Uploaded by gabriellajesika

18-Article Text-34-1-10-20181009

advertisement
PENGARUH POSISI TIDUR SEMIFOWLER DENGAN KUALITAS TIDUR PADA
PASIEN PPOK DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT PARU RSUD SELASIH
KABUPATEN PELALAWAN
Ardenny1, Fatmi Agus2
1,2
Poltekkes Kemenkes Pekanbaru
email: [email protected]
Tidur sebagai salah satu bagian dari kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh semua manusia untuk dapat berfungsi secara optimal baik sehat maupun
yang sakit, dan kebutuhan tidur setiap orang berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh posisi tidur semifowler dengan kualitas
tidur pada pasien PPOK di ruang penyakit Paru RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan Nonequivalent control group
design. Sampel penelitian adalah pasien PPOK berjumlah 20 orang. Instrumen penelitian
menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan rerata
selisih kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi berkisar 3,4. Artinya adanya perubahan
kualitas tidur antara pre dan post intervensi perubahan posisi semi fowler. Rerata perbedaan
kualitas tidur pada kedua kelompok yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 + 2,798). Terlihat
perbedaan nilai mean antara kedua kelompok adalah 3,40 dengan standar deviasi 1,003,
secara statistik perbedaan tersebut signifikan (p < 0,05). Artinya posisi tidur semifowler
berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien gangguan pernafasan di ruang
penyakit paru RSUD Selasih Pelalawan. Direkomendasikan bagi institusi pelayanan agar
berupaya menerapkan intervensi perubahan posisi tidur dengan semifowler ini sebagai solusi
dalam mengatasi masalah gangguan kebutuhan istirahat dan tidur terutama pada pasien
PPOK.
Keywords: Posisi Semifowler, Kualitas tidur
Sleep as one part of the physiological needs are basic needs that are needed by all humans to
be able to function optimally both healthy and diseased, and sleep each person needs is
different in quantity and quality. The purpose of this study was to determine the effect of
sleeping position semifowler with sleep quality in COPD patients in the hospital Lung
diseases Basil Palalawan. This study uses a quasi experiment with Nonequivalent control
group design. Samples were COPD patients numbered 20 people. The research instrument
using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results showed a mean difference in
sleep quality before and after intervention ranges from 3.4. This means that a change in sleep
quality between pre and post intervention semi-Fowler's position changes. The mean
difference in the quality of sleep in the two groups: (18.80 + 1.795: 2.798 + 15.40). Visible
differences in mean values between the two groups was 3.40 with a standard deviation of
1.003, the differences were statistically significant (p <0.05). This means sleeping position
semifowler effect to improve the quality of sleep in patients with respiratory disorders in the
lung disease hospital Palalawan Basil. Recommended for the care institution in order to
attempt to implement change interventions with semifowler sleeping position this as a
solution to overcome the problem of interference needs rest and sleep, especially in patients
with COPD.
Keywords: Position Semifowler, Quality sleep
9
Kebutuhan manusia menurut Abraham
LATAR BELAKANG
Keperawatan
sebagai
ilmu
Maslow terdiri dari lima kategori, yaitu
terapan memahami dan memandang manusia
kebutuhan fisiologi, keselamatan, sosial,
bukan saja sebagai objek melainkan juga
harga diri, dan aktualisasi diri. Semua
sebagai subjek. Manusia dipandang sebagai
kebutuhan ini merupakan bagian-bagian vital
sistem karena terdiri dari sub sistem yang
dari
membentuk
fisiologis merupakan prioritas teratas karena
manusia
sebuah
yaitu
biologis,
sistem
manusia,
apabila
Keseluruhan sub sistem tersebut satu sama
berpengaruh
lain akan saling mempengaruhi dan apabila
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk
salah satu komponen terganggu maka akan
mempertahankan
kehidupan
menyebabkan gangguan pada komponen
kelangsungan hidup.
