Uploaded by User56458

LAPORAN PRAKTIKUM PERPINDAHAN PANAS ADAM AMIRULLAH

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
“PERPINDAHAN PANAS”
Oleh:
NAMA
:
ADAM AMIRULLAH
NIM
:
18412011000703
ASISTEN
:
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR
STIPER KUTAI TIMUR
2020
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perpindahan panas adalah salah satu dari displin ilmu teknik termal yang
mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas, dan
menukarkan panas di antara sistem fisik. Perpindahan panas diklasifikasikan
menjadi konduktivitas termal, konveksi termal, radiasi termal, dan perpindahan
panas melalui perubahan fasa (adimsyah, 2010).
Konduksi termal adalah pertukaran mikroskopis langsung dari energi
kinetik partikel melalui batas antara dua sistem. Ketika suatu objek memiliki
temperatur yang berbeda dari benda atau lingkungan di sekitarnya, panas mengalir
sehingga keduanya memiliki temperatur yang sama pada suatu titik kesetimbangan
termal. Perpindahan panas secara spontan terjadi dari tempat bertemperatur tinggi
ke tempat bertemperatur rendah, seperti yang dijelaskan oleh hukum kedua
termodinamika (Sears, 2014)
Konveksi terjadi ketika aliran bahan curah atau fluida (gas atau cairan)
membawa panas bersama dengan aliran materi. Aliran fluida dapat terjadi karena
proses eksternal, seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas
mengembangkan volume fluida. Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa
mengalir menggunakan pompa, kipas, atau cara mekanis lainnya.
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain sering terjadi berulangulang dalam industri pangan. Seperti proses memasak, membakar, sterilisasi
ataupun pendinginan termasuk ke dalam perpindahan panas. Pada kebanyakan
pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran ka1or, untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung.
Pindah panas adalah suatu proses yang dinamis, yaitu panas
dipindahkan secara spontan dari satu kondisi ke kondisi lain yang suhunya lebih
rendah. Kecepatan pindah panas ini akan bergantung pada perbedaan suhu antar
kedua kondisi. Semakin besar perbedaan, maka semakin besar kecepatan pindah
panasnya.
1.2
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara terjadinya perpindahan
panas dan mempelajari perpindahan panas pada media meliputi pindah panas
(ekosterm) dan pindah dingin.(endotem).
1.3
Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara terjadinya perpindahan
panas dan mempelajari perpindahan panas pada media meliputi pindah panas dan
pindah dingin.
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pindah Panas
Panas suatu benda tergantung pada suhu benda tersebut. Semakin tinggi
suhu benda, maka benda semakin panas. Panas berpindah dari tempat yang bersuhu
tinggi ke tempat bersuhu rendah. Bahan yang dapat menghantarkan kalor disebut
konduktor kalor, misalnya besi, baja, tembaga, seng, dan aluminium (jenis logam).
Adapun penghantar yang kurang baik/penghantar yang buruk disebut isolator kalor,
misalnya kayu, kaca, wol, kertas, dan plastic (jenis bukan logam). Apabila ditinjau
dari cara perpindahannya, ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu; konveksi
(aliran), radiasi (pancaran), dan konduksi (hantaran) dll (Anonim1 , 2010).
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis
dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang diikuti oleh perpindahan partikelpartikel zatnya disebut konveksi/aliran. Selain perpindahan kalor secara konveksi
terjadi pada zat cair, ternyata konveksi juga dapat terjadi pada gas/udara. Peristiwa
konveksi kalor melalui penghantar gas sama dengan konveksi kalor melalui
penghantar air. Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui aliran zat.
Misalnya, es batu yang mencair dalam air panas. Panas dari air panas berpindah ke
es batu. Panas berpindah bersama mengalirnya air panas ke es batu. Panas tersebut
menyebabkan es batu meleleh. Peristiwa konveksi juga terjadi pada proses
terjadinya angin darat dan angin laut.(anonim2 , 2014).
2.2
Proses Perpindahan Panas
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagianfluida ke
bagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri.Konveksi dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu konveksi alamiahdan konveksi paksa. Konveksi alamiah merupakan
pergerakan fluidayang terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida
yangmenerima kalor/dipanasi memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil,
sehingga bergerak ke atas. Kemudian tempatnya akandigantikan oleh bagian fluida
dingin yang jatuh ke bawah karenamassanya jenisnya lebih besar. Sedangkan pada
konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi akan langsung diarahkan tujuannya
olehsebuah blower atau pompa (Masyithah, 2009).
Konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung
antara permukaan-permukaan benda. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh
atau menghubungkan permukaan-permukaan yang mengandung panas. Setiap
benda mempunyai konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu
yang akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang
lebih dingin. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat
ia mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain (Darwish, 2010).
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang
elektromagnetik. Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari
setiap permukaan dari suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau
memancarkan panas kepada setiap obyek atau permukaan yang lebih sejuk dari
tubuh manusia itu. Panas pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi
oleh gerakan udara, juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau
obyek-obyek yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.
Jumlah keseluruhan panas pindahan yang dihasilkan oleh masing-masing cara
hampir seluruhnya ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Umpamanya, udara
yang jenuh tak dapat menerima kelembaban tubuh, sehingga pemindahan panas tak
dapat terjadi melalui penguapan. Pengondisian suatu ruang seharusnya
meningkatkan laju kehilangan panas bila para penghuni terlalu panas dan
mengurangi laju kehilangan panas bila mereka terlalu dingin. Tujuan ini tercapai
dengan mengolah dan menyampaikan udara yang nyaman dari segi suhu, uap air
(kelembaban), dan velositas (gerak udara dan pola-pola distribusi). Kebersihan
udara dan hilangnya bau (melalui ventilasi) merupakan kondisi-kondisi
kenyamanan tambahan yang harus dikendalikan oleh sistem penghawaan buatan
(agusalim, 2010).
2.3
Prinsip Kerja Kalorimeter
Prinsip kerja kalorimeter adalah hukum kekekalan energi yaitu kalor
yang hilang sama dengan kalor yang diterima. Teknik yang digunakan dikenal
sebagai “metode campuran”, suatu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi
yang diukur secara akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin
kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan
kalorimeter. Dan dengan mengukur temperatur akhir campuran tersebut, kalor jenis
dapat ditimbang. Jadi, kekekalan energi memiliki peranan penting untuk kita.
Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh
bagian lain (tripler, 2009).
2.4
Perubahan Frasa panas
Bila panas diberikan pada suatu zat pada tekanan kostan, maka biasanya,
hasilnya adalah kenaikan temperatur zat. Namun, kadang-kadang zat dapat
menyerap panas dalam jumlah besar tanpa mengalami perubahan apapun dalam
temperaturnya. Ini terjadi selama perubahan fasa, artinya ketika kondisi fisis zat itu
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Jenis perubahan fasa adalah pembekuan
(perubahan cairan menjadi padatan), penguapan (perubahan cairan menjadi uap
atau gas), sublimasi (perubahan padatan menjadi gas). Ada juga perubahan fasa
lain, seperti bila padatan berubah dari satu bentuk kristalin ke bentuk lain (Foster,
2010).
Perubahan fasa dapat dimengerti dengan teori molekuler. Kenaikan
temperatur zat menggambarkan kenaikan energi kinetik gerakan molekulmolekul.
Bila suatu zat berubah dari cairan menjadi bentuk gas, molekulmolekulnya yang
dekat dalam bentuk cairan digerakkan saling menjauh. Ini perlu usaha untuk
melawan gaya-gaya tarik yang mempertahankan molekul berdekatan, artinya
diperlukan energi untuk memisahkan mereka. Energi ini beralih menjadi energi
potensial molekul. Karena itu, temperatur zat yang merupakan ukuran energi
kinetik rata-rata molekulnya tidak berubah (Tipler, 2009).
2.5
Kalor dalam Perpindahan Panas
Kalor uap cairan adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
menguapkan satu satuan massa cairan pada suhu tetap. Sedangkan kalor sublimasi
adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa padatan
menjadi uap pada suhu tetap (Bueche, 2012).
III.
3.1
METODOLOGI PERCOBAAN
Waktu dan Tempat
Pelaksaan kegiatan pratikum Perpindahan Panas dilaksanakan pada
tanggal 3 Mei 2020, pukul 10.00-selesai WITA. Bertempat di Laboratorium
Teknik Pertanian STIPER Kutai Timur
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pindah panas
dan pindah dingin sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan
No
1.
