Uploaded by mardi_zabrik

607-1241-1-PB (1)

advertisement
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ALAT
PELINDUNG TELINGA DENGAN PENGGUNAANNYA PADA
PEKERJA DI PT. X
Ragil Retnaningsih
Universitas Darussalam Gontor
[email protected]
Abstrak
Departemen weaving pada industri tekstil menggunakan mesin tenun menghasilkan intensitas kebisingan
>90 dB. Para pekerja sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung telinga karena merasa tidak nyaman dan
mengaku telah terbiasa serta tidak terganggu bekerja pada tempat kerja yang bising. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat pelindung telinga dengan penggunaannya pada
pekerja di PT. X. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel penelitian adalah 86 pekerja di bagian weaving dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Teknik pengumpulan data dengan observasi dan kuesioner. Analisis data yaitu bivariat dilakukan dengan uji
statistik koefisien kontingensi. Berdasarkan hasil uji statistik koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa ada
hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat pelindung telinga dengan penggunaannya pada pekerja di PT. X,
dimana pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung telinga nilai p = 0.000 dengan r = 0.389 dan sikap (p =
0.000) dengan r = 0.383, sehingga ada hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Telinga dengan
Penggunaannya pada Pekerja di PT. X.
Kata Kunci: Pengetahuan; Sikap; Penggunaan Alat Pelindung Telinga
RELATED KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF EAR PROTECTIVE
EQUIPMENT USAGE ON WORKERS OF PT. X
Abstract
Weaving department at textile industry use machines with noise intensity >90 dB, the majority of workers
do not use protective equipment because they feel uncomfortable with the tool and claims to have familiar and
not bothered to work on a noisy workplace. The purpose of this study was to determine the relationship between
knowledge and attitudes of the use of ear protection equipment toward workers at PT. X. This study is
considered observational with cross-sectional approach. The samples were 86 workers in the weaving industry
taken by using simple random sampling technique. The technique of collecting data was taken through
observation and questionnaire. Data analysis was performed with the bivariate statistical test of contingency
coefficient. Based on the results of statistical tests of contingency coefficient showed that there was a
relationship between knowledge and attitudes of the use of ear protection equipment toward workers at PT. X,
where the knowledge with the use of ear protectors with a value of p = 0.000 and r = 0389 attitude (p = 0.000)
with r = 0.383. There is a relationship on the Knowledge and Attitudes of the Ear Protective Equipment Use of
Workers at PT. X.
Keywords: Knowledge; Attitude; The Use of Personal Protective Equipment Ear
67
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
kebisingan menurut Permenakertrans Nomor
Pendahuluan
PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Kemajuan dalam bidang teknologi sejak
tiga
dekade
terakhir
ini
menyebabkan
peningkatan bahaya bising baik dalam
Batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja sehari
atau 40 jam kerja dalam seminggu.
jumlah, intensitas, kecepatan dan jumlah
PT. X telah menyediakan alat pelindung
orang yang terpajan bising, terutama di
diri bagi pekerja, yang berfungsi untuk
negara industri dan negara maju. Indonesia
melindungi pekerja pada saat bekerja, salah
sebagai negara yang sedang berkembang
satunya adalah alat pelindung telinga, tetapi
dalam upaya meningkatkan pembangunan
belum dilakukan penyuluhan tentang alat
banyak menggunakan peralatan industri yang
pelindung telinga,
dapat
kurang memahami pentingnya penggunaan
membantu
pekerjaan.
dan
mempermudah
Akibatnya,
timbul
bising
oleh karena pekerja
alat pelindung telinga di tempat kerja yang
lingkungan kerja yang dapat berdampak
bising.
buruk terhadap para pekerja (Bashiruddin,
ditemukan 8 dari 10 pekerja pada bagian
2009).
weaving tidak menggunakan alat pelindung
Bising
berpengaruh
terhadap
tenaga
telinga.
Berdasarkan
Pekerja
observasi
merasa
tidak
awal
nyaman
kerja, sehingga dapat menimbulkan berbagai
menggunakan alat pelindung telinga karena
gangguan kesehatan secara umum, antara
tidak mengetahui cara pemakaiannya secara
lain gangguan pendengaran, fisiologi lain
benar dan mengaku telah terbiasa serta tidak
serta gangguan psikologi. Hal tersebut dapat
terganggu bekerja pada tempat kerja yang
menimbulkan
bising.
emosional,
gangguan
gangguan
sulit
komunikasi
tidur,
dan
Berdasarkan latar
belakang tersebut,
gangguan konsentrasi yang secara tidak
maka penulis ingin mengadakan penelitian
langsung dapat membahayakan keselamatan
mengenai hubungan pengetahuan dan sikap
tenaga kerja (Bashiruddin, 2009).
tentang
PT. X memiliki Departemen Weaving
alat
pelindung
telinga
dengan
penggunaannya pada pekerja di PT. X.
yang bertugas untuk mengubah benang
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada
menjadi kain mentah. Pada proses penenunan
hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat
menggunakan
pelindung telinga dengan penggunaannya
mesin
tenun
yang
menimbulkan kebisingan dengan intensitas
>90 dB, sedangkan Nilai Ambang Batas
68
pada pekerja di PT. X.
