TUGAS UTS LINA - Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan

advertisement
TUGAS UTS
MA. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
“IMPLEMENTASI ELECTRONIC MEDICATION RECORD
(eMAR) dan BEDSIDE MEDICATION VERIFICATION
SYSTEM (BMV) DI RUMAH SAKIT”
OLEH
LINA INDRAWATI
1006748652
PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
IMPLEMENTASI PENCATATAN PEMBERIAN OBAT ELEKTRONIK
(ELECTRONIC MEDICATION ADMINISTRATION RECORD) DAN SISTEM
VERIFIKASI LANGSUNG DI SAMPING TEMPAT TIDUR KLIEN (BEDSIDE
VERIFICATION SYSTEM)
Oleh:
Lina Indrawati (NPM 1006748652)
Abstrak :
Teknologi di desain untuk memfasilitasi proses pemberian obatdalam istitusi pelayanan
kesehatan untuk mengurangi kesalahan dalam pemberian obat (medication error). Kesalahan
dalam pemberian obat dapat di deskripsikan sebagai suatu tindakan yang tidak sesuai dengan
tujuan (Wideman, 2010). Pemberian dosis tunggal dari obat adalah hasil akhir dari proses
rumit yang harus melewati 10-15 langkah, masing-masing langkah tersebut beresiko
terjadinya kesalahan (error). (Wideman, 2010). Kurang lebih 26-38% kesalahan terjadi saat
pemberian. (La Duke.2009, Stencel, 2006). Salah satu upaya yang dilakukan oleh slah satu
rumah sakit di Amerika adalah penerapan sistem Bedside Medication Verification (BMV).
Teknologi Bar code merupakan system berbasis teknologi dikombinasikan dengan koneksi
internet melalui server dan sentral komputerisasi digunakan untuk meningkatkan akurasi data
administrasi medikasi di unit pelayanan kesehatan. Artikel berikut mengangkat issue yang
terkait dalam patient safety.
Kata kunci : electronic medication records, bedside medication verification
A. Latar belakang
Reformasi pelayanan kesehatan berkembang pesat bersamaan dengan kemajuan
teknologi informasi dalam pencatatan kesehatan elektronik. Perawat harus memhami betul
bahwa penggunaan teknologi informasi kesehatan yang tepat dapat meningkatkan kesehatan
bila di kombinasikan dengan praktek terbaik dan keperawatan berbasis bukti ilmiah. Salah
satu issu patient safety yang saat ini sedang berkembang adalah pemberian obat-obatan.
Berdasarkan pengamatan pada staf keperawatan, human error lebih sering terjadi dalam
pemberian obat. Beberapa atikel sudah pernah membahas tentang persentase dan sejumlah
uang yang dihabiskan karena kesalahan dalam pemberian obat. Pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1999 oleh Institute of Medicine yaitu 44.000 sampai dengan 98.000 orang
Amerika meninggal akibat kesalahan medikasi.(Cohen, 1999; Cousins, 1998). Injuri serius
yang dilaporkan oleh FDA adalah kesalahan obat-obatan di rumah sakit meningkat dari
35000 tahun 1998 menjadi 90000 di tahun 2005 (Medical errors, 2010).
Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian tentang medikasi ini adalah
penelitian tentang pentingnya catatan perawatan secara elektronik oleh perawat untuk
menentukan kualitas perawatan
pengendalian
internal, efisiensi dan biaya di Amerika
Serikat dengan melibatkan berbagai organisasi perawat yang bertujuan untuk membantu
dalam pembuatan keputusan tentang kombinasi istilah keperawatan yang paling cocok
praktik organisasi untuk persyaratan dalam pelaporan kesehatan elektronik. Manfaat dari
pelaksanaan Standar pengkodean dalam pencatatan kesehatan Elektronik pada Standar
keperawatan memberikan manfaat bagi pasien, organisasi, keperawatan profesi, di Amerika
Serikat. Kemudian penelitian pemanfaatan catatan elektronik dengan pemanfaatan Jaringan
Informasi Kesehatan di Israel. Penelitian di Australia tentang perbandingan tatacara
pengkodean menurut pandangan manajer dan kemampuan pengkodean dan dampaknya
terhadap pencatatan kesehatan secara elektronik dan perannya di masa yang akan depan.
