BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI (Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank Berkeluarga Di Yogyakarta) DISUSUN OLEH: Nama : Fajrin Fauzi Akmal Nomor Mahasiswa : 15311312 Program Studi : Manajemen Bidang Konsentrasi : Sumber Daya Manusia UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2019 BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI (Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank yang Berkeluarga Di Yogyakarta) SKRIPSI Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai derajat Strata-1 Program Studi Manajemen di Fakultas Ekonomi UII Oleh: Nama : Fajrin Fauzi Akmal Nomor Mahasiswa : 15311312 Jurusan : Manajemen Peminatan : Sumber Daya Manusia UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2019 ii iii iv MOTTO “Perbaiki Diri Lakukan yang Terbaik” - A.GApapun masalahmu, lampiaskan pada sajadahmu Ibu v HALAMAN PERSEMBAHAN Karya tulis ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, keluarga besar, sahabat, dan Almamater saya Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia vi BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI (Studi Fenomena Work-life Balance Karyawati Bank yang berkeluarga di Yogyakarta) Fajrin Fauzi Akmal Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini berjudul Berdiri Di Dua Kaki Bertahan Pada Ambisi merupakan penelitian mengenai Work-life balance yang dilakukan di indusri perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan perempuan memilih karier yang dimiliki, untuk mengetahui hambatan dalam bekerja dan berkeluarga, dan untuk mengetahui bagaimana sikap yang diambil antara karier dan keluarga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif pada lima narasumber dari dua bank yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa perempuan bekerja karena mempunyai keinginan untuk mengembangkan karier yang dimiliki, faktor ekonomi dan latar belakang orang tua. Dalam membagi peran tersebut akan ada kepuasan atau ketidakpuasan dalam menjalani dua peran tersebut. Walaupun menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan, perempuan karier merasa memiliki keseimbangan pekerjaan dan keluarga karena adanya faktor pendukung dari tidak merasakan stress, dukungan keluarga, lingkungan kerja yang kondusif, dan kepuasan dalam membantu dan memenuhi kebutuah rumah tangga. Kata Kunci : Perempuan Karier, Work-Life Balance, Indsutri Perbankan. vii STANDING IN TWO FEETS SURVIVE IN AMBITION (Study of Work-Life Balance Phenomenon Female Bank Employee Who Has Family in Yogyakarta) Fajrin Fauzi Akmal Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT This study titled Standing In Two Feets Survive in Ambition is research on Work-life balance will be undertaken in bank industry. This study aims to know thr dynamics of a career owned, to know what the obstacles in work and family, and to to find out how attitudes are taken between career and family. This study used qualitative research method with five interviewees in two different banks. This resources are using data collection methods, interviews, observation, and documentation The result of this study indicated that women work because they have desire to develop a career they owned, economic factors, parents background. In dividing the role there will be satisfaction or dissatisfaction in carrying out these two roles. Although spending a lot of time on work, career women feel they have a balance of work and family because of the supporting factors of not feeling stressed, family support, a conducive work environment, and satisfaction in helping and fulfilling household needs. Keywords : Career Woman, Work-life balance, bank industry viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Berdiri di dua kaki bertahan pada (studi fenomena Work-life Balance karyawati bank yang berkeluarga di Yogyakarta ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan bagi seluruh umat manusia di bumi agar kita dapat menjadi insan yang lebih berguna dan bermanfaat bagi sesama manusia. Proses penyusunan proposal penelitian ini melibatkan banyak pihak yang memberikan dukungan berupa dukungan doa, moril maupun materil. Terutama kepada orang tua tercinta dan teman-teman seperjuangan yang sering menyumbangkan ide serta pemikiran. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Kedua orangtua tersayang Bapak Akmal dan Ibu Erni Sulastri yang selalu sabar, memberikan, motivasi, nasihat, bimbingan dan semangat dan doa-doa yang selalu dikirimkan, juga kakak perempuan Fannysa Fauzi Akmal dan Fadillah Fauzi Akmal serta adek-adek tersayangku Puti Bungsu Fauzia Akmal dan Syukran Fauzi Akmal, kaka ipar Bang Arief dan juga keponakan tersayang ix Fatih dan Athiya yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga akhirnya tugas ini terselesaikan. 2. Bapak Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Indonesia 3. Jaka Sriyana, SE., M.Si., Ph.D selaku Dekan Universitas Islam Indonesia 4. Ibuk Dra. Trias Setiawati, M.S selaku dosen Metopel dan juga teman cerita dalam keluh-kesah kehihdupan. 5. Bapak Drs. Achmad Sobirin M.B.A. Ph.D. Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Teman-teman El-macho, Ivan, Yoga, Ibil, Afu, Raka, Riyan, Ilham, Khusnul, Joshua, Ara, JB, Jaka yang selalu memberikan semangat dan gelak tawanya. 7. Keluarga Diproser 15 yang sudah mau menerima dan memberi banyak pengalaman, Diana, Amry, Okza, Ira dan Mbak Linda 8. Keluarga sederhana MRPE untuk partner yang selalu mau saling belajar, Habib, Safira, Ica, Tami dan Shofi dan selalu mau menerima beban pekerjaan yang saya bagi di divisi. 9. Keluarga lantai tiga Tim Marketing and Communication angkatan 15 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang sama-sama berjuang menggapai mimpi, Humaira, Ardy, Amel, Arlina, Aldino, Vio, Bintang, Nandya, Erisna, Cici, Kamal, Alwi, Nafis, Ririt, Salma, Winardi atas segala pengalaman, x informasi, semangat, dan hiburannya sehingga penulis tetap terpacu dan semangat dalam menyelesaikan tugas ini. 10. Marcomm angkatan tahun 2013 yang sudah mau mengayomi dan membimbing, Puk & Vivi, Adiraw, Dania, Vania, Elis, Farhan, Fiamalika, Hikma, Idris, Irma, Erika, Widi, dan Yusuf 11. Marcomm 2014 yang juga sudah mau berbagi pengalaman, Ijal, Fadil, Qodri, Teteh, Zale, Andre, Apip, Sita, Upeh, Fika, Tata, Dinda, Toli dan Akbar 12. Marcomm 2016, 2017 dan 2018 adik-adikku yang sudah sama-sama mau berproses dalam mencari ilmu dan pengalaman. 13. Manager Marcomm Pak Baziedy Aditya Darmawan dan Pak Arief Singapurwoko yang slalu membimbing dalam proses mencari pengalaman. 14. Direktur Direkotrat Pemasaran dan jajarannya, Pak Sigit Pamungkas, Pak Galang Prihady, Mbak Nadya Shihab dan Buk Ninggar yang sudah mau menerima dan memberikan banyak ilmu, pengalaman selama bekerja di DP 15. Partner Direktorat Pemasaran tercinta Dita, Nadila, Mbak Rifda, Raras, dan Mbak Helmi. 16. Manager dan Teman-teman dari asisten laboratorium ERP yang sama-sama sedang berjuang Buk Andri, Dhimas, Dekom, Tegar, Untung, Afanina, Fikri, Ariyanto, Ridho, Afif dan Sheila 17. Teman-teman Kos zam-zam sudah mau menampung dalam keadaan darurat, Diko, Reza, Naufaldy, Noval, Ridho, Amir, Nopri, Bagas, Fadil, Andre,Handal dan teman-teman lainnya. xi 18. Seluruh narasumber teman-teman dari Bank BPD dan Bank X, Mbak Wida, Mbak Nisa, Mbak Kristisn, Mbak A’ang, dan Mbak Nina yang telah bersedia dengan sabar membantu, membagi ilmu dan pengalamannya. Kemudian yang terakhir kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari apabila penulisan pada tugas pertama ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas ini bisa memberi manfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua, Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, 24 Mei 2019 Penulis, Fajrin Fauzi Akmal xii DAFTAR ISI Halaman Sampul ………………………………………………………………….. i Halaman Judul ……………………………………………………………………. Ii Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme …………………………………………. iii Halaman Pengesahan …………………………………………………………….. iv Halaman Motto dan Persembahan ………………………………………………... v Abstrak …………………………………………………………………………… vii Kata Pengantar……………………………………………………………………. ix Daftar Isi………………………………………………………………………….. xiii Daftar Tabel………………………………………………………………………. v Daftar Lampiran …………………………………………………………………. vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1 1.2 Fokus Penelitian……………………………………………………………... 6 1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………........ 6 1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 7 1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 2.1 Penelitian Terdahulu……................................................................................ 9 2.2 Landasan Teori………………………………………………………………. 25 2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia …………………………………………. 25 xiii 2.2.2 Hard Approach dan Soft Approach dalam Manajemen Sumber Daya 26 Manusia ……………………………………………………………………... 2.2.3 Karier ………………….…………….…………………………………...... 28 2.2.4 Kepuasan Kerja ..………………………………………………………….. 30 2.2.5 Motivasi …… ………………….………………………………………….. 31 2.2.6 Keluarga …………………………..……….………………… …………… 33 2.2.7 Dukungan Keluarga ………………………………………………………… 34 2.2.8 Work Family Conflict……………………………………………………….. 36 2.2.8 Work-Life Balance ………………………………………………………….. 37 BAB III METODE PENELITIAN 45 3.1 Pendekatan Penelitian……………………………………………………….. 46 3.2 Lokasi Penelitian ……………………………………………………………. 46 3.3 Profil Perusahaan ……………………………………………………………. 46 3.4 Narasumber Penelitian………………………………………………………. 48 3.5 Sumber Data Penelitian ……………………………………………………... 50 3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………………………… 50 3.7 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………….. 51 3.8 Proses Analisis Data ……………………………………………………........ 53 3.9 Uji Keabsahan Data …………………………………………………………. 56 3.9.1 Uji Kredibilitas ………………………………………………………... 59 3.9.2 Uji Transferability……………………………………………………... 59 xiv BAB IV ALASAN BERKARIER 4.1 Pendahuluan………………..……………………………………………….. 62 4.2 Ani : Bekerja untuk menambah biaya hidup ……………………………..… 62 4.3 Krisitin: Peran penting Orang tua …………………………………………… 63 4.4 A’ang: Kapasitas untuk mengembangkan potensi ………………………….. 64 4.5 Wida: Bekerja diniatkan untuk ibadah ………………………………………. 65 4.6 Nina: Bekerja untuk menambah keuangan keluarga ……………………….. 66 4.7 Ringkasan Hasil ……………………………………………………………... 67 BAB V MENGGAPAI KESEIMBANGAN MELAWAN HAMBATAN 70 5.1 Pendahuluan …………………………………………………………………. 70 5.2 Hambatan Kerja …………… ………………………………………………. 70 5.3 Dukungan dalam menjalani peran ganda …………………………………… 77 5.4 Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Menjalani Peran Ganda ………………. 83 5.5 Ringkasan Hasil …………………………………………………………....... 93 BAB VI SIKAP DALAM MENYIKAPI PEKERJAAN DAN KELUARGA 6.1 Pendahuluan ……………………………………………………………….. 101 6.2 Komunikasi Menjadi Kunci Utama ……………..…………………………. 102 6.3 Memaksimalkan Peran Ganda ………………………………………………. 109 6.4 Kepuasan Kerja ……………………………………. ……………………… 114 xv 6.5 Ringkasan Hasil ……………………………………………………………. 119 BAB VII BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI 7.1 Menyeleraskan Pekerjaan dan Rumah ………………………………………. 123 7.2 Memberikan yang terbaik untuk pekerjaan ………………………………….. 125 7.3 Arti Dukungan Keluarga …………………………………………………….. 128 BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan …………………………………………………………………. 131 8.2 Saran ………………………………………………………………………… 132 8.3 Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………… 133 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 134 LAMPIRAN ………………………………………………………………... 150 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ………………………………….. 143 Lampiran 2 : Transkrip Wawancara …………………………………. 146 Lampiran 3 : Tabel Reduksi Data ……………………………………. 195 Lampiran 4 : Display Data …………………………………………... 238 Lampiran 5 : Dokumentasi Foto …………………………………….. 231 Lampiran 6 : Biodata Penulis ………………………………………... 238 xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat di negara berkembang masih banyak pandangan bahwa perempuan identik dengan pekerjaan rumah tangga yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan berkeluarga. Dewasa ini, pekerjaan perempuan sudah semakin luas, perempuan saat ini ingin pekerjaan mereka lebih luas lagi karena berbagai faktor seperti peningkatan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan juga bentuk aktualisasi diri. Apalagi seorang perempuan karier yang mempunyai pekerjaan di tempat karier mereka dan tanggung jawab pekerjaan rumah. Ketika tidak mampu dalam mengelola pekerjaan dan waktu tentu akan menimbulkan masalah pada pola hidup tertentu. Hakikatnya yang wajib menafkahi keluarga adalah suami dan perempuan hanya ditugaskan untuk menjaga keluarga mereka, seperti yang dinyatakan Coser dan Rokoff (1971) dalam Sekaran (1983) bahwa yang menentukan bahwa tugas utama perempuan adalah untuk keluarga sementara pria menyediakan sarana ekonomi dan status sosial bagi keluarga. Beberapa tahun terakhir sampai sekarang saat ini, peningkatan perempuan karier memang meningkat. Menurut data statistik BPS jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin. Penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta 2 orang, bertambah 2,53 juta orang dibanding Februari 2017. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Februari 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK laki-laki menurun 0,04 persen poin. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam berkerja tentu disebabkan dari beberapa faktor. Berbagai faktor membuat perempuan mengejar karier mereka. Berdasarkan polling yang dilakukan oleh Kompas Female, hampir 68 persen mengatakan mengejar role model sebagai istri, ibu, dan profesional dalam karier mereka. Hanya 27 persen yang mengatakan gaji yang besar menjadi alasan mereka mengejar karier. Artikel ini terposting di Kompas.com 7 Juli 2016 dengan judul "Alasan Perempuan Indonesia Mengejar Karier". Meningkatnya perempuan karier saat ini karena banyaknya tuntutan salah satunya untuk kebutuhan ekonomi dan masih ada banyak faktor lainnya. Artikel yang diterbitkan oleh pos-kupang.com dengan judul Pertumbuhan Jumlah Pekerja Perempuan Meningkat menyatakan bahwa Organisasi Buruh Internasional (OBI) mencatat, pertumbuhan jumlah pekerja perempuan meningkat setiap tahunnya. Pada 2015, 38 persen dari 120 juta pekerja di Indonesia adalah perempuan. Peningkatan perempuan karier meningkat disebabkan dari beberapa hal seperti meningkatkatnya kebutuhan hidup dan upaya dalam memenuhinya kemudian aktualisasi diri dari studi yang sudah diselesaikan sebelumnya. Perempuan karier yang 3 sudah berkeluarga tentu memikul tanggung jawab yang lebih dibandigkan yang belum menikah. Adanya berbagai hambatan akan dipikul seperti kebutuhan hidup pasangan suami-istri yang menjadikan keduanya untuk bekerja. Jika pasangan suami-istri berkomitmen untuk bekerja maka akan ada pengorbanan kepada keluarga karena akan menghabiskan banyak waktu di tempat kerja. Kebanyakan para orang tua yang bekerja mengorbankan keluarga untuk tuntutan pekerjaan karena lebih banyak menghabiskan waktu di tempat pekerjaan. Penelitian ini melibatkan karyawati bank yang telah menikah dan juga memikul tanggung jawab ganda, sebagai perempuan karier dan juga sebagai ibu yang mengurus rumah tangga. Menjalani peran ganda tersebut para perempuan karier dihadapkan dengan tantangan yang lebih besar dalam mencapai work-life balance. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan atau work –life balance selain karier memang dilihat dari waktu dalam membagi antara dua hal tersebut dan tentu juga kepuasan dalam menjalani pekerjaan dan kehidupan di rumah. Menurut Hudson (2005) Work-life balance memiliki tiga komponen keseimbangan yaitu keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan, dan keseimbangan kepuasan. Jika salah satu tidak seimbang maka ada ketidakseimbagan yang dialami oleh perempuan karier. Dalam memenuhi keseimbagan dua hal tersebut mendorong adanya celah untuk sacrifice atau pengorbanan salah satu dari pekerjaan-pekerjaaan tersebut. Ketidakseimbagan terjadi apabila salah satu terabaikan. Sisi lain menajga dan meningkatkan karier, sisi sebaliknya menjaga kehidupan rumah tangga yang harmonis. 4 Dari hal tersebut peneliti ingin meneliti Work-life balance dari perempuan karier yang berkeluarga tersebut dalam menyeimbangkan kehidupan pekerjaannya dengan kehidupan keluarganya. Tentu banyak waktu, pikiran dan tenaga yang digunakan untuk menjalankan karier tersebut. Hambatan-hambatan tersebut yang mengganggu work-life balance perempuan karier. Hal tersebut juga bisa menimbulkan konflik pada kehidupan rumah tangga. Dengan beberapa pekerjaan yang mereka lakukan akan dilihat juga kepuasan perempuan karier dalam mereka melakukan karier tersebut. Work-life balance merupakan faktor penting bagi tiap pekerja, agar pekerja memiliki kualitas hidup yang seimbang dalam berhubungan dengan keluarganya dan seimbang dalam pekerjaan. Jika tidak seimbang akan ada pengaruh pekerjaan terhadap kehidupan di rumah seperti yang dinyatakan penelitian Lewis & Guyere (2010) Narasumber penelitian tidak merasa mereka memiliki fleksibilitas dalam mengatur jadwal yang terkait dengan pekerjaan. Staf yang bekerja merasa bahwa pekerjaan mereka hidup secara signifikan tumpah ke kehidupan pribadi mereka. Dari hal tersebut bisa mengganggu keseimbangan salah satu faktor ataupun keduanya. Senada dengan Lewis, menurut Fisher (2001) ada empat dimensi work-life balance salah satunya adalah bagaimana pekerjaan bisa mempengaruhi kehidupan pribadi karyawan yang bekerja. Ketika pekerjaan mempengaruhi waktu untuk keluarga akan menimbulkan konflik di kehidupan rumah. Menurut Weckstein (2008:10) Work-life balance adalah sebuah konsep keseimbangan yang melibatkan ambisi atau karir dengan kebahagiaan, waktu luang, 5 keluarga, dan pengembangan spiritual. Dimana work-life balance dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja Dalam penelitian ini akan membahas perempuan karier yang bekerja di bank dalam mengatur work-life balance dengan peran yang mereka jalani. Seperti yang diketahui, jam kerja di bank lebih statis atau ketat karena mempunyai jam kerja yang sudah ditentukan. Dibandingkan bekerja di perusahaan statup yang memiliki waktu yang fleksibel. Dengan jam kerja yang ketat ini, kurangnya celah untuk memikirkan kehidupan rumah dan harus fokus terhadap pekerjaan. Seperti yang dinyatakan Lockwood (2003) work-life balance adalah suatu keadaan seimbang dimana dua tuntutan antara pekerjaan dan kehidupan seorang individu sama. Dalam menjaga keseimbagan antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan akan ada hambatan dalam yang berpotensi mengorbankan salah satu waktu atau kegiatan dalam dua peran tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa upaya yang dilakukan agar keseimbagan tersebut tetap terjaga. Penelitian ini ingin membahas work-life balance kehidupan perempuan yang memiliki karier yang harus membagi waktunya untuk bekerja dan waktu untuk keluarga. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan lima perempuan yang bekerja di bank dengan 6 job desc yang berbeda di Bank BPD DIY dan di Bank X. Waktu kerja di perbankan yang statis membuat waktu kerja tidak fleksibel sehingga waktu terfokus untuk bekerja. Lembur juga salah satu hal yang tidak asing dengan perbankan. Sehingga tidak bisa tercampur untuk mengurusi hal di luar pekerjaan. Dengan waktu yang terporsir di pekerjaan dan juga tanggung jawab dengan kehidupan di rumah, penelitian ini ingin meneliti perempuan karier dalam menjalankan dua peran yang dijalani dan mengatur work-life balance. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini merupakan batasan masalah guna membatasi permasalahan yang akan di bahas penulis sehingga penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan efektif. Fokus penelitian ini merincikan perempuan karier yang berusia 30 tahun ke atas karena di usia tersebut rata-rata karyawan sudah menikah. Berkeluarga dan mempunyai anak. Pegawai atau karyawan tetap yang bekerja lebih dari tiga tahun sudah merasakan alur kerja dan suka duka di bank tersebut. Permasalaha difokuskan bagaimana perempuan karier dalam membagi dua peran mereka yang menjadi faktor penting dalam work-life balance sehingga bisa fokus terhadap pekerjaan yang diajalani dan keluarga dari perempuan karier tersebut. 1.3 Rumusan Masalah 1. Apa alasan perempuan karier dalam memlilh karier tersebut? 2. Apa saja kendala yang mereka hadapi terhadap karier tersebut? 7 3. Bagaimana perempuan karier menyikapi antara pekerjaan yang dijalani dan keluarga? 1.4 Tujuan Penelitian Bedasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui alasan untuk berkarier. 2. Untuk mengetahui kendala, dukungan dan cara menghadapi konflik terhadap karier dan keluarga. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya dan kepuasan yang didapatkan dalam menghadapi masalah karier dan keluarga. 1.5 Manfaat Penelitan Manfaat Penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Dengan penelitian ini diharapkan penulis memiliki ilmu dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian. Penulis lebih mengenal Work-life balance lebih dalam. 2. Bagi Narasumber Narasumber lebih mengenal Work-life balance dalam kehidupan mereka. Narasumber lebih bisa menyeimbangkan antara kehidupan kerjanya dengan kehidupan pribadinya 3. Bagi Pihak lain 8 Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pembaca dalam work-life balance dan bisa menerapkan sistem work-life balance untuk organisasiorganisasi. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan Mohammed Prakandi, Mohamed Behery (2016) yang berjudul Sustainable human resources: Examining the status of organizational work–life balance practices in the United Arab Emirates yang melakukan wawancara dilakukan dengan 38 perwakilan manajemen. Hasilnya menunjukkan bahwa ada beberapa organisasi di UAE yang tidak melibatkan karyawan mereka dalam desain dalam program kehidupan kerja, Work-life balance dalam organisasi-organisasi ini diprakarsai oleh manajemen puncak dengan tujuan untuk mempertahankan karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Robert A. Lewis & Les Roches Guyere (2010) , yang berjudul Work-life Balance in Hospitality Experience from A Geneva-based Hotel menunjukan ada peningkatan permintaan di beberapa negara Eropa untuk meningkatkan fleksibelitas tempat kerja (EF 2004), yang juga di dukung oleh inisiatif dar pemerintah Swiss untuk pegawai Federal (SDC 2009). Penelitian ini melibatkan 30 Karyawan. Narasumber penelitian tidak merasa mereka memiliki fleksibilitas dalam mengatur jadwal yang terkait dengan pekerjaan. Temuan menunjukan dari sampel menunjukkan bahwa staf yang disurvei merasa bahwa pekerjaan mereka hidup secara signifikan tumpah ke kehidupan pribadi mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Sally Khallash, Martin Kruse (2012) yang berjudul The future of work and work-life balance 2025, Penelitian ini menggunakan 10 pendekatan kualitatif yang meneliti tentang masa depan kerja dan keseimbangan kehidupan kerja pada tahun 2025, menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi konsep masa depan pekerjaan dan mengidentifikasi beberapa tantangan bahwa Eropa akan semakin menghadapi perubahan ekonomi, sosial dan demografis. Pada dasarnya, istilah keseimbangan kehidupan kerja adalah istilah yang terbuka untuk interpretasi subyektif yang cukup, karena apa yang membentuk keseimbangan tunduk pada variasi budaya yang cukup besar seperti yang didefinisikan oleh setiap individu atau secara kolektif oleh pasangan dalam suatu hubungan. Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa keseimbangan kehidupan kerja mengartikulasikan keinginan semua individu, bukan hanya mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan mereka yang dibayar dan kehidupan mereka di luar pekerjaan, dari pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga hingga waktu luang dan mandiri. Hasil dari penelitian ini adalah dalam skenario pertama keseimbangan kehidupan kerja adalah landasan penting dalam kehidupan karyawan dan membentuk kedekatan mengikat antara karyawan dan pengusaha. Dalam skenario kedua, keseimbangan kehidupan kerja tidak penting bagi mayoritas karyawan yang berjuang untuk mempertahankan pekerjaan mereka dan karenanya hanya tersedia untuk pekerja yang paling istimewa. Penelitian yang dilakukan oleh Dizaho (2017) yang berjudul Achieveing Work-life balance Through Flexible Work Schedules and Arrangements menunjukan bahwa 11 untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja adalah yang terpenting adalah organisasi merasa perlu memberi kesempatan kepada karyawannya untuk menyeimbangkan kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Dengan jadwal dan pengaturan kerja yang fleksibel maka memudahkan kebutuhan karyawan untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Sementara keseimbangan kehidupan kerja didorong karena impact yang diterima oleh karyawan pada organisasi seperti peningkatan produktivitas, loyalitas, kepuasan, peningkatan moral, sikap dan perilaku karyawan, dan lain-lain Penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi dan Ravichandran (2013) yang berjudul The Importance of Work-Life-Balance menunjukan program keseimbangan kehidupan kerja telah terbukti berdampak pada karyawan dalam hal rekrutmen, retensi / turnover, komitmen dan kepuasan, absensi, produktivitas, dan tingkat kecelakaan. Program keseimbangan kerja dan kehidupan mengakui bahwa kesejahteraan karyawan mempengaruhi bisnis. Parameter diperlukan untuk memastikan bahwa program memiliki efek yang diinginkan pada karyawan dan perusahaan. Enam parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program keseimbangan kehidupan kerja adalah: tingkat dukungan dan pelatihan manajemen, bagaimana program dikomunikasikan kepada karyawan, budaya perusahaan, kontrol manajemen, kebijakan sumber daya manusia dan kontrol karyawan Penelitian yang dilakukan oleh Sundar & Santhi yang berjudul A study on the Work-life Balance of Women Employees in Information Technology Industry (2012) menemukan ada beberapa faktor yang memepengaruhi work-life balance : 12 a) Dukungan sosial keluarga, merupakan hal penting karena apbila keluarga mendukung pekerjaa dengan pekerjaannya, maka pekerja akan merasa nyaman berada di tempat kerjanya dan dapat bekerja secara maksimal sehingga tidak terbebanidengan keluarga b) Lingkungan kerja yang baik, yang di dalamnya saling mendukung dan membantu satu sama lain agar terciptanya suasana kerja yang menyenangkan bagi para pekerja. c) Manfaat, yang diberikan perusahaan dengan membayar pekerja dengan gaji, liburan,cuti hamil dan melahirkan, asuransi kesehatan bagi pekerja. d) Relokasi, meruapakan pemindahan lokasi kerja yang juga mempengaruhi kinerja para pekerja teruatma pekerja yang terpaksa terpisah dari keluarganya . e) Waktu kerja, menciptakan jadwal pekerjaan yang fleksibel dan memberikan ruang untuk pekrja agar memiliki kesempatan untuk menyelesaikan tanggung jawab kanotr namun tetap mimiliki kehidupan yang seimbang di luar kantor. f) Perawatan anak, merupakan adanya sponsor untuk anak yang membutuhkan pendidikan tinggi di setiap negara. Penelitian yang dilakukan oleh Adame- dkk (2016) yang berjudul Do firms implement work–life balance policies to benefit their workers or themselves? Menunjukan bahwa penelitian ini menawarkan perspektif baru menganalisis variabel yang berkaitan dengan penggunaan WLB di perusahaan. Hasil dari penerapan pendekatan fsQCA menyoroti kebutuhan untuk memikirkan kembali pentingnya dan peran dari variabel-variabel ini dalam penelitian WLB. Froma praktis Perspektif ini menyoroti dua pengamatan penting dengan implikasi yang cukup besar bagi manajer 13 SDM. Pertama, prospeknya manfaat bisnis pasar adalah variabel utama yang meningkatkan peluang menerapkan praktik-praktik new WLB di perusahaan kedua, manfaat ini yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan WLB, dapat membuat Praktik WLB lebih menarik bagi para manajer, sehingga membawa perubahan dalam budaya organisasi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Grzywacz dan Carlson (2007) yang berjudul Conceptualizing work family balance: Implications for practice and research Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan bagaimana meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja karena hal itu dapat berdampak pada hasil organisasi dan juga mengembangkan pemahaman secara konseptual yang lebih baik tentang keseimbangan kerja keluarga agar tidak ada konflik diantara keduanya karena pekerjaan yang mengganggu keluarga atau keluarga ikut campur masalah pekerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah Keseimbangan kerja keluarga adalah faktor yang ada dalam setiap organisasi kontemporer dan masyarakat. Sayangnya, perkembangan teoritis dan konseptual keseimbangan kerja keluarga belum sejalan dengan minat masyarakat. Penelitian substansial perlu dilakukan untuk mengembangkan pemahaman yang baik dengan konseptualisasi, HRD profesional memiliki landasan untuk mulai menciptakan strategi yang dapat berkontribusi pada tujuan organisasi dengan membantu pekerja mencapai keseimbangan kerja-keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Beham, & Drobnič, (2010) Satisfaction with work‐ family balance among German office workers. Penelitian ini menggunakan sampel dari 716 pekerja kantor dari dua organisasi sektor jasa di Jerman berpartisipasi dalam survei 14 online yang komprehensif. Regresi multivariat hierarkis digunakan untuk menguji hubungan yang diprediksi. Penelitian menunjukan Persepsi harapan waktu organisasi yang tinggi, tuntutan pekerjaan psikologis dan ketidakamanan kerja ditemukan berhubungan negatif dengan kepuasan karyawan dengan keseimbangan kerja-keluarga. Konflik kerja-ke-keluarga memediasi sebagian hubungan tersebut. Dukungan sosial di tempat kerja dan kontrol pekerjaan mengungkapkan hubungan positif dengan kepuasan dengan keseimbangan kerja-keluarga, tetapi bertentangan dengan prediksi, asosiasi ini bertahan setelah mengendalikan konflik kerja-ke-keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Sirgy & Lee (2017) yang berjudul Work-Life Balance: an Integrative Review menunjukan keseimbangan kehidupan kerja dan mempresentasikan konsep keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih integratif. Ada banyak bukti yang terkait dengan konsekuensi keseimbangan kerja-hidup dalam hal hasil kerja, non-kerja, dan yang terkait dengan stres. Dari hal ini ditinjau banyak bukti tentang anteseden utama keseimbangan kehidupan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Maslichah (2017) yang berjudul Pengaruh Worklife balance dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan menunjukan adanya terdapat pengaruh yang signifikan antara work-life balance, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja secara simultan pada perawat RS Lavalette Malang. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bahwa work-life balance, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap job satisfaction pada perawat RS Lavalette Malang. 15 Penelitian yang dilakukan Skinner (2013) yang berjudul Understanding and managing work–life interaction across the life course: a qualitative study, Penelitian ini menyelidiki interaksi kehidupan yang terjadi dalam satu sektor industri, kesehatan. Penelitian ini menggunaka metode kualitatif dengan sampel sebanyak 105 ahli kesehatan yang memberikan wawasan tentang tantangan kehidupan kerja dan kebutuhan tenaga kerja modern yang beragam, termasuk kebijakan dan praktik yang cenderung memaksimalkan kesejahteraan karyawan dan retensi. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat beberapa perbedaan yang signifikan dalam perspektif dan kebutuhan kehidupan kerja untuk para profesional kesehatan pada tahap kehidupan yang berbeda, tetapi ada juga tumpang tindih yang substansial, khususnya yang berkaitan dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya seperti fleksibilitas. Secara harmonis dengan pengasuhan anak, perawatan lansia, atau dengan aktivitas sosial dan pribadi yang berharga dapat mengurangi konflik. Penelitian yang dilakukan oleh Galea, dkk 2014 berjudul How a system of flexible working hours helps employees to strike a proper balance between work and personal life, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang meneliti tentang bagaimana sistem jam kerja yang fleksibel membantu karyawan untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, menggunakan metode kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan wawasan yang lebih besar tentang bagaimana karyawan mengalami pengaruh jam kerja yang tidak fleksibel terhadap keseimbangan kerja dan kehidupan mereka. Pengaturan kerja yang fleksibel telah diidentifikasi sebagai salah satu cara penting untuk menyeimbangkan 16 komitmen kerja dan pribadi (Russell dkk., 2009) dan menjadi semakin umum dalam ekonomi modern. Di banyak negara, undang-undang telah diperkenalkan yang memungkinkan kelompok karyawan tertentu untuk meminta kondisi kerja yang fleksibel. Baik pengusaha maupun karyawan menjadi lebih sadar akan potensi keuntungan dari pengaturan kerja yang fleksibel. Demikian pula, karyawan menyadari betapa pentingnya untuk kesejahteraan pribadi dan fungsi keluarga mereka untuk mengendalikan dan memiliki kemampuan untuk menyulap peran keluarga dan pekerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah ketika jam kerja yang fleksibel didukung oleh manajemen dan sesuai dengan budaya kerja, mereka sangat dihargai baik untuk alasan pribadi maupun yang terkait dengan pekerjaan. Selain itu, maknanya untuk kehidupan pribadi bervariasi sesuai dengan tahap kehidupan. Temuan penting bagi pembuat kebijakan dan manajer sumber daya manusia untuk menerapkan dan menangani jam kerja yang fleksibel secara efektif. Akibatnya, ini akan membantu karyawan mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang menghasilkan manfaat organisasi yang menguntungkan. Penelitian yang dilakukan Yulie et.all (2012) yang berjudul The Role of Life Friendly Policies on Employees Work-life Balance dalam penelitiannya kesulitan dalam mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga dibuktikan bahwa ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dapat berpengarih pada tingkat stress karyawan. Akibatnya muncul konflik-konflik yang ada pada keluarga karyawan sudah berumah tangga terutama karyawan perempuan. Sampai saat ini belum ada praktek 17 manajamen yang memungkinkan terciptanya keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Peneliti /Judul No 1. Penelitian / Objek Teori Hasil Dizaho, Esther Kadarko, Rohani, Saleh, Azrai Abdullah (2017) Achieveing Work-life balance Through Flexible Work Schedules and Arrangements keseimbangan kehidupan kerja adalah mengelola secara efisien tekanan antara pekerjaan yang dibayar dan semua aktivitas tambahan yang penting bagi orangorang seperti keluarga, kegiatan masyarakat, pekerjaan sukarela, pertumbuhan individu dan waktu luang dan hiburan.( Dundas, 2008) Global Business and Management Research: An International Journal keseimbangan kehidupan kerja sebagai tingkat dimana seseorang didata dan dipuaskan secara merata dengan peran pekerjaan dan peran keluarganya. Greenhaus dkk., (2003) Dengan jadwal dan pengaturan kerja yang fleksibel memudahkan kebutuhan karyawan untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Sementara keseimbangan kehidupan kerja didorong karena manfaat yang diperolehnya pada organisasi seperti peningkatan kinerja, loyalitas, kepuasan moral, sikap dan perilaku karyawan, dan lain-lain Penelitian Alat analisis: Qualitatif, conceptual paper based on secondary data. Mohammed Prakandi, Mohamed Behery (2016) Sustainable human resources: Examining the status of organizational work– life balance practices in the United Arab Emirates Renewable and Sustainable Energy Reviews Alat analisis: kualitatif dan bersifat eksplorasi Menyatakan Praktik kerjakeseimbangan hidup (WLB) adalah inisiatif organisasi yang disengaja dirancang untuk meminimalkan konflik kerjakehidupan karyawan dan memungkinkan mereka untuk menjadi lebih efektif di tempat kerja dan peran lain. Lazar I,Osoian C,RatiuP.(2010) Hasilnya menunjukkan bahwa ada beberapa organisasi di UAE yang tidak melibatkan karyawan mereka dalam desain dalam program kehidupan kerja, Work-life balance dalam organisasiorganisasi ini diprakarsai oleh manajemen puncak dengan tujuan untuk mempertahankan karyawan 18 Respondedn :wawancar a dilakukan dengan 38 perwakilan manajemen 2 Sirgy, M. Joseph Dong, Jin Lee (2017) Work-Life Balance: an Integrative Review Alat analisis: Applied Research in Quality of Life Alat Analisis: Pendekatan Kualitatif 3 Adame-Sánchez, Consolación González-Cruz, Tomás F. et.al (2016) Do firms implement work–life balance policies to benefit their workers or themselves Journal of Business Research Work-life balance adalah kecenderungan untuk sepenuhnya terlibat dalam kinerja setiap peran dalam sistem peran total seseorang untuk mendekati setiap peran dan peran mitra dengan sikap perhatian dan perhatian.(Marks 1977; Marks and MacDermid 1996; Sieber 1974). Work-life balance adalah keterlibatan dalam berbagai peran dengan perkiraan tingkat perhatian, waktu, keterlibatan, atau komitmen yang setara. (Greenhaus et al. 2003; Kirchmeyer 2000) Secara khusus, keseimbangan kehidupan kerja didefinisikan sebagai alokasi waktu dan energi psikologis dengan cara yang seimbang dalam pekerjaan dan kehidupan non pekerjaan sambil mendapatkan banyak kepuasan baik dari pekerjaan dan kehidupan non-kerja (Greenhaus et al. 2003). tujuan WLB adalah untuk meningkatkan keselarasan antara bidang profesional dan nonprofesional dalam kehidupan pekerja sehingga mengurangi konflik antara pekerjaan dan keluarga. (Felstead, Jewson, Phizacklea, & Walters, 2002) Dalam penelitian ini meninjau literatur tentang keseimbangan kehidupan kerja dan mempresentasikan konsep keseimbangan kerjakehidupan yang lebih integratif. Kami pertama kali meninjau berbagai konseptualisasi keseimbangan kehidupan kerja dan mengusulkan definisi integratif keseimbangan kehidupan kerja. Ada banyak bukti yang terkait dengan konsekuensi keseimbangan kerja-hidup dalam hal hasil kerja, non-kerja, dan yang terkait dengan stres. Kami kemudian meninjau banyak bukti tentang anteseden utama keseimbangan kehidupan kerja. Perspektif ini menyoroti dua pengamatan penting dengan implikasi yang cukup besar bagi manajer SDM. Pertama, prospeknya Manfaat bisnis pasar adalah variabel utama yang meningkatkan peluang menerapkan praktikpraktik new WLB di perusahaan.Kedua, manfaat ini,yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan WLB, dapat membuat 19 Alat analisis: fuzzy-set qualitative comparative analysis (fsQCA) 4 Lewis, Robert A dan Les Roches Gruyere (2010) Work-Life Balance in Hospitality: Experience From A Geneva-Based Hotel International Journal of Management & Information SystemFourth Quarter 5 Alat analisis: Wawancara 30 karyawan Padma, S dan M. Sudhir Reddy (2013) Role of Family Support in Balancing Personal and Work Life of Women Employees IJCEM International Journal of Computational Engineering & Management, Vol. 16 Issue 3 Alat analisis: Statistik 6 Yuile, Colleen dkk (2012) The Role of Life Friendly Policies on Employees’ work-life balance Work-life balance adalah tentang membantu karyawan agar lebih baik mengatur waktu kerja dan bukan waktu kerja. Perdebatan dalam work-life balance harus memasukan karyawan dan mendorongmereka untuk mengetahui dan mengimplementasikan secara lebih efektif strategi work-life balance (Wise 2001) Work-life balance adalah keunggulan kompetitif untuk karyawan dalam rangka untuk menambah loyalitas karyawan (Joshi dkk 2002) Santhi dan Sunder (2012) lingkungan pendukung di organisasi, penyediaan langkahlangkah kesejahteraan memainkan peran utama dan waktu kerja alternatif, perawatan anak dan rekreasi memainkan peran sekunder dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi Meenakshi dan Ravichandran (2012) suasana kerja memainkan peran kunci untuk mendapatkan keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan dan opsi waktu fleksibel adalah pilihan yang lebih baik untuk mendapatkan keseimbangan. WLB adalah penggunaan yang diperuntukkan dalam kejelasan konseptual antara konstruk keseimbangan kerja dengan keluarga (Chang, McDonald, & Burton, 2010). Praktik WLB lebih menarik bagi para manajer, sehingga membawa perubahan dalam budaya organisasi perusahaan. Temuan menunjukan dari sampel menunjukkan bahwa staf yang disurvei merasa bahwa pekerjaan mereka hidup secara signifikan tumpah ke kehidupan pribadi mereka. Penelitian ini menunjukan bawa dukungan dari anggota keluarga akan memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan Pribadi dan Profesional. Jelas dari tabel regresi bahwa Dukungan anggota keluarga adalah prediktor yang dominan dari Work Life Balance. Dalam penelitiannya kesulitan dalam mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga dibuktikan bahwa ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dapat berpengarih pada tingkat stress karyawan. 20 Journal of Management and Organization Alat analisis: Statistik 7 Sally Khallash, Martin Kruse (2012) The future of work and work-life balance 2025 Futures Alat analisis : Skenario 8 Meenakshi dan Ravinandhar (2013) The Importance of Work-Life-Balance WLB adalah ekuilibrium atau keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga (Clarke, Koch, & Hill, 2004; Comer & Stites-Doe, 2006). WLB adalah istilah yang terbuka bagi interpretasi subyektif yang cukup besar, karena apa yang merupakan keseimbangan tunduk pada variasi budaya yang cukup besar seperti yang didefinisikan oleh masing-masing individu atau secara kolektif oleh pasangan dalam suatu hubungan. Sally & Martin(2012) WLB adalah kondisi keseimbangan yang nyaman dicapai antara prioritas utama karyawan dari posisi pekerjaan mereka dan gaya hidup pribadi Akibatnya muncul konflikkonflik yang ada pada keluarga karyawan sudah berumah tangga terutama karyawan perempuan. Sampai saat ini belum ada praktek manajamen yang memungkinkan terciptanya keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa keseimbangan kehidupan kerja mengartikulasikan keinginan semua individu, bukan hanya mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan mereka yang dibayar dan kehidupan mereka di luar pekerjaan, dari pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga hingga waktu luang dan mandiri. Hasil dari penelitian ini adalah dalam skenario pertama keseimbangan kehidupan kerja adalah landasan penting dalam kehidupan karyawan dan membentuk kedekatan mengikat antara karyawan dan pengusaha. Dalam skenario kedua, keseimbangan kehidupan kerja tidak penting bagi mayoritas karyawan yang berjuang untuk mempertahankan pekerjaan mereka dan karenanya hanya tersedia untuk pekerja yang paling istimewa. Peneltian ini menunjukan program keseimbangan kehidupan kerja telah terbukti berdampak pada karyawan dalam hal 21 IOSR Journal of Business and Management (IOSRJBM) e-ISSN: 2278487X, p-ISSN: 23197668. Volume 14, Issue 3 (Nov. - Dec. 2013), PP 31-35 Alat analisis : Konseptual dan skenario 9 Beham, & Drobnič, (2010 Satisfaction with work‐ family balance among German office workers. Journal of Managerial Psychology 10 mereka. Sebagian besar psikolog akan setuju bahwa tuntutan karier karyawan tidak boleh melebihi kemampuan individu untuk menikmati kehidupan pribadi yang memuaskan di luar lingkungan bisnis. Meenakshi & Ravinandhar (2013) Enam parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program keseimbangan kehidupan kerja adalah: tingkat dukungan dan pelatihan manajemen, bagaimana program dikomunikasikan kepada karyawan, budaya perusahaan, kontrol manajemen, kebijakan sumber daya manusia dan kontrol karyawan. Meenakshi & Ravinandhar (2013) Bagaimana menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga dan mencapai keseimbangan yang memuaskan antara dua ranah telah menjadi pertanyaan sentral bagi organisasi dan nilai karier yang penting bagi banyak karyawan (Valcour, 2007). Alat analisis : Regresi multivariat Dengan implementasi luas dari teknologi informasi dan telekomunikasi, pekerjaan dan kehidupan keluarga menjadi semakin terjalin, dan tidak dapat lagi diperlakukan sebagai domain independen (Lambert, 1990; Milliken dan Dunn-Jensen, 2005; Valcour dan Hunter, 2005). Skinner (2013 Understanding and managing work–life Kehidupan kerja yang baik 'cocok' telah diidentifikasi sebagai aspek sentral dari kualitas hidup (Sirgy et rekrutmen, retensi / turnover, komitmen dan kepuasan, absensi, produktivitas, dan tingkat kecelakaan. Program keseimbangan kerja dan kehidupan mengakui bahwa kesejahteraan karyawan mempengaruhi bisnis. Parameter diperlukan untuk memastikan bahwa program memiliki efek yang diinginkan pada karyawan dan perusahaan. Enam parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program keseimbangan kehidupan kerja adalah: tingkat dukungan dan pelatihan manajemen, bagaimana program dikomunikasikan kepada karyawan, budaya perusahaan, kontrol manajemen, kebijakan sumber daya manusia dan kontrol karyawan Penelitian menunjukan Persepsi harapan waktu organisasi yang tinggi, tuntutan pekerjaan psikologis dan ketidakamanan kerja ditemukan berhubungan negatif dengan kepuasan karyawan dengan keseimbangan kerjakeluarga. Konflik kerja-kekeluarga memediasi sebagian hubungan tersebut. Dukungan sosial di tempat kerja dan kontrol pekerjaan mengungkapkan hubungan positif dengan kepuasan dengan keseimbangan kerjakeluarga. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat beberapa 22 interaction across the life course: a qualitative study Asia Pacific Journal of Human Resources (2014) 52, 93–109 Alat analisis : kualitatif dengan 105 ahli kesehatan 11 Galea, dkk 2014 How a system of flexible working hours helps employees to strike a proper balance between work and personal life The International Journal of Human Resource Management Alat analisis : Analisis data & tematik dengan responden 15 karyawan al. 2012; Van Laar, Edwards dan Easton 2007). jam kerja dan jadwal yang sesuai dengan preferensi pekerja dapat meminimalkan dampak negatif pekerjaan-kehidupan, dan memungkinkan manajemen yang efektif dari tanggung jawab pekerjaan dan keluarga, dan ini berlaku untuk pekerja shift dan mereka yang bekerja dengan jadwal standar (Barnett 2006). Pengaturan kerja yang fleksibel telah diidentifikasi sebagai salah satu cara penting untuk menyeimbangkan komitmen kerja dan pribadi dan menjadi semakin umum dalam ekonomi modern. (Russell, O'Connell dan McGinnity 2009) Keseimbangan kerja dan kehidupan yang baik dapat didefinisikan sebagai 'kepuasan dan fungsi yang baik di tempat kerja dan di rumah, dengan konflik peran minimum' (Clark 2000, hal. 751) keseimbangan kerja-hidup yang baik bukan hanya tentang membatasi jumlah jam kerja tetapi lebih tentang memberi orang otonomi tingkat bagaimana cara mengatur waktu kerja mereka (Schabracq et al. 2007). 