Uploaded by User58347

tugas cyber1

advertisement
PENANGANAN KASUS CYBER CRIME MALWARE SKALA
INTERNATIONAL Di INDONESIA
Oleh:
Dewi Ratnasari
Adam Marulyanto
Ahmad Faruk
Mahreza Vahlevi
11172128
11172526
11172021
11172525
Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Bina Sarana Informatika
ABSTRAK: Cybercrime telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan
mal-ware adalah salah satu ancaman keamanan utama dalam komputer yang telah ada
sejak awal. Ada kurangnya pemahaman tentang ancaman malware tersebut dan
mekanisme apa yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan pencegahan
keamanan serta untuk mendeteksi ancaman tersebut. Kontribusi utama dari makalah ini
adalah langkah menuju mengatasi hal ini dengan menginvestigasi berbagai teknik yang
diadopsi oleh malware yang dikaburkan karena mereka semakin meluas dan semakin
canggih dengan eksploitasi nol hari. Secara khusus, dengan mengadopsi metode
pendeteksian efektif tertentu invas-tigations kami menunjukkan bagaimana penjahat
cyber memanfaatkan kerentanan sistem file untuk menyuntikkan malware tersembunyi
ke dalam sistem. Penelitian ini juga menjelaskan malware jenis penyusup yakni JS
Sniffer dan pentingnya memproteksi situs dengan menutup celah-celah kerentanan yang
bias dimanfaatkan malware itu sendiri.
KATA KUNCI: Kasus, Cyber Crime, Malware, JS Sniffer
PENDAHULUAN
Teknologi komputer mengalami perkembangan yang sangat pesat pada era
globalisasi ini. Hampir semua bidang mengalami proses komputerisasi.Tetapi, bukan
berarti hal tersebut tidak mengalami gangguan. Gangguan justru datang mengancam.
Gangguan dapat berasal dari manusia lainnya maupun virus..
Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan , kemajuan dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Salah satu perkembangan teknologi yang sering digunakan dan dibutuhkan semua
kalangan masyarakat adalah komputer. Dengan komputer seseorang dapat dengan
mudah menyelesaikan pekerjaan, tetapi dengan adanya komputer seseorang
menggunakannya pada hal-hal yang baik atau hal-hal yang buruk. Keunggulan
komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga
dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan
melakukan kesalahan, mengakibatkan masyarakat semakin mengalami ketergantungan
kepada komputer. Dampak negatif dapat timbul apabila terjadi kesalahan yang
ditimbulkan oleh peralatan komputer yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi
pemakai (user) atau pihak-pihak yang berkepentingan. Kesalahan yang disengaja
mengarah kepada penyalahgunaan komputer.
Saat ini virus yang ada di dunia teknologi computer sudah semakin banyak dan
meresahkan terutama virus malware. Malware adalah sebuah program yang diciptakan
dengan maksud dan tujuan tertentu untuk mencari celah kesalahan di dalam software
atau operating system.
Nama Malware sendiri merupakan sebuah singkatan dari “Malicious Software”
yang berarti perangkat lunak mencurigakan. Sebuah malware dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi sebuah komputer maupun user (pengguna komputer). Program ini
dapat mengubah, merusak, mencari celah, dan mencuri data pribadi seseorang yang tentu
sangat merugikan.
Walaupun pengertiannya “program” namun malware ini juga dapat berbentuk
script/kode. Intinya, istilah malware digunakan untuk menggambarkan sebuah program
atau script yang dicurigai dapat mengekspoitasi sebuah komputer atau informasi penting
di dalamnya. Termasuk juga untuk menggambarkan program atau script yang bersifat
berbahaya, merusak, mengganggu, mengusik, dan mencurigakan. Bahayanya virus ini
bias menyusup ke situs – situs e-Commerce ternama.
Dengan memanfaatkan celah – celah yang ada Malware bisa mencuri informasi
informasi penting user seperti nomor kartu kredit, nama lengkap pemilik kartu kredit,
akun paypal, nomor telepon dan lain-lain.
Baru-baru ini Dittipidsiber Bareskrim Polri berhasil mengungkap pelaku penyebar
malware yang menjadi ancaman bagi para pengakses situs e-Commerce di Indonesia,
bahkan dunia. Salah satu target operasi yang menjadi fokus adalah penyebaran malware
bernama JS Sniffer. JS Sniffer adalah malware ‘penyusup’ yang dibuat untuk memantau
seluruh informasi yang terdapat di situs target. Perintah yang ditemukan dalah malware
ini adalah 'get billing' sehingga memungkinkan pelaku untuk mendapatkan informasi
perbankan milik pengunjung situs.
Berdasarkan observasi dan studi pustaka online penulis berusaha melihat
bagaimana proses penanganan dari kasus Cyber crime itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dittipidsiber Bareskrim Polri
Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) adalah satuan kerja yang berada di
bawah Bareskrim Polri dan bertugas untuk melakukan penegakan hukum terhadap
kejahatan siber. Secara umum, Dittipidsiber menangani dua kelompok kejahatan, yaitu
computer crime dan computer-related crime.