B. Kajian Literatur
a. Konsep BMV dan eMAR
Bedside medication administration atau pemberian obat disisi tempat tidur pasien
adalah salah satu proses spesifik yang memudahkan perawat secara elektronik mencocokkan
obat dengan status pasien. Dengan melakukan scanning pada bar code obat, gelang identitas
pasien dan identitas perawat untuk mecapai 5 benar sebelum pemberian obat secara otomatis,
pemberi asuhan dapat terhindar dari kesalahan pemberian obat.
Fokus dari sistem ini adalah kesatuan teknologi informasi yang ada di rumah sakit
seperti servers, jaringan wireless, mobile computers, printers, label, dan bar code readers
untu mencapai sistem terfokus yang sukses.
Proses aplikasi bar code dalam administrasi pengobatan dimulai dengan obat yang
diadvis oleh dokter di masukkan ke pusat order catatan kesehatan medis elektronik.
Kemudian apoteker memverifikasi order dan obat dikirim ke unit keperawatan. Pada awal
tiap shift, semua laporan yang terkait dengan pemberian obat ke pasien di cetak /diprint out
oleh perawat yang saat itu sedang bertanggung jawab memberikan obat. Laporan tersebut
menjadi informasi bagi perawat terhadap waktu/ kapan jadwal pemberian obat kepada pasien.
Kemudian perawat melakukan registrasi/ memasukkan data tersebut ke sistem verifikasi obat
(BMV) ketika saatnya untuk memulai pemberian obat. Kemudian perawat memindahkan
kotak obat ke ruangan atau samping tempat tidur pasien yang akan diberikan obat.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi secara lisan/ verbal pasien dan
melakukan scanning atau menandai pengenal unik kode bar pada pasien. Tindakan ini
mendapat sinyal dan disampaikan ke layar laptop khusus. Saat tiba waktu pemberian obat
perawat mengambil unit dosis obat dari laci kotak obat dan menandai kode bar. Layar
monitor akan menunjukkan apakah ada ketidakcocokan antara pengenal dan pengobatan
pasien, dan jika ada maka akan muncul tanda atau pesan yang membutuhkan tindakan. Jika
pemberian obat yang berlebih diberikan pada pasien yang sama dan pada waktu yang
bersamaan maka perawat tetap harus memilih dan menandai dosis unit obat sampai semua
obat telah diberikan. Setelah penandaan otomatis maka dilanjutkan dengan dokumentasi
terhadap obat yang diberikan (yang dapat secara manual diperbaiki jika dosis ditolak atau
diberikan). Jika pengobatan pasien dan kode bar obat tersebut kompatibel dengan demikian
perawat bisa dan mampu mengelola obat dengan benar. Pada akhir kegiatan shift , laporan
obat yang telah diberikan dapat dicetak untuk menentukan apakah semua obat telah diberikan
ke pasien dengan tepat.
Untuk mencapai kesuksesn dan asuhan yang komprehensive, bar code readers harus
tersedia di area berikut yaitu administrasi: gelang identitas pasien dan catatan medis,
laboratorium: sampel darah dan spesimen lain milik klien, farmasi: inventaris obat, dan
pembuangan/dispensing, bedside: prinsip 5 benar dalam pemberian obat.
Banyaknya proses yang awalnya di kerjakan secara manual menjadi prioritas utama di
sistem online, sekarang bisa dikerjakan secara otomatis melalui dokumentasi secara
komputerisasi. Termasuk data-data laboratorium dapat didokumentasikan dan dibandingkan
dengan data normal, seperti gambar berikut.
Gambar 1: pertanyaan tentang data laboratorium bisa dijawab langsung setelah didapat hasil.