Kebutuhan fisiologis
yang lain dan hal inilah yang mendasari
terdiri dari: kebutuhan akan udara (oksigen),
manusia dipandang sebagai makhluk yang
cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi,
holistik. Manusia juga merupakan makhluk
istirahat dan tidur, menghindari dari rasa
hidup yang terdiri dari bio-psiko-sosial-
nyeri, regulasi suhu badan, kebersihan diri,
spiritual yang utuh dan unik (Atoilah &
stimulasi atau rangsangan, melaksanakan
Kusnadi, 2013).
aktivitas
manusia
sebagai
keseluruhan
suatu
yang
keterpaduan,
pada
atau
maka
kebutuhan
kegiatan,
akan
lainnya.
atau
eksplorasi dan
manipulasi serta kebutuhan seksual (Maryam
S, 2013).
yang
Tidur sebagai salah satu bagian dari
mendorong untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan
dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia
dasar yang dibutuhkan oleh semua manusia
adalah aktivitas yang dibutuhkan oleh semua
untuk dapat berfungsi secara optimal baik
orang untuk keberhasilan dan kepuasan
sehat maupun yang sakit (Munardi, 2003).
hidup.
dipandang
Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan
sebagai takanan internal, sebagai hasil dari
perbaikan. Kebutuhan untuk tidur sangat
perubahan
ini
penting bagi kualitas hidup semua orang.
dinyatakan dengan perilaku untuk mencapai
Setiap individu memiliki kebutuhan tidur
tujuan sehingga terpenuhinya kebutuhan.
yang
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sama bagi
kualitasnya (Potter & Perry, 2006).
Kebutuhan
terorganisir
terpenuhi
kebutuhan
psikologis, sosial, spiritual, dan kultural.
Teori kebutuhan manusia memandang
tidak
tetapi
manusia
sistem,
dan
tekanan
semua orang semua usia, baik sehat maupun
sakit (Maryam S, 2013).
berbeda
dalam
kuantitas
dan
Mencapai kualitas tidur yang baik
penting
untuk
kesehatan,
sama
halnya
dengan sembuh dari penyakit. Klien yang
10
sedang sakit sering kali membutuhkan lebih
pola tidur berhubungan dengan nocturia
banyak tidur dan istirahat daripada klien
(banyak kencing)
yang sehat. Penyakit biasanya
tidur
mencegah
beberapa klien untuk mendapatkan tidur dan
istirahat
yang
adekuat.
Penyakit
dan
yang
atau
perubahan posisi
menyebabkan
sesak
nafas
dalam
tubuh
(Smletzer & Bare, 2002).
Kebutuhan
oksigenasi
perawatan kesehatan rutin yang asing,
harus terpenuhi karena apabila kebutuhan
dengan mudah mempengaruhi kebiasaan
oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan
pola tidur seseorang yang masuk rumah sakit
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
apabila hal tersebut berlangsung
(Potter & Perry, 2010).
akan terjadi kematian jaringan bahkan dapat
Seseorang yang masuk dan dirawat
lama,
mengancam kehidupan. Pemberian terapi
dirumah sakit, pola tidurnya dapat dengan
oksigen
dalam
asuhan
mudah berubah dan mengalami gangguan
memerlukan
sebagai akibat dari penyakit dan rutinitas
faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya
rumah sakit yang tidak diketahui . Rutinitas
oksigen dari atmosfer hingga sampai ke
rumah sakit yang khas dapat mengganggu
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses
tidur atau mencegah klien untuk tertidur
respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat
pada waktu biasa mereka. Masalah ini lebih
harus
besar terjadi dimalam pertama rawat inap
oksigen, dan metode pemberian oksigen
atau hospitalisasi, ketika klien mengalami
(Hidayat, 2007).
dasar
memahami
keperawatan
pengetahuan
indikasi
tentang
pemberian
peningkatan total waktu bangun, sering
Menurut Angela dalam Safitri dan
terbangun, serta menurunkan tidur REM
Andriyani (2008), saat terjadi sesak nafas
(Rapid Eye Movement) dan total waktu tidur
biasanya klien
(Potter & Perry, 2010).
posisi berbaring, melainkan harus dalam
tidak dapat
tidur dalam
Menurut Hidayat (2013), faktor yang
posisi duduk atau setengah duduk untuk
menyebabkan gangguan tidur bermacam-
meredakan penyempitan jalan nafas dan
macam.
