Uploaded by riskayu484

Manajemen dan Penggunaan Obat

advertisement
Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
Standar Akreditasi KARS
Prinsipnya dokter harus menuliskan resep obat harus jelas dan benar. Proses pengelolaan : seleksi,
pengadaan, penyimpanan, peresepan, pencatatan, pendistribusian, persiapan, penyaluran, pemberian dan
pemantauan. Jika sudah menggunakan E-Medical record penulisan resep oleh dokter lebih jelas.
Pasien memiliki hak untuk mengetahui obat itu apa, manfaat dan efek samping. Informasi mengenai obat
(MIMMS) harus sudah diketahui dan tersedia di unit pelayanan (nurse station) hal ini agar dokter atau
perawat bisa menjelaskan mengenai obat dan bisa melihat langsung standar informasi tersebut, hal ini
untuk meminimalisir kesalahan pemberian informasi oleh dokter atau perawat. Pasien saat ini dapat
mengakses teknologi misal mencari tentang obat melalui IPAD atau alat teknologi lainnya.
Semua resep sebelum disiapkan harus diadakan telaah oleh petugas yang kompeten dan ada bukti
kompetensi dari petugas itu. Hal yang perlu ditelaah identifikasi pasien secara benar (misal print out
dalam bentuk sticker) dan ada beberapa rumah sakit melengkapi alat teknologinya menggunakan
komputer yang mobile baik di rawat inap maupun jalan, benar obat, benar route, waktu dan setelah itu
dilakukan telaah terhadap alergi itu, telaah terhadap interaksi obat. Khususnya interaksi obat, sebaiknya
menggunakan software untuk menganalisa atau memberikan warning atas interaksi obat. Di Indonesia
ada beberapa software untuk interaksi obat. Dan perlu dilakukan juga pengecekan poli farmasi.
Perubahan paradigm pada keperawatan adalah suatu tugas pendelegasian dan dilakukan oleh profesi. Jika
sudah memahami paradigma maka akan mudah memahami standar tersebut.
Kewajiban farmasi lainnya adalah review atas manajemen obat, bisa dilakukan secara tahunan.
MPO 1.1
Dokumen yang terkait standar : bukti pelatihan, supervisi, ada kepala instalasi farmai
MPO.2
Formularium terdiri atas stock intern dan ekstern, proses pengembangan formularium oleh panitia farmasi
(SK, daftar hadir) dan terapi dan SPO bila obat tidak tersedia (perlu ada prosedur memberitahu dokter
jika tidak tersedia di rumah sakit).
Stock ekstern adalah stock yang tidak ada di rumah sakit akan tetapi ada di perusahaan farmasi lainnya.
MPO 2.1
Tersedia pedoman pengawasan penggunaan obat, tempat simpan obat yang aman, struktur organisasi
panitia farmasi dan terapi, kriteria tambah kurang, laporan Messo dan KTD obat baru dan adanya review
dari panitia farmasi dan terapi.
MPO 2.2
SPO pengadaan obat bila stock kosong, SPO mendapatkan saat farmasi tutup dan cek pemahaman staf.
MPO 3
Cek kulkas penyimpanan obat, cek laporan narkotika, BHN dan obat kimia: label: isi, tanggal out of date,
peringatan, bukti inspeksi tempat penyimpanan obat dan kebijakan identifikasi dan penyimpanan obat
yang dibawa pasien
MPO 3.1
Kebijakan tempat penyimpanan produk nutrisi, kebijakan tempat penyimpanan obat radiokatif, kebijakan
tempat penyimpanan obat sampel dan pengecekan tempat penyimpanan obat.
MPO 3.2
SPO dan lihat penyimpanan obat emergency, sistem perlindungan terhadap kehilangan, monitoring obat
emergency yang baru digunakan.
Pasien memiliki hak untuk mengetahui obat itu apa, manfaat dan efek samping. Informasi mengenai obat
(MIMMS) harus sudah diketahui dan tersedia di unit pelayanan (nurse station) hal ini agar dokter atau
perawat bisa menjelaskan mengenai obat dan bisa melihat langsung standar informasi tersebut, hal ini
untuk meminimalisir kesalahan pemberian informasi oleh dokter atau perawat. Pasien saat ini dapat
mengakses teknologi misal mencari tentang obat melalui IPAD atau alat teknologi lainnya.
Semua resep sebelum disiapkan harus diadakan telaah oleh petugas yang kompeten dan ada bukti
kompetensi dari petugas itu. Hal yang perlu ditelaah identifikasi pasien secara benar (misal print out
dalam bentuk sticker) dan ada beberapa rumah sakit melengkapi alat teknologinya menggunakan
komputer yang mobile baik di rawat inap maupun jalan, benar obat, benar route, waktu dan setelah itu
dilakukan telaah terhadap alergi itu, telaah terhadap interaksi obat. Khususnya interaksi obat, sebaiknya
menggunakan software untuk menganalisa atau memberikan warning atas interaksi obat. Di Indonesia
ada beberapa software untuk interaksi obat. Dan perlu dilakukan juga pengecekan poli farmasi.
Perubahan paradigm pada keperawatan adalah suatu tugas pendelegasian dan dilakukan oleh profesi. Jika
sudah memahami paradigma maka akan mudah memahami standar tersebut.
Kewajiban farmasi lainnya adalah review atas manajemen obat, bisa dilakukan secara tahunan.
