Uploaded by User53644

REFORMASI BIROKRASI

advertisement
MAKALAH
“REFORMASI BIROKRASI DAN BIROKRASI DI ERA
REFORMASI”
OLEH :
ARIS MUNANDAR
FREANGKY
NAILUREDHA HERMANTO
RIDHO ILHAM
:
:
:
:
1205812
1201641
1201636
1201643
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Yang mana makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Birokrasi, serta dapat mengetahui bagaimana keadaan
birokrasi di era reformasi dan apa sesungguhnya reformasi birokrasi itu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan,
hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
penyusunan makalah selanjutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Birokrasi,
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kami dan juga para pembaca
lainnya.
Padang, 24 November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan reformasi yang dipelopori oleh mahasiswa pada tahun 1998 menuntut perbaikan
kondisi Indonesia setelah hancur lebur ketika akhir era orde baru. Pada masa orde baru
birokrasi dijadikan premium mobile pemerintah untuk membangun kekuatan politik
sehingga Birokrasi yang seharusnya netral maka berubah menjadi monoloyalitas. Maka
gerakan reformasi 1998 menuntut reformasi birokrasi di Indonesia agar terwujud tujuantujuan bangsa Indonesia. Makalah reformasi birokrasi ini kami susun dengan tujuan
mengetahui konsep tentang reformasi birokrasi dan bagaimana keadaan birokrasi di era
reformasi saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah ?
2. Bagaimana kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi ?
3. Bagaimana kilas balik reformasi birokrasi di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep-konsep reformasi birokrasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan birokrasi di era reformasi, dan
3. Unutk pemenuhan tugas matakuliah birokrasi.
D. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan metode penulisan eksposisi deskripsi yang menggunakan studi
literature pada buku buku dan juga materi yang ada di Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Reformasi Birokrasi
A. Pengertian Reformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi
seperti kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas,
aparatur, pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan secara sadar untuk
memposisikan diri (birokrasi) kembali, dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dinamika
lingkungan
yang
dinamis.
Perubahan
tersebut
dilakukan untuk
melaksanakan peran dan fungsi birokrasi secara tepat, cepat dan konsisten, guna
menghasilkan manfaat sesuai diamanatkan konstitusi. Perubahan kearah yang lebih
baik, merupakan cerminan dari seluruh kebutuhan yang bertitik tolak dari fakta
adanya peran birokrasi saat ini yang masih jauh dari harapan.
Reformasi birokrasi merupakah salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good
governance. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap system
penyelangggaraan pemerintah uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga
reformsi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut KEMENPAN, reformasi birokrasi merupakan langkah
sreategis membangun sumber daya aparatur Negara yang professional, memliki daya
guna dan hasil guna yang professional dalam rangka menunjang jalannya pemerintah
dan pembangunan social.
B. Penyebab Munculnya Reformasi Birokrasi
Menurut Miftah Thoha (2008:106-108), ia mengatakan bahwa ada beberapa factor
yang bisa mendorong terjadinya reformasi birokrasi, yaitu :
a. Adanya kebutuhan melakukan perubahan dan pembaharuan.
Adanya kebutuan melakukan perubahan dan pembaharuan aparatur Negara dan
pemerintah itu sangat tergantung dari kebutuhan dari pimpinan nasioanal kita.
Jika pimpinan politik nasional merasa butuh untuk dilakukan perubahan, pasti
perubahan itu akan terwujud. Kebutuhan itu didukung oleh kebjakan politik yang
strategis dan dijadikan suatu program nasional dengan dukungan seluruh
komponen rakyat.
b. Memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis nasional.
Perubahan lingkungan strategis nasional Indonesia adalah, terjadi krisis
ekonomi/moneter dan perubahan system politik nasional. Dua kejadian ini yang
perlu dijadikan dorongan dan rencana adanya perubahan dan pembaruan aparatur.
c. Memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis global.