12 Grzywacz dan Carlson (2007) Conceptualizing work family balance: Keseimbangan kerja-keluarga adalah inti dari isu-isu sentral untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM). Indikator perbedaan yang signifikan dalam perspektif dan kebutuhan kehidupan kerja untuk para profesional kesehatan pada tahap kehidupan yang berbeda, tetapi ada juga tumpang tindih yang substansial, khususnya yang berkaitan dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya seperti fleksibilitas. Secara harmonis dengan pengasuhan anak, perawatan lansia, atau dengan aktivitas sosial dan pribadi yang berharga dapat mengurangi konflik. Hasil dari penelitian ini adalah ketika jam kerja yang fleksibel didukung oleh manajemen dan sesuai dengan budaya kerja, mereka sangat dihargai baik untuk alasan pribadi maupun yang terkait dengan pekerjaan. Selain itu, maknanya untuk kehidupan pribadi bervariasi sesuai dengan tahap kehidupan. Temuan penting bagi pembuat kebijakan dan manajer sumber daya manusia untuk menerapkan dan menangani jam kerja yang fleksibel secara efektif. Akibatnya, ini akan membantu karyawan mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang menghasilkan manfaat organisasi yang menguntungkan. Keseimbangan kerja keluarga adalah faktor yang ada dalam setiap organisasi kontemporer 23 Implications for practice and research Advances in Developing Human Resources Alat analisis: metode kualitatif keseimbangan telah dikaitkan dengan komitmen karyawan yang lebih besar, kepuasan kerja (Allen et al., 2000; Kossek & Ozeki, 1999), dan perilaku kewarganegaraan organisasi (Bragger, Rodriguez-Srednicki, Kutcher, Indovino, & Rosner, 2005). keseimbangan pekerjaankeluarga sebagai pemenuhan harapan terkait peran yang dinegosiasikan dan dibagikan antara seorang individu dan mitra terkait perannya dalam domain pekerjaan dan keluarga. Grzywacz dan Carlson dan masyarakat. Sayangnya, perkembangan teoritis dan konseptual keseimbangan kerja keluarga belum sejalan dengan minat masyarakat. Penelitian substansial perlu dilakukan untuk mengembangkan pemahaman yang baik dengan konseptualisasi, HRD profesional memiliki landasan untuk mulai menciptakan strategi yang dapat berkontribusi pada tujuan organisasi dengan membantu pekerja mencapai keseimbangan kerja-keluarga. (2007) 13 Maslichah, Nur Intan (2016) Pengaruh Work-Life Balance Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Jurnal Administrasi Bisnis (Studi Pada Perawat RS Lavalette Malang) Alat analisis: uji asumsi klasik, analisis regresi linear bergandaPendekatan Kuantitatif Hudson (2005:3) work-life balance merupakan merupakan: “tingkat kepuasan yang berkaitan dengan peran ganda dalam kehidupan seseorang”. Hutcheson (2012:5) work-life balance Balance adalah suatu bentuk kepuasan pada individu dalam mencapai keseimbangan kehidupan dalam pekerjaannya”. Hudson (2005:3) menyatakan bahwa: “Work-life balance memiliki tiga komponen keseimbangan yaitu keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan, dan keseimbangan kepuasan.” Adanya terdapat pengaruh yang signifikan antara work-life balance, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja secara simultan pada perawat RS Lavalette Malang. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bahwa worklife balance , lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja non fisik secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap job satisfaction pada perawat RS Lavalette Malang. 24 14 Santhi & Sundar (2012) A Study On The Work Life Balance Of Women Employees In Information Technology Industry ZENITH International Journal of Business Economics & Management Research Alat analisis: Analisis skala likert, dengan responden 350 karyawan wanita hubungan antara kepuasan kerja dan Kualitas hidup orang. Dia berpendapat bahwa pengalaman dan hasil kerja dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara umum, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap interaksi keluarga, kegiatan waktu luang dan tingkat kesehatan dan energi. Rice (1985 Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan adalah prioritas yang tepat antara "pekerjaan" (karier dan ambisi) di satu sisi dan "kehidupan" (kesenangan, waktu luang, keluarga, dan perkembangan spiritual) di sisi lain. Terkait, meskipun lebih luas, istilah termasuk "keseimbangan gaya hidup" dan "keseimbangan hidup". Santhi & Sundar (2012) Penelitian ini menemukan ada beberapa faktor yang memepengaruhi work-life balance : a) Dukungan sosial keluarga, merupakan hal penting karena apbila keluarga mendukung pekerjaa dengan pekerjaannya, maka pekerja akan merasa nyaman berada di tempat kerjanya dan dapat bekerja secara maksimal sehingga tidak terbebanidengan keluarga b) Lingkungan kerja yang baik, yang di dalamnya saling mendukung dan membantu satu sama lain agar terciptanya suasana kerja yang menyenangkan bagi para pekerja. c) Manfaat, yang diberikan perusahaan dengan membayar pekerja dengan gaji, liburan,cuti hamil dan melahirkan, asuransi kesehatan bagi pekerja. d) Relokasi, meruapakan pemindahan lokasi kerja yang juga mempengaruhi kinerja para pekerja teruatma pekerja yang terpaksa terpisah dari keluarganya . e) Waktu kerja, menciptakan jadwal pekerjaan yang fleksibel dan memberikan ruang untuk pekrja agar memiliki kesempatan untuk menyelesaikan tanggung jawab kanotr namun tetap mimiliki kehidupan yang seimbang di luar kantor. f) Perawatan anak, merupakan adanya sponsor untuk anak yang membutuhkan pendidikan tinggi di setiap negara. 25 Berdasarkan penelitian terdahulu, sumbangan dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah terpaparnyaa Work-life Balance yang dijalani oleh perempuan berperan ganda. Khususunya di sector perbankan yang memiliki jadwal kerja yang padat. Karyawati bank mempunyai tanggungan pekerjaan yang berat. Bagi yang belum menikah mungkin beban yang ditanggung tidak terlalu berat dibandingkan yang sudah berkeluarga karena adanya dua tanggung jawab di pekerjaan dan di rumah. Disinilah peneliti ingin membahas work-life balance karyawati bank yang sudah berkeluarga. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dimana akan mewawancarai pihak yang terkait. Dengan demikian, hasil yang diperolah harapannya dapat lebih jelas dan valid. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson, (2009) Manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem – sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan – tujuan organisasional. Tidak peduli apakah perusahaan tersebut merupakan sebuah peusahaan besar yang memiliki 10.000 karyawan atau organisasi nirlaba kecil yang memiliki sepuluh karyawan, karyawan – karyawan tersebut harus dibayar, yang berarti dibutuhkan sistem kompensasi yang baik dan sah. Karyawan – karyawan juga harus direkrut, diseleksi, dilatih dan diatur. Setiap aktivitas membutuhkan pemikiran dan pemahaman tentang apa yang akan berhasil dengan baik dan apa yang tidak. Menurut Handoko (2014), manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, 26 pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai titik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Menurut Bohlander dan Snell (2010), Manajemen sumber daya manusia adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan Manajemen sumber daya manusia dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dan bekerja. Menurut Nawawi dalam Gaol (2014), Manajemen sumber daya manusia adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi/ perusahaan dapat dihitung jumlahnya. Selanjutnya dikatakan Nawawi, SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi. Sedangkan menurut Dessler (2005) adalah proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja karyawan, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan. Bedasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu cara bagaimana perusahaan atau organisasi dalam mengatur peranan karyawan yang dimiliki secara efisien dan efektif untuk tercapainya tujuan perusahaan dan karyawan 2.2.2 Hard Approach dan Soft Approach dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan atau organisasi membutuhkan MSDM dalam mengelola karyawannya. Ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk mengelola SDM 27 yang dimiliki. Organisasi bisa menerapkan pendekatan Hard Approach dan Soft Approach. Menurut Thompson dan Martin (2005: 225). Hard human resources management: a. Individu dianggap sebagai sumber daya dan seperti semua sumber daya lainnya, perusahaan memperoleh keuntungan kompetitif dengan memanfaatkannya secara efektif dan efisien. b. Penyebaran dan pengembangan sumber daya manusia, yang pada dasarnya ada sebagai alat organisasi dan strategi kompetitif, didelegasikan kepada manajer lini yang bertanggung jawab untuk kelompok orang. c. Prinsip – prinsip manajemen ilmiah dan sistem dapat berguna tetapi harus digunakan dengan hati – hati. Sedangkan soft approach mengasumsikan bahwa: a. Pekerja akan lebih produktif jika mereka berkomitmen untuk perusahaan, diberitahu tentang misinya, strategi dan tingkat keberhasilan. b. Terlibat dalam tim yang secara kolektif memutuskan bagaimana hal tersebut dilakukan. c. Karyawan telah dapat dipercaya untuk mengambil keputusan yang tepat daripada dikendalikan pada setiap tahap oleh manajer diatas mereka. Bedasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hard approach berfungsi sebagai salah satu bentuk pendekatan yang dapat diterapkan oleh organisasi untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Sedangkan soft approach merupakan sistem yang berfokus pada promosian karyawan 28 2.2.3 Karier Karier menjadi komponen penting untuk peningkatan kualitas karyawan. Karier adalah elemen yang penting dalam kehidupan kerja orang, maka kehidupan secara umum, seperti kehidupan kerja dan kehidupan pribadi saling terjalin ke tingkat yang tinggi. Karir dikelola secara bersamaan oleh individu dan mereka pengusaha, dan berlangsung semakin dinamis (Hall, 2002) dalam Baruch (2015) Career Development: Multilevel Perspective. Karena karier menjadi elemen penting bagi karyawan sebagaimana menurut Mathis & Jackson (2009) karier adalah rangakaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Menurut pendapat Dessler (2005) karier merupakan posisi kerja pada seseorang dalam suatu organisasi selama bertahun-tahun yang berkontribusi pada pemenuhan pekerjaan. Sedangkan dalam Surya (1988) sifat-sifat karier antara lain : 1) Unik, karena mempunya spesifik pada masing-masing diri seseorang, tergantung pada potensi diri, bakat, minat dan kecenderungan terhadap karier 2) Dinamis, karena memiliki sifat terus berkembang secara berkesinambungan dengan perkembangan zaman dan kemajuan yang ingin dicapai pada suatu masyarakat 3) Terbuka, karena setiap orang berhak dan tanpa ada halangan dapat memasuki sebuah karier, baik pada lembaga atau organisasi pemerintah atau swasta selama induvidu yang terkait memiliki persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh lembaga yang dimaksud. 29 Dalam literatur ilmu pengetahuan perilaku (behavioral science) Handoko (2014) menjelaskan ada tiga komponen pada istilah tersebut 1) Karier suatu urutan promosi atau pemnidahan (transfer) lateral ke jabatanjabtan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik dalam menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan keja seseorang 2) Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan sistematik dan jelas-jalur karier. Sebagai contoh, dalam profesi pemrosesan data, jalur karier umumnya dimulai dengan operator komputer dan kemudian meningkat menjadi pemograman junior analisis dan pemogram, analisis sistem, analisis senior, pemimpin proyek, manajer departemen sistem, dan wakil direktur bidang pelayanan informasi. 3) Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangakaian posisi yang dipegang selama kehidupan kerja. Dalam konteks ini, semua orang yang mempunyai sejarah kerja, mereka disebut mempunyai karier. Menurut Surya (1988) yang menjadi hakikat yang mendasar pada karier yang sesungguhnya bagi diri seseorang adalah: 1) Aktualisasi diri Semakin tinggi pandangan orang terhadap karier yang dilaluinya, akan semakin tinggi pula penghargaan orang lain terhadap dirinya. 2) Pilihan Hidup 30 Dalam pekerjaan suatu karier tidak dapat dilepaskan dari bakat, minat, dan potensi diri seseorang sehingga melahirkan berbagai pilihan karier dan pada prinsipnya akan menemukan sebuah ketetapan pilihan hidup. 3) Perjalanan Hidup Karier memiliki proses yang panjang dalam kehidupan manusia, yang memiliki tahap-tahap perjalanan karier. 4) Seni Karier dalam hidup seseorang memiliki nilai-nilai estetika atau nilai-nilai keindahan. 5) Panggilan Jiwa Hidup Manusia Karier berkaitan erat dengan prinsip hidup seseorang. Karier menjadi perjalanan history pekerjaan pada induvidu. Karier dapat naik ke atas, dapat bergeser ke posisi yang sama, dapat juga turun ke bawah. Rangkaian posisi yang dijalani akan menjadi sejarah bagi karyawan. Naik turunnya karier tergantung dari usaha, prestasi induvidu. Karier menjadi bagian penting bagi setiap karyawan dalam bekerja. 2.2.4 Kepuasan Karier Dalam berkarier para karyawan organisasi berusaha untuk memenuhi tuntutan pekerjaan juga memenuhi tuntutan kehidupan sendiri. Adanya tuntutan untuk memenuhi hal tersebut berdampak pada kepuasa karier yang dimiliki karyawan. Menurut (Luthans, 1998) kepuasan karier akan tercapai apabila apa yang diharapkannya sesuai dengan apa yang dialaminya. Kepuasan karier mencerminkan 31 perasaan seseorang terhadap pekerjaan, yang tampak dalam sikap positif terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya Mahtis & Jackson (2001) mendefinisikan kepuasan kerja adalah sebagai keadaan emosi yang mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidak puasan terjadi karena tidak sesuainya harapan dengan kenyataan. Sutrisno (2012), kepuasan kerja karyawan merupakan masalah penting yang diperhatikan dalam hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan keluhan pekerjaan yang tinggi. Pekerja dengan tingkat ketidakpuasan yang tinggi lebih mungkin untuk melakukan sabotase. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasa karier akan tercapai apabila keinginan atau harapan dari karyawan sesuai dengan kenyataanya. Kepuasan ini terlihat dari emosi yang dilihatkan oleh karyawan tersebut. Hal tersebut akan mencerminkan kepuasaan atau ketidakpuasan karier yang dijalani. 2.2.5 Motivasi Bahwa orang sepakat bahwa motivasi adalah separuh dari kesuksesan. Mungkin ini bukan hal yang berlebihan, manakala sebuah motivasi dianggap memiliki peran penting dalam sebuah keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Jika tujuan tercapai maka kepuasan akan terpenuhi. Motivasi menurut Maslow dalam Siagian (2012) dikenal dengan teori kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan akan keamanan 3. Kebutuhan sosial 32 4. Kebutuhan “esteem” 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Sedangkan Herzberg dalam Siagian (2012) mengatakan bahwa teori motivasihigiene intinya terletak pada dua sumber motivasi, yaitu bersumber dalam diri pekerja, yang bersangkutan yang mendatangkan kepuasan baginya dan bersumber dari dari organisasi yang berperan sebagai “katup pengaman” agar pekerja mentaati aturan yang berlaku pada organisasi. Dalam melakukan sesuatu adanya niat yang dilakukan oleh induvidu. Bagi seorang Muslim setiap tindakan dilandaskan karena Allah. Setiap aktivitas dilandaskan dengan agama. Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga: motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak dari hati. Jadi, motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam yang muncul akibat kekuatan akidah tersebut. Sedangkan motivasi ibadah merupakan motivasi yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki agama, seperti sholat, doa, dan puasa. Ibadah selalu bertitik tolak dari aqidah. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat. Muamalat merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi. Dari beberapa definisi disimpulkan bahwa motivasi terbagi menjadi internal dan eksternal, dan spriritual. Motivasi internal datang dari dalam diri sendiri akan keingian dan pencapaian akan sesuatu. Motivasi eksternal disebabkan faktor dari luar diri yang 33 mempengaruhi motif seseorang. Sedangkan motivasi spiritual sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja yang religius. 2.2.6 Keluarga Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup selalu berdampingan. Manusia lahir karena adanya sepsang manusia yang saling membutuhkan. Dari kebutuhan sebuah keluarga terbentuk. Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat yang di dalamnya inti keluarga adalah ayah atau suami, ibu atau istri, dan anak. Sebagai keluarga mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti tempat tinggal, kebutuhan makan sehari-hari, perlengkapan rumah tangga, pendidkan dan sebagainya. Seperti yang ada pada UU. No. 10 Tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. Jaringan tersebut terdiri dari kerabat yang masih memiliki hubungan darah serta kerabat fiktif. Kerabat fiktif adalah keluarga yang tidak memiliki hubungan darah seperti sahabat keluarga (Hill, 1998 dalam Lestari, 2012:6) Pengertian keluarga juga dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Menurut Fitzpatrick (2004) dalam Lestari, (2012: 5) tiga sudut pandang itu adalah : 6. Pengertian Struktural 34 Keluarga didefinisikan bedasarkan kehadiran anggota keluarga seperti, orang tua, anak dan kerabat lainnya. Pengertian ini memfokuskan kepada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Prespektif ini menunjukan bahwa keluarga merupakan asal-usl seorang (families of origin), keluaga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of precreation) dan keluarga batih (extended family) 7. Pengertitan Fungsional Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi, dan materi. Pemenuhan ini memfokuskan pada tugastugas yang dilakukan oleh keluarga. 8. Pengertian transaksional Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang menciptakan keikatan diri sebagai keluarga, berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam masyarakat keluaraga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat. Keluaraga lahir dari rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan. Keluarga juga mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya masing-masing. 2.2.7 Dukungan Keluarga Masalah yang diakibatkan oleh tekanan dapat dicegah dengan dukungan sosial. Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) Individu dengan dukungan yang tinggi akan 35 lebih dapat menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan dengan yang tidak memiliki dukungan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, maupun masyarakat. Sedangkan dukungan keluarga menurut Sarafino dan Smith (2011) adalah dukungan kenyamanan, perhatian, penghargaan, pertolongan dan penerimaan dari keluarga yang membuat individu merasa dicintai. Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki beberapa aspek yaitu: dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap individu sehingga memberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan instrumental meliputi bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana individu yang memberikan atau meminjam uang maupun barang atau menolong langsung kerabat yang sedang membutuhkan pertolongan. Sedangkan dukungan informasi dapat berupa nasehat, arahan atau sugesti mengenai bagaimana individu melakukan sesuatu dengan baik. Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu. Terakhir dukungan penghargaan meliputi dukungan sebagai ungkapan rasa hormat atau penghargaan, penilaian positif. Dukungan penghargaan dapat berupa pemberian hadiah dan pujian terhadap apa yang telah dilakukan oleh individu. Dukungan keluarga sangat berpengaruh bagi perempuan karier dikarenakan dengan dukungan tersebut akan memudahkan dalam membagi masalah. Bentuk dukungan keluarga bisa dilihat dari perhatian keluarga, penghargaanm pertolonngan, dan penerimaan dari keluarga. 36 2.2.8 Work Family Conflict Work Family Conflict atau konflik pekerjaan keluarga adalah konflik yang muncul karena seseorang memiliki peran ganda baik dalam tuntutan dari pekerjaan dan pekerjaan di rumah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam melaksanakan kedua tugas tersebut. Menurut Apperson dkk. (2002) Work family conflict didefinisikan sebagai terjadinya konflik antar peran yang timbul akibat tidak kompatibel atau tidak selarasnya urusan pekerjaan dengan rumah tangga. Konflik timbul karena adanya peran yang tidak seimbang. Kemudian, biasanya penyebab timbulnya konflik pada perempuan karier dapat berasal dari lingkungan pekerjaan maupun keluarga. Hal ini sesuai pendapat Raymo dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan penyebab konflik menjadi dua. Pertama, bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja yang lama, jadwal kerja yang kurang fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang cenderung menekan, baik fisik maupun psikis. Penyebab kedua berasal dari keluarga yaitu masih ada anak kecil yang harus diurus, kesehatan pasangan yang buruk, padatnya pekerjaan rumah tangga dan komunikasi yang buruk. Dengan adanya work family conflict, hal tersebut akan mengganggu peran seseorang. Menurut Stoner, Arora dan Charles (1990) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi work family conflict yaitu : 1. Time Pressure yaitu kondisi dimana semakin banyak waktu yang digunakan seseorang untuk bekerja maka akan semakin sedikit waktu untuk keluarga 37 2. Family size and support, yaitu kondisi dimana semakin banyaknya anggota keluarga maka akan semakin banyak konflik, dan sebaliknya semakin banyak dukungan keluarga maka semakin sedikit konflik yang muncul 3. Kepuasan kerja, yaitu kondisi dimana semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin sedikit konflik yang dirasakan 4. Marital and life satisfaction, yaitu adanya asumsi bahwa perempuan yang bekerja memiliki konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya 5. Size of firm, yaitu kondisi yang muncul karena banyaknya pekerja dalam perusahaan yang mungkin saja mempengaruhi konflik peran ganda pada seseorang Work family conflict muncul karena adanya ketidakselarasan antara peran ganda yang dijalani dalam pekerjaan dan keluarga. Konflik bisa muncul dari pekerjaan dan keluarga. Ada beberapa faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan oleh perempuan karier dalam menjaga konflik-konflik yang mucnul sehingga hal tersebut bisa diminalisir. 2.2.9 Work-life balance Work-life balance sangat penting bagi karyawan karena akan menjadi faktor penting bagi karyawan untuk menjaga keseimbangan kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Work-life balance menjadi aspek pening pada saat ini dalam pada sebuah pekerjaan. Pada sebuah pekerjaan ketidakseimbangan pada pekerjaan dan 38 kehidupan di luar pekerjaan bisa mempengarhi kinerja dan kenyamanan karyawan dalam bekerja. Menurut Singh dan Khanna (2011), work-life balance adalah konsep luas yang melibatkan penetapan prioritas yang tepat antara pekerjaan (karir dan ambisi) pada satu sisi dan kehidupan (kebahagiaan, waktu luang, keluarga dan pengembangan spiritual) di sisi lain. Sedangkan menurut Greenhaus (2003), work-life balance merupakan sejauh mana individu merasa terikat dan puas terhadap kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarganya serta mampu menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga. Menurut Handayani (2013), work-life balance adalah suatu keadaan ketika seseorang mampu berbagi peran dan merasakan adanya kepuasan dalam peran-peranya tersebut yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat work family conflict dan tingginya tingkat work family facilitation atau work family enrichment. Work-life balance merupakan bentuk kepuasan seseorang di tempat kerja dan keluarga. Kepuasan dicapai dalam keluarga dan tempat kerja dapat meminimalkan konflik peran yang berbeda. Keseimbangan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara tergantung pada bagaimana seseorang dapat mengimbangi perannya (Desrochers, Hilton, dan Lardwood, 2005 dalam Baltes, Clark, dan Chakrabarti, 2010 :202) Menurut Kalliath & Brough (2008) Work-life balance merupakan persepsi individu bahwa aktivitas kerja dan non-kerja sudah kompatibel dan mampu mendorong perkembangan individu sesuai dengan prioritas hidup individu saat ini. Sedangkan menurut Hudson (2005), terdapat tiga aspek work-life balance yaitu sebagai berikut 39 a. Time balance (Keseimbangan waktu). Keseimbangan waktu mengacu pada kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk karirnya dengan waktu yang diberikan untuk keluarga atau aspek kehidupan selain karir. Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dalam organisasi dan perannya dalam kehidupan individu tersebut, misalnya seorang karyawan di samping bekerja juga membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul bersama teman juga menyediakan waktu untuk keluarga. b. Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan). Keseimbangan keterlibatan psikologis individu dalam memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan keluarga. Keseimbangan yang melibatkan individu dalam diri individu seperti tingkat stres dan keterlibatan individu dalam bekerja dan dalam kehidupan pribadinya. c. Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan). Tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan, individu memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individual tersebut. Menurut Fisher, Bulger, Smith (2001) ada empat dimensi dalam mengukur Work-life balance adalah: 1. Pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi individu. Dalam dimensi ini beberapa indikator, yaitu: 40 a. Jumlah lamanya jam bekerja. Lamanya waktu bekerja yang dirasakan karyawan b. Waktu bertemu keluarga: waktu bagi individu bersama dengan keluarga, karena individu telah menghabiskan banyak waktu dikantor. c. Waktu kehidupan pribadi: waktu bagi individu untuk melakukan aktivitas pribadi, seperti hobi, bermain bersama teman. 2. Kehidupan pribadi menganggu pekerjaan Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu kehidupan pekerjanya. Misalnya, apabila individu memiliki masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja individu pada saat bekerja. 3. Kehidupan pribadi meningkatkan pekerjaan Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam kerja. Misalnya, apabila individu merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan Dalam dimensi ini terdapat beberapa indikator, yaitu: a. Suasana kerja: keadaaan lingkungan kerja yang mendukung individu untuk mencapai dan meningkatkan performanya 41 b. Hubungan dengan atasan/bawahan: kondisi hubungan individu dengan atasan/bawahan atau rekan kerja yang dapat mendukung individu dalam mencapai performanya c. Kehidupan sosial diluar pekerjaan: pergaulan yang dimiliki individu apakah bisa membuat invidu mampu meningkatkan performanya dikantor 4. Pekerjaan meningkatkan kehidupan pribadi Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu. Misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengimplementasikan pengetahuan dan pelatihan dalam kehidupan pribadi. Sedangkan menurut Schabracq (2003), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi work-life balance seseorang, yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik Kepribadian, hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja. Terdapat hubungan antara tipe attachment yang didapatkan individu ketika masih kecil dengan work-life balance. Individu yang memiliki secure attachment cenderung mengalami positive spillover dibandingkan individu yang memiliki insecure attachment. 2. Karakteristik Keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 42 Misalnya konflik peran dan ambigunitas peran dalam keluarga dapat mempengaruhi work-life balance. 3. Karakteristik Pekerjaan, meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi. 4. Sikap, merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Dimana dalam dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dari masingmasing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-life balance Sedangkan menurut Muthukumar., dkk (2014) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Work-life balance yaitu : 1. Faktor yang pertama adalah sikap karyawan atau pekerja. Sikap mendefinisikan hal yang suka dan tidak suka, sikap adalah cara berpikir atau merasa tentang sesuatu 2. Balance atau keseimbangan dipengaruhi oleh faktor psikologis. Beberapa aspek psikologis antara lain bagaimana individu bereaksi terhadap suatu situasi, bagaimana individu menangani sebuah situasi, bagaimana mengelola tekanan pekerjaan serta manajemen emosi. 3. Lingkungan dimana individu tinggal. Lingkungan kerja harus tenang dan menyenangkan. Karena keseimbangan berhubungan dengan kehidupan pribadi dan professional, faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti latar belakang 43 keluarga, status keuangan dan sosial keluarga, tahap kehidupan karyawan, struktur keluarga, rutinitas sehari-hari, teman dan kehidupan sosial. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Work-life Balance adalah keseimbangan yang dijalani antara kehidupan terhadap pekerjaan dan kehidupan keluarga dan hal ini diukur atas dasar induvidu merasa puas karena harapan keduanya terpenuhi dan berfungsi dengan baik. Tabel 2.2 Rujukan Teori Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Karier Kepuasan Karier Perempuan Karier Tokoh Mathis dan Jackson (2009) Indikator Pengertian, Kegiatan MSDM Handoko (2014) Pengertian MSDM Bohlander dan Snell (2010) Pengertian dan Peran MSDM Nawai (Gaol, 2014) Pengertian MSDM Dessler (2005) Pengertian MSDM Mathis & Jackson (2009) Pengertian karier Surya (1988) Sifat-sifat karier Handoko (2014) Komponenkomponen karier (Luthans, 1998) Pencapaian, sikap, harapan Emosi, harapan Mahtis & Jackson (2001) Matlin (2008) employed women, unemployed women 44 Keluarga Menurut Fitzpatrick (2004) dalam Lestari, (2012) Pengertia Struktural, fungsional, transaksional Dukungan Keluarga Taylor, Peplau dan Sears (2009 Dukungan dapat berasal dari pasangan, keluarga, teman, masyarakat kenyamanan,perhatia n, penghargaan, pertolongan dan penerimaan dari keluarga Faktor Internal, eksternal dan spiritualitas Sarafino dan Smith (2011) Motivasi Maslow dalam Siagian (2012 Herzberg dalam Siagian (2012) Anshari (1993) Work family conflict Apperson dkk. (2002) Konflik dan peran Raymo dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) Jam kerja, keluarga Stoner, Arora dan Charles (1990) Time pressure, family size & support, satisfaction, size of firm Time balance, involvement balance, satisfaction balance Hudson (2005) Work life balance Fisher, Bulger & Smith Work interference life, life interference work, work enhance life,life enhace work (Greenhaus et al. 2003) Time, satisfaction, work and life Sing & Khana (2011) Career, ambition, happiness, time, family 45 Handayani (2013) Less wprk family conflict Schabraq (2003) Personal, family, work, attitude Mukhtumar (2014) Behaviour, balance, environment work & family Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan teori Hudson (2005) tentang Worklife Balance. Ada tiga aspek Work-life Balance, yang pertama keseimbangan waktu. Keseimbangan ini mengacu kepada keseteraan yang diberikan seseorang untuk kariernya dan keluarganya. Kedua yaitu keseimbangan keterlibatan, dalam memenuhi peran yang dijalani di keluarga dan di rumah. Pada penelitian ini bagaimana karyawati bank dalam membagi waktunya dan membagi perannya di pekerjaan dan di rumah. Ketiga adalah keseimbangan kepuasan Kepuasan dalam pekerjaan maupun kepuasan di luar pekerjaan. Pada 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitaitif digunakan oleh penulis karena penulis akan meneliti lebih dalam dan itu dapat dilakukan dalam bentuk metode kualitatif dan informasi yang disampaikan secera face to face bisa diibaratkan dalam bentuk wawancara. Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan menganalisis penomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Creswell (2007) penelitian kualitatif merupakan metode-metode mengeksplorasi makna yang oleh sejumlah atau sekelompok orang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Strategi yang digunakan penulis di dalam penelitian ini adalah Fenomenologi. Moustakas (1994) dalam Creswell (2009) menyatakan studi fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu metode penelitian kualitatif studi fenomenologi, menurut Husserl dalam Raco (2010) fenomenologi adalah studi tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan sesuatu. Dalam fenomenologi para peneliti mengetahui sesuatu karena sesuatu itu dialami. Sehingga hal yang penting untuk diketahui adalah apa yang manusia alami 47 dan bagaimana mereka memaknai serta menafsirkan pengalaman tersebut. Alasan dari peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif strategi fenomenologi agar bisa mendapatkan hasil dan data yang benar-benar asli dari lapangan bukanlah berasal dari teori yang sudah ada apa lagi penelitian yang dilakukan berkaitan tentang work-life balance perempuan karier yang sudah berkeluarga dan bagaimana para individu yang menjalani dua peran mereka bukan sesuatu yang secara kontekstual tertulis dibukubuku atau teori tetapi lebih dari hasil pemikiran dan pemahaman para perempuan karier yang sudah berkeluarga yang bekerja di bank. 3.2 Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi tempat Karyawati bank bekerja, dengan objek penelitian: 1. Lokasi Alamat : Kantor BPD DIY : Jl. Tentara Pelajar No.7, Bumijo, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55231 Dipilahnya di Bank BPD DIY karena merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah di Yogyakarta yang sudah melayani daerah DIY dalam membangun ekonomi daerah di Yogyakarta. 3.3 Profil Perusahaan Bank BPD DIY didirikan pada tahun 1961, tanggal 15 Desember berdasarkan akta notaris Nomor 11, Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat. Sebagai suatu perusahaan 48 daerah, pertama kalinya Bank BPD DIY diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1976. Dengan berjalannya waktu, dilakukan berbagai penyesuaian. Saat ini, landasan hukum pendirian Bank BPD DIY adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1993, junctis Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1997 dan Nomor 7 Tahun 2000. Tujuan pendirian bank adalah untuk membantu mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank BPD DIY merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang perbankan yang memiliki tugas sebagai penggerak, pendorong laju pembangunan daerah, sebagai pemegang kas daerah/menyimpan uang daerah, dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah serta menjalankan usahanya sebagai bank umum. Visi Misi Bank BPD DIY Visi- misi bank BPD DIY adalah sebagai karakteristik bank tersebut. Adapun visi dari Bank BPD DIY adalah menjadi Bank yang Terpercaya, Istimewa, dan Pilihan Masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Bank BPD DIY mempunyai enam misi yaitu : 1. Menyediakan solusi kebutuhan keuangan masyarakat dengan memberikan pengalaman perbankan yang berkesan. 2. Menjalankan prinsip kehati-hatian dan menerapkan bisnis yang beretika untuk meningkatkan nilai perusahaan. 3. Mencapai SDM yang unggul, berintegritas dan profesional. 49 4. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan layanan prima dan produk yang inovatif berbasis budaya untuk menjadi Regional Champion yang berkelanjutan. 5. Menjalankan fungsi Agen Pembangunan yang fokus mengembangkan sektor UMKM, mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan menjaga lingkungan. 3.4 Narasumber Penelitian Narasumber penelitian adalah sumber informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, dan kita dapat memberikan tanggapan atau respon kepada narasumber. Oleh karena itu, penulis memilih narasumber yang sesuai kriteria untuk diteliti sebagai salah satu sumber yang akurat dan dapat dipercaya untuk penelitian ini yaitu, Narasumber yang berkerja di Bank yang sudah bekerja minimal tiga tahun sebagai karyawan tetap, sudah menikah dan memilki anak. Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD DIY, yaitu: Nama : Ani Pekerjaan : IT Lama bekerja : 9 tahun Anak :1 Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD DIY, yaitu: Nama : Wida Pekerjaan : Staf Audit Lama bekerja : 9 tahun 50 Anak :1 Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD DIY yaitu: Nama : A’ang Pekerjaan : Account Officer Lama bekerja : 9 tahun Anak :3 Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank BPD DIY, yaitu Nama : Kristin Pekerjaan : Front liner Lama bekerja : 18 tahun Anak :2 Peneliti juga mewawancarai narasumber penelitian yang bekerja di Bank X, yaitu Nama : Nina Pekerjaan : Pimpinan Cabang Lama bekerja : 17 tahun Anak :2 Narasumber pendukung dari Ani Nama : Ibtiah Status : Asisten Rumah Tangga Narasumber pendukung dari A’ang Nama : Bambang Status : Suami Narasumber Pendukung dari Kristin Nama : Didif Status : Suami Narasumber pendukung dari Nina Nama : Tio 51 Status : Suami 3.5 Sumber Data Penelitian Menurut Sekaran (2016) mendefinisikan sumber data penelitian sebagai berikut: 1. Sumber Data Primer Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti pada variabel minat untuk tujuan spesifik penelitian. Individu memberikan informasi ketika diwawancarai, diberikan kuesioner, atau diamati. Wawancara kelompok secara kelompok, atau kelompok fokus, adalah sumber data yang lain dari data primer. Sumber data dalam penelitian ini adalah kelima narasumber yang merupakan karyawati perempuan bank yang bekerja di Bank BPD DIY dan Bank X. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data primer adalah data dari hasil wawancara pada narasumber penelitian 2. Sumber Data Sekunder Menurut Sekaran (2016), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi baik di dalam maupun luar organisasi. Data ini berasal dari sumber sekunder seperti catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs web, internet, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh melalui website resmi perusahaan bank. 52 3.6 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. (Sugiyono, 2012). Menurut Moleong (2005) mengatakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat ini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Adapun masalah yang ingin diteliti adalah: gambaran kehidupan perempuan karier dengan keluarganya, hambatan-hambatan yang dialami oleh perempuan karier dalam menjalani tuntutan pekerjaan dan kehidupan keluarga. 3.7 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data. Referensi yang diguanakan peneliti adalah prosedur dalam penelitian Cresswell (2009) ada empat prosedur: 1. Observasi Observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas induvidu di lokasi penelitian. Teknik observasi akan memudahkan penulis dalam memperoleh data sesuai apa yang diinginkan. 2. Wawancara 53 Wawancara menjadi teknik yang dipilih oleh penulis merasa wawancara sebagai teknik yang paling baik dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dikarenakan metode wawancara mampu memberikan informasi yang lebih lengkap. Informasi tersebut didapat dari perilaku dan kata – kata narasumber, adanya kedekatan antara peneliti denanga narasumber dan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Creswell (2009) mengatakan bahwa peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Peneliti dalam hal ini menggunakan wawancara open ended semi-structured. Pertanyaan yang terstruktur untuk mengarahkan pembicaraan dengan narasumber dan mendapatkan data-data yang ingin didapatkan peneliti dan tidak-terstruktur dengan tujuan untuk mendapatkan data unik, baru yang tidak terduga dari para narasumber. Menurut Sekaran (2013) wawancara dapat dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang dilakukan dilakukan ketika peneliti sudah mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Wawancara dilakukan dengan meggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan dapat dilakukan secara langsung, melalui telepon, atau kompuer. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara akan 54 fokus pada faktor-faktor yang muncul pada saat wawancara tidak terstruktur dan sesuai dengan masalah penelitian 3. Dokumentasi Dokumentasi dibutuhkan untuk memperoleh dokumen – dokumen yang dibutuhkan bagi penelitian. Dokumen tersebut diperoleh dari proses dokumentasi seperti, profil perusahaan, letak perusahaan dan data-data lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Creswell (2009) mengatakan bahwa dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat, e-mail). Dalam penelitian ini dokumentasi berupa foto-foto dari narasumber penelitian. 4. Materi audio, dan visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape dan segala jenis suara/ bunyi. 3.8 Proses Analisis Data Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan sesudah di lapangan, Menurut Moleong (2005), analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sekaran (2016) menyebutkan bahwa dalam proses analisis data kualitatif terdapat tiga proses yaitu reduksi data, data display, dan conclusion. 1. Reduksi Data 55 Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007). Pengumpulan data kualitatif menghasilkan data dalam jumlah besar. Karena itu, langkah pertama dalam analisis data adalah pengurangan data melalui pengkodean dan kategorisasi (Sekaran, 2016). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data dilakukan dengan cara memilah hal-hal pokok dan penting yang berkaitan dengan keseimbangan kehidupan kerja dalam menjalankan peran ganda pada karyawati bank perempuan. Hal-hal pokok dan penting dalam penilitian ini meliputi konflik atau hambatan yang terjadi pada karyawati bank yang menjalani peran ganda dan bagaimana cara mengatasi konflik tersebut agar mencapai keseimbangan sehingga penulis memiliki data temuan yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. 2. Penyajian Data Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data dimaksudkan intuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta 56 memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007). Sedangkan menurut Sekaran (2016), penyajian data adalah aktivitas kedua yang harus dilalui ketika menganalisis data kualitatif. Data display melibatkan pengambilan data yang disederhanakan dan ditampilkan dengan cara yang terorganisir dan padat. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam penyusunan data display penulis mengalami kesulitan dalam membuat bagan yang singkat, padat, dan jelas 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007. Sekaran (2016) penarikan kesimpulan adalah aktivitas analitis terakhir dalam proses analisis data kualitatif. Hal ini merupakan esensi dari analisis data, pada titik ini penulis dapat menjawab pertanyaan penelitian dengan menentukan tema yang diidentifikasi, membela, dengan memikirkan penjelasan untuk pola dan hubungan yang diamati, atau dengan membuat perbedaan dan perbandingan. Kesimpulan awal yang dikemukakan 57 masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam penelitian ini, penulis menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yaitu alasan untuk berkarier yang dialami, hambatan yang terjadi pada karyawati bank perempuan yang menjalani peran ganda dan bagaimana karyawati bank menyikapi peran ganda yang dialami. 3.9 Uji Keabsahan Data 3.9.1 Uji Kredibilitas Moleong (2005) memaparkan tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan. Kredibilitas menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif. Kredibilitas menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Perpanjang Pengamatan 58 Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun sumber data yang baru. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan keakraban (tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai) antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. 2. Peningkatan Ketekunan dan Penelitian Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan. 3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik yang sering digunakan dalam metode campuran. Ide di balik triangulasi adalah bahwa seseorang dapat lebih percaya diri dalam hasil jika penggunaan metode atau sumber yang berbeda mengarah pada hasil yang sama. triangulasi mensyaratkan bahwa penelitian ditangani dari berbagai perspektif (Uma Sekaran, 2013). Ada beberapa triangulasi yaitu: 59 3.1 Triangulasi Teori Bungin (2007:257) dalam Bardiansyah dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lain untuk mengorganisasikan data yang dilakukan dengan jalan memikirkan kemungkinan logis dengan melihat apakah kemungkinan-kemungkinan ini dapat ditunjang dengan data 3.2 Triangulasi Sumber Sekaran (2016), triangulasi adalah teknik yang sering dikaitkan dengan menggunakan metode kualitatif. Gagasan di balik triangulasi adalah bahwa seseorang dapat lebih percaya diri dalam suatu hasil penelitian, jika penggunaan metode atau sumber yang berbeda mengarah pada hasil yang sama. Triangulasi mengharuskan penelitian ditangani dari berbagai perspektif. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber, dengan adanya data yang diperoleh dari lima narasumber utama Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitias yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari sumber. Dalam penelitian ini penulis memilih beberapa narasumber dari beberapa tempat. Penulis mengambil 2 tempat yang pertama di Bank BPD DIY satunya lagi di Bank X. Penulis mengambil 4 pihak yang bekerja di bank BPD DIY dan 1 pihak yang bekerja di bank X (disamarkan). Narasumber tersebut adalah: 1. Wida, 32 tahun, Staf Audit Bank BPD DIY, masa bekerja 9 tahun 60 2. A’ang, 34 tahun Account Officer, masa bekerja 9 tahun 3. Kristin, 44 tahun Front liner, masa bekerja 18 tahun 4. Ani, 31 Informasi Teknologi (IT), masa bekerja 9 tahun 5. Nina, 40 Pimpinan Cabang, masa bekerja 18 tahun 3.9.2 Uji Transferability Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Vadilitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya diaplikasikan di tempat lain. (Sugiyono, 2012). Setelah data direduksi maka data akan ditampilkan. Data tersebut dapat dimasukkan ke dalam hasil penelitian untuk memperkuat data sehingga data menjadi rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jelas. Menurut Moleong (2004) keteralihan (transferability) sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan 61 penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut. Pada penelitian ini, penulis melakukan uji transferability dalam beberapa prosedur yaitu dengan membuat rancangan pedoman wawancara yang dilanjutkan dengan melakukan observasi awal sebelum melakukan kegiatan wawancara di bank BPD DIY dan di bank X. Data dikumpulkan pada saat proses wawancara dan dokumentasi dari narasumber penelitian. Pada penelitian ini penulis mengguanakan wawancara campuran yang mana dalam melakukan wawancara menggunakan sesuai dengan pedoman wawancara dan juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai denga kondisi ketika saat melakukan wawancara. 