Nama alat dan
bahan
Kompor
Gambar Alat dan Bahan
Fungsi Alat dan
Bahan
Untuk memanaskan
bahan pada
praktikum
perpindahan panas
2.
Panci
Untuk sebagai wadah
penyimpanan bahan
yang akan
dipanaskan
3.
Gelas Piala
Untuk mengukur
volume bahan,
sebagai wadah
menyimpan larutan,
untuk tempat
mencampur dan
memanaskan cairan
dan mereaksikan
larutan.
4.
Thermometer
Untuk mengukur
suhu pada percobaan
5.
Batang pengaduk
Untuk mengaduk
suatu larutan
percobaan agar
semua larutan
tercampur secara
merata
6.
Air dan Es
Sebagai bahan
percobaan pada
praktikum pindah
panas dan dingin
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Perpindahan Panas
1.
Perpindahan Panas Menggunakan Batang Pengaduk
Penyiapan Alat dan Bahan
500 ml air dituang kedalam panci
150 ml air dituang kedalam gelas
Gelas diletakkan kedalam panci
Panci diletakkan diatas kompor
Mengaduk air didalam gelas dengan
menggunakan batang pengaduk
Mengukur suhu air yang berada dipanci
dan gelas dengan thermometer setiap
15 menit dalam jangka waktu 20 menit
Mencatat seluruh hasil pengamatan di
tabel hasil pengamatan
Selesai
2.
Perpindahan Panas Tanpa Menggunakan Batang Pengaduk
Penyiapan Alat dan Bahan
500 ml air dituang kedalam panci
150 ml air dituang kedalam gelas
Gelas diletakkan kedalam panci
Panci diletakkan diatas kompor
Mengukur suhu air yang berada dipanci
dan gelas dengan thermometer setiap
15 menit dalam jangka waktu 20 menit
Mencatat seluruh hasil pengamatan di
tabel hasil pengamatan
Selesai
3.3.2 Perpindahan Dingin
1. Perpindahan dingin Menggunakan Batang Pengaduk
Penyiapan Alat dan Bahan
500 ml air dituang kedalam panci
250 ml air dituang kedalam gelas
Gelas diletakkan kedalam panci
Suhu es didalam gelas dan panci
diamati menggunakan
termometer
Mengukur suhu air yang berada
dipanci
dan
gelas
dengan
thermometer setiap 15 menit dalam
jangka waktu 20 menit
Mencatat seluruh hasil pengamatan di
tabel hasil pengamatan
Selesai
2.
Perpindahan Panas Tanpa Menggunakan Batang Pengaduk
Penyiapan Alat dan Bahan
500 ml air dituang kedalam panci
250 ml air dituang kedalam gelas
Gelas diletakkan kedalam panci
Panci diletakkan diatas kompor
Mengukur suhu air yang berada dipanci
dan gelas dengan thermometer setiap
15 menit dalam jangka waktu 20 menit
Mencatat seluruh hasil pengamatan di
tabel hasil pengamatan
Selesai
3.4 Analisis Data
Perpindahan panas
1. Perpindahan panas menggunakan Batang Pengaduk
Suhu dipanci (°C) = T1
Suhu di gelas (°C) = T2
βˆ†π‘‡ = 𝑇1 − 𝑇2
a. 5 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 69°C - 51°C
= 18°C
b. 10 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 91°C - 72°C
= 19°C
c. 15 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 95°C - 88°C
= 7°C
d. 20 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 95°C - 88°C
= 7°C
2. Perpindahan panas Tanpa Batang Pengaduk
Suhu dipanci (°C) = T1
Suhu di gelas (°C) = T2
βˆ†π‘‡ = 𝑇1 − 𝑇2
a. 5 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 90°C - 60°C
= 30°C
b. 10 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 96°C - 95°C
= 1°C
c. 15 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 97°C - 87°C
= 10°C
d. 20 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 97°C - 87°C
