Uploaded by User44918

Document 4313909

advertisement
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013-2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta bertambahnya
penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan komunitas yang dapat
melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan
penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah
yang disebut dengan keperawatan komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin,
1987).
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa definisi sehat menurut WHO dan para ahli ?
2.
Apa yang dimaksud dengan kesehatan komunitas ?
3.
Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keperawatan komunitas?
1.3.Tujuan Masalah
1.
Dapat mengetahui definisi sehat menurut WHO dan para ahli.
2.
Dapat menjelaskan tentang kesehatan komunitas
3.
Dapat menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan komunitas
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kesehatan
2.1.1
Pengertian kesehatan.
Tidak ada konsessus tentang definisi sehat. Diketahui ada beberapa cara mencapai derajat kesehatan
tertentu, tetapi sehat itu sendiri tidak dapat diukur.
Dahulu sehat didefinisikan sebagai ada atau tidak ada adanya penyakit. Ningtingale mendefinisikan
sehat sebagai kondisi baik dan menggunakan setiap kekuatan yang dimiliki individu seoptimal mungkin
(Ningtigale 1964). World Health Organization (WHO) memandang sehat secara lebih menyeluruh.
Undang-undang WHO mendefinisikan sehat sebagai “Keadaan sejahtera fisik”, mental, dan sosial yang
utuh dan tidak semata terbebas penyakit atau kelemahan (WHO,1948). Definisi ini :
a.
Mencerminkan perhatian pada individu sebagai manusia utuh yang berfungsi secara fisik,
psikologis, dan sosial. Proses kejiwaan menentukan hubungan seseorang dengan lingkungan fisik dan
sosial disekitarnya, sikapnya terhadap kehidupan, dan interaksi mereka dengan orang lain.
b. Menempatkan sehat dalam konteks lingkungan . Kehidupan manusia, demikian juga dengan
kesehatannya, dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berinteraksi denganya, tidak hanya pengaruh
lingkungan, seperti iklim dan ketersediaan makanan bergizi, tempat berlindung yang nyaman, udara
bersih untuk dihirup, dan air bersih untuk minum, tetapi juga orang lain, termasuk keluarga, pasangan ,
atasan, rekan kerja, teman, dan berbagai macam hal yang terkait.
c.
Menyejajarkan sehat dengan kehidupan produktif dan kreatif. Berfokus pada kehidupan, bukan
pada penggolongan penyakit yang dapat menyebabkan sakit dan kematian.
Sehat juga didefinisikan berdasarkan peran dan performa, Talcolt Parsons (1951), seorang sosiolog
terkemuka dari Amerika dan pencipta konsep “Peran sakit”, menggagas sehat sebagai kemampuan
untuk mempertahankan peran normal.
Pada tahun 1953, president’s Commision on Health Needs of the Nation Amerika Serikat membuat
peryataan tentang sehat” Sehat bukan suatu kondisi melainkan penyesuaian. Sehat bukan sebuah
keadaan melainkan sebuah proses. Proses tersebut membuat individu beradaptasi tidak hanya dengan
kondisi fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosial. “ President’s Commission 1953). Definisi tersebut
menekankan sehat sebagai proses adaptasi, bukan sebuah keadaan.
Pada tahun 1980, American Nurse Association (ANA) dalam peryataan kebijakan sosialnya
mendefinisikan sehat sebagai “ keadaan dinamikmketika potensi perkembangan dan perilaku individu
terpenuhi shingga seoptimal mungkin (ANA,1980). Dalam definisi ini, sehat lebih dari sekedar kondisi
terbebas dari penyakit, tetapi mencangkup upaya mencapai fungsi optimal.
Pada beberapa dekade yang lalu, sejumlah profesional kesehatan termasuk para perawat teoretikus,
telah membuat definisi sehat. Sebagian besar orang mendefinisikan dan menggambarkan sebagai
berikut
1.
Terbebas dari gejala dan nyeri sebanyak mungkin.
2.
Dapat aktif dan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan.
3.
Selalu bersemangat.
Karakteristik ini menunjukkan bahwa sehat bukan sesuatu yang didapatkan individu secara mendadak
pada waktu tertentu. Sehat merupakan suatu proses berkelanjutan yang mendorong setiap aspek
tubuh, pikiran, dan perasaan saling terkait selaras mungkin.
Banyak faktor yang mempengaruhi definisi individu tentang sehat. Definisi tersebut beragam,
bergantung pada pengalaman masa lalu individu, ekspektasi diri, usia, dan pengaruh sosiokultural.
Perawat harus mengetahui definisi pribadi mereka tentang sehat dan harus menghargai bahwa orang
lain juga memiliki definisi sendiri. Definisi seseorang tentang sehat mempengaruhi perilaku yang
berhubungan dengan sehat dan sakit, perawat dapat memberikan bantuan yang lebih berarti guna
membantu mereka meraih atau mencapai keadaan sehat
2.1.2
Indicator sehat
1. Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak setiap individu tanpa membedakan
suku dan jenis kelamin
2.
Semua orang mempunyai kebutuhan belajar
3. Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan belajarnya atau kebutuhan bantuan utk
mencapai tingkat sehat yang tinggi
4. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat untuk dirinya, shg
pengetahuan memiliki makna tertentu
5. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi kesempatan masyarakat luas untuk hidup
lebih baik sesuai potensi dan pengaruh standar hidup
6. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada waktu
yg berbeda
7.
Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya, agama dan latar belakang sosial klien
8.
Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda
2.1.3. Karakteristik sehat
1.
Anggotanya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.
2. Menggunakan sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk menghematnya demi generasi
mendatang.
3.
Secara terbuka mengenali dirinya sendiri
4.
Siap menghadapi kritis.
5.
Mempunyai saluran komunikasi yang terbuka.
6.
Koping individu yang efektif.
7.
Meningkatkan derajat kesejahteraan.
2.1.4. Perilaku sehat
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yg merasa dirinya sehat, dan bertujuan
memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 3 tujuan yang ingin dicapai dlm perilaku
sehat ini adalah : Perilaku preventive Protective Promotive
a. Perilaku preventif: upaya memelihara kesehatannya dengan mencegah datangnya penyakit. Caranya
dapat dlilakukan dengan Medical activities & non-medical activities Terdapat 2 tingkatan yaitu: Primary
preventive: langsung mencegah penyakit: medical actiities (imunisasi), non medical actities (minum
jamu) Secondary preventive: tidak langsung mencegah penyakit (mandi, rekresi).
Model ini fokusnya adalah perilaku kesehatan preventif. Ada 3 golongan variable yang diidentifikasi
sebagai yang determinan dalam perilaku pencegahan yaitu motivasi prediposisi, variable kendala dan
variable Kondisi.