3.9.3 Confirmability Dalam penelitian kualitatif confirmability disbeut dengan uji obyektivitas. Confirmability disebut dengan realibiitas. Penelitian yang dikatakan reliatabel apabila penelitian yang sudah dilakukan dapat diulangi atau direplikasikan oleh orang lain. Uji confirmability dilakukan dengan melakukan mengkonfirmasi jawaban narasumber utama dengan cara wawancara kepada narasumber pendukung dari keluarga narasumber utama. 62 BAB IV ALASAN BERKARIER 4.1 Pendahuluan Pada bab ini membahas tentang latar belakang perempuan karier yang bekerja di bank dan sudah berkeluarga. Bagian ini akan membahas alasan narasumber untuk memilih berkarier. Apa yang mendorong narasumber dalam ingin menjadi perempuan karier, dorongnan keluarga, perjalanan hidup, ekonomi, dan sebagainya. Bab ini merangkum narasumber dalam memutuskan dirinya untuk berkarier. Dalam menjalankan sebuah karier dimulai dari motivasi yang ada pada setiap induvidu yang ingin berkarier. Alasan setiap induvidu tentu berbeda-beda. Bagaimana cara narasumber dalam menggapai pekerjaannya. Dari hal inilah menjadi dasar perempuan karier dalam menentukan alasan mereka berkarier. 4.2 Bekerja untuk menambah biaya hidup Di zaman sekarang ini meningkatnya kebutuhan hidup membuat perempuan juga ikut andil dalam memenuhi setiap kebutuhan keluarga. Dari hal itulah Ani beralasan untuk menjadi perempuan karier. Walaupun suaminya bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya tapi Ani ingin membantu meringankan beban suaminya. Dari pekerjaan ini setidaknya ia bisa membeli barang-barang kebutuhan pribadinya dengan uang sendiri “Pilihannya paling bisa membantu suami, trus kita walaupun udah berkeluarga, biaya hidup itu yang nanggung suami, aku sendiri itu istilahnya apa-apa biar bisa beli sendiri gitu lo, tanpa tergantung pada 63 suami. Trus untuk pengalaman juga sihh.” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Tuntutan kebutuhan kehidupan yang terus meningkat membuat Ani ingin membantu pondasi ekonomi keluarga agar keluarga hidup tidak kesusahan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. “Hmmmm jadiin pengalaman aja, sebenarnya tu cewek gak wajib kerja, yang wajib tu suami. Kalo saya sebagai pengalaman aja, ya pengalaman aja sih,, ya tambah-tambah dan gak dipungkirin kerjanya buat nambahnambah biaya hidup” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Menurut Ani, perempuan itu tidak wajib bekerja. Ia bekerja juga sebagai pengalaman untuk dirinya. Selain itu, tidak dipungkiri bagi Ani ia bekerja juga untuk menambah biaya hidup. 4.3 Peran penting Orang tua Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak bisa lepas dari kehidupan anaknya. Orang tua yang yang melahirkan dan juga memberikan nafkah untuk kebutuhan anak. Hubungan yang erat antara anak dan orang tua juga membentuk pola pikir dan tingkah laku anak. Dari hal tersebut, sedari kecil ia sudah memutuskan untuk bekerja ketika sudah besar nanti. “Hehehe apa yaa mas, karna dari kecil sudah pengen kerja,,jadinya yaa sudah pilihan..” (Kristin, 26/04.2019. 14.00 WIB) Latar belakang dan lingkungan keluarga Kristin membantunya dalam mengarahkan pilihan untuk masa depannya. Contohnya ayah dan ibunya membimbing Kristin dari kecil agar ia menjadi perempuan karier. Adanya pengaruh orang tua tersebut juga menjadi sebuah keputusan yang dipilih oleh Kristin. 64 “Mungkin kalo keluarga ayah ibu dulu memang mengarahkan memang bekerja” (Kristin, 26/04.2019. 14.00 WIB) Menurut Kristin, latar belakang orang tua berpengaruh dalam alasannya untuk menjadi perempuan karier. Ayah dan ibunya yang dari kecil membimbing dan mengarahkan Kristin untuk mempunyai pekerjaan sehingga ia memutuskan untuk memenuhi keinginan orang tuanya tersebut. Selain itu, minat dari Kristin juga menjadi alasannya untuk berkarier 4.4 Kapasitas untuk mengembangkan potensi Pada zaman sekarang ini sudah banyak perempuan bekerja di berbagai bidang. Ada berbagai alasan dibalik semua itu. Mendapatkan ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin agar bisa mengembangkan potensi yang ada pada dalam diri. Begitu juga dengan A’ang, ia beralasan berkarier dikarenakan ia ingin mengembangakan potensi dirinya dan ingin menambah wawasan. “Jadi pilihan hidup untuk kemudian bisa berkarier maksudnya memiliki pekerjaan di luar pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga, ingin mengembangkan potensi diri, kemudian menambah pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang ada di lingkup pekerjaan di pekerjaan dan di lingkungan kita” (A’ang 16/04/2019. 15.00 WIB) Menurut Aang, ia mempunyai kapasitas dalam berkarier dan juga ia juga mampu untuk menyeimbangkan antara pekerjaan di kantor dan tanggung jawab di rumah. Hal ini yang membuat ia menjadi perempuan karier dengan potensi diri dan keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru. 65 4.5. Bekerja diniaatkan untuk ibadah Tidak hanya di rumah, tapi di luar rumah perempuan harus tetap produktif. Begitu menurut sudut pandang Wida. Keingnian untuk meningkatkan kemampuan diri juga salah satu menjadi alasan perempuan ingin berkarier. Selama keluarga mendukung ia akan berusaha untuk mengembangkan dirinya untuk selalu produktif. “Saya memiliki sudut pandang bahwa seorang wanita itu alangkah baiknya, walaupun tidak mengecilkan pekerjaan ibu rumah tangga, menurut saya wanita itu punya produktivitas juga untuk mengembangkan dirinya, sepanjang keluarga dan suami mendukung, seperti itu sih.,” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Pada dasarnya Wida memang suka bekerja. Ia berusaha produktif di rumah maupun di luar rumah. Hal ini yang membuatnya selalu mempunyai aktivitas. “Prinsipnya adalah saya orang yang suka bekerja, even di rumah pun saya selalu punya aktivitas, yang kedua adalah niat saya adalah selagi saya bisa membantu keluarga baik dalam arti apa-apa yang telah diberikan suami saya dalam memenuhi kebutuhan saya tapi tidak ingin berpangku tangan saja, hal-hal yang bisa saya bantu untuk keluarga saya, ya saya coba untk penuhi juga. Jadi gak selalu apa-apa minta, gimana caranya perempuan bisa mendukunglah.”(Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Mencoba untuk selalu produktif inilah menjadi salah satu alasan Wida untuk menjadi perempuan karier. Ia memang dasarnya suka bekerja. Selama ia produktif ia bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Sedari dulu Wida yang memang suka bekerja memang berusahan untuk meningkatkan karier lebih baik lagi. Baginya bekerja itu adalah ibadah. Hal tersebut yang ia yakini 66 “saya pribadi merasa bahwa kerja itu niat itu adalah ibadah bismillah kalo saya punya jalan karier yang lebih baik ada jalanlah.”(Wida, 15/04/2019. 11.00) Alasan berkarier bagi Wida dikarenakan ia ingin produktif. Dengan produktif, ia bisa mengembangkan dirinya. Tidak hanya produktif, bekerja juga harus diniatkan dengan ibadah sehingga menjadi amalan 4.6. Bekerja untuk menambah keuangan keluarga Menafkahi keluarga adalah tugas pokok seorang suami atau ayah dalam sebuah keluarga. Namun di zaman sekarang saat ini kebutuhan hidup yang semakin meningkat membuat para ibu atau istri dalam keluarga juga ikut membantu ekonomi keluarga. Salah satunya dengan mempunyai sebuah pekerjaan. Nina berkarier dikarenakan ia ingin membantu suaminya. “Karena menurut saya wanita karier itu adalah pekerjaan yang paling tidak kita bisa membantu suami yaa..bisa menambah-nambah keuangan keluarga dan sepanjang pekerjaan ini bisa saya lakukan di kota yang sama dengan kota dimana keluarga saya tinggal sehingga saya ketemu sama anak saya ketemu suami saya setiap harinya, yaa gak masalah sih dan suami saya juga mengizinkan..” (Nina, 4/05/2019. 14.00 WIB) Menurut Nina dengan membantu suaminya, hal tersebut akan membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari hal ini menjadi alasan Nina untuk memilih menjadi perempuan karier. 67 4.7 Ringkasan Hasil Alasan Berkarier Internal Eksternal - Aktualisasi diri dalam mengembangkan potensi dan kemampuan pada pada diri -Membantu suami dalam membantu ekonomi keluarga - Minat dari diri sendiri - Karena background orangtua, dan arahan orang tua - Menambah pengalaman Spiritual - Bekerja sebagai ibadah Sumber: Data Primer, diolah tahun 2019 Perkembagan zaman saat ini yang modern membuat adanya pergerseran terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan yang dulu hanya dipandang sebagai perempuan yang hanya mengurus rumah, sekarang sudah merambat ke berbagai bidang pekerjaan. Dari hal tersebut ada berbagai alasan perempuan untuk mempunyai pekerjaan. Salah satunya adalah kebutuhan ekonomi yang meningkat. Kebutuhan ekonomi yang terus meningkat menjadi alasan perempua untuk bekerja. Dari pekerjaan tersebut bisa membantu ekonomi keluarga. Hal ini sesuai dengan teori hierarki Maslow 68 dalam Siagian (2012) bahwa kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia paling dasar seperti sandang, pangan, dan perumahan. Dari gaji yang didapati bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti makanan untuk menutupi rasa laparnya, kebutuhan pakaian sehari-hari, dan rumah tempat untuk berlindung. Hal ini sesuai dengan temuan yang diteliti. Selaras hal tersebut juga bsia memenuhi kebutuhan rasa aman, dari pendapatan ini bisa memenuhi kebutuhan rasa aman. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, perempuan saat ini juga bekerja karena adanya minat yang muncul dari diri sendiri untuk bekerja. Seperti dalam Herzberg dalam Siagian (2012) teori motivasi-higiene intinya salah satu sumber motivasi, yaitu bersumber dalam diri. Minat yang muncul dikarenakan ingin mengembangkan diri untuk terus berkembang. Menggali lebih dalam potensi yang ada pada dirinya untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman. Sehingga keinginnan untuk produktif menjadi alasan perempuan karier saat ini untuk bekerja. Hal ini sama dengan teori kebutuhan Maslow dalam Siagian (2012) akan kebutuhan aktualisasi diri Menurut penelitian Setyowati dan Arasanti (2010) pada umumnya keinginan wanita untuk terlibat dalam dunia kerja dikarenakan beberapa faktor yaitu, faktor pendidikan, kebutuhan dalam aktualisasi diri dan faktor ekonomi. Selain itu background orang tua menjadi salah satu alasan dalam memilih menjadi perempuan karir. Dari latar belakang orang tua bisa menjadi dasar dalam pemilihan untuk berkarier karena melihat dan dan menganalisis secara langsung dan adanya tuntunan dari kecil. Menurut Sukardi (1987:72) dalam pemilihan karir merupakan hasil interaksi antara 69 faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, serta orang dewasa yang mempunyai peran penting. Bekerja juga harus dilandasi dengan niat untuk ibadah. Sehingga pekerjaan tersebut bisa menjadi amalan. Bekerja dengan niat ibadah akan menjadi pahala bagi setiap indvidu yang menjalankannya. Alasan ini juga menjadi temuan dalam alasan perempuan untuk berkarier. Hal ini sama yang disampaikan Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga: motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi ibadah menjadi salah satu alasan narasumber untuk berkarier. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat. Muamalat merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi. 70 BAB V MELAWAN HAMBATAN MENGGAPAI KESEIMBAGAN 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan membahas bagaimana hambatan yang dialami dan dirasakan oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga dan bekerja di bank. Faktor-faktor yang menghambat perempuan karier dalam menjalani peran ganda. Bekerja di bank memang berat bagi perempuan. Mempunyai waktu kerja yang padat mengharuskan karyawati bank untuk selalu fokus terhadap pekerjaannya. Waktu kerja di bank umumnya dimulai dari pukul 07.30 – 16.30 atau delapan jam waktu kerja. Dengan waktu kerja yang statis dan tidak fleksibel menjadikan karyawati bank menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan. Di samping hal itu, karyawati bank juga sering mengalami overtime. Setidaknya dalam sebulan karyawati sering lembur beberapa kali dikarenakan pekerjaan. Hal tersebut banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan dibanding waktu untuk keluarga. Di sisi lain mereka mempunyai peran ganda yang mereka jalanakan. Bertugas di rumah sebagai ibu untuk anak dan juga harus fokus untuk pekerjaan. Dalam menjalani peran ganda tersebut adanya hambatan-hambtan yang dialami oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga. Tapi dalam hambatan tersebut adanya dukungan dan cara narasumber dalam mengatasi hambatan tersebut. 5.2 Hambatan kerja: Lembur Bekerja di bank memng harus tahan banting. Dengan jadwal kerja yang padat dan pekerjaan dalam mengejar target yang ditetapkan perusahaan membuat para 71 karyawan harus fokus. Bahkan lembur sudah menjadi hal yang lumrah bagi karyawan bank. Apalagi di bagian Informasi Teknologi (IT) yang harus menunggu pekerjaan teller selesai dalam penginputan dan tutup cabang, dari sanalah divisi IT baru kerja dalam menginput pekerjaan dari teller tersebut. Bekerja lembur bagai kuda, egitulah sekiranya pekerjaan yang Ani geluti “Aku di divisi IT itu kayak ini, dari bank cabang itu selesai kayak teller itu udah selesai gak ada selisih, sudah tutup cabang, baru kita kayak proses yang artinya membackup transaksi itu seharian“(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Dari pekerjaannya tidak jarang Ani untuk lembur. Dikarenakan menunggu semua penginputan selisih dari teller dalam seminggu ia bisa lembur dua sampai tiga kali dalam seminggu. “Iyaa, seminggu bisa 2-3 kali, karna itukan piketan sama temanku”(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Proses itu bisa menghabiskan banyak waktu bahkan sampai malam. Ani memang sering pulang malam bahkan sampai pagi dalam memproses backup transaksi Hal ini juga sama seperti yang disampaikan oleh asisten rumah tangga Ani, Ibtiah. “Ibuk pulang jam 7an, kadang juga pagi.” (Ibtiah, 06/0719, 08.00) Bekerja di bank memang diharuskan untuk tahan banting. Jadwal kerja yang padat, deadline yang harus dikejar mengharuskan Kristin untuk selalu fokus. Pekerjaannya memang banyak menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam. Kristin merasakan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan sampai petang malam bahkan pagi. “Lembur? Sering 5 kali dalam sebulan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB) 72 “tapi jam kerjanya juga sudah lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu jugakan sudah melelahkan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB) Bahkan dikala lembur, ia bisa lembur sampai jam satu malam. Kemudian paginya kembali lagi untuk menyelesasikan pekerjaan. Hal ini ia rasakan di akhir tahun pekerjaannya. “saya tu kalo lembur sampai pagi lo mas, kalo akhir tahun bisa sampai subuh, kalo akhir bulan itu misalnya saya sampai rumah sampai jam 10, 11 malam, nanti jam 4 pagi saya berangkat ke kantor lagi ada yang harus diselesaikan, atau jam 1 malem berangkat lagi juga pernah, yaa dijemput dianter juga.” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB) Hal ini dibenarkan oleh suaminya, Didif. Ia sudah menyadari pekerjaan istrinya memang menyita waktu. Tapi bagi Didif itu adalah hal yang lumrah, apalagi di zaman penuh teknologi sekarang ini memudahkan komunikasi sehingga membantu dalam komunikasi antar kelurga. “Memang untuk pekerjaan di bank memang waktunya sangat menyita perhatian khususnya waktu untuk keluarga, karena harus pagi-pagi jam 6 pagi sampai jam 6 sore baru pulang, tapi demikian tidak masalah karean saat ini kan komunikasi kita sangat mudah ya karena sudah ada video call dan sebagainya sudah ada media sosial dan sebagainya, jadi tidak masalah.” (Didif, 06/07/19, 10.00) Hal yang sudah biasa bagi karyawati bank kerja dalam waktu lembur. Biasanya pada akhir bulan para karyawan bank akan lembur dikarenakan adanya target dan penutupan transaksi di setiap akhir bulannya. Menurut Nina ia tidak merasa sering merasakan lembur. Ia akan lembur tergantung dari pekerjaannya. Biasanya pada saat penggajian sudah hal biasa untuk lembur “Overtime ya pasti ada sih, artinya aa kalo teman-teman disini jam setengah 5 udah selesai, Cuma tergantung dari pekerjaan juga ya, kadang ada yang lembur mana mungkin pas waktu penggajian dan lain-lain, itu hal biasa sihh.” (Nina, 04/05/2019. 14.00 WIB) 73 Lembur sudah menjadi hal biasa dalam perbankan. Selain penggajian, Nina juga merasakan lembur ketika ia harus rapat. Rapat sekali seminggu yang diadakan rutin juga menghabiskan waktu sampai malam. “jarang sih mas, itu paling akhir bulan, sebulan dua kali maksimal, kalo ada rapat, eh kalo ada rapat seminggu sekali pasti itu, kalo rapat sampai malam, ya trus nanti akhir bulan, udah itu ajaa” (Nina, 04/05/2019. 14.00 WIB) Kerja pagi dan pulang malam sudah biasa bagi keluarga Nina. Menurut suaminya, Tio, sudah hal biasa Nina pulang di malam hari pada jam delapan sampai jam sembilan malam. “yaa dulu paling pulang malamnya jam 8, dulu awal-awal kerja sampai jam 9, paling sekarang sampai jam 8 itu pun kalo ada rakor..” (Tio, 12/07/19, 09.30) Waktu lembur banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan, sehingga bisa menimbulkan konflik dalam membagi waktu antara pekerjaan dan rumah. Waktu kerja yang tidak fleksibel tersebut menjadi hambatan bagi karyawati bank dalam membagi wakatunya dikarenakan banyak terbuang untuk pekerjaan. 5.2.1 Stres dan kelelahan dengan pekerjaan Waktu kerja yang padat dan banyak menyita waktu berdampak pada kelelahan, bahkan stress pada karyawan bank. Pekerjaan yang padat memicunya gejala stress. Ditambah lagi dalam mengejar target bisa menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan. Seperti yang Ani rasakan, ketika awal ia bekerja ia tidak menyangka bekerja di bank bisa bekerja sampai larut malam. “Awal-awal iyaa, trus lama-lama nggak, aku gak nyangka kerja disni tu awalnya kerjanya sampe malam, trus emang awal kalo kerja tu syarat-syaratnya 74 gini gini,, yaa iyaainn karna mau kerja, trus dijalanin sihh, awalnya stress sihh dan juga capek, apalagi untuk perempuan, trs hamil lahirin, cuti trs masuk 2 bulan, kan 3 bulan kan maksimaln cutinya, trus masuk, yaa stressnya tu bagi waktunya sih, antara menyusui trus perempuan pumping ASI, pekerjaan, balik rumah ngurus anak lagi gitu ajasihh ,skarang udah gak sih, anak dah kerjaa… paling pulang malam juga ada pengaruh juga kan” (Ani, 14/04/2019. 09.00) Menurut Ani, awal bekerja ia merasa lelah dengan waktu kerjanya, apalagi di sisi lain sebagai ibu ia stress karena sulit membagi waktu untuk anak. Dengan pekerjaan yang padat dan membagi waktu untuk di rumah membuat Ani merasakan stress di awal ia bekerja. Bekerja dengan waktu kerja yang statis juga target perusahaan yang harus dikejar memang banyak menghabiskan pikiran dan tenaga. Apalagi kadang pekerjaan yang mengharuskan lembur. Sehingga menyebabkan kelelahan “tapi jam kerjanya juga sudah lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu jugakan sudah melelahkan” (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB) Kelelahan dikarenakan beban kerja yang besar bisa menyebabkan stres. Raymo dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan penyebab konflik menjadi dua. Salah satunya bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja yang lama, jadwal kerja yang kurang fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang cenderung menekan, baik fisik maupun psikis. 5.2.2 Adanya komplain dari anak Berangkat bekerja di pagi hari dan pulang di sore hari bahkan sampai malam membuat waktu untuk keluarga menjadi kurang optimal. Dikarenakan jadwal kerja yang padat membuat perempuan karier yang bekerja di bank kurang optimal dalam membagi waktu untuk keluarga. Perempuan karier mempunyai peran ganda. 75 Bertanggung jawab di tempat kerja juga bertanggung jawab sebagai ibu di rumah. Kurangnya waktu di rumah membuat anak mengeluh dengan jam kerjanya seperti yang disampaikan Ani. Anaknya yang berumur tiga tahun mengeluhkan pekerjaan ibunya. Anaknya merasa waktu yang dihabiskan pada pekerjaan mengurangi waktu untuk bersama keluarga. “Anakk, anak dah bisa komplain” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) “Bunda kok kerja terus sih, gak usah kerja… lah trus siapa yang kerja? ayahhh, umur segini kok dah bisa yaa.. jadii yaaa gituu” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Ani pun menyadari dengan waktu kerjanya mengakibatkan waktu untuk di rumah berkurang. Keluhan yang dirasakan anaknya dikarenakan ingin lebih banyak waktu dengan ibunya. Seperti yang disamapaikan asisten rumah tangganya, Ibtiah. Anaknya sering mengeluh ingin bertemu dengan ibunya. “Komplen, apaa, mau jemput bunda gitu, mau sama bunda gitu.”(Ibtiah, 06/7/19, 08.00) Keluhan yang dirasakan anak dikarenakan waktu untuk bersama ibunya berkurang. Ibu merupakan cinta pertama anak tentu ingin menghabiskan banyak waktu bersama ibunya. Dari hal tersebut terlihat anak ingin selalu bersama dengan ibunya. Hal yang dirasakan Ani, sama dengan yang dirasakan oleh Nina. Pekerjaannya di bank menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaannya. Sehingga anaknya mengeluhkan dengan waktu kerja Nina yang banyak dihabiskan untuk pekerjaan. “Kok pulangnya malam, kan mungkin masih bisa main sama anak-anak, saya pulang anak-anak udah tidur gitu, besok paginya nanya kok semalam pulangnya malam, yaa tapi komplainnya sih gak yang complain sampai anak saya merasa apaa,, yang hot complain gak ada sih,.yaa komplen biasa sih anak-anak gitu..” (Nina, 04/05/2019. 14.00 WIB) 76 Bekerja di bank memang mempunyai waktu kerja yang padat. Lembur sudah menjadi hal biasa bagi karyawan bank. Apalagi untuk karyawati yang sudah berkekuarga menjadi tugas yang berat. Pekerjaan yang bisa menghabiskan banyak waktu sampai malam tentu berdampak waktu di rumah menjadi sedikit. Sehingga anak menghabiskan waktu yang sedikit bersama ibunya. 5.2.3 Waktu kerja yang tidak fleksibel Bekerja di bank mempunyai waktu kerja yang tidak fleksibel. Sehingga mengharuskan para karyawannya menghabiskan waktunya untuk pekerjaan. Waktu kerja yang padat dari pagi sampai sore sudah menjadi aturan waktu kerja yang umum di bank manapun. Waktu kerja di bank biasanya delapan jam kerja di mulai dari jam 07.30 pagi sampai 16.30 sore. “Disini tu jam kerjanya dari jam setengah 8 sampai setengah 5” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Bagi perempuan karier yang mempunyai karier ganda, bekerja dengan waktu kerja yang tidak fleksibel menyulitkan waktu untuk membagi waktunya untuk di rumah juga di pekerjaan. Jadwal yang tidak fleksibel tersebut menjadi bagi hambatan karyawati yang bekerja di bank. “Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang” A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Dengan waktu kerja yang statis dan tidak fleksibel menghambat A’ang dalam membagi perannya di rumah. Waktu kerja dari pagi sampai sore, mengharuskan A’ang mengorbankan waktunya untuk keluarga di siang hari selama waktu kerja. 77 5.3 Dukungan dalam menjalani peran ganda Dalam menjalani peran ganda yang dijalani oleh perempuan karier tentu adanya dukungan dalam menjalani peran gandan tersebut. Dukungan bisa datang dari tempat kerja juga bisa datang dari rumah. Adanya dukungan dari tempat kerja membantu narasumber dalam menjalani pekerjaannya. Dukungan tersebut bisa datang dari rekan kerja dan atasan yang saling support. Ada juga dukungan dari keluarga membantu dalam menjalani peran ganda yang dijalani oleh karyawati bank yang sudah berkeluarga. 5.3.1 Lingkungan Kerja: Rekan kerja dan pimpinan yang mau membantu Bekerja di bank dengan ritme kerja yang padat dan fokus terhadap keuntungan dan pelayanan juga dibutuhkan suasana kerja dan lingkungan kerja yang mendukung agar tidak menjadi hambatan bagi karyawan dalam bekerja. Lingkungan kerja yang tidak kondusif bisa mengganggu karyawan dalam bekerja. Bagi Ani, lingkungan kerja yang baik karena adanya kerja sama tim yang baik. Rekan kerja yang bisa membantu, jika pun terkendala ada atasan yang mau membantu. “kalo gak bisa minta tlong sama teman, kan gak musti sendiri, kalo gak bisa minta tlong ke teman, kadang ke senior, pimpinan, kalo gak tau pimpinan bantuin.” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Lingkungan kerja di tempat Ani memilik suasana kerja yang baik. Rekan kerja yang saling membantu dan atasan yang tidak segan turun tangan membantu karyawannya membuat lingkungan kerja menjadi kondusif. Bagi Wida, lingkungan kerja yang saling support dari atasan, rekan kerja sangat membantu dalam bekerja, meskipun ada pekerjaan lain di luar pekerjaan sebagai 78 karyawati bank. Masalah yang ditangani secara bersama-sama, kendala yang ada dihadapi sendiri dan tidak melampiasakn ke personal membuat wida senang dengan lingkungan kerjanya. “Alhamdulillah disini saling support sihh dari pimpinan, lingkungan, teman jadi tau saya punya anak kecil yang tiba-tiba demam saya di calling buat ini, oh ya demam pulang. Jadi tetap di berikan toleransilah sebagai seorang wanita” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Lingkungan kerja yang tidak kondusif bisa mengganggu karyawan dalam bekerja. Lingkungan kerja fisik dan non fisik bisa merupakan aspek penting dalam perusahaan. Lingkungan kerja fisik dilihat dari fasilitas yang ada pada perusahaan, sedangkan non fisik seperti kondisi dan suasana kerja. Selama bekerja di Bank BPD DIY, A’ang merasakan ia memiliki tempat kerja dengan lingkungan kerja yang baik dan kondusif. Perempuan yang sudah bekerja sembilan tahun di bank tersebut menjelaskan bahawa ia memiliki rekan kerja yang baik dan mendukung. A’ang sering guyonan dengan rekan kerjanya untuk mencairkan suasana kerja. Dari guyoanan tersebutlah yang membuat hubungan antar rekan kerja menjadi akrab. “Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang walaupun sering ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak sih..” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB) Dalam pekerjaan, lingkungan kerja berpengaruh bagi karyawan. Hubungan yang baik antar karyawan akan menciptakna suasana kerja yang baik. Atasan juga membantu bawahan sehingga menciptakan lingkungan kerja yang mendukung 79 5.3.2 Dukungan Keluarga Menjalani peran sebagai perempuan karier yang sudah berkeluarga tentu membutuhkan komitimen yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Dalam menjalani dua peran tersebut dukungan keluarga menjadi faktor penting bagi narasumber. Dukungan keluarga menjadi suntikan semangat tersendiri bagi narasumber dalam menjalani peran ganda yang dijalani. 5.3.2.1 Dukungan keluarga A’ang: Saling support dengan suami Menjalani peran ganda memang banyak rintangan dilalui. Membagi peran sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan karier tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi hal tersebut dapat dijalankan dengan baik dengan adanya dukungan dari diri sendiri dan keluarga. A’ang yang notabene berkarier karena ingin mengembangkan potensi dalam dirinya. Ia ingin mengeksplor lebih dalam kemampuan yang ia punya. Hal lain yang membuatnya betah dengan pekerjaannya karena ia menyenangi pekerjaannya. “Apaa yaa..karena saya menjalaninya senang,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Walaupun dengan kesibukan berkerja di bank, keluarga sangat mendukung karier yang dijalani A’ang. Bagi A’ang dengan dukungan keluarga tersebut tidak melupakan karakternya sebagai ibu rumah tangga. “Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya memang tinggal di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga saya pribadi maupun suami maupun ibu mertua karena saya tinggal di rumah ibu mertua sangat mendukung. Namun hal ini juga tidak mengurangi tanggung jawab saya sebagai ibu. Jadi, saya tetep berusaha bahwa di kantor maksimal begitu juga kualitas maupun waktu yang saya sediakan untuk rumah. Seperti itu, jadi memang saya 80 sebisa mungkin di jam itu benar-benar efektif melakukan apa yang bisa dalam hal ini karena saya maintanance nasabah kredit. Kemudian setelah jam kerja saya juga fokus untuk mulai mengajari anak-anak saya karena kebetulan sudah besar-besar.” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB) Walaupun padatnya bekerja, dukungan keluarga menjadi cambukan sendiri bagi A’ang untuk selalu berusaha menyeimbangkan kehidupan di pekerjaan dan di rumah. Saling support satu sama lain dengan suami juga membantu A’ang dalam mengurus kehidupan di rumah “Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya akan mengurangi waktu untuk bekerja hehehe harus gantian..” (Bambang, 11/07/19, 16.00) Dukungan dan restu dari suami A’ang untuk karier A’ang menjadi cambukan baginya untuk berusaha sebaik mungkin di pekerjaan dan di rumah. Dukungan ini juga dapat menguranig hambatan yang ada dua peran yang dijalani A’ang 5.3.2.2 Dukungan keluarga Ani: Menyenangkan keluarga Menjalani peran sebagai perempuan karier yang sudah berkeluarga tentu membutuhka komitimen yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Ani yang ditinggal suaminya ke Jakarta juga menjadi beban tersendiri. Namun ada faktor yang membuat Ani tetap kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Faktor dukungan keluarga menjadi peran vital bagi Ani dalam menjalankan dua peran tersebut. Perempuan kelahiran Magelang ini mengatakan bahwa bekerja di bank membuat keluarganya senang. “Senang dong, apalagi kan orang-orang kan melihat kerja di bank itu yaa gitu kan, wahh enak kerja di bank, dibandingkan pekerjaan yang lain maksdunya, kita liat dari penampilan harus bagus kan ada yang seperti itu, tapi semuanya balik ke dirinya masing-masing apa namanya, gak cuma di bank dong, tempat lain juga gitu” Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) 81 Bekerja di bank harus berpenamilan baik. Sehingga bisa disenangi banyak orang ketika bertemu dengan karyawan bank. 5.3.2.3 Dukungan Keluarga: Dukungan dari anak dan suami Bagi Nina, dengan ritme kerja di bank yang padat dan tidak fleksibel, dukungan keluarga sangat penting bagi Nina. Menurut Nina, keberhasilannya tidak lepas dari dukungan keluarga. Dilihat dari suami dan anak-anak Nina mendukung kariernya yang memaklumi pekerjaan Nina di bank. “suami saya mendukung, anak-anak saya sih Alhamdulillah juga ndak ada masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya pulang agak malaman itu yaa mereka masih maklum, dan saya akan berhenti waktu yang saya pakai untuk bekerja di hari sabtu dan minggu karena sabtu minggu kan kami libur jadi saya akan ganti quality timenya di hari sabtu minggu, sama kalo malam dah pulang masih bisa ngobrol sama anak-anak gak papa Alhamdulillah mereka senang sihh enjoy gituu” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) Dengan pekerjaan yang menguras waktu tidak dipermasalahkan oleh keluarga Nina. Suaminya pada prinsipnya mendukung karier Nina. Menurut suaminya, Tio, ia membebaskan karier yang dipilih istrinya asalkan ia senang. Tapi juga tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga di rumah. “yaa saya sih prinsipnya mendukung apa yang istri saya suka, kalo memang senang kerja silahkan, yang penting juga jangan meninggalkan tugas-tugas di rumah..sebagai istri juga sebagai ibu dari anak-anak saya..” (Tio, 12/07/19, 09.30) Pernyataan dari Nina tersebut mengindikasikan bahwa keluarga terutama suami dan anak-anaknya mendukung karier Nina. Mereka memaklumi pekerjaan ibunya sebagai pimpinan cabang yang mana untuk jadwal pulangnya 82 5.3.2.4 Dukugan keluarga Wida: Bekerja bukanlah suatu masalah Berperan sebagai ibu rumah tangga dan karyawan pada perusahaan harus mempunya komitmen dan usaha yang kuat dalam menjalani dua peran tersebut. Untuk perempuan yang belum menikah akan fokus terhadap pekerjaan. Tapi bagi yang sudah menikah mereka harus fokus terhadap pekerjaan dan rumah. Dalam menjalankan dua peran tersebut, dukungan keluarga sangatlah berarti. Tanpa adanya dukungan keluarga, Wida akan sulit dalam menjalani dua peran tersebut. Menjalani dua peran tersebut harus mempunyai komitmen yang kuat antara Wida dan suaminya. “Kebetulan saya menikah dalam posisi sudah bekerja, jadi dari awal bukan hal yang masalah buat suami dan keluarga.” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Ketika sudah menikah tentu pada setiap pasangan sudah memiliki komitmen yang kuat satu sama lain. Hal yang sama juga dirasakan oleh Wida. Keluarga sangat mendukung pekerjaan Wida, bagi dengan bekerja ia tidak akan melupakan perannya sebagai ibu, yang mana anak menjadi prioritas. Di sisi lain suami juga mendukung kariernya asalkan keluarga jangan sampai terabaikan. “Sejauh ini, keluarga saya sangat mendukung, yaa asalkan yaa sifatnya seperti keluarga, anak terutama menjadi prioritas. Jangan sampai terabaikan” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) 5.3.2.5 Dukungan keluarga Kristin: Jangan lupakan kewajiban di rumah Diarahakan dari kecil dari keluarganya untuk bekerja di masa depan menjadi pegangan bagi Kristin. Arahan itulah yang membuatnya fokus dalam mengejar kariernya. Dukungan tersebut juga membantunya dalam menjalani karier. Bagi Kristin, keluarga dari kecil sudah mengarahkan Kristin untuk menjadi perempuan karier. 83 Dukungan keluarga Kristin dilihat dari tidak adanya tuntuan untuk Kristin dalam menjalani dua perannya. “kalo keluarga apa ya,, soalnya keluarga saya mendukung sih, tidak terlalu bermasalah, sudah terkondisikan, tidak ada keberatan-keberatan” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Dukungan dari suaminya juga selalu datang kepada Kristin, ia tidak mempermasalahkan pekerjaan yang dijalani Kristin asalkan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. “saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya, saya tidak masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga..”(Didif, (06/7/19, 10.00) Dari dukungan tersebut tidak menjadi kendala bagi Kristin dalam menjalani kariernya di bank. Dukungan keluarga menjadi suntikan tersendiri bagi Krisint dalam menghadapi dua peran yang ia tanggung 5.4 Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Menjalani Peran Ganda Bekerja di bank memang mempunyai waktu kerja yang padat. Apalagi dalam menjalani peran ganda bagi perempuan karier harus mempunyai usaha yang lebih untuk menyeimbangkan dua hal tersebut. Usaha tersebut untuk mengatasi hambatan yang dimiliki dalam menjalani peran ganda tersebut. Dalam pekerjaan dengan waktu kerja dan beban yang padat bisa menimbulkan kelelahan dan stress selama bekerja. Hal tersebut harus diantisipasi dengan adanya coping stress sehingga dapat mengatasi stress yang muncul selama bekerja. Dengan dua peran ganda, tidak hanya ditempat kerja, tapi juga tanggung jawab di rumah. Hal ini karyawati bank yang sudah berkeluarga harus mampu mengantisipasi hambatan dalam menjalani dua peran ganda tersebut. 84 5.4.1 Mengatasi stres Pekerjaan yang berat dapat mengakibatkan stress. Bekerja di bank dengan ritme kerja yang padat, tidak fleksibel dan pekerjaan dalam mengejar target perusahaan bisa membuat perempuan karier yang berkeluarga sulit dalam membagi waktunya, sehingga bisa menjadi stress. Tapi stress tersebut dapat dikendalikan. Salah satunya dari diri inudvidu dalam mengelola stres tersebut. Tipikal kepribadian Wida dalam mengatasi stress dengan membagi masalah agar tidak terlalu menanggung beban itu sendiri “Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala pun saya ngomong ke atasan begini-begini, dipecahin bareng-bareng, kerjanya tim sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo ada masalah yang menyebabkan stress itu kita floorin di tim itu, nanti dibahas barengbareng, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, yang pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti itu,,” (Wida, 15/04/2019. 11.00) Dengan berbagi masalah dengan rekannya dapat mengurangi beban dan tekanan yang dirasakan Wida. Hal ini dapat membantu dalam mengelola stress yang dirasakan. Stres hal yang sudah wajar dalam sebuah pekerjaan. Stres bisa berdampak baik dan bisa juga berdampak buruk. Tergantung induvidu dalam mengelola stress tersebut. Menurut A’ang, ia merasa tidak terlalu stress dengan pekerjaannya karena ia menyenangi pekerjaanya tersebut. Dikarenakan ia sebagai orang yang eksrtovert, ia langsung membagikan ke orang lain, dan mengkonsultasikan. Bagi A’ang ketika ia jenuh dengan mengingat keluarga bisa memberikan semangat kembali. Kalo lelah yaaa pas masa menstruasi mungkin yaa, jadi ditinggal tidur.. kalo stress karena saya orangnya extrovert, relatif kalo ada kendala apapun langusng konsultasikan, pasti saya bilang a, b, c, d solusinya gimana mas apa saya harus 85 ke a, b, atau c, saya lebih baik saya omongkan dari pada pendem sendiri..” (A’ang, 16/04/2019. 15.00) Karakter A’ang yang extrovert memang memudahkannya untuk bisa bercerita dengan banyak orang. Menceritakan masalah atau beban yang dipikul juga satu hal sikap dalam mengelola stres. Menurut suaminya, Bambang, ia kerap untuk menyampaikan curahan hatinya terkait masalah pekerjaan kepada suaminya. “eee kalo stress gak, tapi dia sering curhat ke saya, beberapa kali dia curhat untuk masalah pekerjaan, dan saya akan mendengarkan itu sebagai bagian dari katarsis sebagai luapan beban kerjanya “ (Bambang, 11/07/19, 16.00) Persaingan yang ketat antar bank menuntut kinerja harus bisa lebih baik dari bank lainnya. Bekerja di bank dengan ritme kerja yang padat, tidak fleksibel dan pekerjaan dalam mengejar target perusahaan sehingga adanya tekanan. Hal tersebut bisa berdampak stres. Stres pada perempuan karier bisa menyebabkan konflik. Stres dapat diminimalisir dengan coping stress. Stres itu bisa diatasi dengan cara mengelolanya dengan baik. Ketika stres sudah bisa dikelola maka itu juga meminimalisir konflik. Hal yang Nina lakukan adalah menghadapi stress itu dengan baik. “pastilah ada tekanan dalam pekerjaan itu, apalagi zaman sekarang ya persaingan ketat di dunia perbankan, ya kalo dibilang mau dibikin sering tergantung kita menyikapi, kalo saya sih lebih baik kita hadapi ajaa, kalo kita bikin stress nanti jadi sakit, dibikin enjoy ajaa” (Nina, 04/04/2019. 14.00) Stres tersebut adalah hal yang wajar. Menurut suaminya, konseskuensi bekerja di bank memang menimbulkan stress, tapi itu adalah hal yang wajar. Menurut Tio, stres adalah hal yang wajar tetapi jangan sampai masuk ke area rumah tangga. 86 “yaa stress-stress itu biasa yaa, ya konseskuensinya yang penting di rumah jangan sampai di bawa ke rumah, pesan saya itu dari dulu” (Tio, 12/07/19, 09.30) Stres kerja sudah menjadi hal yang lumrah. Dengan saling terbuka satu sama lain bisa mengurangi beban dan stress yang diemban. Beban kerja yang padat tersebut sudah hal biasa, stress tersebut harus diselesaikan dengan baik dan tidak tumpah ke kehidupan keluarga Beban kerja yang berat bisa menyebabkan kelelahan dan stress. Stres juga bisa berdampak pada penurunan performa kinerja pada karyawan. Ketika stres tidak bisa dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan munculnya konflik. Menurut Kristin selama ia bekerja. ia tidak terlalu ambil pusing. Bagi Kristin, ia tidak terlalu menuntut pada pekerjaannya dan menyerahkan semua kepada yang Maha di Atas. “Sesuai, saya kan gak menuntut terlalu tinggi, diserahkan semuanya sama yang diatas, biar gak stress..“ (Kristin, 26/04/2019. 14.00 WIB Menyerahkan segala urusan kepada yang Maha di Atas, kepada Allah yang Maha Mempermudah akan menenangkan pikiran-pikiran stres dikarenakan sudah menyerahkan segala urusan kepada Allah. Hal inilah yang membuat Kristin tidak begitu stress dengan pekerjaanya. Menurut Didif, stress yang istrinya tidak begitu kelihatan. Dalam arti batas wajar, karena menurut Didif istrinya menikmati pekerjaanyya sehingga hal tersebut juga membantu dalam mengurangi stres. “yaa stressnya masih dalam batas kewajaran, artinya pekerjaannya berat, tapi jarang sekali, artinya kita bekerja tu kita nikmati aja apa adanya sesuai dengan apa yang sesuai dengan kemampuan kita segitu ya mau gimana lagi, tekanan itu bisa kita manajemen dengan baik lah.” (Didif, 06/07/19, 10.00) 87 Untuk mengatasi stres selama bekerja tentu harus menyikapi stres tersebut dengan baik. Stres bisa menjadi penghambat dalam pekerjaan. Selama stres itu bisa dikelola akan menjadi hal yang positif bagi karyawan. Stres bisa dikelola dengan membagikan beban atau masalah tersebut kepada orang lain sehingga tekanan yang dirasakan tersebut dapat berkurang. Stres sebagai masalah juga dapat diatasi dengan menyerahkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa sehingga pikiran dan beban yang ditanggung bisa berkurang. 5.4.2 Selalu menyempatkan waktu untuk keluarga Menjadi perempuan karier yang mempunyai peran ganda memang memiliki tanggung jawab yang berat. Ketika dua peran tersebut timpang, maka akan ada yang akan dikorbankan. Walaupun keluarga mendukung Kristin merasa dengan banyaknya waktu yang digunakan membuat nilai anaknya kurang maksimal di sekolah Tetapi Kristin menyadari hal tersebut. Ia berusaha untuk selalu menyempatkan waktu bersama anak-anaknya. Kesempatan waktu untuk belajar ia usahakan bersama anak-anaknya. “udah itu aja haha ya jadi energi saya itu bisa mencukupi, memecah apa ya , tugas-tugas berbagai apa ya..berbagai lini, mungkin butuh fokus disini itu bisa, misal anaknya pengen diajarin belajar itu masih punya kekuatan.”(Kristin, 15/04/2019. 15.00 WIB) Menyempatkan waktu untuk belajar bersama anaknya menjadi cara untuk mengatasi hambatan dalam memaksimalkan waktu yang terpakai karena pekerjaan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan suami Kristin “kayaknya belum ya, karena setiap ada waktu itu kesempatan itu kita mesti melibatkan keluarga, belajar, jalan-jalan terus terang saya sering jalan-jalan, piknik..” (Didif, 06/07/19, 10.00) 88 5.4.3 Keluarga tetap prioritas A’ang yang menyenangi pekerjaannya memiliki waktu yang terbatas di rumah. Ia memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di rumah. Tidak bisa fokus mengurus rumah di siang hari dikarenakan pekerjaannya. Tapi A’ang menyadari hal tersebut dan sudah menyekolahkan anak-anaknya berdekatan dengan rumah. Menurut A’ang Ia menghabiskan waktu untuk di rumah sekitar tiga sampai empat jam belum dengan waktu tidur selain sabtu dan minggu. “Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang, tapi itu saya antisipasi dengan yang pertama sekolahnya dekat jadi tinggal jalan kaki, trus kedua adanya bis antar jemput sehingga kewajiban saya dalam menjemput sudah tergantikan , jadi tinggal di komunikasikan aja..” (A’ang, 16/04/2019. 15.00 Walaupun sibuk pada pekerjaannya, tetapi ia tetap memprioritaskan anakanaknya di sela-sela pekerjaannya. Hal inilah yang membuat A’ang menjadi ibu yang hebat bagi anak-anaknya seperti yang disampaikan suaminya. “Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi di sela-sela pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di prioritaskan, misalnya sekolah renang kalo ditelfon udah dikonfirmasi belum sama pelatihnya, udahh, les bahasa inggris wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya, mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa, kemudian situasi sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu akan memprioritaskan untuk itu”(Bambang, 11/07/19, 16.00) Dengan waktu yang banyak dihabiskan untuk keluarga, bukan menjadi hambatan bagi A’ang. Dari awal ia sudah merencanakan waktu untuk keluarganya dengan menyekolahkan anak dekat sekolah dan sekolah dengan fasilitas antar-jemput. Sehingga ia bisa mengorganisir waktu untuk keluarga dan pekerjannya. 89 5.4.3 Kosentrasi untuk keluarga tidak terpecah meskipun bekerja Bekerja sebagai perempuan karier dan sudah berkeluarga harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam menjalani dua peran tersebut. Hambatan dalam membagi dua peran sekaligus sulit dijalankan secara bersamaan. Fokus untuk keluarga dikorbankan dikarenakan banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan. “Hhmmmmm positifnya saya pikir dengan adanya saya bekerja walaupun waktu saya kurang gitu tapi kosentrasi saya terhadap keluarga tidak berkurang menurut saya karna ortu saya, anak saya, suami saya respon terhadap karier saya selama ini, feedbacaknya ke saya tidak ada keluhan..atau muncul keluhan” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Faktor dukunngan dari Lingkungan tempat kerja yang mendukung dapat membantu work-life balance bagi karyawan . Ketika situasi darurat seperti anak sakit, tempat kerja Wida di Bank BPD DIY tidak menghalangi dan memberikan toleransi kepada Wida untuk mengurus keluarganya. Sehingga Wida bisa fokus terhadap keluarga jika ada hal genting yang terjadi. 5.4.4 Memaksimalkan Waktu Weekend Bekerja penuh waktu dari hari Senin sampai Jumat ditambah dengan delapan jam kerja di bank memang banyak memakan waktu untuk pekerjaan bagi karyawati bank yang sudah berkeluarga. Berangkat pagi pulang sore bahkan malam mengharuskan para pekerja di bank banyak mengorbankan waktunya di pekerjaan. Bagi karyawati bank dengan peran ganda tentu harus pandai dalam membagi waktu tersebut. Meskipun banyak waktu yang terpakai pada pekerjaan, tapi hal tersebut bisa diantisipasi dengan memaksimalkan waktu libur. Dari waktu yang digunakan untuk kerja penuh waktu bisa dibayarkan dengan waktu weekend di hari Sabtu dan Minggu. 