= 10°C
Perpindahan Dingin :
1. Perpindahan panas menggunakan Batang Pengaduk
Suhu dipanci (°C) = T1
Suhu di gelas (°C) = T2
βˆ†π‘‡ = 𝑇1 − 𝑇2
a. 5 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 17°C - 19°C
= 2°C
b. 10 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 13°C - 11°C
= 2°C
c. 15 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 17°C - 10°C
= 7°C
d. 20 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 18°C - 8°C
= 10°C
3. Perpindahan panas Tanpa Batang Pengaduk
Suhu dipanci (°C) = T1
Suhu di gelas (°C) = T2
βˆ†π‘‡ = 𝑇1 − 𝑇2
a. 5 Menit
ΔT = T1 – T2
= 19°C - 20°C
= 1°C
b. 10 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 19°C - 20°C
= 1°C
c. 15 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 18°C - 20°C
= 2°C
d. 20 Menit
ΔT
= T1 – T2
= 18°C - 18°C
= 0°C
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari pengamatan pada perpindahan panas dan
perpindahan dingin yaitu:
4.1.1 Tabel perpindahan panas
Tabel 1. Pengamatan Perpindahan Panas Menggunakan Batang Pengaduk
Menit
Suhu di Panci ℃
Suhu di Gelas℃
βˆ†T℃
1
5
69℃
51℃
19℃
2
10
91℃
72℃
19℃
3
15
95℃
88℃
7℃
4
20
95℃
88℃
7℃
No
Adapun Grafik perpindahan panas dengan menggunakan batang pengaduk :
SUHU DI PANCI VS SUHU DI GELAS
100
80
60
40
20
0
69
91
95
95
Table 2. Pengamatan Perpindahan Panas Tanpa Batang Pengaduk
Menit
Suhu di Panci ℃
Suhu di Gelas℃
βˆ†T℃
1
5
90℃
60℃
30℃
2
10
96℃
95℃
11℃
3
15
97℃
87℃
10℃
4
20
97℃
87℃
10℃
No
Adapun Grafik perpindahan panas tanpa batang pengaduk :
SUHU DI PANCI VS SUHU DI GELAS
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90
96
97
97
Keterangan:
1 = Dengan Stirrer/ batang pengaduk
2 = Tanpa Stirrer/ batang pengaduk
Suhu awal = 28oC
4.1.2 Tabel perpindahan dingin
Tabel 1. Pengamatan Perpindahan Dingin Menggunakan Batang Pengaduk
Menit
Suhu di Panci ℃
Suhu di Gelas℃
βˆ†T℃
1
5
17℃
19℃
2℃
2
10
13℃
11℃
2℃
3
15
17℃
10℃
7℃
4
20
18℃
8℃
10℃
No
Adapun Grafik perpindahan dingin menggunakan batang pengaduk :
SUHU DI PANCI VS SUHU DI GELAS
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
13
17
17
18
Table 2. Pengamatan Perpindahan Panas Tanpa Batang Pengaduk
No
Menit
Suhu di Panci ℃
Suhu di Gelas℃
βˆ†T℃
1
5
19℃
20℃
1℃
2
10
19℃
20℃
3℃
3
15
18℃
20℃
2℃
4
20
18℃
18℃
0℃
V.
VI.
Adapun Grafik perpindahan dingin tanpa batang pengaduk :
suhu dipanci vs suhu digelas
20,5
20
19,5
19
18,5
18
17,5
17
18
Keterangan:
1 = Dengan Stirrer/ batang pengaduk
18
19
19
2
= Tanpa Stirrer/ batang pengaduk
Suhu Awal = 28 0C
4.2
Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini antara lain pengamatan
mengenai perpindahan panas dan perpindahan dingin. Pada pindah panas pada
awalnya diukur suhu antara 2 air yang berada pada wadah yang berbeda.
Pengamatan pertama dilakukan menggunakan stirrer atau batang pengaduk. Pada
percobaan pertama pada waktu 5 Menit sampai 20 Menit suhu dalam panci lebih
besar dari pada suhu dalam gelas. Data yang didapat pada pengukuran pertama, air
dalam panci memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan pada suhu dalam
gelas.Begitu pula dengan hasil percobaan ke dua dari waktu 5 menit sampai 20
menit tanpa batang pengaduk suhu panci lebih besar dari pada suhu gelas.
