BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2011) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laba rugi). Irham (2014) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”. Susilo (2009) “Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi-informasi dan memberikan keteranganketerangan mengenai data ekonomi perusahaan yang terdiri dari daftar-daftar yang menunjukan posisi keuangan dan hasil kegiatan perusahaan untuk satu periode yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan keuangan”. Heri (2012) “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi keuangan dari sebuah entitas pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Hasil dari proses akuntasi adalah laporan keuangan yang merupakan cerminan prestasi manajemen suatu perusahaan pada periode tertentu. Selain 6 7 digunakan sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan juga diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.1.2 Jenis-jenis laporan keuangan Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lainnya. Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan seorang penganalisa harus mempunyai pemahaman yang mendalam tentang komponen laporan keuangan. Menurut IAI (2009) komponen laporan keuangan terdiri dari: A. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s equity).Soemarso (2004) menjelaskan bahwa neraca merupakan laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liability), dan modal (owner’s equity) pada akhir periode akuntansi. Neraca dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : 1. Aktiva Pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak cipta dan lain sebagainya. 8 2. Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. 3. Modal Modal adalah kelebihan aktiva atas hutang yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi. Modal perusahaan ini berasal dari dua sumber yaitu investor dari para pemilik dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh selama masa operasi perusahaan. Modal perusahaan akan bertambah bilamana ada penambahan investasi dari pemilik atau ada keuntungan, begitu juga sebaliknya modal perusahaan akan berkurang bila ada pengurangan dari pemilik atau perusahaan menderita kerugian. B. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan. Sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode. Unsur-unsur Laporan Laba Rugi komprehensif terdiri dari : 1. Pendapatan (Revenue), adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode. 9 2. Biaya (Expense), adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode. 3. Penghasilan (Income), adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya. 4. Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. 5. Rugi (Loss) adalah penurunan modal (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari biaya (expense) atau distribusi pada pemilik. 6. Harga perolehan (Cost) adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh barang atau jasa. C. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menyajikan informasi yang relevan mengenai penerimaan kas dan pengunaan kas suatu perusahaan selama periode akuntansi. Menurut Baridwan (2004) laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada suatu periode.Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung berhubungan dengan laba, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan pembayaran gaji karyawan perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi mencakup arus kas yang terkait dengan akuisisi atau penjualan aset produktif perusahaan, seperti pembelian dan penjualan aset tetap perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan arus kas 10 yang berhubungan langsung dengan pendanaan perusahaan, seperti penerimaan dan pembayaran utang kepada investor dan kreditor. D. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal melaporkan bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh setiap tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses meningkat dan mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir periode akan dibawa ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya. E. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan. IAI (2009) menjelaskan bahwa catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan – pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 11 2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 (Revisi 2009) tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah “memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan bertujuan untuk : 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. 2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagai pengguna laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai bentuk laporan dan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan terhadapnya. 2.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif adalah ciri khas laporan keuangan agar informasi yang dihasilkan dapat berguna bagi pengguna informasi dan tidak menyesatkan pengguna informasi dalam laporan keuangan. Menurut PSAK 12 00 tentang kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan terdapat empat karakteristik pokok adalah sebagai berikut: 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang terdapat pada laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan ke dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar informasi bermanfaat maka informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajkan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja 13 serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. 