Uploaded by User55320

Laporan Banjir

advertisement
LAPORAN
PENGANTAR MANAJEMEN KEBENCANAAN
BENCANA BANJIR
KELOMPOK 5 ( KELAS C ):
1. Rahmad Hidayat
(17511091)
2. Muhammad Ridwan N.H (17511092)
3. Mokh. Zaki Setiwan
(17511094)
4. Hizza Nabil
(17511095)
5. Muhammad Fadlan Adi (17511097)
6. Ahmad Romzi Mumtaz M(17511098)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“BENCANA BANJIR” yang disusun untuk tugas kuliah Pengantar Manajemen Kebencanaan
semester 2.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Yogyakarta, 17 Maret 2018
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 4
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 5
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 6
1.4. Sumber Data .................................................................................................... 6
II. PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
2.1. Pengertian/Definisi Bencana Banjir ................................................................ 7
2.2. Penyebab Bencana Banjir ................................................................................ 7
2.3. Klasifikasi Bencana Banjir .............................................................................. 10
2.4. Penanggulangan Bencana Banjir ..................................................................... 13
2.4.1. Sebelum terjadi bencana ........................................................................ 13
2.4.2. Saat terjadi bencana ............................................................................... 17
2.4.3. Setelah terjadi bencana .......................................................................... 18
III. PENUTUP ............................................................................................................ 22
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 22
3.2. Saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 23
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Banjir Bandang di Kendal ....................................................................... 11
Gambar 2.2. Banjir Lumpur di Banjar ......................................................................... 12
Gambar 2.3. Banjir Rob di Indramayu ......................................................................... 12
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peristiwa alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh yang ditimbulkan oleh
alam itu sendiri. Peristiwa alam dapat bersifat merugikan dan membahayakan. Akan tetapi,
dapat pula tidak membahayakan. Contoh peristiwa alam yang membahayakan adalah banjir,
gunung meletus, gempa bumi, angin topan, dan tanah longsor. Peristiwa alam yang
tidak membahayakan misalnya pergantian musim, terbentuknya embun, dan pelangi.
Salah satu peristiwa alam yang merugikan manusia dan sering terjadi di berbagai
negara adalah banjir. Banjir adalah peristiwa alam yang bisa dikategorikan sebagai sebuah
bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Banjir sebagai suatu keadaan air yang menenggelami atau menggenangi sesuatu
kawasan atau tempat yang luas. Adapula yang mendefinisikan banjir sebagai luapan air
yang melebihi dari standar kapasitas akibat hujan yang terus-menerus. Ada lagi yang
menyatakan banjir sebagai hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi
permukaan bumi kawasan tersebut.
Penyebab banjir biasanya dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi, permukan
tanah yang lebih rendah dibandingkan permukaan laut, pemukiman yang membangun pada
dataran sepanjang sungai atau kali, adanya sampah sehingga aliran sungai tidak lancar.
Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli lagi terhadap lingkungan hidup
tempat mereka tinggal. Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang peduli
terhadap kelestarian lingkungan. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah
sembarangan
juga menggundulkan hutan. Merusak lingkungan atau mengeksploitasi
lingkungan secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Melihat dari keadaan diatas, dalam diskusi kali ini kami akan membahas penyebab
banjir, dan cara penanggulangannya.
5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian bencana banjir?
2.
Apa saja penyebab bencana banjir?
3.
Apa saja jenis / macam / tipe dari bencana banjir?
4.
Bagaimana cara pennggulangan bencana banjir di saat:
a. Sebelum terjadi bencana (mitigasi, prevention, kesiapsiagaan, dan EWS)?
b. Saat terjadi bencana (respon/tanggap darurat)?
c. Setelah terjadi bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi)?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan laporan ini adalah
untuk:
1.
Mengetahui pengertian bencana banjir.
2.
Mengetahui saja penyebab bencana banjir.
3.
Mengetahui apa saja jenis / macam / tipe dari bencana banjir.
4.
Mengetahui bagaimana cara penanggulangan bencana banjir di saat:
a. Sebelum bencana (mitigasi, prevention, kesiapsiagaan, dan EWS).
b. Saat terjadi bencana (respon/tanggap darurat).
c. Setelah terjadi bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).
