Uploaded by User55013

makalah kel 11 Bunyavirus

advertisement
Makalah Bunyaviridae
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Virologi
Disusun oleh:
Kelompok 11 (D4 Tingkat 3)
Anisa Nur Maulidina
(P17334117408)
Adela Syafira Nursaputro (P17334117425)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN AAHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah virology tentang bunyaviridae
Adapun makalah virology tentang bunyaviridae ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlanca rpembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan bayak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segilainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami.
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Cimahi, 8 Mei 2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ....................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Bunyaviridae ....................................................................................................... 6
2.2 Jenis-jenis Bunyaviridae ....................................................................................................... 7
2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae .......................................................... 16
BAB III ......................................................................................................................................... 18
Kesimpulan ................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Virologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang virus. Virus adalah organisme yang
sangat kecil dan jauh lebih kecil dari bakeri. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang
menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit
obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil
asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Bunyaviridae adalah keluarga virus yang menyerang mamalia dan burung, serta
arthropoda. Bunyaviridae memiliki ciri virion yang berbentuk sferis dengan diameter 90-100nm,
dan membentuk selubung lipid yang tebuat dari glikoprotein. Virus ini memiliki tiga buah
nukleokapsid berbentuk heliks.Genom tersusun dari RNA utas tunggal yang memiliki tiga
segmen berukuran besar, sedang, dan kecil. Keluarga Bunyaviridae adalah salah satu keluarga
virus terbesar dan paling beragam. Virus ini terdiri dari virus dengan genom RNA indra negatif
yang menghasilkan virion bulat berselubung dengan diameter 80-120 nm. Semua genom
bunyavirus terdiri dari tiga segmen (S, M, L), tetapi mereka berbeda dalam strategi
pengkodeannya untuk menghasilkan protein struktural dan nonstruktural. Replikasi virus
terjadi dalam sitoplasma sel yang terinfeksi, dan partikel virus matang di dalam sel dengan
bertunas terutama pada membran aparatus Golgi. Keluarga ini memiliki lebih dari 400 virus
anggota
yang
diklasifikasikan
secara
dominan
ke
dalam
lima
genera: Hantavirus , Nairovirus , Orthobunyavirus , Phlebovirus , dan Tospovirus .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Bunyaviridae?
1.2.2 Apa jenis-jenis Bunyaviridae?
1.2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae
4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Bunyaviridae
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenisBunyaviridae
1.3.3 Untuk mengetahui Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bunyaviridae
Virus Bunya didistribusikan ke seluruh dunia dan menginfeksi hewan dan tumbuhan
vertebrata dan invertebrata. Virus ditularkan oleh vektor yang terinfeksi, termasuk nyamuk,
kutu, lalat pasir, thrip, tikus, eulipotyphla, dan kelelawar. Infeksi pada manusia menyebabkan
berbagai penyakit mulai dari sindrom demam ringan hingga penyakit pernapasan parah atau
demam berdarah dan ensefalitida yang fatal. Beberapa virus bunya menyebabkan penyakit
pada hewan dan tumbuhan domestik yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang
signifikan. Di banyak daerah di dunia, sindrom penyakit baru yang disebabkan oleh virus
bunya sedang dicirikan. Selain itu, dengan penggunaan teknologi baru untuk penemuan virus,
bunyavirus baru terus diidentifikasi dalam vektor arthropoda dan host reservoir baru, dan
kemungkinan tren ini akan berlanjut ke masa depan.
Bunyaviridae adalah keluarga virus yang menyerang mamalia dan burung, serta
arthropoda. Bunyaviridae memiliki ciri virion yang berbentuk sferis dengan diameter 90-100nm,
dan membentuk selubung lipid yang tebuat dari glikoprotein. Virus ini memiliki tiga buah
nukleokapsid berbentuk heliks.Genom tersusun dari RNA utas tunggal yang memiliki tiga
segmen berukuran besar, sedang, dan kecil.