MPO 1.1
Dokumen yang terkait standar : bukti pelatihan, supervisi, ada kepala instalasi farmai
MPO.2
Formularium terdiri atas stock intern dan ekstern, proses pengembangan formularium oleh panitia farmasi
(SK, daftar hadir) dan terapi dan SPO bila obat tidak tersedia (perlu ada prosedur memberitahu dokter
jika tidak tersedia di rumah sakit).
Stock ekstern adalah stock yang tidak ada di rumah sakit akan tetapi ada di perusahaan farmasi lainnya.
MPO 2.1
Tersedia pedoman pengawasan penggunaan obat, tempat simpan obat yang aman, struktur organisasi
panitia farmasi dan terapi, kriteria tambah kurang, laporan Messo dan KTD obat baru dan adanya review
dari panitia farmasi dan terapi.
MPO 2.2
SPO pengadaan obat bila stock kosong, SPO mendapatkan saat farmasi tutup dan cek pemahaman staf.
MPO 3
Cek kulkas penyimpanan obat, cek laporan narkotika, BHN dan obat kimia: label: isi, tanggal out of date,
peringatan, bukti inspeksi tempat penyimpanan obat dan kebijakan identifikasi dan penyimpanan obat
yang dibawa pasien
MPO 3.1
Kebijakan tempat penyimpanan produk nutrisi, kebijakan tempat penyimpanan obat radiokatif, kebijakan
tempat penyimpanan obat sampel dan pengecekan tempat penyimpanan obat.
MPO 3.2
SPO dan lihat penyimpanan obat emergency, sistem perlindungan terhadap kehilangan, monitoring obat
emergency yang baru digunakan.
Prinsipnya dokter harus menuliskan resep obat harus jelas dan benar. Proses pengelolaan : seleksi,
pengadaan, penyimpanan, peresepan, pencatatan, pendistribusian, persiapan, penyaluran, pemberian dan
pemantauan.
Jika sudah menggunakan E-Medical record penulisan resep oleh dokter lebih jelas.
Pasien memiliki hak untuk mengetahui obat itu apa, manfaat dan efek samping. Informasi mengenai obat
(MIMMS) harus sudah diketahui dan tersedia di unit pelayanan (nurse station) hal ini agar dokter atau
perawat bisa menjelaskan mengenai obat dan bisa melihat langsung standar informasi tersebut, hal ini
untuk meminimalisir kesalahan pemberian informasi oleh dokter atau perawat. Pasien saat ini dapat
mengakses teknologi misal mencari tentang obat melalui IPAD atau alat teknologi lainnya.
Semua resep sebelum disiapkan harus diadakan telaah oleh petugas yang kompeten dan ada bukti
kompetensi dari petugas itu. Hal yang perlu ditelaah identifikasi pasien secara benar (misal print out
dalam bentuk sticker) dan ada beberapa rumah sakit melengkapi alat teknologinya menggunakan
komputer yang mobile baik di rawat inap maupun jalan, benar obat, benar route, waktu dan setelah itu
dilakukan telaah terhadap alergi itu, telaah terhadap interaksi obat. Khususnya interaksi obat, sebaiknya
menggunakan software untuk menganalisa atau memberikan warning atas interaksi obat. Di Indonesia
ada beberapa software untuk interaksi obat. Dan perlu dilakukan juga pengecekan poli farmasi.
Perubahan paradigm pada keperawatan adalah suatu tugas pendelegasian dan dilakukan oleh profesi. Jika
sudah memahami paradigma maka akan mudah memahami standar tersebut.
Kewajiban farmasi lainnya adalah review atas manajemen obat, bisa dilakukan secara tahunan.
MPO 1.1
Dokumen yang terkait standar : bukti pelatihan, supervisi, ada kepala instalasi farmai
MPO.2
Formularium terdiri atas stock intern dan ekstern, proses pengembangan formularium oleh panitia farmasi
(SK, daftar hadir) dan terapi dan SPO bila obat tidak tersedia (perlu ada prosedur memberitahu dokter
jika tidak tersedia di rumah sakit).
Stock ekstern adalah stock yang tidak ada di rumah sakit akan tetapi ada di perusahaan farmasi lainnya.
MPO 2.1
Tersedia pedoman pengawasan penggunaan obat, tempat simpan obat yang aman, struktur organisasi
panitia farmasi dan terapi, kriteria tambah kurang, laporan Messo dan KTD obat baru dan adanya review
dari panitia farmasi dan terapi.
MPO 2.2
SPO pengadaan obat bila stock kosong, SPO mendapatkan saat farmasi tutup dan cek pemahaman staf.
MPO 3
Cek kulkas penyimpanan obat, cek laporan narkotika, BHN dan obat kimia: label: isi, tanggal out of date,
peringatan, bukti inspeksi tempat penyimpanan obat dan kebijakan identifikasi dan penyimpanan obat
yang dibawa pasien
MPO 3.1
Kebijakan tempat penyimpanan produk nutrisi, kebijakan tempat penyimpanan obat radiokatif, kebijakan
tempat penyimpanan obat sampel dan pengecekan tempat penyimpanan obat.
MPO 3.2
SPO dan lihat penyimpanan obat emergency, sistem perlindungan terhadap kehilangan, monitoring obat
emergency yang baru digunakan.
inShare
Download