dapat
memenuhi O2 dalam darah. Posisi yang
mengidentifikasi penyebab masalah-masalah
paling efektif bagi klien dengan penyakit
gangguan tidur seperti gangguan pernafasan,
kardiopulmonari adalah posisi semi fowler
nyeri, takut, dan kecemasan. Gangguan
dimana kepala dan tubuh dinaik kan dengan
kebutuhan
dasar
pada
derajat kemiringan 450 , yaitu dengan
pernafasan
akan
menimbulkan
Biasanya
klien
klien
gangguan
masalah
keperawatan, salah satu diantaranya adalah
menggunakan
membantu
gaya
gravitasi
pengembangan
paru
untuk
dan
gangguan kebutuhan istrahat atau gangguan
11
mengurangi
tekanan
dari
abdomen
ke
diafragma.
yang mengalami gangguan tidur yang salah
Penelitian
menyatakan
Berdasarkan fakta banyaknya pasien
Supadi,
bahwa
dkk
(2008),
satu
penyebabnya
karena
gangguan
posisi
semifowler
pernafasan, maka peneliti tertarik untuk
membuat oksigen di dalam
paru-paru
meneliti tentang Pengaruh Posisi Tidur
semakin meningkat sehingga memperingan
Semifowler dengan kualitas tidur pada
kesukaran nafas. Posisi ini akan mengurangi
pasien gangguan pernafasan di ruang rawat
kerusakan
akibat
inap penyakit paru RSUD Selasih Pelalawan.
tersebut
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dipengaruhi oleh gaya grafitasi sehingga O2
mengetahui pengaruh posisi tidur semifowler
delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan
dengan kualitas tidur pada pasien gangguan
berkurang, dan akhirnya proses perbaikan
pernafasan di ruang rawat inap penyakit paru
kondisi klien lebih cepat.
RSUD Selasih Pelalawan Tahun 2016.
membran
tertimbunnya
alveolus
cairan.
Hal
Survey awal yang dilakukan diruangan
inap penyakit dalam RS Selasih Kabupaten
Pelalawan,
data tahun 2015 menunjukkan
jumlah pasien yang dirawat
diruangan
METODE
Desain
penelitian
adalah
suatu
rancangan yang digunakan dalam melakukan
penyakit dalam sebanyak 1628 orang, rata-
prosedur
rata pasien perbulan sebanyak 135 orang
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
(Medical Record RSUD Selasih, 2015).
quasy
Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada
Nonequivalent control group rancangan ini
tangga l 28 Februari 2015 terhadap pasien
melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
yang dirawat diruangan penyakit dalam,
eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian
terdapat
yang
ini dilakukan dengan memberikan intervensi
kondisinya sedang sesak nafas, dengan yang
kepada kelompok eksperimen, sedangkan
sudah posisi semi fowler 1 orang dan yang
kelompok kontrol tidak diberikan intervensi.
belum posisi semi fowler 2 orang. Dari hasil
Kedua
wawancara,
belum
pengukuran sebelum diberikan intervensi
mengetahui patofisiologi posisi semi fowler
(pre-test) dan pengukuran setelah diberikan
untuk menurunkan sesak nafas pada pasien
intervensi (post-test). Sampel merupakan
PPOK tetapi perawat sudah melakukan
bagian populasi yang akan diteliti atau
tindakan pemberian posisi semi fowler
sebagian jumlah dari karakteristik yang
tersebut pada setiap penderita dengan sesak
dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
nafas.
keperawatan,
3 orang
2
dari
pasien
5
PPOK
perawat
penelitian
experiment
kelompok
(Hidayat,
dengan
sama-sama
kriteria
sampel
2007).
rancangan
dilakukan
meliputi
12
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, di mana
Selengkapnya hasil penelitian ini dapat
kriteria tersebut menentukan dapat dan
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini
tidaknya
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden
pada Kelompok Pre dan Post Test Terdahap Posisi
Semi Fowler di Ruang Penyakit Paru RSUD
Selasih Pelalawan Tahun 2016
sampel
tersebut
digunakan
(Hidayat, 2009). Tehnik pengambilan sampel
pada penelitian ini purposive sampling. Pada
saat penelitian peneliti menggunakan 20
sampel
yang
terdiri
dari
kelompok
eksperimen 10 orang dan kelompok kontrol
10 orang.
PENGUMPULAN DATA
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh dari informasi yang diberikan
oleh responden, penulis menggunakan
alat
pengumpulan
data
dengan
menggunakan lembar kuesioner dan
observasi.