Computer crime adalah kelompok kejahatan siber yang menggunakan komputer
sebagai alat utama. Bentuk kejahatannya adalah peretasan sistem elektronik (hacking),
intersepsi ilegal (illegal interception), pengubahan tampilan situs web (web
defacement), gangguan sistem (system interference), manipulasi data (data
manipulation).
Computer-related crime adalah kejahatan siber yang menggunakan komputer
sebagai alat bantu, seperti pornografi dalam jaringan (online pornography), perjudian
dalam jaringan (online gamble), pencemaran nama baik (online defamation), pemerasan
dalam jaringan (online extortion), penipuan dalam jaringan (online fraud), ujaran
kebencian (hate speech), pengancaman dalam jaringan (online threat), akses ilegal
(illegal access), pencurian data (data theft). Guna mendukung pembuktian kejahatan
siber, Dittipidsiber dilengkapi dengan beragam kemampuan dan fasilitas pendukung,
salah satunya yaitu laboratorium digital forensik. Laboratorium Digital Forensik
Dittipidsiber telah meraih ISO 17025:2018 sebagai laboratorium uji dan kalibrasi dalam
bidang komputer forensik yang memenuhi standard mutu dalam hal manajerial dan
teknis pemeriksaan barang bukti digital. Oleh karena itu, Dittipidsiber juga melayani
pemeriksaan barang bukti digital dari berbagai satuan kerja, baik dari tingkat Mabes
hingga Polsek. Selain itu, Dittipidsiber juga menjalin kerja sama dengan berbagai
instansi, baik dalam dan luar negeri, guna memudahkan koordinasi dalam
pengungkapan kejahatan siber yang bersifat transnasional dan terorganisir.
B. Cyber Crime
Perkembangan teknologi komputer juga menghasilkan berbagai bentuk kejahatan
komputer di lingkungan cyberspace yang kemudian melahirkan istilah baru yang
dikenal dengan Cybercrime, Internet Fraud, dan lain-lain.
Sebagian besar dari perbuatan Cybercrime dilakukan oleh seseorang yang sering
disebut dengan cracker. Berdasarkan catatan Robert H’obbes’Zakon, seorang internet
Evangelist, hacking yang dilakukan oleh cracker pertama kali terjadi padatanggal 12
Juni 1995 terhadap The Spot dan tanggal 12 Agustus 1995 terhadap Crackers Move
Page. Berdasarkan catatan itu pula, situs pemerintah Indonesiapertama kali mengalami
serangan cracker pada tahun 1997 sebanyak 5 (lima) kali.
Kegiatan hacking atau cracking yang merupakan salah satu bentuk cybercrime
tersebut telah membentuk opini umum para pemakai jasa internet bahwa Cyber crime
merupakan suatu perbuatan yang merugikan bahkan amoral. Para korban menganggap
atau memberi stigma bahwa cracker adalah penjahat. Perbuatan cracker juga telah
melanggar hak-hak pengguna jasa internet sebagaimana digariskan dalam The
Declaration of the Rights of Netizens yang disusun oleh Ronda Hauben.
“cyber crime” adalah salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini
yang mendapat perhatian luas di dunia internasional. Volodymyr Golubev menyebutkan
sebagai “the new form of anti social behavior” . beberapa julukan/sebutan lainnya yang
cukup keren diberikan kepada kejahatan baru ini dalam berbagai tulisan, antara lain
sebagai “kejahatan dunia maya”.
“cyber crime” selanjutnya merupakan salah satu sisi gelap dari kemajuan teknologi
yang mempunyai dampak negative sangat luar bagi seluruh bidang kehidupan modern
saat ini. Sehubung dengan kekhawatiran akan ancaman/bahaya cyber crime ini, karena
berkaitan erat dengan “economi crime” dan “organized crime” (terutama untuk tujuan
“money laundering).
Jadi cyber crime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi
computer dan telekomunikasi.
C. Modus Kejahatan Cyber Crime
a.
Malware JS Sniffer
. adalah malware ‘penyusup’ yang dibuat untuk memantau seluruh informasi yang
terdapat di situs target. Perintah yang ditemukan dalah malware ini adalah 'get billing'
sehingga memungkinkan pelaku untuk mendapatkan informasi perbankan milik
pengunjung situs, seperti
1. nomor kartu kredit,
2. nama lengkap pemilik kartu kredit,
3. alamat pemilik kartu kredit,
4. akun PayPal,
5. nomor telepon,
6. alamat email, dan
username yang digunakan untuk login berikut dengan password-nya
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Metode penilitian ini digunakan untuk meneliti lingkup penelitian yang lebih terbatas,
yaitu penelitian secara lebih mendalam.
Setelah dialakukan observasi dan studi pustaka online melalui website
patrolisiber.id dijelaskan kasus terkait yakni “Penyebar Malware Skala International”.
Dittipidsiber Bareskrim Polri sebagai ujung tombak penyelidikan kasus ini berhasil
mengungkap pelaku penyebar malware.
