Processing Summary Cases Valid N pekerjaansuami * statusimunisasi Missing Percent 313 N 100.0% Total Percent 0 N .0% Percent 313 100.0% pekerjaansuami * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi Pekerjaansuami Bekerja Count Expected Count % within pekerjaansuami tidak bekerja Count Expected Count % within pekerjaansuami Total Count Expected Count % within pekerjaansuami tidak imunisasi Total 167 130 297 165.1 131.9 297.0 56.2% 43.8% 100.0% 7 9 16 8.9 7.1 16.0 43.8% 56.2% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Asymp. Sig. (2sided) df .958a 1 .328 Continuity Correctionb .519 1 .471 Likelihood Ratio .950 1 .330 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .440 Linear-by-Linear Association .955 Casesb 313 N of Valid 1 .329 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11. b. Computed only for a 2x2 table Exact Sig. (1sided) .235 Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .055 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .055 .055 Approx. Tb Approx. Sig.a .328 .057 .057 .329c .329c .977 .977 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pekerjaansuami (bekerja / tidak bekerja) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 1.652 .599 4.553 1.285 .731 2.260 .778 .496 1.222 313 sosialekonomi * statusimunisasi sosialekonomi * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi sosialekonomi tinggi Count Expected Count % within sosialekonomi rendah Count Expected Count % within sosialekonomi Total Count Expected Count % within sosialekonomi tidak imunisasi Total 98 53 151 83.9 67.1 151.0 64.9% 35.1% 100.0% 76 86 162 90.1 71.9 162.0 46.9% 53.1% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Asymp. Sig. (2sided) df 10.242a 1 .001 9.527 1 .002 10.312 1 .001 Correctionb Likelihood Ratio Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 10.209 Casesb 1 .001 .001 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .178 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .181 .181 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Odds Ratio for sosialekonomi (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 2.092 1.328 3.297 1.383 1.131 1.692 .661 .509 .858 313 Approx. Sig.a .001 .055 .055 313 Value Approx. Tb 3.244 3.244 .001c .001c persepsikerentanan * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi persepsikerentanan tinggi Count 103 Expected Count % within persepsikerentanan rendah 71.1 160.0 35.6% 100.0% 71 82 153 85.1 67.9 153.0 46.4% 53.6% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Count Expected Count % within persepsikerentanan 160 88.9 Expected Count % within persepsikerentanan 57 Total 64.4% Count Total tidak imunisasi Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Asymp. Sig. (2sided) df 10.230a 1 .001 9.515 1 .002 10.283 1 .001 Correctionb Likelihood Ratio Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 10.197 Casesb 1 .001 .001 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,95. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .178 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .181 .181 Asymp. Std. Errora 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Approx. Tb Approx. Sig.a .001 .056 .056 3.242 3.242 .001c .001c Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for persepsikerentanan (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 2.087 1.326 3.284 1.387 1.129 1.704 .665 .515 .858 313 persepsikeparahan * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi persepsikeparahan tinggi Count rendah 153 97 250 111.0 250.0 61.2% 38.8% 100.0% 21 42 63 35.0 28.0 63.0 33.3% 66.7% 100.0% 174 139 313 Count Expected Count % within persepsikeparahan Total Count Expected Count % within persepsikeparahan Total 139.0 Expected Count % within persepsikeparahan tidak imunisasi 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Asymp. Sig. (2sided) df 15.828a 1 .000 Continuity Correctionb 14.720 1 .000 Likelihood Ratio 15.865 1 .000 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb Exact Sig. (2sided) .000 15.778 1 .000 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,98. b. Computed only for a 2x2 table Exact Sig. (1sided) .000 Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .219 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .225 .225 Approx. Tb Approx. Sig.a .000 .055 .055 .000c .000c 4.070 4.070 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for persepsikeparahan (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 3.155 1.762 5.647 1.836 1.277 2.639 .582 .461 .735 313 persepsimanfaat * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi persepsimanfaat tinggi Count Expected Count % within persepsimanfaat rendah % within persepsimanfaat Total 56 200 111.2 88.8 200.0 72.0% 28.0% 100.0% 30 83 113 62.8 50.2 113.0 26.5% 73.5% 100.0% Count Expected Count % within persepsimanfaat Total 144 Count Expected Count tidak imunisasi 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df 60.420a 1 .000 58.593 1 .000 62.017 1 .000 Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association N of Valid 60.227 Casesb 1 .000 .000 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 50,18. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .402 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .439 .439 Approx. Tb Approx. Sig.a .000 .051 .051 .000c .000c 8.625 8.625 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for persepsimanfaat (tinggi / rendah) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 7.114 4.233 11.957 2.712 1.972 3.730 .381 .297 .489 313 persepsihambatan * statusimunisasi persepsihambatan * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi persepsihambatan rendah Count Expected Count % within persepsihambatan tinggi Count Expected Count % within persepsihambatan Total Count Expected Count % within persepsihambatan tidak imunisasi Total 105 57 162 90.1 71.9 162.0 64.8% 35.2% 100.0% 69 82 151 83.9 67.1 151.0 45.7% 54.3% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) df 11.572a 1 .001 Continuity Correctionb 10.811 1 .001 Likelihood Ratio 11.637 1 .001 Pearson Chi-Square Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear Association 11.535 N of Valid Casesb 1 .000 .001 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,06. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Approx. Tb Approx. Sig.a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .189 Interval by Interval Pearson's R .192 .056 3.455 .001c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .192 .056 3.455 .001c N of Valid Cases .001 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for persepsihambatan (rendah / 2.189 1.390 3.449 1.418 1.152 1.746 .648 .502 .836 tinggi) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases 313 ketersediaansarana * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi tidak imunisasi imunisasi ketersediaansarana tersedia Count 103 249 138.4 110.6 249.0 58.6% 41.4% 100.0% Expected Count % within ketersediaansarana tidak tersedia Count 28 36 64 35.6 28.4 64.0 43.8% 56.2% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Expected Count % within ketersediaansarana Total Count Expected Count % within ketersediaansarana Total 146 Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df 4.569a 1 .033 3.986 1 .046 4.544 1 .033 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .035 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) Casesb 4.554 1 .023 .033 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,42. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .120 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .121 .121 Asymp. Std. Errora 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Approx. Tb Approx. Sig.a .033 .057 .057 2.146 2.146 .033c .033c Ri sk Estimate 95% Confidence Interval Lower Value Odds Ratio for ketersediaansarana (tersedia / tidak tersedia) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Upper 1.822 1.047 3.173 1.340 .996 1.803 .735 .566 .955 313 jarak * statusimunisasi Case Processing Summary Cases Valid N jarak * statusimunisasi Missing Percent 313 N Total Percent 100.0% 0 N .0% Percent 313 100.0% jarak * statusimunisasi Crosstabulation statusimunisasi imunisasi jarak Terjangkau Count 144 Expected Count % within jarak tidak terjangkau Count Expected Count % within jarak Total tidak imunisasi Count Expected Count % within jarak Total 110 254 141.2 112.8 254.0 56.7% 43.3% 100.0% 30 29 59 32.8 26.2 59.0 50.8% 49.2% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df .663a 1 .416 .447 1 .504 .660 1 .417 Fisher's Exact Test .468 Linear-by-Linear Association .661 Casesb 313 N of Valid Exact Sig. (2sided) 1 .416 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,20. b. Computed only for a 2x2 table Exact Sig. (1sided) .251 Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .046 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .046 .046 Approx. Tb Approx. Sig.a .416 .057 .057 .417c .417c .812 .812 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jarak (terjangkau / tidak terjangkau) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 1.265 .717 2.232 1.115 .849 1.465 .881 .656 1.184 313 dukungankeluarga * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi tidak imunisasi dukungankeluarga mendukung Count Expected Count % within dukungankeluarga tidak mendukung Count Expected Count % within dukungankeluarga Total Count Expected Count % within dukungankeluarga Total 98 58 156 86.7 69.3 156.0 62.8% 37.2% 100.0% 76 81 157 87.3 69.7 157.0 48.4% 51.6% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Asymp. Sig. (2sided) Df 6.584a 1 .010 Continuity Correctionb 6.013 1 .014 Likelihood Ratio 6.609 1 .010 Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) Fisher's Exact Test .012 Linear-by-Linear Association N of Valid 6.563 Casesb 1 .007 .010 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 69,28. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .144 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .145 .145 Approx. Tb Approx. Sig.a .010 .056 .056 .010c .010c 2.585 2.585 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for dukungankeluarga (mendukung / tidak mendukung) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases Lower Upper 1.801 1.147 2.827 1.298 1.061 1.588 .721 .559 .929 313 sikappetugaskesehatan * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi Sikappetugaskese mempengaruhi hatan Count Expected Count % within sikappetugaskesehatan tidak mempengaruhi Count Expected Count % within sikappetugaskesehatan tidak imunisasi Total 162 78 240 133.4 106.6 240.0 67.5% 32.5% 100.0% 12 61 73 40.6 32.4 73.0 16.4% 83.6% 100.0% Total Count 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Expected Count % within sikappetugaskesehatan Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Asymp. Sig. (2sided) df 59.116a 1 .000 Continuity Correctionb 57.066 1 .000 Likelihood Ratio 62.067 1 .000 Exact Sig. (2sided) Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association N of Valid Exact Sig. (1sided) 58.927 Casesb 1 .000 .000 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,42. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Errora Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient .399 Interval by Interval Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Pearson's R Spearman Correlation .435 .435 .048 .048 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for sikappetugaskesehatan (mempengaruhi / tidak 10.558 5.374 20.742 4.106 2.430 6.939 .389 .316 .479 mempengaruhi) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases 313 Approx. Sig.a .000 313 Value Approx. Tb 8.510 8.510 .000c .000c isyaratuntukbertindak * statusimunisasi Crosstab statusimunisasi imunisasi tidak imunisasi isyaratuntukbertindak memperoleh informasi Count 147 79 226 125.6 100.4 226.0 65.0% 35.0% 100.0% 27 60 87 48.4 38.6 87.0 31.0% 69.0% 100.0% 174 139 313 174.0 139.0 313.0 55.6% 44.4% 100.0% Expected Count % within isyaratuntukbertindak tidak memperoleh informasi Count Expected Count % within isyaratuntukbertindak Total Count Expected Count % within isyaratuntukbertindak Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) 29.432a 1 .000 Continuity Correctionb 28.070 1 .000 Likelihood Ratio 29.695 1 .000 Pearson Chi-Square Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association 29.338 N of Valid Casesb 1 .000 .000 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Asymp. Std. Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .293 Interval by Interval Pearson's R .307 .054 5.681 .000c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .307 .054 5.681 .000c N of Valid Cases 313 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. .000 Chi-Square Tests Value Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) df 29.432a 1 .000 Continuity Correctionb 28.070 1 .000 Likelihood Ratio 29.695 1 .000 Pearson Chi-Square Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association 29.338 N of Valid Casesb 1 .000 313 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,64. c. Based on normal approximation. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for isyaratuntukbertindak (memperoleh informasi / tidak 4.135 2.434 7.026 2.096 1.511 2.908 .507 .404 .636 memperoleh informasi) For cohort statusimunisasi = imunisasi For cohort statusimunisasi = tidak imunisasi N of Valid Cases 313 .000 ANALISIS MULTIVARIAT Model Awal Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Percent Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value Imunisasi tidak imunisasi 0 1 Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 -2 Log likelihood Constant 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 0 statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. -.225 Wald .114 3.897 df Sig. 1 Exp(B) .048 .799 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables Pendidikan df Sig. 11.572 1 .001 5.243 1 .022 Sosialekonomi 10.242 1 .001 Pengetahuan 9.013 1 .003 persepsikerentanan 10.230 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 ketersediaansarana 4.569 1 .033 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 131.119 12 .000 pendidikansuami Overall Statistics Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 161.328 12 .000 Block 161.328 12 .000 Model 161.328 12 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 268.660a 1 Nagelkerke R Square .403 .539 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 df 4.576 Sig. 8 .802 Contingency Table for Hosm er and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 31 30.599 1 1.401 32 2 27 29.316 5 2.684 32 3 26 25.992 4 4.008 30 4 25 24.615 6 6.385 31 5 24 21.040 7 9.960 31 6 18 17.502 13 13.498 31 7 13 13.542 19 18.458 32 8 7 8.001 25 23.999 32 9 3 2.726 28 28.274 31 10 0 .667 31 30.333 31 Classification Tablea Predicted statusimunisasi Observed Step 1 Statusimunisasi imunisasi imunisasi Percentage Correct tidak imunisasi 151 23 86.8 36 103 74.1 tidak imunisasi Overall Percentage 81.2 a. The cut value is ,500 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper Pendidikan .495 .310 2.550 1 .110 1.641 .894 3.014 Pendidikansuami .175 .327 .287 1 .592 1.191 .628 2.260 Pengetahuan -.623 .339 3.381 1 .066 .536 .276 1.042 Pendapatan 1.660 .524 10.018 1 .002 5.259 1.881 14.701 Persepsikerentanan .475 .318 2.238 1 .135 1.609 .863 2.999 Persepsikeparahan 1.401 .397 12.461 1 .000 4.059 1.865 8.834 Persepsimanfaat 1.980 .341 33.625 1 .000 7.244 3.709 14.146 Persepsihambatan 1.049 .403 6.774 1 .009 2.855 1.296 6.290 .427 .377 1.283 1 .257 1.533 .732 3.210 -1.925 .580 11.014 1 .001 .146 .047 .455 Sikappetugaskesehat an 2.296 .458 25.143 1 .000 9.934 4.049 24.370 Isyaratuntukbertindak .924 .386 5.728 1 .017 2.520 1.182 5.373 -2.823 .421 45.075 1 .000 .059 Ketersediaansarana Dukungankeluarga Constant