Data sekunder ini bermanfaat untuk
cross check data primer yang diperoleh
penelitian
guna
keperluan
melengkapi data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini melalui data rekam
medis RSUD Selasish Pelalawan dan
informasi dari pihak rumah sakit terkait
tujuan penelitian ini.
analisis
univariat
pada
variabel
peneliltian ini yaitu variabel kualitas tidur
yang
diukur
melalui
Kelompok
Kontrol
No
Pre
Test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
16
21
21
17
20
15
20
19
16
20
21
19
16
21
17
19
16
20
16
18
Post
Test
16
20
21
17
20
16
20
18
16
20
22
20
17
22
17
19
17
20
16
17
Mean
Pre
Test
Post
Test
17
21
16
20
22
15
20
19
18
20
20
19
17
21
19
19
17
20
18
18
13
18
12
16
18
10
20
10
12
17
18
17
15
18
16
17
15
17
15
14
0
1
0
0
0
-1
0
1
0
0
1
-1
-1
-1
0
0
-1
1
0
0
0,1
Selisih
(d)
4
3
4
4
4
5
0
9
6
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
4
3,4
rerata selisih kualitas tidur sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok kontrol
berkisar 0,1, sedangkan selisih kualitas tidur
sebelum
dan
sesudah
intervensi
pada
kelompok eksperimen berkisar 3,4. Artinya
perubahan posisi semifowler lebih efektif
dibandingkan dengan perubahan poisisi semi
fowler pada psaein PPOK yang diraat di
ruang paru RSUD Selasih Pelalawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Selisih
(d)
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa
2. Data Sekunder
ditempat
Kelompok
Eksperimen
instrumen
PSQI.
Peneliti membagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok kontrl dan eksperimen.
Tabel 4.3
Pengaruh Posisi Tidur Semifowler dengan
Kualitas Tidur pada Pasien PPOK di Ruang
Rawat Inap Penyakit paru RSUD Selasih
Pelalawan Tahun 2016
Variabel
Kontrol
Pretest
Postest
Eksperimen
Pre Test
Post Test
Mean
SD
P Value
n
18,40
18,60
2,088
2,037
0,163
20
18,80
15,40
1,795
2,798
0,001
20
13
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa rerata
kedua kelompok (0,2:3,40) dengan standar
perbedaan kualitas tidur pada
deviasi
kedua
(0,05:1,003),
secara
statistik
kelompok kontrol yaitu (18,40 + 2,088 :
perbedaan tersebut signifikan pada kelompok
18,60 + 2,037). Sedangkan pada rerata
eksperimen (p < 0,05), dan tidak signifikan
perbedaan kualitas tidur pada
kelompok
pada kelompok kontrol (p > 0,05). Artinya
eksperimen yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 +
posisi tidur semifowler berpengaruh untuk
2,798). Terlihat perbedaan nilai mean antara
meningkatkan kualitas tidur pada pasien
kedua kelompok (0,2:3,40) dengan standar
PPOK
deviasi
Pelalawan.
(0,05:1,003),
secara
statistik
di
ruang
paru
RSUD
Selasih
perbedaan tersebut signifikan pada kelompok
Menurut analisis peneliti, pada kelompok pre
eksperimen (p < 0,05), dan tidak signifikan
dan post test terdapat perbedaan mean
pada kelompok kontrol (p > 0,05). Artinya
kualitas tidur yaitu kualitas tidur setelah
posisi tidur semifowler berpengaruh untuk
diberikan intervensi dengan perubahan posisi
meningkatkan kualitas tidur pada pasien
tidur menjadi posisi semi fowler berbeda
PPOK
nilia 3,40 dibandingkan dengan kualitas tidur
di
ruang
paru
RSUD
Selasih
Pelalawan.
setelah diberikan intervensi. Artinya, secara
Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan
statistik
sebelumnya,
maka pada bab ini akan
memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur
dibahas secara sistematis dari hasil analisis
pada pasien gangguan pernafasan dengan
uji statistik tentang Pengaruh Posisi Tidur
nilai p value < 0,05.