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
dalam
Tinjauan Teoritis
pengetahuan
tingkat
ini
adalah mengingat kembali (recall)
Pengetahuan
sesuatu yang spesifik dari seluruh
Pengetahuan merupakan hasil dari
bahan
yang
dipelajari
atau
tahu, dan ini terjadi setelah orang
rangsangan yang telah diterima.
melakukan pengindraan terhadap suatu
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
objek
terjadi
tingkat pengetahuan yang paling
melalui pancaindra manusia, yakni indra
rendah. Kata kerja untuk mengukur
penglihatan, pendengaran, penciuman,
bahwa orang tahu tentang apa yang
rasa
dipelajari antara lain menyebutkan,
tertentu.
dan
Pengindraan
raba.
Sebagian
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
menguraikan,
mata dan pendengaran (Notoatmodjo,
menyatakan dan sebagainya.
2007).
mendefinisikan,
b. Memahami (comprehension)
Pengetahuan
merupakan
domain
Memahami diartikan sebagai
yang paling penting untuk terbentuknya
suatu
tindakan
itu
menjelaskan secara benar tentang
dengan
objek yang diketahui, dan dapat
akan
menginterpretasikan materi tersebut
bertahan lama dibandingkan perilaku
secara benar. Orang yang telah
yang tidak didasari ilmu pengetahuan
paham terhadap objek atau materi
dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003).
harus
perilaku
seseorang,
yang
pengetahuan
dari
didasari
dan
Pengetahuan
maka
kesadaran
atau
kognitif
kemampuan
dapat
untuk
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
merupakan domain yang sangat penting
menyimpulkan,
dalam membentuk tindakan seseorang
sebagainya terhadap objek yang
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang
dipelajari.
tercakup
dalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo,
meramalkan
dan
c. Aplikasi (application)
Aplikasi
diartikan
sebagai
2007), yaitu :
kemampuan untuk menggunakan
a. Tahu (know)
materi yang telah dipelajari pada
Tahu
diartikan
sebagai
situasi
atau
kondisi
real
mengingat suatu materi yang telah
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
diartikan
69
sebagai
aplikasi
atau
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
penggunaan hukum-hukum, rumus,
Evaluasi ini berkaitan dengan
metode, prinsip dan sebagainya
kemampuan
dalam konteks atau situasi yang lain.
justifikasi atau penilaian terhadap
d. Analisis (analysis)
Analisis
kemampuan
untuk
melakukan
suatu materi atau objek. Penilaianadalah
untuk
suatu
menjabarkan
penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria
yang
telah
ditentukan
materi atau suatu objek ke dalam
sendiri, atau menggunakan kriteria-
komponen-komponen, tetapi masih
kriteria yang telah ada.
di dalam struktur organisasi, dan
Dalam
penelitian
ini,
masih ada kaitannya satu sama lain.
pengetahuan
Kemampuan
evaluasi. Menurut Azwar (2003), faktor
analisis
ini
dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja,
yang
seperti
adalah:
dapat
(membuat
menggambarkan
bagan),
membedakan,
sampai
tingkatan
mempengaruhi
b. Jenis kelamin,
sebagainya.
c. Pendidikan,
Menurut
Budiman
kemampuan untuk meletakkan atau
(2013),
menghubungkan bagian-bagian di
mempengaruhi
dalam suatu bentuk keseluruhan
sebagai berikut :
yang baru. Dengan kata lain sintesis
a. Pendidikan
adalah suatu kemampuan untuk
formulasi
formulasi-formulasi
pengetahuan
d. Lama kerja.
Sintesis menunjuk kepada suatu
menyusun
tingkat
a. Umur,
memisahkan, mengelompokkan dan
e. Sintesis (synthesis)
pada
baru
yang
dan
Riyanto
faktor-faktor
pengetahuan
Pengetahuan
sangat
yang
adalah
erat
dari
kaitannya dengan pendidikan di mana
ada.
diharapkan
seseorang
dengan
Misalnya dapat menyusun, dapat
pendidikan tinggi, orang tersebut
merencanakan, dapat meringkaskan,
akan
dapat
pengetahuannya.
menyesuaikan,
dan
semakin
pula
Namun,
perlu
sebagainya terhadap suatu teori atau
ditekankan
rumusan-rumusan yang telah ada.
berpendidikan rendah tidak berarti
f. Evaluasi (evaluation)
bahwa
luas
seorang
yang
mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan
70
pengetahuan
tidak
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
mutlak
diperoleh
formal,
akan
di
tetapi
pendidikan
juga
dapat
diperoleh pada pendidikan nonformal.