Berdasarkan karakteristik genom, antigen nukleokapsid, dan cara transmisi, Bunyaviridae
dibagi menjadi beberapa genus, yaitu Bunyavirus yang banyak menginfeksi nyamuk,
Phlebovirus yang menyerang tungau, Hantavirus (Virus Hanta) yang menyerang arthopoda dan
hewan pengerat, dan Nairovirus yang menyebabkan penyakit hemorrhagic
Keluarga Bunyaviridae adalah salah satu keluarga virus terbesar dan paling
beragam. Virus ini terdiri dari virus dengan genom RNA indra negatif yang menghasilkan
virion bulat berselubung dengan diameter 80-120 nm. Semua genom bunyavirus terdiri dari
tiga segmen (S, M, L), tetapi mereka berbeda dalam strategi pengkodeannya untuk
menghasilkan protein struktural dan nonstruktural. Replikasi virus terjadi dalam sitoplasma sel
yang terinfeksi, dan partikel virus matang di dalam sel dengan bertunas terutama pada
membran aparatus Golgi. Keluarga ini memiliki lebih dari 400 virus anggota yang
diklasifikasikan secara dominan ke dalam lima
genera: Hantavirus , Nairovirus , Orthobunyavirus , Phlebovirus , dan Tospovirus .
6
2.2 Jenis-jenis Bunyaviridae
Terdapat beberapa Spesies Bunyaviridae yang dikenal di dunia. Jenis-jenis tersebut dapat
menmbulkan penyakit, yaitu :
2.2.1 Bunyaviridae phlebovirus
Definisi
"Bunyaviridae phlebovirus" biasa disebut Rift Valley Fever (RVF) adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh kuman penyakit.Penyakit ini menyerang manusia dan hewan.
sejarah
Bunyaviridae phlebovirus, pertama kali ditemukan tahun 1931 di Afrika Timur terutama masa
perternakan domba, namun tidak masuk klasifikasi arbovirus seperti flu dengan disertai infeksi
pada retina. Eksperimen mengenai phlebovirus ini dilakukan di sebagian wilayah Sahara-Afrika
dan Madagaskar.
infeksi
Ada tiga cara penyebaran/penularan yang utama dari RVF:



Penularan lewat kulit
Penularan lewat udara
Penularan lewat nyamuk atau gigitan serangga lainnya.
Contoh penularan lewat gigitan nyamuk : Ae. cumminsii, Ae. circumluteolus, dan Ae.
Mcintoshi adalah tiga spesies nyamuk penyebab Bunyaviridae phlebovirus, namun siklus
infeksinya belum ditemukan hingga saat ini. Virus ini juga ditularkan lewat kontak langsung
dengan darah, proses sekresi,atau ekskresi dari binatang yang terinfeksi. Karena RVF menyerang
ternak, bersinggungan langsung (menyembelih atau sekedar memelihara) ternak yang terinfeksi
dapatmembantu proses penularan RVF. Dapat pula disebabkan karena memakan daging ternak
yang telah terinfeksi.
Ternak yang terinfeksi
RVF hidup didalam hati dan otak, virus ini mungkin juga menyerang pembuluh darah otak dan
menginfeksi neuron dan glia.
inkubasi
7
Masa inkubasi dari VRF berkisar antara 2-6 bulan
Gejala.
Beberapa pasien tidak menunjukkan adanya gejala, namun beberapa diantaranya mendapat
serangan ringan secara mendadak(tiba-tiba) dengan dua tahap pada hati dan ginjal yang tidak
berfungsi. Komplikasi yang sering terjadi adalah retinitis dengan scotoma ditengah.1%-10%
penderita biasanya sembuh total. Namun penyakit biasanya muncul(dirasakan) setelah 2-7 hari
setelah timbul gejala. Penyakit ini menyerang manusia hanya sebesar 1%, selebihnya menyerang
ternak (100%) dan domba yang baru lahir (90%).Dalam beberapa kasus, penyakit ini berubah
menjadi kasus yang serius. Gejala disertai penyerangan, myalgias dan radang otak disertai sakit
kepala, koma dan serangan tiba-tiba. Gejala lain meliputi : sakit kambuhan, pusing, dan
hilangnya berat badan secara ekstrim(anjlog). Dalam kasus ekstrim dijumpai penderita
mengalami pendarahan, rusaknya(pecah) pembuluh vaskular yang diikuti syok dan kematian.
Kasus hebat dalam RVF dibagi dalam 3 kategori:
· disfungsi hati disertai pendarahan
· infeksi pada retiina dengan penglihatan yang melemah(buruk)
· radang selaput otak.
