Uploaded by Richanursafitri10

Askep Bahaya Kimia K3 individu - Rica Nur S

advertisement
MAKALAH
“Asuhan Keperawatan Keracunan Bahan Kimia Karbon Monoksida (CO)“
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3
Dosen Pengampu : Rus Andraini, A.Kp., M.P.H
Disusun Oleh :
Rica Nur Safitri
P07220118101
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat
kesehatan dan kemudahan berpikir, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keracunan Bahan Kimia
Karbon Monoksida (CO)”.
Makalah ini disusun khusus ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
K3. Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik, koreksi,
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Terima kasih.
Balikpapan,04 Juli 2020
Rica Nur Safitri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan umum .......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Definisi .......................................................................................................... 4
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi .................................................................................................. 5
2.4 Pathway WOC ............................................................................................... 6
2.5 Manifestasi .................................................................................................... 6
2.6 Komplikasi .................................................................................................... 7
2.7 Prognosis ....................................................................................................... 7
BAB 3 ..................................................................................................................... 8
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................ 8
3.1 Primary survey .............................................................................................. 8
3.2 Secondary Survey .......................................................................................... 9
3.3 Analisa Data ................................................................................................ 11
3.4 Diagnosa ...................................................................................................... 12
ii
3.5 Intervensi ..................................................................................................... 12
BAB 4 ................................................................................................................... 15
PENUTUP............................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 15
4.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak mengiritasi. Gas Karbon monoksida merupakan bahan yang
umum ditemui di industri. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna
dari kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api
berasaskan karbon dan nyala api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api,
pembakaran gas, asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa residu
pembakaran mesin.
Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di
Amerika Serikat dan lebih dari separo penyebab keracunan fatal lainnya di
seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat
darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO
dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi pada 1990an.
Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di Inggris.
Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang menderita cacat
berat akibat keracunan gas CO. Di Indonesia belum didapatkan data berapa kasus
keracunan gas CO yang terjadi pertahun yang dilaporkan.
Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia
karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan
haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta
organ vital. Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan
pada darah, Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8
jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah 25
ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap
kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm
1
(0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi
hemoglobin dan dapat berakibat fatal.
Untuk itu, di sini saya akan membahas mengenai bahaya keracunan gas
karbon monoksida (CO) bagi manusia, mulai dari patofisiologi gas CO yang dapat
membuat keracunan hingga asuhan keperawatan pada kasus ini. Keracunan gas
karbon monoksida (CO) merupakan kasus yang gawat jika tidak ditangani dengan
benar dan tepat, karena tanda dan gejala yang ditimbulkan tidak secara spesifik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.4 Bagaimana web of caution dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.5 Apa saja manifestasi dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.6 Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari keracunan gas karbon
monoksida (CO) ?
1.2.7 Bagaimana prognosis dari keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan gas karbon
monoksida (CO) ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Memahami mengenai keracunan gas karbon monoksida (CO)
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
2. Menjelaskan etiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
3. Menjelaskan patofisiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
4. Menjelaskan web of caution dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
5. Menjelaskan manifestasi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
6. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan dari keracunan gas karbon
monoksida (CO).
7. Menjelaskan prognosis dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
2
8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan gas
karbon monoksida (CO).
1.4 Manfaat
1.4.1 Memahami definisi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.2 Memahami etiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.3 Memahami patofisiologi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.4 Memahami web of caution dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.5 Memahami manifestasi dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.6 Memahami komplikasi yang ditimbulkan dari keracunan gas karbon
monoksida (CO).
1.4.7 Memahami prognosis dari keracunan gas karbon monoksida (CO).
1.4.8 Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan gas karbon
monoksida (CO).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Utami (2011), gas karbon monoksida adalah gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak merangsang (Utami, 2011). Hal ini
menyebabkan keberadaannya sulit dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya
bagi kesehatan karena pada kadar rendah dapat menimbulkan sesak napas dan
pucat. Pada kadar yang lebih tinggi dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar
lebih dari 1.000 ppm dapat menimbulkan kematian.
Keracunan karbon monoksida terjadi sewaktu karbon monoksida terhirup
dan berikatan dengan oksigen di molekul hemoglobin. Afinitas hemoglobin untuk
karbon monoksida adalah 300 kali lebih kuat dibandingkan dengan afinitasnya
untuk oksigen. Dengan demikian, pajanan terhadap karbon monoksida akan
menurunkan pengikatan dan transportasi oksigen di dalam darah, sehingga terjadi
hipoksia sel dan jaringan (Corwin, 2009).
