Uploaded by Kurnia Sari

BAB 11

advertisement
Akuntansi Keuangan Lanjutan 1
Nama : Kurnia Sari
NIM : 1703101076
Kelas : 5D Akuntansi
BAB XI
LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA SYARIAH
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK)
Kerangka dasar adalah rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaam karakteristik antara
bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan ikatan
akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bank syariah tahun 2002, yang kemudian disempurnakan tahun 2007 menjadi
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah. Penyempurnaan ini
dilakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah
pada bank syariah saja, tetapi juga pada transaksi syari’ah institusi bisnis lainnya, baik
yang berupa institas syari’ah maupun institas konvensional yang bertransaksi dengan
skema syari’ah.
Tujuan Kerangka Dasar
a. Untuk penyusunan laporan keuangan syariah dalam pelaksanaan tugasnya membuat
standar.
b. Untuk penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum.
d. Para pemakai laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi
1. Investor sekarang dana investor potensial
2. Pemilik dana qard
3. Pemilik dana syirkah temporer
4. Pemilik dana titipan
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, shodakoh dan wakaf
6. Pengawas syariah
7. Karyawan
8. Pemasik dan mitra usaha lainnya
9. Pelanggan
10. Pemerintah serta lembaga-lembaganya
11. Masyarakat
Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah berlandaskan pada dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan
sebagai amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah).
Laporan keuangan bank syariah (ED PSAK 101(Revisi 2014))
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas :
a. Laporan posisi keuangan.
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
c. Laporan perubahan ekuitas.
d. Laporan arus kas.
e. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil.
f. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat.
g. Laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan.
h. Catatan atas laporan keuangan.
2.2.1
Bentuk Laporan Keuangan
Bentuk laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI pada prinsipnya sama
dengan yang terdapat dalam PSAK, tetapi AAOIFI secara tegas menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk
perbankan syariah. Laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain
sebagai berikut:
1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
2. Laporan laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas atau Laporan Perubahan Saldo Laba
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Perubahan Investasi yang Dibatasi dan Ekuivalennya.
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat serta Dana Sambungan
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard Hasan.
Syarat Kualitatif Laporan Keuangan Menurut AAOIFI
1. Relevan. Syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai alasan
utama disusunnya laporan keuangan. Oleh karena itu, agar relevan laporan keuangan
2.
3.
4.
5.
harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik seta harus disajikan tepat wakt,
baik untuk laporan interim maupun untuk laporan tahunan.
Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan tingkat keandalan informasi yang
dihasilkan. Hal ini tidak berarti harus akurat secara absolut, tetapi dapat diandalkan
sesuai dengan kondisi yang melekat pada transaksi termasuk penggunaan cara untuk
memperhitungkan dan pengungkapan dari suatu transaksi. Walaupun estimasi dan
judgement tidak konsisten dengan prinsip syariah tetapi hal ini diperbolehkan jika
tidak adanya bukti yag memadai. Dalam syarat ini, harus memiliki penyajian yang
wajar, objektif, dan netral sesuai dengan perintah Allah pada QS 5:8
Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga
keuangan syariah dan di antara dua periode akuntansi yang berbeda bagi lembaga
keuangan yang sama.
Konsisten. Metode yang akan digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi ratarata penguna laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW
bahwa muslim harus memberikan informasi kepada orang lain sesuai dengan
kemampuan mereka untuk mengerti.
Beberapa Pemikir ke Depan
Berdasarkan dinamika pemikiran konsep-konsep di atas, ada sebagian pemikir akuntansi islam
yang mengusulkan terobosan pemikiran yang berbeda, di antaranya:
1. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini, untuk mengatasi kelemahan dari historical cost
yang kurang cocok dengan pola perhitungan zakat mengharuskan perhitungan nilai
sekarang. Alasan lainnya, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah penggunaan laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena nilai
yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.
IFRS (International Financial Reporting Standart) juga telah merekomendasikan nilai
saat ini untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan, dan negara-negara di dunia
sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan di negara
masing-masing.
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang setuju atas
penerapan tersebut menganggap penggunaan current value lebih besar nuansa judgement
khususnya untuk aset yang tidak memiliki pasar sekaligus akan ada tambahan biaya bagi
perusahaan dalam rangka melakukan approisal atas aset yang mereka miliki agar dapat
disajikan dengan current value.
2. Laporan Nilai Tambah (Value Added Statement) sebagai pengganti laporan laba atau
sebagai laporan tambahan atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting di dalam akuntansi syariah bukanlah kinerja
operasional, tetapi pekerja dari sisi pandang para stakeholder dan nilai sosial yang dapat
didistribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan dalam
menghasilkan nilai tambah.
Dalam perkembangan selanjutnya, Syariah Value Added Statement dianggap lebih sesuai
dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta sejalan dengan tujuan
akuntanbilitas dari akuntansi syariah, khususnya pendapatan dan beban yang harus
ditanggung oleh publik.
Pemikir akuntansi Islam juga melakukan perubahan atas formal value added statement
dengan cara mengeluarkan zakat yang awalnya dianggap bagian dari charity dan
menyajikannya secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini sesuai dengan makna
zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki nilia pembersihan serta
merupakan hal yang wajib bagi muslim.
Download