Perubahan lingkungan strategis global tidak berdiri sendiri, ia memperhatikan
factor perubahan global. Perubahan global antara lain system desentralisasi dan
demokrasi yang sedang banyak dipakai oleh Negara Negara yang menginginkan
juga terjadinya kepemerintahan yang baik.Selain itu, perkembangan teknologi
informasi yang mulai diterapkan dalam pemerintahan yang elektronik.
d. Memahami perubahan yang terjadi dalam paradigma manajemen pemerintahan.
Perubahan global sangat erat kaitannya dengan paradigm tata kelola pemerintah
yang baik. Desentralisasi, otonomi, demokrasi, akuntabilitas public, transparansi,
dan ditegakkannya hukum merupakan dorongan-dorongan yang kuat terhadap
lahirnya perubahan dalam lahirnya manajemen pemerintah.
C. Visi dan Misi Reformasi Birokrasi
Adapun visi reformasi birokrasi yang tercantum dalam lembaran Grand design
Reformasi Birokrasi Indonesia adalah “terwujudnya pemerintahan kelas dunia”. Visi
tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu
pemerintahan
yang
menyelenggarakan
professional
pelayanan
dan
prima
berintegritas
kepada
tinggi
masyarakat
yang
dan
mampu
manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke 21
melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
Sedangkan Misi reformasi birokrasi Indonesia adalah :
a. Membentuk/ menyempurnakan peraturan perundang-undnagan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
b. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber
daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan public,
mindset, dan cultural set.
c. Mengembangkan mekanisme control yang efektif
d. Mengelola sengketa administrated secara efektif dan efisien.
D. Tujuan Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang
profersional dengan karakteristik adapif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan
bebas KKN, mampu melayani public, netral, sejahtera, berdedikasi dan memegang
teguh nilai-nilai dasar dank ode etik aparatur Negara. Adapun area perubahan yang
menjadi tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan,
seperti yang dikemukanan pada table dibawah ini :
Area
Hasil yang diharapkan
Organisasi
Tatalaksana
Peraturan perundangundangan
Sumber daya manusia
aparatur
Pengawasan
Akuntabilitas
Pelayanan Publik
Pola pikir dan Budaya
Aparatur
Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran
Sistem , proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip prinsip good
governance
Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan
kondusif
SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten,
capable, profersioanl, berkinerja tinggi, dan sejahtera
Meningkatnya kapasistas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi
Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi
Pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat
Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
Tabel 1 : Area tujuan reformasi birokrasi
E. Kunci keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi
Beberapa kunci keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi terletak pada beberapa
hal berikut :
a. Komitmen Nasioanal untuk mewujudkan birokrasi yang lebih biak
b. Penggerak Reformasi Birokrasi
c. Muatan Reformasi birokrasi yang bermutu, terarah dan rasional
d. Proses reformasi Birokrasi yang berjalan lancar
F. Kilas Balik Reformasi Birokrasi Indonesia
Pertama kali Reformasi birokrasi pemerintah dahulu pernah dilakukan di zaman
pemerintahan Bung Karno denga slogan yang sangat terkenal yang disebut dengan
retooling aparatur. Retooling walaupun mempunyai konotasi untuk melakukan
penyingkiran aparatur yang kontra revolusi, tetapi kementrian itu pada niatnya ingin
melakukan pembaruan pegawai. Hasil dari perutusan beberapa ahli yang didatangkan
Soekarno ke Indonesia yaitu dilakukannya reformasi administrasi pemerintahan.
Susunan organisasi kementrian mulai ditata, didirikan lembaga administrasi Negara
yang menjadi pusat pelatihan dan pengembangan tenaga-tenaga administrasi Negara,
didirikannya fakultas dan universitas yang mengajarkan ilmu administrasi Negara,
dan dibangunnya badan perencanaan nasional (BAPPENAS).
Reformasi Birokrasi yang kedua, dilakukan yaitu pada masa pemerintahan Soeharto.