2.2 Etiologi
Karbon monoksida terbentuk akibat pembakaran bahan bakar tertentu
misalnya solar,batubara, bensin, gas alam yang tidak sempurna disebabkan oleh
kurangnya oksigen. Sumber utama karbon monoksida adalah gas buang kendaraan
bermotor, asap dari kebakaran, dan asap dari mesin. Selain itu, gas ini juga
muncul dari peralatan memasak yang rusak, pengering pakaian gas, pemanas, atau
tungku kayu bakar. Kurangnya ventilasi akan menambah peningkatan konsentrasi
karbon monoksida di sebuah ruangan.
Mayoritas keracunan monoksida terjadi pada korban kebakaran. Korban
kebakaran tidak hanya mengalami keracunan monoksida namun juga keracunan
lain dikarenakan korban menghirup asap kebakaran yang mengandung sulfur
dioksida, nitrogen dioksida, asam hidroklorida, hidrosianida, karbon monoksida,
dan kabon dioksida (Sabiston, 1995).
4
2.3 Patofisiologi
Gas CO secara inhalasi masuk ke paru-paru, secara inhalasi kemudian
mengalir ke alveoli masuk ke aliran darah. Gas CO dengan segera mengikat
hemoglobin di tempat yang sama dengan tempat oksigen mengikat hemoglobin,
untuk membentuk karboksi hemoglobin (COHb). Afinitas hemoglobin terhadap
CO adalah 200 kali lebih besar dari oksigen. Penjenuhan hemoglobin dengan
sekitar 60% CO menimbulkan kejang, koma, dan ancaman kelemahan/kegagalan
respirasi. Konsentrasi 0,5-10% atau 5.000-10.000 bagian per juta dari atmosfir
dengan cepat dicapai pada saat kebakaran dan dapat menghasilkan sebuah titik
jenuh COHb sekitar 75% dalam waktu 2-15 menit. Disamping afinitas terbesar
dari hemoglobin untuk CO, kandungan COHb mencegah pelepasan oksigen ke
jaringan,
dampaknya
adalah hipoksia
jaringan.
Kelembaban, temperatur,
karbon dioksida dan aktfitas fisik meningkatkan tingkat
respirasi
dan
absorbsi CO. COHb mencampuri interaksi protein heme yang menyebabkan kurva
penguraian HbO2bergeser ke kiri. Akibatnya terjadi pengurangan pelepasan
oksigen dari darah ke jaringan tubuh. CO bereaksi dengan fe dari porfirin, oleh
karena itu, CO bersaing dengan O2
dalam mengikat protein heme, yaitu
hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase (sitokrom a,a3), dan sitokrom P-450,
peroksidase, dan katalase. Yang paling penting adalah reaksi CO dengan Hb dan
sitokrom a3. Dengan diikatnya Hb menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi
inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2. Selain
itu, adanya COHb dalam darah akan menghambat disosiasi oksi-Hb. Sehingga
jaringan
akan
mengalami hipoksia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang
merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernapasan sel yang terdapat
pada mitokondria, akan menghambat pernapasan sel dan mengakibatkan hipoksia
jaringan.
5
2.4 Pathway WOC
Terlampir
2.5 Manifestasi
Menurut sumber yang dilansir di Amazine.co Hemoglobin yang
merupakan pigmen merah dalam sel darah merah bertugas membawa oksigen ke
berbagai jaringan tubuh. Saat seseorang menghisap karbon monoksida, alih-alih
oksigen, hemoglobin justru mengikat karbon monoksida dan mengalirkannya ke
seluruh tubuh. Hemoglobin yang berikatan dengan karbon monoksida lantas
membentuk senyawa yang disebut carboxyhemoglobin. Ini adalah senyawa yang
diyakini menjadi penyebab utama keracunan karbon monoksida. Hal ini
menyebabkan korban jatuh dalam kondisi hipoksia, sehingga muncul tanda-tanda
seperti Sakit kepala pusing, mual, nyeri dada, sesak napas, muntah, nyeri perut,
kantuk, pingsan, kejang (Amazine, 2013).
Sedangkan menurut Corwin manifestasi yang timbul dari keracunan
karbon monoksida adalah sebagai berikut :
a.
Hipoksia
b.
Penurunan fungsi sel dikarenakan hipoksia
c.