a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pendidikansuami, pengetahuan, pendapatan, persepsikerentanan, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Pendidikan Suami Dikeluarkan Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Percent Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 Constant -2 Log likelihood 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 0 statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. -.225 Wald .114 3.897 df Sig. 1 Exp(B) .048 .799 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables df Sig. Pendidikan 11.572 1 .001 Sosialekonomi 10.242 1 .001 Pengetahuan 9.013 1 .003 persepsikerentanan 10.230 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 ketersediaansarana 4.569 1 .033 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 130.773 11 .000 Overall Statistics Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 161.042 11 .000 Block 161.042 11 .000 Model 161.042 11 .000 Model Summary Step Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square -2 Log likelihood 268.947a 1 .402 .539 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 Df 3.936 Sig. 8 .863 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 35 35.275 2 1.725 37 2 24 24.591 3 2.409 27 3 26 26.774 5 4.226 31 4 24 24.433 7 6.567 31 5 25 21.147 6 9.853 31 6 16 17.336 15 13.664 31 7 12 13.026 19 17.974 31 8 9 7.875 22 23.125 31 9 3 2.836 28 28.164 31 10 0 .707 32 31.293 32 Classification Tablea Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 1 statusimunisasi imunisasi tidak imunisasi Percentage tidak imunisasi Correct 150 24 86.2 36 103 74.1 Overall Percentage 80.8 a. The cut value is ,500 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a pendidikan S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper .504 .310 2.651 1 .103 1.655 .902 3.036 sosialekonomi 1.715 .514 11.140 1 .001 5.557 2.030 15.213 pengetahuan -.621 .338 3.365 1 .067 .538 .277 1.043 persepsikerentanan .477 .318 2.249 1 .134 1.611 .864 3.003 persepsikeparahan 1.423 .395 12.965 1 .000 4.148 1.912 8.998 persepsimanfaat 1.979 .341 33.657 1 .000 7.236 3.708 14.122 persepsihambatan 1.057 .404 6.851 1 .009 2.877 1.304 6.346 .406 .374 1.179 1 .278 1.501 .721 3.124 -1.924 .579 11.053 1 .001 .146 .047 .454 sikappetugaskesehat an 2.313 .458 25.552 1 .000 10.102 4.120 24.764 isyaratuntukbertindak .920 .386 5.698 1 .017 2.510 1.179 5.344 -2.770 .408 46.188 1 .000 .063 ketersediaansarana dukungankeluarga Constant a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, pengetahuan, persepsikerentanan, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Pemodelan tanpa Ketersediaan Sarana Logistic Regression Case Processing Summary N Unweighted Casesa Selected Cases Included in Analysis Percent 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 Missing Cases Total Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 Constant -2 Log likelihood 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi Observed Step 0 imunisasi statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. -.225 Wald .114 3.897 df Sig. 1 Exp(B) .048 .799 Variables not in the Eq uation Score Step 0 Variables df pendidikan 11.572 1 .001 sosialekonomi 10.242 1 .001 pengetahuan 9.013 1 .003 persepsikerentanan 10.230 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 129.491 10 .000 Overall Statistics Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 Sig. -2 Log likelihood Constant 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 0 statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi Imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 Variables in the Equation B Step 0 S.E. Constant -.225 Wald .114 df Sig. 3.897 1 Exp(B) .048 .799 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables df Sig. Pendidikan 11.572 1 .001 Sosialekonomi 10.242 1 .001 Pengetahuan 9.013 1 .003 Persepsikerentanan 10.230 1 .001 Persepsikeparahan 15.828 1 .000 Persepsimanfaat 60.420 1 .000 Persepsihambatan 11.572 1 .001 Dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 129.491 10 .000 Overall Statistics Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 Df Sig. Step 159.866 10 .000 Block 159.866 10 .000 Model 159.866 10 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 270.122a 1 .400 Nagelkerke R Square .536 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Chi-square 2.015 df Sig. 8 .981 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi statusimunisasi = tidak imunisasi Total Observed Step 1 Expected Observed Expected 1 25 24.907 1 1.093 26 2 27 27.697 3 2.303 30 3 26 26.428 4 3.572 30 4 26 26.558 7 6.442 33 5 23 21.949 8 9.051 31 6 20 19.021 12 12.979 32 7 13 13.749 18 17.251 31 8 10 8.673 20 21.327 30 9 4 4.039 28 27.961 32 10 0 .978 38 37.022 38 Classification Tablea Predicted statusimunisasi Observed Step 1 statusimunisasi imunisasi imunisasi tidak imunisasi tidak imunisasi Percentage Correct 150 24 86.2 36 103 74.1 Overall Percentage 80.8 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Ste Pendidikan p 1a Sosialekonomi S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper .508 .309 2.708 1 .100 1.663 .908 3.046 1.787 .512 12.162 1 .000 5.971 2.187 16.302 -.643 .337 3.637 1 .057 .526 .271 1.018 persepsikerentanan .525 .315 2.782 1 .095 1.690 .912 3.132 persepsikeparahan 1.442 .393 13.482 1 .000 4.229 1.959 9.131 persepsimanfaat 1.963 .340 33.354 