Semifowler dengan kualitas tidur pada
Keterkaitan antara kondisi seseorang yang
pasien PPOK di ruang rawat inap penyakit
kurang stabil mempengaruhi kenyamanan
paru RSUD Selasih Pelalawan. Pembahasan
dalam mengendalikan dirinya untuk mampu
dalam penelitian ini adalah dengan melihat
beristirahat. Khawatir atas masalah-masalah
teori dan penelitian terkait yang telah
pribadi atau situasi sering mengganggu tidur.
dilakukan oleh peneliti lain yang relevan
Stres
dengan penelitian saat ini.
menjadi tegang dan sering menyebabkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga
rerata perbedaan kualitas tidur pada kedua
menyebabkan seseorang berusaha terlalu
kelompok kontrol yaitu (18,40 + 2,088 :
keras untuk dapat tertidur, sering terbangun
18,60 + 2,037). Sedangkan pada rerata
selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama.
perbedaan kualitas tidur pada
kelompok
Hal ini sesuai dengan teori Potter & Perry,
eksperimen yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 +
(2010) yang mengatakan bahwa siklus tidur
2,798). Terlihat perbedaan nilai mean antara
dan bangun mempengaruhi dan mengatur
perubahann
emosinal
posisis
menyebabkan
semifowler
seseorang
14
fungsi fisiologis dan respon perilaku. Artinya
oksigen, dan metode pemberian oksigen
kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam
(Hidayat, 2007).
beristirahat membutuhkan prilaku adaptif
Menurut Angela dalam Safitri dan Andriyani
untuk menghindari terjadinya stress sehingga
(2008), saat terjadi sesak nafas biasanya
sesorang mampu mengendalikan kondisinya
klien
dalam batas normal.
berbaring, melainkan harus dalam posisi
Menurut
Hidayat
(2013),
tidur dalam posisi
yang
duduk atau setengah duduk untuk meredakan
menyebabkan gangguan tidur bermacam-
penyempitan jalan nafas dan memenuhi
macam.
oksigen dalam darah. Posisi yang paling
Biasanya
faktor
tidak dapat
klien
dapat
mengidentifikasi penyebab masalah-masalah
efektif
gangguan tidur seperti gangguan pernafasan,
kardiopulmonari adalah posisi semi fowler
nyeri, takut, dan kecemasan. Gangguan
dimana kepala dan tubuh dinaikkan dengan
kebutuhan
dasar
pada
derajat kemiringan 45° , yaitu dengan
pernafasan
akan
menimbulkan
klien
gangguan
masalah
bagi
klien
menggunakan
gaya
dengan
penyakit
gravitasi
untuk
keperawatan, salah satu diantaranya adalah
membantu
pengembangan
gangguan kebutuhan istrahat atau gangguan
mengurangi
tekanan
pola tidur berhubungan dengan nocturia
diafragma.
(banyak kencing)
Penelitian Supadi, dkk (2008), menyatakan
atau
perubahan posisi
tidur yang menyebabkan sesak
nafas
dari
paru
dan
abdomen
ke
bahwa posisi semi fowler membuat oksigen
(Smletzer & Bare, 2002).
didalam
Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus
sehingga memperingan kesukaran nafas.
terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen
Posisi
dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi
membran
kerusakan pada jaringan otak dan apabila
cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya
hal
akan
grafitasi sehingga oksigen delivery menjadi
terjadi kematian jaringan bahkan dapat
optimal. Sesak nafas akan berkurang, dan
mengancam kehidupan. Pemberian terapi
akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih
oksigen
cepat.
tersebut
berlangsung
dalam
memerlukan
dasar
asuhan
lama,
keperawatan
ini
semakin
meningkat
akan
mengurangi
alveolus
akibat
kerusakan
tertimbunnya
tentang
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya
Herni (2014) tentang Efektifitas pemberian
oksigen dari atmosfer hingga sampai ke
posisi semi fowler terhadap kualitas tidur
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses
pada pasien Broncho Penumonia di ruang
respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat
rawat inap RSUD Selasih yang menyatakan
harus
bahwa
memahami
pengetahuan
paru-paru
indikasi
pemberian
terdapat
hubungan
yang
kuat
15
(r=0,532) antara perubahan posisi semi
2. Rerata perbedaan kualitas tidur pada
fowler terhadap kualitas tidur (p value
kedua kelompok kontrol yaitu (18,40 +
0,012).
2,088 : 18,60 + 2,037). Sedangkan pada
Berdasarkan uraian di atas peneliti bersumsi
rerata perbedaan kualitas tidur pada
bahwa kebutuhan rasa aman dan nyaman
kelompok
ditentukan oleh faktor intervensi yang sesuai
1,795
dengan
perbedaan nilai mean antara kedua
sehingga
kondisi
mampu
penyebab
stressor
psikologis
seseorang
mengendalikan
melalui
:
eksperimen yaitu (18,80 +
15,40
+
2,798).