D. PENGOBATAN
Ribavirin, yang digunakan untuk mengobati demam lassa menunjukkan antivirus yang
menjanjikan. Pengobatan yang lain juga menunjukkan hal yang menjanjikan, seperti : interferon,
modulator immune dan convalescent-phase plasma. Sekarang ini, tidak ada pengobatan yang
spesifik untuk penyakit ini.Pengobatan untuk hewan tidak 100% berhasil bagi manusia.
2.2.2 Simbuvirus
Virus ini dari famili Bunyaviridae.Virus ini memiliki materi genetic yang tersusun atas RNA,
berbentuk bulat dan ukurannya antara 70-130 nm.Virus ini dapat menyebabkan penyakit
Arthrogryposis (AG) dan Hydrancephaly (HE). Merupakan penyakit non contagious pada
kambing, domba yang ditandai dengan artrogriposis, skoliosis, kriposis (lordosis thoracolumbar),
tortikolis, miodisplasia, perubahan system saraf pusat seperti ensefalomielitis limfositik,
hidransefali, bentukan ruang kiste dan tidak adanya neuron di dalam medulla spinalis,
keguguran, mummifikasi fetus dan kelahiran cacat. Penyakit ini juga dapat menyerang sapi.
Epidemiologi
8
Distribusi Geografis
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1961. Kemudian dilaporkan pula
terjadi di Australia, Israel, Kenya, Siprus,Thailand dan Indonesia. Di Indonesia penyakit ini
diduga terjadi di Jawa Tengah pada tahun 1981, pada sapi impor dari Australia yang melahirkan
anak sapi dengan gejala arthrogryposis, mummifikasi fetus, abortus dan fetus dengan gejala
hydrancephaly.
Hewan Terserang
Penyakit ini menyerang kambing, domba dan sapi.Ternak bunting yang dimasukkan dari daerah
bebas penyakit Akabane ke daerah tertular menjadi sangat peka dan sebagai akibatnya dapat
terjadi abortus, mummifikasi fetus, lahir dini dengan gejala AG dan HE.
Cara Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor Culicoides sp. Di Australia yang menjadi vektor
adalah C. brevitarsis.
Gejala Klinis
Akabane ditandai dengan cacat tubuh pada keturunan yang dilahirkan dari hewan yang
peka.Cacat tubuh berupa pembengkokan persendian yang bersifat permanen pada kaki
(arthrogryposis), pembengkokan leher (tortikolis), pembengkakan tulang punggung (scoliosis)
dan hydrancephaly.
Otot gerak dapat mengalami atrofi sehingga anak yang dilahirkan tidak dapat berdiri. Pada induk
dapat terjadi keguguran, lahir dini,kelahiran cacat dan mummifikasi fetus. Anak yang lahir dapat
hidup dalam beberapa bulan dengan gejala gangguan koordinasi, ataxia, kebutaan, disfagia atau
gangguan regurgitasi.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis dan isolasi virus.
Specimen untuk isolasi virus dapat berupa jaringan otak, cairan otak, sumsum tulang belakang,
otot, plasenta, fetus dan cairan amnion dari fetus yang masih segar, disamping itu juga diambil
serum untukk deteksi antibodi. Pemeriksaan histopatologis diambil dari semua jaringan.Antibodi
dapat dideteksi dengan uji serologis seperti serum netralisasi (SN), HI atau ELISA.
Diagnosa Banding
9
Penyakit ini mirip dengan Bluetongue, Infeksi Virus Aino, Penyakit Akibat Faktor Genetik, zat
kimia teratogenik atau tumbuhan beracun.
Pencegahan dan Pemberantasan
Hewan yang sakit dipisah dengan yang sehat dan hewan yang peka dilarang masuk ke daerah
kasus atau hewan sakit dilarang masuk ke daerah bebas.
Pencegahan dengan vaksinasi menggunakan vaksin aktif dan inaktif.
2.2.3 Hantavirus
GEJALA
Gejala/sindrom klinis HFRS adalah demam gangguan pernafasan atas ringan, berbagai
manifestasi perdarahan, dan insufisiensi renal (hematuria, proteinuria. oligoria atau serum
creatinin di atas normal).Pasien tanpa gejala insufiensi renal tetapi telah dikonfirmasi negatif
infeksi Dengue, chikungunya, hepatitis A, B dan C dapat diikutsertakan.Pasien yang sedang
menjalani hemodialis tanpa diketahui sebab infeksinya bisa diikutsertakan. Pengambilan serum
darah pasien akan dilakukan pada tahap akut, konvalesen dan dua bulan setelah sakit.