Pengetahuan
seseorang
sosial ekonomi ini akan memengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
tentang
Lingkungan
adalah
segala
sesuatu objek juga mengandung dua
sesuatu yang ada di sekitar individu,
aspek yaitu aspek positif dan negatif.
baik
Kedua aspek inilah yang akhirnya
maupun
akan menentukan sikap seseorang
berpengaruh
terhadap objek tertentu.
masuknya pengetahuan ke dalam
b. Informasi/media massa
pendidikan
nonformal
formal
dapat
yang
berada
proses
dalam
memberikan
ataupun tidak, yang akan direspons
individu.
sehingga
menghasilkan
atau
peningkatan
Berkembangnya
akan
terhadap
karena adanya interaksi timbal balik
impact)
teknologi
Lingkungan
maupun
sebagai
pengetahuan.
biologis,
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
pengaruh jangka pendek (immediate
perubahan
fisik,
sosial.
individu
Informasi yang diperoleh baik
dari
lingkungan
menyediakan
pengetahuan
oleh
setiap
e. Pengalaman
Pengalaman
bekerja
belajar
yang
dalam
dikembangkan
bermacam-macam media massa yang
memberikan
pengetahuan
dan
dapat
keterampilan
profesional,
serta
mempengaruhi
pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru.
pengalaman belajar selama bekerja
c. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan
dan
dapat
mengembangkan
yang
kemampuan mengambil keputusan
dilakukan orang-orang tanpa melalui
yang merupakan manifestasi dari
penalaran apakah yang dilakukan
keterpaduan menalar secara ilmiah
baik atau buruk. Dengan demikian,
dan etik yang bertolak dari masalah
seseorang
nyata dalam bidang kerjanya.
akan
pengetahuannya
tradisi
akan
bertambah
walaupun
tidak
f. Usia
melakukan. Status ekonomi seseorang
Usia memengaruhi daya tangkap
juga akan menentukan tersedianya
dan pola pikir seseorang. Semakin
suatu fasilitas yang diperlukan untuk
bertambah
kegiatan
berkembang pula daya tangkap dan
tertentu
sehingga
status
71
usia
akan
semakin
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
pola pikirnya sehingga pengetahuan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan
yang diperolehnya semakin membaik.
terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat
Seperti halnya dengan pengetahuan,
dilakukan dengan wawancara atau
sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
angket yang menanyakan tentang isi
(Notoatmodjo, 2007) yaitu :
materi yang akan diukur dari subjek
a. Menerima (Receiring)
penelitian atau responden. Kedalaman
Menerima
pengetahuan yang akan diukur dapat
orang
disesuaikan
memperhatikan
tingkatan
dengan
di
atas
tingkatan-
(Notoadmodjo,
2007).
diartikan
(subjek)
bahwa
mau
dan
stimulus
yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap
orang terhadap gizi dapat dilihat dari
1. Sikap
kesediaan dan perhatian orang itu
Sikap didefinisikan sebagai reaksi
atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
terhadap ceramah-ceramah tentang
gizi.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
ditanya,
yang
nyata
menyelesaikan tugas yang diberikan
adanya
adalah suatu indikasi dari sikap.
kesesuaian reaksi terhadap stimulus
Karena dengan suatu usaha untuk
tertentu yang dalam kehidupan sehari-
menjawab
hari merupakan reaksi yang bersifat
mengerjakan tugas yang diberikan,
emosional
sosial.
terlepas dari pekerjaan itu benar atau
Sikap belum merupakan suatu tindakan
salah, adalah berarti bahwa orang
atau aktivitas, akan tetapi merupakan
menerima ide tersebut.
tertutup.
menunjukkan
Sikap
secara
konotasi
terhadap
stimulus
predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup,
bukan
pertanyaan
dan
atau
c. Menghargai (Valving)
Mengajak orang lain untuk
reaksi
mengerjakan atau mendiskusikan
terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
suatu masalah adalah suatu indikasi
Sikap
untuk
sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang
bereaksi terhadap objek di lingkungan
ibu yang mengajak ibu yang lain
merupakan
merupakan
mengerjakan,
kesiapan
(tetangganya,
72
saudaranya,
dan
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
sebagainya)
untuk
menimbangkan
posyandu,
pergi
anaknya
atau
ke
mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti
bahwa
si
ibu
tersebut
telah
yang
mempengaruhi
terbentuknya
sikap
adalah :
a. Faktor intern
Adalah faktor-faktor yang terdapat
dalam diri orang yang bersangkutan
mempunyai sikap positif terhadap
sendiri
gizi anak.
rangsangan yang datang harus dipilih
d. Bertanggung jawab (Responsible)
yaitu
Bertanggung jawab atas segala
sesuatu
yang
telah
seperti
mana
selektifitas.
rangsangan
Suatu
yang
harus
didekati dan mana rangsangan yang harus
dipilihnya
dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-
dengan segala risiko merupakan
motif dan kecenderungan-kecenderungan
sikap yang paling tinggi. Misalnya,
dalam diri seseorang.
seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapat tantangan
b. Faktor ekstern
Faktor
ekstern
(faktor
di
luar
dari mertua atau orang tuanya
manusia) terdiri dari :
sendiri.