Terlihat
faktor
kelompok (0,2:3,40) dengan standar
mekanisme
deviasi (0,05:1,003), secara statistik
koping yang adaptif. Faktor intervensi yang
perbedaan
dimaksud
adalah
kelompok eksperimen (p < 0,05), dan
mampu
tidak signifikan pada kelompok kontrol
perubahan
pada
posisi
penelitian
ini
semifowler
>
tersebut
0,05).
signifikan
Artinya
posisi
pada
meningkatkan kenyamanan seseorang dalam
(p
menghadapai situasi tertentu mempengaruhi
semifowler
kualitas rasa aman dan nyaman.
meningkatkan kualitas tidur pada pasien
berpengaruh
tidur
untuk
PPOK di ruang paru RSUD Selasih
Pelalawan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang
Pengaruh Posisi Tidur Semifowler dengan
SARAN
kualitas tidur pada pasien PPOK di ruang
1. Responden
rawat inap penyakit paru RSUD Selasih
Disarankan
Pelalawan terhadap 20 responden, maka
memanfaatkan posisi semi fowler untuk
dapat disimpulkan sebagai berikut:
meningkatkan kualitas tidurnya dengan
1. Rerata selisih kualitas tidur sebelum dan
baik dan tepat.
sesudah
intervensi
pada
kelompok
bagi
responden
dapat
2. Rumah Sakit
kontrol berkisar 0,1, sedangkan selisih
Disarankan kepada pihak rumah sakit
kualitas tidur sebelum dan sesudah
untuk
intervensi pada kelompok eksperimen
perubahan posisi tidur dengan semifowler
berkisar 3,4. Artinya perubahan posisi
ini
semifowler lebih efektif dibandingkan
masalah gangguan kebutuhan istirahat dan
dengan perubahan poisisi semi fowler
tidur terutama pada pasien gangguan
pada psaein PPOK yang diraat di ruang
pernafasan.
paru RSUD Selasih Pelalawan.
dapat
sebagai
menerapkan
solusi
dalam
intervensi
mengatasi
3. Untuk peneliti
16
Diharapkan untuk
peneliti yang ingin
mengembangkan penelitian ini sebaiknya
menggunakan
analisis
multivariat
sehingga dihasilkan model yang dapat
Fakultas Kedokteran Universitas
Thesis, Universitas Riau.
Riau.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
menjadikan penelitian ini lebih reliabel.
Pieter & Lumongga, L. (2010). Pengantar
psikologi dalam keperawatan. Jakarta :
Kencana.
DAFTAR PUSTAKA
Atoilah & Kusnadi. (2013). Askep pada
klien dengan gangguan kebutuhan dasar
manusia. Jakarta : In Media.
Direja.
(2011).
Buku
ajar
asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Guyton & Hall. (2007). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Jakarta : EGC.
Hidayat. (2006). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Jakarta : Salemba Medika
______.
(2009).
Metode
penelitian
keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta
: Salemba Medika.
_______. (2013). Pengantar kebutuhan dasar
manusia-aplikasi
konsep
dan
proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Maryam, S. (2013). Buku ajar kebutuhan
dasar manusia dan berpikir kritis dalam
keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar
fundamental keperawatan. Jakarta : EGC.
____________.
(2010).
Fundamental
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Rahayu. (2012). Pengaruh terapi musik new
age terhadap kualitas tidur pada pasien rawat
inap diruang mawar RSUD Dolopo
Kabupaten Madiun. Skripsi, STIKes Sutriya
Bhakti Nganjuk.
Sarwono. (2012). Pengantar
umum. Jakarta : Rajawali Pers.
psikologi
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek
penulisan riset keperawatan. Yoyakarta :
Graha Ilmu.
Steven. (2002). Ilmu keperawatan. Jakarta :
EGC.
Stuart & Sundeen. (2001). Buku saku
keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2010). Memahami penelitian
kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Munardi. (2003). Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan tidur pada pasien dengan
perubahan fungsi pernafasan diBadan
Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Thesis, Universitas
Banda Aceh.\
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nova. (2012). Hubungan kualitas tidur
dengan tekanan darah pada mahasiswa
17
Download