Pemeriksaan serologis (IgM dan IgG) dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi baru atau
lama. Identifikasi spesies dan strain hantavirus yang menginfeksi akan dilakukan pada serum
yang antigenik dan pendekatan genetik positif. Teknik pemeriksaan yang diperlukan adalah IFA
atau ELISA, RT -PCR, Immunoblotting, sekuensing dan analisa filogenetik.
Beberapa laporan dari beberapa daerah kota pelabuhan laut maupun daerah pedalaman di
Indonesia menunjukkan prevalensi antibodi terhadap infeksi Hantavirus pada manusia sehat
berkisar antara 1,1%-28,9% sedangkan pada hewan rodensia (tikus dan mencit) dan insektivora
(cecurut) dilaporkan dari enam pelabuhan laut di Indonesia dengan prevalensi antibodi 0,l%100%. Penelitian epidemiologis komprehensif, menyeluruh dan mendalam
SEJARAH
Penyakit zoonotik bersumber rodensia terutama penyak itinfeksi Hantavirus dikenal
dengan penyakit demam berdarah dengan sindrom renal (Haemorrhagic Fever with Renal
Syndrome/HFRS) yang disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus, famili
Bunyaviridae adalah salah satu emerging diseases yang penting dengan "angka kematian"
menurut WHO. Genus hantavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia diketahui terdiri
dari spesies virus Hantaan (HTNV), virus Seoul (SEOV), virus Dobrava (DOBV), virus Puumala
(PUUV) dan virus sin-nombre (SNV).
10
Penyakit ini disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus.Salah satunya
yang dikenal dengan demam Korea disebabkan oleh virus Han-taan. Waktu terjadi wabah
dikalangan pasukan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Korea pada tahun 1951 (Chan,1987).
Angka kematian akibat virus Hantaan berkisar antara 5%-15% (WHO, 1982). Virustersebut
dapat diisolasi dan ditemukan di daerah wabah yang kemudian dikenal sebagai virus Hantaan
sesuai dengan nama sungai yang terdapatdi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Berbeda
dengan empat (4) spesies virus yang disebut pertama, spesies yang terakhir menyebabkan
penyakit dengan sindrom paru-paru yang disebut hantavirus pulmonary syndrome (HPS) yang
pada tahun 1993 mulai dikenal dan mewabah di Amerika Serikat.
CARA PENULARAN
Hantavirus ditularkan ke manusia melalui udara yang terkontaminasi dengan urin atau
feses tikus yang infektif.Sedangkan penyebaran tikus yang terinfeksi oleh virus tersebutdapat
terjadimelalui kapal. Di Indonesia epidemiologi penyakit yang disebabkan virus ini belum
banyak diketahui. Menurut sebagian besar penduduk Indonesia, penyakit yang berhubungan
dengan atau ditimbulkan oleh tikus adalah typus(sakitperut). Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan penduduk tentang penyakit yang ditimbulkan oleh rodensia kurang benar atau
persepsi mereka terhadap penyakit tersebut salah.
Mengingat bahwa ditinjau dari segi kesehatan pelabuhan dapat merupakan gerbang
penularan penyakit antar daerah, pulau dan negara. Sedangkan penyakit Bersumber rodensia
Yang dapat masuk melalui pelabuhan Sering terlupakan.Sementara kota dengan pelabuhan
umumnya berkembang menjadi kota besar dan merupakan daerah pemukiman padat penduduk
sehingga UlU sanitasi sukar dipertahankan. memungkinkan rodensia hidup berkembang biak dan
berkontak dengan manusia. Oleh karena itu pada tahun 1997 telah diadakan penelitian di wilayah
pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa Jakarta Utara.Penelitian tersebut untuk mengetahui
jenis rodensia komensal, ektoparasit, prevalensi penyakit zoonotik dan aspek sosialbudaya
masyarakat setempat terutama menyangkut persepsi masyarakat terhadap penyakit bersumber
rodensia.pengamatan, umumnya selokan yang sekeliling rumah-rumah pendudukairnya kurang
mengalir dengan lancar. Berbagai jenis untuk menampung limbah rumah tangga berupa sampah
yang digunakan pendudukumunya berupa kantong plastik dan sebagian lagi tidak memiliki
penampungan sampah.