1.4. Sumber Data
Referensi tentang bencana banjir didapat dari media internet.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian/Definisi Bencana Banjir
Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang
berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya kering.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir adalah berair banyak
dan juga deras, kadang-kadang meluap. Hal itu dapat terjadi sebab jumlah air yang ada di
danau, sungai, ataupun daerah aliran air lainnya yang melebihi kapasitas normal akibat
adanya akumulasi air hujan atau pemampatan sehingga menjadi meluber.
Banjir juga merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air yang berlebihan
merendam suatu daratan. Meski kerusakan yang dapat akibatkan bencana banjir dapat
dihindari dengan cara pindah menjauh dari danau, sungai, atau aliran air lainnya, orangorang akan tetap menetap serta bekerja dekat daerah-daerah aliran air tersebut guna mencari
nafkah dan juga memanfaatkan biaya murah. Manusia masih terus menetap di wilayah yang
rawan banjir tersebut merupakan sebuah bukti bahwa nilai menetap di wilayah yang rawan
banjir lebih besar dibandingkan dengan biaya kerusakan akibat bencara banjir periodik.
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa Banjir
adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran
yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu
ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi
kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.
2.2 Penyebab Bencana Banjir
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran
atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada
saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan
mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam
bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi)
dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Penyebab banjir merupakan bencana alam yang terjadi di berbagai kota-kota di dunia
dengan skala yang berbeda. Manfaat air bagi kehidupan merupakan kebutuhan yang paling
7
penting bagi manusia, namun ketika keseimbangan proses alam menjadi terganggu, bencana
seperti banjir ini bisa datang.
Negara dengan iklim tropis memiliki intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga
ketika musim penghujan datang debit pada penampungan air seperti waduk, kali, sungai
menjadi tinggi dan meluap. Ketika hal tersebut terjadi, membawa masalah lingkungan yang
dikhawatirkan akan terus datang disetiap musim hujan yaitu, bencana banjir.
Mudahnya penyebab banjir dapat terlihat dari definisi banjir secara sederhana yaitu
hadirnya air pada kawasan luas sehingga menutupi permukaan daratan pada kawasan
tersebut. Contohnya ketika terjadi peningkatan curah hujan pada suatu wilayah, akan
membuat air di tempat tersebut meningkat. Jika pada kawasan tidak memiliki sistem
perairan yang baik, genangan akan terus meningkat seiring dengan proses terjadinya hujan
yang terus terjadi.
Berikut beberapa penyebab banjir:
1) Penebangan hutan liar
Penebangan hutan secara liar yang membuat hutan menjadi gundul merupakan salah
satu penyebab banjir. Hal ini karena, akar pohon memiliki fungsi untuk menyerap air. Oleh
sebab itu, jika banyak pohon yang hilang maka akan dengan mudah terjadi bencana banjir.
2) Buang sampah sembarangan
Penyebab banjir yang satu ini sudah tidak asing lagi. Sampah yang dibuang
sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air lainnya dapat menyumbat
aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan menyebabkan terjadinya banjir.
3) Pemukiman di bantaran sungai atau aliran air
Pemukiman yang didirikan di bantaran sungai mengakibatkan sungai tersebut rentan
terjadi pendangkalan. Pendangkalan yang terjadi di sungai karena kebiasaan untuk
membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di kiri kanan bangunan tersebut dapat saja
ambles dan kemudian menutup sisi sungai. Sehingga sungai menjadi menyempit dan rawan
banjir.
8
4) Dataran rendah
Daerah-daerah yang berada di dataran rendah dapat menyebabkan banjir, hal ini
karena luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi ke rendah sehingga dapat
beresiko terkena banjir.
5) Curah hujan yang tinggi
Penyebab banjir ini disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam jangka waktu lama, memiliki
resiko yang besar untuk terjadi banjir terlebih jika berada di dataran rendah.
6) Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan Amdal
Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan amdal yang terlebih di lingkungan
perkotaan. Daerah hutan ataupun rawa yang dapat membantu untuk mencegah atau
mengurangi banjir, namun dipakai untuk membangun mall atau bangunan lainnya sehingga
merusak lapisan atmosfer dan akan mudah beresiko terjadinya banjir.
