Uploaded by Isti Arini

4 ASURANSI SYARIAH TAKAFUL

advertisement
Isti Arini 17108030030
Nur Hamid 17108030034
Mirta Asyhara 17108030037
Alfiya Ilfa 17108030039
DEFINISI ASURANSI SYARIAH
PEDOMAN ASURANSI
SYARIAH
AKAD-AKAD DALAM
ASURANSI SYARIAH
DEFINISI
Harfiah
Istilah
• Kafala, Takaful
• Pertanggungan atau Jaminan
• DSN (Dewan Syariah Nasional)
• Usaha untuk saling melindungi atau saling
menolong antar sejumlah orang, dimana hal
ini dilakukan dalam bentuk investasi berupa
aset (tabarru’) yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad yang sesuai syariah.
• Q.S Al Maidah [ 5] : 2 Tentang Tolong Menolong
•
ِ]2[
‫واتقوا هللا ۖ ا هللا شويو اععقاب‬
‫وال تعاونوا على اال ثمواععووا‬
• “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
(QS. al-Maidah [5]: 2)
• FATWA DSN NO: 21/DSN-MUI/X/2001
• Akad yang sesuai dengan syariah, yakni akad yang
terbebas dari maysir, gharar, riba, bathil, zhulm,
risywah, barang haram, dan maksiat.
Akad yang digunakan
Tijarah
Tabarru’
Point selanjutnya
• kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan
tabarru’
• ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’
• jenis asuransi dan akadnya
• Premi
• Klaim
• Investasi
• Reasuransi
• Pengelolaan
• Ketentuan tambahan
1.
2.
3.
4.
5.
Asuransi syariah (Ta’min , takful atau tadhamun ) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah atau tabbaru yang
memberikan dalam bentuk aset dan / menghadapi risiko tertentu melalui
akad ( perikatan ) yang sesuai dengan syariah
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar
( penipuan ), maysir ( perjudian ), riba ( bunga), zhulm ( penganiayaan ),
risywah ( suap ) , barang haram dan maksiat
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial
akad tabbaru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial
premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah
dana dan kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam
akad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas
akad Tijarah dan / atau akad tabarru’
akad tijarah yang dimaksud adalah mudharabah sedangkan akad
tabarru’ adalah hibah
dalam akad, sekurang kurangnya harus disebutkan : (a) hak dan
kewajiban peserta dan perusahaan; (b) cara dan waktu pembayaran
premi ; (c) jenis akad tijarah dan/atau akad tabbarru’ serta syarat syarat
yang di sepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
dalam akad ( mudharabah ) perusahaan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis)
dalam akad tabarru ( hibbah ) , peserta yang lain yg terkena musibah.
Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelolah dana hibah
jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ pihak yang
tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga mengugurkan
kewajiban pihak yang belum menuaikan kewajibannya
jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah
JENIS ASURANSI DAN AKADNYA
1. dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi
kerugian dan asuransi jiwa
2. sedangkan akad bagi kedua jenis auransi tersebut adalah
mudharabah dan hibah
PREMI
1. untuk menentukan besarnya premi perusahaan syariah dapat
menggunakan tujuan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi
jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan
syarat tidak memasukkan unsur riba dalam hitungan
2. premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat
diinvestasikan
KLAIM
1. klaim dibayarkan berdasyaratkan akad yang disepakati pada
awal perjanjian
2. klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan
INVESTASI
1. perusahaan selaku memegan amanah wajib melakukan investasi
dari dana yang terkumpul
2. investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah
REASURANSI
• Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada
perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip prinsip syariah .
PENGELOLAAN
1. pengelolan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu
lembaga yang berfungsi sebegai pemegang amanah
2. perusahaan asuransi syariah memperoleh ujrah ( fee) dari
pengelolaan dana akad
KETENTUAN TAMBAHAN
1. jika salah satu pihak tidak menuaikan kewajibannya atau jika
terjadi diantara para pihak , maka penyelesaiannya
dilakukan melalui musyawarh
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata dapat kekeliriuan , akan
diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya Fatwa ini
dilaksanakan .