Gambaran secara rinci tentang jenis pewadahan untuk menampung sampah terlihat pada
Sebenarnya wanita sebagai ibu rumahtangga dan anggota masyarakat jika aktif diorganisasi
sangat membantu dalam menumbuhkan wawasan karena mendapatkan informasi/nilai-nilai baru
dibidang kesehatan sehingga akan tumbuh motivasi dalam menjalankan hidup bersih dan sehat
baik untuk dirinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya para ibu yang hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga kurang dapat berperan dalam meningkatkan kesehatan
keluarganya serta menjamin kualitas hidup yang lebih baik. Ibu dalam keluarga diharapkan
11
berperan dalam memberikan nasehat tentang tata cara hidup bersih dan sehat. Persepsi
masyarakat mengenai terjadinya penyakit kadangkala berbeda dengan konsepsi menurut ilmu
kesehatan. Hal itu boleh jadi karena tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah ditunjang
pula kurang nyamen dapatkan informasi tentang penyakit yang dapat ditimbulkan oleh tikus
seperti infeksi hantavirus. selainitu persepsi masyarakat yang keliru terhadap penyakit biasanya
diperoleh berdasarkan turun temurun yang kadangkala tidak rasional secara medis. Adanya
persepsi yang salah dari masyarakat tentang penyakit infeksi Hantavirus atau kejadian penyakit
yang ditimbulkan oleh rodensia akan merupakan hambatan dalam upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat yang bersangkutan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit tergantung dari macam penyakit,
daerah dimana masyarakat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan lain-lain.Bisa juga
berbagai faktor yang melatarbelakangi persepsi disamping faktor pengetahuan juga faktor
pengalaman orang yang bersangkutan dari masa lalu tentang penyakit tersebut. Pada dasarnya
persepsi juga merupakan proses pengenalan, evaluasi, maupun pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu. Kesan yang muncul apakah positip atau negatip akan tergantung pada
pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar. Selain itu lingkungan sosial ikut
berperan di dalam membentuk persepsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu penyakit yang
dalam hal ini berupa saluran pengaruh baik berupa orang/kelompok masyarakat ataupun
mediamasa.Persepsi masyarakat tentang penyakit jelas berbeda dengan konsepsi kesehatan
modern. Persepsi masyarakat tentang penyakit pada dasarnya bagaimana pandangan individu
memberikan penilaian terhadap kejadian atau seseorang terserang penyakit tersebut, dengan
kemungkinan resiko yang dirasakan atau tidak melakukan upaya pencegahan dengan manfaat
yang dirasakan atau tidak melakukan suatu upaya karena penyakitnya masih dianggap ringan
misalnya masih bisa bekerja, padahal orang bersangkutan baik secara medis maupun klinis
positip sakit. Bisa jadi pengetahuan seseorang tentang penyakit diperoleh dari pendidikan baik
formal maupun informal. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan
khususnya penyakit yang berhubungan dengan rodensia masih rendah, maka penduduk kurang
mampu untuk mengerti dan memahami akan makna lingkungannya yang sebenarnya.
Pengertian lingkungan yang mereka pahami sebagian besar hanya berdasarkan atas apa
yang dilihat dan dirasakan. Masyarakat dapat menerima dan mengerti bahwa lingkungan itu
hanya terdiri dari udara, air, tanah, binatang, tanaman dan lain-lain.Mereka memahami adanya
berbagai jenis binatang dan tanaman dan diantaranya ada yang merugikan serta dapat digunakan
untuk kehidupan.Namun masyarakat belum mengenal adanya berbagai ornganisme penyebab
penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang menyebabkan terjadinya penyakit.