90 Waktu inilah untuk membayar waktu yang terpakai selama pekerjaan, sehingga quality time untuk keluarga selalu ada. A’ang dan suaminya sadar betul akan waktu mereka yang lebih banyak dihabiskan di kantor dibandigkan dengan di rumah. Oleh karena itu, di luar hari kerja mereka akan memaksimal waktu untuk lebih dekat dengan keluarga. Anak-anaknya merasa sangat senang ketika weekend menghabiskan waktu bersama keluarga. “katakkanlah cuma sabtu minggu gitu kelihatan senang sekali, nanti kalo senin mulai repot lagi, karena sebelumnya mereka sama ayah dan ibunya, tapi prinsipnya kalo kita menanyakan saat ini, mungkin akan senang kalo ibunya ada di rumah” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Kesadaran akan waktu kerja, menjadi catatan tersendiri bagi A’ang dan suaminya, Bambang. Dengan waktu yang habis pada pekerjaan, mererka akan memberikan kompensasi kepada anaknya yang berarti ketika mereka pulang, mereka harus memberikan waktu yang lebih untuk menemani anaknya. “yaa berarti saya harus menyediakan waktu tambahan ketika saya pulang atau ibunya pulang berarti kita harus menemani mereka. Ada kompensasinya yang harus kita bayarkan..” (Bambang, 11/07/19, 16.00) Mempunyai peran ganda memang butuh tanggung jawab yang besar. Kesadaran akan pentingnya tanggung jawab yang dimiliki memudahkan untuk mengatur dan merencakanan agar bisa membagi peran dengan baik. Bantuan dari mertua dan juga babysitter juga memudahkan dalam membantu peran A’ang sebagai ibu rumah tangga. Walaupun sibuk bekerja dalam daily acitiviynya, A’ang dan suami memanfaatkan waktu weekend untuk membayar waktu yang digunakan untuk pekerjaan 91 Meskipun pekerjaanya banyak menyita waktu di hari kerja, tapi di hari sabtu dan minggu, Kristin dan keluarganya mengalokasikan hari tersebut untuk waktu yang berkualitas bersama keluarga. Hari inilah untuk menggatnti waktu yang terpakai dikarenakan pekerjaan. “gak bisa seharian bersama, bisa dialokasikan waktu di hari sabtu dan minggu..” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Hari libur dari pekrjaan memang waktu yang tepat bersama keluarga. Karena di har inilah keluarga bisa berkumpul bersama. Hal inilah yang sering dilakukan oleh Kristin dan keluarga dalam mengganti hari yang banyak digunakan selama bekerja. Berkreasi dan jalan-jalan menjadi waktu yang pas untuk mempererat waktu bersama keluarga. Dari jalan-jalan tersebut rasa stress dapat hilang, kedekatan hubungan antar keluarga menjadi erat, kualitas waktu yang digunakan bisa membayar waktu yang terpakai pada pekerjaan “karena kami juga ada setiap kali libur di setiap kesempatan kita kan selalu menggunakan quality time saya sering mengajak jalan-jalan anak dengan istri” (Didif, 06/7/19, 10.00) Dengan waktu berkualitas bersama keluarga dapat dialokasikan ke hari sabtuminggu untuk menggantikan hari-hari yang digunakan selama waktu kerja. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mengatasai hambatan waktu kerja yang banyak terpakai. Dengan banyaknya waktu yang terpakai selama pekerjaan tentu juga imbal balik yang diberikan perusahaan juga sesuai dengan waktu yang dihabiskan memaksimalkan waktu setelah bekerja, meninggalkan hal-hal berkaitan dengan pekerjaan dan fokus untuk rumah. Kemudian memaksimal kualitas waktu di hari sabtu 92 dan minggu. Seperti yang dikatakan Nina, setelah pulang kerja yang padat ia akan melepas atribut pekerjaannya, dan fokus untuk kualitas waktu yang tersisa dengan keluarganya. “Apaa yaa, untuk saat ini, saya berusaha untuk kalo saya sudah pulang dari kantor saya tukar dengan quality time, sisa-sisa quality time yang sehari-hari, tapi kalo sabtu dan minggu dengan mereka, supaya paling tidak saya itu bisa apa yaa, berusalah untuk memberikan yang terbaik di sisa waktu pulang dari kantor, hari sabtu & minggu walaupun nanti harus bekerja lagi tapi ada dalam1 minggu itu ada waktu yang benar-benar full untuk keluarga ya sementara masih itu karena kaitan nya kalo masih bekerja ya mau gak mau menaati jam kerja, yaa nyenengin anak nyenengin suami ketika punya waktu kita maksimalkan, nyenengin orangtua juga” (Nina, 15/04/2019. WIB) Selain itu cara untuk meningkatkan kualitas keluarga adalah dengan memaksimal waktu di hari sabtu dan minggu. Waktu yang selama ini terpakai pada pekerjaan kan dibayar dengan waktu libur. Sehingga menjadi quality time untuk keluarga. Dari hal tersebut bisa menambah keeratan keluarga. “Alhamdulillah juga ndak ada masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya pulang agak malaman itu yaa mereka masih maklum, dan saya akan berhenti waktu yang saya pakai untuk bekerja di hari sabtu dan minggu karena sabtu minggu kan kami libur jadi saya akan ganti quality timenya di hari sabtu minggu, sama kalo malam dah pulang masih bisa ngobrol sama anak-anak gak papa Alhamdulillah mereka senang sihh enjoy gitu” (Nina, 15/04/2019. WIB) Salah satu cara untuk menghabiskan kualitas waktu bersama keluarga adalah dengan pergi bersama keluarga. Jalan-jalan bersama keluarga, pergi mencari makan atau kulineran, pergi menonton yang menjadi waktu yang berharga. Waktu yang sering dihabiskan untuk pekerjaan dibayar dengan quality time dengan keluarga pada waktu libur dan senggang “yaa jadi memang waktu antara kerja itu setiap hari senin sampai hari jumat kalo memang di sela waktu antara hari kerja tersebut kami mencoba dengan 93 anak dan istri saya itu yaa keluar bareng mas, yaa makan, tapi di waktu hari sabtu dan minggu saya luangkan waktu untuk keluarga mas, misal nonton bareng makan bareng itu pasti atau jalan cari kulineran gitu itu setiap sabtuminggu pasti insya allah” (Tio, 12/07/19, 09.30) Mempunyai peran ganda untuk perempuan memang berat. Tidak hanya sebagai karyawan, tapi juga tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Menjalankan dua peran tersebut memang berat. Berbagi tugas dengan suami juga membantu Nina dalam perannya sebagai ibu. Sebagai suami-istri harus saling mendukung satu sama lain, termasuk membagi peran. Nina mengakui waktunya banyak terpakai untuk pekerjaan. Namun setelah pulang bekerja ia akan melepas atribut pekerjaanya. Untuk mengganti waktu tesebut ia mengajak keluarganya untuk quality time pada hari libur sehingga keeratan pada keluarga tidak pudar. 5.5 Ringkasan Hasil Melawan Hambatan Menggapai Keseimbagan Hambatan Dukungan dalam menjalani peran ganda -Overtime -Komplain Anak -Waktu kerja tidak flesibel -Stres Soliusi menghadapi hambatan pekerjaan dan keluarga - Coping Stres -Lingkungan Kerja yang kondusif - Dukungan Keluarga -Keluarga tetap menjadi prioritas -Fokus ke keluarga tidak terpecah - Memaksimalkan Waktu Weekend -Kelelahan Sumber: Data Primer, diolah tahun 2019 94 Bekerja di perusahaan yang bank yang mempunyai waktu kerja yang statis mengharuskan perempuan karir yang bekerja disana harus fokus dalam mengerjakan pekerjaannya. Bekerja delapan jam sehari ditambah adanya jatah lembur dikarenakan harus mengejar target dan deadline yang diberikan. Jam kerja yang padat ini bisa menjadi hambatan dikarenakan banyaknya waktu yang terbuang untuk bekerja dibanding dengan waktu untuk keluarga. Waktu kerja yang padat bahkan sampai lembur membuat peran perempuan karir sebagai karyawan dan ibu rumah tangga bisa tidak seimbang. Menghabiskan waktu untuk pekerjaan menyebabkan kurangnya waktu untuk bersama keluarga sehingga kurangnya peran ibu dalam perempuan karir dikarenakan pekerjannya sehingga tidak adanya keseimbangan. Sesuai dengan Hudson (2005) Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan di rumah dilihat dari tiga aspek, yang pertama keseimbangan waktu yang mengacu kepada kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk kariernya dengan waktu yang diberikan untuk keluarga. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan narasumber A’ang, Kristin, Nina dan Ani dilihat dari jadwal kerja karyawati bank banyak dihabiskan untuk bekerja ditambah dengan jatah lembur yang mana setidaknya ada di setiap akhir bulan. Selaras dengan Handayani (2015) hasil penelitian diketahui bahwa sebesar 55% informan menyatakan kesulitan untuk membagi perhatian antara kerja dan keluarga, sehingga merasakan adanya beban ataupun konflik dalam dirinya. Waktu kerja yang kaku dan padat ini berdampak dengan kesulitan dalam membagi kehidupan di rumah dan waktu untuk pekerjaan. 95 Namun berbeda dengan penilitan Dizaho (2017) dengan jadwal dan pengaturan kerja yang fleksibel maka memudahkan kebutuhan karyawan untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan rumah dan tempat kerja mereka. Sementara keseimbangan kehidupan kerja didorong karena dampak yang diterima oleh karyawan pada organisasi seperti peningkatan produktivitas, loyalitas, kepuasan, peningkatan moral, sikap dan perilaku karyawan, dan lain-lain. Adanya fleksibelitas waktu bisa memudahkan perempuan karir dalam membagi waktu untuk keluarga dan pekerjaannya. Sama halnya dengan Galea (2014) bahwa ketika jam kerja yang fleksibel didukung oleh manajemen dan sesuai dengan budaya kerja, mereka sangat dihargai baik untuk alasan pribadi maupun yang terkait dengan pekerjaan. Dampaknya, ini akan membantu karyawan mencapai keseimbangan yang tepat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang menghasilkan manfaat organisasi yang menguntungkan. Bekerja di bank bagi perempuan karier dengan tuntutan dalam mencapai target perusahaan adanya kejenuhan dan masalah yang bisa menyebabkan stress. Stress dalam membagi waktu dan peran juga bisa menjadi salah satu pemicu sehingga bisa menyebabkan konflik terhadap dua peran yang dijalani. Jam kerja yang padat bagi karyawan perempuan bank yang berkeluarga akan sulit dalam membagi waktunya sehingga muncul konflik. Hal ini sesuai dengan Raymo dan Sweeney (2005) dalam Alteza dan Hidayati (2009) yang mengklasifikasikan penyebab konflik menjadi dua. Pertama, bersumber dari pekerjaan yaitu jam kerja yang lama, jadwal kerja yang kurang fleksibel, dan karakteristik pekerjaan yang cenderung menekan, baik fisik maupun psikis. Penyebab kedua berasal dari keluarga yaitu masih ada anak kecil yang harus 96 diurus, kesehatan pasangan yang buruk, padatnya pekerjaan rumah tangga dan komunikasi yang buruk. Penelitian ini sesuai terhadap pada satu narasumber saja yaitu Ani yang mana kesulitan dalam membagi waktu terhadap dua peran karena jam kerja yang padat dan tidak fleksibel. Sedangkan nrasumber lain menyadari dan mengatasi waktu kerja tersebut dengan memaksimalkan waktu yang tersisa sepulang kerja, dan memaksimalkan waktu libur kerja. Adanya banyak tuntutan pada pekerjaan bisa menyebabkan stress. Tapi stress itu bisa diatasi dengan cara mengelolanya dengan baik. Ketika stress sudah bisa dikelola maka itu juga meminimalisir konflik. Ada beberapa cara dalam mengatasi stress. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Lazarus (1993) ada dua jenis coping yaitu Emotional-Focused Coping bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Aspek-aspeknya adalah 1. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. 2. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian. 3. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah) 97 4. Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya. 5. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya Kedua adalah Problem-Focused Coping yaitu bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stress. Asapek-aspek yang digunakan adalah: 1. Distancing, ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui: Yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah. 2. Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis. 3. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi. 4. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. 5. Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dan lainnya. 98 Hal ini sama dengan penelitian penulis seperti yang dilakukan narasumber A’ang, ia tidak begitu merasakan stress dalam bekerja karena setiap masalah ia langsung konsultasikan kemudian meminta dan mencari solusinya seperti apa, dan juga dengan mengingat keluarga juga bisa menambah semangat. Sama hal nya dengan narasumber Wida yang membagi masalah-masalah yang bisa menyebabkan stress kepada rekan kerjanya sehingga bisa mengantispasi stress yang terjadi dengan cara Coping yang dilakukan menggunakan metode yang melibatkan orang lain (social). A’ang dan Wina dalam menghadapi stress menggunakan aspek Seeking Social Support (For Emotional Reason) Begitu juga dengan Nina yang merasa ia mengatasi stress dengan menyikapi stress tersebut. Dengan kemampuan tersebut akan menurunkan tingkat stress. Ini juga termasuk dalam aspek Problem Focused Coping pada aspek Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Nikolaou dan Tsaousis (2002) menyatakan bahwa salah satu penyebab tingginya tingkat stres kerja adalah rendahnya kemampuan karyawan dalam mengelola perasaan yang biasa dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Hambatan dalam bekerja juga bisa dilihat dari lingkungan kerja yang kurang baik. Lingkungan kerja yang buruk bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi karyawan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa para narasumber A’ang, Kristin, Ani, Nina dan Ani senang dengan lingkungan kerja yang ditempati. Dikarenakan adanya suasana kerja yang mendkung, rekan kerja yang saling membantu, masalah pekerjaan 99 yang diatasi secara bersaaman, hubungan rekan dan atasan yang baik menjadikan suasana kerja yang kondusif. Hal tersebut sama dengan Beham, & Drobnič, (2010) Persepsi harapan waktu organisasi yang tinggi, tuntutan pekerjaan psikologis dan ketidakamanan kerja ditemukan berhubungan negatif dengan kepuasan karyawan dengan keseimbangan kerja-keluarga. Konflik kerja-ke-keluarga memediasi sebagian hubungan tersebut. Dukungan sosial di tempat kerja dan kontrol pekerjaan mengungkapkan hubungan positif dengan kepuasan dengan keseimbangan kerja-keluarga. Hal ini juga sama dengan Sedarmayanti (2009) Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Selain lingkungan kerja, dukungan keluarga sangat berpengaruh bagi narasumber sehingga bagi para narasumber berusaha untuk memaksimalkan dukungan tersebut dan berusaha membagi dua peran yang dijalaninya. Hal ini sesuai dengan penelitian Padma dan Reddy (2013) bahwa Dukungan dari anggota keluarga akan memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan Pribadi dan Profesional. Masalah yang diakibatkan oleh tekanan dapat dicegah dengan dukungan sosial. Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) Individu dengan dukungan yang tinggi akan lebih dapat menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan dengan yang tidak 100 memiliki dukungan. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, maupun masyarakat. Dukungan dari keluarga dapat mengurangi hambatan dalam menjalankan peran ganda yang dijalani oleh narasumber. Menjadi ibu rumah tangga yang menangani tanggung jawab di rumah dan bekerja di bank dengan jadwal yang kaku, para narasumber berusaha keras untuk bisa menyeimbangkan dua peran ganda yang digelutinya. Walaupun bekerja dari senin sampai jumat dan pulang kerja dari sore sampai agak malaman, para narasumber berusaha untuk memaksimalkan waktu yang ada ketka di rumah. Melepas atribut pekerjaan dan berusaha membuat kualitas waktu yang ada dengan keluarga. Hal lainnya dalam mengatasi waktu kerja yang terpakai adalah dengan memaksimalkan waktu yang berkualitas dengan keluarga di hari libur. Pada waktu inilah para narasumber membayar waktu yang terpakai pada pekerjaan untuk meningkatkan keeratan dan keharmonisan keluarga 101 BAB VI UPAYA-UPAYA MENYEIMBANGKAN PEKERJAAN DAN RUMAH 6.1 Pendahuluan Perempuan karier yang sudah berkeluarga mempunyai tanggung jawab peran ganda yang mereka jalani. Berperan sebagai karyawan di tempat bekerja juga berperan sebagai ibu rumah tangga di rumah. Dua peran ini tentu tidak mudah untuk dijalankan. Peran dan dukungan keluarga sangat krusial dalam menjalani peran ganda tersebut. Tanpa adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga tentu para perempuan karier yang sudah berkeluarga sulit untuk menjalankan dua peran tersebut. Bekerja di bank berarti bekerja dengan waktu yang tidak fleksibel. Para karyawan dituntut untuk bekerja mengejar target yang diberikan perusahaan. Sehingga harus fokus dalam bekerja. Bahkan lembur sudah menjadi hal biasa. Bagi perempuan karier yang bekerja di bank dan belum menikah bukan menjadi masalah yang begitu besar. Sedangkan bagi yang sudah menikah tentu mempunyai beban dan tanggung jawab lebih besa dibandaing kan yang belum menikah. Perempuan karier yang sudah menikah dituntut untuk bisa menyeimbangkan waktu di pekerjaan dan waktu di rumah. Dengan waktu kerja yang padat dan perempuan karier yang sudah berkeluarga sulit dalam membagi peran. Dalam mengatasi kesulitan tersebut adanya peran yang menggantikan peran ibu di rumah. Kesulitan tersebut dibantu adanya asisten rumah tangga dan baby sitter yang membantu pekerjaan rumah dan menjaga anak selagi para 102 perempuan karier sedang bekerja. Tidak lepas juga bantuan orang tua yang membantu dalam menjaga anak selama ibunya bekerja. Dua peran yang dijalani tersebut memang berat untuk dijalankan. Dibutuhkannya komitmen yang kuat dan komunikasi yang baik di dalam keluarga. Komunikasi menjadi peran penting dalam menjalanlan dua peran ganda tersebut. Adanya komunikasi yang baik berdampak pada pemahaman satu sama lain antar induvidu yang ada di keluarga. Dalam peran sebagai perempuan karier dan juga ibu rumah tangga tentu banyak menyita waktu dan tenaga. Bagaimana narasumber dalam menyeimbangkan peran yang dimilikinya. Sebagai perempuan karier tentu berusaha untuk bekerja dan berkarier dengan baik, di sisi lain menjadi ibu yang bisa mengurusi rumah keluarga. Dalam menjalankan peran tersebut adanya kepuasan dan ketidakpuasan pada dua peran tersebut. 6.2 Komunikasi Menjadi Kunci Utama 6.2.1 Komunikasi via Video call Dalam menjalanlan dua peran ganda komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan peran tersebut. Komunikasi berperan sangat penting dalam dua peran yang dijalankan. Begitulah yang Ani rasakan, ia harus berpisah dengan suaminya karena di mutasi ke Jakarta. Dari jarak tersebut, Ani menjadi perempuan yang mandiri dikarenakan semua pekerjaan di kantor dan di rumah ia urus sendirian. “udah bersuami anak 1, suami dinas ke Jakarta, nasib kita LDR nih"(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) 103 Walaupun suaminya dipindahkan tugaskan ke Jakarta bukan menjadi halangan bagi Ani dan suaminya. Jarak bukanlah penghalang dalam membangun rumah tangga yang kuat dan kokoh. Jarak tidak menghalangi komunikasi antara Ani dengan Suaminya. Zaman yang semakin canggih sekarang memudahkan komunikasi jarak jauh. Tidak Cuma komunikasi telfon, zaman sekarang adanya Adanya fitur-fitur yang canggih di media sosial seperti video call membantu komunikasi face to face secara langsung. Begitu juga yang disampaikan oleh asisten rumah tangganya. “kalo jauh-jauhan tu mungkin kalo ngomong lewat telfon, ngomong lewat wa, video call"(Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) “baik..sering videocallan bertiga ama anaknya,,suaminya jauh..” (Ibtiah, 06/7/19, 08.00) Meskipun jarak antara Yogyakarta dan Jakarta jauh, hal itu menjadi komitmen antara Ani dengan suaminya. Walaupun terbatas jarak, suaminya selalu menyempatkan setiap weekend untuk balik ke Yogyakarta. “Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend pasti pergi, pasti jalan-jalan tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di rumah istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja maunya disinikan jalan,jalann anaknya juga senengkan” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Dengan adanya teknologi tidak menghalangi komunikasi walaupun terpisah dengan jarak. Kecanggihan teknologi zaman sekarang memudahkan untuk saling berinteraksi walau jarak menghalangi 6.2.2 Saling Terbuka Dengan Keluarga Bekerja di bank berarti sudah siap untuk menghadapi waktu kerja yang padat. Bekerja penuh waktu yang mengharuskan karyawannya untuk fokus selama bekerja. 104 Tidak seperti bekerja di perusahaan start-up yang fleksibel atau pengusaha, bekerja di bank mempunyai waktu kerja lebih statis. Sehingga sulit dalam membagi waktu untuk pekerjaan dan rumah selama bekerja. Sadar akan hal itu, Kristin mencoba mengkomunikasikan kepada keluarganya akan konseskuensi dari pekerjaannya. Apalagi sebaga seorang ibu dan istri ia tidak ingin kehilangan fokusnya sebagai ibu. Perempuan dua orang anak ini memberikan pengertian dari dini kepada anak-anaknya akan pekerjaannya. Mengkomunikasikan dari dini akan membuat lebih mengerti akan pekerjaan sang ibu. Komunikasi menjadi kunci dalam menjadi peran ganda yang dijalani oleh Kristin. “anak, bisa menerima, karena sejak kecil sudah ditinggal gitu.. mendukung, karena sudah terkondisikan” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Komunikasi yang baik akan menimbulkan hubungan yang harmonis. Keterbukaan terhadap anak dan suami akan mempererat hubungan keluarga. Komunikasi yang baik juga akan mengurangi konflik-konflik yang muncul pada keluarga. “Alhamdulillah sangat lancar, sama-sama terbuka, tidak ada masalah, hal-hal pekerjaan ya sebatas pekerjaan, artinya di rumah ya dibahas untuk masalah biasa-biasa saja, artinya tidak ada dengan konflik dengan pekerjaan” (Didif, 06/7/19, 10.00) Memberikan pengertian dari kecil kepada anak membuat anak lebih mengerti dan memahami apa maksud yang disampaikan ibunya. Hal dari dulu Kristin lakukan dalam memberikan pengertian kepada anaknya terhadap pekerjaannya berbuah hasil. Anaknya sudah mengerti dengan pekerjaan ibunnya. Bahkan ia mengingatkan ibunya untuk pergi bekerja. 105 “nggak, anak saya itu waktu kecil malah kalo saya gak kerja itu malah disuruh ibuk kerja aja haahah kelainann yaa..kalo dibilang” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Komunikasi menjadi peran penting dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis. Penanaman nilai dan juga memberikan pemahaman sedari dini terhadap pekerjaan kepada anak akan membantu anak lebih mengerti terhadap pekerjaan yang digeluti Kristin. Komunikasi yang baik akan mnegurangi konflikkonflik yang muncul. Keterbukaan satu sama lain akan mengeratkan hubungan induvidu dalam keluarga 6.2.3 Memberikan pengertian dari dini kepada anak Dalam keluarga komunikasi adalah hal dasar dalam berhubungan sesama anggota keluarga. Komunikasi yang baik akan memunculkan perasaan yang saling mengerti satu sama lain. Memahami peran masing-masing dalam keluarga juga dimulai dari komunikasi yang baik antar sesama keluarga. Dari hal tersebut A’ang menerapkan komunikasi yang baik pada keluarganya. Apalagi A’ang yang sebagai ibu rumah tangga harus memberikan pengertian kepada anaknya sedari kecil tentang pekerjaannya. Memberikan pengertian dari kecil akan membuat anak paham dengan sendirinya. “karena dari kecil saya sudah bekerja saya rasa mereka memahami pada saat kita berangkat pakai seragam, itu bahwa ibu saya bekerja, trus nanti saya sudah pulang mereka juga gak mau lepas, kalo untuk alur pekerjaan mereka relatif sudah paham,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Memberikan pengertian kepada anak terkait pekerjaan merupakan hal penting. Anak dari kecil akan mengerti sedikit demi sedkit dengan pola kerja orang tuanya. Dari 106 hal tersebut pengertian yang diberikan orang tua sangat penting. Tidak Cuma A’ang yang melakukannya, suaminya pun juga melakukan hal yang sama. “Setiap pagi saya bilang kepada anak..ayah kerja, ibu kerja, nanti anak tertua saya bilang tugasmu hari itu harus momong adek, anak nomor dua nanti momong icaa yaa, dari itu saya kasih pengertian, mungkin mereka belum mengerti, tapi saya berharap mulai ada bahwa dia sebagai kakak punya adek, dia punya kewajiban untuk menjaga adeknya, walaupun mereka belum mengerti tetapi setiap pagi saya akan selalu menyampaikan hal tersebut. “(Bambang, 11/07/19, 16.00) Tidak cuma kepada anak, komunikasi antar pasangan suami-istri tentu juga penting. A’ang tidak hanya memberikan pengertian kepada anaknya tapi juga harus memiliki komunikasi yang baik dengan suaminya. Begitu juga kepada suaminya, berbicara empat mata dengan suami juga membantu dalam meringankan beban yang dipikul “baikk, kalo gak kita lewat WA, trus kemudian malam tu anak tidur, yaa kita ngobrol sambil nonton tv “(Bambang, 11/07/19, 16.00) Komunikasi antar keluarga mempunyai peran penting dalam memberikan pengertian satu sama lain. Memberikan pengertian kepada anak dari dini juga merupakan salah satu cara agar anak terbiasa dengan pola kerja orang tuanya. Tidak cuma hanya kepada anak, suami-istri juga membutuhkan komunikasi yang terbuka agar hubungan keluarga semakin dekat. 6.2.4 Komunikasi Dari Yogyakarta-Jakarta Jarak bukan pengahalang bagi insan yang sudah berkomitmen untuk hidup bersama. Sama halnya dengan Ani, Wida juga mengalami long distance relationship dengan suaminya. Jarak mereka pun sama antara Yogyakartan dan Jakarta. Suaminya 107 yang dinas di pemerintahan di mutase ke Jakarta. Walaupun berjarak antara Yogyakarta dan Jakarta, suaminya selalu menyempatkan seminggu sekali untuk pulang ke Yogyakarta. Namun di zaman sekarang saat ini jarak hanya sekedar batas., Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan komunikasi tidak hanya telfon tapi juga tatap wajah. “Kita tiap hari video callan, suami saya juga slalu sih, anak saya tidur atau bangun video call, atau lagi makan atau belum video callan, saya juga kok siang-siang itu telfon mama tanya baru ngapain, kita punya wa grup keluargakan sharing-sharing, trus ada ponakan masing-masing pada nanyain, jadi saya juga harus pada sharing-sharing kalo jam segini anak-anak lagi begini, pada jam anak bobok, main, tetap terpantau sih” Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Berbatas jarak dengan suaminya, bukan jadi penghalang bagi Wida. Kecanggihan zaman sekarang juga membantu komunikasi jarak jauh. Meskipun mempunyai jadwal yang padat, tugasnya sebagai ibu untuk anaknya tidak lepas. Ia mencoba memberi pengertian kepada anaknya meskipun anaknya belum mengerti. Sedikit demi sedikit anak akan mengerti akan peran ibunya. “Karna anak saya baru berumur dua tahun jadi belum mengerti banget, cuman sekarang dia udah tahu, saya memberikan penejelasan sedini mungkin kalo saya tu gak mau ngumpet-ngumpet, saya beri penjelasan “nak mama kerja dulu” walaupun dia cuek karna belum mengerti, tapi saya berusaha kasih input trus, ketika jam segini saya pamit untuk kerja, ketika pulang pun jam segini yuk main sama mama. Jamnya sama mama dulu nih, jadi akhirnya dia mulai terbiasa walaupun dalam aktivitas dia main, tapi saya tetap pamitin, jadi dia tau kalo jam segini itu mungkin dirasa, mungkin mamanya gak ada kalo jam segini(pulang) “mama mama” dia tahu jam segini mamanya dah pulang” Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Dari komunikasi yang baik dengan suami dan anak juga memberikan pengertian kepada anak bahwa ibunya bekerja untuk keluarga sehingga anak juga mengerti akan dua peran yang dijalani oleh ibunya. Sedari kecil anak sudah melihat 108 pola sehari-hari orang tuanya. Anak Wida pun mengerti sedikit demi sedikit dari aktiviats ibunya. Anaknya mulai terbiasa dari waktu ke waktu akan kebiasaan ibunya. 6.2.5 Dari hati ke hati Dalam rumah tangga komunikasi adalah kunci dalam menjalin hubungan yang baik sesama anggota keluarga. Komunikasi yang terbuka akan menciptakan pengertian. Seperti yang dilakukan Nina, dengan waktu kerja yang menghabiskan banyak waktu di kantor, Nina berusaha memberikan pengertian kepada anaknya dari hati ke hati agar mengerti kalau ia bekerja untuk keluarganya. Dari hal tersebut akan mencerminkan saling pengertian satu sama lain. “gak ada kendala, baik-baik aja, lancar-lancar aja,.” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) “kalo di rumah yaa ngobrol-ngobrol dari hati ke hati, ada masalah apa di sekolah, ada masalah apa di kantor, Alhamdulillah kalo gak ada masalah apaapa, paling tidak itu saling memperhatikan, ada komunikasi, saling memperhatikan satu sama lain, saling support yaa ituu..” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) Komunikasi dari hati ke hati akan memperat hubungan bathin antara anak dan ibunya. Hal ini yang diterpakan oleh Nina kepada anaknya. Sehingga anaknya akan mengerti akan tanggung jawab yang dipegang oleh ibunya. “tapi saya kasih pengertian kalo saya itu telat pulang karena ada pekerjaan di kantor yang harus diselelesaikan, jadi dari situ lama-lama lebih setelah mereka dewasa ya lebih bisa mengerti” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) Dalam hubungan keluarga komunikasi menjadi kunci penting agar keluarga bahagia. Saling terbuka dan memahami satu sama lain akan membuat hubungan keluarga menjadi erat. Hal ini juga kan mengeurangi konflik-konflik yang muncul. Komunikasi menjadi jembatan untuk saling pengertian antar sesama anggota keluarga 109 6.3 Mendegelasikan Peran Ganda Dengan waktu kerja yang padat dan perempuan karier yang sudah berkeluarga sulit dalam membagi peran. Dalam mengatasi kesulitan tersebut adanya peran yang menggantikan peran ibu di rumah. Kesulitan tersebut dibantu adanya asisten rumah tangga dan baby sitter yang membantu pekerjaan rumah dan menjaga anak selagi para perempuan karier sedang bekerja. Tidak lepas juga bantuan orang tua yang membantu dalam menjaga anak selama ibunya bekerja. 6.3.1 Peran Asisten Rumah Tangga Menjaga Anak Selama Bekerja Berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga perempuan karier memang menjadi tanggung jawab yang berat. Apalagi ditinggal suami yang dinas di Jakarta. Hal yang dirasakan Ani dalam menanggung peran ganda sendirian memang berat. Perempuan tangguh ini berusaha untuk bisa menyeimbangkan dua peran yang dijalaninya. Bekerja di divisi IT pada perbankan memang menyita banyak waktu. Walaupun begitu, Ani bekerja untuk membantu suaminya. Dari pekerjaan tersebut setidaknya ia bisa membeli barang-barang yang ia bisa beli sendiri. Walaupun suaminya jauh di Jakarta tapi ia pulang setiap sabtu-minggu. Dari waktu inilah mereka bertiga dengan anaknya memaksimal waktu yang berkualitas bersama keluarga. Waktu yang berkualitas bersama keluarga akan mempererat hubungan keluarga dan menjadi harmonis. “Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend pasti pergi, pasti jalan-jalan tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di rumah istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja maunya disinikan jalan,jalann anaknya juga senengkan” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) 110 Dengan dua peran yang dijalani dan banyaknya waktu yang digunakan dalam pekerjaan tentu peran sebagai ibu berkurang. Bukan berarti tidak ada peran ibu, tentu peran ibu sangat melekat bagi perempuan karier yang sudah berkeluarga. Hambatan dengan waktu tersebut diantsipasi dengan adanya pihak luar yang membantu. Seperti mengggunakan jasa asisten rumah tangga. Seperti Ani, ia menggunakan asisten rumah tangga untuk mengcover perannya sebagai ibu rumah tangga selama ia bekerja “Anak ada pembantunyaa” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) “kalo ada apa-apa kan, pembantuku telfon, dia bilang ini anakya panas, langsung dah yang termo, ini ini inii, kalo nanti emg masih panas banget, aku langsung pulang” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Seperti yang disampaikan Ani, selama bekerja anak dititpkan ke asistej rumah tangga. Tugasnya adalah membantu untuk menjaga anak selama Ani bekerja, sekaligus menjaga rumah “jagain anak, bersihin rumah sama jagain rumah..”(Ibtiah, 06/7/19, 08.00) Adanya peran pembantu memudahkan Ani untuk bekerja. Bukan berarti ia meninggalkan perannya sebagai ibu, tapi mengcover peran Ani selama ia bekerja. Setelah ia pulang, ia akan membayar perannya sebagai dari waktu yang ia korbankan untuk bekerja 6.3.2 Bantuan dari Pembantu Rumah Tangga Berperan sebagai perempuan karier dan juga ibu rumah tangga merupakan tugas yang memikul beban yang berat. Menjadi perempuan karier dalam membantu ekonomi keluarga juga menjadi istri dan ibu dari anak-anak di rumah. Itulah yang dijalani oleh Kristin selama ini. Selama ia bekerja ia tentu tidak bisa untuk full time di 111 rumah. Pekerjaan di bank memang tidak fleksibel, dan penuh waktu. Sehingga diharuskan untuk fokus terhadap pekerjaan. Menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaannya, selama ia bekerja Kristin mengorbankan waktuk untuk keluarganya. Sebenarnya Kristin tidak bermasalah, dikarenakan dari pagi sampai siang pun anaknya sekolah. Tapi dalam mengurus rumah perannya sebagai ibu rumah tangga digantikan oleh pembantu rumah tangga sekaligus membantu Kristin dalam menjemput anaknya sekolah. “Yaa pekerjaanya ya , jemput anak saya sekolah, kadang-kadang nganterin, kadang-kadang mamanya, yang pasti masak dan bersih-bersih..” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) “waduhh jelas banyak mas..ngurus rumah jadi prt di rumah hahaha, iya kan.. iyakan harus bersihin rumah, harus cuci-cuci, kalo asistennya gak datang, kalo libur lebaran lama kalo gitukan pegel semua kan badan.. “(Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Di sisi lain, rumah Kristin juga berdekatan dengan rumah mertuanya dan rumah saudara suaminya, sehingga anak pun bisa dititipkan dengan aman di rumah mertuanya tersebut. Sehingga ketika Kristin dan suaminya bekerja bukan menjadi suatu masalah. “Kebetulan orang tua rumahnya dekat dengan rumah kami, kemudian ada saudara juga di rumah kami, sehingga anak-anak kita titipkan di adek kami, saudara kami, artinya tidak masalah lah dengan hal-hal seperti itu..” (Didif, 06/7/19, 10.00) Dengan adanya pembantu rumah tangga, membantu Kristin dalam menggantikan perannya sebagai ibu rumah tangga selama ia bekerja. Hal tersebut dapat membuat Kristin untuk fokus terhadap pekerjaannya. 112 6.3.3 Selama Bekerja, Anak Dijaga Oleh Mertua Mempunyai dua tanggung jawab besar sebagai ibu dan juga sebagai perempuan karier merupakan tugas yang berat untuk dijalani. Apalagi Wida melakukannya seorang diri, karena suaminya di mutasi ke Jakarta. Bagi Wida, walaupun ia bekerja tapi konsesntrasinya untuk keluarga tidak berkurang. Adanya dukungan keluarga juga menjadi energi bagi Wida. “tapi balik lagi sih dari keluarga saya, dukungan itu tidak sekedar moral, jadi eyang juga ikut nugurusin juga terlibat dalam memantau sifatnya, kita tinggal bareng jugaa yaa gak mau juga sih mau sama orang tuaa, jadi mungkin negatifnya ngerepotin orangtua “(Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Meskipun waktunya banyak dihabiskan untuk pekerjaan, keluarganya tidak pernah mengeluhkan pekerjaan yang dijalani Wida. Selama ia bekerja peran Wida dibantu oleh mertuanya dalam mengurus anaknya. Menurut Wida ada positifnya ketika ia meniggalkan anak kepada mertuanya. Ketika anak dititipkan ke mertua akan menjadi hiburan tersendiri bagi mertuanya. Hubungan antara cucu dan neneknya membuat penjagaan lebih aman. “Haa,,,iya sih, karna kita tinggal satu rumah, dan saya dan anak saya, eyangnya udah pensiunan jadi di rumah juga ada satu orang cucu jadi hiburan buat mereka , pada masa pensiunnya, Alhamdulillah.,” Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Meskipun waktu Wida banyak dihabiskan untuk pekerjaan. Perannya sebagai ibu juga tidak lepas. Perannya sebagai ibu dibantu oleh mertuanya selala ia bekerja. Setelah ia pulang bekerja ia akan fokus untuk mengasuh anaknya. 113 6.3.4 Peran Ganda A’amg Menjalani ibu untuk anak-anaknya adalah tugas mulia yang sudah ditetapkan Tuhan. Kasih sayang ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak akan kembali, bagai sang surya menerangi dunia. Itulah lirik sepercik lagu dari SM Mochtar tentang kasih saying ibu. Tugas ibu sangat mulia dalam membimbing anak. Sesibuk apapun seorang ibu, naluri ibunya tidak akan hilang. Inilah yang disampaikan Bambang terhadap apa yang telah dijalani istrinya. “Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi di sela-sela pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di prioritaskan, misalnya sekolah renang kalo ditelfon udah dikonformasi belum sama pelatihnya, udahh, les bahasa inggris wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya, mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa, kemudian situasi sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu akan memprioritaskan untuk itu” Bambang, 11/07/19, 16.00) Bekerja di bank memang sudah dikenal dengan pekerjaan yang berat. Waktu kerja yang padat, target yang harus dikejar memang berat untuk seorang perempuan. Tapi hal tersebut hal yang biasa bagi A’ang. Walaupun ia mempunyai banyak pekerjaan di kantor tapi ia merasa mampu dalam membagi perannya. “Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua kaki baik itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa memiliki kapasitas untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya mungkin saya akan memilih di salah satu prioritas tapi sampai saat ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah bisa jalan, dan kita di kantor juga bisa maksimal” (A’ang 16/04/2019. 15.00 WIB) Di sela-sela kesibukan A’ang dan Bambang selalu mengkoordinirkan kegiatan anak melalui telfon agar anak terkontrol di rumah. Tapi bekerja di bank memang berat. Waktu kerja yang padat juga harus memfokuskan diri untuk bekerja. A’ang menyadari 114 akan waktunya banyak dihabiskan oleh pekerjaan. Selama A’ang bekerja tentu waktunya lebih banyak menghabisikan waktu untuk pekerjaannya. Bukan berarti A’ang lepas tangan, tetapi selama ia bekerja ada perannya digantikan oleh peran pembantu. Ketika ia bekerja perannya sebagai ibu rumah tangga dibantu oleh baby sitter. “tapi kita pakai baby sitter, tetap kita pakai baby sitter“ (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Pada fase anak pada umur tumbuh kembangnya memang lebih baik ada orang yang bisa fokus dalam menjaga anak. Senada yang disampaikan A’ang, Bambang juga mengatakan untuk umur awal anak memang menggunakan baby sitter, jasa tersebut digunakan sampai anak sudah berumur lebih dari tiga tahun. “Ho oo waktu anak masih kecil, pakai babysitter, tapi seiring anak saya sudah 3 tahun akhirnya kita gak pakai, tapi mereka ada kategorinya, ada yang baby sitter itu full pekerjaannya, ada yang bisa mengasuh tapi bukan babysitter, sekarang kita udah pake fase berikutnya, orang yang dia bukan full babysitter tapi kita meliat ia bisa untuk menenmani anak, di awal 3 tahun kita pakai babysitter trus.” (Bambang, 11/07/19, 16.00) A’ang dan suaminya sadar betul akan waktu mereka yang lebih banyak dihabiskan di kantor dibandigkan dengan di rumah. Oleh karena itu, adanya bantuan babysitter dapat membantu A’ang dan suaminya ketika sedang bekerja 6.4 Kepuasan kerja Ani : Gaji Penuh Yang Diperoleh Waktu kerja yang banyak terpakai dalam pekerjaan dan mengorbankan waktu keluarga akan dilihat juga bagaimana kepuasan dengan pengorbanan yang dilakukan. Banyaknya tuntutan pekerjaan, mengejar target yang diminta perusahaan harus sebanding dengan apa yang didapatkan oleh karyawannya. Dari pemberian perusahaan 115 terhadap karyawannya yang sudah bekerja dengan baik menjadi timbal balik yang cukup. Bagi Ani, ia merasa puas dengan peran yang ia jalani. Di sisi pekerjaan ia bisa bekerja dengan baik dan juga mendapat kompensasi yang sepadan. Di sisi lainnya kompensasi tersebut bisa ia penuhi untuk kebutuahn anak dan membeli kebutuhan ia sebagai perempuan. “kalo misal kita puas dengan pekerjaan ototmatis kita bekerja dengan baik disini, disini ada penilaian kinerja masing-masing pegawai, penilaian kinerja masing-masing pegawai itu diliat dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo nilainya memang bagus memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya gak dapat teguran dan diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo, misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan, kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami..” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Meskipun waktu kerjanya padat, adanya dukungan keluarga menjadi faktor penting dalam menjalan peran ganda. Dengan kinerja yang baik di tempat kerjanya, Ani setidaknya mempunyai catatan yang baik selama bekerja. Ia tidak pernah mendapat teguran selama bekerja, ia berusaha memberikan kinerja terbaik selama bekerja. Dari kinerja yang baik juga mendapaktan feddback yang baik, dari hal tersebut ia juga bisa memenuhi dan membantu ekonomi keluarganya. 6.4.1 Kepuasan Kerja Kristin: Meminimalkan tuntutan ekonomi Bagi Kristin setelah ia bekerja keras di perusahaan, imbal balik yang diberikan perusahaannya bisa membantu pondasi ekonomi keluarga. Sehingga kualitas kehidupan keluarganya sudah baik, tidak terbebani dengan tuntutan kebutuhan hidup. “Puas .” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) 116 “apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa untuk membuat apa yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang pasti minimal tuntutan secara ekonomi itu kesulitan-kesulitan ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena yang dicari ekonominya,,” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) Imbalan yang diberikan perusahaan tersebut dapat mentupi kesulitan ekonomi pada keluarga Kristin. Dari hal tersebut, adanya peningkatan kualitas hidup yang masih baik. Dengan waktu kerja yang padat, tentu imbal balik yang di dapatkan membuat Kristin merasa puas dengan pekerjaannya. Karena dari hal tersebut ia bisa menyeimbangkan membantu ekonomi keluarganya. 6.4.2 Kepuasan Kerja A’ang: Anak-anak sehat dan sekolah sudah cukup Bekerja di bank memang tidak fleksibel, banyak waktu yang dihabiskan jika bekerja di bank. Waktu yang kerja yang statis, mengharuskan A’ang lebih banyak mengorbankan waktunya untuk pekerjaan. Selama ia bekerja ia akan berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaannya. A’ang puas dengan pencapaiannya selama ini. Dalam pencapaiannya memenuhi kebutuhan keluarganya, dan anakanaknya mempunyai pendidikan yang cukup sudah menjadi kepuasan bagi A’ang. “Hmmm pastinya puas, saya merasa di setiap tahap hidup saya sudah berusaha melakukan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan lebih dari apa yang saya berikan, jadi relatif bagi saya kalo kerja itu gak ada komplen dari nasabah sudah cukup dan kemudian kalo anak-anak, kalo pada saat tiga-tiganya sudah sekolah bagi saya sudah Alhamdulillah sudah, maksudanya mereka sudah bisa sehat, sekolah bagi saya cukup.,” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Adanya kepuasan A’ang tersebut mengindikasi adanya keseimbangan pada kehidupan di pekerjaan dan di keluarga A’ang. Pada kehidupan kerja di bank dengan jadwal yang padat ia berusaha memberikan yang terbaik. Hal lainnya A’ang juga 117 menyenangi pekerjaannya. Dengan pengorbanan waktu kerja yang banyak terpakai pada pekerjaan, sisi lainnya A’ang merasa puas. Ia merasa puas. Kemampuan dirinya dalam membagi dua peran dan dukungan keluarga membantu A’ang dalam membagi perannya. Pada pencapaiannya ia puas karena anaknya sudah bisa bersekolah dengan baik dan tumbuh dengan sehat. 6.4.3 Kepuasan Kerja Wida: Masih bisa hidup balance Sedangkan Wida, ia merasa bukan materi untuk kepuasannya. Waktu yang cukup dengan keluarga, dengan anak dan kerja di lingkungan yang baik sudah memberikan kepuasan. Wida merasa ia memiliki keseimbangan dalam mengerjakan dua peran tersebut. “Alhamdulillah sihh, sejauh ini kepuasaanya 8 lah” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Dalam menjalani dua peran tersebut, Wida merasakan ia puas dengan pekerjaan dan kehidupan di rumahnya. Ia bisa hidup balance antara pekerjaan dan keluarga. “Saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya anak, saya dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak masalah, saya mau ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa puas” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) Adapun di sisi pekerjaan Wida merasa nyaman dengan pekerjaannya. Ia merasa cukup dengan sisi pekerjaannya. Selain nyaman bekerja, rekan kerja yang mendukung dan atasan yang mau membantu ketika ada kesusahan membuat lingkungan kerja menjadi kondusif. “Aaa saya sih merasa nyaman sih mas, kalo puas dalam arti pekerjaan saya sekarang, jujur karena pekerjaan saya sekarang ya saya merasa bahwa yaa maksud saya dengan pekrjaan yang saya emban sekarang dalam arti karier, saya merasa sudah cukuplah, karena saya supportingkan, gak yang kewajiban saya, dan di keluarga juga tidak menuntu banyak hal, Cukupp yaa cukuppp” (Wida, 15/04/2019. 11.00 WIB) 118 Mempunyai peran ganda berarti mempunyai tanggung jawab ganda. Bekerja sebagai karyawan juga ibu rumha tangga harus bisa dalam membagi peran. Untuk menyeimbangkan hal tersebut bagi Wida dengan adanya dukungan keluarga yang membantunya dalam menjalankan dua peran tersebut. Pada pekerjaannya ia merasa nyaman dengan pekerjaannya. 6.4.4 Kepuasan Nina: Adil membagi peran Dari dua peran yang ia jalani, Nina mengetahui konsekuensi ketika dirinya bekerja. Bukan berarti ia lepas tanga. Ia berusaha sebaik mungkin untuk memberika kinerja terbaik di tempat kerjanya. Dalam membagi perannya, Nina berusaha untuk adil dengan dua peran yang ia pegang. Keluarga tetap menjadi utama bagi Nina. “hmmm hmm bisa untuk supaya adil, supaya adil artinya ya konsekuensi saya sebagai wanita karier harus saya jalankan, saya harus patuhi aturannya, tetap harus jalan sebaik mungkin, tapi peran utama saya kan bukan sebagai wanita karier, dunia nyata saya sebagai ibu, nah itu harus saya utamakan, tanpa gimana caranya bisa mengutamakan keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa memberikan yang terbaik untuk kantor tapi tidak melupakan fungsi saya sebagai ibuk, jadi harus seimbang.. yaitu saya berusaha tapi kadang kan orang itu keterbatasan waktu adalah harus mau gimana lagi orang itu kerjaan kantor libur-libur harus datang ke kantor , itu dah jadi konsekuensi sih, dan itu alhamdulillah dari suami dan anak-anak gak merasa menjadi gangguan, tapi saya berusaha untuk selalu seimbang, keluarga nomor satu tapi karena masih bekerja di bank ini yaa saya kan berikan yang terbaik untuk bank ini.. (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) Mencoba adil untuk dua peran yang ia jalani, hal itulah yang selalu diusahakan Nina. Keluarga menjadi pendukung nomor satu terhadap kariernya. Keluarga rela ditinggal Nina untuk mencapai karier Nina. “karena keluarga saya sudah rela saya tinggal dari pagi sampai malam, itu kan sangat mendukung berarti yaa,,saya tinggal training lama karena kalo mau promosi harus training ,,kek gitu gitu,, nah itu yaa mereka sangat mendukung 119 jadi ya Alhamdulillah sih aktor yang paling utama yang paling besar sih dari keluarga..” (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB) Keluarga menjadi faktor utama akan karier Nina. Meskipun rela ditinggal, keluarga Nina saling mengerti dan mendukung satu sama lain. Hal itu juga terbayarkan dengan karier Nina sekarang sebagai pimpinan cabang. Salah satu indikasi prestasi Nina di tempat kerjanya. 