1. Motivasi predisposisi. Bahwa setiap perilaku ada motivasinya yaitu untuk mencapai suatu tujuan.
Ada 3 tipe tujuan orang melakukan perilaku pencegahan penyakit ggi yang masing-masing orang
berbeda : Untuk meningkatkan derajat kesehatan atau menghindari kemungkinan sakit. Untuk
mendapatkan persetujuan orang2 terdekat Untuk memperoleh pengertian agar perilaku tertentu
disetujui atau diakui sendiri manfaatnya.
2. Variabel Kendala Yang merintangi orang yang telah termotivasi untuk melakukan suatu perilaku
kesehatan : Internal = kurang pengetahuan tentang perilaku sehat dan ketakutan dalam pengobatan
gigi. Eksternal = kekurangan sumberdaya (uang, waktu atau dokter yang diperlukan)
3. Variabel Kondisi Tingkat pendidikan sama halnya megurangi kendala Pengalaman kesehatan
sebelumnya Status social ekonomi Melindungi tubuh dari gangguan penyakit (minum vit, pakai kondom,
jas hujan atau payung) Peningkatan kualitas/ derajat kesehatan, konsumsi vit, olah raga, menu makan
diatur, berat badan diatur.
b. Perilaku protective, yaitu upaya untuk melindungi badan dari rasa sakit, seperti melakukan
pengobatan segera ketika didapatkan rasa sakit pada tubuhnya untuk mencegah terjadinya komplikasi
sejak dini. Misalnya minum oralit ketika terjadinya diare, sebelum terjadi dehidrasi.
c.
Perilaku promotif. Yaitu upaya untuk memelihara kesehatannya dengan ikut serta melakukan
penyuluhan tentang pencegahan penyakit, dengan cara meningkatkan pengetahuan. Seperti mengikuti
penyuluhan tentanng pemeriksaan payudara sejak dini, meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan stroke dengan rajin mengikuti penyuluhan yang ada.
2.2 Kesehatan Komunitas
2.2.1 Konsep kesehatan komunitas
Pada abad ke-21 mendatang penduduk dunia akan memiliki derajat kesehatan yang semakin baik, umur
harapan hidup semakin panjang, masalah lansia semakin menonjol, ditemukannya berbagai macam
vaksin, program sanitasi dasar juga semakin membaik serta menurunnya berbagai penyakit menular
klasik (WHO, 1998). Kecenderungan tersebut memiliki korelasi dengan membaiknya kondisi socialekonomi di berbagai Negara. Tetapi sampai saat ini masih banyak Negara berkembang yang melakukan
penangan kesehatan untuk penduduknya secra konvensional, masih menekankan pada pengembangan
rumah sakit, penanganan peristiwa sakit yang dilakukan secara episodic. Negara tersebut juga belum
melakukan upaya preventif dan promotif secara optimal. Oleh karena itu peran perawat kesehatan
menjadi sangat penting, bervariasi dan cukup menantang. Dengan demikian perawat perlu memiliki
pemahaman tentang konsep kesehatan komunitas bagi seluruh perawat yang bergerak di bidang
tersebut.
Dalam buku Wolf, L.V. dkk, dikatakan bahwa kesehatan menurut komisi kepresidenan Amerika Serikat
adalah adanya efisiensi jasmani, mental dan social dan syarat pertama untuk hidup sempurna ialah
kesehatan. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) merumuskan kesehatan sebagai suatu keadaaan tanpa
penyakit atau kelemahan. Dikatakan pula bahwa kesehatan adalah salah satu hak azasi setiap insan.
Kesehatan merupakan suatu kesatuan yang utuh dari manusia, sebagai hasil dari hubungan yang
seimbang antara komponen jasmani, psikologis dan social-kultural. Dengan kata lain kesehatan
merupakan homeostasis biopsikososial. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung pada stressor
yang ada dan kemampuanya untuk mengatasi masalah serta memelihara homeostasis. Setiap manusia
mempunyai suatu rentang yang terdiri dari dua kutub. Kutub yang satu merupakan lambang atau
keadaan sakit dan yang lain lambang atau keadaan sehat optimal. Manusia biasanya berada di antara
dua kutub ini, kadang-kadang ia sakit dan kadang-kadang merasa pada posisi sehat.
Konsep kesehatan yang dikembangkan oleh Halbert dikatakan bahwa sehat adalah suatu keadaaan
ketika seseorang dapat berfungsi dengan baik karena potensi orang tersebut sedang dipuncaknya.
Menurut parson (1972), sehat adalah kemampuan untuk melaksanakan peran dan fungsinya secara
efektif, sedangkan Dubos (1978) mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu proses yang kreatif,
individu secara aktif dan terus menerus mengadaptasi lingkungan. Pendapat beberapa ahli keperawatan
tentang kesehatan antara lain adalah pendapat Peplau H., yang mengatakan bahwa kesehatan adalah
suatu proses yang berlangsung dan mengarah kepada kreativitas, konstruktif serta produktif. Sedangkan
Orem E. D., berpendapat bahwa kesehatan adalah integritas individu dan pemeliharaan diri sendiri
secara umum merupakan dasar untuk dapat berfungsi secara optimal. Pendapat lain diutarakan oleh
King M.E., bahwa kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus kehidupan manusia
untuk memperoleh adaptasi secara terus menerus terhadap stress.
Definisi sehat terkini yang dianut oleh beberapa Negara maju seperti Kanada yang mengutamakan
konsep sehat-produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya
kesehatan harus diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup
agar bisa hidup produktif (Sampoerna D., 1999). Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam
konsep sehat, serta memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia dan di
anggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun
tersebut terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep
dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Sampoerna D.,
1999).
Bagi persepsi kesehatan individu yang antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Suatu keadaan bebas dari gejala penyakit dan rasa nyeri apabila memungkinkan.
b.
Dapat aktif dan melakukan suatu kegiatan yang diinginkan sebanyak-banyaknya.
c.
Mempunyai semangat yang tinggi setiap saat.
Kesehatan individu tidak dapat dicapai secara tiba-tiba, tetapi merupakan suatu proses dalam mengelola
kehidupannya sendiri dengan cara mengatur dan mengembangkan setiap aspek dari tubuh, aka;/pikiran,
dan perasaan sehingga tercapai keseimbangan yang harmonis. Perawat perlu memahami persepsi
tentang sehat dari setiap pasiennya sehingga ia dapat membantu untuk pencapaian kondisi sehat yang
diinginkan pasien. Untuk dapat memfasilitasi p-engembangan kesehatan individu yang diinginkan.
2.2.2 Kesehatan dan kesejahteraan prima
Kesehatan prima adalah suatu keadaan yang sejahtera, yang berarti adanya sikap dan perilaku yang
mencerminkan kualitas hidup yang tinggi serta adanya tingkat potensial maksiamal dari individu
(Anspaugh, Hamrick & Rosata, 1991). Konsep dasar dari kesehatan prima antara lain mencakup idu,
pencapaian tujuan, dinamis, pertumbuhan proses.