PENCEGAHAN dan PENGOBATAN
Walaupun Hantavirus merupakan penyakit yang masih asing bagi masyarakat Indonesia,
namun demikian kita harus tetap berhati- hati agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut.Dapat
12
dilakukan pencegahan maupun pengobatan.Tanpa disadari oleh penduduk sendiri sikap dan
perilaku mereka sudah mengarah pada upaya pencegahan penyakit infeksi Hantavirus yang
ditimbulkan oleh rodensia (tikus) walaupun belum seluruh penduduk melakukannya. Ada upaya
upaya penduduk membasmi tikus yang berada di sekeliling tempat tinggal mereka baik dengan
cara menggunakan racun dan ataupun jebakan. Sikap dan atau tindakan yang dilakukan
penduduk tersebut adalah tidak disengaja dapat mencegah atau mengurangi penularan penyakit
khususnya yang bersumber dari rodensia seperti penyakit infeksi Hantavirus.
Penanganan terhadap sampah atau limbah rumahtangga yang dilakukan penduduk
umumnya cukup baik.Umumnya sampah sebelum dibuang ke temat pembuangan akhir
ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan bak atau plastik.Sebagian lagi dari sejumlah
responden membuang sampah masih kurang benar dalam arti memenuhi persyaratan kesehatan
karena sampah dibuang di halaman atau selokan. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan
memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi lingkungan. Hal ini menimbulkan pencemaran
dan menjadi tempat yang cocok bagi binatang pengerat terutama tikus dan hewan reservoir
lainnya yang mencari mencari sisa makanan dan berkembangbiak dengan cepat sehingga
menimbukan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan yang ditimbulkan oleh hewanhewan tersebut kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang secara tidak sadar atau tidak disengaja
membawa manfaat bagi kesehatan baik individu maupun kelompokdan ini merupakan realitas
budaya.
Selain itu juga telah ditemukan cara mengobati penyakit yang ditimbulkan oleh
Hantavirus. Yaitu dapat dilakukan dengan memasukkan ke pembuluh darah analog quanosine,
yang digunakan untuk menangani HFRS.Dilakukan juga pengontrolan oleh pemeriksaan
penurunan keadaan fatal dari pasien yang menjalani penyembuhan HFRS dengan
ribavirin.Meskipunaktivitas dari ribavirin bertentangan dengan SNV, pemeriksaan open label
telah dilakukan sejak tahun 1993. Ribovirin tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan HPS
MORFOLOGI
Virus terdiri dari sebuah selubung dan sebuah nukleokapsid.Selama siklus hidupnya virus
memiliki fese ekstraselular hanya terjadi dalam satu fenotip.Virus mungkin terasingkan dalam
badan inklusi yang tidak dapat terhentikan dan mengandung sebuah nukleokapsid.Kapsid virus
terselubung oleh selembar selubung.Virus sperikal hingga pleomorfi dengan ukuran 100 – 120 –
270 nm dalam diameter. Selubung menyulubungi 3 nukleokapsid, memiliki proyeksi permukaan.
Proyeksi permukaan kecil atau tonjolan takterlihat yang terselubungi oleh sebuah fring yang
menonjol yang terdapat pada membran lipid bilayer setebal 5 nm. Proyeksi permukaan
menghasilkan struktur seperti jaring sepanjang 5 – 10 nm.Ribosom inang tidak terlihat di dalam
selubung, kapsid atau nukleokapsid diperpanjang dangan simetri heliks. Ribonukleokapsid
filamentous dengan panjang 200 – 3000 nm dan lebar 2 – 2,5 nm. Nukleokapsid tidak bersegmen
13
nemun sirkuler. 5 tahap daur hidup Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di dalam
tubuh manusia:





Febril: demam
Hipotensi: syok yang dapat berakhir dalm beberapa jam atau hari
Oliguric: kerusakan ginjal dan hipervolimia relatif
Diuretic: fungsi ginjal meningkay.