6.5 Ringkasan Hasil Usaha-usaha untuk menyalaraskan pekerjaan dan kehidupan rumah Komunikasi -Memberikan pengertian sejak dini. - Komunikasi jarak jauh via video call -Bicara dari hatike hati -Saling terbuka dengan keluarga Mendegelasikan Peran Ganda -Peran pembantu asisten rumah tangga, babysitter -Menitipkan anak pada orangtua/mertua Kepuasan -Bisa membantu dan menghidupi kebutuhan anak -Gaji yang penuh -Bisa balance antara rumah dan pekerjaan -Seimbanga antara pekerjaan dan rumah 6.6 Diskusi Hasil Sebagai perempuan karir ada peran ganda yang dijalani. Sebagai karyawan di perusahaan dan sebagai ibu di dalam kehidupan rumah tangga. Dalam menjalani dua peran tersebut para narasumber berusaha untuk bisa menyeimbangkan dua hal tersebut. 120 Adanya dukungan keluarga narasumber seperti anak dan suami dalam menjalan karier menjadi cambukan semangat bagi narasumber untuk bekerja. Dukungan keluarga sangat berpengaruh bagi narasumber sehingga bagi para narasumber berusaha untuk memaksimalkan dukungan tersebut dan berusaha membagi dua peran yang dijalaninya. Hal ini sesuai dengan penelitian Padma dan Reddy (2013) bahwa Dukungan dari anggota keluarga akan memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan Pribadi dan Profesional. Untuk menjalani dua peran ganda, selain dukungan keluarga, juga dibutuhkan komunikasi yang baik antara para narasumber dengan keluarganya. Jam kerja yang padat dan tidak fleksibel, memang memakan banyak waktu untuk pekerjaan. Dari hal tersebut komunikasi menjadi hal penting dalam memperantarai hambatan yang ada. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa para narasumber memberikan pengertian sejak dini kepada anak-anaknya bahwa para ibunya bekerja juga untuk keluarganya. Sehingga dari hal tersebut para anak mulai mengerti dengan pekerjaan ibunya. Dengan dukungan suami juga, memudahkan para narasumber untuk memberikan penjelasan kepada anaknya dengan ritme kerja para narasumbe di bank. Sehingga dari kecil anak diberi pengertian sehingga bisa mengurangi konflik-konflik yang ada. Menjadi ibu rumah tangga yang menangani tanggung jawab di rumah dan bekerja di bank dengan jadwal yang kaku, para narasumber berusaha keras untuk bisa menyeimbangkan dua peran ganda yang digelutinya. Walaupun bekerja dari senin sampai jumat dan pulang kerja dari sore sampai agak malaman, para narasumber 121 berusaha untuk memaksimalkan waktu yang ada ketka di rumah. Melepas atribut pekerjaan dan berusaha membuat kualitas waktu yang ada dengan keluarga. Hal lainnya dalam mengatasi waktu kerja yang terpakai adalah dengan memaksimalkan waktu yang berkualitas dengan keluarga di hari libur. Pada waktu inilah para narasumber membayar waktu yang terpakai pada pekerjaan untuk meningkatkan keeratan dan keharmonisan keluarga. Diketahui juga bahwa bekerja di bank memiliki waktu kerja yang padat, sehingga selama bekerja dalam hal mengurus anak para narasumber menitipkan bantuan dari pihak luar seperti jasa asisten rumah tangga dan juga bantuan dari pihak orangtua atau mertua. Dari dua peran itu menjadi perempuan karir banyak menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan. Sehingga ada pengorbanan yang dilakukan dalam menjalani dua peran tersebut. Dari pekerjaan tersebut ada kepuasan dan ketidakpuasan yang dijalani perempuan karir yang bekerja di bank dari pengorbanannya tersebut. Kepuasan yang dirasakan dikarenakan beberapa faktor yaitu karena kondisi kerja yang mendukung dari budaya kerja dan gaji yang sesuai. Sesuai dengan Robbins (2011) menyatakan bahwa ada empat faktor seseorang puas dengan pekerjaannya yaitu kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang saling mendukung, pekerjaan yang menantang dan gaji yang pantas. Dari hasil penelitian, narasumber merasa puas dengan pekerjaannya dikarenakan dengan bisa berkarir dengan baik dan gaji yang sepadan sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan membantu ekonomi keluarga. Hal ini sesuai dengan teori hierarki Maslow dalam Siagian (2012) bahwa kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia paling dasar seperti sandang, pangan, dan 122 perumahan. Dari gaji yang didapati bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti makanan untuk menutupi rasa laparnya, kebutuhan pakaian sehari-hari, dan rumah tempat untuk berlindung. Selaras hal tersebut juga bsia memenuhi kebutuhan rasa aman, dari pendapatan ini bisa memenuhi kebutuhan rasa aman. Di sisi lain adanya dukungan keluarga yang mendukung karier, dan lingkungan kerja yang baik menjadi kepuasan bagi para narusmber walaupun dengan waktu kerja yang padat. 123 BAB VII BERDIRI DI DUA KAKI BERTAHAN PADA AMBISI Perkembagan zaman saat ini yang modern membuat adanya pergerseran terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan yang dulu hanya dipandang sebagai perempuan yang hanya mengurus rumah, sekarang sudah merambat ke berbagai bidang pekerjaan. Perempuan karier yang sudah berkeluarga mempunyai dua tanggung jawab, di tempat bekerja dan di rumah. Menjadi perempuan karier berarti sudah siap menghadapi konsekuensi yang ada paka pekerjaan yang dijalani. Bekerja tentu dilandasi dengan motivasi yang pada setiap seseorang. Motviasi perempuan untuk berkarier ada dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal didasari dari keinginan dari induvidu dalam bercita-cita, keinginan untuk mengembangkan potensi yang pada diri induvidu. Seperti yang disampaikan Maslow dalam Siagian (2012) dengan kebutuhan akan aktualisasi diri. Sedangkan faktor eksternal mucul karena adanya dorongan dari luar induvidu seperti ekonomi, ataupun dorongan orangtua. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan kepada narasumber. Tidak hanya untuk aktualisasi diri, motivasi narasumber dalam bekerja dikarenakan salah satu bentuk ibadah. Hampir sama dengan Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga: motivasi akidah, motivasi ibadah dan motivasi muamalat. Selain itu, bekerja dikarenakan juga akan meningkatnua kebutuhan ekonomi. Perempuan karier yang bekerja di bank mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam berkarier. Faktor ekonomi juga salah satu motviasi mereka dalam bekerja. Peningkatan 124 kebutuhan hidup juga membuat perempuan saat ini harus bekerja untuk menopang kebutuhan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan Maslow dalam Siagian (2012) untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan pokok manusia paling dasar seperti sandang, pangan, dan perumahan. Arasanti dan Setyowati (2010) menyebutkan pada umumnya keinginan perempuan untuk terlibat dalam dunia kerja dikarenakan beberapa faktor yaitu, faktor pendidikan, kebutuhan dalam aktualisasi diri dan faktor ekonomi. Bagi perempuan karier yang sudah berkeluarga fokusnya berkurang kepada keluarga selama waktu kerja. Waktu menjadi permasalahan bagi perempuan karier apalagi yang sudah bekeluarga. Menurut Hudson (2005) Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan di rumah dilihat dari tiga aspek, yang pertama keseimbangan waktu yang mengacu kepada kesetaraan antara waktu yang diberikan seseorang untuk kariernya dengan waktu yang diberikan untuk keluarga. Dalam penelitian ini narasumber dapat menyeimbangkan dua peran yang dijalani. Untuk menjalankan dua peran tersebut ada faktor-faktor yang menyeimbangkan kehidupan dua peran yang dijalani narasumber. 7.1 Arti Dukungan Keluarga Menjalani dua peran ganda bagi perempuan karier mempunyai tanggung jawab besar dalam menjalani dua peran tersebut. Keberhasilan dalam menjalani peran tersebut tidak lepas dari peran besar keluarga. Seperti yang disampaikan Schabracq (2003) karakteristik keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya konflik peran dan ambigunitas peran dalam keluarga dapat mempengaruhi work-life balance. 125 Keluarga juga menjadi salah satu faktor para narasumber untuk berkarier. Dua peran yang mempunyai tanggung jawab tersebut dibantu adanya dukungan keluarga. Dukungan keluarga menjadi suntikan bagi narasumber untuk menyeimbangkan dua peran yang digeluti. “Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya memang tinggal di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga saya pribadi maupun suami maupun ibu mertua karena saya tinggal di rumah ibu mertua sangat mendukung. ” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB) Hal ini juga didukung dari pernyataan narasumber pendukung A’ang. Dari sejauh ini suaminya mendukung pekerjaan yang dijalani A’ang. Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya akan mengurangi waktu untuk bekerja hehehe harus gantian..(Bambang, 11/07/19, 16.00) Dukungan dari suami A’ang karena adanya pengertian terhadap istrinya. Hal ini sama dengan teori Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki beberapa aspek yaitu: dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap individu sehingga memberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan keluarga menjadi salah peran penting bagi narasumber dalam menghadapi dua perannya. Dalam menyeimbangkan dua peran ganda yang dijalani narasumber, izin keluarga dalam menjalani pekerjaan tersebut satu hal yang mendasar. Ketika keluarga sudah mendukung berarti keluarga sudah siap menerima dan mendukung apapun hal yang terjadi terhadap dua peran yang dijalankan narasumber. “kalo keluarga apa ya,,soalnya keluarga saya mendukung sih, tidak terlalu bermasalah, sudah terkondisikan , tidak ada keberatan-keberatan” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB) 126 Pernyataan dari Kristin didukung oleh narasumber pendukung, yaitu dari suaminya. Suaminya mendukung keinginan yang ingin dijalani istrinya asalkan tidak melupakan tanggung jawab di rumah “saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya, saya tidak masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga..”(Didif, (06/7/19, 10.00) Adanya dukungan keluarga mirip dengan salah satu aspek dari penelitian Santhi & Sundar (2012) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga, merupakan hal penting karena apbila keluarga mendukung pekerjaa dengan pekerjaannya, maka pekerja akan merasa nyaman berada di tempat kerjanya dan dapat bekerja secara maksimal sehingga tidak terbebani dengan keluarga. Hal tersebut mirip dengan penelitian Padma dan Reddy (2013) bahwa dukungan dari anggota keluarga akan memainkan peran penting dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional. Peran keluarga sangat penting dalam menjalani karier dan mengurus rumah tangga bagi narasumber. 7.2 Lingkungan Kerja yang Mendukung Bekerja di bank memang berat, sehingga dapat memunculkan konflik dan stress. Konflik pada pekerjaan bisa diminimalisir dengan lingkungan kerja yang supporting dan kondusif. Sedarmayanti (2009) Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Lingkungan kerja yang baik juga akan meminimalisir stres bagi karyawan. Narasumber yang bekerja di bank merasa nyaman dengan lingkungan 127 kerjanya. Rekan kerja yang saling mendukung dan peran atasan dalam membimbing membuat tempat kerja menjadi kondusif. “Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang walaupun sering ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak sih..” (A’ang, 16/04.2019. 15.00 WIB) Dalam pekerjaan, lingkungan kerja berpengaruh bagi karyawan. Seperti yang disampaikan Muthukumar,.dkk (2014) lingkungan dimana individu tinggal. Lingkungan kerja harus tenang dan menyenangkan. Karena keseimbangan berhubungan dengan kehidupan pribadi dan professional. Hubungan yang baik antar karyawan akan menciptakna suasana kerja yang baik. Hal ini mirip dengan penelitian Santhi & Sundar (2012) menemukan sakah satu faktor yang memepengaruhi work-life balance adalah lingkungan kerja yang baik pada tempat kerja. Lingkungan kerja yang baik, yang di dalamnya saling mendukung dan membantu satu sama lain agar terciptanya suasana kerja yang menyenangkan bagi para pekerja. Lingkungan kerja yang baik dan kondusif membantu perempuan karier yang berkeluarga dalam menyeimbangkan kehidupan kerja dan kehidupan rumah. 7.3 Kepuasan Kerja Bekerja untuk keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga menjadi motivasi yang kuat untuk seseorang dalam berkarier. Sehingga menjadi dorongan bagi narasumber untuk memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya. Bekerja dengan usaha yang terbaik akan memaksimalkan kinerja di tempat kerja. Walaupun bekerja di bank mempunyai waktu yang padat dan 128 menghabiskan banyak waktu, tetapi ambisi untuk memberikan yang terbaik untuk pekerjaan tetap ada. Dari hal tersebut ada upaya untuk memberikan yang terbaik. “Hmmm pastinya puas, saya merasa di setiap tahap hidup saya sudah berusaha melakukan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan lebih dari apa yang saya berikan, jadi relatif bagi saya kalo kerja itu gak ada komplen dari nasabah sudah cukup” (A’ang, 16/04/2019. 14.00 WIB) Waktu kerja yang padat di bank bukan menjadi halangan. Walaupun banyak waktu yang terpakai untuk pekerjaan, tapi berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk pekerjaan. “nah itu harus saya utamakan, tanpa gimana caranya bisa mengutamakan keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa memberikan yang terbaik untuk kantor tapi tidak melupakan fungsi saya sebagai ibuk, jadi harus seimbang, tapi saya berusaha untuk selalu seimbang, keluarga nomor satu tapi karena masih bekerja di bank ini yaa saya kan berikan yang terbaik untuk bank ini. (Nina, 15/04/2019. 14.00 WIB Dari gaji tersebut juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Waktu yang terbuang untuk bekerja sesuai dengan feedback yang diberikan perusahaan. Dari feedback itulah untuk membayar waktu yang terbuang. “apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa untuk membuat apa yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang pasti minimal tuntutan secara ekonomi itu kesulitan-kesulitan ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena yang dicari ekonominya,,” (Kristin, 26/04/2019. 15.00 WIB Bekerja penuh waktu di bank menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dengan pengorbanan tersebut narasumber merasa kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan dirasakan adanya kepuasan dalam bekerja dan kepuasan dengan kehidupan di rumah. Dengan waktu yang banyak dikorbankan selama bekerja, feedback yang diberikan oleh perusahaan menjadi salah satu indikator kepuasan 129 “kalo misal kita puas dengan pekerjaan ototmatis kita bekerja dengan baik disini, disini ada penilaian kinerja masing-masing pegawai, penilaian kinerja masing-masing pegawai itu diliat dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo nilainya memang bagus memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya gak dapat teguran dan diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo, misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan, kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami..” (Ani, 15/04/2019. 09.00 WIB) Sesuai dengan Robbins (2011) menyatakan bahwa ada empat faktor seseorang puas dengan pekerjaannya yaitu kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang saling mendukung, pekerjaan yang menantang dan gaji yang pantas. (Luthans, 1998) kepuasan karier akan tercapai apabila apa yang diharapkannya sesuai dengan apa yang dialaminya. Kepuasan karier mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan, yang tampak dalam sikap positif terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya Work-life balance merupakan bentuk kepuasan seseorang di tempat kerja dan keluarga. Seprti indikator ke tiga Hudson (2005) adalah keseimbangan kepuasan. Kepuasan yang dirasakan dalam pekerjaan dan juga di rumah. Kepuasan dicapai dalam keluarga dan tempat kerja dapat meminimalkan konflik peran yang berbeda. Kepuasan kerja dirasakan dengan adanya gaji yang setimpal dengan beban kerja yang diterima. Keseimbangan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara tergantung pada bagaimana seseorang dapat mengimbangi perannya (Desrochers, Hilton, dan Lardwood, 2005 dalam Baltes, Clark, dan Chakrabarti, 2010 :202). Walaupun bekerja di bank mempunyai waktu yang padat, narasumber dapat mengimbangi perannya dengan 130 berbagai cara sehingga keseimbangan tersebut dapat tercapai. Dari waktu yang banyak terpakai untuk pekerjaan, perempuan karier yang berkeluarga mempunyai work-life balance karena adanya kepuasan yang dalam menjalani kehidupan di rumah dan di pekerjaan. 7.4 Mengelola Stres Stres hal yang sudah wajar dalam sebuah pekerjaan. Stres bisa berdampak baik dan bisa juga berdampak buruk. Tergantung induvidu dalam mengelola stress tersebut. Stres menjadi baik apabila stress tersebut bias dikelola dengan baik. Sehingga setiap beban atau masalah bisa yang menyebabkan stress bisa dikelola dengan baik. Ketika stress sudah bisa dikelola maka itu juga meminimalisir konflik. Stres juga bisa dikelola dengan membagi masalah tersebut dengan rekan, partner kerja. “Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala pun saya ngomong ke atasan begini-begini, dipecahin bareng-bareng, kerjanya tim sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo ada masalah yang menyebabkan stress itu kita floorin di tim itu, nanti dibahas barengbareng, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, yang pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti itu,,” (Wida, 15/04/2019. 11.00) Hal ini mirip dengan penelitian Lazarus (1993) salah satu jenis coping yaitu Emotional-Focused Coping yang salah satu aspeknya adalah Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian. Sehingga dengan adanya dukungan dari sekitar membantu untuk menghilangkan stress. 131 Begitu juga dengan Nina yang merasa ia mengatasi stress dengan menyikapi stress tersebut. Dengan kemampuan tersebut akan menurunkan tingkat stress. Ini juga termasuk dalam aspek Problem Focused Coping pada aspek Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Nikolaou dan Tsaousis (2002) menyatakan bahwa salah satu penyebab tingginya tingkat stres kerja adalah rendahnya kemampuan karyawan dalam mengelola perasaan yang biasa dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. 7.5 Delegasi Peran Ganda Pada penelitian ini keseimbangan waktu yang dijalankan narasumber memang lebih banyak menghabiska waktu untuk pekerjaan. Waktu kerja di bank memang tidak fleksibel, mengharuskan karyawan fokus terhadap pekerjaannya. Namun kesadaran akan banyaknya waktu yang terpakai untuk pekerjaan juga penting. Dari kesadaran tersebut perempuan karier yang sudah bekerluarga dapat mengantisipasi. Para narasumber menyadari akan waktunya banyak digunakan untuk pekerjaan. Walaupun waktu kerja di bank terbilang padat, namun sisa waktu untuk di rumah dapat dimaksimalkan untuk mengganti waktu yang digunakan selama bekerja. Kualitas waktu lebih baik dari pada kuantitas waktu. Selama para narasumber bekerja kuantitas waktu memang berkurang di rumah, tapi selepas bekerja para narasumber berusaha memberikan kualitas waktu yang ada. Untuk mengganti waktu yang terbuang selama bekerja, memaksimalkan waktu libur 132 adalah cara terbaik membayar waktu yang digunakan untuk pekerjaan. Kuantitas dan kualitas waktu dapat dimaksimalkan bersama keluarga. Sehingga kebersamaan keluarga tetap terjalankan Peran mereka sebagai ibu rumah tangga berkurang dikarenakan lebih banyak menghabiskan di kantor. Untuk melaraskan peran tersebut para narasumber menggunakan peran pembantu untuk membantu peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Indikator work-life balance dari Hudson (2005) berikutnya adalah keseimbangan keterlibatan. Keterlibatan peran antara karyawan di bank dan juga ibu rumah tangga di rumah. Walaupun banyaknya peran yang digunakan sebaga karyawan, tapi hal tersebut tidak membuat lupa narsumber akan perannya sebagai ibu. Adanya antisipasi dalam menangani hamabtan tersebut membantu untuk menyeimbangkan keterlibatan narasumber. Selama berperan sebagai karyawan di bank, adanya peran babysitter dan mertua dari narasumber membantu dalam menggantikan peran selama bekerja. Dari hal tersebut perempuan karier yang sudah berkeluarga dapat berdiri di dua kaki antara pekerjaan dan keluarga. Berdiri di dua kaki berarti mampu berdiri dan mengatasi konflik yang ada di pekerjaan dan di rumah. Mampu menyeimbangkan antara konflik yang ada pada pekerjaan juga di rumah. Sehingga adanya keseimbangan antara pekerjaan dan rumah. “Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua kaki baik itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa memiliki kapasitas untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya mungkin saya akan memilih di salah satu prioritas tapi sampai saat ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah bisa jalan, dan kita di kantor juga bisa maksimal” (A’ang 16/04/2019. 15.00 WIB) 133 Dari pernyataan dari narasumber A’ang tersebut dan dari temuan yang ada, peneliti mengambil sebagian kata berdiri di dua kaki yang menggambarkan keseimbagan antara pekerjaan dan rumah dari karyawati yang bekerja di bank. Bertahan pada ambis adalah menggambarkan kegigihan mereka dalam bekerja untuk mengenmbangkan diri, beribadah dan membantu ekonomi keluarga. 134 BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Bedasarkan analisis penelitian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melihat alasan yang dipilih oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga dikarenaka dua faktor yaitu faktor internal dan ekesternal. Faktor internal dimulai dari diri sendiri, yaitu ingin mengembangkan potensi diri. Sedangkan faktor eksternal adanya dorongan dari orang tua dalam mengarahkan untuk menjadi perempuan karier dan juga faktor ekonomi hal ini sesuai dengan teori Maslow dalam Siagian (2012). Tidak hanya dikeranakan faktor internal dan eksternal, karyawati bank yang sudah berkeluarga juga bekerja dikarenakan bentuk ibadah. Hal ini mirip dengan Anshari (1993) jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah adalah muamalat. Sehingga tiga faktor tersebut menjadi alasan motivasi karyawati bank dalam berkarier. 2. Dari segi waktu kerja memang menjadi hambatan bagi perempuan karier yang sudah berkeluarga dalam membagi perannya. Tapi perempuan karier yang sudah berkeluarga menyadari hal tersebut, dan melakukan usaha untuk mengantisipasi hal tersebut. Meninggalkan atribut pekerjaan ketika sampai di rumah, memaksimakan waktu sisa selepas kerja, quality time di hari sabtuminggu menjadi antisipasi dengan waktu kerja yang digunakan untuk bekerja. 135 Tapi dari hal tersebut adanya kepuasan dengan pekerjaan yang dilakukan dikarenakan tidak merasakan stres dan mempunyai lingkungan kerja yang mendukung. Sehingga untuk pekerjaan tidak merasakan adanya hambatan dalam bekerja. 3. Menyikapi dua peran perempuan karier dan ibu rumah tangga, perempuan karier yang sudah berkeluarga mengantsipasi waktu kerja dengan memberikan pengertian kepada anaknya sehingga anaknya mengerti dengan rutinitas ibunya, dan adanya bantuan dari asisten dan orang tua narasumber menggantikan peran ibu selama waktu kerja. Narasumber memiliki Work-life balance dikarenakan adanya dukungan keluarga menjadi suntikan dalam bekerja sehingga. Dukungan lingkungan kerja yang kondusif dan juga kemampuan mengelola stress. Sehingga adanya kepuasaan yang dirasakan perempuan karier yang sudah berkeluarga dari pekerjaannya. Kepuasan dari pengorbanan waktu yang untuk bekerja adanya feedback yang sepadan diberikan perusahaan sehingga dapat membantu suami dan memenuhi kebutuhan rumah. 8.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang bsia disampaikan : 1. Bagi pihak keluarga Bekerja di bank memang dituntut dengan pekerjaan yang padat, waktu kerja yang tidak fleksibel sehingga harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan 136 rumah. Bagi perempuan karier harus bisa memaksimalkan waktu yang ada di rumah. Meningkatka kualitas waktu dengan keluarga. 2. Bagi pihak perusahaan Perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek kehidupan karyawan di luar pekerjaan. Apalagi karyawati perempuan yang berkeluarga mempunyai tanggung jawab dalam mengurus rumah. Bagi perushaan bank juga memfasilitasi dengan memberikan ruang ASI, atau daycare yang ada pada kantor perusahaan untuk para karyawan perempuannya 3. Bagi Peneliti lain Dalam penenlitian ini menggunakan lima perempuan karier yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak sehingga adanya dua peran yang dijalankan. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa bisa menambah jumlah intansi yang berbeda supaya dapat memperkuat data yang didapatkan dan narasumber pendukung. 8.3 Ketebatasan Penelitian Peneliti menyadari terdapat beberapa keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian. Kelemahan utamanya adalah penulis kurang melakukan observasi yang lebih dalam terhadap narasumber. Keterbatasan waktu dan tenaga peneliti yang tidak memungkinkan dalam penelitian ini mengupas lebih dalam kehidupan para narasumber. 137 Daftar Pustaka Adame-Sánchez, C., González-Cruz, T. F., & Martínez-Fuentes, C. (2016). Do firms implement work–life balance policies to benefit their workers or themselves?. Journal of Business Research, 69(11), 5519–5523. Alteza, M., & Hidayati, L. N. (2009). Penelitian Work-Family Conflict Pada Wanita Bekerja: Studi Tentang Penyebab, Dampak dan Strategi Coping. Yogyakarta: UNY. Anshari (1993), Wawasan Islam. Pokok-Pokok Fikiran tentang islam dan Ummatnya, Raja Grafindo Persada: Jakarta. Apperson dkk., (2002). Women Managers and the Experience Of Work-Family Conflict. American Journal Of Undergraduate Research Vol. 1 No. 3 Arasanti (2010). Perempuan dan Jabatan Managerial Dalam Organisasi : WFC pada Perempuan Bekerja. Research Paper UNISBANK. Salatiga : Universita Kristen Satya Wacana. Baltes, Boris. B; Clark, Malissa, A; Chakrabarti, Madhura. 2010. Oxford Handbook of Positive Psychology and Work. Oxford University Press, Inc : New York Baruch, Yehuda. (2015). Career Development: Multilevel Perspective. International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences: Second Edition. 138 Beham, & Drobnič, (2010) Satisfaction with work‐family balance among German office workers. Journal of Managerial Psychology, Vol. 25 Issue: 6, pp.669-689, https:// doi.org/10.1108/02683941011056987 Dizaho, E. K. (2017). Achieveing Work-life balance Through Flexible Work Schedules and Arrangements. Global Business and Management Research: An International Journal. 9(1), 455–466. Dessler, Gary. (2005). Human Resource Management Tenth Edition. Pretince Hall. Florida International University Fisher, G. G. (2001). Work/Personal Life Balance: A Construct Development Study (Doctoral Dissertation, Bowling Green State University, USA). Retrieved from Pro Quest Dissertations & Theses database (UMI No. 3038411). Galea, C., Houkes, I., & De Rijk, A. (2014). An insider's point of view: how a system of flexible working hours helps employees to strike a proper balance between work and personal life. The International Journal of Human Resource Management, 25(8), 10901111. Gaol. L (2014). A to Z Human Capital Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kompas Gramedia Grzywacz, J. G., & Carlson, D. S. (2007). Conceptualizing work—family balance: Implications for practice and research. Advances in Developing Human Resources, 9(4), 455-471 Greenhaus, J., Collins, K. and Shaw, D. (2003), “The relation between work-family balance and quality of life”. Journal of Vocational Behavior. Vol. 63 No. 3, pp. 510-31. 139 Hamdi, Asep Saepul., & Bahruddin, E. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. Handoko, Hani. (2014). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. edisi revisi. Yogyakarta: BPEE Hudson (2005). The Case for Work-life Balance: Closing the Gap between Policy and Practice. Australia: Hudson Highland Group, Inc. Jindal, Anjali Agarwal, Shivani Garg, & Pooja Rastogi, Renu. (2013). Role of Job Design for Achieving Work Life Balance. Kalliath & Brough (2008). Achieving work–life balance. Journal of Management & Organization. Khallash, S., & Kruse, M. (2012). The Future of Work and Work-Life Balance 2025. Futures, 44(7), 678–686. https://doi.org/10.1016/j.futures.2012.04.007 Lazarus (1993). From Psychological Stress To The Emotions : A History Of Changing Outlooks. Department of Psychology, University of California, Berkeley, California 94720 Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Kencana Prenada Media Group. Lewis, Robert A. & Gruyere, Les Roches (2010) Work-Life Balance In Hospitality: Experiences From A Geneva-Based Hotel. International Journal of Management & Information Systems. Luthans, Fred. (1998). Organizational Behavior. Eight Edition, McGraw-Hill International Book Company, New York. 140 Lockwood. (2003) Work/Life Balance Challenges and Solutions. Society Human Resource Management. USA Mathis, Robert L., & Jackson, John H. (2009). Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat. Matlin M.W/ (2008). The Psychology of Women (6th ed.). Belmomt: Thomson Higher Education Meenakshi, S. P., Subramanyam, V., & Ravichandran, K. (2013). The importance of worklife-balance. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) vol, 14(3), 3135. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysisi: A Sourcebook of New Methods. New Delhi: Sage Publications Ltd. Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Muthukumar, M., Savitha, R., & Kannadas, P., (2014). Work-life balance. Global Journal of Finance and Management. ISSN 0975-6477 Vol. 6 No. 9 Munandar, S.C,Utami. (2001). Wanita karir : Di dalam Rintangan dan Peluang. Mudzhar dkk. (2001) Wanita Dalam Masyarakat Indonesia : Akses,Pemberdayaan, Kesempatan. Sunan Kalijaga PressYogyakarta. Nikolaou, I. dan I. Tsaousis. (2002). Emotional Intelligence in Workplace: Exploring Its Effects on Occupational Stress and Organizational Commitment. The International Journal of Organizational Analysis, 10(4): 327-342. 141 Padma. S, Reddy M. Sudhir. (2013). Role of Family Support in Balancing Personal and Work Life of Women Employees. International Journal of Computational Engineering & Management, Vol. 16 Issue 3, May 2013 Parakandi, M., & Behery, M. (2016). Sustainable human resources: Examining the status of organizational work–life balance practices in the United Arab Emirates. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 55, 1370–1379. https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.07.095 Raco, Jozef. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta Ritawati, Agustina. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Surabaya. Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen. Vol. 9 No.1, hal. 82-93 Robbins, S.P & Judge, T.A (2011). Organizational Behavior. New York : Pearson Prentice Hall. Santhi, T.S,. & Sundar, DR.K. (2012), A study on the Work-life Balance of Women Employees in Information Technology Industry. International Journal of Business Economics & Management Research, Issn online : 2249-2286. Vol 2, Issue 1, Jan 2012 Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2011). Health Psychology: Biopsychososial Interactions: Seventh Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Schabracq Marc J. (2003). The Handbook of Work and Health Psychology. England : John Wiley & Sons, Ltd, Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju. 142 Sekaran, U. and Bougie, R. (2013). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach Sixth Edition. USA: John Wiley & Sons Ltd. Sekaran, U. (1983) How husbands and wives in dual-career families perceive their family and work worlds. Journal of Vocational Behavior. 288-302 Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building approach. John Wiley & Sons. Singh, P. and Khanna, P. (2011). WorkLife Balance: A Tool for Increased Employee Productivity and Retention. Lachoo Management Journal.Vol. 2, No. 2, pp. 188-206 Sirgy, M. J., & Lee, D.-J. (2017). Work-Life Balance: an Integrative Review. Applied Research in Quality of Life Skinner, N., Elton, J., Auer, J., & Pocock, B. (2014). Understanding and managing work– life interaction across the life course: a qualitative study. Asia Pacific Journal of Human Resources, 52(1), 93-109. Snell, S., & Bohlander, G. (2010). Managing Human Resources. South-Western: Cengage Learning. Stoner, C. R., Hartman, R. I., & Arora, R. (1990). Work/family Conflict: A Study of Women in Management. Journal of Applied Business Research, 7(1), 67-74. Siagian, Sondang P. (2012). Teori Motivasi dan Apilkasinya. Jakarta : Rineka Cipta Sukardi, Dewa Ketut. (1987). Bimbingan Karier di sekolah-sekolah. Jakarta : Ghalia Indonesia. Surya, M. (1988). Dasar Penyuluhan (Konseling ). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. 143 Sugiyono. (2012). Metopel Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sutrisno, E. (2012). Sumber Daya Manusia. Surabaya: Gramedia. Taylor,S.E., Peplau,L.A.,& Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana. Thompson, John, & Martin, Frank. (2005). Strategic Management Awareness and Change. 5th Edition. South-Western: Cengage Learning. Weckstein, SH. (2008). How To Practice The Art Of Life Balance. E-book. Copyright: Stacey Weckstein Hoffer. Yulie, C, Chang, Artemis, Gudmundsson, Amanda, Sawang, Sukanlaya. (2012). The Role of Life Friendly Policies on Employees Work-life Balance. Journal of Management and Organization. 18(1): 53–63. Internet Access https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160308121332-277-116053/wanita-karierindonesia-terbanyak-keenam-di-dunia Endro Priherdityo, CNN Indonesia | Selasa, 08/03/2016 14:22 WIB https://www.kajianpustaka.com/2017/12/keseimbangan-kehidupan-kerja-work-lifebalance.html https://lifestyle.kompas.com/read/2013/07/16/2247341/Alasan.Perempuan.Indonesia; Mengejar.Karier. Penulis : K. Wahyu Utami diakses pada tanggal 13 April 2018 pukul (14.39) 144 http://kupang.tribunnews.com/2016/01/07/pertumbuhan-jumlah-pekerja-perempuanmeningkat. Editor: Paul Burin diakses pada tanggal 14 April 2018 pukul (12.24) http://politiktoday.com/wanita-dan-politik-di-asia/. Penulis: Rocky Tamtama Saputra Editor: Muhammad Rafiuddin Zamzami diakses pada tanggal 18 April 2018 pukul (23:05) BPS_Berita-Resmi-Statistik_Keadaan_Ketenagakerjaan-Indonesia-Februari-2018.pdf Skripsi Maslichah, Nur Intan. (2017). Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Perawat RS Lavalette Malang Tahun 2016). Skripsi Safitri, Kania. (2007). Gender Dalam Pengembagan Karir Wanita. Skripsi 145 LAMPIRAN 146 PEDOMAN WAWANCARA 1. Siapa nama ibu? 2. Berapa umur ibu sekarang? 3. Bagaimana orang tua mendidik ibu sampai saat ini? 4. Apakah orang tua mengambil peran penting bagi ibu dalam menjalani karier ini? 5. Mengapa ibu memilih menjadi wanita karier? 6. Umur berapa ibu dalam menjalani karier tersebut? 7. Bagaimana respon keluarga ketika ibu menjalankan pekerjaan? 8. Bagaimana ibu dalam memaknai pekerjaan? 9. Sekarang ibu bekerja sebagai apa? 10. Hal apa yang membuat ibu bisa mencapai jabatan saat ini? 11. Apakah dari awal ibu berkarier merupakan dasar keinginan menjadi wanita karier? 12. Bagaimana ibu merintis karier dari awal? 13. Apa yang ibu harapkan dari perusahaan ? 14. Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier? 15. Bagaimana menurut ibu tentang wanita karier? 16. Tanggapan ibu tentang ibu rumah tangga? 17. Apakah karier yang ibu dapatkan adalah proses dari usaha yang ibu keluarkan atau menuggu panggilan dari atasan? 147 18. Bagaimana kedekatan ibu dengan atasan? 19. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjalani satu pekerjaan? 20. Bagaimana manajemen waktu dalam membagi waktu pekerjaan? 21. Bagaimana ibu menjalani pekerjaan ibu? Apa saja yang ibu lakukan selama di kantor? 22. Apakah ibu berniat untuk meningkatkan karier? Jika ya/tidak, mengapa? 23. Dinamika karier yang ibu alami? 24. Bagaimana ibu menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan? 25. Bagaimana ibu membuat urutan priotitas pekerjaan yang akan ibu jalani? 26. Bagaimana ibu membuat jadwal dengan berbagai pekerjaan tersebut? 27. Dari berbagai pekerjaan tersebut, kendala apa saja yang ibuk alami? 28. Apa dampak dari ibu bekerja tarhadap keluarga? 29. Bagaimana tanggapan suami/keluarga dengan berbagai perkerjaan yang ibukjalani? 30. Apakah suami pernah memberi masukan terkait dengan masalah pekerjaan yang ibu jalani? 31. Bagaimana tanggapan anak dengan berbagai perkerjaan yang ibu jalani? 32. Berapa lama waktu yang ibu habiskan untuk keluarga? 33. Bagaimana lingkungan kerja tempat ibu berkerja? 34. Apakah ibuk dekat dengan rekan-rekan kerja ibu? 35. Berapa lama jam kerja ibu dalam sehari / seminggu? 36. Ketika jadwal pekerjaan ibu berbentrokan, prioritas mana yang ibu dahulukan? Kenapa? 37. Apakah ibu sering mengalami stress dan lelah? 38. Dengan waktu yang banyak menjalani berbagai perkerjaan, apakah ibuk ada waktu untuk sendiri? Jika iya apa yang ibu lakukan? 39. Bagaimana hubungan ibu dengan masyarakat sekitar? 40. Apakah ibu sering mengikuti kegiatan dengan masyarakat sekitar rumah ibuk? 148 41. Apakah ibu mengikuti organisasi-organisasi di lingkungan masyarakat ibuk? 42. Diantara berbagai perkerjaan tersebut, cenderung mana yang lebih ibu korbankan? Mengapa? 43. Apakah dengan berbagai perkerjaan tersebut juga mengalami perbuahan pada diri ibu tersebut? 44. Bagaimana dengan perkembangan karier ibuk yang memiliki berbagai pekerjaan tersebut? 45. Apakah ada kendala dengan karier yang ibu jalani? Sebutkan masingmasing kendala per pekerjaan 46. Apakah perencanaan karier ibu sesuai dengan yang ibu rencanakan? 47. Apakah ibuk puas dengan berbagai pekerjaan yang ibu jalani tersebut? 48. Apakah ibu sudah merasa puas dengan pembagian waktu antara pekerjaan dan keluarga yang telah ibu lakukan saat ini? Mengapa? 49. Apakah ibu sudah merasa puas dengan pola hubungan yang ada di pekerjaan dan keluarga saat ibu menjadi wanita karier? Mengapa? 50. Bagaimana perbandingan ketika ibu tidak menjadi wanita karier dan ketika ibu menjadi wanita karier? 51. Bagaimana perubahan yang terjadi dalam diri ibu ketika menjadi wanita karier? 52. Bagaimana ibu menyikapi peran ganda yang ibu jalankan? 149 146 LAMPIRAN 2 TRANSKRIP WAWANCARA Narasumber 1 : Buk Wida 15/4/2019 Pekerjaan : Staf Audi Lama bekerja : 9 tahun Anak : 1 Lokasi Bank BPD DIY P :Okee bu , Saya Fajrin Fauzi Akmal, mahasiswa FE UII angkatan 15, manajemen, saya disisni mewawancari ibu tentang “Work life balance wanita karier yang berkeluarga”. Sebelumnya bisa memperkenalkan diri buk? W : Yaa, saya Wida, saya karyawan di Bank BPD DIY di kantor pusat, usia saya saat ini 32 tahun. P : Ibu anak udah berapa buk? W : Satu orang putri, umurnya 2 tahun besok mei P : Dilihat dari karier ibuk, bagaimana peran orangtua ibuk dalam berkarier W : Orangtua cukup berperan yaa dalam mengarahkan putra-putrinya untuk memilih, tapi semua dikembalikan kepada masing anak-anaknya, kosentarasinya, minatnya, tujuannya, pilihan hidup balik ke kita tapi tetap dala koridor, kenapa memilih itu, itu pasti ditanya yaa saam orangtua kita, asalkan gak menjermuskan ke yang gak baik pasti di dukung P : Ibu latar belakangnya, pendidikannya? W : Saya S1,sarjana hukum P : Kenapa ibuk memilih menjadi wanita karier buk? W : Wanita karier? Ini agak filosofis yaa, sebenarnya background orang tua saya bekerja, ibu seorang guru, bapak juga bekerja, saya memiliki sudut pandang bahwa seorang wanita itu alangkah baiknya, walaupun tidak mengecilkan pekerjaan ibu rumah tangga, menurut saya wanita itu punya produktivitas juga untuk mengembangkan dirinya, sepanjanga keluarga dan suami mendukung, seperti itu sih., P : Terus respon keluarga ibuk setelah ibuk menjadi wanita karier? W : Sejauh ini, keluarga saya sangat mendukung, yaa asalkan yaa sifatnya seperti keluarga, anak terutama menjadi prioritas. Jangan sampai terabaikan. P : Umur berapa ibuk menjadi pegawai bank di BPD W : Saya setelah lulus 2010, berarti saya sekitar yahhh baru lulus banget sih alhamdulillahnya saya dapat. Dulu itu saya kuliah disini, dan bukan orang sini dan suka hidup di jogja, jadi saya nyarinya yang domestic kayak perusahaan lokal, kira-kira kerja di jogja apa yaa,, saya coba di BPD dan langsung keterima P : Bagaimana ibuk dalam memaknai pekerjaan ibuk? W : Memaknai dalam apa? P : Saya bekerja ini untuk apa, dsb 147 W P W P W P W P W P W P W P W P W : Prinsipnya adalah saya orang yang suka bekerja, even di rumah pun saya selalu punya aktivitas, yang kedua adalah niat saya adalah selagi saya bisa membantu keluarga baik dalam arti apa-apa yang telah diberikan suami saya dalam memenuhi kebutuhan saya tapi tidak ingin berpangku tangan saja, hal-hal yang bisa saya bantu untuk keluarga saya, ya saya coba untk penuhi juga. Jadi gak selalu apa-apa minta, gimana caranya perempuan bisa mendukunglah : Kalo sekarang ibuk bekerja sebagai apa buk? : Sekarang sebagai staf, staf di salah satu unit kerja auditor. : Lebih rincinya buk? : Satuan kerja audit internal : Terus buk, ketika ibuk kerja di BPD langsung jadi staf atau mulai karier dari awal? : Jadi di kami itu, ada beberapa jenis job pekerjaan di pekerjaan layak umunnya, ada front liner, ada back office macam-macam, jadi saya dulu pertama kali di back office levelnya tetap staf cuman waktu itu saya cuman di cabang itu saya mulai dari admin pengkreditan, sekian lama di admin pengkreditan itu saya baru sekitar hampir 2 tahunlah baru pindah ke kantor pusat untuk dijadikan staf audit tadi : Itu berarti ada peningkatan karier atau gmana buk? : Gak sih, tapi masih sama, tapi kita di SDM ada rolling ya, maksimal di unit kerja yang sama, tidak selalu disitu, kalo pun dengan posisi yang sama , rotasi pasti dijalankan : Trus apa yang membuat ibu bisa mecapai jabatan itu? : Kalo itu tepatnya orang sdm yang lebih tau apa yang membuat sdm menentuka saya disana pindah kesini, kalo saya pribadi menilai saya mugkin karna background pendidikan saya satu, ke dua mungkin penilaian kinerja saya seperti itu, mungkin selama beberapa tahun saya di mutase mungkin ada analisis ke sdman yaa lebih tepatnya. : Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier buk? : Faktor, satu dari diri saya sendiri, kedua keluarga ketiga lingkungan saya yaa : Menurut ibu wanita karier itu seperti apa ya buk? : Wanita karier ibu menurut saya adalah wanita yang tidak hanya aware terhadap dirinya sendiri sih, jadi menurut saya dibalik kemandirian seorang wanita karier di sisi lain ada hal-hal yang memang menjadi pertimbanganpertimbangan, jadi menurut saya wanita karier itu tidak bisa menjadi wanita karier dengan dirinya sendiri pasti ada orang-orang, lingkungan, keluarga yang mendukung mereka menjadi wanita karier : Kalo tanggapan tentang ibu rumah tangga? : Ibu rumah tangga luar biasa ya,hahahaaha. Saya menilai ibu rumah tangga itu bukan suatu hal yang mudah bukan sesuatu hal yang jelek, ibaratnya gak bisa dibilang wanita karier itu lebih wahh dibanding ibu rumah tangga bukan seperti itu. Kalau saya malah pola pikirnya luar biasa kalo orang juga bekerja juga di rumah tangga dengan kesibukannya dengan hal-hal permasalahan di rumah tangga, bisa all out kehidupan di rumah tangga, 148 P W P W P W P W P W P W P W P W P W memonitor segalanya, itu luar biasa sih, saya salut sama ibu rumah tangga. Saya kalo ada yang berpikiran ibu muda rumah tannga gak gampang kalo menurut saya. : Iya juga sihh, terus buk , kira-kira apakah karier ibuk yang ibu dapatkan dari usaha ibuk atau menunggu panggilan dari atasan? : Panggilan dari atasan dalam prosedur HRD, sebenarnya saya kurang paham. Cuman kalo untuk saya sendiri yaa saya pikir ada penilaian itu, kita punya prespektif bahwa ini karena kerja keras saya, mungkin seperti itu, tapi mungkin karna rahasia manajemen, SDM yang menentukan seseorang ini qualified gitu, ada penentuannya : Terus buk, apakah ibuk dekat dengan atasan? : Sejauh ini saya menilai relative dekat : Pengaruh atasan terhadap karier ibuk gimana? : Apa yaa? Mungkin sebagai orang yang menilai saya, ketika ditanyakan atau diminta tanggapan mungkin seperti itu yaa, karna di kami itu sistem penilaian kinerja kami oleh atasan langusng, jadi performace indicator penilaian kita itu langsung dari atasan, mungkin berperan yaa untuk menentukan si A patut diajukan dalam jenjang karier atau jabatan dsb , ini terlepas dari saya secara umum, KPI kita dinilai dari atasan langsung. : Bagaimana manajemen waktu dalam membagi pekerjaan? : Kita itu di satuan kerja saya, kami itu punya namanya PKAT program audit kerja tahunan, kita breakdown dari program update kerja tahunan itu, apaapa yang harus kita kerjakan dalam satu tahun sesuai program itu, nah nanti dari turunan itulah kita kembali menyusun program kerja itu sehingga mendukung audit-audit yang kita lakukan dalam setahun itu, bagaimana kita mengimplementasikannya dengan baik. Kalo secara detail ke pekerjaan saya , apa-apa yang yang harus saya kerjakan, dimulai dai perencanaan tadi, kedua menyusun apa yang menjadi skala prioritas, deadline, kita ada timelinnya jadi harus setidaknya sesuai dengan batasan-batasan itu, ada yang molor, ada yang lebih cepat, itu yang kita atur ritmennya, itu sih.. : Ibu udah berapa lama kerja di BPD? : 2010 sampai sekarang, berarti hampir 10 tahun : Apa ada niat untuk meningkatkan karier? : Maksudnya di perusahaan ini? : Iyaa buk di BPD ini : Meningkatkan karier.. niat sih, harus berniat ya agar lebih baik lagi, tapi ukuran lebih baik lagi itu bukan jabatan yaa.. saya pribadi merasa bahwa kerja itu niat itu adalah ibadah bismillah kalo saya punya jalan karier yang lebih baik ada jalanlah.. : Dinamika karier yang ibu alami? : Down gitu yaa, Saya gak merasa pernah low gitu, Alhamdulillah smooth gitu..ada slalu kemudahan di setiap yang saya jalani.. : Kendala yang ibu alami apa aja ya bu? : Kendala yaa..kalo di sisi ibu menjadi ibu rumah tangga dan wanita karier pasti ada kendala yaa,, kalo dimana anak sakit, kosentrasi terpecah pasti, buat kita itu, prioritas anak yaa,, apa-apa yang terjadi di anak jadi kendala 149 P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W juga buat kerjaan yaa mengganggu juga. Alhamdulillah disini saling support sihh dari pimpinan, lingkungan, teman jadi tau saya punya anak kecil yang tiba-tiba demam saya di calling buat ini, oh ya demam pulang.. Jadi tetap di berikan toleransilah sebagai seorang wanita. : Tanggapan suami ibu sebagai wanita karier? : Kebetulan saya menikah dalam posisi sudah bekerja, jadi dari awal bukan hal yang salah buat suami dan keluarga. : Dampak ibu bekerja terhadap keluarga gimana buk? : Dampak.. negative positif : Bisa dua-duanya.. : Hhmmmmm positifnya saya pikir dengan adanya saya bekerja walaupun waktu saya kurang gitu tapi kosentrasi saya terhadap keluarga tidak berkurang menurut saya karna ortu saya, anak saya, suami saya respon terhadap karier saya selama ini, feedbacaknya ke saya tidak ada keluhan..atau muncul keluhan , kalo negatifnya mungkin dari ohh mungkin sejak suami saya di mutasi ke Jakarta, tapi pulang sih seminggu sekali, tapi balik lagi sih dari keluarga saya, dukungan itu tidak sekedar moral, jadi eyang juga ikut nugurusin juga terlibat dalam memantau sifatnya, kita tinggal bareng jugaa yaa gak mau juga sih mau sama orang tuaa, jadi mungkin negatifnya ngerepotin orangtua. : Jadi anak dititpin ke orang tua? : Haa,,,iya sih, karna kita tinggal satu rumah, dan saya dan anak saya, eyangnya udah pensiunan jadi di rumah juga ada satu orang cucu jadi hiburan buat mereka , pada masa pensiunnya, Alhamdulillah., : Suami ibuk di mutasi di Jakarta, kerjanya dimana buk? : Di pemerintahan : Pulangnya seminggu sekali? : Iyaa seminggu sekali, pasti pulang.. : Berapa lama jam kerja disini buk? :Disini tu jam kerjanya dari jam setengah 8 sampai setengah 5 : Pernah ini gak buk..hmmm sering overtime kerja? : Kalo saya di kantor pusat sih gak mas, gak sering tapi sekali dua kali ada pengawasan dari ekstern, ada lemburnya, kalo dicabang di front liner di akhir bulan itu pasti, di kantor pusat tidak operasional, gk nasabah, collecting, kita lebih ke kebijakan, audit jadi terjadwal sih semua, sama jadwal itu, dan sehari-hari pun kita bsa mengatur, kita kerjanya tim kan : Berarti ibu jarang lembur? :Jarang yaa, bisa di bilang jarang : Apa di pusat jarang, atau di cabang lebih sering? : Kalo di pusat yaa, menurut saya jarang yaa, cuman tergantung juga, kalo di unit kerja di divisi kredit, treasury, ti kadang-kadangkan di pusat ada berbagai divisi nih, tergantung fokus pekerjaan apa sih..kalo TI selalu lembur karena nunggu akhir buku, jadi mereka harus melakukan pembukuan di sistemnya, itu mereka lembur juga, tapi ada keringan overtimenya. 