Kesehatan prima adalah keputusan suatu pilihan untuk dapat mencapai kesehatan optimal.Kesehatan
prima adalah jalan hidup yang di ambil dengan mengubah gaya hidup guna mencapai potensial tertinggi
untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Kesehatan prima adalah suatu proses dalam mengembangkan kesadaran diri supaya tidak berakhir pada
titik, tetapi tetap sehat dan berbahagia di setiap kejadian, tempat dan waktu.
Kesehatan prima merupakan saluran energi yang efisien, energi diterima dari lingkungan yang
dipindahkan ke diri sendiri dan dikirim untuk memengaruhi dunia luar.
Kesehatan prima adalah bentuk integrasi dari tubuh, akal dan perasaan yang dinilai dari setiap kegiatan
yang dilakukan, buah pikiran dan perasaan serta percaya adanya pengaruhnya terhadap kesehatan.
Kesehatan prima adalah penerimaan dan kecintaan pada apa yang dipunyai.Pengambilan keputusan
sehari-hari dalam area nutrisi, pengelolaan stres, olahraga fisik, pelaksanaan upaya pencegahan,
kesehatan emosi dan aspek kesehatan lain yang sangtat baik secara keseluruhan dalam individu.
Menurut Heddy dan Pepper (1993), pendapat tentang sehat-sejahtera prima masih membingungkan,
tetapi secara garis besar dapat diartikan sebagai hal yang subjektif , yang diartikan sebagai suatu
keadaan seimbang,harmonis dan vitalitas hidup yang tinggi. Secara objektif dapat dideskripsikan sebagai
suatu keadaan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia. Travis dan Ryan (1988), mengatakan
bahwa sehat prima adalah kemampuan individu untuk memilih jalan hidupnya, mampu berproses,
penggunaan energi yang efisien, terjadinya integrasi yang baik antara tubuh, akal dan perasaan dan
dapat menerima serta mencintai apa yang dipunyainya.
Anspaugh, dkk (1991) mengusulkan adanya lima dimensi dalam sehat optimal, yang mewujudkan
adanya kesehtan dan kesejahteraan prima manusia yang harus memenuhi kriteria dalam setiap dimensi
berikut.
a. Dimensi fisik
Kemampuan untuk menyelesaikan tugasnya sehari-hari, pencapaian kebugaran (seperti
kardiovaskuler,paru-paru dan gastrointestinal), menjaga nutrisi tetap adekuat dan ketepatan proporsi
tubuh dari timbunan lemak, bebas dari penggunaan obat-obatan,alkohol serta rokok dan secara umum
mempraktikkan gaya hidup positif.
Kemampuan berinteraksi secara baik dengan sesama dan lingkungannya, dan dapat menjaga dan
mengembangkan keakraban individu dan dapat menghargai serta toleransi pada setiap pendapat dan
kepercayaan yang berbeda.
b. Dimensi emosional
Kemampuan untuk mengelola stres dan mengekspresikan emosinya yang dapat diterima oleh pihak lain.
kesehatan emosi mencakup kemampuan untuk bertanggung jawab, menerima dan menyampaikan
perasaanya serta dapat menerima keterbatasan orang lain.
c. Dimensi intelektual
Kemampuan untuk belajar dan menggunakan informasi secara efektif antarpersonal, keluarga dan
pengembangan karier. Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk secara terus menerus tumbuh dan
belajar guna beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru.
d. Dimensi spiritual
Percaya adanya beberapa kekuatan (seperti alam,ilmu pengetahuan, agama dan bentuk kekuatan lain)
yang diperlukan manusia dalam mengisi kehidupannya. Setiap individu mempunyai nilai, moral dan etika
yang dianut.
Setiap komponen dapat terjadi tumpang tindih, faktor dalam komponen satu secara langsung sering
mempengaruhi faktor lain, contoh: seseorang yang belajar mengontrol tingkat stres dari fisiknya
diharapkan juga dapat menjaga stamina emosinya yang digunakan dalam menanggulangi krisis.
Kesehatan prima mencakup semua aspek kerja dalam model.
2.2.3 Kesehatan komunitas.
Komunitas merupakan kumpulan orang yang berbagi beberapa karakteristik dalam kehidupan mereka.
Dapat berarti bahwa mereka hidup pada lokasi yang sama, datang ke gereja tertentu, atau bahkan
berbagi minat yang sama, seperti melukis. Kelompok yang membentuk komunitas atas dasar kesamaan
minat anggotannya sering kali disebut sebagai komunitas minat (mis. Kelompok agama atau budaya).
Komunitas juga dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang anggotanya berinteraksi baik
secara formal maupun informal dan membentuk jaringan yang bekerja untuk kepentingan semua orang
di komunitas. Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat dipandang memiliki masalah kesehatan
yang sama, misalnya insiden mortalitas atau tuberkolosis bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit
menular lain. Keperawatan komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan kelompok populasi.
Menurut kamus,community adalah masyarakat yaitu sekumpulan orang yang hidup bersama disuatu
tempat dangan ikatan-ikatan aturan tertentu (Poerwadarminta, 1991). Menurut Effendy N. (1997), unit-
unit masyarakat adalah komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai tujuan dan nilai yang sama.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh
rasa identitas suatu komunitas.
Dalam kozier dkk (1997) dikatakan bahwa komunitas adalah sekumpulan orang, tempat mereka dapat
berbagi atribut dalam kehidupannya. Dapat disebabkan karena mereka tinggal dalam satu lokasi,
mempunyai tempat ibadah yang sama, atau adanya kesamaan minat seperti pekerjaan. Komunitas juga
dapat diartikan sebagai sistem sosial yang setiap anggotanya baik formal maupun informal saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk suatu keuntungan bagi seluruh anggotanya. Juga dikatakan bahwa
ada lima fungsi komunitas, yaitu: produksi, distribusi, konsumsi dan pelayanan yang baik,sosialisasi,
kontrol sosial, interpartisipasi sosial serta dukungan mutualistis.
Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat mempunyai pandangan yang sama terhadap masalah
kesehatan yang ada di lingkungannya, contohnya adalah tingginya insiden kematian bayi atau penyakit
menular yang meresahkan seperti tuberkulosis atau infeksi HIV. Stanhope dan Lancaster (1996),
mendefinisikan perawatan dan praktik kesehatan umum yang diaplikasikan untuk promosi dan
melindungi kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan bersifat umum dan komprehensif dengan
menitik beratkan pada pertanggung jawaban kepada masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Effendy N. (1997), ada dua istilah yang perlu dipahami sebelum membahas keperawatan
kesehatan komunitas, yaitu Publik Health Nursing (PHN) dan Community Health Nursing (CHN). Kedua
istilah tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia mempunyai arti yang sama yaitu
keperawatan kesehatan masyarakat. Public Health Nursing dikatakan sebagai istilah lama, sebagai
contohnya adalah buku yang ditulis oleh Ruth B. Freeman dengan judul Public Health Nursing
Practice (1981), Freeman tidak lagi menggunakan istilah Public melainkan diganti dengan
istilah Community (Effendy N., 1977). Menurut Effendy, pembahasan istilah tersebut disebabkan karena
publik mengandung pengertian sangat luas, tidak jelas batasnya, sulit untuk mengukur sasarannya dan
pembinaan.
A. Lima fungsi utama Komunitas
1. Produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa kesemuanya merupakan cara komunitas untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya. Fungsi ini meliputi tidak hanya berupa penyediaan
makanan dan pakaian, tetapi penyediaan air, listrik, dan perlindungan polisi dan pemadaman kebakaran,
dan pembuangan sampah.
2. Sosialisasi. Sosialisasi merujuk pada proses transmisi nilai, pengetahuan, budaya dan keterampilan
kepada orang lain. Komunitas biasanya memiliki sejumlahinstitusi yang didirikan untuk sosisalisasi,
keluarga, gereja, sekolah, media, organisasi sosial dan sukarela dan lain sebagainya.
3. Kontrak sosial. Kontrak sosial merujuk pada cara pemeliharaan tata tertib di dalam komunitas.
Hukum ditegakkan oleh polisi,, regulasi, kesehatan masyarakat dijlankan untuk melindungi masyarakat
dari penyakit tertentu. Kontrak sosial juga dilakukan dalam keluarga, gereja, dan sekolah.
4. Interpartisipasi sosial. Interpartisipasi sosial merujuk pada aktivitas komunitas yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap persahabatan, kelurga, dan gereja sejak lama telah
memenuhi kebutuhan ini meskipun demikian berbagai organisasi negeri dan swasta juga menyediakan
fungsi ini.
5. Dukungan bersama. Dukungan bersama merujuk pada kemampuan komunitas untuk menyediakan
sumber daya saat terjadi penyakit atau bencana. Meskipun keluarga diandalkan untuk memenuhi fungsi
ini, layanan kesehatan dan sosial mungkin diperlukan untuk menambah bantuan, keluarga, jika bantuan
diperlukan untuk waktu yang lama.
B. Sepuluh Karakteristik Komunitas Sehat
1.
Merupakan komunitas yang anggotanya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.
2.
Menggunakan sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk menghematnya demi
generaasi mendatang.
3.
Secara terbuka mengenali adanya sub kelompok dan menerima partisipasinya dalam kegiatan
komunitas.
4.
Siap menghadapi kritis.
5.
Merupakan kominitas penyelesai masalah, dapat mengidentifikasi, menganalisis, atau mengatur
untuk memenuhi kebutuhannya.
6.
Mempunyai saluran komunikasi yang terbuka yang memungkinkan aliran komunikasi diantara
semua sub kelompok warga komunitas di semua arah.
7.
Selalu berusaha untuk membuat sumber daya sistem selalu tersedia bagi semua anggota
komunitas.
8.
Memiliki cara yang sah dsan efektif untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi didalam
komunitas.
9.
Mendorong partisipasi maksimal dari warga komunitas dalam pengmabilan keputusan.
10. Meningkatkan derajat kesejahteraan diantara anggota komunitas.
C.
Pusat Kesehatan Komunitas
1. Sekolah atau kampus
Pelayanan yang diselenggrakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat
kesehatan dan pendidikan seks,. Selain itu perawat yang bekerja disekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada penyakit akkut yang bukan kasusu kegawadaduratan seperti
influenza.
2. Lingkungan kesehatan kerja
Asuhan keperawatan ditempat ini bertujuan untuk
a. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengnan mengurangi jumlah kecelakaan yang ada.
b. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c. Mengurangi transmisi penyakit antar sesame anggota kerja.
d. Memberikan program peningkatan kesehatan
e. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedariratan dan memberikan pertolongan pertama.
3. Lembaga kesehatan perawatan di rumah
Perawat dibidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan dirumah, misalnya,
perawatan dirumah, home care.
4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawat lain. Selain itu
dimanapun perawat bekerja dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
D.
Aspek Utama Pengkajian Komunitas
1.
Lingkungan fisik.
Tentukan batas alam, ukuran, dan densitas populasi : jenis tempat tinggal, dan insiden kejahatan,
vandalisme,dan penyalahgunaan obat.
2.
Pendidikan
Pertimbangan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan sekolah yang ada, jenis dan jumlah layanan
kesehatan yang ditanggani oleh pihak sekolah, program makan siang disekolah, olahraga ekstrakulikuler,
perpustakaan, dan layanan konseling, program pendidikan kontinu atau program pendidikan jangka
panjang dan tingkat keterlibatan orang tua disekolah.
3.
Keamanan dan transportasi
Pertimbangan layanan pemadam kebakaran, polisi, dan sanitasi, sumber air dan perawatannya, kualitas
udara, layanan pembuangan sampah, ketersediaan dan keamanan transportasi umum, dan ketersediaan
layanan ambulans.
4.
Politik dan pemerintah.
Pertimbangan jenis pemerintahan, organisasi yang aktif dikomunitas, orang-orang berpengaruh
dikomunitas isu-isu terbaru yang muncul pada pemilihan suara lokal, dan rata-rata jumlah peserta
pemilihan.
5.
Layanan kesehatan dan sosial
Pertimbangan fasilitas rumah sakit, fasilitas layanan kesehatan, dan layanan kesehatan yang tersedia,
jumlah , jenis, dan beban kasusu rutin profesional kesehatan komunitas, kemudahan akses ke layanan
kesehatan secara geografi, ekonomi, dan budaya. Sumber informasi kesehatan tingkat imunisasi
diantara anak-anak dan orang dewasa, harapan hidup dikomunitas, ketersediaan layanan kesehatan
dirumah dan perawatan jangka panjang, ketersediaan layanan transportasi disemua fasilitas kesehatan
utama.
6.
Komunikasi.
Pertimbangan koran lokal, stasiun radio, dan televisi, jasa pas, akses internet, dan layanan telepon,
frekuensi forum, publik, dan adanya papan buletin informal.
7.
Ekonomi
Pertimbangan industri dan pekerjaan utama, presentase populasi yang bekerja atau sekolah, tingkat
pendapatan serta kualitas dan jenis perumahan, program kesehatan kerja, perusahaan besar
dikomunitas.
8.