Sembuh: ketidak seimbangan cairan
2.2.4 Nairovirus (DEMAM BERDARAH CRIMEAN)
Identifikasi.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengan demam yang muncul tiba-tiba, rasa tidak
enak badan, kelelahan, iritasi, sakit kepala, sakit hebat di tangan dan pinggang dan ditandai
dengan timbulnya anoreksia.Muntah, sakit pada perut bagian bawah dan diare kadang
muncul.Bercak merah pada muka dan dada hingga mata merah muncul lebih awal.Enantem
dengan pendarahan pada palatum molle, uvula dan faring, ruam kecil kecil menyebar dari dada
hingga perut dan sekujur tubuh, biasanya menjadi tanda yang khas muncul pada penyakit ini;
kadang ditemukan purpura yang luas.Kadang muncul perdarahan pada gusi, hidung, paru-paru,
uterus dan usus, namun kebanyakan terjadi hanya pada kasus yang fatal dan serius, hal ini
dikaitkan dengan kerusakan hati yang berat.Hematuria dan albuminuria umum terjadi namun
tidak masif.Demam meningkat secara konstan dalam 5 - 12 hari atau dengan gambaran bifasik
dan menurun secara lysis.Penyembuhannya lama. Temuan lain berupa lekopenia dengan lebih
banyak limfopenia dibanding netropenia. Trombositopenia adalah hal yang umum
terjadi.Tingkat fatalitas kasus dilaporkan antara 2% - 50%.Di Rusia diperkirakan terdapat 5
orang yang tertulari untuk tiap kasus demam berdarah. Diagnosa dibuat dengan mengisolasi
virus dari darah dengan inokulasi pada kultur sel atau tikus kecil atau dengan PCR. Diagnosis
serologik dibuat dengan pemeriksaan ELISA, reverse passive HI, IFA, CF, imuno difusi atau
dengan uji netralisasi reduksi plaque. IgM spesifik dapat saja muncul selama fase akut.
Distribusi Penyakit
Ditemukan di daerah stepa bagian barat Crimea, pada Semenanjung Kersch di Kazakhtan
dan Uzbekistan, di Rostov dan Astrakhan Rusia, juga di Albania, Bosnia Herzegovina, Bulgaria,
Irak, Semenanjung Arab, Pakistan, bagian barat China, daerah tropis Afrika dan Afrika Selatan.
Kebanyakan penderita adalah mereka yang bekerja dipeternakan atau tenaga medis.Kejadian
musiman di Rusia berlangsung antara Juni hingga September, periode dimana vektornya sangat
aktif.Virus atau antibodi pada manusia telah diteliti dan ditemukan di beberapa daerah di bagian
timur dan tengah Afrika; kasus demam berdarah telah dilaporkan terjadi di Afrika selatan dan
Mauritania (Afrika barat).
14
Reservoir.
Secara alami, reservoir adalah kelinci, burung dan kutu dari keluarga Hyalomma spp. di Eurasia
dan Afrika Selatan.Inang di daerah tropis Afrika tetap tidak diketahui, namun Hyalomma dan
kutu Boophilus, insektivora dan hewan pengerat diduga juga berperan sebagai reservoir.Binatang
domestik seperti kambing, domba dan sapi berperan sebagai inang berikutnya.
Cara Penularan.
Penularan melalui gigitan Hyalomma marginatum atau H. anatolicum dewasa yang terinfeksi,
kutu yang masih muda diduga mendapat infeksi dari binatang inang atau dari kutu induknya
melalui telur. Infeksi nosokomial pada tenaga medis, terjadi setelah terpajan dengan darah dan
discharge dari pasien. Penularan melalui infeksi nosokomial ini perlu diperhatikan pada KLB
yang terjadi belakangan ini : keluarga dari tenaga medis dapat juga tertular sebagai kasus tersier.
Penularan juga dapat terjadi saat memotong hewan yang terinfeksi.
Masa Inkubasi
Biasanya 1 hingga 3 hari, dengan jarak antara 1 - 12 hari . Masa Penularan : Sangat menular di
lingkungan RS. Infeksi nosokomial umum terjadi setelah terpajan dengan darah dan discharge
penderita. Kekebalan setelah terinfeksi kemungkinan dapat bertahan seumur hidup.
Cara- cara pemberantasan
Lihat Lyme Disease, 9A, untuk tindakan pemberantasan dan pencegahan gigitan kutu. Vaksin
otak tikus yang tidak aktif digunakan di Eropa timur dan di bekas Uni Soviet.Tidak ada vaksin di
AS. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, di kebanyakan
negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3B (lihat tentang pelaporan
penyakit menular)
2) Isolasi : lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan darah
3) Disinfeksi serentak : cairan darah sangat infektif; dekontaminasi dengan panas atau dengan
disinfektan klorin
4) Karantina : tidak diperlukan
5) Imunisasi : tidak ada, kecuali di Eropa bagian timur
15
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : cari dan temukan kembali kasus yang hilang / yang
tidak dilaporkan dan keberadaan hewan yang tertular serta vektor yang mungkin berperan
7) Perawatan spesifik : infus ribavirin dan plasma imun dengan kadar neutralizing Antibody
yang tinggi diketahui sangat bermanfaat.