7) Bendungan yang jebol
Bendungan yang jebol adalah salah satu penyebab banjir disekitar lingkungan yang
daerah tersebut kurang terawat serta mudah dirusak kelestariannya, dengan memanfaatkan
sesuatu yang tidak pada tempatnya dan juga hasilnya dapat berakibat banjir bandang yang
sangat merugikan.
8) Salah sistem kelola tata ruang
Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk menyerap serta
alirannya lambat. Sementara air yang datang ke wilayah tersebut jumlahnya akan lebih
banyak dari yang biasanya dialirkan sehingga dapat dengan cepat terjadi banjir.
9) Tsunami
Merupakan jenis banjir air laut yang sangat besar. Tsunami merupakan penyebab
banjir yang sangat merugikan. Tsunami pada umumnya dapat terjadi dikarenakan
pergeseran lapisan lempeng bumi. Tingginya gelombang tsunami dapat dengan mudah
menyapu daerah-daerah yang ada di sekitarnya hingga dapat menimbulkan banyak kerugian
dan korban jiwa.
9
10) Tanah yang sudah tidak dapat menyerap air
Tanah yang sudah tidak dapat untuk menyerap air dapat dikarenakan beberapa faktor,
salah satunya karena tanah tersebut sudah jarang ditemukan lahan hijau ataupun lahan
kosong. Sehingga air tidak terserap ke dalam tanah melainkan langsung masuk ke sungai,
danau, selokan, atau saluran air yang lainnya. Air yang ada dalam jumlah banyak apabila
sudah tidak dapat tertampung oleh saluran air tersebut dapat menggenang serta
menyebabkan banjir.
2.3 Klasifikasi Bencana Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara berkala
dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta mencairnya es atau
gletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis
seperti Indonesia, banjir sungai terjadi pada musim hujan.
2) Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air
danau disebabkan hal berikut:
a. Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat menggerakkan air
danau hingga keluar melewati batas (tanggul) danau.
b. Masuknya air ke danau, baik curah hujan maupun dari sungai hingga
melewati batas daya tamping danau.
3) Banjir Laut Pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Seperti halnya pada
banjir danau, badai mambawa air laut hingga ke dataran. Banjir berupa gelombang
pasang yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami.
10
Adapun Jenis-jenis banjir yaitu sebagai berikut:
1) Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan banjir yang sangat berbahaya, sering kali
menimbulkan korban jiwa saat banjir bandang. Banjir bandang ini mengangkut air
dan juga lumpur. Banjir ini katagori banjir yang sangat berbahaya karena bisa
mengangkut apa saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup parah.
Banjir bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah
pegunungan. Saat banjir bandang, biasnya banjir ini akan membawa pohon pohon
dan bebatuan berukuran besar sehingga bisa merusak pemukiman warga dan dapat
menimbulkan korban jiwa.
Gambar 2.1. Banjir Bandang di Kendal
2) Banjir Air
Banjir air adalah jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasnya banjir ini
terjadi akibat meluapnya air sungau, danau atau selokan. Karena intensitas banyak
sehingga air tidak tertampung dan meluap itulah banjir air. Banjir air sangat sering
terjadi saat hujan deras dalam kurun waktu yang lama, sehingga air tidak
tertampung dan meluap.
11
3) Banjir Lumpur
Banjir lumpur memiliki kemiripan dengan banjir bandang, namun banjir
lumpur ini keluar dari dalam bumi yang akan mengenangi daratan. Lumpur ini
mengandung bahan gas yang sangat berbahaya.
Gambar 2.2 Banjir Lumpur di Banjar
4) Banjir Rob
Banjir rob biasanya terjadi akibat air laut yang pasang. Biasnya banjir ini
akan menerjang kawasan pemukiman di wilayah pesisir pantai. Di jakrta biasanya
banjir rob akan melanda kota muara baru jakarta. Air laut yang pasang, akan
menahan laju air sungai yang sudah banyak sehingga akan menjebol tanggul dan
meluap mengenangi daratan.
Gambar 2.3 Banjir Rob di Indramayu
5) Banjir Cileunang
Banjir cileunang hampir mirip dengan banjir air, namun banjir cileunang ini
terjadi akibat derasnya hujan sehingga debit air pun menjadi banyak dan tidak
terbendung. Jikan intensitas hujan deras biasanya air akan meluap dan itu di sebut
dengan banjir cileunang.