1) Sikap objek yang dijadikan sasaran
Dalam penelitian ini, tingkatan sikap
yang
diukur
sampai
tingkat
bertanggungjawab. Di bawah ini adalah
faktor–faktor
yang mempengaruhi sikap
(Azwar, 2007) :
2) Kewibawaan
orang
yang
mengemukakan suatu sikap.
3) Sifat orang-orang atau kelompok yang
mendukung sikap tersebut.
a. Pengalaman pribadi,
b. Pengaruh orang lain
sikap.
4) Media komunikasi yang digunakan
yang dianggap
penting,
dalam menyampaikan sikap.
5) Situasi pada saat sikap dibentuk.
c. Pengaruh budaya,
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
d. Media massa,
langsung
atau
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama,
langsung
dapat
f. Pengaruh faktor emosional.
pendapat atau pernyataan responden terhadap
Menurut Purwanto (1999) pembentukan
tidak
langsung.
ditanyakan
Secara
bagaimana
suatu obyek. Secara tidak langsung dapat
sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan
dilakukan
melalui suatu proses tertentu. Faktor-faktor
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
73
dengan
pernyataan-pernyataan
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,
c. Dapat memenuhi derajat kenyamanan.
2003).
Alat pelindung telinga merupakan
2. Penggunaan Alat Pelindung Telinga
salah satu bentuk alat pelindung diri yang
Menurut Menakertrans (2010) alat
digunakan untuk melindungi telinga dari
pelindung telinga adalah alat pelindung
paparan kebisingan, sering disebut sebagai
yang berfungsi untuk melindungi alat
personal hearing protection atau personal
pendengaran terhadap kebisingan atau
protective devices. Alat pelindung telinga
tekanan. Jenis alat pelindung telinga
dapat menurunkan kerasnya bising yang
terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
melalui hantaran udara sampai 40 dBA.
penutup telinga (ear muff).
Pemakaian alat pelindung telinga ini dapat
Penggunaan alat pelindung telinga
merupakan
kewajiban
bila
mereduksi tingkat kebisingan yang masuk
pekerja
ke telinga bagian luar dan bagian tengah,
terpapar oleh bising dengan intensitas 85
sebelum masuk ke telinga bagian dalam.
dB selama 8 jam kerja atau 40 jam per
Semua tenaga kerja yang bekerja dalam
minggu. Secara teknis, cara kerja Alat
area
Pelindung Telinga adalah menghambat
pelindung
atau mengurangi intensitas gelombang
pemeriksaan audiometri secara berkala
suara yang masuk ke dalam pendengaran
dan
manusia (Leksono, 2009).
secara berkala (Soemitra, 1997).
85
dBA
harus
telinga,
memperoleh
memakai
alat
memperoleh
pelatihan/penyuluhan
Menurut Febriani (1999), penggunaan
Menurut Tambunan (2005) Hearing
alat pelindung telinga harus melalui
Protection Device atau alat pelindung
pemilihan atau seleksi alat pelindung
telinga bekerja dengan menutupi sebagian
telinga yang cocok dan harus dilakukan
telinga manusia agar intensitas gelombang
fit-test agar tidak terjadi kebocoran-
suara yang masuk ke dalam telinga
kebocoran yang mengakibatkan tingginya
menjadi lebih sedikit. Hearing Protection
tingkat pajanan kebisingan yang memajan
Device dapat digolongkan menjadi tiga
fungsi pendengaran. Penggunaan alat
kelompok besar (Tambunan, 2005), yaitu :
pelindung telinga harus dapat memenuhi
a. Earplug
kriteria sebagai berikut :
a. Dapat
mencegah
Secara teknis, earplug/aural lebih
gangguan
pendengaran,
banyak dikenakan pada tempat-tempat
bising berfrekuensi rendah, misalnya
b. Dapat menurunkan tingkat paparan,
kamar mesin diesel. Earplug terbuat
74
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
dari bermacam-macam material, seperti
perlindungan yang diberikan oleh alat
busa PVC, polyurethane, polyethylene,
ini jauh lebih rendah dibandingkan
silikon dan lain-lain.