150 P W P W P W P W P W P W P W P W Kalo saya di unit Sky jarang sih, kecuali kalo ada pengawasan masuk, misal kalo ojk masuk, AP juga.. : Sering strees dan lelah gak buk? : Indikatornya gimana? Kalo perempuan ada bulanan gitu yaa.. : Bukan bu,, lebih ke pekerjaan : Gak terlalu sih, : Kenapa? : Karena pekerjaan kita tu bareng, di share bareng-bareng, kalo ada kendala pun saya ngomong ke atasan begini,begini, dipecahin bareng-bareng, kerjanya tim sih, jadi gak bisa dibebankan satu orang trus terserah, jadi kalo ada masalah yang menyebabkan stress itu kita floor in di tim itu, nanti dibahas bareng2, jadi sangat menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, yang pikirin sendiri, yang bikin stress, saya bukan tipikal yang seperti itu,, : Ada waktu untuk diri sendiri? : Me time? Pasti adalah., kalo pun weekend ada suami datang misal kalo suami mau quality time sama anak, kadang2 saya sama suami, kmu mau jalan, mau kesalon, mau pijet gapapa, saya sama suami mau main dirumah karena suami mau ketemu sama anaknya, main sama anaknya, kamu mau mau pengen nonton sama temanmu gak masalah sih, sekali-dua kali saya kadang jalan juga, kadang misal kamu di rumah aku pergi jalan, yaudah sendiri : Trus bu, sama masyarakat sekitar gmana? : Saya oun kebetulan sama keluarga suami, lebih ke bapak ibuk yang sosialisasi karna punya banyak waktu yaa, saya sekali-kali, misalnya ada acara kayak arisan jarang2 mama yang sering, karna terlau banyak kalo diikutin semua, karna bareng papa-mama masih ada bisa ikut, tp kadang2 kalo lg nyuapin anak ke taman lebih gtu sih, tapi kalo acara yang banyak yang satu apa2, senam pun sekali-kali : Anak ada pernah ngeluh gak buk? : Karna anak saya baru berumur dua tahun jadi belum mengerti banget, cuman sekarang dia udah tahu, saya memberikan penejelasan sedini mungkin kalo saya tu gak mau ngumpet2 , saya beri penjelasan “ nak mama kerja dulu” walaupun dia cuek karna belmu mengerti, tapi saya berusaha kasih input trus, ketika jam segini saya pamit untuk kerja, ketika pulang pun jam segini yuk main sama mama. Jamnya sama mama dulu nih, jadi akhirnya dia mulai terbiasa walaupun dalam aktivitas dia main, tapi saya tetap pamitin, jadi dia tau kalo jam segini itu mungkin dirasa, mugnkin mamanya gak ada kalo jam segini(pulang) “mama mama” dia tahu jam segini mamanyadah pulang : Trus kalo sama anak berarti jam berapa ketemu? : Jam 5 dah nyampe rumahh : Dari suami ibuk sama anak, gimana? Kita tiap hari video callan,suami saya juga slalu sih, anak saya tidur atau bangun video call, atau lagi makan atau belum video callan, saya juga kok siang2 itu telfon mama tanya baru ngapain, kita punya wa grup keluargakan 151 P W P W P W P W P W sharing2, trus ada ponakan masing2 pada nanyain, jadi saya juga harus pada sharing2 kalo jam segini anak2 lagi begini, pada jam anak bobok, main, tetap terpantau sih : Setelah 9 tahun bekerja di bank bpd, ibuk merasakan ada perubahan pada diri ibuk? : Perubahan apa ni? Sifat sikap? : Ya sikap, ibu merasakan apa sebelum & setelah ibu bekerja : Sebenarnya makin kesini, makin dewasa menurut saya semakin bijak saya dalam menghadapi kehidupan, karna kita juga berinteraksi , bersosialisasi baik dalam lingkungan kerja, lingkungan sekitar, keluarga, lebih wise aja sih meurutku semakin kesini, apalaig dalam pekerjaan kita dituntut kerja tim, gak bisa egoisan, jadi semakin akan mempengaruhi, balik lagi ke diri kita : Terus buk, apakaah perencanaan karier yang ibu rencakan sesuai gak dengan yang ibuk rencanakan? : Ekspetasi saya ya..sebenarnya gak punya eskpetasi disini sih,, dulu kan saya di hukum, saya mau jadi lawyer, iya awal2, idelalisnya jadi mahasiswa, saya ikut pendidkan advokat, jadi semakin kesitu gak sesuai dengan pemikiran saya ideal saya, ternyata faktanya gak bisa seperti, itu yang membuat saya berputar arah, wahh keknya gak bisa nih saya jadi lawyer nih, akan susah saya untuk beradaptasi di lingkungan seperti itu, tuntutan jadi lawyer itu luar biasa tapi akhirnya balik ke pekerjaan saya yg sekarang, ini juga menjadi pilihan saya, yang pertama tadi saya udah cinta jogjanya, kedua setelah saya masuk disini itu, banyak ilmu sih yang saya dapat, saya suka input diri saya terhadap sesuatu yang positif, semakin banyak saya ditempatkan di posisi yang berbeda-beda, karna di bank itu kan sangat plural gak cuman orang ekonomi, disitu ada orang it bahkan teknik pun ada disini, bahasa pun ada disini, jadi saya merasa banyak sesuatu hal yang hanya fokus di satu bidang dan saya juga ikut audit gitu ya, itu ada bidangnya kredit, dana, tabungan, deposition, itu bukan bidang saya dan itu saya amat merasa input ke diri saya itu semakin baik. Kalo masalah karier atau jabatan yaa itu menjadi ekspetasi tapii yaa bonus lah buat saya, lebih ke bagaimana saya bisa memberikan value yang lebih lah terhadap diri saya dan itu akan saya yakini itu akan berdampak terhadap perusahaan saya, kalo saya semakin mampu dan saya pasti akan kembalikan lagi kemampuan saya untuk perusahaam saya, apa yang bisa saya beri.. : Apakah ibuk puas dengan pekerjaan yang ibuk jalani? : Alhamdulillah sihh, sejauh ini kepuasaanya 8 lah : Indikator 8 itu apa buk? : Haaa,, saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya anak, saya dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak masalah, saya mau ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa puas, mungkin kalo perusahaan lain saya gak tau yaa. Sejauh ini puas aja sih, antara kebutuhan saya sebagai seorang ibu saya harus mendidik saya seperti apa, membentuk karakter anak seperti apa, diantara saya sebagai istri 152 P W P W P W P W P W P W P W sebagaimana memenuhi kewajiban saya, sebagai anak tidak terbebani karena saya kerja, gak sama sekali. : Sejauh ini dari segala aspek puas ya buk? : Alhamdulillah sejauh ini karena saling support, tapi gak tau nanti hahaha Saya bisa masih bisa hidup balance antara saya dan keluarga, saya anak, saya dan orangtua, walaupun orangtua jauh. Saya mau cuti gak masalah, saya mau ambil hak-hak saya gak masalah, so far saya merasa puas Aaa saya sih merasa nyaman sih mas, kalo puas dalam arti pekerjaan saya sekarang, jujur karena pekerjaan saya sekarang ya saya merasa bahwa yaa maksud saya dengan pekrjaan yang saya emban sekarang dalam arti karier, saya merasa sudah cukuplah, karena saya supportingkan, gak yang kewajiban saya, dan di keluarga juga tidak menuntu banyak hal, Cukupp yaa cukuppp Kalo dari sisi gaji, saya nilai cukup kalo dari segi pembagian waktu sudah di arrange dengan baik, permasalahan saya dari senin sampai jumat di kantor, lebih banyak jam di kantor, tapi saya merasa kehidupan saya di luar kantor dalam arti keluarga bisa juga berkualitas gitu, gak hanya senang-senang di kantor, trus nanti tiba di rumah tinggal capeknyaa, gitu gak sih saya merasa juga sangat berkualitas juga, dari itu saya merasa cukupp.. : Perbandingan ibu ketika menjadi wanita karier dan ibu di rumah gimana bu? Misal ketika ibu s : Maksudnya perbandingan apa ni? : Misal ketika ibu selesai kerja, apa ibu membawa pekerjaan di rumah? : Dulu iyaa ya, ketika saya di pekerjaan yang lama, pekerjaan itu saya bawa di rumah, saya sebelumnya di cabang di analisis pengkreditan tapi saya dulu posisinya belum keluarga juga ya gak masalah, tapi sekarang jarang malah hampir gak pernah karna saya mau fokus ke anak saya, jam saya kualitasnya untuk anak saya juga. : Ibu merasa ada menemukan spesialisasi pekerjaan? : Kalo misal dari stuktural organisasi kita emang spesialisasi, satuan unit kerja internal itu spesialis, audit, dan kita pun langusng ke direktur utama, jadi dari situ bisa dibilang spesialis, jadi saya merasa spesialis ukurannya saya sudah bersertifikasi, lulus, sertifikasi macam2 dan itu bukan setiap orang bisa dapat, dan semua orang bisa. Saya memenuhi.. : Kalo untuk jabatan tertentu, harus ada ikut sertifikasi? : Yaa, di pojk dan pbi itu ada memang memberikan pedoman tentang ketentuan tentang sertifikasi seorang banker di bidang apa2, misal di treasury, manajemen resiko, dan lain2, tapi di auditor ia emang spesialsiasi auditor, kelebihannya ilmu-ilmu unit2 lain mereka harus menguasai, qualified, ketika mau audit unit lain, mereka harus menguasai. : Waktu cuti disni gimana buk? : 3 bulan : 3 bulannya gimana buk? : 1 bulan di awal, 2 bulan setelah lahir 153 Narasumber 2 : Buk Ani 15/4/2019 Pekerjaan : Staf IT Lama Bekerja : 9 tahun Anak : 1 Lokasi Bank BPD DIY P N P N P N P N P N P N P N P N P N : Assalamualaikum wr wb. Saya fajrin mau wawancara tentang work life balance wanita karier yang berkeluarga, bisa diperkenalkan dirinya mbak? : Nama saya Ani purnama, tanggal lahirnya 31 desember 1987, trus saya asli mangelang, trus kuliah di uii trus masuk sini sampai sekarang, udah bersuami anak 1, suami dinas ke Jakarta, nasib kita LDR nih, : Umur mbak sekarang berapa? : Aduhh berapa yaa, 31 dong : Apakah orangtua ada peran penting? : Pastinya nomorsatu, mereka yang support kita, doain kita, dari kuliah pun mereka yang membiayain kita, sampai sekarang pun itu berkat orang tua : Mbak, kenapa mau menjadi wanita karier? : Kenapa yaa? Pilihannya paling bisa membantu suami, trus kita walaupun udah berkeluarga, biaya hidup itu yang nanggung suami, aku sendiri itu istilahnya apa2 biar bisa beli sendiri gitu lo, tanpa tergantung pada suami. Trus untuk pengalaman juga sihh.. : Udah berapa lama di bank BPD ini? : Berapa ya,, udah mau hampir 9 tahun : Respon keluarga terhadap pekerjaan mbak? ; Senang dong, apalagi kan orang-orang kan melihat kerja di bank itu yaa gitu kan, wahh enak kerja di bank,dibandingkan pekerjaan yang lain maksdunya, kita liat dari penampilan harus bagus kan ada yang seperti itu, tapi semuanya balik ke dirinya masing2 apa namanya, gak cuma di bank dong, tempat lain juga gitu. : Gimana mbak dalam memaknai perkerjaaan ? : Hmmmm jadiin pengalaman aja, sebenarnya tu cewek gak wajib kerja, yang wajib tu suami. Kalo saya sebagai pengalaman aja, ya pengalaman aja sih,, ya tambah2 dan gak dipungkirin kerjanya buat nambah-nambah biaya hidup : Trus sekarang ibuk bekerja sebagai apa ? : Sebagai officer divis TI nyambung kan : Hal apa yang membuat ibuk bisa menjabat sebagai pekerjaan sekarang? : Dulu aku kan masuk sini gak langsung, tapi outsourcing, kana ada lowongan dari BPDnya sendiri ada juga dari outsourcing, nah aku dulu di outsourcing berapa tahun, trus baru masuk di kontrak administrasi, kemudian kontrak officer. Bisa sampai di kontrak officer itu menurutku memang diliat dari kontribusi kitaudah kerja disini dari outsourcing beberapa tahun, mungkin dari banknya mungkin dari pada nyari orang lain di luar kan ada tahap2 nya tu, “kamu mau gak udah gak outsourcing tapi harus lulus tes dulu, kalo lulus keterima kalo nggak ya nggak” kayak gitu. 154 P N P N P N P N P N P N P N P N P N Mungkin emang udah di tes, mungkin udah lama pengalaman disini, trus masuk jadi kontrak officer sekarang. : Berarti ibuk merintis karier dari outsourcing? : Iya dari outsourcing.. : Trus yang ibu harapkan dari perusahaan? : Semoga semakin maju, produk-produk di bank lebih banyak, dan selangkah lebih maju dari bank-bank yang lain, dan mensejahterakan pegawainya : Faktor yang mendukung ibu menjadi wanita karier? : Yaa diri sendiri, keluarga. Kalo bukan dari diri sendiri gak pengen jadi wanita karier, yaa tetap aja gak jalan. : Pendapat ibu terhadap wanita karier? : Hebatt! Hahaha ibu rumah tangga aja juga hebat, wanita karier juga hebat dua-duanya juga hebat. Tapi wanita karier itu mau gak mau harus bisa jadi ibu rumah tangga juga bisa, kerja jga bisa dua2nya harus bisa. Kalo ibu rumah tangga kan 100% jadi ibu rumah tangga, kalo ini kan harus jalan walaupun harus ada yang harus dipriotasin. Apalagi aku LDR kan, apalagi sendiri, apa2 harus mandiri, itu sihhh.. : Tanggapan ibu terhadapap ibu rumah tangga? : Itu juga hebat, apa yaa, maksudnya gini, dua-duanya hebat. Wanita karier ada dua pekerjaan yang harus dijalani, kalo ibu rumah tangga ia full ke rumahnya. Kalo wanita karier mirip suami pekerjaan sama anak, kalo ibu rumah tangaa fokus ke anak dan rumah ya, sama2 hebat sih Karna kalo ngerasain pas aku gak kerja di rumah, dan ngurusin anak tu begini ya, ngurusin rumah gak segampang, dan gak teori aja. : Apakah karier yang ibu dapatkan proses dari usaha ibuk sendiri atau menunggu dari atasan? : Kalo aku lebih menunggu panggilan dari atasan karena itu salah satu faktor aku bisa jalan sampai aku lulus tes, sampai jadi kontrak officer, karena panggilan dari atasan jadi kita tetap gak bisa kita jadi apa namanya harus tes dulu, harus ada panggilan dari sdm dari atasan, kamu ikut ini yaa, jadi beliau yang membimbing kami “kamu ikut ini mbak biar bisa punya jenjang karier yang lebih bagus. Trus kalo dari diri sendiri sih dari minat dari diri sendiri sih, karna ditanya kamu minat gak, Yaaa : Mbak dekat gak sama atasan? : Dekat maksudnya? Yaa dekatlah..Kan adakan dekat yang gimana gitu kan..hahahaha : Yaa dekat yang begitulah, yang proposional, menurut mbak berpengaruh juga gak mbak? : Adaaa : Berapa lama waktu yang mbak butuhkan dalam mengerjakan suatu pekerjaan mbak? : Tergantung sih , tergantung deadline jugaa, mungkin kalo aku tu pekerjaannya lebih berhubungan dengan cabang tau kan aku divisi TI, divisi TI kelompoknya kan ada beberapa, aku di operasional, operasional itu 155 P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P berhubungan dengan cabang, kalo dengan cabang itu kan aku sebagai pihak bantu cabang untuk misal ada cabang yang orang2 cabang nya kaya teller, kayak cs, orang2 cabang yang minta support ke divisi ke kelompokku jadi aku di pekerjaan itu, saya rasa ya pekerjaan itu harus selesai hari itu juga. : Jadi sering lembur yaa mbakk : Hmmmmm : Sering bangett? : Ini yaa, apa namanyaa, normal yaa kan bank tergantung, kayak teller, cs, kalo misal ada selilisih semakin lama, semakin lama, semakin lama. Normalnya yaa jam 10 baru pulang : Berarti sering lembur pulang malam ya mbak : Iyaa, seminggu bisa 2-3 kali, karna itukan piketan sama temanku.. : Jadi dalam seminggu itu bisa lembur trus dong?karna piketan.. : Hu umm hum iyaa : Mbak itu kerjanya input dari cabang trs masukin lagi ya? : Aku di divisi TI itu kayak ini, dari bank cabang itu selesai kayak teller itu udah selesai gak ada selisih, sudah tutup cabang, baru kita kayak proses yang artinya mem backup transaksi itu seharian. : Waktu lembur itu dibayar ? : Dibayar.. : Trus mbak,, apa ada niat untuk meningkatan karier : Adaa : Kenapa mbak? : Meningkatin karier itu apa ya..kalo dari sisi gaji pasti naik,jelaslah karena ketika gaji kita gede, tekanan juga gede, pasti resiko juga gede, juga pengalaman juga sihh.. : Kira2 latar belakang pendidikan juga menjadi faktor penunjang gak mbak? : Ohh iyaa, kalo s2 lebih masuk ke kepegawaian yang lebih berpengalaman, kalo s1 fresh graduate itu kan mulai dari bawah, kalo s2 lebih ke pekerjaan lebih tinggi gitu.. : Dinamika karier yang mbak alami apa aja? : Ya pekerjaan sebagai penunjang karier iyaa, juga keluarga iyaa : Bagaimana mbak menjalankan tugas2 yang diberikan perusahaan? : Menjalankan sebaik mungkin, kalo gak bisa minta tlong sama teman, kan gak musti sendiri, kalo gak bisa minta tlong ke teman, kadang ke senior, pimpinan,, kalo gak tau pimpinan bantuin.. : Dari kerjaan mbak, dampak yang dirasakakan sama keluarga? : Dari kerjaan buat keluarga? Negative atau positifnya nihh..? : Yang mbak rasakan ajaaa : Ada negatifnya juga sihh,,kan aku pulang malem, kan quality timenya sama anak sama anak ya jauhh, kalo suami anak berkuarang ya karna pulangnya malam kayak gitu , positifnya yaa pengalaman sama dapat uang hahaha : Trus mbak , anaknya umurnya berapa? : 3 tahun.. : Tanggapan suami terhadap pekerjaan mbak gimana mbak? 156 N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P : Yaa, pasti mendukung, kalo suami istri bekerja pasti terbantulah, lebih terbantu, cuman kalo pulang malam, dia gak complain sih, tapi kasihan karna cewek pulang malam , paling kayak gitu sih, cuman bilang kok pulang malam sih. Tapi ya tetap dijalani, dinikmatin aja : Anak pernah complain gak mbak? : Anakk.. anak dah bisa complain : Komplainnya gimana ya mbak? : Ini umur berapa yaa, ini anak ku umur segini udah bisa complain… ini belum 3 tahun udah kayak orang gede, dia bisa ngomong kayak gini, ngomongnya gini,, bunda kok kerja terus sih, gak usah kerja… lah trus siapa yang kerja ? ayahhh umur segini kok dah bisa yaa.. jadii yaaa gituu : Suami sering kasih masukan gak mbak? : Suami iyaa..pastinya,. apalagi kalo istri curhat yaa, masukan pasti iyaa yaa dari kita curhat itu haha :Berapa lama waktu yang mbak habiskan sama keluarga : Berapa yaa, tidur termasuk iyaa nggak ? berapa lama yaa..seminggu yaa, sama anak paling sampe rumah paling jam 7, jam 7 nanti nanti jam 9 dah tidur, dua jam tu, sehari paling 2 jam sama anak,ka kalo pagi dah bangun kalo sama suami sabtu minggu dong, berarti 2x24 jam, 2 jam kali 5, 10 jam : Trus kalo weekend gmana mbak? Suami pulang? : Suami tiap minggu pulang, naik kereta, dia kesini sabtu, kalo weekend pasti pergi, pasti jalan2 tu, sebenarnya aku maunya di rumah, yaudah di rumah istirahat gitu lo, kan baru kerja, kalo suami kan dia udah kerja maunya disinikan jalan,jalann anaknya juga senengkan ; Kalo mbak kerja, anak gimana? : Anak ada pembantunyaa.. : Trus kalo anak ada apa2 gimana mbak? : Aku langsung pulang? : Dari apanya dijinin mbak? : Pasti Diijinin..kalo ada apa2 kan, pembantuku telfon, dia bilang ini anakya panas, langsung dah yang termo, ini ini inii, kalo nanti emg masih panas banget, aku langsung pulang, Alhamdulillah atasanku peduli banget sihh tentang keluarga, apalagi aku cewekan aku disni, tapi kalo yang suamikan masih ada ibuknya.. : Suami, LDR,pemindahan tugas gitu juga mbak di jakarta?? : Di Jakarta..Tadinya kan dia dulu di mirota bringharjo, skarang dia pindah pns di Jakarta di dpatk : Itu berapa tahun kira2 mbak? : Disana tu, kontraknya 3 tahunn, tapi katanya kalo udah 3 tahun boleh di mutasi katanya tapi tergantung keperluan dia.. : Gimana rasanya ldr mbak? : Gak enakk.. : Berpengaruh mbak? 157 N P N P N P N P N P N P N P N P N P N : Berpengaruh, kalo ditanya ldr tu gak enak, kan baru 1 tahun ini ya, termasuk baru, mungki orang yg terbiasa LDR tu kan, mungkin biasalah, karna aku dulu terbiasa bareng2, trus ini dia jauh emang gak enak, kayak komunikasi berkurang, apa2 sendiri, suami apa2 gak bisa bantuin, bantunya Cuma support dong, komunikasi. : Ada konflik2 gtu gak mbak? Setelah suami pindah? : Gak, malah lebih konflik kalo ada disini, wahh curhatt, ternyata kalo ketemu disini setiap hari disni konflik tu lebih gede dari jauh2an, kalo jauh2an tu mgkkin kalo ngomong lewat telfon, ngomong lewat wa, video call mgkin gak bebas jadi kalo misalnya konflik atau apa itu ngobrolnya lebih enak ngomongnya langsung, jadi kalo jauh2an ini konflik itu lebih kecil karna kita gak ngomong langsung lwat hp, nanti ngomongnya pas ketemu langsung, kebetulan tipe suamiku kyk gitu, kalo ngomong gak usah di hape atau gak usah cerita disini, soalnya nanti salah tangkap bisa..kadang suara dan kalimat kita bisa berbeda arti.. : Kalo ada pekerjaan mbak berbentrokan sama keluarga, prioritas mbak yang mana mbak? : Prioritasnya harusnya keluarga, harusnya, cuman kadang memang disini kadang ada ngambill weekend sabtu-minggu ngambil tetap ada acara kantor yang dituntu harus datang gitu loo : Mbak sering stress gak mbak? : Awal2 iyaa, trus lama2 nggak, aku gak nyangka kerja disni tu awalnya kerjanya sampe malam, trus emang awal kalo kerja tu syaratnya2 gini gini,, yaa iyaainn karna mau kerja, trus dijalanin sihh, awalnya stress sihh dan juga capek, apalagi untuk perempuan, trs hamil lahirin, cuti trs masuk 2 bulan, kan 3 bulan kan maksimaln cutinya, trus masuk, yaa stressnya tu bagi waktunya sih, antara menyusui trus perempuan pumping asi, pekerjaan, balik rumah ngurus anak lagi gitu ajasihh ,skarang udah gak sih, anak dah kerjaa… paling pulang malam juga ada pengaruh jugakan :Mbak ada me time gak? : Me time? Adaa.. adaa tapi gak banget2, : Mba me time ngapain aja? : Facial , hahha : Ohh ke salon yaa.. : Map yaa main hp di toilet samil gitu itu udah me time gituu : Kalo lelah, sering lelah? : Kalo lelah iyaaa, pasti iyaa, tapi namanya juga orangtua punya anak, lelah kalo sampai rumah lelahnya hilang, karna ada anak kecil yang ngalihin gitu capeknya.. : Waktu tidur mbak gmana? : Waktu tidur? Maksdunya cukup, atau ngaak atau begadang.. : Kan pulangnya malam, trus sampai rumah begadang lagi nggak? : Kadang begadang,, yaa justru abis lahirin itu mesti begadang kalo anak kecil bayi pasti ajak begadang kan,,bangun2 gantiin popok, minum susu, tapi lama2 karna udah gede2 udah gak terlalu ajak begadang, paling ajak begadang pas dia lagi rewel, pas dia lagi sakit, biasanya kita biasanya kerja, 158 P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P malamnya dia rewel karna demam, kan biasanya kalo orang demam tu kan nangis2 gitu, trus di malam hari tu lebih tinggi dari pada siang.. : Trus apakah pekerjaan sering mempengaruhi keluarga gk mbak? : Hmmm kalo pas lembur aja sihhh,,kalo selain itu gak , karna emang jam kerja itu dari jam setengah 8 itu sampai setengah 5 setelah itu kan waktunya kita pulang yaudah Cuma pas lembur ajaa jadi makan waktunya itu.. : Trus mbakk, kalo acara kantor weekend itu di bank yang wajibin karyawan datang mempengaruhi gak mbak? : Ohh yaa mempengaruhi banget, kalo ldr gini kan, ketemunya Cuma sabtudoang, kalo di tambah acara kantor kan ngurangin kualiti timenya keluarga jga sih : Tapi kalo di bank emang sering ngadain acara2 gtu yaa mbak : Sekarang2 ini lagi jarang sih..tapi kalo dulu iyaa sering , kalo disni dulu yaa jalan sehat dulu, acaranya beda2 yaa,,kalo tahun ini apa, tahun depannya apa kayak gitu sih.. : Setahun itu ada berapa kali mbak? : Berapa yaa..2, 3 kali : Gimana hubungan mbak dengan masyarakt sekitar? : Masyarakat di rumahku? : Iyaa mbakk : Hmmm baikk..bersosialisasi baik, trus apa yaa.. : Ini rumahnya gimana mbak rumah lama atau gimana.. : Setelah menikah, baru ada, trus perumahan, mungkin kalo perumahan sama rumah di apa ya namanya yg gak perumahan yang kayak di kampung kayak gitu beda yaa, kalo perumahan itu induvidu, sendiri-sendiri trus tutup pintu, sepi sepi sepi,cuman tergantung lingkungan masing-masing ya seperti itu..tapi di lingkungan sih enak-enak aja, gak see,,mungkin perumaha yang levelnya bagus-bagus kali, yang induvidu yang bener-bener ketutup , yg secure banget, tapi kalo di perumahanku kan biasa-biasa aja, sama kayak di kampong-kampung, orang2nya lebih terbuka, kayak saudara, diperumahanku gitu sih, enak-enak ajaa.. : Sering ikut acara perumahan gak ya mbak? : Iyaaa,ada : Acara apa aja ya mbak?? : Arisan perumahan, kebetulan perumahanku itu satu RT ama kampung, jadi ikut acara RT juga, ada juga gathering=gathering gitu,. : Berarti mbak serumah bertiga? : Serumah iyaa bertiga, kalo suamiku di Jakarta iya, aku sama anakku, sama pembantuku.. : Setelah mbak kerja 8 tahun ini, ada perubahan terhadap diri mbak? :Adaa, perubahannya semakin tuaa hahaha, kerja gak kerja semakin tua, perubahannya mungkin lebih pengalaman, ilmu, trus lebih banyak pengalaman terus yaa itu sihh :Kendala karier gimana mbak? 159 N P N P N P N P N P N P N P N P N P N P N :Menurutku, ga ada yaa, kayak tunggu waktu ajaa yaa, karna disini ada aturannya kalo misal dari outsourcing, kontrak, trs jadi pegawai tetap, diliat dari berapa tahun berapa tahun tergantung progressnya ajaa … : Jadi udah delapan taun itu udah pengalaman kerja tapi kok belum dijadiin pegawai tetap :Jadi punyaku kayak tergantung ya, kan ada masuk langsung di bpd trus gak lewat outsourcing, kalo aku kan dari outsourcning, beberapa tahun trus ada kontrak adminstrasi jadi apa namanya memang sendiri-sendiri sihh kan kalo disini memang langsung dari bpd memang selangkah lebih maju dari outsourcing, outsourcing memang langsung dari outsourcing dulu, baru masuk ke BPD kalo ini emang langusng masuk BPD jadi lebih lama masuk di outsourcing dari pada BPD. Kalo di bpd kan punya aturan 3 tahun kontrak baru jadi tetap ,aku baru aja kontrak di 3 tahun ini, tahun ini insyaallah tetap :Aaminn, semoga bisa : Aaminn, tapi harus tes dulu, sama aja hahahaa : Mbak masuk outsource langsung di IT nya atau gimana mbak? : Iya langsung IT, karna kan keperluan sendiri-sendiri sih : Kira-kria perencanaan karier mbak tu sesuai gak dengan yang mbak rencanakan? : Hmmm sebenarnya gak sesuai, cuman memang lebih ke takdir aja memang begini, maksdunya dalam arti harus ke outsourcing dulu, kan maksdnya ada yang langsung ke bpd, maksdunya gini gak haruslah lewat outsourcing dulu karna lewat outsourcing emang lebih lama jadi apa yaa kita benar-benar di kontrak di bpd butuh waktu dan tahapnya memang seperti itu, kalo di bpd kan memang tesnya jalurnya ikut di bpd ya gitu sih, cuman jadi lebih tau pengalaman sih kalo outsourcing tu harus kayak gini, mungkin kalo dari bpd kan oo ada yaa jalur outsourcing , kan orang gak tau kan kalo gak dijalanin dulu Trus perkemabangan karier mbak gimana? Perkembangan kariernya, yaa kalo bagus apa nggak tergantung orang sih, cuman ya menurutku berkembang, karena dari outsoucing sampai sekarang ini butuh waktu butuh perjuangan.. :Kira mbak puas gak dengan pekerjaan mbak? :Puass : Indikator puasnya?? : Indikator puasnya, menyelesaikan pekerjaan itu dengan tepat waktu, gitu aja sih : Kalo dengan keluarga? : Hmmmm kepuasan keluarga ngelihat ke pekerjaanku? : Pekerjaan mbak itu trus mbak dengan keluarga tu kira-kira puas gak? : Yaa puas, : Kenapa mbak? : Aaa, kalo dengan keluarga tu gini, kalo misal kita puas dengan pekerjaan ototmatis kita bekerja dengan baik disini, disini ada penilaian kinerja masing-masing pegawai, penilaian kinerja masing-masing pegawai itu diliat dari pekerjaan kita itu selesai apa enggak kalo nilainya memang bagus 160 P N P N P N P N P N P N P N P memang baik kayak gitu otomatis kita ibarat apa ya gak dapat teguran dan diterusin disini, dan dari segi gaji pun kita penuh gitu lo, misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke keluraga beliin anak makan, kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami.. : Hmmm trus sikap terhadap peran ganda mbak sebagai wanita karier dan ibu keluarga? : Yaaa melakukannya sebaik mungkin, walaupun memang prioritas otomatis ini yaa dari pada anak tapi ada saat dimana memang prioritasin anak dari pada ini, sama aja sih di bolak balik, hmmm nyikapinnya selain itu, sebisa mungkin apa yaa kan ada wanita karier bodo amat sama anaknya dia lebih mementingkan kariernya, menamatkan pendidikan sampai s2 sampai s3 trus kadang anaknya gak keurus trus kadang ada juga yang setelahkerja main sama temannya dan kadang ada kayak gitu kan anaknya dibiarin ajalah bisa sama bapaknya sama neneknya bisa sama pembantunya kan kayak gitu, aku nyikapinnya jgan sampai kayak gitu, gimana pun caranya gimana biar balance : Kebijakan perusahaan waktu cuti krang gak mbak? : Iyaa kurangg, kuranglah pasti :Dalam teori kurang , luar negeri malah 6 bulan :Eh katanyaa,, eh dengar-dengar tapi dah lama banget , pemerintah ada kayak mau rencana berapa taun nambah waktu cuti sama termasuk suami yang katanya boleh dapat cuti istri melahrikan.. kan selama ini gak ada aturannya kan.. : Tapi di perusahaan lain udah ada lo mbakk : Dimana? Ohh iyaa yaa?, berapa lama? : Sebulan.. : lumayan tu..kan kalo sekarang tergantung sih, ada perusahaan ada dapat cuti istri melahirikan itu diluar cuti tahunan , cuti tahunan kan 12 kali, nah diluar itu 5 kali,,klo sebulan bagus tu :Kalo di bank BPD untuk pegawai laki-laki gimana mbak? : Setauku gk adaa… : Jadi atasan mbak tu mengerti dengan keadaan sdmnya mbak? : Mengerti.. : Okee mbakkk,paling itu aja dari fajrin mbak..makasih mbak Narasumber 3 : Buk Kristin 26/4/2019 Pekerjaan : Staf Audit Lama bekerja : 18 tahun Anak : 2 P K P : Assalamualaikum buk, nama saya fajrin dari manajemen UII 15, hari ini mau wawancara tentang work life balance wanita karier, sebelumnya boleh memperkenalkan diri buk? : Nama saya Kristin Basri, kerja di BPD DIY di bagian front liner ; Sekarang umur berapa buk? 161 K P K P K P k p K P K P K P K P K P K P K P K P K P K P K P : Usia sekarang 44 : Ohya buk, untuk sebelumnya kenapa ibu mau menjadi wanita karier buk? : Hehehe apa yaa mas, karna dari kecil sudah pengen kerja,,jadinya yaa sudah pilihan.. ; Jadi dalam diri ibu sendiri yaa buk? : iyaa iyaaa : Kalo dari keluarga ada dukungan gitu gak buk? ; Mungkin kalo dari keluarga ayah ibu dulu memang mengarahkan memang bekerja, trus sekarang keluarga juga gak menuntut tapi menerima saya bekerja.. : Dari umur berapa ibuk menjalani karier buk? : dari usia berpa yaa, dari tahun 98, berarti umur 23 : Latar belakang ibuk dulu? : s1 : Ibu langsung kerja di BPD ? : nggak, sebelumnya tidak disni, sbelumnya di public Accounter, disana dua tahun baru pindah kesini : Di bank BPD ini dari tahun berapa ibuk bekerja? : dari tahun 2000, berarti 19 tahun : udah lama yaa bukk,,, berarti ibuk bekerja sekerang sebagai front liner ya buk.. : iyaa : Trus buk, ibuk dalam memaknai pekerjaan ibuk gimana ya buk? ; apaa yaa.. yang namanya bekerja itukan memang udah pilihan saya, berarti saya harus bekerja dengan baik, memberikan sumbangan apa kemampuan saya di perusahaan : bagaimana ibuk merintis karier dari awal : dari awal maksudnya? : bisa diceritain gak buk, dari awal ibuk bekerja di public akuntan,.trus pindah ke bpd : iya, saya public akuntan, trus saya selama berapa tahun yaa.. 3 tahun saya masuk menjadi account officer, kemudian ada tugas rotasi menjadi auditor selama 7 tahun, kemudianpindah lagi menjadi kontrol internal cabang itu selama 2010 – 2015 berarti itu 5 tahun..kemudian pindah lagi menjadi penyelia pelayanan di cabang wates itu 2 tahun, trus pindah lagi ke penyelia cabang utama satu tahun.. : Trus tadi apa buk,, penyelia apa buk? : Penyelia layananan,2 tahun di wates, 1 tahun di cabang utama : Ohh ini tahun pertama.. : iyaa iyaaa : Sebelumnya di wates semua buk? : iyaa iyaa : kira2 hal apa yang membuat ibu bisa seperti ini? 162 K P K P K P K P K P K P K P K P K P K P K : hiyaa..yang pasti kita kerja di bank, banker itu yang harus kita jaga itu integritas kita, disini tu godaan sangat banyak, kesempatan itu sangat terbuka, tapi yang namanya integritas itu kita jaga, kita harus apa yaa,,missal itu bukan milik kita yaa tidak kita ambil, kita memberikan yang terbaik untuk perusahaan.. : Ini godaan apa yang dimaksud buk? ; hmm di bank itu kan kesempatan untk melakukan kecurangan itu kan besar , kita tiap hari melihat uang yang banyak itu kan menggoda, tapi itu kan bukan prinsip hidup kita.. : Berarti menurut ibuk.. : Kejujuran dan integritas..iyaaa : Berarti ibuk menjadi wanita karier bedasarakan keinginan diri ibuk sendiri yaa.. : Iyaaa..iya : trus ibuk apa yang ibu harapkan dari perusahaan? : kalo perusahaan yaa,.paling nggak, bisa memberikan tempat yang nyaman untuk bekerjaa.. : Menurut ibuk perusahaan udah memberikan hal tersebut? : udahh… udahhh, kalo belumm udah keluar hehehehe : faktor pendukung ibuk menjadi wanita karier apa yabuk? : Faktor pendukungnyaa.. apa yaa… ya mungkin karna waktu kita kecil itu karna dengan kondisi keterbatasan ekonomi kali yaa,, jadi penginnya kita bisa lebih baik dari sebelumnya.. : Berarti faktornya dari diri sendiri yaa buk? : Iyaa.. : Jadi menurut ibu, wanita karier itu seperti apa? :Sebenarnya wanita karier itu sangat berat kalo sebenarnya untuk…kalo yang saya rasakan saat ini..kalo sebelumnya2 sih saya enjoy ajaa,, maksudnya tetap bekerja ya bekerjaa, sampai malam yaa sampai malam..kita lalui karna itu udah pilihan kita,, Cuman kalo untuk saat ini hee saya sudah merasakan ternayata memang berat,, karena berat apa? Karena kita harus mencari yaa bisa dibilang kita mencari penghasilan, bisa dibilang mencari nafkah..gitukan meskipun itu nafkahnya buat siapa aja sih kita kan juga gak tau, bisa buat diri sendiri..tapi jam kerjanya juga sudah lama, dari pagi sampai sore sampai malam itu jugakan sudah melelahkan, sampai rumah kan masih ngurus keluarga masih harus mengurus rumah, itu yang terasa berat, mungkin idelanya pada akhirnya saya menyadari idealnya wanita itu harusnya mengurus rumah tangga, membesarkan dan mendidik anak.. : berarti berat yaa buk.. : beratt hehe tapi mau gimana lagi sudah pilihan.. : kalo pendapat ibu tentang ibu rumah tangga? ; kalo ibu rumah tangga itu yaa berat juga karena kalo wanita karier itu kan bisa menambah penghasilan keluarga, kalo hanya di 163 P K P keluarga hanya suami aja memang agak berat dan ibu rumah tangga itu harus pintar memanage keuangan, harus pintar memanage, yang pasti mendidik anak dan mendampingi keluarga itu lebih apa yaa, lebih banyak, lebih terjamin kualitas kehidupan keluarganya lebih terjamin, pendidikannya nanti anak-anaknya lebih pintar lebih bagus yang pasti itu.. : trus ibuk apakah karier ibuk yang dapatkan ini adalah proses dari ibu sendiri atau menunggu panggilan atasan? : atau menunggu panggilan atasan? P : panggilan atasan..misal ibu pindah kesini atau naik ke jabatan ini itu dari atasan atau.. : dari atasan..yaa maksudnya dari pada akhirnya dari atasan, tapi untuk mencapai itu, itu akan ditentukan oleh diri kita sendiri..bagaimana kualitas kerja kita tanggung jawa kita terhadap pekerjaan itu, akhirnya yang akan mengarahkan menuju kesitu itu ya hasil pekerjaan kita, usaha kita,pada akhirnya nanti atasan akan melihat itu karena efek dari hasil pekerjaan kita.. : kira-kira ibuk dekat dengan atasan? K : dekat.. P : kira-kira peran atasan ini berpengaruh gak buat ibu.. K : yaa berpengaruh.. P : berpengaruh gimana buk? K : yaaa yang namanya hubungan antar personal eee dalam bekerja itu kan emang harus kita jaga, apa yaa.. yang pasti hubungan memang harus baik iya kan.. kalo tidak baik menurut saya tidak mendukung,, iya gak sih,,hahaha ya emang harus baik dengan atasan dengan rekan kerja kita itu juga kerja sama juga harus baik bagaimana nanti tujuan akhir yang mau dituju, tujuan perusahaan tujuan unit kerja itu bisa dicapai dengan baik, kondusif gitu kan : trus bu aa.. kira-kira ibu ada rencana mau ningkatin karier gak? K P K K : kalo saya sih sebenarnya saya tidak terlalu beramibisi itu gak, tidak ingin harus begini-begini begitu nggak, harus mencapai dalam waktu berapa tahun harus mencapai posisi tertentu itu nggak, yang pasti kalo saya dari diri kita memberikan hasil kerja yang terbaik aja, untuk urusan hasil atau apa udah kita serahkan sama yang diatas yang menentukan mungkin lewat atasan atau manajemen itu aja.. : di awal gimana ibuk awal masuk bank bpd ibu bekerja sebagai apa buk? : Account Offcer.. P : itu kontrak dulu ya bukk. P 164 K : kontrak duluu, kontrak 3 tahun, lalu diangkat jadi pegawai.. P K P : habis itu diangkat jadi pegawai..3 tahun ya buk :iyaa : Menurut ibu itu peningkatan karier yaa buk.. K P : iyaaa : ibu di bank BPD udah 18 tahun ya bukk, kira-kira Ibu merasa ada spesialisasi pekerjaan gak buk? : hmm 18 tahun.. spesialisasi sayaa,, hmm nggak juga, karena saya awalnya di marketing, kemudian di auditor, kemudian di front liner.. : nggak ada ya buk,, trus dari pekerjaan yang ibuk jalani ini kendala yang ibu alami ini apa aja yaa buk. : Kendala,. Apa ya mas? Yaa paling hehehe kalo ada kejadian2 di luar kendali kita, maksudnya dari eksternal gitu, yang kita tidak bisa menyelesaikan, di luar kendali kita, kontrol kita, tidak bisa, akhirnya dapat mempengaruhi pelayanan kepada masyarakat, ada kebijakan dari luar yang mempengaruhi berjalannya pelayanan ke nasabah, bisa pemerintah, bisa kolega.. : Kalo kendala sama keluarga buk? K P K P K P : kalo keluarga apa ya,, soalnya keluarga saya mendukung sih, tidak terlalu bermasalah, sudah terkondisikan , tidak ada keberatan-keberatan di dalam keluarga, Cuma mungkin hasilnya di keluarga itu tidak terlalu bagus misalnya anak prestasinya kurang bagus itu kan karena konsekuensi dari saya bekerja begitu.. : ibu bekerja dari jam berapa buk? K : saya bekerja jam 7 P : jam 7 ? bukannya jam setengh 8 K P : setengah 8 harus siap di depan, kalo yang lain mungkin memang teman2 yg lain jam setengah 8, kalo saya jam 7 : jam 7 sampai jam berapa buk? K : sampai jam 5 P : berarti melewati waktu jam kerja yaa.. K : 8 jam ya, iyyaa.. P : ibuk sering lembur gak buk? K : Lembur? Sering P : dari seminggu, ehh sebulan berapa kali? K : 5 kali dalam sebulan, sedikit kan? P : Banyak hahaha, trus tanggapan suami gimana buk? 165 K P : ya gak papa, kan dari awal udah komitmen sama2 bisa jalan bersama : suami juga kerja buk? K : kerja..di sebuah BUMD P : berarti ibuk tinggal di.. K ; Di kulon progo, pengasihh.. P : pernah konflik sama suami gak yaa buk? K : kalo konflik ya pernah.. P : kalo konflik terhadap pekerjaan ibu. K : hmm gak, kalo masalah pekerjaan ngga… P : kalo ibuk lembur respon suami gimana? K : yaa gak papa, malah jemput jugaa… P : ibu lembur sampai jam berapa ? K P : saya tu kalo lembur sampai pagi lo mas,..kalo akhir tahun bisa sampai subuh, kalo akhir bulan itu misalnya saya sampai rumah sampai jam 10, 11 malam, nanti jam 4 pagi saya berangkat ke kantor lagi ada yang harus diselesaikan,,atau jam 1 malem berangkat lagi juga pernah, yaa dijemput dianter juga.. : Kalo ibu pergi dianter? K : gak tentu, kadang berangkat sendiri, kadang kalo searah bareng.. P : berarti kalo konflik dengan suami gak ada yaa buk.. K P : relatif tidak adaa,, ya yang kecil-kecil biasalah, sama teman aja juga, tapi bisa diselesasikan.. kalo konflik mah, yaa urusan rumah, bukan urusan kantor, kita selesai, tidak mencampuri karna sudah sama-sama menyadari.. : berarti kalo untuk pekerjaan itu gak ada konflik yaa buk.. k : hmm nggak.. P : tapi suami pernah ngeluh gak dengan pekerjaan ibuk? K : nggak..nggak pernah hehehe P : kalo memberi masukan buk.. K : nggak pernah,, tapi dikit-dikit mungkin adaa,, misalnya kalo saya awal baru itu di dunia marketing itu gak terlalu menguasai trus saya cerita, kalo suami agak tahu marketing gitu yaa,, yaudah ajarin aja, ohh gituu ya, yaudah saling melengkapi,, gitu aja hehehe 166 P ; ibuk , anak gimana buk? K : anak,, bisa menerima, karena sejak kecil sudah ditinggal gitu.. P : anak ada berapa buk? K : 2, pertama SMA, kedua SMP, soalnya kalo kita aa otoh mas, kalo harian ini emang full day, kalo libur yaudah waktu itu yaa buat keluarga.. : trus buk, dari pekerjaan ibuk sering ibuk bawa ke rumah.. P K P : kadang-kadang..tapi posisinya di rumah juga jarang, soalnya saya sampai rumah juga udah malam, berangkat lagi juga udah gak sempat juga nyelesein di rumah : itu anak kalo dah malam gimana buk? K : hahaah udah terawat dengan sendirinya, gak papa , udah gede.. P ; Kalo waktu kecil gimana buk? K : Ada saudara.. P : Anak pernah ada keluhan gak buk? K : nggak, anak saya itu waktu kecil malah kalo saya gak kerjai tu malah disuruh ibuk kerja aja haahah kelainann yaa..kalo dibilang : dampak ibu bekerja terhadap keluarga gimana buk? P K P : dampak ya.. kalo dari sisi ekonomi mungkin bisa menyangga, tapi kalo dari sis kedekatan mungin bisa deket tapi gak bisa full, gak bisa seharian bersama, bisa dialokasikan waktu di hari sabtu dan minggu.. : Respon anak berarti mendukung yaa buk.. K : mendukung, karena sudah terkondisikan P : Respon ibu sendiri terhadap anak.. K : Terima kasih sudah mau mengerti.. P P : Misalnya ketika jadwal kerja ibuk berbentrokan dengan keluarga, prioritas mana yang ibu dahulukan.. : Tergantung, kalo misal keluarga bisa ditunda, kadang-kadang jadwal keluarga itu bisa ditunda, nah kepentingan kantor kita dahulukan yang kantor, kadang keluarga pada saat hari libur itu kan dia juga diajak ikut terlibat kegiatan di kantor juga tetap diajak, tapi kalo misalnya dalam hal-hal pertemuan keluarga yang penting dan harus itukan berarti yang kantor kita minta izin pun juga bisa… mana yang kita cari mana yang penting.. : ibuk sering strees gak buk? K : nggak.. K 167 P : Kalo lelah buk? K P : yaa lelah itu dipakai buat istirahat..besok paginya udah nggak lagi.. : Trus ibuk juga lembur, sabtu juga kerja gak buk? K : Kadang-kadang, mungkin 2 mingggu sekali.. P : Trus ibu ada waktu untuk diri sendiri gak buk? K P : me time ?hahaha Jarang, nah itu kelemahannya itu gak punya me time : Hubungan ibuk dengan masyarakat sekitar gimana?.. K : Kurang… P : Kurangnya gimana ya buk? K : kurang deketnya,, kalo ada kegiatan di lingkungan rumah, saya yang pasti gak bisa ikut, bisa ikutnya hari sabtu dan minggu, misalnya ada kegiatan social yang harus dilakukan, ya akan saya ganti misalnya hari senin-jumat, akan saya ganti pada hari sabtu, yaa tapi masih tetap bisa kok paling saya ada kegitana sabtu malam masih bisa.. : dari pekerjaan ini ada perubahan terhadap diri ibuk sendiri ? P K P K : nggak ada, kalo di rumah malah sakit, pegel-pegel, kelamaan di rumah itu pegel-pegel..iyaa mas, pekerjaan di rumah itu ternyata lebih melelahkan,. : Pekerjaan di rumah yang gimana ya buk? P : waduhh jelas banyak mas..ngurus rumah jadi prt di rumah hahaha, iya kan.. iyakan harus bersihin rumah, harus cuci-cuci, kalo asistennya gak datang, kalo libur lebaran lama kalo gitukan pegel semua kan badan.. : Di rumah pake asisten buk? K : lahh iya mas , kalo nggak yaa capek, nggk kuat P P : jadi buk, kalo urusan rumah di handle sama asisten rumah tangga, jadi asisten rumah tangga tu kerjanya gimana ya buk..? : yaa pekerjaanya ya , jemput anak saya sekolah, kadang-kadang nganterin, kadang-kadang mamanya, yang pasti masak dan bersih-bersih.. : Berarti satu rumah ya buk.. K : Iya satu rumah.. P : kalo anak cowok cewek ? K ; Cowok Cewek..yang besar sma cowok.. K 168 P P ; Trus buk, apakah perencanaan karier ibuk ni sesuai dengan yang ibuk rencanakan,.. : Sesuai, saya kan gak menuntut terlalu tinggi, diserahkan semuanya sama yang diatas, biar gak stress.. : Kira-kira ibuk puas dengan pekerjaan ibuk? K : Puas. P : Puasnya gimana buk? K P : Puasnya gimana ya,, apa yang saya berikan itu udah sesuai dengan imbalannya ke saya : terhadap keluarga..? indikatornya.. K : Indikatornya pake apa? P : yaa itu ida ibuk yang bisahehehe K : Puas juga karena keluarga di rumah juga gak masalah,, Cuma tingkat ketidakpuasaan itu adalah saya tidak bisa memberikan, mendampingi pertumbuhan anak-anak selalu tidak bisa mendampingi, itu juga akan mempengaruhi juga sama perkembangan anak.. : Misalnya gini buk, kan ibuk banyak mengorbankan waktu di pekerjaan, waktu di rumah berkurang, ibu merasa puas, puasnya indikatornya kayak apa.. apa yang dikasih perusahaan itu bisa untuk keluarga atau apa.. : Iyaa, apa yaa,,hmm imbal hasil dari perusahaan itu masih bisa untuk membuat apa yaa, kualitas hidup yang masih baik, yang pasti minimal tuntutan secara ekonomi itu kesulitan-kesulitan ekonomi itu tidak jadi masalah gitu, karena yang dicari ekonominya,, kalo dari sisi bathin itu mungkin ya tida bisa 100 % : Sikap ibu memahami dengan peran ganda ini buk?? K P K P K P K P : Menyerahkan semua pada diatas, peran saya banyak, ada yang membantu dibelakang saya gitu maksudnya, ada peran-peran saya yang harus ada supportingnya, ada yang membantu gitu..terus apa lagi ya mas..haha ; saya gak tau buk, kan jawaban ibu jadi data saya hehe ; udah itu aja haha ya jadi energy saya itu bisa mencukupi, memecah apa ya , tugas-tugas berbagai apa ya..berbagai lini, mungkin butuh fokus disini itu bisa, misal anaknya pengen diajarin belajar itu masih punya kekuatan, sudah tidak masak, mungkin seperti itu. : Mungkin segitu dari saya buk.. 169 Narasumber 4 : Buk A’ang 15/4/2019 Pekerjaan : Account Officer Lama Bekerja : 9 tahun Anak : 3 Lokasi Bank BPD DIY P Assalamualaikum bu, saya Fajrin dari manajemen UII angkatan 2015 di sini mau mewawancarai ibu mengenai work life balance, wanita karir. Sebelumnya bisa dijelaskan bu biodata ibu? A Waalaikumsalam. Baik perkenalkan nama saya Anggoro Wati. Saya saat ini berusia 36 tahun. Kemudian, saya lulusan dari Teknologi Industri Pertanian IPB di tahun 2005, S1. Kemudian 2005-2008 saya berkarir di PT Lippo Bank Tbk. Kemudian di tahun 2010 saya masuk di Bank BPD sampai dengan saat ini. P Oh iya bu, kira-kira dengan karir ibu, gimana peran orang tua terhadap karir ibu? A Baik, jadi memang kalau kita bicara tentang peran orang tua, kebetulan kalau ibu sendiri, ibu saya sudah meninggal di usia 12 tahun waktu SMP kelas 1. Kemudian kalau dari bapak sendiri sangat menunjang. Dalam artian memang beliau concern di masalah pendidikan. Jadi memang sekolah merupakan yang utama P Kenapa ibu mau menjadi wanita karir bu? A Baik, jadi pilihan hidup untuk kemudian bisa berkarir, maksudnya mempunyai pekerjaan di luar pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga karena ingin mengembangkan potensi diri, kemudian menambah pengetahuan, wawasan mengenai apa yang ada di lingkup pekerjaan kita P Berarti ibu menjalani karir dari umur berapa bu? A Dari umur 25 itu saya 22 tahun. Jadi saya lulus di bulan Juni 2005, 17 Oktober saya masuk di Lippo P Respon keluarga terhadap ibu yang menjadi wanita karir gimana bu? A Baik, jadi pada saat saya memutuskan bekerja kebetulan saya memang tinggal di rumah ibu mertua. Pada prinsipnya, dari keluarga saya pribadi maupun suami maupun ibu mertua karena saya tinggal di rumah ibu mertua sangat mendukung. Namun hal ini juga tidak mengurangi tanggung jawab saya sebagai ibu. Jadi, saya tetep berusaha bahwa di kantor maksimal begitu juga kualitas maupun waktu yang saya sediakan untuk rumah. Seperti itu, jadi memang saya sebisa mungkin di jam itu benar-benar efektif melakukan apa yang bisa dalam hal ini karena saya maintanance nasabah kredit. Kemudian setelah jam kerja saya juga fokus untuk mulai mengajari anak-anak saya karena kebetulan sudah besar-besar. Jadi yang paling besar sudah umur 11 tahun. P Anak ibu ada berapa? A 3, jadi 11 tahun, 5 tahun sama 3 tahun. 