12
2.4 Penanggulangan Bencana Banjir
2.4.1 Sebelum terjadi bencana
1. Mitigasi menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa pengertian
mitigasi dapat didefinisikan adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik(mitigasi struktural) maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non
struktural).
Jenis-jenis mitigasi:
1) Mitigasi Struktural
Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir
bencana seperti dengan melakukan pembangunan khusus untuk mencegah banjir
dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, serta
infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air
nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila
bencana tersebut terjadi.
Contoh mitigasi struktural:
a. Membangun tembok pertahanan dan tanggul
Sangat dianjurkan untuk membangun tembok pertahanan dan tanggul
di sepanjang aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti
kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk
mengurangi resiko dari bencana banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit
banjir yang tidak bisa diprediksi. Misalnya adalah banjir bandang.
b. Mengatur kecepatan aliran dan debit air
Diusahakan untuk memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di
daerah hulu. Yang dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan
keluar air di bagian hulu serta membangun bendungan / waduk guna
membendung banjir.
c. Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan
Pembersihan sungai sangatlah penting, dimana hal ini untuk
mengurangi sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat
diterapkan di sungai yang memiliki saluran terbuka, tertutup ataupun di
terowongan.
13
2) Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi
struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi
non-struktural ini sangat mengharapkan dari perkembangan teknologi yang
semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang dapat memprediksi,
mengantisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu bencana.
Contoh mitigasi non-struktural:
a. Pembentukan LSM
Membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap
bencana alam dan juga mengadakan kampanye peduli bencana alam kepada
masyarakat, agar masyarakat lebih sadar untuk selalu siap apabila bencana
alam terjadi.
b. Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan
Melatih, mendidik dan memberikan pelatihan kepada masyarakat
akan bahaya banjir yang disertai dengan pelatihan lapangan.
c. Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA
Dimana dalam kelompok tersebut didalamnya beranggotakan instansi
terkait untuk melakukan dan menetapkan pembagian peran dan kerja untuk
penanggulangan benjana bajir.
d. Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir
Melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan banjir,
sehingga apabila ada tanggul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki.
e. Memperbaiki Sarana dan Prasarana
Mengajukan proposal untuk pembangunan perbaikan sarana dan
prasarana yang memang sudah tidak layak.
f. Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir
Mengevaluasi dan memonitor data curah hujan, debit air dan
informasi yang berkaitan dengan banjir seperti daerah yang rawan banjir dan
mengidentifikasi daerah yang rawan banjir tersebut. Apakah memang ada
tanggul yang rusak atau memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila
ditempati.
14
g. Membuat Mapping
Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir disertai
dengan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos pengamat banjir.
h. Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya
Menguji sarana sistem peringatan dini terhadap banjir serta
memikirkan langkah selanjutnya apabila sarana tersebut belum tersedia.
i. Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan
Mempersiapkan persediaan tanggap darurat seperti menyediakan
bahan pangan, air minum dan alat yang akan digunakan ketika bencana
banjir terjadi.
2. Prevention adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana. Banjir
ini bisa terjadi tidak karena faktor alami saja, namun juga terkadang ada kesalahan
manusia. Maka dari itulah kita sebagai manusia harusnya bisa mencegah agar banjir
ini tidak terjadi. Ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan manusia
untuk mencegah terjadinya banjir atau meminimalisasi terjadinya banjir. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mencegah terjadinya banjir antara lain
sebagai berikut:
a. Membuang sampah pada tempatnya
Cara yang paling mudah dan sederhana yang bisa kita lakukan
sebagai upaya pencegahan banjir adalah membuang sampah pada tempatnya.
Meskipun cara ini tergolong berperan sedikit namun apabila dilakukan oleh
banyak orang dan dilakukan secara konsisten maka akan mendatangkan
perubahan yang begitu besar.
b. Membuat saluran air yang baik
Adanya saluran air yang baik juga sangat menunjang upaya
pencegahan banjir. Untuk mencegah terjadinya banjir diperlukan adanya
sistem irigasi hingga pembuangan akhir yang jelas. Saluran air yang baik
akan bermuara ke sungai besar yang pada akhirnya akan bermuaran di laut
sehingga air tidak meluber ke dataran kering.