Dorongan untuk melakukan reformasi inipun diawali oleh keinginan untuk
membangun bangsa dan Negara yang dimulai untuk menyelenggarakan stabilitas
diberbagai sector. Pembagunan ini membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan untuk
menumbuhkannya diperlukan stabilitas politik, pertahanan, keamanan, social dan
sector lainnya. Dari keinginan presiden Soeharto ini, maka visi pemerintahan
dilakukan secara sentralistis. Untuk menata kelembagaan dan system birokrasi
pemerintah maka presiden soeharto mengeluarkan PP No. 44 dan 45 tahun 1974
sebagai tonggak reformasi birokrasi saat itu. Dan pada tahun 2010, presiden SBY
mulai menggagas kembali reformasi birokrasi di Indonesia. Gagasan Presiden SBY
pada tahun 2010 ini tertuang dalam Grand Design reformasi Birokrasi Indonesia
2010-2025 yang saat ini masih berjalan.
2. Birokrasi di Era Reformasi
Gerakan reformasi yang digulirkan oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat, yang di
pelopori mahasiswa pada tahun 1998, bertujuan untuk memperbaiki kondisi bangsa yang
terpuruk akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut. Gerakan reformasi diharapkan dapat
memberikan pengaruh bagi penyelesaian berbagai penyelesaian bangsa selama masa
pemerintahan Orde Baru berkuasa, seperti kasus-kasus korupsi,nepotisme dan kolusi.
Berbagai kasus yang mengenai penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan yang dilakukan
oleh elite-elite oleh polotik dan birokrasi Orde Baru diyakini merupakan salah satu factor
yang memperparah krisis ekonomi di Indonesia.
Public mengharapkan bahwa terjadinya reformasi,akan diikuti pula dengan perubahan
mendasar pada desain kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang
menyangkut dimensi kehidupan berpolitik,social,ekonomi, maupun kultur. Perubahan
struktur,kultur dan paradigm birokrasi dalam berhadapan dengan masyarakat menjadi
suatu yang mendesak untuk dilakukan mengingat birokrasi mempunyai kontribusi
terhadap terjadinya krisis multidimensional yang tengah terjadi sampai saat ini.
Persoalan birokrasi di Negara berkembang, seperti merajalelanya korupsi, pengaruh
kepentingan politik partisan, sistem Patron-client yang menjadi norma birokrasi sehingga
pola perekrutan lebih banyak berdasarkan hubungan personal daripada faktor kapabilitas,
serta birokrasi pemerintah yang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat favorit untuk
mencari lapangan pekerjaan merupakan sebagian fenomena birokrasi yang terdapat di
banyak Negara yang berkembang termasuk Indonesia.
Beberapa kecendrungan birokrasi yang terjadi di era reformasi, adalah sebagai berikut :
a. Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi. Keadaan ini
tampaknya belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia.
Perkembangan birokrasi kontemporer memperlihatkan bahwa arogansi birokrasi
sering kali masih terjadi. Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam
kenyataannya masih saja dijadikan alat politik yang efektif bagi kepentingankepentingan golongan atau partai politik tertentu.
b. Masih terdapat kecenderungan dari aparat yang kebetulan memperoleh kedudukan
atau jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan
dengan melakukan tindak KKN. Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata masih
melingkupi sebagian besar aparat birokrasi pada masa reformasi.
c. Kultur kekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan kolonial
ternyata masih sulit untuk dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi.