Rekreasi
Pertimbangan fasilitas rekreasi baik didalam komunitas maupun diluar komunitas, teater dan bioskop,
jumlah dan jenis gereja dan layanan agama, jumlah dan pemanfaatan taman bermain, kolam renang,
taman dan fasilitas olahraga, tingkat partisispasi dalam berbagai program gereja, jumlah dan jenis
komite sosial, organisasi, dan klub yang ada.
Sumber data pengkajian komunitas.
a.
Peta untuk melihat batas komunitas, jalan, tempat ibadah, sekolah, taman, rumah sakit dan
sebagainya.
b.
Data sensus negara bagian untuk komposisi dan karakteristik populasi.
c.
Kamar dagang untuk statistik ketenagakerjaan, industriu utama, dan pekerjaan primer.
d.
Departemen kesehatan negara bagian atau daerah untuk lokasi fasilitas kesehatan, program
kesehatan kerja, jumlah profesional kesehatan, jumlah penerima santunan, dan sebagainya.
e.
Dewan rencana kesehatan kota atau regional untuk kebutuhan dan praktik kesehtan.
f.
Buku telepon untuk lokasi organisasi, komite dan fasilitas sosial,rekreasi, dan kesehatan.
g.
Perpustakaan umum dan poerpustakaan untuk pelaporan penelitian sosial, dan budaya daerah.
h.
Administrasi fasilitas kesehatan untuk informasi tentang beban kasusu pegawai, jenis masalah
yang sering muncul dan kebutuhan yang dominan.
i.
Direktur taman hiburan untuk program yang disediakan dan tingkat kedatangan.
j.
Departemen kepolisisan untuk insiden kejahatan, vadalisme, dan kecanduan obat-obatan.
k.
Guru dan perawat sekolah untuk insiden masalah kesehatan anak dan informasi mengenai fasilitas
dan pelayanan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
l.
Koran lokal untuk aktivitas komunitas yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan,
seperti penyuluhan kesehatan atau pameran kesehatan.
Layanan kompuyter online yang dapat memberikan akses terhadap dokumen publik yang berhubungan
dengan kesehtaan komunitas.
E.
Perencanaan dan Implementasi.
Perencanaan kesehatan komunitas dapat ditujukan untuk memperbaiki manajemen krisis, pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, atau promosi kesehatan. Tanggung jawab perencanaan pada tingkat
komunitas biasanya berbasis luar. Sumber daya pasti dan keterampilan anggota komunitas sering kali
bergantung pada ukuran komunitas. Kelompok perencanaan berbasisi luas berpeluang besar
menciptakan rencana yang dapat diterima anggota komunitas lain. Selain itu, orang-orang yang terlibat
dalam perencanaan menjadi tahu tentang masalah, sumber daya, dan interhubungan dalam sistem.
Ketika menetapkan prioritas, perencanaan kesehatan harus bekerja sama dengan konsumen, kelompok
kepentingan, atau pihak lain yang terlibat untuk membuat pioritas masalah kesehatan. Penting untuk
mempertimbangkan nilai dan kepentingan anggota komunitas, beratnya masalah, dan sumber daya
yang tersedia untuk mengidentifikasi dan melakukan tindakan terhadap maslah. Rencana cenderung
menghasilkan perubahan, sehingga anggota kelompok perencana harus memahami dan menggunakan
teori perubahan yang terencana.
F. Evaluasi
Dalam kesehatan komunitas, evaluasi menentukan apakah intervensi yang direncanakan memfasilitasi
pencapaian tujuan dan sasaran yang dibuat, misalnya apakah cakupan imunisasi anak prasekolah
meningkat? Karena kesehatan komunitas biasanya merupakan proses kolaborasi antara penyedia
layanan kesehatan, pemimpin masyarakat, politikus, dan konsumen, semua pihak tersebut dapat
terlibat dalam proses evaluasi. Sering kali, perawat komunitas merupakan agen evaluasi, yang
melakukan pengumpulan dan pengkajian data yang menentukan keefektifan pelaksanaan program.
2.3 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.
2.3.1 Definisi dan Tujuan
a.
Definisi
Pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan ( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin,
1987 )
b.
Tujuan
Tujuan dari keperawatan komunitas adalah untuk upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat melalui upaya sebagai berikut
1. Pelayanan keperawatan langsung ( Direct care ) terhadap individu, keluarga, kelompok dalam
konteks komunitas
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana
masalah atau issue kesehatan masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Table 3-1 Perbandingan antara focus kesehatan tradisional dengan promosi kesehatan dan harapan.
(sumber: kozier,1997).
Tujuan utama
Pesan pokok
Tradisional
Promosi kesehatan
Harapan
Identifikasi dan koreksi
masalah
Pencegahan penyakit
dan mengurangi resiko
Peningkatan kesehatan
Perawatan prefesional
kesehatan akan
melayani anda
Pengobatan
Anda akan panjang
umur jika terbebas dari
penyakit
Informasi dan
perubahan perilaku
Anda bertanggung
jawab dan akan lebih
baik dengan dukungan
Pengalaman yang
positif dan pengaruh
budaya
Agens perubahan
Klien dan budayanya
Individu, keluarga dan
masyarakat
Masalah
Terus menerus
Target
Lamanya intervensi
Sesuai dengan waktu
berlangsungnya
program atau kelas
Berakhir setelah
masalahnya selesai
2.3.2
Kegiatan Promosi Kesehatan
Pendekatan dari organisasi promosi kesehatan, pusat kesejahteraan dan pusat kesehatan tradisional
menggunakan pendekaatan yang berbeda dapat dilihat pada table 3-1 kegiatan promosi kesehatan
dapat dilakukan pada tingkat pemerintah seperti program perbaikan gizi secara nasional atau kegiatan
pada tingkat personal sebagai contohnya adalah program latihan individu.
Program promosi kesehatan pada tingkat individu dapat dilakukan secara aktif atau pasif. Strategi pasif
digunakan pada klien yang menerima usaha promosi kesehatan. Contohnya adalah adanya usaha
pemeliharaan dan pengadaan air bersih serta pembuangan limbah, hal ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit.
Strategi aktif bergantung pada komitmen individu serta keterlibatannya dalam mengadopsi program
promosi untuk kesehatannya. Strategi aktif sangat penting untuk mengontrol kehidupan dan tanggung
jawabnya terhadap kesehatannya sendiri. Contoh strategi aktif dalam mengubah pola hidup adalah: (1)
pengelolaan program diet guna memperbaiki nutrisi, (2) program bantuan diri untuk mengurangi stress
yang berhubungan dengan orang tua, (3) program latihan untuk kekuatan dan ketahanan otot, (4)
kombinasi diet dan latihan guna mengontrol/menurunkan berat badan. Usaha kesehatan yang paling
baik adalah kombinasi dari strategi pasif dan aktif.