2.1.5 Pengertian Financial Distress Financial disstres adalah kondisi yang menggambarkan keadaaan sebuah perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan, artinya perusahaan berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebrangkutan atau kegagalan pada usaha perusahaaan tersebut. Financial distress merupakan kondisi dimana adanya ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh tempo misalnya; hutang usaha, hutang pajak, hutang bank jangka pendek. Menurut Marcelinda (2014) Perusahaan bisa mengalami kebangkrutan karena rendahnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta ketidakmampuan perusahaan menjamin setiap hutangnya dengan modal sendiri. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelolah kinerja perusahaan ini dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Emrinaldi (2007) menyatakan kondisi yang paling mudah dilihat dari perusahaan yang mengalami financial disstres adalah pelanggaran komitmen pembayaran hutang diiringi dengan penghilangan pembayaran dividen terhadap investor. Namun, menurut Whitaker (1999) dalam Kurniasih (2009), financial distress terjadi saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah porsi hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Intinya, fiinancial distress terjadi ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial difficult) yang dapat diakibatkan oleh bermacam-macam akibat. Salah satu penyebab kesulitan keuangan menurut Brigham dan Daves (2003) dalam Anggarini (2010) adalah adanya serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang 14 saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta tidak adanya atau kurangnya upaya mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa tidak menjamin perusahaan besar dapat menghindari masalah ini, sebab financial distress berkaitan dengan keuangan perusahaan dimana setiap perusahaan pasti akan beurusan dengan keuangan untuk menjaga kelangsungan operasinya. Financial distress dapat diukur dengan beberapa cara yang berbeda, seperti yang dituliskan oleh Kurniasari (2009), yaitu: 1. Lau (1987) dan Hill et al. (1996) financial distress dilihat dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran deviden. 2. Asquith, Gertner dan Scharfstein (1994) melakukan pengukuran financial distress menggunakan interest coverage ratio untuk mendefinisikan financial distress. 3. Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika tahun perusahaan mengalami laba operasi bersih negatif. 2.1.6 Dampak Financial Distress Salah satu dampak financial distress adalah dapat membawa perusahaan mengalami kesulitan dalam membayarkan kewajiban yang ditanggung. Menurut Anggarini (2010), perusahaan yang mengalami financial distress (kesulitan keuangan) akan menghadapi kondisi : 1. Tidak mampu memenuhi jadwal atau kegagalan pembayaran kembali hutang yang sudah jatuh tempo kepada kreditor. 2. Perusahaan dalam kondisi tidak solvable (insolvency). Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Gitman (2002), menurutnya ada tiga hal yang paling terlihat ketika perusahaan mengalami financial distress, yaitu : 1. Business Failure (kegagalan bisnis), dapat diartikan sebagai : 15 a. Keadaan dimana realized rate of retrun dari modal yang diinvestasikan secara signifikan terus menerus lebih kecil dari rate of retrun pada investasi sejenis. b. Suatu keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi biaya perusahaan. c. Perusahaan diklasifikasikan kepada failure, perusahaan mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun atau memiliki retrun yang lebih kecil dari pada biaya modal (cost of capital) atau negative retrun. 2. Insolvency (tidak solvable), dapat diartikan sebagai: a. Technical insolvency timbul apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya pada saat jatuh tempo. b. Accounting insolvency, perusahaan memiliki negative networth, secara akuntansi memiliki kinerja buruk (insolvent), hal ini terjadi apabila nilai buku dari kewajiban perusahaan melebihi nilai buku dari total harta perusahaan tersebut. 3. Bankruptcy, yaitu kesulitan keuangan yang mengakibatkan perusahaan memiliki negative stockholders equity atau nilai pasiva perusahaan lebih besar dari nilai wajar harta perusahaan. 2.1.7 Faktor Penyebab Financial Distress Financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahaan sendiri (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal). Menurut Darsono dan Ashari dalam Sinambela (2009) faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: 1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terusmenerus yang pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan perusahan tidak dapat membayar kewajibannya, ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen. 16 2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutangpiutang yang dimiliki, hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. 3. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Damodaran (2001) menyatakan, faktor penyebab financial distress dari dalam perusahan lebih bersifat mikro, faktor-faktor dari dalam perusahaan tersebut adalah 1. Kesulitan arus kas Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi bebab-beban usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas perusahan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan 2. Besarnya jumlah hutang Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan. Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah mengadakan penyitaan harta perusahaan untuk menutupi kekurangan pembayaran tagihan tersebut. 3. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun Kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan. 17 Jika perusahaan mampu menutupi atau menanggulangi tiga di atas, belum tentu perusahaan tersebut dapat terhindar dari financial distress. Karena masih terdapat faktor eksternal perusahaan yang menyebabkan financial distress. Menurut Damodaran (2001) faktor eksternal perusahaan lebih bersifat makro dan cakupannya lebih luas. Faktor eksternal dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah beban usaha yang di tanggung perusahaan, misalnya tarif pajak yang meningkat yang dapat menambah beban perusahaan. Selain itu masih ada kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat, menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan meningkat. 2.1.8 Indikator Financial Distress Kebangkrutan dapat dihidari apabila dapat membaca indikator dari financial distress. Menurut Lesmana dan Surjanto dalam Qisthi (2013), tandatanda yang dapat dilihat terhadap sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan dalam bisnisnya antara lain sebagai berikut: 1. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan. 2. Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi. 3. Penurunan total aktiva. 4. Harga pasar saham menurun secara signifikan. 5. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri atau industri dengan resiko yang tinggi. 6. Pemotongan yang signifikan dalam dividen. Laporan keuangan suatu perusahaan dapat menjadi alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan (Saputra,2009). 18 Laporan keuangan ini dapat menjadi acuan pemimpin usaha dalam meninjau kinerja perusahaan baik di masa lampau maupun menentukan strategi di masa datang untuk mempertahankan usahanya. 2.1.9 Metode Zmijewski Metode Zmijewski biasa digunakan untuk menganalisis perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Metode ini menggunakan analisa rasio yang mengukur kinerja, leverage, dan likuiditas suatu perusahaan (Rhomadona, 2012). Rasio keuangan pada Zmijewski dipilih dari rasio-rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat selama 1972 sampai 1978, indikator FTest terhadap rasio-rasio kelompok, Rate of Return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan stock return volatility, yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara perusahaan yang sehat dan perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan. Model Zmijewski pertama kali digunakan dalam penelitian pada 40 perusahaan bangkrut dan 800 perusahaan non-bangkrut. Tingkat akurasi model ini dalam mengestimasikan sampel yang digunakan sebesar 99% (Avenhuis, 2013). Metode prediksi yang dihasilkan oleh Zmijewski pada tahun 1983 merupakan hasil riset selama 20 tahun yang ditelaah ulang ( Prihanthini, 2013). Nilai Cut-Off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami Financial Distress di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami Distress (Rismawati, 2012). Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai standar yang ditetapkan zmijewski yaitu : 19 a. Jika nilai X < 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang sehat (tidak berpotensi bangkrut) b. Jika nilai X > 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut. 2.1.10 Langkah-Langkah Perhitungan Financial Distress Model Zmijewski Menurut Peter dan Yoseph (2011) langkah-langkah menghitung Financial Distress model zmijewski adalah sebagai berikut: 1. Menghitung X1 (ROA/Return On Asset). Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (EAT) dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROA menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan karena dari aktiva yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal. Standar Rasio Industri untuk Return On Assets adalah 30% (Kasmir, 2008). Return On Asset (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total asset yang dimiliki, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan, sebaliknya apabila Return On Asset (ROA) yang negatif menunjukan bahwa dari total asset yang dipergunakan, perusahaan mendapat kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. π1 = πΈπ΄π πππ‘ππ π΄π π ππ‘ 2. Menghitung X2 (Leverage/Debt Ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban (total debt) dengan total asset. Sehingga rasio ini menunjukan sejauh mana 20 kewajiban dapat ditutupi oleh asset. Rasio ini merupakan rasio yang memperlihatkan proposisi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh harta kekayaan yang dimiliki. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%. Semakin rendah rasio ini menunjukan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. π2 = πππ‘ππ π·πππ‘ πππ‘ππ π΄π π ππ‘ 3. Menghitung X3 (Likuiditas/Current Ratio). Likuiditas digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan itu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung dengan current ratio, yaitu membandingkan jumlah aset lancar perusahaan dengan kewajiban jangka pendek perusahaan. Current ratio merupakan indikator likuiditas yang dipakai secara luas, dengan alasan selisih lebih aset lancar di atas hutang lancar merupakan suatu jaminan terhadap kemungkinan rugi yang timbul dari usaha dengan cara merealisasikan aset lancar non kas menjadi kas. Semakin tinggi rasio berati semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin bagus, akan tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak optimal. Munawir (2001:72) menyatakan current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. π3 = πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘ πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ 4. Menghitung Model Zmijewski (X-Score). Model Zmijewsi menghasilkan rumus yaitu: 21 π = −4,3 − 4,5π1 + 5,7π2 + 0,004π3 Apabila perhitungan model X-Score telah dilakukan dengan serangkaian rasio-rasio keuangan yang dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan maka akan menghasilkan suatu angka atau skor tertentu. Angka tersebut memiliki penjelasan atau nilai cut-off tertentu. 2.1.11 Alternatif Perbaikan Kondisi Financial Distress Jika perusahaan menghadapi kegagalan atau kesulitan keuangan, harus diketahui dahlu apakah kesulitan keuangan tersebut bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Kesulitan keuangan yang bersifat jangka pendek apabila tidak segera ditanggulangi dapat menimbulkan kesulitan keuangan jangka panjang. Kesulitan keuangan jangka pendek yang dimaksud adalah kesulitan dalam likuiditas perusahaan, sedangkan kesulitan keuangan jangka panjang berkaitan dengan solvabilitas perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan, di antaranya sebagai berikut (Sudana, 2011:249-252): a. Penyelesaian Sukarela (Voluntary Settlements) Ada beberapa alternatif penyelesaiaan secara sukarela, yaitu sebagai berikut: 1. Extensions (perpanjangan). 2. Composition. 3. Liquidation by voluntary agreement. b. Penyelesaian Lewat Pengadilan (Settlements Involving Litigation) 1. Likuidasi (Liquidation). 2. Reorganisasi Perusahaan. 22 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait dengan keakuratan model prediksi kebangkrutan serta penggunaan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tingkat kesehatan perusahaan. 1. Judul Penelitian : Penerapan Model Zmijewski “X-Score” Financial Distress di PT. X (Bergerak di Bidang Manajemen Energi dan Konservasi Air). Peneliti : Thomas Maranatha Penerbit : Politeknik Negeri Bandung Hasil Penelitian : Hasil Debt Ratio juga menunjukan hasil rasio yang sangat besar sehingga kewajiban yang dimiliki perusahaan juga sangat besar. Current Ratio secara umum menggambarkan hasil yang sangat baik sehingga kemampuan aktiva lancar juga sangat baik. Prediksi kebangkrutan pada tahun 2016 masuk ke dalam golongan tidak sehat maka perlu dilakukan evaluasi terhadap ROA, Debt Ratio, dan Current Ratio. 2. Judul Penelitian : Analisis Penggunaan Model Zmijewski (X-Score) Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20092013. Peneliti : Ayuk Priyantini Penerbit : Universitas Muhammadiyah Surakata Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan dan memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap perusahaan, sehingga dari 225 perusahaan diprediksi terdapat 2 perusahaan dalam kondisi Financial Distress dan 223 perusahaan lainnya tidak dalam kondisi 23 Financial Distress. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan keakuratan pada kategori Shareholder’s Equity sebesar 99%, kategori Net Income sebesar 85%, dan kategori Cash Flow Ratio sebesar 99%. 3. Judul Penelitian : Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015. Peneliti : Indri Amaliah Penerbit : UIN Syarif Hidayatullah Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan dan memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap perusahaan, sehingga dari 225 perusahaan diprediksi terdapat 2 perusahaan dalam kondisi Financial Distress dan 223 perusahaan lainnya tidak dalam kondisi Financial Distress. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan keakuratan pada kategori Shareholder’s Equity sebesar 99%, kategori Net Income sebesar 85%, dan kategori Cash Flow Ratio sebesar 99%. 4. Judul Penelitian : Analisa Potensi Kebangkrutan Kafe dan Resto di Kota Malang Dengan Menggunakan Metode Zmijewski. Peneliti : Roni Joyo Negoro Octavianus Yusitha Karina Penerbit : Universitas Ma Chung Hasil Penelitian : The X-Score resulted from seven cafes and restaurants that have been evaluated are under zero, which means they are financially healthy. However, there is a cafe and restaurant that has the probability of facing bankruptcy, but the score is still under the cut off value. The most 24 contributing variable to be the cause of bankruptcy is the return on assets. Cafes and restaurants in Malang city will always be in a financially healthy condition if they have the ability to manage their assets and produce more profits. 5. Judul Penelitian : Analisis X-Score (Model Zmijewski) Untuk Memprediksi Gejala Kebangkrutan Perusahaan (Pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2011). Peneliti : Dafi Qisthi Suhadak Siti Ragil Handayani Penerbit : Universitas Brawijaya Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 8 perusahaan otomotif dan komponennya yang dijadikan sampel, 25% dinyatakan terdapat indikasi-indikasi kebangkrutan baik dalam kondisi buruk maupun rawan, 75% merupakan perusahaan yang kondisinya berubahubah selama tiga tahun, dan tidak ditemukan perusahaan dengan kondisi sehat selama periode 3 tahun berturut-turut.