15
c. Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang
pohon yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang
baru. Hal ini ditujukan untuk regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak
menjadi gundul.
d. Hindari membuat rumah di pinggiran sungai
Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir
sungai, ada baiknya pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk
karena menyebabkan banjir dan tatanan masyarakat tidak teratur.
3. Kesiapsiagaan + EWS
Merupakan suatu bentuk dasar dari sikap antisipasi terhadap suatu kejadian
yang akan berlangsung.
Beberapa upaya penanggulangan banjir yang perlu dilakukan pada tahap
kesiapsiagaan adalah berikut ini:
a. Melakukan pertemuan masyarakat untuk membahas evaluasi banjir yang
pernah terjadi dan melakukan perencanaan untuk menghadapi banjir yang
mungkin akan datang. Kegiatan ini bisa dilakukan pada saat menjelang
musin hujan.
b. Memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
penyebab banjir dan dampaknya.
c. Kampanye keterlibatan masyarakat dan pertolongan diri sendiri. Tujuannya
adalah untuk menjaga masyarakat agar siap siaga dan memahami apa
yang harus dilakukan pada saat sebelum, ketika dan setelah banjir.
d. Membuat sistem peringatan dini. Sistem peringatan dapat mengacu pada
standar level peringatan seperti siaga I, Siaga II, Sigas II, AWAS dan lain
sebagainya. Sistem peringatan dini dapat berupa sirine, pengeras suara
atau kentongan.
e. Menyiapkan tempat pengungsian. Tempat ini merupakan tempat yang
diperkirakan aman dari banjir dan mampu menampung masyarakat yang
akan mengungsi bila banjir terjadi.
16
f. Menyiapkan proses pengungsian. Ketika nantinya banjir benar-benar terjadi,
proses evakuasi ke pengungsian akan menjadi lebih mudah apabila telah
dipersiapkan sebelumnya. Kesiapan ini dapat berupa pembuatan dan
menandai jalur evakuasi, melakukan simulasi evakuasi, dan membentuk
tim pencarian dan evakuasi.
2.4.2 Saat terjadi bencana
Tanggap darurat yang dalam bahasa Inggris disebut response adalah kegiatan
yang dilakukan segera setelah terjadi dampak banjir. Bila diperlukan tindakantindakan luar biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar korban bencana yang
selamat.
1. Tindakan yang harus dilakukan pemerintah ketika banjir berupa:
a. Pengerahan Tim Reaksi Cepat.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan penampungan sementara.
c. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
d. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan di tempat pengungsi/
penampungan sementara.
e. Pengerahan sarana transportasi untuk menjangkau daerah pengungsi.
2. Tindakan pada saat banjir yang harus dilakukan masyarakat adalah:
a. Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi atau ke tempat pengungsian
yang sudah ditetapkan di wilayahnya.
b. Membawa perlengkapan darurat (survival kit).
c. Menyelamatkan dokumen dan barang-barang berharga sehingga tidak rusak
atau hilang terbawa banjir.
d. Jika dalam keadaan tertentu tidak dapat meninggalkan rumah, usahakan
berada di tempat yang tinggi di rumah.
e. Matikan peralatan listrik/sumber listrik dari meterannya. Jangan menyentuh
peralatan listrik jika kita dalam keadaan basah atau berdiri di air.
f. Tutup lubang sanitasi.
g. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah.
17
3. Pada saat melakukan evakuasi atau mengungsi/pindah ke tempat yang aman ketika
terjadi banjir, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Melakukan evakuasi ke tempat evakuasi dengan rute yang telah ditentukan
sebelumnya.
b. Hindari berjalan di dekat saluran air atau lokasi yang berarus deras agar
terhindar dari seretan arus banjir.
c. Jika bertemu genangan banjir, segera berhenti dan cari jalan lain yang
aman.
d. Pilih tempat berjalan yang tinggi. Walaupun genangan banjir hanya
setinggi mata kaki, genangan banjir tetap perlu dihindari. Genangan banjir
setinggi 15 cm dapat membuat terjatuh. Genangan banjir setinggi 70 cm
dapat menghanyutkan mobil. Ada kemungkinan tiang listrik roboh akibat
banjir. Air adalah penghantar yang baik bagi arus listrik, sehingga dapat
terjadi sengatan arus listrik pada orang yang melalui genangan. Sengatan
listrik tersebut dapat mengakibatkan kematian. Jangan bermain di genangan
banjir (bermain air, berenang dan lain lain).