Peningkatan denyut jantung
d.
Peningkatan frekuensi nafas diikuti oleh rasa berdenging di telinga
e.
Stridor
f.
Kelemahan otot
g.
Mengantuk
h.
Konfusi
i.
Penurunan tingkat kesadaran
j.
Penurunan fraksi pintas dan PO2 yang rendah
k.
Pada kulit terlihat kulit berwarna merah seperti cherry dapat pula
didapatkan luka berupa eritema atau bula (Corwin, 2009).
Sedangkan berdasarkan konsentrasi CO dalam darah adalah sebagai berikut
Konsentrasi CO dalam darah
Gejala-gejala
Kurang dari 20%
Tidak ada gejala
20%
Nafas menjadi sesak
6
30%
Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan
meningkat sedikit
30% – 40%
Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya
ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan
40% - 50%
Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60% - 70%
Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces
dan urin
70% - 89%
Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian
karena kegagalan pernafasan
Indeks kecurigaan adanya trauma inhalasi adalah sebagai berikut ; rambut
hidung gosok, edema mulut atau faring, suara serak atau ada sputum berkarbon
(Sabiston, 1995).
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada keracunan karbon monoksida adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan kesadaran yang dapat berkembang menjadi koma atau kehilangan
nyawa apabila terjadi hipoksia serebrum yang berkepanjangan.
b. Kegagalan organ termasuk distress pernafasan orang dewasa (ARDS), gagal
jantung, dan gagal ginjal apabila hipoksia memanjang (Corwin, 2009).
2.7 Prognosis
Hal yang paling berbahaya dari keracunan karbon dioksida adalah
terjadinya hipoksia. Jika hipoksia memanjang, maka akan menyebabkan suplai
oksigen ke otak akan berkurang. Apabila otak mengalami kekurangan oksigen
dapat terjadi kerusakan otak secara irresibel. Sehingga penanganan yang cepat dan
tepat sangat diperlukan untuk kasus ini, agar didapatkan prognosis yang baik.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Primary survey
A (Airway)
1. Rambut hidung gosong
2. Edema mulut atau faring
Managemen :
Segera lakukan intubasi cepat untuk melindungi jalan nafas sebelum terjadi
pembengkakan wajah dan faring yang biasanya terjadi 24-48 jam setelah kejadian
B (Breathing)
1. Peningkatan frekuensi nafas diikuti oleh rasa berdenging di telinga
2. Takipnea
3. Stridor
Managemen :
Berikan oksigen 100% atau oksigen tekan tinggi yang akan menurunkan waktu
paruh dari CO dalam darah.
C (Circulation)
1. Peningkatan denyut jantung
2. Penurunan fraksi pintas dan PO2 yang rendah
3. Takikardi
4. Hipertermia
5. Hipoksia
6. Hipertensi atau hipotensi
Manajemen :
Untuk mencegah syok hipovolemik diperlukan resusitasi cairan intravena. Pada
pasien dengan trauma inhalasi biasanya biasanya dalam 24 jam pertama
digunakan cairan kristaloid 40-75 % lebih bnayak dibandingkan pasien yang
hanya luka bakar saja.
8
D (Disability)
1. GCS 1-1-1
2. Penurunan tingkat kesadaran sampai dengan tidak sadar
3. Konfusi
4. Mengantuk
E (Exposure)
Pada kulit terlihat kulit berwarna merah seperti cherry dapat pula didapatkan luka
berupa eritema atau bula.
3.2 Secondary Survey
Primary survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan
secondary survey. Jika, selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak
stabil maka harus dilakukan tahap pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
Allergies
Medication
Past illness/pregnancy
Late Ate or drank
Events/ Environment related to the injury
3.2.1 Anamnesis
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku dan pendidikan.
b. Keluhan utama
BMR meningkat: takipnea, takikardi, panas, dan berkeringat
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan
apakah klien pernah terpapar gas beracun. Perlu
ditanyakan apakah ada riwayat alergi pada keluarga.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
9
Apakah ada anggota keluarga yang menderita alergi atau pernah keracunan
gas
f. Psikososial
Meliputi
perasaan
klien
terhadap
penyakitnya,
bagaimana
cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku klien pada tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Sesak Napas, gagal napas, pernapasan cepat dan dalam, hipoksia
b. B2 (Blood)
Takipnea, takikardi, hipertensi, kulit kebiruan dan pucat
c. B3 (Brain)
Disorientasi, delirium, kejang sampai koma. Rasa lemah, sakit kepala,
nausea, rasa cemas dan kesulitan berpikir, nistagmus, ataksia.
d. B4 (Bladder)
Rhabdomyolisis dan gagal ginjal akut
e. B5 (Bowel)
Mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi, dan pendarahan saluran pencernaan
f. B6 (Bone)
Lesi yang luas berupa eritema dan timbulnya bula-bula terjadi karena
hipoksia jaringan kulit, otot kaku dan bergetar.