1 .000 7.124 3.659 13.871 persepsihambatan 1.047 .402 6.799 1 .009 2.850 1.297 6.263 dukungankeluarga -1.977 .577 11.726 1 .001 .138 .045 .429 2.362 .457 26.689 1 .000 10.612 4.331 26.001 .909 .384 5.595 1 .018 2.482 1.169 5.273 -2.710 .403 45.308 1 .000 .067 Pengetahuan sikappetugaskesehatan isyaratuntukbertindak Constant a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, pengetahuan, persepsikerentanan, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Pemodelan tanpa Persepsi Kerentanan Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Percent Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 -2 Log likelihood Constant 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi Observed Step 0 imunisasi statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. -.225 Wald .114 3.897 df Sig. 1 Exp(B) .048 .799 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables pendidikan df Sig. 11.572 1 .001 pengetahuan 9.013 1 .003 sosialekonomi 10.242 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 ketersediaansarana 4.569 1 .033 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 129.364 10 .000 Overall Statistics Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 158.789 10 .000 Block 158.789 10 .000 Model 158.789 10 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 271.200a 1 Nagelkerke R Square .398 .533 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 df 4.045 Sig. 8 .853 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 28 27.706 1 1.294 29 2 28 30.250 5 2.750 33 3 27 26.994 4 4.006 31 4 27 25.131 5 6.869 32 5 21 22.433 12 10.567 33 6 20 18.737 14 15.263 34 7 13 12.163 17 17.837 30 8 7 7.297 24 23.703 31 9 3 2.632 27 27.368 30 10 0 .658 30 29.342 30 Classification Tablea Predicted statusimunisasi Observed imunisasi Step 1 statusimunisasi imunisasi tidak imunisasi Percentage Correct tidak imunisasi 147 27 84.5 36 103 74.1 Overall Percentage 79.9 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a pendidikan S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper .515 .308 2.798 1 .094 1.674 .915 3.062 pengetahuan -.653 .337 3.768 1 .052 .520 .269 1.006 sosialekonomi 1.658 .512 10.475 1 .001 5.249 1.923 14.326 Persepsikeparaha n 1.441 .392 13.501 1 .000 4.224 1.959 9.110 persepsimanfaat 2.054 .337 37.246 1 .000 7.800 4.033 15.087 persepsihambatan 1.001 .404 6.146 1 .013 2.721 1.233 6.003 Ketersediaansara na .483 .369 1.714 1 .190 1.621 .787 3.341 dukungankeluarga -1.890 .582 10.556 1 .001 .151 .048 .473 sikappetugaskese hatan 2.333 .453 26.505 1 .000 10.309 4.241 25.058 isyaratuntukbertin dak .875 .381 5.280 1 .022 2.399 1.137 5.059 -2.537 .368 47.506 1 .000 .079 Constant a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, pengetahuan, sosialekonomi, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Pemodelan Tanpa Pendidikan Ibu Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 Unweighted CasesaCase Processing Summary N Selected Cases Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 313 100.0 0 .0 313 100.0 0 313 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration -2 Log likelihood Step 0 Constant 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 0 Statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant -.225 S.E. .114 Wald df 3.897 Sig. 1 Exp(B) .048 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables df Sig. pengetahuan 9.013 1 .003 sosialekonomi 10.242 1 .001 .799 persepsikerentanan 10.230 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 ketersediaansarana 4.569 1 .033 dukungankeluarga 6.584 1 .010 59.116 1 .000 29.432 1 .000 128.775 10 .000 sikappetugaskesehatan isyaratuntukbertindak Overall Statistics Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 158.384 10 .000 Block 158.384 10 .000 Model 158.384 10 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 271.604a 1 Nagelkerke R Square .397 .532 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 Df 4.799 Sig. 8 .779 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 26 25.711 1 1.289 27 2 30 31.260 4 2.740 34 3 29 29.529 5 4.471 34 4 23 23.567 7 6.433 30 5 26 21.916 6 10.084 32 6 15 17.290 16 13.710 31 7 14 13.122 17 17.878 31 8 8 7.926 23 23.074 31 9 3 2.937 28 28.063 31 10 0 .743 32 31.257 32 Classification Tablea Predicted statusimunisasi Observed Step 1 imunisasi Statusimunisasi Imunisasi tidak imunisasi tidak imunisasi Percentage Correct 150 24 86.2 39 100 71.9 Overall Percentage 79.9 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Pengetahuan -.591 .335 3.118 1 .077 .554 .287 1.067 Sosialekonomi 1.744 .510 11.690 1 .001 5.722 2.105 15.555 Persepsikerentanan .489 .316 2.395 1 .122 1.631 .878 3.031 Persepsikeparahan 1.376 .390 12.428 1 .000 3.959 1.842 8.506 Persepsimanfaat 2.030 .338 36.034 1 .000 7.611 3.923 14.765 Persepsihambatan 1.083 .401 7.307 1 .007 2.954 1.347 6.477 .416 .374 1.236 1 .266 1.516 .728 3.156 -1.912 .575 11.046 1 .001 .148 .048 .456 2.336 .455 26.388 1 .000 10.344 4.242 25.226 .947 .382 6.144 1 .013 2.578 1.219 5.453 -2.593 .385 45.363 1 .000 .075 Ketersediaansarana Dukungankeluarga Sikappetugaskesehatan Isyaratuntukbertindak Constant a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sosialekonomi, persepsikerentanan, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Pemodelan tanpa Pengetahuan