A. Tipe program promosi kesehatan :
Berbagai variasi program dapat digunakan dalam promosi kesehatan, yang antara lain adalah
1. Penyebarluasan informasi.
Penyebaran informasi merupakan tipe dasar dalam promosi kesehatan. Metode yang digunakan dapat
bervariasi yang antara lain adalah penggunaan koran, brosur, poster, gambar atau buku. Informasi yang
disebarkan pada masyarakat terutama yang berkaitan dengan perubahan pola hidup dan perilaku
individu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sebagai contoh adalah bahaya mengemudikan mobil
bila dalam keadaan mabuk, perlunya imunisasi pada bayi dan anak, hipertensi, bahaya penggunaan obat
– obat terlarang, AIDS dan sebagainya. Penyebaran informasi digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kepedulian individu dan kelompok pada kebiasaan hidup sehat.
2. Pengkajian tampilan kesehatan dan harapan.
Dilakukan untuk memotivasi individu agar dapat secara spesifik mengurangi resiko dan dapat
mengembangkan kebiasaan hidup sehat. Pengkajian harapan difokuskan pada pengingkatan
penggunaan metode yang lebih positif.
3. Perubahan pola hidup dan perilaku.
Kegiatan ini menuntut partisipasi individu untuk dapat mengubah kualitas hidup secara umum individu
akan mengubah gaya hidupnya setelah mendapatkan informasi dan merasa perlu adanya perubahan
perilaku yang lebih menguntungkan bagi dirinya.
4. Program control lingkungan.
Mempunyai pengembangan respons dalam menumbuhkan kepedulian manusia terhadap lingkungan
yang membahayakan dirinya seperti racun, polusi udara maupun air.
B. Seting kegiatan promosi kesehatan
Program promosi kesehatan dapat dilakukan baik secara individu maupun pada keluarga di rumah atau
pada komunitas yang dilakukan di sekolah, tempat kerja maupun rumah sakit. Banyak individu akan
merasa nyaman jika mempunyai perawat, konsultan diet atau pelatih kebugaran yang datang
kerumahnya untuk memberikan penyuluhan dan mengikuti perkembangannya sesuai dengan
kebutuhan.
Tipe program diupayakan agar tidak membebani pembiayaan, oleh kerena itu pendekatan kelompok
atau grup jauh lebih efektif karena selain lebih murah juga memotivasi untuk terlaksananya program
dengan baik. Program komunitas biasanya dilakukan beberapa kali di suatu kota atau negara. Tipe
program bergantung pada keahlian kelompok/institusi yang melaksanakannya seperti promosi
kesehatan, proteksi spesifik, dan skrining untuk deteksi dini suatu penyakit.
Departemen kesehatan setempat melakukan program imunisasi, skrining tekanan darah, departemen
pemadam kebakaran yang mengajarkan cara pencegahan kebakaran, serta polisi yang mengajarkan
program naik sepeda yang aman bagi anak – anak. Rumah sakit mulai memperhatikan promosi dan
prevensi dengan focus pada kesehatan pegawai. Karena bekerja dalam lingkungan yang berdampak
stress sebagai akibat dari pekerjaan yang penuh resiko dan juga mengubah pola hidup serta kebiasaan
yang dilakukan sebab harus memprioritaskan jadwal dinasnya. Program yang diajukan oleh organisasi
kesehatan berfokus pada upaya preventif yang spesifik, seperti infeksi control, pencegahan kebakaran,
pencegahan cidera tulang punggung dan pembatasan dampak negative dari sinar X.
Semua manajer harus memahami masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan pola hidup
pegawai seperti pembatasan merokok, latihan fisik dan kebugaran, mengurangi stress dan managemen
waktu. Setelah itu program meningkat ke yang lebih luas dan bervariasi yang dilakukan pada masyarakat
sekitar rumah sakit, dengan demikian rumah sakit mendapatkan tambahan pemdapatan.
Program Promosi Kesehatan di sekolah dilakukan untuk dapat memberikan pengetahuan dasar pada
anak tentang personal higiane dan issue ilmu kesehatan. Sebab sekolah merupakan focus dari
kehidupan anak untuk beberapa tahun, sekolah merupakan tempat pelayanan yang efektif, murah, dan
nyaman bagi terlaksananya program kesehatan. Perawat sekolah dapat mengajarkan tentang nutrisi
dasar, perawatan gigi, aktivitas dan permainan, obat dan minuman terlarang, kekerasan domestic,
eksploitasi/penganiayaan anak dan issue yang berhubungan dengan seksual dan kehamilan. Guru di
sekolah juga dapat ikut berperan dalam menanamkan pola hidup sehat, seperti kebutuhan udara bersih,
air bersih dan kesehatan lingkungan.
Program di tempat kerja juga perlu dikembangkan, sebagai indicator dapat dilihat angka absensi
karyawan yang sakit. Oleh karena itu perlu adanya program yang terkait dengan kebutuhan dan
kenyamanan kerja, seperti adanya kantin yang memenuhi kesehatan, standart udara yang baik di
kantor, pencegahan kecelakaan kerja, skrining tekanan darah, informasi tentang teknik relaksasi dan
kebugaran. Keuntungan dari karyawan yang mendapatkan program kesehatan dengan baik adalah
adanya perasaan sejahtera, sehat optimal, pengontrolan berat badan serta menurunnya stress akibat
kerja. Sedangkan keuntungan dari institusi/rumah sakit yang mempunyai program kesehatan untuk
pegawainya adalah meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja, pengingkatan moral pegawai,
menurunnya absensi dan turunnya “turn over”.
2.3.3 Model Promosi Kesehatan
Ada tiga model promosi kesehatan yang banyak dianut pada saat ini yaitu :
1. Model promosi kesehatan menurut Pender
Model dari Nola Pender, menekankan pada promosi kesehatan daripada perilaku proteksi atau prevensi.
Model ini mempunyai tiga kategori perilaku promosi yaitu (a) factor kognitif dan persepsi, (b) factor
modifikasi, (c) pilihan kegiatan.
