Uploaded by loverlounkz

BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah sosial ialah penomena yang muncul dalam realitas kehidupan
bermasyarakat dalam kehidupan keseharian fenomena tersebut hadir bersamaan
dengan fenomena sosial yang lain, oleh sebab itu untuk dapat memahaminya
sebagai masalah sosial dan membedakannya dengan fenomena yang lain
dibutuhkan suatu identifikasi. Disamping itu, pada dasar fenomena tersebut
merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi
yang di kehendaki, oleh karenanya wajar saja kalau kemudian selalu mendorong
adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya, terutama yang berada di
daerah perkotaan.
Anak jalanan atau sering di singkat anjal merupakan permasalahan sosial
yang memiliki kadar kompleksitas dimana permasalahan yang dialami memiliki
persoalan yang beragam. Macam-Macam aktifitas yang dilakukan anak jalanan
antara lain, meminta-minta, jual jasa kebersihan mobil, dagang makanan, koran
dan terkadang meminta dengan paksa. Masalah ini perlu mendapatkan perhatian
khusus karena hal ini dapat mengakibatkan efak yang buruk bagi anak.
Upaya untuk mengurangi anak jalanan di Kota Samarinda melibatkan
semua stakeholders yang ada. Kondisi ini lah yang melatarbelakangi pemerintah
Kota Samarinda membuat kebijakan baru dalam Peraturan Daerah Kota
Samarinda Nomor 07 Tahun 2017 “Tentang Pembinaan Terhadap Pengemis,
Anak Jalan Dan Gelandangan”.
3
Yang melatar belakangi dibuatnya peraturan daerah tersebut cerita
tentang anak jalanan yang tidak ada habisnya, dengan meningkatnya anak jalanan
yang sering meminta-minta dilampu merah dan lain sebagainya yang berada di
Kota Samarinda sering mengganggu transportasi dijalan sehingga perlunya
payung hukum untuk penyelenggaraan dan penertiban, Untuk mengatasi
permasalahan perda ini dibuat untuk melarang masyarakat memberi uang pada
kepada anak jalanan. Karena dalam hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah kota melainkan juga merupakan tanggung jawab masyarakat di Kota
Samarinda, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam menanggulangi
masalah ini. Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan ini jika terjadi
pelanggaran pemberian uang kepada anak jalanan maka pemberi tersebut
melanggar dan akan dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana
denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). ini sebagai bentuk
edukasi, bagi yang ketahuan memberi akan disidangkan.
Dengan dikeluarkanya kebijakan ini akan menjadi metode pendorong
menurunnya jumlah anak jalanan yang di rasa telah mengganggu ketertiban dan
kenyamanan Kota Samarinda. Dalam merealisasikan pelaksanakan kebijakan ini
tentang larangan memberi uang kepada anak jalanan pemerintah kota Samarinda
bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk penertiban.
Sebuah peraturan tidak mungkin tiba-tiba diberlakukan penindakan tanpa adanya
pemberitahuan
langsung
kepada
masyarakat
terlebih
dahulu.
Pastinya
pemberitahuan tentang peraturan daerah tersebut dilakukan dalam jangka waktu
yang tidak sebentar. Mengenai peraturan ini pemerintah sedang melakukan tahap
4
sosialisasi. Sosialisasi akan dilakukan oleh pihak pemerintah atau pihak yang
berwenang, dan ditujuk oleh pemerintah untuk mensosialisasikan peraturan
tersebut kepada masyarakat. Sedangkan untuk tahap eksekusi pada rencanakan
akan diberlakukan 1 (satu) tahun setelah kebijakan tersebut di sosialisasikan
kepada masyarakat di Kota Samarinda.
Sementara itu pada tahap sosialisasi sudah dilakukan yakni deklarasi
Samarinda bebas anak jalanan lokasinya di halaman parkir Komplek Mall
Lembuswana. dan pemasangan plang pemberitahuan larangan memberi uang
kepada anak jalanan di 15 titik persimpangan jalan protokol di Kota Samarinda.