Ibu Case Processing Summ ary Unweighted Casesa Selected Cases N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value imunisasi tidak imunisasi Internal Value 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Iteration Coefficients -2 Log likelihood Constant Step 0 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi Observed Step 0 imunisasi Statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 Constant S.E. -.225 Wald .114 df Sig. 3.897 1 Exp(B) .048 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables df Sig. pendidikan 11.572 1 .001 sosialekonomi 10.242 1 .001 persepsikerentanan 10.230 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 ketersediaansarana 4.569 1 .033 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 128.778 10 .000 Overall Statistics .799 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 157.595 10 .000 Block 157.595 10 .000 157.595 10 .000 Model Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 272.393a 1 Nagelkerke R Square .396 .530 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 Df Sig. 4.926 8 .765 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 30 30.367 2 1.633 32 2 28 28.137 3 2.863 31 3 24 25.743 6 4.257 30 4 27 24.885 4 6.115 31 5 24 21.795 7 9.205 31 6 15 17.082 15 12.918 30 7 12 13.339 19 17.661 31 8 10 8.282 21 22.718 31 9 4 3.462 27 27.538 31 10 0 .908 35 34.092 35 Classification Tablea Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 1 Statusimunisasi imunisasi tidak imunisasi Overall Percentage a. The cut value is ,500 tidak imunisasi Percentage Correct 147 27 84.5 36 103 74.1 79.9 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Pendidikan S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper .475 .307 2.394 1 .122 1.607 .881 2.932 1.720 .511 11.307 1 .001 5.583 2.049 15.214 Persepsikerentanan .515 .315 2.666 1 .103 1.673 .902 3.104 Persepsikeparahan 1.444 .392 13.555 1 .000 4.236 1.964 9.137 Persepsimanfaat 2.047 .337 36.995 1 .000 7.745 4.004 14.979 Persepsihambatan 1.051 .403 6.791 1 .009 2.859 1.298 6.301 .449 .371 1.463 1 .226 1.566 .757 3.242 -1.983 .575 11.886 1 .001 .138 .045 .425 2.270 .450 25.391 1 .000 9.677 4.002 23.395 .902 .382 5.570 1 .018 2.466 1.165 5.216 -2.968 .395 56.607 1 .000 .051 Sosialekonomi Ketersediaansarana Dukungankeluarga Sikappetugaskesehatan Isyaratuntukbertindak Constant a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, sosialekonomi, persepsikerentanan, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, ketersediaansarana, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Model Akhir Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 313 100.0 0 .0 313 0 313 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value imunisasi tidak imunisasi 0 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0 -2 Log likelihood Constant 1 429.988 -.224 2 429.988 -.225 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 429,988 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Predicted statusimunisasi imunisasi Observed Step 0 Statusimunisasi Percentage Correct tidak imunisasi Imunisasi 174 0 100.0 tidak imunisasi 139 0 .0 Overall Percentage 55.6 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0 S.E. Constant -.225 Wald .114 df Sig. 3.897 1 Exp(B) .048 Variables not in the Equation Score Step 0 Variables 1 .001 persepsikeparahan 15.828 1 .000 persepsimanfaat 60.420 1 .000 persepsihambatan 11.572 1 .001 dukungankeluarga 6.584 1 .010 sikappetugaskesehatan 59.116 1 .000 isyaratuntukbertindak 29.432 1 .000 123.050 7 .000 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 150.157 7 .000 Block 150.157 7 .000 Model 150.157 7 .000 Model Summary Step 1 -2 Log likelihood Cox & Snell R Square 279.832a Nagelkerke R Square .381 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Chi-square 3.724 Sig. 10.242 Overall Statistics Step 1 df sosialekonomi Df Sig. 8 .881 .510 .799 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test statusimunisasi = imunisasi Observed Step 1 Expected statusimunisasi = tidak imunisasi Observed Expected Total 1 6 6.628 1 .372 7 2 51 50.558 4 4.442 55 3 33 34.657 8 6.343 41 4 24 22.420 5 6.580 29 5 19 17.923 8 9.077 27 6 16 16.198 13 12.802 29 7 14 12.697 16 17.303 30 8 8 8.344 23 22.656 31 9 3 3.617 27 26.383 30 10 0 .959 34 33.041 34 Classification Tablea Predicted statusimunisasi Observed Step 1 Statusimunisasi imunisasi Imunisasi tidak imunisasi Percentage Correct tidak imunisasi 151 23 86.8 42 97 69.8 Overall Percentage 79.2 a. The cut value is ,500 Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Sosialekonomi 1.768 .508 12.111 1 .001 5.857 2.164 15.848 Persepsikeparahan 1.457 .380 14.667 1 .000 4.293 2.037 9.050 Persepsimanfaat 2.172 .328 43.769 1 .000 8.777 4.612 16.704 Persepsihambatan .978 .395 6.124 1 .013 2.659 1.225 5.767 Dukungankeluarga -1.987 .573 12.008 1 .001 .137 .045 .422 2.370 .441 28.847 1 .000 10.693 4.504 25.390 .869 .373 5.420 1 .020 2.384 1.147 4.955 -2.432 .314 59.882 1 .000 .088 sikappetugaskesehatan Isyaratuntukbertindak Constant Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Sosialekonomi 1.768 .508 12.111 1 .001 5.857 2.164 15.848 Persepsikeparahan 1.457 .380 14.667 1 .000 4.293 2.037 9.050 Persepsimanfaat 2.172 .328 43.769 1 .000 8.777 4.612 16.704 Persepsihambatan .978 .395 