Masih kuatnya kultur birokrasi yang menempatkan pejabat birokrasi sebagai
penguasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai pihak yang dikuasai,
bukannya sebagai pengguna jasa yang seharusnya dilayani dengan baik, telah
menyebabkan perilaku pejabat birokrasi menjadi bersikap acuh dan arogan terhadap
masyarakat. Dalam kondisi pelayanan yang sarat dengan nuansa kultur kekuasaan,
publik menjadi pihak yang paling dirugikan. Kultur kekuasaan dalam birokrasi yang
dominan membawa dampak pada terabaikannya fungsi dan kultur pelayanan birokrasi
sebagai abdi masyarakat. Pada tataran tersebut sebenarnya berbagai praktik
penyelewengan yang dilakukan oleh birokrasi terjadi tanpa dapat dicegah secara
efektif.
d. Penyelewengan yang dilakukan birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa
menjadikan masyarakat sebagai objek pelayanan yang dapat dieksploitasi untuk
kepentingan pribadi pejabat ataupun aparat birokrasi.
e. Inefisiensi kinerja birokrasi dalam penyelengaraan kegiatan pemerintahan dan
pelayanan publik masih tetap terjadi pada masa reformasi. Birokrasi sipil termasuk
salah satu sumber terjadinya inefisiensi pemerintahan. Inefisiensi kegiatan
pemerintahan dan pelayanan publik terlihat dari masih sering terjadinya kelambanan
dan kebocoran anggaran pemerintah. Jumlah aparat birokrasi sipil yang terlampau
besar merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap inefisiensi
pelayanan birokrasi. Lambannya kinerja pelayanan birokrasi dimanifestasikan pada
lamanya penyelesaian urusan dari masyarakat yang membutuhkan prosedur perizinan
birokrasi seperti pengurusan sertifikasi tanah, IMB, HO dan sebagainya.
f. Sebagian besar aparat birokrasi masih memiliki anggapan bahwa eksistensinya tidak
ditentukan oleh masyarakat dalam kapasitasnya sebagai pengguna jasa. Persepsi yang
masih dipegang kuat aparat birokrasi adalah prinsip bahwa gaji yang diterima selama
ini bukan dari masyarakat tetapi dari pemerintah sehingga konstruksi nilai yang
tertanam dalam birokrasi yang sangat independen terhadap publik tersebut
menjadikan birokrasi memiliki anggapan bahwa masayarakat-lah yang membutuhkan
birokrasi, bukan sebaliknya.
g. Kontraproduktif dalam birokrasi tersebut sangat berpotensi untuk terjadinya
penularan ke seluruh jaringan birokrasi pemerintah baik Pusat maupun Daerah, baik
di kalangan pejabat tinggi maupun di kalangan aparat bawah. Masih belum efektifnya
penegakkan hukum dan kontrol publik terhadap birokrasi, menyebabkan berbagai
tindakan penyimpangan yang dilakukan aparat birokrasi masih tetap berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi seperti
kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, aparatur,
pengawasan dan pelayanan publik, yang dilakukan secara sadar untuk memposisikan diri
(birokrasi) kembali, dalam rangka menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan yang
dinamis. Menurut Grand design reformasi birokrasi Indonesia 2025 maka tujuan dari
pelaksanaan reformasi birokrasi adalah untuk mewujudkan birokrasi yang akuntabel,
efisien, efektif yang didukung oleh SDM berkualitas.
Kondisi birokrasi di era reformasi pun belum bisa dikatakan baik, karena masih banyak
ditemukan birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang membutuhkannya,
praktik KKN yang masih banyak terjadi, dan mentalitas birokrat yang masih jauh dari
harapan. Untuk melaksanakan fungsi birokrasi secara tepat, cepat, dan konsisten guna
mewujudkan birokrasi yang akuntabel dan baik, maka pemerintah telah merumuskan
sebuah peraturan untuk menjadi landasan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di
Indonesia, yaitu peraturan nomor 80 tahun 2011 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Indonesia 2010-2025.
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Miftah. 2008. Reformasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Prenada Media
Group
Buku 5: Kriteria Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Indonesia. 2011. KEMENPAN RB
Peraturan Presiden RI nomor 80 tahun 2011 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
Indonesia 2010-2025.
Buku Saku Reformasi Birokrasi yang dikeluarkan oleh BPN Republik Indonesia
Download