earplug dan earmuff. Alat ini cocok
Secara ekonomis, earplug lebih
murah
daripada
earmuff.
digunakan manakala pekerja relatif
Ukuran
sering melepas dan memasang alat
earplug juga lebih kecil dan lebih
pelindung (alat ini tidak sesuai untuk
ringan dibandingkan earmuff, selain itu
pemakaian dalam jangka panjang).
earplug
digunakan
Headband pada canal caps umumnya
dibandingkan earmuff, terutama di
dapat digunakan dalam berbagai posisi,
tempat-tempat bersuhu tinggi. Jenis
seperti di atas kepala atau di bawah
earplug sangat beragam dan masih
dagu.
lebih
nyaman
terus berkembang, di antaranya :
Metode Penelitian
1) Formable earplug
2) Pre-molded earplug
Penelitian ini menggunakan metode
b. Earmuff
Secara
teknis,
perbedaan
observasional
analitik,
dengan
earmuff
pendekatan cross sectional dimana data
frekuensi
yang menyangkut variabel bebas atau
sumber kebisingan. Earmuff untuk
risiko dan variabel terikat atau variabel
tempat-tempat
akibat akan dikumpulkan dalam waktu
penggunaan
didasarkan
earplug
pada
dan
tingkat
bising
berfrekuensi
tinggi (high frequency) seperti tempat
yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
pemotongan logam (metal cutting),
Penelitian dilakukan di PT. X
pelabuhan udara dan lain-lain. Earmuff
bagian weaving pada bulan September
kurang cocok digunakan di tempat-
2013 - Juni 2014. Populasi dalam
tempat
rendah
penelitian ini adalah seluruh pekerja
(<400 Hz). Di tempat berfrekuensi
bagian weaving yang berjumlah 600
rendah,
pekerja.
bising
berfrekuensi
earmuff
umumnya
akan
digunakan
beresonansi/bergetar.
Teknik
adalah
sampling
simple
yang
random
sampling, yaitu setiap anggota atau unit
c. Canal Caps
Canal caps hanya digunakan untuk
menutup
“pintu”
Sebagai
alat
dari populasi mempunyai kesempatan
lubang
telinga.
yang sama untuk diseleksi sebagai
proteksi,
tingkat
sampel (Notoatmodjo, 2010). Memilih
75
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
sejumlah sampel n dari populasi N yang
berupa
dilakukan
dilakukan
tingkat sikap. Kuesioner tentang sikap
dengan cara mengundi atau cointoss
telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil
(Nasution,
dari uji validitas menunjukkan bahwa
secara
random
2003).
Diperoleh
besar
sampel minimum sebanyak 86 orang.
kuesioner
untuk
mengukur
semua item pertanyaan pada kuesioner
Variabel bebas dalam penelitian ini
sikap adalah valid yaitu nilai korelasi
adalah pengetahuan dan sikap. Variabel
setiap item pertanyaan > r tabel (0.361)
terikat dalam penelitian ini adalah
dan reliabel yaitu nilai Cronbach’s Alpha
penggunaan Alat Pelindung Telinga.
> nilai Corrected Item.
Variabel pengganggu yaitu umur, jenis
Penggunaan
Alat
Pelindung
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja,
Telinga yaitu implementasi penggunaan
pengalaman,
lain,
alat pelindung telinga saat bekerja di PT.
lembaga
X. Penggunaan alat pelindung telinga
budaya,
pengaruh
media
orang
massa,
pendidikan dan emosional.
dikategorikan sebagai berikut :
Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui
dan
dipahami
oleh
pekerja tentang pentingnya penggunaan
1. Menggunakan,
jika
pekerja
menggunakan alat pelindung telinga
saat bekerja.
alat pelindung telinga saat bekerja di PT.
2. Tidak menggunakan, jika pekerja
X. Alat ukur berupa kuesioner untuk
tidak menggunakan alat pelindung
mengukur
tingkat
telinga
Kuesioner
pengetahuan
pengetahuan.
telah
diuji
validitas dan reliabilitas. Hasil dari uji
validitas menunjukkan bahwa semua
item
pertanyaan
memakai
bekerja
sementara
atau
hanya
kemudian
melepasnya.