Factor kognitif dan persepsi. Factor kognitif dan persepsi merupakan pengantar utama dalam
mekanisme motivasi untuk memperoleh dan mempertahankan perilaku promosi kesehatan yang cukup
hal – hal sebagai berikut.
a. Pentingnya kesehatan, informasi kesehatan ditempatkan pada posisi yang tinggi, hal ini
diperlihatkan dengan perilaku membaca informasi tentang kesehatan dari buku – buku saku yang ada.
b. Control kesehatan, masyarakat mengetahui bahwa dirinya dikontrol kesehatannya. Control
dilakukan dengan melihat perilaku masyarakat itu sendiri seperti kebiasaan merokok dan kedisiplinan
penggunaan sabuk pengaman di dalam mobil.
c. Memaksimalkan usaha sendiri, konsep ini merujuk pada suatu keyakinan individu bahwa dirinya
telah berhasil mencapai apa yang diinginkan, sebagai contohnya adalah pencapaian berat badan ideal
sebagai hasil dari latihan yang teratur.
d. Pengertian kesehatan, cara seseorang mendefinisikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh
ketertarikannya pada perilaku promosi kesehatan.
e. Status kesehatan, pencapaian status kesehatan dapat dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas dari
perilaku promosi kesehatan yang diterima.
f. Keuntungan dari promosi kesehatan, keuntungan yang didapat dari promosi kesehatan (contoh
kebugaran fisik, kesejahteraan psikologis dan menurunnya stress) dipengaruhi oleh tingkat partisipasi
individu dalam melaksanakan program promosi kesehatan. Dengan pengulangan perilaku itu sendiri
merupakan kekuatan dan pendorong untuk mendapatkan keuntungan dalam memperoleh kesehatan
yang optimal.
g. Rintangan, persepsi individu tentang rintangan dalam melaksanakan program adalah keterbatasan
waktu dan fasilitas sehingga sulit mewujudkan kegiatan tersebut.
Factor modifikasi mencakup hal – hal sebagai berikut :
a. Factor demografi seperti : umur, jenis kelamin, ras, suku, pendidikan dan penghasilan.
b. Karakteristik biologis seperti : presentase lemak dan total berat badan yang berkaitan dengan
ketaatannya berlatih.
c. Pengaruh interpersonal seperti : harapannya kepada seseorang yang berarti dalam hidupnya, pola
perawatan kesehatan keluarga dan interaksinya dengan petugas kesehatan professional.
d. Factor situasi seperti : kemudahan untuk mendapatkan alternative promosi kesehatan dan pilihan
lingkungan (contoh : hotel dan menu restoran merupakan pilihan yang terjaga kesehatannya).
e. Factor perilaku seperti : pengalaman yang diperoleh, pengetahuan dan keterampilan dalam
mempromosikan kesehatan.
Pilihan seseorang terhadap kegiatan promosi kesehatan bergantung pada pilihan internal dan pilihan
eksternal. Pilihan internal adalah ketertarikan seseorang pada potensi untuk bertumbuh atau
meningkatkan perasaan sejahtera. Pilihan eksternal, dapat dilihat dari pembicaraan seseorang tentang
pola perilakunya serta informasi yang di dapat dari media cetak tentang kesehatannya seseorang atau
keluarganya dan perhatiannya terhadap lingkungan.
2. Model promosi kesehatan menurut Kulbok
Model Kulbok menekankan pada perilaku kesehatan yang sifatnya preventif. Kegiatan yang di lakukan
merupakan upaya maksimal dalam menyimpan kesehatan (“stock in health”). Hipotesis yang
disampaikan adalah pentingnya factor social dan sumber kesehatan bagi seseorang. Sumber social
merujuk pada tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga. Sumber kesehatan merujuk pada
kesejahteraan psikologis secara umum, persepsinya tentang kesehatan itu sendiri, status kesehatan,
tingkat energy/kekuatan, kemampuannya menggunakan sumber kesehatan yang ada, partisipasi dalam
kelompok social dan jumlah dari teman – teman akrab yang dapat membantunya.
Perilaku preventif berhubungan dengan kegiatan fisik, diet, tidur, merokok, minum alcohol, minum kopi,
higiane gigi, penggunaan sabuk pengaman, pemanfaatan tenaga kesehatan professional untuk
mencegah penyakit serta control tekanan darah.
3. Model promosi kesehatan menurut Neuman
Dalam model promosi kesehatan yang disampaikan oleh Betty Neuman (1995), prevensi kesehatan
terdiri dari tiga tingkat yaitu primer, sekunder, dan tersier. Factor yang terpenting adalah adanya garis
pertahanan pada setiap individu. Klien menurut Neuman adalah suatu system terbuka yang terdiri dari
struktur dasar atau sumber energy inti pusat (fisiologi, psikologi, sosiokultural, dan spiritual) dikelilingi
oleh dua lingkaran konsentris atau garis pertahanan, garis perlawanan menunjukkan factor internal yang
membantu klien bertahan melawan stressor di luar garis pertahanan. Pada bagian dalam/garis normal
pertahanan menggambarkan garis yang kuat, menunjukkan keadaan individu seimbang atau keadaan
beradaptasi, garis pertahanan fleksibel digambarkan sebagai garis patah – patah bersifat dinamis dan
secara cepat berubah melebihi periode yang pendek. Ini merupakan penyangga perlindungan yang
mencegah stressor masuk ke dalam garis normal pertahanan variable tertentu (misal, gangguan tidur)
dapat menyebabkan perubahan yang cepat dalam garis fleksibel pertahanan.
Neuman menjelaskan bahwa stressor sebagai kekuatan di lingkungan yang mengubah system
kestabilan. Stressor dikategorikan sebagai stressor intrapersonal yang terjadi di dalam individu, misalnya
infeksi. Stressor interpersonal terjadi di antara individu misalnya pengharapan peran yang realistic,
sedangkan stressor ekstra-personal terjadi di luar individu contohnya adalah masalah keuangan
Faktor kognitif
Pentingnya kesehatan
Kontrol kesehatan
Memaksimalkan usaha sendiri
Pengertian kesehatan
Status kesehatan
Keuntungan promosi kshatan
Faktor modifikasi
Karakteristik demografi
Karakteristik biologis
Karakteristik interpesonal
Karakteristik Situasi
Faktor perilaku
Hambatan prilaku peningkatan
kesehatan
Reaksi individu terhadap sressor bergantung pada
tingkat kekuatan garis pertahanannya, bagian dari
reaksi sistem individu dapat beradaptasi terhadap stressor dan efek ini dikenal sebagai rekonstruksi
keperawatan yang berfokus pada pertahanan kestabilan system intervensi keperawatan terdiri dari :
a) Prevensi primer, mengidentifikasi factor resiko, berusaha mengurangi stressor dan berfokus pada
melindungi garis pertahanan normal dan memperkuat garis fleksibel pertahanan.
b) Prevensi sekunder, berhubungan dengan interaksi atau tritmen aktif segera setelah gejala terjadi.
Focus memperkuat garis pertahanan, mengurangi reaksi dan meningkatkan factor pertahanan lain.
c) Prevensi tersier, merujuk pada intervensi sekunder yang telah dilakukan. Focus pada adaptasi ulang
dan stabilitas serta proteksi pada rekonstruksi atau kembali sehat setelah pengobatan. Perawat
menekankan pada pendidikan klien dalam memperkuat garis pertahanan terhadap stressor dan cara
untuk mencegah reaksi ualang atau regresi.
2.3.4 Tahap Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan merupakan suatu fenomena siklik yang terjadi dalam beberapa tahap.