2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae
Ciri
Deskripsi
Anggota khas
Virus Bunyamwera (BUNV) [S segmen: D00353; Segmen M: M11852; L segmen
X14383], spesies Bunyamwera orthobunyavirus, genus Orthobunyavirus.
Virion
Virion berbentuk bola atau pleomorfik dengan diameter 80-120 nm
Genom
Tiga untai tunggal, molekul RNA indera negatif, S, M, dan L, masing-masing sekitar
1 kb, 4 kb, dan 6,8 kb, menyandikan protein nukleokapsid (segmen N; S), glikoprotein
amplop (Gn dan Gc; segmen M ), dan protein L yang berfungsi sebagai RNA
polimerase dan endonuklease yang diarahkan RNA (segmen L;)
Replikasi
Sitoplasma; transkripsi primer dipersiapkan dengan “cap snatching” dari RNA seluler
host; ribonukleokapsid terlibat dalam transkripsi primer dan replikasi genomik yang
tidak disempurnakan
Terjemahan
Terjemahan dilakukan pada ribosom terikat ER untuk Gn dan Gc dan pada ribosom
bebas dalam sitoplasma untuk N dan L
Rentang host
Vertebrata dan invertebrata (termasuk mamalia, burung, nyamuk, culicoid, dan lalat
pasir psychodid)
Taksonomi
Filum Negarnaviricota , subphylum
Polyploviricotina ,
ordo Bunyavirales , empat genera dan 95 spesies
16
kelas Ellioviricetes ,
Gambar 1 . Peribunyaviridae . Struktur virion peribunyavirus. (Kiri) Representasi diagram virion
peribunyavirus pada penampang. Paku permukaan terdiri dari dua glikoprotein yang disebut Gn dan
Gc. Tiga nukleokapsida heliks berbentuk lingkaran dan terdiri dari masing-masing segmen ssRNA unik (L,
besar; M, sedang; S, kecil) yang dienkapsulasi oleh protein N dan terkait dengan protein L. (Kanan)
Transmisi negatif mikroskop elektron dari virion virus California encephalitis (gambar CDC / Dr. Fred
Murphy; Dr. Erskine Palmer).
17
BAB III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Virus Peribunya diselimuti dan memiliki tiga segmen RNA indra negatif, beruntai
tunggal, yang terdiri dari total 11,2 - 12,5 kb. Keluarga Peribunyaviridae mencakup empat
genera untuk virus yang didistribusikan secara global: Orthobunyavirus, Herbevirus,
Pacuvirus, dan Shangavirus . Sebagian besar virus peribunya dipertahankan dalam siklus
transmisi vertebrata-arthropoda yang dapat mencakup transmisi transovarial dalam
arthropoda. Lainnya dianggap sebagai virus spesifik arthropoda yang tidak mampu menginfeksi
vertebrata. Arthropoda dapat terus menerus terinfeksi. Rentang host dan geografis umumnya
dibatasi meskipun beberapa peribunyavirus memiliki rentang yang sama atau tumpang
tindih. Infeksi pada manusia terjadi melalui pemberian makan darah dengan vektor
arthropoda. Infeksi dapat mengakibatkan keragaman hasil klinis manusia dan dokter hewan
dengan cara yang spesifik-regangan. Segment reassortment terbukti di antara beberapa
peribunyavirus. Genera bersifat monofiletik berdasarkan analisis protein L virus dan anggota
genus memiliki organisasi genomik dan siklus penularan yang relatif sama.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Plyusnin
A, Beaty BJ, Elliott RM, Goldbach R, Kormelink R,
dkk. Bunyaviridae. Dalam: King AMQ, Adams MJ, Carstens EB, Lefkowitz EJ,
editor. Laporan kesembilan Komite Internasional tentang Taksonomi Virus. San Diego,
CA: Elsevier Academic; 2012. p. 725–41.
2. Fenner F. Klasifikasi dan nomenklatur virus — laporan kedua Komite Internasional
tentang Taksonomi Virus. Intervirologi. 1976; 7: 1–115.
19
Download