170 P A P A P Terus kalau sekarang ibu bekerja sebagai apa bu? Account Officer. Di bagian landing Terus bagaimana ibu memaknai pekerjaan ibu? Pada prinsipnya bekerja itu bagi saya apalagi di pekerjaan saya sekarang itu saya seneng ya, karena banyak berhubungan dengan pihak luar yang mana berganti-ganti jadi memang tingkat kejenuhannya minim saya kira karena kita setiap hari ketemu dengan orang berbeda-beda, dengan usia berbeda-beda kita maknai karakter masing-masing orang berbeda-beda asik lah enjoy Hal apa yang bisa membuat ibu mencapai jabatan ibu? A Sebenarnya bukan jabatan ya karena saya di sini di landing ini kan masih pelaksana juga jadi memang pada saat saya masuk saya memang waktu itu jalur experience memang hanya ada di account officer seperti itu P Berarti ibu masuk langsung menjadi account officer? A Dari account officer P Awal ibu berkarir itu apakah ada keinginan dari diri sendiri atau bagaimana bu? A Pengen mandiri sih. P Terus bagaimana bu ibu merintis karir dari awal bu? A Pada awalnya pada saat bekerja di PT Bank Lippo waktu itu sebagai tim operasional. Ya, waktu itu seneng karena ya bisa mandiri yang sebelumnya kita dapet uang dari orang tua, kita bisa mengelola keuangan kita sendiri lepas dari orang tua dan kita bisa apa namanya ya menabung untuk diri sendiri bisa merencanakan apa yang kita inginkan, seperti itu pada prinsipnya itu. Tapi memang pada saat berada di PT Lippo Bank pada saat sebagai tim operasional saya memang bercita-cita bisa di account officer atau landing. Karena, saya melihat dinamika pekerjaannya lebih banyak P Dinamika apa aja yang ibu alami bu? A Jadi dinamika di sini saya maksutkan ya setiap hari kita bertemu dengan orang yang berbeda-beda. Bidang usaha yang berbeda-beda, kita bisa kita bisa menambah pengetahuan setiap harinya melalui orang-orang. P Terus yang ibu harapkan dari perusahan ibu? A Baik, kalau saat ini ya terbentuknya suatu sistem apa ya, sistem marketing yang global yang bisa saling menunjang baik itu peraturan internal, sistem komitenya, maupun apa yang bisa kita berikan ke nasabah. Lebih prioritas ke nasabah sih karena bagaimana pun juga bank itu kan lembaga kepercayaan. Apa yang membuat nasabah nyaman itu akan berimpact kepada kita sebagai bank. P Kalau untuk pegawainya sendiri? A Ya kita fasilitas sudah ada ya seperti itu. Jadi ya, saya kira cukup. Cuma untuk internal kita ya lebih bisa memahami pasar yang mana sekarang dunianya dunia digital juga. P Faktor apa yang mendukung ibu menjadi wanita karir bu? 171 A Ya saya merasa bahwa saya memiliki potensi untuk berdiri di dua kaki baik itu di rumah maupun di pekerjaan. Maksudnya, saya merasa memiliki kapasitas untuk itu. Kalau memang saya kewalahan ya mungkin saya akan memilih di salah satu prioritas tapi sampai saat ini kondisinya masih baik-baik saja. Rumah bisa jalan, dan kita di kantor juga bisa maksimal P Kalau menurut ibu wanita karir itu seperti apa bu? A Wanita karir seharusnya tetep bisa fokus keluarga. Karena bagaimanapun bekerja itu sebenernya tujuan akhir kita untuk kebahagiaan keluarga jadi sebisa mungkin kita memaknainya dengan bekerja maksimal di kantor dengan tidak melupakan keluarga. P Terus kalau tanggapan ibu tentang ibu rumah tangga? A Ibu rumah tangga juga sangat hebat sih menurut saya karena sebenarnya pekerjaan di rumah itu jauh lebih detail, jauh lebih banyak dan lebih rinci dan itu memerlukan ya kalau menurut saya kemantapan stabilitas emosi dan sosial. Karena bagaimanapun juga kita yang sudah sekolah pengennya dari pihak keluarga kan juga kita juga berkarir seperti itu tapi kalau ada yang memutuskan sebagai ibu rumah tangga saya juga mengacungi 2 jempol karena memang sebenarnya pekerjaan kita di kantor itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pekerjaan ibu rumah tangga. P Dengan karir ibu seperti ini apakah dengan usaha ibu sendiri ini atau menunggu dari atasan bu? A Untuk apa ini P Yang ibu menjabat sebagai account officer ini apakah dari usaha yang ibu lakukan sendiri atau tiba-tiba ada panggilan dari atasan A Pastinya saling menunjang, karena saya pun juga ibaratnya untuk mencari untuk mengusulkan itu juga memerlukan orang lain juga seperti terkait untuk proses komitenya, untuk pemutusnya. Karena kan posisi account officer itu kan kita mencari nasabah kemudian mengusulkan kreditnya, menilai anjungannya yang kemudian semua itu tidak lepas dari pihak lain juga. P Berarti ibu dari 2010-2019 in itetap menjadi account officer bu? Tidak ada rotasinya? A Sebenarnya sudah pernah rotasi, jadi saya 2010-2016 saya di cabang Senopati kemudian dari Maret 2016 sampai sekarang saya di cabang utama. P Tapi strukturnya sama bu? A Dengan posisi masih sama P Kalau menurut ibu, ibu dekat dengan atasan tidak bu? A ya memang deket, karena kita kan setiap ada ketemu nasabah ada kendala apapun selalu kita sampaikan. Ya memang harus deket supaya kita tahu juga sebenarnya apa sih yang diinginkan terus pengetahuannya bagaimana yang kita belum tahu itu kan kadangkadang atasan itu kan jam terbangnya lebih tinggi ya jadi kita lebih sering sharing sebenernya. 172 P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A Terus menurut ibu ada pengaruh nggak atasan itu terhadap karir ibu? Tentunya ada, karena bagaimanapun juga usulan kredit itu kan harus melewati atasan. Adalagi gak power lainnya buk? Power lainnya mungkin juga memberikan pemahaman mengenai bidang usaha nasabah yang kadang kita sendiri gak terlalu tau, kemudian atasan memberikan arahan harusnya gini-gini, presentasee dan sebagainya kemudian apa yang harus dilakukan di supervisi Jam kerja disini dari jam berapa sampai jam berapa ya buk? setengah 8 sampai setengah 5 Sering Overtime gak buk? Overtime? Beberapa kali, tapi gak terlalu sering, tergantung kitaa prioritas pekerjaan dengan nasabah, kalo nasabah minta cepat kita juga cepat, intinya kenyamanan nasabah itu prioritas Itu dari nasabah minta cepat itu yang bikin lembur? iyaa, bukan hanya minta cepat tapi juga kita juga memikirkan mengenai teknis gimana suatu kredit itu bisa terealisasi misalnya kita cari, bukan kita ngetik, bukan kita ngecek ulang, tapi kita juga memikirkan tim yang ada di belakang kita yang untuk realisasinya.. Dari hal tersebut yang membuat ibu sering di kantor? Aaa Kadang-kadang.. Kadang-kadangnya dalam sebulan berapa kali buk? Seminggu tu yaa dua kali.. Dari ibu sendiri ada niat meningkatkan karier gak buk? Pastinya Adaa Kenapa ya buk? Baik, aaaa Untuk lebih memiliki pengetahun mengenai hal lain, jadi memang saya pribadi pada saat saya berkarier di opam itu saya memang ingin mengetahui tentang administrasi kredit, mengenai legalitas bagaimana legalitas hukum nasabah itu sehingga kredit ini dijamin aman dan lain sebagainya, ya pasti ada hal lain yang ingin kita pelajarilah, peningkatan karier ini yang saya maksudkan ingin mempelajari hal yang lebih banyak jadi yang bisa membuat nyaman nasabah namun membuat posisi bank juga baik.. Bagaimana ibu menjalankan tugas yang diberikan perusahaan.. Menjalankan tugas, dengan memaintenance nasabah kemudian mencari kredit baru, kalo stuck itu menjadi evaluasi buat kita, dijadikan pelajaran , kita coba maintenance nasabah lain, karna di sini prinsip landing memang mengolah dana nasabah menjadi kredit yang mana memberikan pendapatan bagi bank. Dengan pekerjaan yang ibu jalani, kira-kria kendala yang ibu alami apa aja buk? Kendala mungkin, yaa itu pengetahuan di bidang legal itu ya tetap saya pelajari, karena nasabah bukan cuma perorangan tapi juga PT atau badan hukum juga memiliki ketentutan berdasarkan UU yang 173 P A P A P A P A P A P A P A P A P A berlaku, jadi kita juga update sih..dan kalo ada nasabah dengan karakter yang unik kita juga harus mengikuti, jadi yang namnya orang hal yang lumrah lah.. Ohh ya buk , ketika ibuk bekerja dampak terhadap keluarga gimana ya buk? Pastinya waktu untuk anak di siang hari berkurang, tapi itu saya antisipasi dengan yang pertama sekolahnya dekat jadi tinggal jalan kaki, trus kedua adanya bis antar jemput sehingga kewajiban saya dalam menjemput sudah tergantikan , jadi tinggal di komunikasikan aja.. Tanggapan suami gimana buk? Tanggapan suami sampai saat ini sangat mendukung, kemudian ada suatu masalah pun kita masih ada waktu buat sharing, untk anak-anak kalo gak ada hal-hal khusus juga gak ada keluhan dari suami, misal hal khusus anak demam, buk anak demam tolong pulang on –time.. Kalo suami juga kerja buk? Kerjaa jugaa Dimana yaa buk? Di RSUD Bantul.. Kalo di rumah yang pulang duluan siapa ya buk? Kadang saya kadang suami, karena dalam 1 minggu itu ada 3 kali suami pulang jam 9, saya berusaha ketika suami saya pulang malam saya berusaha tepat waktu, nanti kalo suami sore sudah pulang, nanti saya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda.. Konflik-konflik dengan suami ada gak buk? Ga adaa, paling saya lebih kearah pada saat manajemen katakanlah ada tawaran untuk peningkatan karier seperti satu dua bulan yang lalu saya sharing apakah saya harus mengikuti peningkatan karier di bidang A,B atau C nanti dari situ suami memberikan gambaran, dari gambaran itu relatif kearah kenyamanan kita sekeluarga..kalo disni nanti efek tempat, efek pekerjaan lain dan sebagainya.. Kira-kira keluarga mempengaruhi pekerjaan ibuk gak? Sangaatt.. Contohnya gimana bu?? Bagi saya pribadi pada saat bekerja itu adakalanya kita merasa di titik jenuh dengan mengingat anak-anak dengan mengingat keluarga kan kita jadi semangat, yaa tetap semangatlah, kita tau kan apa yang kita cari,, ya saya berusaha untuk paling tidak sedikit memberikan contoh bahwa dalam bekerja kita harus maksimal..walaupun di rumah kita harus menghandle juga Maksud disini ituu, misalnya ada anak sakit trs ibuk lagi bekerja trus tiba-tiba ibu memberhentikan pekerjaan tapi langsung ngurus keluarga gitu buk.. Baik, jadi pasti hal itu ada, gak mungkin gak, tapi alhandulillah suami saya dokter jadi pada saat anak saya sakit, kita untuk obat kemudian penanganan di rumah insya allah sudah ada. Jadi relatif kalo anak 174 P A P A P A P A P A P A P sakit yaa kita diobati, yaa kalo sudah 3 hari kita juga cek lab, itu sudah jadi tradisi di kami, mungkin suatu ketika memang itu diperlukan kadang saya pulang di jam kerja juga bias, tapi itu sangat jarang..setahun sekali mungkin..karena kalo anak sakit udah di handle suami.. Trus suami kerja, ibuk kerja, trus anak gimana?? Jadi, memang kita prioritas pada tumbuh kembangnya, dalam artian pada saat dia kurang umur dari dua tahun kami tahu kebutuhannya sebatas makan dan hygenitas, memang ada ibu mertua yang memonitor tapi kita pakai baby sitter, tetap kita pakai baby sitter, dan kemudian usia lepas diatas dua tahun kita prefer mencarikan sekolah yang secara pondasi agamanya kuat, kemudian tempatnya juga baik, ada anatar jemputnya.. Ketiga-tiganya sekolah.. Iyaa dua tahun sudah day care semua.. Tanggapan anak terhadap ibuk gimana buk? Baik, tanggapan anak terhadap ibuknya, karena dari kecil saya sudah bekerja saya rasa mereka memahami pada saat kita berangkat pakai seragam, itu bahwa ibu saya bekerja, trus nanti saya sudah pulang mereka juga gak mau lepas, kalo untuk alur pekerjaan mereka relatif sudah paham, namun apabila kalo mereka sakit atau apa memang mereka lebih manja. Tapi prinsip kalo saya lihat sebenarnya semua anakanya pengennya ditemani ayah ibunya, katakkanlah Cuma sabtu minggu gitu kelihatan senang sekali, nanti kalo senin mulai repot lagi, karena sebelumnya mereka sama ayah dan ibunya, tapi prinsipnya kalo kita menanyakan saat ini, mungkin akan senang kalo ibunya ada di rumah.. Tapi anak pernah ngeluh gak buk? Gak jugaa sih, tapi ada suatu ngomen yang mereka kadang-kadang bilang kalo hari sabtu , saya bonceng naik motor gitu, selesai naik motor mereka pasti bilang, Uti aku tadi seharian sama ibuk lo,.aku sekolah sama ibuk lo, dari sana saya dapat gambaran bahwa sebenarnya si anak ini pada saat sekolah pengen dianter dan dijemput itu, tapi bagi kami prioritas bahwa si anak harus mengerti juga kebutuhan kita sebagai orangtua bekerja bahwa kita sebgai orang tua bekerja bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri mereka juga membutuhkan pengembangan diri yang mana bisa membuat mereka memiliki pengetahuan di luar lingkungan dan sebagainya. Berarti kalo di rincikan berapa lama waktu yang ibu butuhkan untuk keluarga..? Mungkin efektif 3 jam 4 jam..kan ada waktu tidur.. Kalo lingkungan kerja ibuk gimana? Kalo lingkungan kerja baik, kondusif, jadi saling menunjang walaupun sering ngojek gitu, maksudnya itu gak serius, relatif enak sih.. Sering ngojek maksudnya? 175 A Misalnya diluar ketemu nasabah siapa, trus di kantor kita tanya, tadi tu ketemu nasabah gini-gini dengan karakter gini-gini, nanti yang nimpalin, nanti gini mbak akan seperti ini, kita banyak sharing, kita ketemu di jam sore-sore gini lo.. P Misal kalo pekerjaan ibu berbentrokan dengan keluarga, yang mama ibu prioritaskan? A Baik, selama itu terjadwal saya ambil cuti, kalo memang ada acara keluarga yang memang saya harus datang, mengantar ibuk misalnya ke luar kota, saya akan ambil cuti..kalo pun missal mendadak kalo sakit, ada ijin, jadi kadang kebetulan kalo ijin bisa 3 sampai 4 kali, tapi kalo gk ada krusial saya tetap ngantor.. P Jadi sesuai kondisi yaacbuk A Jadi sebenarnya dengan adanya cuti dan izin sudah banyak membantu sih.. P Sering mengalami lelah dan stresss gak buk? A Kalo lelah yaaa pas masa menstruasi mungkin yaa, jadi ditinggal tidur.. kalo stress karena saya orangnya extrovert, relatif kalo ada kendala apapun langusng konsultasikan, pasti saya bilang a,b,c,d solusinya gimana mas apa saya harus ke a, b, atau c, saya lebih baik saya omongkan dari pada pendem sendiri.. P Ibu pernah me time gak bu? A Pernah, paling nyalon, senam, senam, senam kadang seminggu sekali, nyanyi kalo pas ada kebutuhan.. P Nyanyi?? Karaoke..? A Bukan,,jadi kalo ada kebutuhan, kalo misalnya di bpd ada acara donor darah yang mana pegawai yang bisa nyanyi gitukan persiapan,,persiapan dong, kalo gak kita malu di depan, kemudian senam, kalo senam seminggu sekali, kalo nyanyi pas ada keluarga resepsi kita persiapkan,,. P Kalo ibuk dengan masyarakat sekitar gimana buk? A Iyaa, itu yang agak kurang,jadi di lingkungan sekitar kami kan banyak arisan RT, RW trus ada arisan sarpelem atau dibawah mangga yaa kalo di indonesiakan namanya sorlem kadang-kadang yang mewakili saya untuk hal-hal seperti itu ibu mertua saya..kadang memang, kalo saya di rumah saya benar-benar fokus untuk anak, jadi arisan-arisan seperti itu mertua saya P Trus komunikasi dengan suami gimana buk? A Gak ada masalah sih.. P Dengan kerjaan yang ibu jalani ini kira-kira ada perubahan gak terhadap ibu sendiri? A Apaa yaa..karena saya menjalaninya senang, apa ya perubahannya, mungkin tambah dewasa karena banyak mengenal karakter orang, tambah ilmu pengetahuan sehingga apa yang kita butuhkan itu sebenarnya ada di orang lain yaa, jadi kita lebih bisa untuk memilih, bisa untuk memfilter hal-hal yang kita butuhkan sih..jadi katakanlah di rumah anak saya ada dokter sekolah atau kebutuhan les yang 176 P A P A P A P A P A P A P A P A P A sebenarnya itu bisa diatasi atau diambil dari lingkungan saya bekerja, katakanlah anak saya membutuhkan les taekwondo saya akana ambil dari kemahasiswaan UIN karena UIN kebetulan nasabah kita, karena saya bekerja itu kan saya mengenal beberapa orang yang ada di instansi, relatif banyak terstatus dengan untuk masalah pendidikan anak.. Perkembagan karier ibuk gimana buk? Perkembagan karier saya, jadi kalo untuk perkembagan karier kita sebenarnya udah ada job desc ya,tapi relaitf kalo saya pribadi sebenarnya masalah karier kita menyerhakan ke sdm yaa , saya berusaha memberikan yang terbaik, kemudian mengembangkan potensi, kemudian jangan sampai jenuh juga karena bagaimana pun juga kita juga memaintenance orang yang mana orang itu juga melihat bank sesuatu yang tetap bisa dicurhati, tetap bisa melayani , jadi ya seperti itu, jadi saya memelihara diri untuk tetap fresh.. Kalo ibuk sudah jadi pegawai tetap? Sudah.. Langsung atau gimana buk? 2010 kontrak 2 tahun, kemudian diperpanjang setahun, kemudian pegawai tetap 2013.. Kira-kira perencanaan karier ibuk sesuai dengan yang ibu rencakan? Nahh, itu yang saya belum mengetahu jalan dan cara untuk katakanlah promosi ini seperti itu ya, saya belum tahu, cuman sudah ada peningkatan kalo kita sudah ada beberapa tes mengenai hal itu, tapi cuman belum ada pngumumannya Tapi ibu ikut? Ikut, karena memang secara pangkat dan masa kerja udah boleh .. Emang kalo untuk strategi berapa lama kerja? Kemarin itu ada , assessment untuk jabatan plk 1 masa bekerja diatas 5 tahun, kalo untuk perencanaan karier saya belum bisa kasih tau lebih lanjut karena dari awal saya masuk sampai sekarang saya masih di posisi yang sama.. Aa ibu udah kerja, kira-kira ibuk udah puas gak buk? Pastinya puas, saya merasa di setiap tahap kehidupan saya, saya sudah memberikan yang terbaik dan bukan apa yang saya dapatkan lebih dari yang saya berikan, jadi relatif, bagi saya kalo kerja gak ada komplen nasabah udah cukup, dan kalo anak-anak pada saat tigatiganya sekolah itu, bagi saya Alhamdulillah sudah, maksudnya mereka sudah bisa sehat, bisa sekolah, bagi saya sudah cukup.. Menurutmu ibu udah puas ya? iyaa walaupun nanti di tahap selanjutnya saya ada katakanlah keinginan lagi, tapi ya tu pada saat hal kecil seperti itu saya sudah merupakan anugrah mungkin seperti itu.. Berarti ibu udah puas yaa buk? Ho oo. Sudah baik, sudah cukup, untuk tahap ini udah di titik maksimal.. 177 P Dari ibu peran ganda ibu sendiri gimana buk? A Sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga, adakalanya capek tapi bagi saya pribadi yaa puas mungkin yaa, mungkin tidak bisa 100 % menghandle anak, tapi paling tidak pada saat apa namanya dalam koridor yang tidak penghauatan, saya kira sudah baik, saya hanya ingin meingingkan bahwa suatu saat nanti anak-anak saya pasti bukan hanya ibunya di rumah tapi juga memahami kenapa ibunya harus mengembangkan diri di luar mungkin seperti itu, tapi relatif saya terbantu ibu mertua di rumah..ada assiten juga iya P Ohh yaa buk, kalo ibu hamil dulu cuti berapa lama bu? A 1 bulan sebelum sama 2 bulan sesudah, sebenarnya asi itu 6 bulan, tapi relatif dengan metode saat ini bisa meras asi, bisa simpan asi, karena saya juga kepikiran maksudnya 3 bulan dirumah tu sebenarya nasabah-nasabah gak bisa ditinggal juga, kita jgua harus tetap akitf.. P Kalo dari saya sudah ibu udah sih buu,, paling itu aja bu,, makasih sebelumnya bu.. Narasumber 5 : Buk Nina 4/5/2019 Pekerjaan : Pimpinan Cabang Lama Bekerja : 17 tahun Anak : 2 Lokasi Bank X P N P N P N P N P N P N P : Assalamualaikum buk, saya fajrin fauzi akmal, saya dari manajemen fe uii angkatan 2015, disini mau mewawancarai work life balance wanita karier yang berkeluarga, sebelumhya buk boleh memperkenalkan diri buk? : Nama saya nina : Oh yaa buk maksudnya nama, umur buk? : Umur saya 40 tahun.. : 40 tahunn yaa buk.. : yaaa.. : Oh yaa bukk, kenapa ibu mau jadi wanita karier ? : hee karena menurut saya wanita karier itu adalah pekerjaan yang paling tidak kita bisa membantu suami yaa..bisa menambah-nambah keuangan keluarga dan sepanjang pekerjaan ini bisa saya lakukuan di kota yang sama dengan kota dimana keluarga saya tinggal sehingga saya ketemu sama anak saya ketemu suami saya setiap harinya, yaa gak masalah sih dan suami saya juga mengizinkan.. : Trus dari umu berapa jadi wanita karier buk? : Umur 23 tahun,, : ohh 23 tahun yaa buk : Jadi udah lama kerja disini udah lama, udah sekitar ehh empat,, eh dari umur 23, 23 ke empat puluh berapa yaa.. 17 tahun : Ibu langsung di bank X ini gak buk? 178 N P N P N P N P N P N P N P N P N P : iyaaa… : Berarti ndak ada kerja di tempat sebelumnya.. : Sebenarnya ada, di bank lain, Cuma sebentar dalam hitungan bulan..trus habis itu saya langsung kesini : Trus respon keluarga terhadap ibuk jadi wanita karier gimana buk? : suami saya mendukung, anak-anak saya sih Alhamdulillah juga ndak ada masalah, mungkin udah biasa ya sama ibuknya pulang agak malaman itu yaa mereka masih maklum, dan saya akan berhenti waktu yang saya pakai untuk bekerja di hari sabtu dan minggu karena sabtu minggu kan kami libur jadi saya akan ganti kuality timenya di hari sabtu minggu, sama kalo malam dah pulang masih bisa ngobrol sama anak-anak gak papa Alhamdulillah mereka senang sihh enjoy gitu : Trus kalo peran oramgtua gmana buk? : orang tua saya? Setuju gak papa… : Trus sekarang ibuk sekarang bekerja sebagai apa buk? : kalo saya sebagai pimpinan cabang : Bisa diceritain gak buk hal apa yang membuat ibu bisa mencapai ini.. : maksudnya gmana? : kan sekarang ibu sudah menjadi pimpinan cabang kan buk seperti yang ibu bilang tadu, kira2 kalo ditelisik ke belakang lagi, kira2 hal apa sih yang ternyata ibu bisa sampai di posisi ini : Itu rezeki mas,,gak da sesuatu yang lakukan sehingga effort khusus yang saya lakukan untuk bisa menjabat sepertisekarang ini, saya gak punya banyak itu, saya ngalir aja seperti air, artinya yang penting saya bekerja sebaik mungkin berprestasi dalam bekerja sebaik mungkin, hati-hati, dan kalo menurut saya sih lebih ke rezeki yaa, itu udah rezeki dari Allah ke saya, Alhamdulillah jadi gak ada trik khusus kiat khusus supaya saya menduduki itu gak ada,,jadi saya tipenya saya tu kerja gak harus sekian tahun saya harus menjabat ini, sekian tahun, gak pernah saya target : Berarti ini dari usaha atau prestasi ibuk yaa buk.. : iya semoga yaa, tapi yang jelas saya bekerja pengen bekerja sebaik mungkin,, ya kalo di perusahaan kami yang pertama tu harus jujur, punya loyalitas tingggi, benar-benar kita berikan yang terbaik untuk peruhasaan ini dan alahmdulillah sih dapat rewardnya artinya reward dalam tanda kutip yaa, artinya memang apa yang saya lakukan itu Alhamdulillah dihargai oleh manajemen sebagai suatu prestasi sehingga bisa sampai dengan kali ini.. : selama ibuk bekerja disini ada prestasi gak buk? : Prestasi saya sendiri atau cabang? :untuk ibu sendiri dulu.. trus cabang 179 N P N P N P N P N P N : kalo untuk saya sih, kebetulan kalo saya nggk sih gk prestasi khusus , karena di Bank X ini prestasi khusus itu lebih ke budaya yaa..jadi ada award tertentu dimana penghargaannya itu lebih ke budaya, jadi seseorang sudah melakukan budaya kerja yang baik nah itu akan dapat reward tapi itu juga melalui semacam tahap seleksi khusus gitu ya tapi saya bukan tipe yang se detail itu sih, jadi saya memang gak situ, saya yang penting kerja sebaik mungkin aja,sebaik mungkin semuanya dapat berjalan lancar yaudah itu aja, jadi saya ndak pernah pengen untuk menuju ke situ yang khusus harus beprestasi di bidang itu, itu gak, jadi penghargaannya kalo disini,gak dinilai apaya,, jadi disini cukup pake key person inducation yaa mas , jadi nggak yang prestasi seseorang benar-benar dinilai secara pribadi trus kemudian dikasih reward, itu gak sperti itu, jadi ada suatu seleksi khusus yang memang itu tu lebih kayak berminat test itu kalo nggak pun nggak… : Kalo ibu buk ? : saya enggak, saya memang kurang berminat ke situ, jadi saya gak pernah nyoba, dan memang belum pernah sampai sekarang gak pernah nyoba yaa saya gak pernah dapat apreisasi itu,, jadi gak otomatis.. : berarti itu untuk penilaian untuk diri sendiri yaa buk? : jadi misalnya kek gini, contohnya, saya sebagai pimipinan cabang itu saya sudah bikin prestasi apa.. misal tarohlah saya bisa menerapkan budaya-budaya di bank saya itu, di anak buah, nanti apilkiasinya seperti apa buktinya by data seperti apa nah itu harus dibuktikan semua, itu ikut seleksi, jadi kita daftar ikut seleksi nanti baru setelah itu dinyatakan berhasil nah itu nanti ada penghargaan untuk ke pribadi saya, kalo penghargaan pribadi yaa , tapi kalo penghargaan untuk cabang ada sih kayak misalnya penghargaan tabungan yang supreme, tabungan dan giro yang bagus itu ada beberapa, tapi untuk cabang saya .. : oh berarti untk cabang ibukk yaa : Yaa,,bukan untuk pribadi saya sendiri, jadi kalo di bank X ini untuk penghargaan pribadi itu lebih kek tadi ikut seleksi, yang gak langsung otomatis semua orang itu akan dinilai oleh manajemen dan nantinya akan mengahasilkan prestasi kayak anak sekolah itu enggak, jadi memang kita harus ikut seleksi nah kalo kita gak ikut seleksi yaa otomatis gak aka nada pengharagaan secara pribadi.. ; okee buk, trus ibuk dalam memaknai pekerjaan ibu gimana? : gimana memaknani maksudnya? : yaa kalo saya bekerja itu kek begini lo.. saya bekerja itu untuk apa yaa.. : coba kasih contoh, misal fajrin .. 180 P N P N P N P N P N P N : kalo misalnya, saya barista, itu saya bekerja untuk forum belajar saya untuk meningkatkan skill,, kalo ibuk mungkin ada alasan tersendiri mgkin dalam memamknai pekerjaan … : hmm kalo saya tujuan saya kerja disini, ee gak tau ya saya liat kerja dsini tu enak, orangya juga rapi, tapi itu di awal, tapi di perjalanan waktu yang saya ambil hikmahnya itu yang menurut saya paling jadi tujuan utama saya itu yang penting kita bisa banyak silaturrahmi sama orang, kan ketemu dengan banyak orang, kita silaturrahim orang lain, kita berikan layanan yang terbaik, berarti kita sudah beri pelayanan yang terbaik, insya allah nasabahnya senang, nasabahnya berkenan, itu sudah menyenangkan hati orang lain, karena bank ini banyak banget pegawainya, dimana kita biasa interaksi dengan pegawai-pegawai di seluruh jogja, jadi menjalin silaturrahim yang baik sesama pegawai, jadi lebih kesitu ke silaturrahim, senanglah ketemu banyak orang dengan berbagai tipe, jadi kita bisa banyak belajar lahh, ohh orang itu ada yang A dan B dan bagaimana caranya kita menyikapi ketika kita bertemu dengan orang yang tipekalnya seperti ini adakalanya tipe yang lain, seperti apa kita harus masuk ke dalamnya, dan tanpa membuat rasa kaku itu tidak nyaman, banyak belajar dari situ , jadi alhamdulillah dari situ jadi terlatih sehingga ketemu orang di jalan, kira-kira ni maksudnya bagaimana kita cepet, karena kayak terlatih tadi karena setiap harinya kita ketemu banyak orang, hikmahnya gitu, saya sih seneng banget, karena menurut saya hal yang paling menyenangkan dalam pekerjaan saya itu, disamping hal lain, lebih ke umum ya , kita belajar manajerial, kita belajar marketing, itu gak menjadi fokus utama yang membuat saya, apa ya..yang menjadi makna pekerjaan saya yang utama bukan itu, tapi ke yang tadi, jadi bisa menjalin hubungan dengan baik dengan banyak orang dengan tipe yang berbeda-beda.. ituu .. hmm : trus buk..bisa jelasin gak buk gimana ibuk merintis karier? : Ohh saya masuk tahun 99, saya pernah jadi teller, pernah di cs, trus pernah di back office, trus jadi pimpinan cabang : Ohh dari back office langsung jadi pimpinan cabang.. : iyaa : butuh waktu 17 tahun itu, dari 17 tahun ibuk berakrier, kira-kira ibu merasa ada spesialiasi pekerjaan gak buk? : maksudnya gimana? : maksudnya saya terampil disini, atau.. : Ohhh,, harus bisa semua kalo disini mas, jadi kalo spesifikasi, eh tapi saya cenderung ke servis yaa, tapi disini tu harus bisa servis, bisa bisnis, harus lengkap semua.. : ohh gitu diantara semuanya… : lebih srekk yang mana? Lebih ke Servis kalo saya, bisnis harus wajib bisa, kita harus emang ada target yang harus kita capai, kita tutup gap, tapi jiwa saya kalo itu ditanya saya lebih senang meberikan servis.. 181 P N P N P N P N P N P N : Servis yang gimana buk? : Servis yang terbaik..kita memperlakukan nasabah itu seperti saya memperlakukan diri saya sendiri, artinya apa.. ketika saya misal datang ke suatu tempat saya mau beli sesuatu, ketemu orang, orangnya tu cemberut orang nya gak cherfull, pasti kita gak nyaman, saya gak mau diperlakukan seperti itu, makanya saya pengen memperlakukan orang lain, nasabah saya, tamu saya itu juga sebaik yang saya harapkan, jadi memberikan yang terbaik untuk nasabah supaya nyaman, paling tidak merasa percaya dan nyaman itu dah jadi modal yaa.. karena walaupun besok ditunggu sama dengan bunga yang tinggi, di suatu bank mungkin ada reward yang banyak, tapi kalo pelayanannya gak bagus nasabah merasa gak percaya merasa gak nyaman pasti akan pindah ke yang lebih cenderung yang percaya dan nyaman terhadap pegawainya jadikan paling tidak kalo udah percaya dan nyaman itu ini yaaa.. : trus faktor yang mendukung ibu jadi wanita karier apa ya buk? : Keluarga.. : tok, atau ada yang lain? kenapa keluarga buk? : karena keluarga saya sudah rela saya tinggal dari pagi sampai malam, itu kan sangat mendukung berarti yaa,,saya tinggal training lama karena kalo mau promosi harus training ,,kek gitu gitu,, nah itu yaa mereka sangat mendukung jadi ya Alhamdulillah sih aktor yang paling utama yang paling besar sih dari keluarga.. : jadi wanita karier itu seperti apa buk? : itu versi saya atau apa,, versi saya ? idealnya seperti apa? Harusnya? : Bukan, dari ibuknya sendiri,. : wanita karier itu wanita yang bekerja gak hanya sekedar bekerja yaa, idelanya sih yang bisa meraih berprestasi dimana prestasi itu bisa membawa karier yang terbaik gitu, gak harus muluk-muluk sih ,, yang penting yaa bekerja dengan baik supaya bisa berprestasi dan pasti hasil mengikuti yaa, insya allah bisa menjabat di karier yang terbaik.. : tanggapan Ibu tentang rumah tangga? : ibu rumah tangga bagus banget..ibu rumah tangga itu SK nya dari gusti Allah, itu luar biasa, kalo saya bukan tipe orang yang harus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga itu sesuatu yang mungin apa yaa kayak kuli, menurut saya dua-duanya bagus..itu pilihan sih kita mau pilih yang mana mau jadi wanita karier atau ibu rumah tangga itu menrut saya dua-duanya prestasi, yang penitng kalo saya karna kita sama-sama kaum muslim ya mas..apa sih kewajiban seorang ibu yang pertama untuk suami dan anak-anak, jangan sampai kita berkarier tapi kita justru melupakan suami dan anak-anak, naudzubillahminzalik, kalo ibu rumah tangga bisa full, full ke anakanak dan suami, mulia banget menurut saya.. 182 P N P N P N P N P N P :trus apakah karier yang ibu dapatkan ini adalah proses dari usaha ibu sendiri atau menunggu panggilan dari atasan? : hmmm Usaha pasti, usaha artinya bekerja sebaik mungkin karna kami masing-masing pada penilaian pribadi yaa penilaian kinerja cabang, maupun penilain kinerja secara pribadi dan itu setiap setahun sekali di review nanti akan ada peniliaian, penilaian itu yang akan menentukan seseorang itu bisa eee.. diangkat jadi potensi untuk bisa promosi atau tidak, jadi bisa berkembang untuk diusulkan ke promosi jabatan atau tidak hmmm jadi disamping saya harus bekerja sebaik mungkin saya tunjukan prestasi saya agar supaya unit yang jadi tanggung jawab saya itu mendapatkan hasil yang terbaik sehingga itu jadi salah satu acuan data yang menunjukan saya berhasil atau tidak dalam memenuhi target dari manajemen kalo itu bagus insya allah kan akan mengikuti hasilnya kepada penilaian pribadi dalam artian kalo penilaian pribadinya bagus bisa dipromosikan, jadi perannya ketika saya sekarang ini menjadi pimpinan cabang saya juga punya atasan, atasan saya yang akan menilai saya, saya layak atau tidak dipromosikan : Trus gimana kedekatan ibu dengan atasan? : dengan atasan hubungan kami baik secara personal dekat, kemudian kalo untuk hal pekerjaan juga intens ada koordinasi antara kami dengan atasan.. : Peran atasan terhadap karier ibuk gimana ya buk? : hmm pastinya membimbing yaa, mengarahakan, kan kalo di bank itu kan ada target yang harus dipenuhi bagaimana caranya kita bisa memenuhi target pasti ada peran dari atasan untuk mengarahakan, memberikan strategi harusnya seperti apa, walaupun saya sendiri wajib punya strategi cuman kan orang itu kan gak bisa sempurna apa-apa dikerjakan sendiri pasti ada peran atasan untuk mengarahkan saya ketika mungkin gap yang harus tutup itu masih kurang saya harus apa strateginya bagaimana itu atasan sangat mengarahakan, selain atasan juga anak buah itu, jadi teman-teman saya di cabang ini itu kalo cuman saya yang jalani gak mungkin, peran mereka sangat besar , jadi benar-benar teamwork lah, teamwork yang baik.. : trus kalo di bank ini, kira-kira latar belakang pendidikan itu mempengaruhi untuk menduduki tertentu gak buk? : Hmmm sepertinya iya sih.. : kalo misal dari s1 mungkin dari awal, kalo lebih dari s1 gimana buk kayaks2, atau s3 : ohh kalo itu nggak, jadi aaa kalo untuk jabatan tertentu untuk s2 kayak gitu nggk ada.. : misalnya saya dari s2, ketika saya daftar apakah saya dari awal lagi.. 183 N P N P N P N P N P N P N P N P N P : Tergantung, mas fajrin daftarnya di program apa..jadi walaupun itu s1 atau s2 tapi tergantung..jadi ada program yang jalur cepat kayak akabrinya ada juga yang jalur biasa nah kalo mas fajrin misal s2 tapi mas fajrin daftar di jalur biasa maka mulai dari bawah, tapi kalo mas fajrin lulus di jalur cepat mas fajrin bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi.. : Jadi jalur cepat ini, s1 maupun s2 gak masalah.. : iyaa gak masalah, gak terlalu detil , tapi kalo d3 harus dari awal lagi.. : dari pekerjaan yang telah ibu jalani kira-kira ada perubahan terhadap diri sendiri gak buk? : Saya berusaha untuk tidak berubah karena pekerjaan artinya berubah yang tidak baik ya..mungkin kalo berubah yang lebih baik ya mungkin bisa belajar sabar, karena menghadapi banyak orang dimana orang itu punya tipe yang berbeda-beda, karena kita tidak bisa memaksa nasabah, nasabah itu harus kita perlakukan sebaik mungkin, kalo ada nasabah yang komplain atau marah harus kita bantu penyelesainnya, jadi yaa itu lebih banyak belajar bersabar, sama mungkin lebih apa ya,, karena disini teman-teman saya banyak anak muda jadi mau gak mau harus tau nih seperti apa kaum millennial seperti apa harus update untuk sitem juga, mungkin walaupun usia saya udah 40 tahun tapi saya gak boleh gaptek jadi harus bener-bener mengikuti perkembangan, karena produk bank juga pun kaitan nya sama it sama gadget, sama sosmed pasti ada ya,,jadi bener-bener update ke situ .. : Disini waktu kerjanya sampai jam berapa ya buk? : Disini 8 jam, jam setengah 8 sampai jam setengah 5 : Ibu sendiri sering overtime gak ya buk? : Overtime ya pasti ada sih, artinya aa kalo teman2 disini jam setengah 5 udah selesai, Cuma tergantung dari pekerjaan juga ya, kadang ada yang lembur mana mungkin pas waktu penggajian dan lain2 , itu hal biasa sihh.. : kalo ibuk sendirii? : saya juga harus menyelesaikan pekerjaan, saya kan orangnya gak suka pending, jadi saya selesaikan nanti kalo dah selesai baru saya pulang, nanti sampai di rumah itu fokusnya ke keluarga. : itu lemburnya sampai jam berapa ya buk? : paling sampai jam 6.. : sampai malam pernah gak buk? : yaa pernah tapi kondisi tertentu, artinya gak jadi rutinitas, yaa rutinnya jam 6 : dalam sebulan tu kira2 berapa kali ya buk?? : yaa hampir,, itungan ontime itu jarang sih mas, ya hampir setiap harinya pulang jam 6 : kalo pulang sampai malam gitu buk? 184 N P N P : jarang sih mas, itu paling akhir sebulan, sebulan 2 kali maksimal, kalo ada rapat, eh kalo ada rapat seminggu sekali pasti itu, kalo rapat sampai malam, ya trus nanti akhir bulan, udah itu ajaa : kalo boleh tau buk, suami juga kerja buk? : aaa pegawai negeri.. : kalo di rumah yang paling cepat duluan dating ibuk atau suami buk? N P N P : haaa,,saya, ehh suami duluannn hahaha : anak ibuk ada berapa? : ada dua,.. : yang paling besar umur berapa? N : Hmm SMA, sama SD P : kalo boleh tau umurnya buk? N : 17 sama 11 P N : ibuk kan sering pulangnya agak maleman, itu anak pernah complain gak ya buk?? : yaa pernahh.. P : komplainnya seperti apa yaa buk? N : Kok pulangnya malam, kan mungkin masih bisa main sama anakanak , saya pulang anak-anak udah tidur gitu, besok paginya nanya kok semalam pulangnya malam , yaa tapi komplainnya sih gak yang complain sampai anak saya merasa apaa,, yang hot complain gak ada sih,.yaa komplen biasa sih anak-anak gitu.. : respon ibu terhadap komplen anak gimana buk? P N P N P N P N P : yaa minta maaf lah, minta maaf karena sudah telat pulangnya, tapi saya kasih pengertian kalo saya itu telat pulang karena ada pekerjaan di kantor yang harus diselelesaikan, jadi dari situ lama-lama lebih setelah mereka dewasa ya lebih bisa mengerti : kalo sama suami ada konflik gak buk? : gak ada, karena suami saya mendukung : ibu sering stress gak buk? : pastilah ada tekanan dalam pekerjaan itu, apalagi zaman sekarang ya persaingan ketat di dunia perbankan, ya kalo dibilang mau dibikin sering tergantung kita menyikapi, kalo saya sih lebih baik kita hadapi ajaa, kalo kita bikin stress nanti jadi sakit, dibikin enjoy ajaa : ibu merasa sering lelah? :Yaa pastii, yaa capek aja dipakai untuk mikir sehari-hari, dipakai untuk fisik dan pikiran dipakai yaa, gitu,, ya biasa sih mas hehehe : ibuk dengan lingkungan sosial, sama masyarakat sekitar? 185 N p N P N P N P N : Kurang, karena yaa itu tadi, karena kegiatan di lingkungan saya itu kegaiatannya biasanya sebelum maghrib, kalo saya pulang setelah maghrib, jadi emang kurang , artian kurang dekat dalam bersosialisasi kayak arisan kaya gitu-gitu gak bisa, tapi kalo sabtu minggu ya saya usahakan saya datang, paling tidak kalo ketemu kalo misal ketemu kita usahain bagaimana caranya ngobrol, jadi tetap hubungan baik, cuman kurang dalam bersosialisasi gitu, artinya dalam acara tertentu kayak arisan, kayak pertemuan di kampung, pertemuan di perumahan saya agak jarang, bisa dikatakan jarang.. : Kalo boleh tau, dampak pekerjaan ibuk ini apa ya buk? : maksudnya?? : ibu sebagai wanita karier terhadap anak, keluarga? : Alhamdulillah sih baik-baik aja, dampak baik, cuman saya sendiri yang kadang merasa kurang waktunya, sangat kurang untuk keluarga saya yang merasa itu, tapi sebenarnya sih mungkin keluarga saya tidak terlalu menuntut itu, alhamdulilah sih, suami, anak-anak dan orangtua saya mengerti gitu ya, tapi dari sisi saya sendiri yang saya kepengen punya lebih banyak waktu untu keluarga : kalo untuk Pekerjaan rumah sendiri ibuk menggunakan assiten rumah tangga atau.. : Asissten rumah tangga dipakai cuman bersih-bersih, nyuci, setrikan itu cuman semimggu tiga kali.. : berarti ibu sempat ngurus rumah ya buk? Masak? P : iyaa, masak yaa sebisanya, saya sih lebih quality time saya , saya pakai untuk jalan sama anak-anak, ngobrol dari hati ke hati dengan mereka, karena anak-anak saya mungkin gak menuuntut ibuknya harus masak, kan ada yang gak kalo dimasakin ibuknya gak mau , anak saya bukan tipe yang seperti tu, mereka lebih menikmati kalo bisa ngobrol, jalan, dekat ama saya, karena kebutuhan anak saya seperti itu yaa saya penuhi sesuai dengan kebutuhan mereka.. : Jadi anak sudah mengerti dengan keadaan ibuk? N P : iyaa Alhamdulillah : trus komunikasi dengan keluarga gimana buk? N : gak ada kendala, baik2 aja, lancar2 aja,. P : Bisa diceritain gak buk , dalam satu hari pulang jam 6, pulang ke rumah trus rutinitas kegiatannya ngapain aja buk,,? : sampai rumah yaa, pastinya bersih2 ya, mandi dan lain-lain, trus ngobrol sama anak-anak yaa insya allah sih, shalat jamaah, trus ngoborol yang cenderung ya kita tanya tadi mereka ngapain, yang kecil tadi ngapain, yang besar ngapain, ceritanya apa, ada masalah sama sekolahnya, teman2 nya kayak apa, yaa kayak gitu sama suami juga ngobrol tadi gimana di kantor, yaa lebih kayak gitu sambal N 186 P N P N P N bercandaan, kalo kami sih Alhamdulillah sih baiti jannati yaa mas jadi gak terlalu harus pergi kemana untuk bisa merasa senang jadi udah kumpul sama keluarga di rumah , ngobrol-ngobrol, itu udah senang banget jadi gak harus ke suatu tempat tertentu untuk refreshing itu nggak, paling makan kuilneran ya sambal ngobrolngobrol di rumah, kumpul-kumpul udah senang : kalo anak sekolah ibuk yang nganter gimana buk? : kalo dulu iyaa, tapi kalo sekarang ini kantor kan beda arah ama sekolah anak, sama bapaknya.. : kalo boleh tau buk, diantara gaji ibuk sama suami mana yang lebih besar buk? : kalo gaji pokok suami saya sama saya, lebih gedean saya..cuman suami saya punya pendapat lain yang ditotal suami gede dibandingkan saya.. : jadi gak mempermasalahkan buk? N : dulu awal mulanya lebih gedean saya, tapi seiring dengan prestasi suami Alhamdulillah ada tunjangan-tunjangan lain yaa yang itu didapatkan suami saya sudah menjabat posisi tertentu nah itu akhirnya posisi suami lebih gede gajinya, sebenarnya masalah itu kami gak pernah mempermasalahkan, iyaa uang didapatkan hasil dari suami saya maupun saya, itu yang kita pakai bersama, jad siapa yang gedean itu kita gak mempermasalahkan.. : kalo waktu dengan keluarga dipakai ngobrol gitu ya buk, ngobrol, jalan-jalan.. : iyaa… P : kalo pekerjaan ibu sendiri ibu merasa puas gak yaa buk? N P N : hmmm ya ada kalanya kita kurang puas untuk pekerjaan itu kan kita masih punya gap yang harus kita tutup, ada sesuatu yang harus kita selesaikan tapi itu belum terselesaikan yang kayak gitu gitu yaa, apsti ada ganjalan yaa, tapi ketika itu sudah kita lalui, kita tutuup gapnya, kita lalui kita selesaikan permasalahnnya, gak gantung sampai sekarang.. : jadi puas yaa buk? Indikatornya gimana? : maksudnya gimana? P : Puas gak ibuk dengan pekerjaan ibu dengan kehidupan di rumah? N : yang di rumah saya belumm, karena saya belum merasa maksimal, karena waktu saya masih banyak terbuang di pekerjaan.. : trus langkah ibuk dalam mengetahui hal tersebut? P P N : Apaa yaa, untuk saat ini, saya berusaha untuk kalo saya sudah pulang dari kantor saya tukar dengan quality time, sisa-sisa quality time yang sehari-hari, tapi kalo sabtu dan minggu dengan mereka, 187 P N supaya paling tidak saya itu bisa apa yaa, berusalah untuk memberikan yang terbaik di sisa waktu pulang dari kantor, hari sabtu & minggu walaupun nanti harus bekerja lagi tapi ada dalam1 minggu itu ada waktu yang benar-benar full untuk keluarga ya sementara masih itu karena kaitan nya kalo masih bekerja ya mau gak mau menaati jam kerja, yaa nyenengin anak nyenengin suami ketika punya waktu kita maksimalkan, nyenengin orangtua juga.. : kalo ibu nyenengin anak dan suami gimana buk? P : Jalan-jalan, kuliner, kalo di rumah yaa ngobrol-ngobrol dari hati ke hati, ada masalah apa di sekolah, ada masalah apa di kantor, Alhamdulillah kalo gak ada masalah apa-apa, paling tidak itu saling memperhatikan , ada komunikasi, saling memperhatikan satu sama lain, saling support yaa ituu.. : ibu ada waktu untuk diri sendir gak buk? N : saya gak pernah waktu untuk mikirin diri saya sendiri mas.. P : hihihihii N : benerann, karena saya punya pikiran gini mas, ketikasaya umur mungkin orang mikirin me time itu mulai SMA, SMP ya..SMA sampai kuliah sampai saya dengan bekerja tapi belum berkeluarga itu saya udah banyak banget dikasih Allah waktu untuk me time, ketika saya udah punya anak yaa gak ada lagi waktu buat me time, waktu saya buat keluarga saya..udah bedalah dulu sama sekarang, jadi saya pun gak merasa tertarik untuk pengen me time, karena pun saya punya waktu untuk refreshing untuk me time saya harus libatkan keluarga, misal kalo pengen ke salon sama anak cewek saya, kalo pengen nonton harus sama keluarga, jadi tetap harus melibatkan keluarga, gak yang kita jalan sendiri, atau hang out sama temanteman itu saya merasa bersalah..jadi kebahagiaan saya sama keluarga..jadi saya gak mikirin misal hang out sama teman-teman, kalo refreshing yaa sama keluarga.. : Kalo sama partner kerja disini lancar buk? P N : lancer, Alhamdulillah, Alhamdulillah hubungannya baik, disini ada teller, ada cs ,ada teman-teman lainnya, ada unit bisnis juga ada juga satu hubungannya baik, dan saya pengen disini seperti keluarga dan saya disini dipercaya sebagai pimpinan cabang saya akan berusaha menempatkan diri saya sebagai orang tua, orangtua yang bisa menuntun teman-teman, saya bombing, kalo ada kurang benar yaa diarahkan, kalo misal didiorong untuk berprestasi, yaa seperti saya memperlakukan anak saya, karena seperti itukan teman-teman enjoy, kalo enjoy kan produktif, kalo mereka disuruh mereka akan semangat gitu, dan kita harus jadi role model, saya bukan tipe orang yang hanya bisa suruh artinya saya akan nyuruh dengan ini,,ee bukan 188 P N P N P N P N P N dengan mulut, saya tipe oramg yang ingin memberi contoh ke teman-teman itu saya juga melakukan, kalo Cuma suruh banyak ya mass, tapi kalo kita juga melakukan misal saya suruh teller jual iniini sementara saya tidak melakukan, ya mereka akan bilang ibuk aja nggak cuman bisa nyuruh banyak orang yang bisa nyuruh,. Tapi ketika saya jualan dan saya nyuruh anak-anak teller otomatis mereka akan segan ohh yaa ibuknya juga jualan juga, berarti kita harus semangat..dan disini juga ada life balance artinya tidak cuman mengurusi pekerjaan tapi juga harus ada kegiatan yang buat life balance contohnya kayak makan bersama di hari tertentu, nanti ada pengajian kayak gitu.. : itu tu keputusan ibuk sendiri atau .. : kalo saya biasanya saya floor kan ke teman-teman, mau nggak gini atau ada usulan teman-teman ya gak papa, bukan dari cuman saya sendiri : Berarti yang ibu kerjain ini bukan peraturan dari bank nya atau ibu sendiri.. : Itu diserahin, kalo itu udah kayak otonomi, jadi setiap cabang berhak untuk mengatur kegiatan apapun yang artinya positif itu boleh ajaa : Ibu ada kendala pekerjaan gak buk? : Alhamdulillah, pasti ada yaa artinya kendala yang bukan kendala trus mandut jadi kendala, jadi artinya kendala yang insya allah bisa diselesaikan.. : Kalo boleh kendala apa aja yaa buk.. : yaa kita kerja itu ada faktor nasabah kurang puas dengan layanan, apa yaa, permasalahan di transaksi perbankan, tapi kendalanya bukan dari saya sihh tapi dari nasabah tapi harus saya selesaikan kayak gitu, tapi ada sihh gak mungkin semua lancar mulus kan gak mungkin, tapi Alhamdulillah sih bisa diselesaikan.. hmhmh : Bagaimana ibuk menyikapi peran ganda yang ibu jalankan? : hmm bisa untuk supaya adil, supaya adil artinya ya konsekuensi saya sebagai wanita karier harus saya jalankan, saya harus patuhi aturannya, tetap harus jalan sebaik mungkin, tapi peran utama saya kan bukan sebagai wanita karier, dunia nyata saya sebagai ibu, nah itu harus saya utamakan, tanpa gimana caranya bisa mengutamakan keluarga tanpa merugikan kantor tapi juga bisa memberikan