e. Berhati hati terhadap benda benda yang terbawa aliran sungai, termasuk
hewan liar yang mungkin berbahaya (ular, kalajengking, dan lainnya).
f. Dilarang meminum air dari genangan banjir.
g. Dilarang memakan makanan yang terkena banjir.
h. Jangan berkendaraan dalam wilayah banjir. Jika aliran banjir mengelilingi
kendaraan, tinggalkan mobil dan pindah ke tempat yang lebih tinggi. Kita
dan kendaraan bisa tersapu dengan cepat.
2.4.3
Setelah terjadi bencana
Penanganan pasca bencana banjir adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan
yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam
rangka menangani suatu areal setelah banjir. Penangan pasca bencana banjir dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
18
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah Perbaikan dan Pemulihan semua aspek layanan publik/
masyarakat sampai tingkat memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama Normalisasi/ berjalannya secara wajar berbagai aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d. Pemulihan sosial psikologis.
e. Pelayanan kesehatan.
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
g. Pemulihan sosial ekonomi budaya.
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban.
i. Pemulihan fungsi pemerintahan.
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun juga sebagai
pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi.
b. Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan terintegrasi
dengan kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan dini serta kegiatan
rekonstruksi.
c. “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment Team” segera setelah terjadi
bencana.
d. Program Rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat (sesuai dengan
Perpres tentang Penetapan Status dan Tingkatan Bencana) dan diakhiri setelah
tujuan utama rehabilitasi tercapai.
19
2. Rekontruksi
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata
yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
Lingkup Pelaksanaan Rekonstruksi:
a.
Program Rekonstruksi Fisik
Yang dimaksud dengan rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk
memulihkan kondisi fisik melalui pembangunan kembali secara permanen
prasarana dan sarana permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat
(kesehatan, pendidikan dll), prasarana dan sarana ekonomi (jaringan
perhubungan, air bersih,
sanitasi
dan drainase, irigasi,
listrik
dan
telekomunikasi dll), prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dll.) yang
rusak akibat bencana, agar kembali ke kondisi semula atau bahkan lebih baik
dari kondisi sebelum bencana. Cakupan kegiatan rekonstruksi fisik mencakup,
tapi tidak terbatas pada, kegiatan membangun kembali sarana dan prasarana
fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut: a. prasarana dan sarana; b. sarana
sosial masyarakat; c. penerapan rancang bangun dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana.
b.
Program Rekonstruksi Non Fisik
Yang dimaksud dengan rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk
memperbaiki atau memulihkan kegiatan pelayanan publik dan kegiatan sosial,
ekonomi serta kehidupan masyarakat, antara lain sektor kesehatan, pendidikan,
perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan, peribadatan dan kondisi
mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh bencana, kembali ke kondisi
pelayanan dan kegiatan semula atau bahkan lebih baik dari kondisi
sebelumnya.
20
Cakupan kegiatan rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:
i. Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan sosial
dan budaya masyarakat.
ii. Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat.
iii. Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat
iv. Kesehatan mental masyarakat
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banjir merupakan bencana alam yang sangat merugikan bagi kita. Mencegah dan
menanggulangi banjir tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang
saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindar dari efek
negative bencana banjir.
Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan
terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat
sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta
masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara
bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan
setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus
(life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk
pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara
menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah
sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata
guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
3.2 Saran
Lingkungan ini adalah lingkungan kita yang penting untuk dijaga kebersihan dan
kelestariannya untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Jaga kebersihan dan kelestarian lingkungan juga merupakan kewajiban bagi kita agar
terhindar dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti
kematian yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.
22
DAFTAR PUSTAKA
Banjir dan Upaya Penanggulangannya, Promise Indonesia (Program for Hydro –
Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia), Pusat Mitigasi Bencana ITB,
Bandung, 2009.
http://forum.teropong.id/2017/08/29/pengertian-banjir-macam-macam-penyebab-akibatdan-keuntungan-banjir/
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/
http://swaragunungkidul.com/tanggap-bencana-1-apa-saja-upaya-tanggap-darurat-banjir/
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/
23
Download