Data laboratorium memberikan hasil saat perawat memilih obat-obatan yang akan
diberikan.sebagai contoh saat perawat mendokumentasikan obat Coumadin, hasil PT dan
INR akan muncul dilayar. Dengan sistem Meditech HCIS, hasil laboratorium yang
dimunculkan dalam bentuk angka dan sudah ditandai apakah kadarnya rendah, nomal, atau
tinggi.
Gambar 2: selama pemberian obat, hasil laboratorium terakhir akan muncul.
b. Sistem alarm
Sistem alarm yang terkait dengan hasil laboratorium sangat membantu petugas pemberi
asuhan, dikenal dengan “Alert Fatigue”. Sistem alarm tersebut meliputi alarm/peringatan
tentang identifikasi pasien, peringatan tentang dosis, dan alergi. Pada saat perawat melakukan
scanning obat yang tepat untuk pasien yang tepat juga, maka sistem alarm tidak akan
berfungsi.
Gambar 3 : sistem menunjukkan pengguna telah menscan pasien yang salah
Gambar 4: sistem menunjukkan pengguna telah menscan obat yang salah
Gambar 5: sistem menunjukkan pengguna telah menentukan dosis yang salah
Gambar 6 : proses verifikasi obat dan cairan infus (Bedside Medication Verfication/BMV)
dalam www.codecorp.com
Penelitian Federico (September 2010) mengatakan bahwa kesalahan yang
paling sering terjadi dalam pelayanan kesehatan adalah kesalahan dalam proses
pemberian obat. Laporan dari IOM yang di tayangkan pada tahun 2006 tentang
mencegah kesalahan pengobatan: Seri jurang kualitas, ditemukan bahwa 1,5 juta jiwa
pasien injuri setiap tahun akibat dari kesalahan pengobatan. Menurut studi termasuk
dalam laporan, 400.000 orang bisa dicegah dari injuri akibat pengobatan yang salah
yang terjadi setiap tahunnya di rumah sakit.
\
Kesalahan pengobatan dimulai dari membuat resep, penyimpanan dan
pemberian. Laporan dari IOM hendak mengatakan bahwa memasukkan resep
pesanan melalui komputer dan solusi teknologi informasi dapat mengurangi
kesalahan pengobatan. Hal ini didukung oleh pendapat perawat dalam penelitian
Sensmeier (2010) yang mengatakan bahwa perawat menginginkan solusi teknologi
untuk meningkatkan alur kerja perawat, menghilangkan dan/atau mengurangi
penggunaan waktu pendokumentasian yang tak bernilai, seperti duplikasi entri ke
sistem ganda. Perawat menginginkan
sistem yang menghilangkan waktu untuk
menunggu informasi baik dari dokter maupun tim lain untuk berkomunikasi.
Prioritas utama perawat adalah ingin mengurangi jumlah waktu dan langkah yang
dibutuhkan untuk mengelola obat. Salah satu teknologi informasi adalah penggunaan
EMAR dan BMV.
Gambar 7 : alur EMAR/ Electronic Medication Record dan BMV/ Bedside Medication Verification
c. Keterlibatan pasien
Hampir seperempat juta masyarakat Amerika telah mengalami kejadian kesalahan
dalam pemberian obat dari pemberi asuhan yang profesional. (Cousins, 1998).
Survey menunjukkan bahwa 61 % orang Amerika sangat perhatian terhadap kejadian
dalam kesalahan pemberian obat. Hasil riset menunjukkan bahwa seseorang dengan
latar belakang pendidikan yang baik sangat peduli dengan pemberian obat dan
memiliki outcome yang baik (Medical Errors, 2010, Anderson, 2003). Edukasi yang
diberikan pada pasien tentang sistem bar code dalam pemberian obat dapat
menurunkan resiko ketidak amanan klien. Saat sistem dijalankan, masing-masing
pasien diberikan buku panduan tentang pentingnya keamanan mereka. Hal ini
membuat pasien secara aktif akan bertanya pada perawat jika perawat memberikan
obat tanpa menscan gelang identitas pasien. Pasien akan menjadi partner dalam
proses medikasi yang diberikan. Partisipasi pasien sangat penting untuk membantu
terciptanya keamanan bagi pasien.
C. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesuksesan dalam implementasi BMV dan eMAR akan sangat membantu petugas
pemberi asuhan untuk mendapatkan akses yang lebih cepat dan informasi yang tepat
dalam mendukung proses pengambilan keputusan. Hal ini memberikan keamanan bagi
pasien, begitu juga perawat. Untuk memastikan implementasi yang positif, satu kesatuan
tim di rumah sakit harus bekerja sama dan secara paralel untuk mendeteksi adanya
kesalahan. Bahkan sistem yang sudah
berjalan baik saja bisa terjadi kesalahan.
(Wideman, 2010). Masa depan keperawatan bergantung pada keselamatan pasien,
manajemen perubahan, peningkatan mutu dan kegunaan sistem informasi sebagai bukti
dari outcome yang berkualitas, pencapaian alur kerja perawat, dan penerimaan kegunaan
teknologi informasi.
Beberapa rekomendasi
yang penulis dapat sampaikan agar penggunaan teknologi
informasi bermanfaat bagi pelayanan baik itu untuk tenaga kesehatan terutama perawat
maupun untuk pasien yang menerima layanan yaitu:
1. Seluruh personil yang ada di rumah sakit atau yang ada di pusat pelayanan
kesehatan hendaknya menyadari betapa pentingnya pengembangan teknologi
informasi kesehatan.
2. Tim/pimpinan teknologi informasi keperawatan perlu mengidentifikasi teknologi
informasi yang sesuai yang akan diterapkan dalam lingkup keperawatan.
Misalnya ketika mau mengembangkan teknologi informasi penggunaan catatan
pemberian obat dan sistem verifikasi di sisi klien (eMAR dan BMV) perlu
dipersiapkan baik perangkat lunak atau perangkat kasar.
3. Perawat perlu
meningkatkan kompetensi dan pengalamannya dalam hal
teknologi informasi khususnya teknologi informasi keperawatan dan memahami
tentang pentingnya patient safety sesuai dengan JCI.
4. Rumah sakit perlu mempertimbangkan untuk mengadopsi atau mengembangkan
sistem informasi teknologi yang berbasis computer di semua bidang pelayanan
dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas.
5. Rumah sakit dan istitusi pelayanan kesehatn perlu melakukan riset lebih dalam
dan studi banding tentang keefektifan penggunaan software maupun hardware
sistem informasi dalam pelayanan kesehatan
Bibliography
Baker, D. E. (2009). Medication Alert Fatigue: The Potential for Compromised Patiet Safety.
Hospital Pharmacy volume 44 , 460-462.
Duke, L. (2009). Playing it safe with bar code medication administration. Nursing , 32-34.
Goth, G. (2006). Retrieved November 02, 2011, from http://www.healthcare-informatics.com
Hunter, K. M. (2011). Implementation of an Electronic Medication Record and Bedside
Verfication System. Online Journal of Nursing Informatics , 672.
Inglesby, T. (2006, November). Retrieved November 02, 2011, from http//www.psqh.com
Mullan, J. (2005). Technology as an Aid to the Nurse-Patient Interaction at the Bedside.
American Journal of Nursing Supplement , 39-41.
R. Koppel, e. a. (2008). Worksaround to Barcode Adminstration System: Their
Occurences,Causes, and Threats to Patient Safety. JAMIA , 408-423.
R.G Hughes, E. O. (2005). Medication Errors: why they happen and how they can be
prevented. American Journal of Nursing Supplement , 14-24.
Stencel, C. (2006). Retrieved November 03, 2011, from http://www.allhealth.org
Wideman, M. V. (2010). Barcode Medication Administration: Lesson learned from Intensive
Care Unit Implementation. Advance in Patient Safety , 437-451.
Download