3.2.3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah dan gangguan metabolism
karbohidrat : ekskresi asam organik dalam jumlah besar, hipoglikemi atau
hiperglikemi dan ketosis.
b. Gangguan koagulasi : gangguan agregasi trombosit dan trombositopenia
c. Gangguan elektrolit : hiponatremi, hipernatremia, hipokalsemia, dan
hiperkalsemia
10
3.3 Analisa Data
No.
Data
1
DO :Terdapat nafas cuping
Etiologi
Masalah Keperawatan
Karbon monoksida terhirup
Pola nafas tidak efektif
hidumg
RR 24x per menit
Masuk alveolus
Takipnea
DS
:Pasien
terlihat
terengah-engah
Pasien
mengeluh
Terjadi difusi Hb-Co
sesak
nafas
Hipoksia
Kemoreseptor
Frekuensi nafas
Pola nafas tidak efektif
2
DO :Terdapat sianosis
Karbon monoksida terhirup
perifer
efektif
Ekstremitas teraba dingin
Crt >1detik
Perfusi
Masuk alveolus
Akral basah dingin
DS :Pasien terlihat lemah
Terjadi difusi Hb-Co
dan pucat
Hipoksia
11
tidak
Transpor oksigen tidak sampai
ke tingkat kapiler
Jaringan perifer tidak mendapat
O2 adekuat
Gangguan perfusi
3.4 Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi. (D.0005)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan keracunan CO,
penurunan Hb dalam mengikat O2. (D.0009)
3.5 Intervensi
1
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
Tujuan : Pola napas membaik
Kriteria Evaluasi :
- Dispnea menurun (RR normal : 14 – 20 x/menit)
- penggunaan otot bantu nafas menurun (tidak menggunakan otot bantu
nafas)
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik
(L.01044)
Intervensi
Manajemen
Rasional
Jalan
Nafas
(I.01011)
a.
Monitor
Pola
nafas, a. Efek toksifikasi CO mendepresi SSP yang
frekuensi, kedalaman, usaha mungkin dapat mengakibatkan hilangnya
nafas dan bunyi nafas
kepatenan aliran udara atau depresi
12
pernapasan, pengkajian yang berulang kali
sangat penting karena kadar toksisitas
mungkin berubah-ubah secara drastis.
b. Posisikan semifowler atau
fowler
b. Menurunkan kemungkinan aspirasi,
diagfragma bagian bawah untuk untuk
menigkatkan inflasi paru.
c.
Ajarkan
teknik
batuk c. Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi
efektif
sekresi untuk mengurangi resiko
atelektasis/pneumonia
d. Berikan O2 jika perlu
d. Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi
pernapasan
e.
Kolaborasi
bronkodilator,
pemberian
ekspektoran,
e. Memantau kemungkinan munculnya
komplikasi sekunder seperti
mukoitik jika perlu
atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan
dari usaha pernapasan.
2
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan keracunan CO, penurunan
Hb dalam mengikat O2
Tujuan : Perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil:
-Kekuatan
nadi
perifer
meningkat
(Mempertahankan
atau
mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya
mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada
atau kuat, masukan/ keluaran seimbang) (L.02011)
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Evaluasi
status
Perhatikikan
hemiparalisis,
mental. 1. Indikator yang menunjukkan embolisasi
terjadinya
sistemik pada otak.
afasia,
13
kejang,
muntah,
peningkatan TD.
2. Selidiki
dispnea
nyeri
tiba-tiba
dada, 2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan
yang
/ atau organ vital lain, dapat terjadi
disertai dengan takipnea,
sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
nyeri pleuritik, sianosis,
atau disritmia kronis
pucat
3. Tingkatkan tirah baring 3. Dapat
dengan tepat
mencegah
pembentukan
atau
migrasi emboli pada pasien endokarditis.
Tirah baring lama, membawa resikonya
sendiri
tentang
terjadinya
fenomena
tromboembolic.