AKAD DALAM ASURANSI
SYARIAH
MUDHARABAH
MUSYTARAKAH
WAKALAH BIL
UJRAH
TABARRU’ PADA
ASURANSI
SYARIAH
Q.S Al Maidah [ 5 ] 1
‫يا ايها اع ِذي امنوا اؤفؤا بلعقو ِو ۚ احلت عكم‬
‫صيو‬
ّ ‫محلّي اع‬
ِ ‫بهيمة ا ْالنعام َاال مايتلى عليكم غير‬
‫ّللا يحكم ما يريو‬
ْ ‫و‬
َ ‫نأنتمحرم ۚ ا‬
“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
(QS. al-Maidah [5]: 1)
• FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL (DSN) NO: 51/DSNMUI/III/2006
Ketentuan
Hukum
Ketentuan
Penutup
Investasi
Ketentuan
Akad
Kedudukan
para pihak
Bagian keempat: bermusyarakah dua modal dengan badan (orang)
pemilik salah satu modal tersebut. Bentuk ini menggabungkan syirkah
dengan mudharabah; dan hukumnya sah. Apabila di antara dua orang
ada 3000 (tiga ribu) dirham: salah seorang memiliki 1000 dan yang lain
memiliki 2000, lalu pemilik modal 2000 mengizinkan kepada pemilik
modal 1000 untuk mengelola seluruh modal dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi dua antara mereka (50:50), maka hukumnya sah.
Pemilik modal 1000 memperoleh 1/3 (satu pertiga) keuntungan, sisanya
yaitu 2/3 (dua pertiga) dibagi dua antara mereka: pemilik modal 2000
memperoleh ¾ (tiga perempat)-nya dan amil (mudharib) memperoleh ¼
(seperempat)-nya; hal ini karena amil memperoleh ½ (setengah)
keuntungan. Oleh karena itu, keuntungan (sisa?) tersebut kita jadikan 6
(enam) bagian; 3 (tiga) bagian untuk amil, (yaitu) porsi (keuntungan)
modalnya 2 (dua) bagian dan 1 (satu) bagian ia peroleh sebagai bagian
karena ia mengelola modal mitranya; sedangkan porsi (keuntungan)
modal mitranya adalah 4 (empat) bagian, untuk amil 1 (satu) bagian,
yaitu ¼ (seperempat). (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis,
2004], juz 6, h. 348).
Ketentuan Hukum
1. Mudharabah Musytarakah boleh dilakukan oleh perusahaan
asuransi, karena merupakan bagian dari hukum Mudharabah.
2. Mudharabah Musytarakah dapat diterapkan pada produk asuransi
syariah yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun non
tabungan.
Ketentuan Akad
1. Akad yang digunakan adalah akad Mudharabah Musytarakah,
yaitu perpaduan dari akad Mudharabah dan akad Musyarakah.
2. Perusahaan asuransi sebagai mudharib menyertakan modal atau
dananya dalam investasi bersama dana peserta.
3. Modal atau dana perusahaan asuransi dan dana peserta
diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio.
4. Perusahaan asuransi sebagai mudharib mengelola investasi dana
tersebut.
Dalam akad, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi
b. besaran nisbah, cara dan waktu pembagian hasil investasi
c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan produk asuransi
yang diakadkan.
Hasil investasi :
Pembagian hasil investasi dapat dilakukan dengan salah satu alternatif
sebagai berikut:
Alternatif I :
a. Hasil investasi dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai
mudharib) dengan peserta (sebagai shahibul mal) sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
b. Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan asuransi
(sebagai mudharib) dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai
musytarik) dengan para peserta sesuai dengan porsi modal atau
dana masing-masing.