Analisis data dalam penelitian
kuesioner
ini meliputi analisis univariat, yaitu
pengetahuan adalah valid yaitu nilai
analisis yang dilakukan terhadap tiap
korelasi setiap item pertanyaan > r tabel
variabel dari hasil penelitian. Analisis ini
(0.361)
digunakan
dan
pada
saat
reliabel
yaitu
nilai
untuk
mendeskripsikan
Cronbach’s Alpha > nilai Corrected
variabel penelitian yang disajikan dalam
Item.
bentuk distribusi dan persentase dari tiap
Sikap adalah tanggapan pekerja
variabel (Dahlan, 2011). Analisis bivariat
terhadap penggunaan alat pelindung
yaitu analisis yang digunakan terhadap
telinga saat bekerja di PT. X. Alat ukur
dua variabel yang berhubungan atau
76
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
berkorelasi, yaitu antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan uji korelasi
koefisien
kontingensi,
dengan
pertimbangan skala data merupakan
ordinal dan nominal (Dahlan, 2011).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Frekuensi
%
15
71
86
17.4%
82.6%
100%
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 2, responden
Hasil Penelitian
dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak 82.6%, sedangkan jumlah
1. Karakteristik Subjek Penelitian
responden laki-laki 17.4%.
a. Umur
c. Pendidikan
Umur
dikategorikan
produktif
pada umur 15 – 64 tahun dan kurang
produktif pada umur 65 tahun ke atas
(Tjiptoherijanto,
2001).
Dari
86
responden, diperoleh distribusi umur
sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Responden
Umur
(Tahun)
Frekuensi
30 – 39
48
40 – 49
32
50 – 59
Jumlah
responden
dengan
tabel
dalam
umur
diperoleh
distribusi pendidikan sebagai berikut :
Tabel
3.
Pendidikan
Distribusi
Frekuensi
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Jumlah
Frekuensi
14
55
17
86
%
16%
64%
20%
100%
Sumber : Data Primer 2014
responden
yaitu 55 orang (64%), responden
dengan pendidikan SMA sejumlah 17
orang (20%), sedangkan responden
dengan pendidikan SD sejumlah 14
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan
responden,
dengan pendidikan SMP lebih banyak
55,8
%
37,2
%
7%
100
%
86
86
Berdasarkan tabel 3,
%
6
Dari
1,
semua
usia
produktif
minimal
responden
orang (16%).
d. Masa Kerja
Dari
86
responden,
diperoleh
adalah 30 tahun dan maksimal adalah
distribusi masa kerja sebagai berikut :
54 tahun.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa
Kerja
b. Jenis Kelamin
Dari
distribusi
86
responden,
jenis
kelamin
diperoleh
sebagai
berikut :
77
Masa
Kerja
(tahun)
10 – 19
20 – 29
30 – 39
Frekuen
si
%
38
45
3
44,2%
52,3%
3,5%
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
Jumlah
86
Berdasarkan tabel 6, responden yang
100%
Sumber : Data Primer 2014
memiliki sikap baik terhadap penggunaan
Berdasarkan tabel 4, masa kerja
semua
responden
tergolong
lama
dengan masa kerja minimal 10 tahun
dan maksimal adalah 38 tahun.
alat pelindung telinga lebih banyak yaitu
53.5%, responden yang memiliki sikap
sedang sebanyak 46.5% dan responden
dengan sikap buruk sejumlah 0.
4. Penggunaan Alat Pelindung Telinga
2. Pengetahuan
Data
Data pengetahuan responden tentang
alat pelindung telinga adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden
Pengetahuan
Baik
Sedang
Buruk
Jumlah
Frekuensi
23
63
0
86
%
26.7%
73.3%
0
100%
Sumber : Data Primer 2014
penggunaan
alat
pelindung
telinga responden adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penggunaan
Alat Pelindung Telinga Responden
Penggunaan
Alat
Pelindung
Telinga
Menggunakan
Tidak
Menggunakan
Jumlah
Frekuensi
Persentase
53
61.6%
33
38.4%
86
100%
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5, responden yang
Berdasarkan tabel 7, responden yang
memiliki pengetahuan sedang terhadap
menggunakan alat pelindung telinga lebih
alat pelindung telinga lebih banyak yaitu
banyak yaitu 61.6% dan responden yang
63
tidak menggunakan alat pelindung telinga
orang
(73.3%),
responden
yang
memiliki pengetahuan baik sejumlah 23
orang
(26.7%)
dan
responden
yang
memiliki pengetahuan buruk sejumlah 0.
sebanyak 38.4%.
5. Hubungan
Pengetahuan
tentang
Alat
Pelindung Telinga dengan Penggunaannya
3. Sikap
Hasil uji bivariat untuk mengetahui
Data sikap responden tentang alat
hubungan antara pengetahuan tentang alat
pelindung telinga adalah sebagai berikut :
pelindung telinga dengan penggunaannya
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap
Responden
dengan uji statistik koefisien kontingensi
Sikap
Baik
Sedang
Buruk
Jumlah
Frekuensi
46
40
0
86
%
53.5%
46.5%
0
100%
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
alat
pelindung
telinga
dengan
penggunaannya adalah signifikan dengan
nilai
Sumber : Data Primer 2014
p
=
0.000,
sedangkan
untuk
korelasinya adalah lemah dengan nilai r =
78
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
0.389 dan arah korelasinya adalah positif
besar kemungkinan untuk memakai alat
(+) yang berarti searah yaitu semakin baik
pelindung telinga. Hasil distribusi frekuensi
tingkat
besar
menunjukkan bahwa dari 23 responden yang
alat
memiliki pengetahuan baik sejumlah 22
pengetahuannya
kemungkinan
untuk
maka
memakai
pelindung telinga.