4. Dorong
bantu
latihan
dengan
aktif/ 4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran
rentang
gerak sesuai toleransi.
balik vena karenanya menurunkan resiko
pembentukan thrombus.
Kolaborasi
Berikan antikoagulan, contoh Heparin dapat digunakan secara profilaksis
heparin, warfarin (coumadin)
bila pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami
sepsis
atau GJK, dan/atau
sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada
perikarditis
dan
tamponade
jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi
setelah penggantian katup jangka panjang,
atau adanya thrombus perifer.
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keracunan karbon monoksida terjadi sewaktu karbon monoksida terhirup
dan berikatan dengan oksigen di molekul hemoglobin. Afinitas hemoglobin untuk
karbon monoksida adalah 300 kali lebih kuat dibandingkan dengan afinitasnya
untuk oksigen. Dengan demikian, pajanan terhadap karbon monoksida akan
menurunkan pengikatan dan transportasi oksigen di dalam darah, sehingga terjadi
hipoksia sel dan jaringan. Dengan tanda dan gejala Hipoksia, penurunan fungsi sel
dikarenakan hipoksia, peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi nafas
diikuti oleh rasa berdenging di telinga, stridor, kelemahan otot, mengantuk,
konfusi, penurunan tingkat kesadaran, penurunan fraksi pintas dan PO2 yang
rendah dan pada kulit terlihat kulit berwarna merah seperti cherry dapat pula
didapatkan luka berupa eritema atau bula.
4.2 Saran
Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang benar pada klien dengan keracunan gas karbon monoksida
(CO). Selain itu pemahaman anatomi, fisiologi, dan patofisiologi penyakit
merupakan hal yang penting untuk menunjang perawatan terhadap klien agar
klien merasa nyaman dan status kesehatan meningkat sehingga angka morbiditas
dapat ditekan semaksimal mungkin.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amazine (2013) 'Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Keracunan Karbon
Monoksida', http://www.amazine.co/18658/penyebab-gejala-pengobatankeracunan-karbon-monoksida/. Diakses pada tanggal 25 Desember 2013
pukul 21.13 WIB.
Anggriyani, A. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien Keracunan Gas. 1 diakses
tanggal 26 Desember 2013 pukul 06.30 WIB
Ayyash.
2013.
Keracunan
Karbon
Monoksida
(CO)
http://www.scribd.com/doc/145499059/Keracunan-Karbon-Monoksida
diakses pada 26 desember 2013 pukul 11.15 WIB.
Corwin, E.J. (2009) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.
Gleadle, Jonathan.(alih bahasa: dr.Annisa Rahmalia). 2007.At a Glance
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Erlangga
Sabiston, D.C. (1995) Buku Ajar Bedah, Jakarta: EGC.
Staf pengajar departemen farmakologi, 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi edisi
2. Jakarta EGC
Tomie Hermawan Soekamto, David Perdanakusuma. Intoksikasi Karbon
Monoksida. Departemen / SMF Ilmu Bedah Plastik Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Diakses pada
tanggal
26
Desember
2013
jam
04.04.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/CO%20Intoxication.pdf
Utami,
B.
(2011)
'Karbon
monoksida',
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/karbon-dioksida-co2/,
06
Agustus.
Diakses pada tanggal 25 Desember 2013 pukul 22.15 WIB
Wilkinso M judith,Nancy R.Ahern.(alih bahasa: Ns, esti Wahyuningsih
S.kep).2012. Buku Saku Diagnosis keperawatan Nanda, Nic dan Noc
2012-2014 edisi 9, Jakarta, EGC.
16
LAMPIRAN
Pathway WOC
Karbon monoksida (CO)
Terhirup
Alveolus
Terjadi difusi Hb-Co
Menghalangi ikatan O2 dengan Hb (oksihemoglobin)
Hipoksia
Kemoreseptor
Ansietas
.
Otak
Sistem
kardiovaskuler
Saraf
simpatis
Sistem
pernapasan
Kontraksi
jantung
Sianosis
perifer
Frekuensi
nafas
Perubahan
perfusi
jaringan
Pola nafas
tidak
efektif
O2
Hipoksia
Pandangan
buram
Resiko
cidera
Kelumpuhan
sementara
Gangguan
mobilitas
fisik
Penurunan
perfusi
jaringan ke
otak
Curah
jantung
meningkat:
Tensi
Nadi
Nafas
Sakit kepala
Nyeri akut
17
Download