Dan dapat dilihat hasil dari grafik pindah panas dengan batang pengaduk
setiap wadah mengalami kenaikan suhu hal ini disebabkan oleh batang pengaduk
dapat berfungsi untuk meratakan penyebaran kalor pada pendah pada media air
didalam gelas. Perpindahan kalor terjadi pada proses konduksi dari panci lalu ke air
yang berada didalam panci kemudian ke air pada gelas. Namun pada percobaan
tanpa batang pengaduk mengalami penurunan suhu air dalam gelas tidak sebesar
air didalam panci karena daya hantar gelas yang rendah sehingga mengalami
penurunan suhu.
Sedangkan pada pengamatan perpindahan dingin data suhu yang diperoleh
pada percobaan pertama mengunakan batang pengaduk atau stirrer pada percobaan
ke 5 menit sampai 20 menit suhu dalam panci lebih rendah daripada suhu dalam
gelas, sedangkan pada percobaan kedua tanpa batang pengaduk dari waktu ke 5
menit sampai 20 menit mengalami naik turun suhu dari panci ke gelas.
Dapat dilihat dari hasil grafik percobaan pindah dingin menggunakan
batang pengaduk terjadi perpindahan kalor dari air didalam gelas ke es yang berada
didalam panci yang akhirnya mengalami kenaikan suhu, dan perpindahan dingin
tanpa batang pengaduk tidak terlalu mengalami perpindahan atau perubahan yang
signifikan, hal ini dikarenakan tidak adanya perlakuan pengadukan yang dapat
membuat percepatan perpindahan dingin dari panci ke gelas.
V.
4.2
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pindah panas dan
pindah dingin sebagai berikut :
1. Pada praktikum kali ini terdapat dua percoban yaitu perpindan panas dan
perpindahan dingin, untuk percobaan pindah panas hasilnya dimana pada
suhu dalam panci lebih tinggi dari pada suhu dalam gelas. Pada saat
mengunakan stirrer dapat mempertahankan panas lebih lebih lama
dibandingkan dengan tidak mengunakan stirrer, hal ini dikarenakan stirrer
dapat membantu meratakan penyebaran kalor pada media air di dalam panci
dan gelas. Sedangkan pada perpindahan dingin didapatkan hasil dimana
pada percobaan pertama mengunakan batang pengaduk suhu dalam panci
lebih rendah dari pada suhu dalam gelas. Dan pada percobaan kedua tanpa
batang pengaduk suhu panci lebih rendah dari pada suhu gelas, hal ini
menunjukkan terjadinya perpindahan kalor dari air didalam gelas yang
berada dalam panci yang akhirnya menghasilkan keadaan setimbang antara
keduanya.
2. Pada perpindahan panas dengan batang pengaduk jika melihat entalpi atau
ΔT positif, dan percobaan pada perpindahan panas tanpa batang pengaduk
melihat entalpi atau ΔT positif. Sedangkan pada perpindahan dingin batang
pengaduk jika melihat entalpi atau ΔT negative dan perpindahan dingin
tanpa batang pengaduk melihat ΔT negative juga.
4.3
Saran
Sebaiknya praktikan mendengarkan pengarahan dari asisten dosen dan
jangan banyak mengeluh musabab mengeluh tidak menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Adimsyah. S . 2010 .Perpindahan Panas. Gramedia. Jakarta.
Agusalim
H.
2010.
Analisa
perpindahan
panas
secara
konveksi.
https://royindralesma.word.press.com/2008/01/15/analisa-perpindahanpanas-secara-konveksi/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Anonim1. 2010. Perpindahan Panas.
https://id.wikipedia.org/wiki/pindahan-
panas. Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Anonim2.
2014.
Laporan
Praktikum
Pindah
Panas.
https://mengerjakantugas.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 30 Mei
2020.
Bouche, 2012. Teknik Perpindahan Panas. ITB press. Bogor.
Darwish.
N,SH.
2010.
Perpindahan
http://mastino.blogspot.co.id/2012/07/perpindahan-panas.html.
panas.
Diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.
Foster,
2010.
Kalorimeter
dan
kapasitas
kalor.
http://choalialmus89.blogspot.co.id/2010/11/percobaan-4-kalorimeter-dankapasitas.html. Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Masyithah, Z dan Haryanto, B. 2009. Perpindahan Panas. USU. Medan.
Sears, Z. 2014 Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.
Tripler, 2009. Fisaka Jilid II. Erlangga. Jakarta
Download