Cyber Crime Malware adalah sebuah program yang diciptakan dengan maksud
dan tujuan tertentu untuk mencari celah kesalahan di dalam software atau operating
system. Program ini dapat mengubah, merusak, mencari celah, dan mencuri data pribadi
seseorang yang tentu sangat merugikan.
jenis dan sumber data dalam penelitin ini yaitu Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari setiap fakta informasi yang ada.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) Observasi adalah
pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dan gejala-gejala pisis untuk kemudian dilakukan pencatatan. (2) Studi Pustaka
Online penelaah terhadap catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan di internet.
PEMBAHASAN
Penyidikan Tindak Pidana Cyber Crime Malware JS Sniffer Yang Dilakukan Oleh
Pihak Dittipidsiber Bareskrim Polri
Dari hasil penelitian pada tanggal 24 januari 2020 Dittipidsiber Bareskrim Polri
berhasil mengungkap penyebar malware js sniffer skala besar yang menjadi ancaman
bagi para pengakses situs e-Commerce di Indonesia.
Pengungkapan tersebut dilakukan di bawah bendera Night Fury Operation yang
terdiri dari lembaga penegak hukum dan private sector. Night Fury Operation
merupakan salah satu program dari ASEAN Cyber Capability Desk yang dirancang oleh
Interpol dan bekerja sama dengan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pencegahan serangan siber, yaitu Group-IB. Salah satu target operasi yang menjadi
fokus adalah penyebaran malware bernama JS Sniffer.
Berdasarkan hasil penelusuran Group-IB, JF Sniffer telah berhasil menginfeksi
lebih dari 200 situs e-Commerce di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Setelah melalui proses penyelidikan, Dittipidsiber Bareskrim Polri berhasil
mengamankan beberapa tersangka yang diduga sebagai pelaku penyebaran JS Sniffer di
Indonesia, yaitu K (35 Tahun) dan NA (25 Tahun). Modusnya, mereka mencari
kerentanan situs e-Commerce, lalu membuat "pintu" yang disusupkan dalam situs
tersebut sehingga setiap pengunjung yang akan mengakses situs e-Commerce itu akan
melewati pintu yang mereka siapkan. Tidak hanya situs e-Commerce di Indonesia,
pelaku juga berhasil menyusup di banyak situs e-Commerce dari UK, Afrika Selatan,
Australia, Belanda, dan Jerman. Dalam kurun waktu 1 tahun, pelaku berhasil
mengumpulkan sejumlah barang elektronik yang jika dikumpulkan dapat mencapai
angka Rp 150 Juta. Beberapa barang bukti yang berhasil diamankan antara lain 1 (satu)
buah Laptop, 5 (lima) buah handphone berbagai merk, 1 (satu) unit CPU, 3 (tiga) buah
KTP an. Tersangka, 1 (satu) buah Token BCA, 2 (dua) buah kartu ATM.
Akibat perbuatannya, tersangka dikenai Pasal 30 Ayat (1) ,Ayat (2) , Ayat (3) Jo.
46 Ayat (1) , Ayat (2) , Ayat (3) dan/atau Pasal 31 Ayat (2) Jo. Pasal 47 dan/atau Pasal
32 Ayat (1) dan Ayat (2) Jo. Pasal 48 Ayat (1) dan Ayat (2) dan/atau Pasal 36 Jo. Pasal
51 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau
363 KUHP dengan ancaman hukuman pidana 10 Tahun Penjara.
Dittipidsiber Bareskrim Polri menyadari bahwa upaya penegakan hukum tidak
cukup untuk mencegah jatuhnya korban akibat penyebaran malware ini. Oleh karena
itu, Dittipidsiber Bareskrim Polri akan meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak
yang bersinggungan dengan e-Commerce dan cyber security sehingga tidak banyak
masyarakat yang menjadi korban. Namun demikian, masyarakat juga perlu
meningkatkan kewaspadaan agar terhindar dari ancaman
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap kejahatan
sebnarnya dapat dicegah dengan cara yang tepat.
penyebaran malware, khususnya JF Sniffer. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan agar masyarakat terhindar dari ancaman ini yaitu :
1. pastikan produk anti-virus yang anda gunakan selalu up to date,
2. gunakan Virtual Private Network (VPN) ketika sedang berselancar di Internet,
3. periksa selalu detail transaksi kartu kredit anda dan segera laporkan jika terdapat
transaksi mencurigakan kepada bank.
DAFTAR PUSTAKA
https://patrolisiber.id/news/pelaku-penyebar-malware-skala-internasional-berhasil-diamankan
https://news.detik.com/berita/d-4872098/bareskrim-polri-tangkap-3-pembobol-e-commerce-jaringaninternasional
https://matranews.id/kaki-tangan-penyebar-malware-skala-internasional-berhasil-diamankan/
https://nasional.kontan.co.id/news/tiga-tersangka-penyebar-malware-js-sniffer-berhasil-diciduk
https://www.ayosemarang.com/read/2020/01/24/51170/polisi-bongkar-sindikat-peretas-modus-sebarvirus-malware-aksinya-sampai-afrika
Download