6.124 1 .013 2.659 1.225 5.767 Dukungankeluarga -1.987 .573 12.008 1 .001 .137 .045 .422 2.370 .441 28.847 1 .000 10.693 4.504 25.390 .869 .373 5.420 1 .020 2.384 1.147 4.955 sikappetugaskesehatan Isyaratuntukbertindak a. Variable(s) entered on step 1: sosialekonomi, persepsikeparahan, persepsimanfaat, persepsihambatan, dukungankeluarga, sikappetugaskesehatan, isyaratuntukbertindak. Lampiran 6 : Matriks Jawaban Informan Kualitatif MATRIKS JAWABAN IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN IMUNISASI MR KEPADA ANAKNYA “Determinan Status Imunisasi MR (Measles Rubella) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019” No 1. Tema Dukungan Keluarga (terhadap kebutuhan ibu dalam upaya pemberian imunisasi MR anaknya) Jawaban Informan Kesimpulan Suami ibu tak mekih lek imunisasi itu tuh polaneh bahaye ntok masyarakat (A1) Suami, mertue, orang tua ibu sih tak ape nih dek cuman ibunye jak tak mao (A2) Suami ibu larang kalok ade ape ape nanti die marah nak (A3) Tadak peduli sih keluarge ibu seputar suntek tuh iye iye ndak ndak serahlah (A4) Papanya tak kasi imunisasi rubella itu (A5) Keluarga sih iye iye ndak ndak terserah saya kak (B1) Keluarga sih imunisasi apapun peduli ya dek tapi kalau yang imunisasi campak terbaru itu suami tak izinkan (B2) Lokung gak kasi, nurot jak (B3) Bapaknya tak kasi dek, nanya tetangga laen yang punya anak kecik juak tak kasi juga mereka (B4) Keluarga kk sih OK jak cuman tak de yang nak ngantar eh (B5) Sebagian informan mengatakan bahwa ibu tidak mengimunisasi MR anaknya disebabkan tidak mendapatkan izin dari suaminya. Jika terjadi sesuatu pada anaknya tidak ada yang bertanggung jawab. Sebagian yang lain keluarga informan menyerahkan kebebasan kepada ibunya untuk imunisasi MR atau tidak namun kurang kepedulian dalam memberikan upaya agar ibunya bisa mendapatkan imunisasi MR tersebut misalnya tidak mengantar ke faskes No Tema 2. Sikap petugas kesehatan (terkait penyuluhan informasi MR) Jawaban Informan Kesimpulan Petugas ade pula tuh ngasi tahu lek soal imunisasi jiah (A1) Iye ade petugas kesehatan kasi tahu dulu ke ibu tapi tak imunisasi pun tak ape katenye bagusnya sih imunisasi (A2) Tak ade masuk ke ibu nak dari petugas cuman minta persetjuan jk mau imunisasi ke ndak anaknya di kertas tuh (A3) Tadek riah yen, tak ade secara langsung dek (A4) Ndak ade pula penyuluhan tuh (A5) Tak ade info apapun dari petugas kesehatan ntahlah ye kalau saye tak peka (B1) Ada infonya dari petugas kalau campak sekarang dah diganti dengan MR makanya saye nolak nye dek tanyak suami dulu (B2) Dikasi tahu sama bu bidan jak (B3) Ade dikasi tahu kader awalnya lalu bidannya kasi tahu juga (B4) Kalau kasi kasi penyuluhan gitu tak adelah kekakak sih tak tahu kalau ke orang lain (B5) Sebagian besar informan yang memiliki anak sekolah, ibu tidak mendapatkan penyuluhan secara langsung tentang manfaat maupun seputar imunisasi MR secara lengkap. Mereka cuman mendapatkan surat persetujuan untuk anaknya imunisasi MR atau tidak. Sedangkan untuk informan yang memiliki balita, ibu mendapatkan informasi tentang imunisasi MR dari posyandu atau kader dan puskesmas pada saat akan mengimunisasi anaknya walaupun mereka juga tetap menolak untuk mengimunisasi anaknya No Tema 3. Jarak ke fasilitas kesehatan (terkait jauhnya dekatnya untuk imunisasi MR) 4. Persepsi (terkait kandungan, keuntungan yang ada dalam imunisasi MR) Jawaban Informan Kesimpulan Lumayan lah tapi bukan penghalang lek kalau soal itu kan imunisasinye ade disekolah tak perloh ke puskesmas (A1) Dekat jak cuman tetap jak pakai motor kesananye, biase imunisasi yang lain kan ke puskesmas (A2) Tak jaoh dari sini dah ade dah klinik tak usah jauh (A3) Tadak eh, dekat dek (A4) Situ jak bah bise jalan kaki tak jaoh pun (A5) Pakai motor buat sampeknye, tapi bise lah dijangkau bukan itu alasannye (B1) Dekat tak jaoh sih bukan itu penghalang nolak imunisasi campak itu tuh (B2) Dekat sini banyak kayak rs, klinik, puskesmas (B3) Jauh sih dek menurut kk tapi selama ada motor tinggal cuss (B4) Lumayan dekat cuman sedang gak kalau disuruh jalan kaki (B5) Khawatir pula tuh soal nye halal haramnye kik tak jelas makenye takut. Anak pun trauma soalnye sering habis suntek malah demam bengkak poleh (A1) Tak usahlah imunisasi ituh, kandungannye meragukan. Ragu jadinye soalnye tak jelas halal najis atau ndaknye. (A2) Pernah dulu imunisasi awal awal tuh di sekolah balek balek demam makenye kalau ada imunisasi tak usahlah (A3) Dengar berita banyak yang saket deek eh, ape poleh joh sampek mateh (A4) Takot same habes disunteknye banyak berite yang tak bagos (A5) Hampir seluruh informan mengatakan bahwa fasilitas kesehatan sekarang mudah untuk dijangkau seperti puskesmas. Tidak bisa datang ke puskesmas bisa ke klinik atau rumah sakit. Bukan menjadi penghalang buat mereka dalam tidak mengimunisasi MR anaknya Hampir seluruh informan memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain tentang imunisasi MR yang menurut mereka masih belum jelas kandungannya, fatwanya maupun manfaatnya sendiri bagi anaknya. Berita berita yang tidak menyenangkan seputar imunisasi MR menjadi 5. Ketersediaan sarana (terkait faskes menyediakan imunisasi MR) Takot same kandungannye, tak ade info manfaatnye gak ye, takot nanti pas setelah selesai imunisasi malah saket (B1) Sebenarnya imunisasi dari pemerintah tuh pasti dah pikirkan manfaatnya, cuman masih simpang siur infonye jadi itulah tak berani dek (B2) Tadak nentang sebenarnya cuman tak berani liat berita (B3) Khawatir karne katenye sih cuman di Indonesia pakeknye luar negeri tak ade imunisasi ini (B4) Anaknye suke sakit kalau habis diimunisasi makenye malas nak imunisasi agik tuh (B5) faktor utama mereka menolak untuk mengimunisasi MR. Informan tidak menentang keberadaan imunisasi MR di masyarakat tetapi menolak jika imunisasi itu diberikan ke anak informan sampai jelas beritanya. Pasti adelah apa agik imunisasinye e sekolah lek (A1) Pernah tidak ada tapi bukan imunisasi rubella itu, dulu pas awal imunisasi (A2) Selalu ade kayaknya di puskesmas lah tapi inikan imunisasinye di sekolah pasti ade (A3) Pemerintah pasti siapkan lah untok sekolah untuk puskesmas (A4) Kalau rubella itu kayaknye ade lah terus kan baru imunisasinye (A5) Ade kayaknye puskesmas (B1) Lengkap di puskesmas, posyandu pun ade (B2) Imunisasinye ade di posyandu di puskesmas ade gak kata bu bidan (B3) Ade di puskesmas, tapi bise seharian ngantrinye (B4) Adelah di puskesmas (B5) Seluruh informan mengatakan bahwa ketersediaan sarana dalam mengimunisasi anaknya tidak ada hambatan. Puskesmas sudah menyediakan semuanya. Jikapun ada bukan imunisasi MR tetapi imunisasi yang lain. Namun puskesmas tetap memberikan solusi jika terjadi kekosongan vaksinnya. di No Tema 6. Isyarat untuk bertindak (terkait tindakan dalam pengambilan keputusan) Jawaban Informan Kesimpulan Coman taoh dari mertue jak ade ngomong sama petugas itulah (A1) Ada cari beritanye di hape makenye takot mau imunisasi dek banyak kejadian yang lumpuhlah yang matilah (A2) Info dari keluarge jak lalu ade gak dengar beritanye di tipi tuh kan sempat heboh (A3) Tak punye hape yang aneh aneh tak ade bace, cuman taoh dari yang lain jak (A4) Bace, ade dengar berita pun iye gak (A5) Ade pula baca baca dari internet tuh kak kan hape dah canggih (B1) Media lah tuh lah saye cari dulu infonya seputar imunisasinye di internet sama suami barengan (B2) Keluarge ade ngomong gak, ade gak beritanya di media (B3) Bace dari hape dek cari infonye (B4) Dengar dari tipi beritanyee (B5) Dari jawaban informan dapat disimpulkan bahwa media elektronik merupakan cara informan mendapatkan informasi seputar imunisasi MR MATRIKS JAWABAN INFORMAN KELUARGA No Tema Jawaban Informan Kesimpulan 1. Dukungan Keluarga (terhadap kebutuhan ibu dalam upaya pemberian imunisasi MR anaknya) Ndak dek, saye tak izinkan emang sama istri saye tuh imunisasi yang baru tuh biarlah. (C1) Bapak cari dulu infonye dari mane mane make tak bolehkan (C2) Terserah ibunya lah dek mau imunisasi atau ndak soalnye yang terbaik jak lah saye bagian cari uang jak (C3) Tak sempat saye ngantar die tuh nak imunisasi (C4) Enje dek, tak mekih dek (C5) Hampir seluruh informan mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan keluarganya atau istrinya untuk memberikan imunisasi MR kepada anaknya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa suami tugasnya mencari nafkah masalah anak diserahkan sepenuhnya kepada istrinya. 2. Persepsi (seputar imunisasi MR) Bise buat lumpuh kalau anaknya tak kuat (C1) Katenye sih sebenarnya tak ape ape cuman berita nya tuh tak ade yang bagos (C2) Tak tahu ape ape pula tuh ntah lah gak yee mane baiknya lah (C3) Ragu sama kandungannye masak anak nye dikasi babi dalam tubuhnye (C4) Bise keh mateh enccan takoklah (C5) Hampir seluruh informan memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain. Persepsi itu muncul dikarenkan informasi yang mereka dapatkan tidak menyenangkan membuat mereka ragu untuk pemberian imunisasi MR tersebut baik dari segi kandungan, manfaat maupun efek setelah pasca imunisasi. Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian Penelitian di Puskesmas Khatulistiwa Penelitian di Puskesmas Parit Mayor Penelitian di Puskesmas Purnama Penelitian di Puskesmas Alianyang Penelitian di Puskesmas Kampung Bali Penelitian di Puskesmas Saigon Wawancara Mendalam Lampiran 8 : Surat Kode Etik dan Penelitian Surat Penelitian Puskesmas Khatulistiwa Puskesmas Parit Mayor Puskesmas Purnama Puskesmas Kampung Bali Puskesmas Alianyang Puskesmas Saigon Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup RIWAYAT HIDUP MAHASISWA Nurul Maulidya Agustiningsih, lahir di Pontianak, pada tanggal 18 Agustus 1994, Agama Islam, anak bungsu dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak H.Abdul Hadi dan Ibu (Alm.) Hj. H. Marina. Alamat Jalan Ahmad Yani Gg Sepakat II No. 109 Kecamatan Pontianak Tenggara Kelurahan Bansir Darat Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Pendidikan Dasar diselesaikan di SDN 24 Pontianak diselesaikan pada tahun 2006, kemudian menyelesaikan jenjang Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 3 Pontianak pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Pontianak di selesaikan pada tahun 2012. Kemudian, melanjutkan Pendidikan Diploma III di Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. Pada tahun 2015 melanjutkan pendidikan Diploma IV Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) di daerah Jakarta Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Konsentrasi Promosi Kesehatan dan menyelesaikan pendidikan tahun 2019.