yang terbaik untuk kantor tapi tidak melupakan fungsi saya sebagai ibuk, jadi harus seimbang.. yaitu saya berusaha tapi kadang kan orang itu keterbatasan waktu adalah harus mau gimana lagi orang itu kerjaan kantor libur-libur harus datang ke kantor , itu dah jadi konsekuensi sih, dan itu alhamdulillah dari suami dan anak-anak gak merasa menjadi gangguan, tapi saya berusaha untuk selalu seimbang, 189 P N keluarga nomor satu tapi karena masih bekerja di bank ini yaa saya kan berikan yang terbaik untuk bank ini.. : Ohyaa buk, paling ituu ajaa makasih banyak bu udah menyempatkan waktunya untuk wawancara.. : Okee sama-sama mass.. Narasumber Pendukung Buk Ani : Ibtiah (06/7/19, 08.00) Status : Asisten Rumah Tangga P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P I P : Assalaamualaikum mbak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015, disini saya mau mewawancarai mbak sebagai narasumber pendukung dari Mbak Ani, ohh ya mbak, bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu mbak? : Namanya Ibtiah.. : Ibtiah sebagai apai? : Asister, eh baby sitter.. : oh ya mbak, kalo di rumah kerjaan mbak gimana ya mbak?? : jagain anak, bersihin rumah sama jagain rumah.. : Trus kalo mbak Ani bekerja, trus anak gmana mbak? : Sama aku, trus jagain, ajak main.. : Kalo mbak Ani ni sering pulang jam berapa ya mbak? : ibuk pulang jam 7an, kadang juga pagi.. : Kalo ibuk di rumah, ibuknya ngapain mbak? : Mungkin juga ajak main sama anaknya.. : Ibuk sering keliatan stress gak mbak? : Nggak,, karena ada anaknya soalnya jadi gak stress, capeknya hilang.. : Trus kalo hubungan dengan ibuk dengan suami gimana mbak? : baikkk : Kalo komunikasinya mbak?? : baik..sering videocallan bertiga ama anaknya,,suaminya jauh.. : hubungan ibu sama anaknya gimana mbak? : Baik,, yaa mereka sering bercanda, lari-larian, main-mainan : Kalo untuk anaknya sendiri sering komplain gak mbak, kalo ibunya gak di rumah? : Komplen, apaa, mau jemput bunda gitu, mau sama bunda gitu.. : Kalo anaknya rewel gimana mbak? : Aku ajak selimbur, main, ajak main keluar, bercanda gitu biar dia lupa.. : Ibunya sering hubungin orang di rumah gak mbak? : Sering.. apa telfonan, videocallan.. : ohyaa mbak, paling gitu aja mbak wawancaranya makasih mbak.. Narasumber Pendukung Buk Kristin : pak Didif (06/7/19, 10.00) Status : Suami narasumber 190 P D P D P D P D P D P D P D P D : Assalaamualaikum mbak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015, disini saya mau mewawancarai bapak sebagai narasumber pendukung dari buk Kristin, bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu pak? : Njeh,,nama saya Didif Sasala saya suami dari buk Kristin, sama bekerja juga : Sekarang bapak bekerja dimana ya pak? : Sekarang saya bekerja di PT Selo Adikarto kulon progo, saat ini saya menjabat sebagai kepala bagian teknis yang dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang konstruski khususnya pengaspalan jalan raya. : Bapak sebagai suami dari ibuk Kristin, apak bapak mendukung karier yang dimiliki buk Kristin? : saya pada prinsipnya mendukung apa yang diinginkan istri saya, saya tidak masalah, selama tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.. : Menurut bapak gimana waktu ibuk bekerja di bank pak? : Memang untuk pekerjaan di bank memang waktunya sangat menyita perhatian khususnya waktu untuk keluarga, karena harus pagi-pagi jam 6 pagi sampai jam 6 sore baru pulang, tapi demikian tidak masalah karean saat ini kan komunikasi kita sangat mudah ya karena sudah ada video call dan sebagainya sudah ada media sosial dan sebagainya, jadi tidak masalah. : Apakah ibu sering stress gak pak? : yaa stressnya masih dalam batas kewajaran, artinya pekerjaannya berat, tapi jarang sekali, artinya kita bekerja tu kita nikmati aja apa adanya sesuai dengan apa yang sesuai dengan kemampuan kita segitu ya mau gimana lagi, tekanan itu bisa kita manajemen dengan baik lah.. : Trus pak, ketika bapak bekerja, ibuk bekerja, anak gimana pak? : Kebetulan orang tua rumahnya dekat dengan rumah kami, kemudian ada saudara juga di rumah kami, sehingga anak-anak kita titipkan di adek kami, saudara kami, artinya tidak masalah lah dengan hal-hal seperti itu.. : Trus gimana dengan lingkungan masyarakat pak? : kebetulan kami tinggal di perumahan disitu banyak sekali keluarga baru, bapak-bapak muda baru, anak-anak juga banyak, lingkungannya juga enak, untuk lingkungan juga baiklah untuk perkembagan anak.. : Berarti pak komunikasi bapak dengan ibuk gimana pak? : Alhamdulillah sangat lancar, sama-sama terbuka, tidak ada masalah, hal-hal pekerjaan ya sebatas pekerjaan, artinya di rumah ya dibahas untuk masalah biasa-biasa saja, artinuya tidak ada dengan konflik dengan pekerjaan, karena kami juga ada setiap kali libur di setiap kesempatan kita kan selalu menggunakan quality time saya sering mengajak jalan-jalan anak dengan istri 191 P D P D P D P : Trus komunikasi dengan anak gimana pak? : Alhamdulillah juga baik, anak-anak juga terbuka, masalahmasalah di sekolah mereka juga terbuka, berbicara apa adanya, jujur, dan kita selalu mendampinginya, toh kalo siang kita juga kerja anak juga sekolah, nanti kalo malam ketemu kita ngobrolngobrol juga jalan-jalan dan sebagainya.. : Berarti keluarga juga mendukung ya pak.. : Mendukung, anak juga mendukung.. : Ada pernah komplen-komplen gitu gak pak? : komplen,, kayaknya belum ya, karena setiap ada waktu itu kesempatan itu kita mesti melibatkan keluarga, belajar, jalan-jalan terus terang saya sering jalan-jalan, piknik.. : okee pak paling itu aja, makasih ya pak sudah mau di wawancara.. Narasumber Pendukung Buk A’ang : pak Bambang (11/07/19, 16.00) Status : Suami narasumber P : Assalaamualaikum pak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015, disini saya mau mewawancarai bapak sebagai narasumber pendukung dari buk A’ang, bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu pak? B : Nama saya Bambang, saya suami dari buk A’ang yang dipergunakan sebagai narasumber pendukung untuk buk A’ang P : Kalo boleh tahu, sekarang profesi bapak sebagai apa ya pak? B : Saya sebagai dokter, di rumah sakit Panubahan, Senopati, RSUD Bantul.. P : oh ya pak, bisa diceritakan gak pak, kalo buk A’ang itu orangnya seperti apa? B : Buk A’ang itu seorang ibu yang hebat bagi anak-anaknya, jadi di sela-sela pekerjaanya ia selalu kalo masalah anak slalu di prioritaskan, misalnya sekolah renang kalo ditelfon udah dikonformasi belum sama pelatihnya, udahh, les bahasa inggris wis nanti yang jemput siapa tinggal konfirmasinya, mengingatkan aja, kalo ini jadwalnya anak untuk les apa, kemudian situasi sudah terkontrol atau terkendali, dia selalu akan memprioritaskan untuk itu P : ketika ibuk bapak bekerja, ibuk bekerja, anak gimana? B : ini ada ibu saya, ada mbahnya, ada asisten ibuk yang bantubantu rumah.. P : ibuk sering di rumah pak? B : ibuk siapa? P : ibuk A’ang pak..kan kerja di bank sering lembur sering ini.. B : Yaa sering lembur, apalagi sekarang semakin sering lembur.. P : Kalo bapak juga kerja, anak ada komplen gak pak? B : jadi kita membuat aturan ketika di rumah pekerjaan gak boleh masuk kedalam rumah.. P : Anak pernah ngeluh gitu gak pak, kok ibuk pulang malam? 192 B P B P B P B P B P B P B P B P B : ohh pernah, anak saya yang umur 5 tahun aja udah bisa.. : trus cara bapak mengatasi hal tersebut? : yaa berarti saya harus menyediakan waktu tambahan ketika saya pulang atau ibunya pulang berarti kita harus menemani mereka. Ada kompensasinya yang harus kita bayarkan.. : ibuk A’ang sering keliatan stress gak pak? : eee kalo stress gak, tapi dia sering curhat ke saya, beberapa kali dia curhat untuk masalah pekerjaan, dan saya akan mendengarkan itu sebagai bagian dari katarsis sebagai luapan beban kerjanya : Dari bapak sendiri, bapak mendukung kariernya buk A’ang gak pak? : Sejauh ini mendukung..ketika dia agak sibuk yasudah saya akan mengurangi waktu untuk bekerja hehehe harus gantian.. : Trus komunikasi dengan ibuk gimana pak? : baikk, kalo gak kita lewat WA, trus kemudian malam tu anak tidur, yaa kita ngobrol sambil nonton tv.. : Apakah dari sekarang bapak sudah memberikan pengertian kepada anak-anak kalo bapak dan ibuk bekerja? : Setiap pagi saya bilang kepada anak..ayah kerja, ibu kerja, nanti anak tertua saya bilang tugasmu hari itu harus momong adek, anak nomor dua nanti momong icaa yaa, dari itu saya kasih pengertian, mungkin mereka belum mengerti, tapi saya berharap mulai ada bahwa dia sebagai kakak punya adek, dia punya kewajiban untuk menjaga adeknya, walaupun mereka belum mengerti tetapi setiap pagi saya akan selalu menyampaikan hal tersebut.. tapi kita harus memberikan kompensasi libur full, kalo libur di rumah, kalo libur yaa sama keluarga.. : kalo konflik-konflik ada gak pak? Antara pekerjaan dan rumah gitu pak? : gak, karena ibuknya sudah memiliki komitmen bahwa pekerjaan itu pekerjaan, kalo di rumah yaa di rumahh.. : berarti konflik tu jarang ya pak? : Konflik tu yaa pasti ada..tapi terkontrol lah..kayak komplen gitu? Saya gak komplen, karena saya tahu betul konsekuensi dari pekerjaannya, kalo saya komplen berarti saya tidak mendukung saya suruh dia di rumah aja..kalo dia bekerja saya harus siap dengan kondisi itu.. : ini buk aang bilang pakai baby siter, itu gimana pak? : Ho oo waktu anak masih kecil, pakai baby sitter, tapi seiring anak saya sudah 3 tahun akhirnya kita gak pakai, tapi mereka ada kategorinya, ada yang baby sitter itu full pekerjaannya, ada yang bisa mengasuh tapi bukan babysitter, sekarang kita udah pake fase berikutnya, orang yang dia bukan full babysitter tapi 193 P B P B P kita meliat ia bisa untuk menenmani anak, di awal 3 tahun kita pakai babysitter trus. : untuk 3 tahun di awal ya pak.. : sebelum 3 tahun di awal… : kalo untuk lingkungan sosial sendiri buk A’ang gimana ya pak? : kalo diperlukan, karena waktunya itu banyak terpakai di kantor toh, dalam seminggulah 5 hari masuk dan dua hari biasanya digunakan untuk kegiatan keluarga, interen kita betul, kemudian untuk komunikasi dengan lingkungan kalo diperlukan, misalnya ada arisan pengajian memang itu istri saya harus hadir, dan itu mesti dia ajak anak.. : Paling itu ajaa pak, makasih sudah meluangkan wantunya untuk di wawancara Narasumber Pendukung Nina : pak Tio (12/07/19, 09.30) Status : Suami narasumber P T P T P T P T P T P T : Assalaamualaikum pak, saya fajrin dari FE UII angkatan 2015, disini saya mau mewawancarai bapak sebagai narasumber pendukung dari buk Nina, baik pak, bisa diceritakan pak, buk Nina ini orangnya seperti apa? : Yaa buk Nina itu orangnya senang dengan pekerjaan mas, di rumah jugaa ya senang kerjaa ya gitu mas.. : kalo untuk kepribadiannya gimana pak? : yaa jelas baik ya mas, kalo gak baikgak akan jadi istri saya : oh yaa pak, apakah bapak mendukung karier yang dijalani istri bapak? : yaa saya sih prinsipnya mendukung apa yang istri saya suka, kalo memamng senang kerja silahkan, yang penting juga jangan meninggalkan tugas-tugas di rumah..sebagai istri juga sebagai ibu dari anak-anak saya.. : Kalo menurut bapak sendiri kalo ibuk di rumah apakah ibuk juga bisa mengerjakan tugasnya dengan baik.. : Alhamdulillah sudah, itu udah konsekuensinya yaa, dan itu dulu komitmennya begitu dengan saya.. : okee pak, apakah ibuk sering pulang malam pak? : yaa dulu,paling pulang malamnya jam 8, dulu awal-awal kerja sampai jam 9, paling sekarang sampai jam 8 itu pun kalo ada rakor.. : kann bapak juga kerja, ibuk juga kerja trus anak gimana pak? : Anak baik-baik aja, anak sudah tahu emang dari dulu sejak lahir kondisinya sudah tahu kalo orang tuanya sudah bekerja, yaa sudah pasti menyesuaikan, kebetulan apa, kalo anak ujian kita berbagi peran, kalo pada waktu anak saya ujian, ya saya mencoba mengganti peran istri saya, semisal ada pertanyaan- 194 P T P T P T P T P T P T P T P T P T P pertanyaan, namun kalo memang ada istri saya ya sudah, jadi saya langsung menggantikan posisinya sebagai ibu.. : kalo ibu sering kelihatan stress gak pak? : yaa stress-stress itu biasa yaa, ya konseskuensinya yang penting di rumah jangan sampai di bawa ke rumah, pesan saya itu dari dulu : tapi kalo di rumah keliatan stress gak pak? : Alhamdulillah baik-baik sajaa.. hahaha : Trus pak, kalo komunikasi bapak dengan ibuk gimana pak? : baik-baik ajaa mas..gak ada persoalan.. : Anak pernah komplen gak pak? : gak, anak sih nurutin orang tua, yang penting kalo orang tuanya senang anak juga senang mas,. : Kan bapak dan ibuk juga kerja, mungkin waktu di rumah banyak terpakai di pekerjaan, gimana bapak mengatasi hal tersebut? : yaa jadi memang waktu antara kerja itu setiap hari senin sampai hari jumat kalo memang di sela waktu antara hari kerja tersebut kami mencoba dengan anak dan istri saya itu yaa keluar bareng mas, yaa makan, tapi di waktu hari sabtu dan minggu saya luangkan waktu untuk keluarga mas, misal nonton bareng makan bareng itu pasti atau jalan cari kulineran gitu itu setiap sabtu-minggu pasti insya allah : kalo konflik gitu ada gak apk? : konflik apa mas? : konflik dengan anak, dengan ibuk? : yaa keluarga itu pasti ada yaa mas, kalo gak ada konflik gak ada keluarga tanpa konflik mas.. : dengan lingkungan masyarakat sekitar, apakah ibuk nina juga sering mengikuti kegiatan masyarakat sekitar pak? : haa itu sih biasanya saya, ibuk Nina gak ikut sih..karna memang biasanya sih di apaa, rumah saya itu kegiatan arisann RT atau RW itu siang atau sore, sudah saya sampaikan kalo ibuk Nina memang biasanya kerja, dan mereka maklum, dan biasanya saya yang ikut,, : oh ya pak , kalo ibuk bekerja, dan bapak di rumah, bagaimana dengan pekerjaan rumah pak? : yaa otomatis mas, misal ibuk belum pulang ya saya gantikan atau anak saya ujian ya saya mendampingi lah, semisal ada yang bisa saya jawab, saya jawab, minimal ada orangtua hadir disitu, anak menjadi tenang.. : paling itu ajaa pak, makasih sudah meluangkan waktunya pakk.. 146 195 LAMPIRAN 3 TABEL REDUKSI DATA 1. Dinamika Karier Masalah yang diteliti Narasumber Analisis Wida Ani Kristin Nina A’ang 32 31 44 40 36 9 tahun 9 tahun 18 tahub 17 tahun 9 tahun Jabatan Staf Audit IT Front Liner Pimpinan Cabang Account Officer Alasan Wanita karier? Ini Pilihannya paling menjadi agak filosofis yaa, bisa membantu Umur Narasumber Lama Bekerja sebenarnya background orang suami, trus kita Mungkin kalo dari keluarga ayah ibu dulu memang mengarahkan memang bekerja karena menurut saya wanita karier itu adalah pekerjaan yang paling tidak Baik, jadi pilihan hidup untuk kemudian bisa berkarir, maksudnya mempunyai background orang tua, aktualisasi diri, mengembangkan 196 wanita tua saya bekerja, ibu walaupun udah karier seorang guru, bapak berkeluarga, biaya juga bekerja, saya memiliki sudut hidup itu yang pandang bahwa nanggung suami, seorang wanita itu aku sendiri itu alangkah baiknya, walaupun tidak mengecilkan pekerjaan ibu rumah juga untuk kita bisa membantu suami yaa..bisa menambah-nambah keuangan keluarga dan sepanjang pekerjaan ini bisa istilahnya apa2 saya lakukuan di biar bisa beli kota yang sama sendiri gitu lo, tanpa tergantung tangga, menurut saya wanita itu punya pada suami. Trus produktivitas Hehehe apa yaa mas, karna dari kecil sudah pengen kerja,,jadinya yaa sudah pilihan.. dengan kota dimana keluarga saya tinggal sehingga saya ketemu sama untuk pengalaman anak saya ketemu juga sihh.. suami saya setiap mengembangkan harinya, yaa gak dirinya, sepanjanga masalah sih dan keluarga dan suami suami saya juga mendukung, seperti mengizinkan.. itu sih., pekerjaan di luar pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga karena ingin mengembangkan potensi diri, kemudian menambah pengetahuan, wawasan mengenai apa yang ada di lingkup pekerjaan kita potensi, Membantu ekonomi keluarga, 197 Masa Saya setelah lulus Berapa ya,, udah dari usia berpa berkarier 2010, berarti saya mau hampir 9 yaa, dari tahun sekitar yahhh baru lulus banget sih tahun 98, berarti umur 23 Jadi udah lama kerja disini udah lama, udah sekitar ehh empat,, eh dari umur 23, 23 ke empat puluh berapa yaa.. 17 tahun . Kemudian 2005- Lebih dari 5 2008 saya berkarir tahun, di PT Lippo Bank Yaitu 9 tahun, 9 Tbk. Kemudian di tahun, 9 tahun 17 tahun 2010 saya tahun, 19 tahun alhamdulillahnya .. saya dapat. Dulu itu Di BPD dari masuk di Bank saya kuliah disini, tahun 2000, BPD sampai dan bukan orang sini berarti 19 tahun dengan saat ini. dan suka hidup di jogja, jadi saya nyarinya yang domestic kayak perusahaan lokal, kira-kira kerja di jogja apa yaa,, saya coba di BPD dan langsung keterima.. Bekerja dari Jadi di kami itu, ada Dulu aku kan dasar beberapa jenis job pekerjaan di masuk sini gak langsung, tapi 3 tahun saya masuk menjadi , account officer, kemudian ada tugas rotasi Ohh saya masuk Pada awalnya pada Back Office, tahun 99, saya saat bekerja di PT outsourcing, pernah jadi teller, Bank Lippo waktu 198 pekerjaan layak umunnya, ada front liner, ada back office macam-macam, jadi outsourcing, kan ada lowongan dari BPDnya sendiri saya dulu pertama ada juga dari kali di back office outsourcing menjadi auditor selama 7 tahun, kemudian pindah lagi pernah di cs, trus itu sebagai tim Account Officer, pernah di back operasional. Teller, kontrak. menjadi kontrol pimpinan cabang office, trus jadi 2010 kontrak 2 internal cabang tahun, kemudian itu selama 2010 diperpanjang levelnya tetap staf – 2015 berarti itu setahun, kemudian cuman saya waktu itu 5 pegawai tetap cuman di tahun..kemudian 2013.. cabang mulai itu dari saya admin pindah lagi menjadi penyelia pengkreditan, sekian pelayanan di lama cabang wates itu di admin pengkreditan itu saya 2 tahun, trus baru sekitar hampir 2 pindah lagi ke tahunlah baru pindah penyelia cabang ke utama satu kantor pusat untuk dijadikan staf audit tadi tahun.. 199 Usaha untuk Meningkatkan menduduki posisi tertentu hmmm Usaha pasti, saya berusaha Meningkatkan karier.. niat sih, usaha artinya memberikan yang kinerja, harus berniat ya agar bekerja sebaik terbaik, kemudian lebih baik lagi, tapi mungkin karna mengembangkan ukuran lebih baik kami masing- potensi, kemudian prestasi, lagi itu bukan masing pada jangan sampai bekerja sebaik jabatan yaa.. saya penilaian pribadi jenuh juga karena mungkin, pribadi merasa yaa penilaian bagaimana pun mengeskplorasi bahwa kerja itu niat kinerja cabang, juga kita juga itu adalah ibadah maupun penilain memaintenance bismillah kalo saya kinerja secara orang yang mana punya jalan karier pribadi dan itu orang itu juga yang lebih baik ada setiap setahun sekali melihat bank jalanlah.. di review nanti akan sesuatu yang tetap ada peniliaian, bisa dicurhati, Panggilan dari penilaian itu yang tetap bisa atasan dalam akan menentukan melayani , jadi ya prosedur HRD, seseorang itu bisa seperti itu, jadi sebenarnya saya eee.. diangkat jadi saya memelihara kurang paham. potensi untuk bisa diri untuk tetap Cuman kalo untuk promosi atau tidak, fresh.. saya sendiri yaa saya jadi bisa Menunjukan ilmu 200 pikir ada penilaian berkembang untuk Untuk lebih itu, kita punya diusulkan ke memiliki prespektif bahwa ini promosi jabatan pengetahun karena kerja keras atau tidak hmmm mengenai hal lain, saya, mungkin jadi disamping saya jadi memang saya seperti itu, tapi harus bekerja sebaik pribadi pada saat mungkin karna mungkin saya saya berkarier di rahasia manajemen, tunjukan prestasi opam itu saya SDM yang saya agar supaya memang ingin menentukan unit yang jadi mengetahui seseorang ini tanggung jawab tentang qualified gitu, ada saya itu administrasi kredit, penentuannya mendapatkan hasil mengenai legalitas yang terbaik bagaimana sehingga itu jadi legalitas hukum salah satu acuan nasabah itu data yang sehingga kredit ini menunjukan saya dijamin aman dan berhasil atau tidak lain sebagainya, ya dalam memenuhi pasti ada hal lain target dari yang ingin kita manajemen pelajarilah, 201 peningkatan karier ini yang saya maksudkan ingin mempelajari hal yang lebih banyak jadi yang bisa membuat nyaman nasabah namun membuat posisi bank juga baik.. Menunggu posisi tertentu Kalo aku lebih Kalo saya sih Menunggu menunggu sebenarnya saya panggilan, panggilan dari tidak terlalu beramibisi itu atasan karena itu gak, tidak ingin salah satu faktor harus begini- aku bisa jalan begini begitu sampai aku lulus nggak, harus tes, sampai jadi mencapai dalam waktu berapa kontrak officer, tahun harus karena panggilan mencapai posisi tidak berambisi 202 dari atasan jadi tertentu itu kita tetap gak bisa nggak, yang pasti kita jadi apa kalo saya dari diri kita memberikan namanya harus tes hasil kerja yang dulu, harus ada terbaik aja, untuk panggilan dari urusan hasil atau sdm dari atasan, apa udah kita kamu ikut ini yaa, serahkan sama yang diatas yang jadi beliau yang menentukan membimbing mungkin lewat kami “kamu ikut atasan atau ini mbak biar bisa manajemen itu punya jenjang karier yang lebih bagus. Trus kalo dari diri sendiri sih dari minat dari diri sendiri sih, karna ditanya aja.. 203 kamu minat gak, Yaaa Kedekatan Sejauh ini saya dengan menilai relative atasan Dekat dekat.. maksudnya? Yaa dekat dekatlah..Kan dengan atasan ya memang deket, hubungan kami baik karena kita kan secara personal setiap ada ketemu dekat, kemudian nasabah ada adakan dekat yang kalo untuk hal kendala apapun gimana gitu pekerjaan juga selalu kita kan..hahahaha intens ada sampaikan. Dekat, koordinasi antara kami dengan atasan.. Peran atasan Apa yaa? Mungkin karena panggilan sebagai orang yang menilai saya, ketika ditanyakan diminta atau tanggapan dari atasan jadi kita tetap gak bisa kita jadi apa mungkin seperti itu namanya harus tes yaa, karna di kami dulu, harus ada itu sistem penilaian panggilan dari kinerja kami oleh atasan langusng, jadi sdm dari atasan, yaa berpengaruh.. yaaa yang namanya hubungan antar personal eee dalam bekerja itu kan emang harus kita jaga, apa yaa.. yang pasti hubungan memang harus baik iya kan.. kalo tidak baik menurut saya tidak hmm pastinya ya memang deket, Penilai kinerja, membimbing yaa, karena kita kan pembimbing, mengarahakan, kan setiap ada ketemu kalo di bank itu kan nasabah ada ada target yang kendala apapun personal, harus dipenuhi selalu kita mengarahkan, bagaimana caranya sampaikan. Ya mentor. kita bisa memenuhi memang harus target pasti ada deket supaya kita peran dari atasan tahu juga hubungan 204 performace indicator kamu ikut ini yaa, penilaian jadi beliau yang kita itu langsung dari atasan, mungkin berperan untuk sebenarnya apa sih mengarahakan, yang diinginkan memberikan strategi terus harusnya seperti pengetahuannya apa, walaupun saya bagaimana yang sendiri wajib punya kita belum tahu itu strategi cuman kan kan kadang- orang itu kan gak kadang atasan itu bisa sempurna apa- kan jam apa dikerjakan terbangnya lebih sendiri pasti ada tinggi ya jadi kita peran atasan untuk lebih sering diri sendiri sih, mengarahkan saya sharing karna ditanya ketika mungkin gap sebenernya. membimbing yaa untuk kami “kamu ikut menentukan si A ini mbak biar bisa patut diajukan dalam punya jenjang jenjang karier atau karier yang lebih jabatan dsb , ini terlepas dari saya bagus. Trus kalo dari diri sendiri secara umum, KPI kita dinilai dari sih dari minat dari atasan langsung kamu minat gak, Yaaa mendukung,, iya gak sih,,hahaha ya emang harus baik dengan atasan dengan rekan kerja kita itu juga kerja sama juga harus baik bagaimana nanti tujuan akhir yang mau dituju, tujuan perusahaan tujuan unit kerja itu bisa dicapai dengan baik, kondusif gitu kan yang harus tutup itu masih kurang saya harus apa strateginya bagaimana itu atasan sangat mengarahakan 205 Latar Ohh iyaa, kalo s2 Tergantung, mas S1 mulai dari belakang lebih masuk ke fajrin daftarnya di bawah program apa..jadi pendidkan kepegawaian yang sebagai lebih atau s2 tapi pekerjaan lebih faktor berpengalaman, tergantung..jadi ada tinggi.. penunjang kalo s1 fresh program yang jalur Tergantung graduate itu kan cepat kayak jalur karier mulai dari bawah, walaupun itu s1 akabrinya ada juga yang jalur biasa nah kalo s2 lebih ke kalo mas fajrin pekerjaan lebih misal s2 tapi mas tinggi gitu.. fajrin daftar di jalur biasa maka mulai dari bawah, tapi kalo mas fajrin lulus di jalur cepat mas fajrin bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi.. pekerjaan, S2 pendaftaran 206 2. Hambatan dalam menjalani peran sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga Masalah Narasumber yang diteliti Wida Waktu kerja Disini tu jam Iyaa, seminggu kerjanya dari jam bisa 2-3 kali, setengah 8 sampai setengah 5 Kalo saya di Ani sering tapi sekali dua kali ada Kristin A’ang Overtime? Jarang lembur, ada sih, artinya aa Beberapa kali, tapi 2-3 lembur setengah 8 harus kalo teman2 disini gak terlalu sering, siap di depan, kalo jam setengah 5 tergantung kitaa piketan sama yang lain mungkin udah selesai, Cuma prioritas pekerjaan seminggu, 5 kali temanku.. memang teman2 yg tergantung dari dengan nasabah, dalam sebulan, lain jam setengah 8, pekerjaan juga ya, kalo nasabah minta overtime, Setiap kalo saya jam 7 kadang ada yang cepat kita juga minggu rapat lembur mana cepat, intinya Lembur? Sering mungkin pas waktu kenyamanan karna itukan Aku di divisi TI itu kayak ini, saya bekerja jam 7 Nina Overtime ya pasti kantor pusat sih gak mas, gak Analisis dalam sampai malam, pengawasan dari dari bank cabang 5 kali dalam penggajian dan nasabah itu memprioritaskna ekstern, itu selesai kayak sebulan lain2 , itu hal biasa prioritas pekerjaan sihh.. teller itu udah selesai gak ada selisih, sudah tutup cabang, baru kita kayak tapi jam kerjanya juga sudah lama, jarang sih mas, itu dari pagi sampai paling akhir sore sampai malam sebulan, sebulan 2 kali maksimal, 207 proses yang itu jugakan sudah kalo ada rapat, eh artinya mem melelahkan kalo ada rapat seminggu sekali backup transaksi pasti itu, kalo rapat itu seharian. sampai malam, ya trus nanti akhir bulan, udah itu aja Anak Haa,,,iya sih, Anakk.. anak misalnya anak Kok pulangnya Gak jugaa sih, tapi Dititpkan karna kita tinggal dah bisa prestasinya kurang malam, kan ada suatu ngomen kepada bagus itu kan mungkin masih yang mereka karena konsekuensi bisa main sama kadang-kadang satu rumah, dan saya dan anak complain orangtua, saya, eyangnya ini belum 3 dari saya bekerja anak-anak , saya bilang kalo hari Prestasi anak udah pensiunan tahun udah begitu.. pulang anak-anak sabtu , saya kurang bagus, jadi di rumah juga kayak orang udah tidur gitu, bonceng naik Komplain ada satu orang gede, dia bisa tapi jam kerjanya besok paginya motor gitu, selesai dengan waktu juga sudah lama, nanya kok naik motor mereka dari pagi sampai semalam pasti bilang, Uti cucu jadi hiburan buat mereka , pada ngomong kayak kerja, masa pensiunnya, gini, sore sampai malam pulangnya malam , aku tadi seharian memberikan Alhamdulillah., ngomongnya itu jugakan sudah yaa tapi sama ibuk lo,.aku pengertian gini,, melelahkan, sampai komplainnya sih sekolah sama ibuk kepada anak bunda kok kerja rumah kan masih gak yang complain lo, dari sana saya ngurus keluarga sampai anak saya dapat gambaran terus sih, gak 208 usah kerja… lah masih harus merasa apaa,, yang bahwa sebenarnya trus siapa yang mengurus rumah, hot complain gak si anak ini pada itu yang terasa ada sih,.yaa saat sekolah kerja ? ayahhh berat, mungkin komplen biasa sih pengen dianter dan umur segini kok idelanya pada anak-anak gitu.. dijemput itu, tapi dah bisa yaa.. akhirnya saya bagi kami prioritas jadii yaaa gituu menyadari idealnya bahwa si anak wanita itu harusnya harus mengerti mengurus rumah juga kebutuhan tangga, kita sebagai membesarkan dan orangtua bekerja mendidik anak bahwa kita sebgai orang tua bekerja bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri mereka juga membutuhkan pengembangan diri 209 Keluarga Hhmmmmm Berapa yaa, tidur tapi jam kerjanya Apaa yaa, untuk Mungkin efektif 3 Merepotkan positifnya saya termasuk iyaa juga sudah lama, saat ini, saya jam 4 jam..kan ada orangtua, dari pagi sampai berusaha untuk waktu tidur.. sore sampai malam kalo saya sudah pikir dengan adanya saya nggak ? berapa Weekend waktu bekerja walaupun lama itu jugakan sudah pulang dari kantor Pastinya waktu keluarga, waktu waktu saya kurang yaa..seminggu melelahkan, sampai saya tukar dengan untuk anak di banyak terpakai gitu tapi kosentrasi yaa, sama anak rumah kan masih quality time, sisa- siang hari saat pekerjaan. paling sampe ngurus keluarga sisa quality time berkurang, tapi itu Quality time di masih harus yang sehari-hari, saya antisipasi mengurus rumah, tapi kalo sabtu dan dengan yang saya terhadap keluarga tidak berkurang rumah paling menurut saya jam 7, jam 7 itu yang terasa minggu dengan pertama karna ortu saya, nanti nanti jam 9 berat, mungkin mereka, supaya sekolahnya dekat anak saya, suami dah tidur, dua idelanya pada paling tidak saya jadi tinggal jalan saya respon jam tu, sehari akhirnya saya itu bisa apa yaa, kaki, trus kedua menyadari idealnya berusalah untuk adanya bis antar terhadap karier saya selama ini, paling 2 jam wanita itu harusnya memberikan yang jemput sehingga feedbacaknya ke sama anak,ka mengurus rumah terbaik di sisa kewajiban saya saya tidak ada kalo pagi dah tangga, waktu pulang dari dalam menjemput keluhan..atau bangun kalo membesarkan dan kantor, hari sabut sudah tergantikan, muncul keluhan , sama suami mendidik anak & minggu jadi tinggal di walaupun nanti komunikasikan harus bekerja lagi aja.. jadi eyang juga ikut nugurusin sabtu minggu dong, berarti sisa-sisa waktu sehari, 210 juga terlibat dalam 2x24 jam, 2 jam tapi ada dalam1 memantau kali 5, 10 jam minggu itu ada Kadang saya waktu yang benar- kadang suami, benar full untuk karena dalam 1 keluarga ya minggu itu ada 3 sifatnya, kita tinggal bareng jugaa yaa gak mau juga sih mau sama Suami tiap minggu pulang, sementara masih kali suami pulang orang tuaa, jadi naik kereta, dia itu karena kaitan jam 9, saya mungkin kesini sabtu, kalo nya kalo masih berusaha ketika negatifnya weekend pasti bekerja ya mau gak suami saya pulang ngerepotin pergi, pasti mau menaati jam malam saya kerja, yaa berusaha tepat orangtua. jalan2 tu, nyenengin anak waktu, nanti kalo sebenarnya aku nyenengin suami suami sore sudah maunya di ketika punya waktu pulang, nanti saya rumah, yaudah di kita maksimalkan, menyelesaikan rumah istirahat nyenengin pekerjaan- orangtua juga pekerjaan yang gitu lo, kan baru tertunda.. kerja, kalo suami , cuman saya kan dia udah sendiri yang kerja maunya kadang merasa disinikan kurang waktunya, 211 jalan,jalann sangat kurang anaknya juga untuk keluarga senengkan saya yang merasa itu, tapi sebenarnya sih mungkin Berpengaruh, keluarga saya tidak kalo ditanya ldr terlalu menuntut tu gak enak, kan itu, alhamdulilah baru 1 tahun ini sih, suami, anakanak dan orangtua ya, termasuk saya mengerti gitu baru, mungki ya, tapi dari sisi orang yg terbiasa saya sendiri yang LDR tu kan, saya kepengen mungkin biasalah, karna aku dulu terbiasa bareng2, trus ini dia jauh emang gak enak, kayak komunikasi punya lebih banyak waktu untu keluarga 212 berkurang, apa2 sendiri, suami apa2 gak bisa bantuin, bantunya Cuma support dong, komunikasi. Prioritasnya harusnya keluarga, harusnya, cuman kadang memang disini kadang ada ngambill weekend sabtuminggu ngambil tetap ada acara kantor yang 213 dituntu harus datang gitu loo Stress jadi kalo ada Awal2 iyaa, trus nggak.. pastilah ada Kalo lelah yaaa Stress langsung masalah yang lama2 nggak, Sesuai, saya kan tekanan dalam pas masa sharing dengan gak menuntut pekerjaan itu, menstruasi terlalu tinggi, apalagi zaman mungkin yaa, jadi menyebabkan stress itu kita floor aku gak nyangka rekan kerja, in di tim itu, nanti kerja disni tu diserahkan sekarang ya ditinggal tidur.. Stress dalam dibahas bareng2, awalnya semuanya sama persaingan ketat di kalo stress karena membagi waktu, jadi sangat kerjanya sampe yang diatas, biar dunia perbankan, saya orangnya tekanan malam, trus gak stress.. ya kalo dibilang extrovert, relatif pekerjaan mau dibikin sering kalo ada kendala menghindari pressure, tekanan yang sangat kuat, emang awal kalo tergantung kita apapun langusng yang pikirin kerja tu menyikapi, kalo konsultasikan, sendiri, yang bikin syaratnya2 gini saya sih lebih baik pasti saya bilang stress, saya bukan gini,, yaa iyaainn kita hadapi ajaa, a,b,c,d solusinya tipikal yang karna mau kerja, kalo kita bikin gimana mas apa stress nanti jadi saya harus ke a, b, sakit, dibikin enjoy atau c, saya lebih ajaa baik saya seperti itu,, trus dijalanin sihh, awalnya stress sihh dan omongkan dari 214 juga capek, pada pendem apalagi untuk sendiri perempuan, trs hamil lahirin, cuti trs masuk 2 bulan, kan 3 bulan kan maksimaln cutinya, trus masuk, yaa stressnya tu bagi waktunya sih, antara menyusui trus perempuan pumping asi, pekerjaan, balik rumah ngurus anak lagi gitu ajasihh ,skarang 215 udah gak sih, anak dah kerjaa… paling pulang malam juga ada pengaruh jugakan Lingkungan Kerja Alhamdulillah kalo gak bisa minta kalo perusahaan lancer, Kalo Lingkunan kerja disini saling tlong sama teman, yaa,.paling nggak, Alhamdulillah, lingkungan kondusif, rekan support sihh dari kan gak musti bisa memberikan Alhamdulillah pimpinan, sendiri, kalo gak tempat yang hubungannya baik, kerja baik, kerja yang lingkungan, teman bisa minta tlong ke nyaman untuk disini ada teller, kondusif, jadi saling jadi tau saya teman, kadang ke bekerjaa.. udahh… ada cs ,ada teman- saling membantu, punya anak kecil senior, pimpinan,, udahhh, kalo teman lainnya, ada menunjang atasan yang yang tiba-tiba kalo gak tau belumm udah unit bisnis juga ada walaupun mengayomi demam saya di pimpinan bantuin.. keluar hehehehe juga satu calling buat ini, oh hahaha ya emang hubungannya baik, ya demam pulang.. harus baik dengan dan saya pengen gitu, Jadi tetap di atasan dengan disini seperti maksudnya itu berikan rekan kerja kita itu keluarga dan saya gak serius, toleransilah juga kerja sama disini dipercaya sering ngojek 216 sebagai seorang juga harus baik sebagai pimpinan relatif enak wanita bagaimana nanti cabang saya akan sih.. Karena pekerjaan tujuan akhir yang berusaha kita tu bareng, di mau dituju, tujuan menempatkan diri share bareng- perusahaan tujuan saya sebagai orang ketemu nasabah bareng, kalo ada unit kerja itu bisa tua, orangtua yang siapa, trus di kendala pun saya dicapai dengan bisa menuntun kantor kita ngomong ke baik, kondusif gitu teman-teman, saya tanya, tadi tu atasan kan bimbing, kalo ada Misalnya diluar ketemu nasabah begini,begini, kurang benar yaa dipecahin bareng- diarahkan, kalo gini-gini bareng, kerjanya misal didiorong dengan karakter tim sih, jadi gak untuk berprestasi, gini-gini, nanti bisa dibebankan yaa seperti saya yang nimpalin, satu orang trus memperlakukan terserah anak saya, karena nanti gini mbak seperti itukan akan seperti ini, teman-teman kita banyak enjoy, kalo enjoy sharing, kita kan produktif, kalo ketemu di jam mereka disuruh mereka akan sore-sore gini lo.. 217 semangat gitu, dan kita harus jadi role model, saya bukan tipe orang yang hanya bisa suruh artinya saya akan nyuruh dengan ini,,ee bukan dengan mulut, saya tipe oramg yang ingin memberi contoh ke temanteman itu saya juga melakukan 218 3. Sikap dalam menghadapi dalam menjalankan peran sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga Masalah Narasumber Analisis yang diteliti Wida Ani Kristin Nina A’ang Dukungan Sejauh ini, Senang dong, apalagi Mungkin kalo suami saya Baik, jadi pada saat Dukungan anak-anak Keluaga keluarga saya kan orang-orang kan dari keluarga ayah mendukung, anak- saya memutuskan dan suami, rela sangat mendukung, melihat kerja di bank ibu dulu memang anak saya sih bekerja kebetulan yaa asalkan yaa itu yaa gitu kan, wahh mengarahkan Alhamdulillah juga saya memang tinggal sifatnya seperti enak kerja di memang bekerja, ndak ada masalah, di rumah ibu mertua. memaklumi keluarga, anak bank,dibandingkan trus sekarang mungkin udah biasa Pada prinsipnya, dari pekerjaan sebagai terutama menjadi pekerjaan yang lain keluarga juga gak ya sama ibuknya keluarga saya pribadi wanita karier prioritas. Jangan maksdunya, kita liat menuntut tapi pulang agak malaman maupun suami sampai terabaikan dari penampilan harus menerima saya itu yaa mereka masih maupun ibu mertua Kebetulan saya bagus kan ada yang bekerja.. maklum, dan saya karena saya tinggal di menikah dalam seperti itu, tapi kalo keluarga apa akan berhenti waktu rumah ibu mertua semuanya balik ke ya,, soalnya yang saya pakai sangat mendukung. posisi sudah dirinya masing2 apa keluarga saya untuk bekerja di hari Namun hal ini juga bekerja, jadi namanya, gak cuma mendukung sih, sabtu dan minggu tidak mengurangi dari awal bukan di bank dong, tempat tidak terlalu karena sabtu minggu tanggung jawab saya hal yang lain juga gitu bermasalah, sudah kan kami libur jadi sebagai ibu. Jadi, ditinggal, 219 masalah buat Yaa, pasti terkondisikan , saya akan ganti saya tetep berusaha suami dan mendukung, kalo tidak ada kuality timenya di bahwa di kantor suami istri bekerja keberatan- hari sabtu minggu, maksimal begitu juga pasti terbantulah, keberatan di sama kalo malam dah kualitas maupun lebih terbantu, cuman dalam keluarga, pulang masih bisa waktu yang saya kalo pulang malam, Cuma mungkin ngobrol sama anak- sediakan untuk dia gak complain sih, hasilnya di anak gak papa rumah. Seperti itu, tapi kasihan karna keluarga itu tidak Alhamdulillah jadi memang saya cewek pulang terlalu bagus mereka senang sihh sebisa mungkin di misalnya anak enjoy giutt jam itu benar-benar prestasinya karena keluarga saya efektif melakukan kurang bagus itu sudah rela saya apa yang bisa dalam kan karena tinggal dari pagi hal ini karena saya konsekuensi dari sampai malam, itu maintanance nasabah saya bekerja kan sangat kredit. Kemudian begitu. mendukung berarti setelah jam kerja saya nggak, anak saya yaa,,saya tinggal juga fokus untuk itu waktu kecil training lama karena mulai mengajari malah kalo saya kalo mau promosi anak-anak saya gak kerja itu harus training ,,kek karena kebetulan malah disuruh gitu gitu,, nah itu yaa sudah besar-besar. ibuk kerja aja mereka sangat Jadi yang paling keluarga. Faktor, satu dari diri saya sendiri, kedua keluarga ketiga lingkungan saya yaa 220 haahah kelainann mendukung jadi ya besar sudah umur 11 yaa..kalo dibilang Alhamdulillah sih tahun. aktor yang paling utama yang paling besar sih dari keluarga.. Kepuasan Saya bisa masih kalo misal kita bisa hidup balance puas dengan antara saya dan keluarga, saya pekerjaan Puas.. hmmm ya ada Pastinya puas, saya Puas, bisa membagi kalanya kita kurang merasa di setiap waktu dengan apa yaa,,hmm puas untuk pekerjaan tahap kehidupan imbal hasil dari itu kan kita masih saya, saya sudah keluarga, pekerjaan anak, saya dan ototmatis kita perusahaan itu punya gap yang harus memberikan yang berjalan dengan orangtua, bekerja dengan masih bisa untuk kita tutup, ada terbaik dan bukan baik, gaji, imbal walaupun orangtua baik disini, disini membuat apa yaa, sesuatu yang harus apa yang saya hasil dari jauh. Saya mau ada penilaian kualitas hidup kita selesaikan tapi dapatkan lebih dari perusahaan, bisa yang masih baik, itu belum yang saya berikan, yang pasti terselesaikan yang jadi relatif, bagi saya cuti gak masalah, saya mau ambil kinerja masing- memenuhi hak-hak saya gak masing pegawai, minimal tuntutan kayak gitu gitu yaa, kalo kerja gak ada masalah, so far penilaian kinerja secara ekonomi apsti ada ganjalan komplen nasabah saya merasa puas masing-masing itu kesulitan- yaa, tapi ketika itu udah cukup, dan kalo Kurang puas dengan pegawai itu diliat kesulitan ekonomi sudah kita lalui, kita anak-anak pada saat pekerjaan, belum itu tidak jadi tutuup gapnya, kita tiga-tiganya sekolah Aaa saya sih merasa nyaman sih dari pekerjaan kebutuhan keluarga 221 mas, kalo puas dalam arti pekerjaan saya sekarang, jujur karena pekerjaan saya sekarang ya saya merasa bahwa yaa maksud saya dengan pekrjaan yang saya emban sekarang dalam arti karier, saya merasa sudah cukuplah, karena saya supportingkan, gak yang kewajiban saya, dan di keluarga juga tidak menuntu banyak hal, Cukupp yaa cukuppp Kalo dari sisi gaji, saya nilai cukup kalo dari segi pembagian waktu sudah di arrange dengan baik, permasalahan saya dari senin sampai jumat di kantor, lebih banyak jam di kantor, tapi saya merasa kehidupan saya di luar kantor kita itu selesai apa masalah gitu, enggak kalo nilainya memang lalui kita selesaikan itu, bagi saya merasa maksimal di karena yang dicari permasalahnnya, gak Alhamdulillah sudah, rumah ekonominya,, kalo gantung sampai maksudnya mereka dari sisi bathin itu sekarang.. sudah bisa sehat, bisa bagus memang mungkin ya tida baik kayak gitu bisa 100 % sekolah, bagi saya yang di rumah saya otomatis kita belumm, karena saya ibarat apa ya gak belum merasa dapat teguran dan maksimal, karena waktu saya masih diterusin disini, banyak terbuang di dan dari segi gaji pekerjaan pun kita penuh gitu lo, misal kalo dibangun lebih baik kan bisa dikurangin, kalo kepuasan buat keluarga yaa hmm dari gaji itu kita bisa ngasih ke sudah cukup.. 222 Komunikasi dalam arti keluarga bisa juga berkualitas gitu, gak hanya senangsenang di kantor, trus nanti tiba di rumah tinggal capeknyaa, gitu gak sih saya merasa juga sangat berkualitas juga, dari itu saya merasa cukupp.. keluraga beliin Kita tiap hari video kayak komunikasi anak,, bisa gak ada kendala, karena dari kecil Memberikan berkurang, apa2 menerima, karena baik2 aja, lancar2 saya sudah pengertian, sejak kecil sudah aja,. bekerja saya rasa pemahaman callan,suami saya juga slalu sih, anak saya tidur atau anak makan, kalo cewek atau istri kan bisa beliin ini tanpa minta ke suami.. sendiri, suami ditinggal gitu.. bangun video call, apa2 gak bisa mendukung, kalo di rumah yaa mereka komunikasi video atau lagi makan bantuin, bantunya karena sudah ngobrol-ngobrol dari memahami pada call. atau belum video Cuma support terkondisikan hati ke hati, ada saat kita callan, saya juga dong, komunikasi. masalah apa di berangkat pakai kok siang2 itu Terima kasih sekolah, ada masalah telfon mama tanya sudah mau apa di kantor, baru ngapain, kita mengerti.. Alhamdulillah kalo seragam, itu bahwa ibu saya 223 punya wa grup kalo jauh2an tu gak ada masalah apa- bekerja, trus nanti keluargakan mungkin kalo apa, paling tidak itu saya sudah pulang sharing2, trus ada ponakan masing2 ngomong lewat saling memperhatikan , ada mereka juga gak pada nanyain, jadi telfon, ngomong komunikasi, saling mau lepas, kalo saya juga harus lewat wa, video memperhatikan satu untuk alur pada sharing2 kalo call sama lain, saling pekerjaan mereka support yaa ituu.. relatif sudah jam segini anak2 lagi begini, pada jam anak bobok, tapi saya kasih main, tetap pengertian kalo terpantau sih Karna anak saya baru berumur dua tahun jadi belum mengerti banget, cuman sekarang dia udah tahu, saya saya itu telat pulang karena ada pekerjaan di kantor yang harus diselelesaikan, jadi dari situ lama-lama lebih setelah mereka paham, 224 memberikan dewasa ya lebih penejelasan bisa mengerti sedini mungkin kalo saya tu gak mau ngumpet2 , saya beri penjelasan “ nak mama kerja dulu” walaupun dia cuek karna belmu mengerti, tapi saya berusaha kasih input trus, ketika jam segini saya pamit untuk kerja, ketika 225 pulang pun jam segini yuk main sama mama. Jamnya sama mama dulu nih, jadi akhirnya dia mulai terbiasa walaupun dalam aktivitas dia main, tapi saya tetap pamitin, jadi dia tau kalo jam segini itu mungkin dirasa, mugnkin mamanya gak ada kalo jam 226 segini(pulang) “mama mama” dia tahu jam segini mamanyadah pulang Ketika Haa,,,iya sih, karna Jadi, memang kita Dititpkan ke sedang kita tinggal satu prioritas pada tumbuh orangtua rumah, dan saya kembangnya, dalam bekerja dan anak saya, artian pada saat dia anak eyangnya udah kurang umur dari dua dititipkan pensiunan jadi di tahun kami tahu ke orang tua rumah juga ada kebutuhannya sebatas satu orang cucu makan dan hygenitas, jadi hiburan buat memang ada ibu mereka , pada mertua yang masa pensiunnya, memonitor tapi kita Alhamdulillah., pakai baby sitter, tetap kita pakai baby sitter, dan kemudian usia lepas diatas dua 227 tahun kita prefer mencarikan sekolah yang secara pondasi agamanya kuat, kemudian tempatnya juga baik, ada anatar jemputnya.. Ketika Anak ada sedang pembantunyaa.. bekerja Yaa pekerjaanya ya , jemput anak saya sekolah, kadang-kadang nganterin, kadang-kadang mamanya, yang pasti masak dan bersih-bersih.. Asissten rumah tapi kita pakai baby Ada tangga dipakai cuman sitter, tetap kita pakai Asisten rumah bersih-bersih, nyuci, baby setrikan itu cuman kemudian usia lepas tangga, menjemput semimggu tiga kali.. diatas dua tahun kita anak,mengerjakan prefer pekerjaan rumah.. sitter, dan anak kalo ada apa2 dititipkan kan, pembantuku ke pengasuh telfon, dia bilang sekolah yang secara ini anakya panas, pondasi agamanya kuat, kemudian langsung dah yang termo, ini ini inii, kalo nanti emg masih panas banget, aku langsung pulang, mencarikan tempatnya juga baik, ada antar jemputnya.. pembantu, 228 228 LAMPIRAN 4 DISPLAY DATA Alasan Berarier Internal Eksternal - Aktualisasi diri dalam mengembangkan potensi dan kemampuan pada pada diri -Membantu suami dalam membantu ekonomi keluarga - Minat dari diri sendiri - Karena background orangtua, dan arahan orang tua - Menambah pengalaman Spiritual - Bekerja sebagai ibadah 229 Melawan Hambatan Menggapai Keseimbagan Hambatan Dukungan dalam menjalani peran ganda -Overtime -Komplain Anak -Waktu kerja tidak flesibel -Stres -Kelelahan Soliusi menghadapi hambatan pekerjaan dan keluarga - Coping Stres -Lingkungan Kerja yang kondusif - Dukungan Keluarga -Keluarga tetap menjadi prioritas -Fokus ke keluarga tidak terpecah - Memaksimalkan Waktu Weekend 230 Usaha-usaha untuk menyalaraskan pekerjaan dan kehidupan rumah Komunikasi -Memberikan pengertian sejak dini. - Komunikasi jarak jauh via video call -Bicara dari hatike hati -Saling terbuka dengan keluarga Mendegelasikan Peran Ganda -Peran pembantu asisten rumah tangga, babysitter -Menitipkan anak pada orangtua/mertua Kepuasan -Bisa membantu dan menghidupi kebutuhan anak -Gaji yang penuh -Bisa balance antara rumah dan pekerjaan -Seimbanga antara pekerjaan dan rumah 231 LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI FOTO 1. Buk, Wida, Bank BPD DIY 232 2. Buk Kristin, Bank BPD DIY 233 3. Buk A’ang, Bank BPD DIY 4. Buk Ani, Bank BPD DIY 234 5. Buk Nina, Bank X (disamarkan) 235 6. Ibtiah, Narasumber Pendukung Ani 236 7. Pak Tio, Narsumber Pendukung buk Nina 237 8. Pak Didif, Narasumber pendukung Buk Kristin 238 LAMPIRAN VI BIODATA PENELITI Nama : Fajrin Fauzi Akmal TTL : Padang, 18 Agustus 1995 Jurusan : Manajemen Kosentrasi : Sumber Daya Manusia NIM : 15311312 Alamat Asal : Komp. Cimpagao Permai D.4, Koto Lua, Pauh, Padang, Sumatra Barat No. Telepon : 082169091772 Email : [email protected]