Ilmuwan IPB Rekayasa Genetik Ikan Betok

advertisement
Ilmuwan IPB Rekayasa Genetik Ikan Betok
Ikan betok (Anabas testudineus) yang hidup di air tawar mulai langka. Pemangsa
serangga yang juga menjadi musuh alami wereng ini makin susah ditemukan dalam
ukuran besar. Untuk itu, peneliti di Institut Pertanian Bogor merekayasa ikan ini secara
transgenik agar lebih cepat berkembang biak.
"Ikan betok liar di Kalimantan, misalnya, semula bisa didapat sampai berbobot 250
gram. Kini yang ada berbobot 70-100 gram per ekor dengan harga Rp 40.000- Rp
70.000 per kilogram," kata pengajar dan peneliti Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Alimuddin, Rabu
(3/8/2011) di Bogor.
Dengan rekayasa genetik, ditargetkan nantinya bisa didapatkan ikan betok berbobot
250 gram per ekor pada umur setahun. Saat ini, penelitian baru tahap memasukkan
hormon pertumbuhan ikan yang lebih besar ke sperma ikan betok.
Menurut ahli biologi Hari Sutrisno dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), ikan betok sebenarnya musuh alami hama wereng
batang coklat yang kini merebak tak terkendali. Ikan betok bisa meloncat untuk
memangsa serangga-serangga yang ada di dedaunan tanaman padi.
Ikan betok dikenal sebagai ikan bethik di Jawa. Dalam bahasa Melayu dikenal sebagai
ikan puyu. Di wilayah perairan rawa Kalimantan Selatan, ikan betok dikenal sebagai
ikan pepuyu dalam bahasa Banjar. Ikan betok memiliki kemampuan merambat di
tanah basah dalam waktu yang relatif singkat sehingga disebut pula sebagai climbing
gouramy atau climbing perch.
Download