Sampai saat ini sosialisasi tergolong belum mampu menyampaikan maksud dan
tujuan dari Peraturan Daerah tersebut karena manfaat dari sosialisasi tersebut
belum tersampaikannya informasi secara menyeluruh kepada masyarakat.
Dengan artian masih banyak masyarakat yang belum mengetahuai
adanya Peraturan Daerah tersebut, pemerintah juga telah berkoordinasi dengan
Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda agar dapat memantau perkembangan
anak jalanan melalui CCTV (Closed Circuit Television) milik Dinas Perhubungan
yang sudah terpasang dipersimpang jalan. Kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap kebijakan yang telah disosialisasikan belum dapat tanggapan yang serius
sehingga belum mampu memberikan perubahan.
Dengan menyikapi dari kebijakan yang di keluarkan pemerintah Kota
Samarinda merupakan suatu bentuk kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengatasi fenomena sosial yang ada di masyarakat, kebijakan
5
yang dikeluarakan tentu berdasarkan dengan berbagai keluhan dan permasalahan
yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya anak jalanan di Kota Samarinda
terlebih lagi mayoritasnya berasal dari luar daerah, tentu menjadi penyakit sosial
yang jika tidak ditangani langsung oleh pemerintah akan berimbas kepada
permasalahan sosial masyarakat.
Maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau
peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud
dari kebijakan sosial. Setiap masalah sosial merupakan kondisi yang tidak
diharapkan, dengan demikian dibutuhkan upaya untuk melakukan perubahan,
perbaikan atau pemecahan masalahnya. Berbagai upaya dan cara yang dilakukan
pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat yang peduli pada anak jalanan,
belum memberikan solusi terbaik bagi permasalahan sosial yang ada.
Kebijakan publik yang telah dilaksanakan untuk memenuhi kepentingan
umum haruslah ditaati dan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Adanya
persetujuan, dukungan dan kepercayaan dari masyarakat, maka ketaatan dalam
menerima dan berperan serta berpartisipasi untuk terwujudnya tujuan kebijakan
pemerintah.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan tersebut dengan mengambil judul mengenai “Efektivitas
Pelaksanaan Larangan Memberi Uang Kepada Anak Jalanan Dan Ketentuan
Pidana di Kota Samarinda”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah diatas perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah Pelaksanaan Larangan Memberi Uang Kepada Anak Jalanan Dan
Ketentuan Pidana Di Kota Samarinda Telah Efektif?
2.
Faktor apa saja yang menghambat dalam Pelaksanaan Larangan Memberi
Uang Kepada Anak Jalanan Dan Ketentuan Pidana di Kota Samarinda?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki suatu tujuan diadakannya suatu
penelitian, tujuannya adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
penelitian. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan pada instansi yang terkait di
masa yang akan datang.
Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain sebagai berikut :
1.
Untuk mendeskripsikan mengenai Efektivitas Pelaksanaan Larangan
Memberi Uang Kepada Anak Jalanan Dan Ketentuan Pidana di Kota
Samarinda.
7
2.
Untuk mengidentifikasi faktor penghambat dalam Efektivitas Pelaksanaan
Larangan Memberi Uang Kepada Anak Jalanan Dan Ketentuan Pidana di
Kota Samarinda.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun kegunana penelitian ini
adalah :
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu sosial terutama Ilmu Administrasi Negara,
Khususnya pada matakuliah Kebijakan Publik.
b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku
kuliah khususnya yang berkaitan dengan Ilmu Adminstrasi Negara.
2. Secara Praktis
a. Sebagai
sumbangan
pemikiran
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan khususnya pemerintahan kota Samarinda dalam
pelaksanakan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2017 Tentang
pembinaan Terhadap Pengemis, anak jalanan dan gelandangan.
8
b. Diharapkan dapat menambah kepustakaan ilmu pengetahuan serta
sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi semua pihak
yang memerlukan hasil penelitian ini.
Download