Alternatif II :
a. Hasil investasi dibagi secara proporsional antara perusahaan
asuransi (sebagai musytarik) dengan peserta berdasarkan
porsi modal atau dana masing-masing.
b. Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan
asuransi (sebagai musytarik) dibagi antara perusahaan
asuransi sebagai mudharib dengan peserta sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
Apabila terjadi kerugian maka perusahaan asuransi sebagai
musytarik menanggung kerugian sesuai dengan porsi modal atau
dana yang disertakan.
Kedudukan Para Pihak dalam Akad Mudharabah Musytarakah
1. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai
mudharib (pengelola) dan sebagai musytarik (investor).
2. Peserta (pemegang polis) dalam produk saving, bertindak
sebagai shahibul mal (investor).
3. Para peserta (pemegang polis) secara kolektif dalam produk
non saving, bertindak sebagai shahibul mal (investor).
Investasi
1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib
melakukan investasi dari dana yang terkumpul.
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.
• Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No: 52/DSNMUI/III/2006
Ketentuan
Hukum
Ketentuan
Penutup
Investasi
Ketentuan
Akad
Kedudukan
dan
Ketentuan
Para Pihak
• Menurut Pendapat Ulama :
‫ و‬, ‫واجمعت ا ال مة على جو ا ز ا عو كا عة علحا جة ا عيها‬
‫ ( ا عمعا مال ت ا عل عية ا عل‬. ‫تصح با جر و بغير ا جر‬
) :. ‫صر ة علو كتو ر و هبة ا عز حيلى ص‬
Artinya :
• “Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena
diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun
tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah
al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002],
• Wakalah bil Ujarah merupakan akad wakalah dalam asuransi
dimana peserta asuransi memberikan kuasa kepada
perusahaan asuransi dengan imbalan pemberiaan ujarah (fee).
• Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dengan peserta
• Perusahaan asuransi sebagai wakil dan Peserta asuransi
(pemengang polis) sebagai muwakkil
• Akad Wakalah bil Ujrah bisa digunakan dalam produk
asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun
tabarru’ (non saving)
•
•
•
•
•
•
•
kegiatan administrasi,
pengelolaan danan,
pembayaran klaim,
undewriting,
pengelolaan portofolio risiko,
pemasaran, dan
investasi
• hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi;
• besaran, cara, waktu pemotongan ujrah (fee) atas premi; dan
• syarat-syarat lain yang disepakati sesuai dengan jenis asuransi
yang diakadkan.
• Perusahaan asuransi selaku wakil menginvestasikan dana yang
terkumpul
• Investasi tersebut wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan
syariah.
• Jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya maka
penyelesaiannya dapat dilakukan dengan musyawarah dan
Badan Arbitrase Syariah.
• Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 53/DSNMUI/III/2006
Ketentuan
Hukum
Ketentuan
Penutup
Ketentuan
Akad
Defisit
Underwriting
Kedudukan
Para Pihak
Surplus
Underwriting
Pengelolaan
•
•
Akad Tabarru’ pada Asuransi adalah akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolongmenolong antara peserta, bukan untuk tujuan komersial.
Melekat pada semua produk Asuransi (Asuransi Jiwa, Asuransi
Kerugian dan Reasuransi).
• Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu;
• Hak dan kewajiban antara peserta secara individu dalam akun
tabarru’selaku peserta dalam arti badan/kelompok;
• Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
• Syarat-syarat lain yang disepakati, sesai dengan jenis asuransi
yang diakadkan.
• Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh
dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai
pemegang amanah.
• Pembukan dana terpisah dengan dana lainnya.
• Hasil investasi dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan
dibukukan dalam akun.
• Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah
dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah
atau akad Mudharabah Musyarakah, atau memperoleh ujrah
(fee) berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah.
Jika salah satu belah pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak,
maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui musyawarah dan
apabila tidak tercapai kesepakatan selanjutnya penyelesaiannya
akan dilakukan mela Badan Arbitrase Syari’ah.
Download