orang (96%) menggunakan alat pelindung
6. Hubungan Sikap tentang Alat Pelindung
Telinga dengan Penggunaannya
alat pelindung telinga, 63 responden yang
Hasil uji bivariat untuk mengetahui
hubungan
antara
sikap
tentang
telinga dan 1 orang (4%) tidak menggunakan
alat
memiliki pengetahuan sedang sejumlah 31
orang (49%) menggunakan alat pelindung
pelindung telinga dengan penggunaannya
telinga
dan
32
orang
(51%)
dengan uji statistik koefisien kontingensi
menggunakan alat pelindung telinga.
tidak
menunjukkan bahwa hubungan antara
Pengetahuan merupakan domain yang
sikap tentang alat pelindung telinga
paling penting untuk terbentuknya tindakan
dengan penggunaannya adalah signifikan
seseorang, maka dari itu perilaku yang
dengan nilai p = 0.000, sedangkan untuk
didasari dengan pengetahuan dan kesadaran
korelasinya adalah lemah dengan nilai r =
akan bertahan lama dibandingkan perilaku
0.383 dan arah korelasinya adalah positif
yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan
(+) yang berarti searah yaitu semakin baik
kesadaran (Notoatmodjo, 2003).
sikap maka besar kemungkinan untuk
memakai alat pelindung telinga.
Pengetahuan
tindakan
akan
atau
mempengaruhi
praktek
seseorang,
pengetahuan tentang alat pelindung telinga
akan
Pembahasan
mempengaruhi
pekerja
untuk
menggunakan alat pelindung telinga ketika
Berdasarkan hasil dari analisis dengan uji
bekerja
di
tempat
yang
intensitas
tinggi
untuk
mencegah
koefisien kontingensi menunjukkan bahwa
kebisingannya
hubungan antara pengetahuan tentang alat
penyakit akibat kerja.
pelindung telinga dengan penggunaannya
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
adalah signifikan dengan nilai p = 0.000,
Karimullah (2012) bahwa ada hubungan
sedangkan untuk korelasinya adalah lemah
antara pengetahuan dengan penggunaan alat
dengan nilai r = 0.389 dan arah korelasinya
pelindung telinga PT. Primatexco Indonesia
adalah positif (+) yang berarti searah yaitu
Batang (p value 0.001).
semakin baik tingkat pengetahuannya maka
79
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
Dari penelitian yang dilakukan kepada 86
Masa kerja dikategorikan manjadi baru
umur
yaitu masa kerja ≤3 tahun dan masa kerja
responden antara 30 – 54 tahun. Usia
lama yaitu >3 tahun (Handoko, 1992). Masa
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
kerja seluruh responden termasuk masa kerja
seseorang. Semakin bertambah usia akan
lama karena minimal responden telah bekerja
semakin berkembang pula daya tangkap dan
10
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
pengalaman seseorang terhadap pekerjaan
diperolehnya semakin membaik (Budiman
dan lingkungan tempat bekerja, semakin
dan Riyanto, 2013).
lama
responden
menunjukkan
bahwa
tahun.
Masa
bekerja
kerja
mempengaruhi
semakin
banyak
Pendidikan pekerja di bagian weaving
pengalamannya. Pengalaman belajar dalam
yaitu SD, SMP dan SMA, dalam penelitian
bekerja yang dikembangkan memberikan
ini jumlah responden yang memiliki tingkat
pengetahuan dan keterampilan profesional
pendidikan SD sebanyak 16%, responden
(Budiman dan Riyanto, 2013).
dengan pendidikan SMP sebanyak 64%
Berdasarkan hasil dari analisis dengan uji
sedangkan responden dengan pendidikan
statistik koefisien kontingensi menunjukkan
SMA sebanyak 17%. Pengetahuan sangat
bahwa hubungan antara sikap tentang alat
erat kaitannya dengan pendidikan di mana
pelindung telinga dengan penggunaannya
diharapkan seseorang dengan pendidikan
adalah signifikan dengan nilai p = 0.000,
tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula
sedangkan untuk korelasinya adalah lemah
pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan
dengan nilai r = 0.383 dan arah korelasinya
bahwa seorang yang berpendidikan rendah
adalah positif (+) yang berarti searah yaitu
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
semakin baik sikap maka besar kemungkinan
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
untuk memakai alat pelindung telinga. Hasil
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
distribusi frekuensi dari 46 responden yang
juga
memiliki
dapat
diperoleh
pada
pendidikan
sikap
baik
sebanyak
80%
nonformal. Pengetahuan seseorang tentang
menggunakan alat pelindung telinga dan 20%
sesuatu objek juga mengandung dua aspek
tidak menggunakan, 40 responden yang
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
memiliki
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
menggunakan alat pelindung telinga dan 60%
seseorang terhadap objek tertentu (Budiman
tidak menggunakan alat pelindung telinga.
dan Riyanto, 2013).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
sikap
sedang
sebanyak
40%
dilakukan oleh Dewi (2012) bahwa ada
80
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
hubungan antara sikap dengan praktek
Saran
pengelolaan sampah medis pada petugas
kebersihan pengelola sampah medis RSUD
dr. M. Ashari Pemalang dengan nilai p 0.001.
1. Perusahaan melakukan penyuluhan setiap
bulan
tentang
alat
pelindung
diri
Sikap merupakan kecenderungan atau
khususnya alat pelindung telinga untuk
kesadaran untuk bertindak dan disertai
meningkatkan kesadaran serta pengetahuan
dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh
dalam penggunaan alat pelindung telinga
individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan
saat bekerja.
dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap
dalam
diri
manusia
dengan
perasaan-
2. Perusahaan melakukan pengawasan setiap
hari oleh supervisor mengenai pemakaian
perasaan tertentu dalam menanggapi suatu
alat
pelindung
obyek yang menggerakkan untuk bertindak
pelindung telinga.
diri
khususnya
alat
(Notoatmodjo, 2007). Pekerja yang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman akan
Daftar Referensi
menunjukkan sikap positifnya yaitu dengan
menggunakan alat pelindung telinga saat
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
bekerja di tempat kerja yang bising.
Sikap
yang
positif
yang
mendapat
dukungan sosial dan tersedianya fasilitas
akan mempengaruhi tindakan atau praktek
seseorang.
Sikap
positif
Azwar S. 2003. Sikap Manusia : Teori dan
dalam
upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja merupakan motivasi untuk
pemakaian alat pelindung diri pada saat
Pelajar
Bashiruddin J (2009). Program Konservasi
Pendengaran
pada
Pekerja
yang
Terpajan Bising Industri. Jakarta :
Majalah Kedokteran Indonesia, Volum
: 59, Nomor 1
Budiman dan Riyanto A (2013). Kapita
Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
bekerja (Notoatmodjo, 2003).
Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika
Kesimpulan
Dahlan
Ada hubungan pengetahuan dan sikap
tentang
alat
pelindung
telinga
dengan
penggunaannya pada pekerja di PT. X.
S
(2011).
Statistik
untuk
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika
Dewi HY (2012). Hubungan Tingkat
Pengetahuan
81
dan
Sikap
dengan
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH
No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607
No. ISSN cetak : 2527-4686
Praktik Petugas Kebersihan Pengelola
Notoatmodjo S (2003). Pendidikan dan
Sampah Medis di RSUD dr. M. Ashari
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Pemalang.
Cipta
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, Volume 1, Nomor 2,
Tahun 2012, Halaman 995 – 1004
Notoatmodjo S (2007). Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Febriani L. 1999. Gambaran Kebisingan
dan Dampaknya terhadap Operator
Cipta
Notoatmodjo
S
(2010).
Metodologi
Lapangan Shift A dan Shift C di Dinas
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Ammonia PT. Pupuk Kujang Tahun
Cipta
1999. Jakarta : Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Manusia untuk Keperawatan. Jakarta :
Handoko (1992). Peningkatan Kinerja
Perawat
dalam
Keperawatan
Jurnal
Pelaksanaan
secara
Kesehatan
Profesional.
Surya
Medika
Jogjakarta
Karimullah
Purwanto H. 1999. Pengantar Perilaku
Buku Kedokteran EGC
Soemitra T. 1997. Hearing Conservation
Program. Jakarta : FKM UI
Tambunan. 2005. Kebisingan di Tempat
Kerja
MI
Pendidikan,
(2012).
Hubungan
Pengetahuan,
Sikap
(Occupational
Noise).
Yogyakarta : CV. Andi Offset
Tjiptoherijanto
P
(2001).
Proyeksi
dengan Penggunaan Alat Pelindung
Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga
Pendengaran
Kerja dan Peran Serikat Pekerja
PT.
Primatexco
Indonesia. Unnes Journal of Public
dalam
Health 3 (3)
Majalah Perencanaan Pembangunan
Leksono RA. 2009. Gambaran Kebisingan
di Area Kerja Shop C-D Unit Usaha
Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama
Tahun
2009.
Kesehatan
Jakarta
Masyarakat.
:
Fakultas
Universitas
Indonesia. Skripsi
Nasution R. 2003. Teknik Sampling.
Medan : FKM USU
82
Peningkatan
Edisi 23 Tahun 2001
Kesejahteraan.
Download