Tahap pertama merupakan suatu tingkatan ketika individu belum berfikir secara serius tentang
perubahan perilaku, dengan waktu seseorang akan mencapai tahap akhir, ia akan mampu melakukan
perubahan dengan baik. Salah satu model perubahan yang dianut adalah model Prochaska dan
Diclemente (1982, 1992) yang terbagi dalam tahap – tahap sebagai berikut : (1) sebelum niat
dilaksanakan, (2) niat, (3) persiapan, (4) kegiatan, (5) mempertahankan.
Seseorang tidak selalu berhasil dalam melaksanakan tahap – tahap tersebut. Oleh karena itu seorang
perawat harus memahami teori perubahan perilaku ini agar dapat membantu kliennya dengan baik
(lihat Tabel 3-2).
1. Tahap sebelum niat dilaksanakan. Seseorang belum berfikir untuk mengubah perilakunya, juga
belum mempunyai niat untuk mencari informasi tentang perilaku. Aspek negative yang muncul karena
belum mengetahui keuntungan yang akan didapat dari perubahan tersebut. Banyak orang mempercayai
bahwa perilaku dapat di control oleh individu sendiri dan dapat juga mendatangkan penolakan atau
konfrontasi terhadap informasi.
2. Bagaimana seseorang secara serius ingin mengubah perilaku yang spesifik, secara aktif
mengumpulkan informasi, menyatakan secara verbal tentang rencana perubahan perilaku dimasa yang
akan datang. Pada fase ini individu mulai percaya bahwa perubahan perilaku akan membuat
kesehatannya menjadi lebih baik. Kadang – kadang orang menjadi bimbang.
Table 3-2 contoh strategi perawat untuk setiap tahap perubahan perilaku. (sumber: kozier, 1997.)
Tahap
Strategi Perawat
Sebelum niat dilaksanakan
Membuat klien menyadari pentingnya perilaku sehat, seperti
latihan diet, berhenti merokok, secara rutin pemeriksaan
kesehatan.
Melengkapi informasi tentang keuntungan perilaku kesehatan yang
spesifik, contohnya; menjelaskan kaitannya antara batuk dan
merokok serta dampaknya terhadap jantung.
Gali kepercayaan dan perasaan klien tentang perilaku sehat.
Identifikasi keberhasilan dari perubahan perilaku; seperti
menurunnya berat badan, tambahnya kepercayaan diri serta
berikan umpan balik yang positif.
Niat
Secara kontinu melengkapi informasi. Informasi yang diberikan
harus akurat dan adekuat.
Mendorong klien untuk dapat memutuskan pilihan dari beberapa
alternated yang ada. Mendorong klien untuk dapat
mengekspresikan perasaan ambivalen yang ada termasuk
pasangannya (contoh: berkaitan dengan diet).
Bantu klien untuk mendapatkan/mengklarifikasi nilai yang berkaitan
dengan perilaku kesehatan dan dorong agar dapat
mempertimbangkan apa yang akan diinginkannya, contoh keinginan
untuk berhenti merokok atau menurunkan berat badan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi tekanan social yang mendorong
pada perilaku sehat (contoh: dilarang merokok di tempat kerja).
Bantu klien untuk membuat perencanaan spesifik agar dapat
diimplementasikan dengan mudah dalam perubahan perilaku
(contoh: diskusi dengan seseorang atau grup yang dapat membantu
pelaksanaan perubahan).
Tahap persiapan
Bantu klien untuk mengidentifikasi stimuli perilaku yang kurang
menguntungkan bagi kesehatannya dan berikan cara untuk
meminimalkan rangsang tersebut.
Ajarkan pada klien untuk mengalihkan aktivitasnya kea rah yang
sehat (contoh: latihan relaksasi, dialog internal atau bisa
mengatakan “tidak”).
Dorong klien dan keluarganya untuk merencanakan “reward” yang
seimbang, seperti nonton dan makan diluar dengan catatan klien
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tinjau kembali perencanaan dan diskusikan instruksi pada tahap
persiapan.
Bantu klien untuk membuat tujuan.
Berikan dorongan dengan pembicaraan yang positif, menyokong
dan memberikan dorongan/bantuan baik sebagian maupun
sepenuhnya dalam pencapaian tujuan.
Tahap kegiatan
Secara kontinu berikan dorongan untuk membuat kerja sama dan
melakukan diskusi terbuka tentang permasalahan yang muncul.
Indentifikasi dan dorong penggunaan strategi untuk
mempertahankan perilaku yang sehat.
Tahap mempertahankan
Kembali karena merasa terlalu berat untuk melakukan perubahan tersebut. Dalam tahap ini seseorang
dapat menggunakan waktu sekitar beberapa bulan sampai tahun.
3. Persiapan pada fase ini seseorang dapat memehami kegiatan yang akan dilakukan dan
mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut. Seseorang sudah percaya bahwa ada keuntungan yang
akan diperoleh dengan adanya perubahan yang dilakukan dan membuat perencanaan spesifik untuk
perubahan tersebut. Beberapa orang pada tahap ini sudah melakukan perubahan kecil – kecilan seperti
mengurangi gula dan kopi mereka
4. Kegiatan. Seseorang sudah mengimplementasikan perubahan dengan strategi yang sudah terpola
secara baik seperti meninggalkan kebiasaan lama dan mulai melaksanakan kebiasaan yang baru. Untuk
mencegah terjadinya pengulangan pada kebiasaan yang lama diperlukan kegiatan secara kontinu dalam
beberapa minggu atau bulan.
5. Mempertahankan. Secara terintegrasi seseorang telah melaksanakan perubahan tersebut yang
tercermin dalam kehidupannya sehari – hari dan tidak kembali pada kehidupan yang lama.
2.3.4.
Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan
Keberadaan perawat sangat penting dalam promosi kesehatan. Karena dia harus membantu individu
maupun komunitas untuk mengubah perilaku.
KOTAK 3-7 Peran perawat dalam promosi kesehatan. (sumber: kozier, dkk., 1997).
Model pola perilaku hidup sehat dan sikap.
Memfasilitasi klien dalam melakukan pengkajian, implementasi, dan evaluasi tujuan kesehatan.
Mendidik klien untuk dapat merawat diri, membuat strategi agar tetap sehat, perbaikan nutrisi,
mengelola stress dan meningkatkan kerja sama.
Membantu individu, keluarga dan komunitas untuk dapat meningkatkan kesehatannya.
Mendidik klien untuk dapat menjadi konsumen kesehatan yang efektif.
Membantu individu, keluarga dan komunitas agar dapat mengembangkan pilihan tentang promosi
kesehatan.
Membimbing klien untuk dapat mengembangkan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
yang efektif.
Mendorong klien dan keluarganya untuk dapat ikut mempromosikan kesehatan.
Membantu advokasi pada komunitas untuk dapat mengubah/menciptakan lingkungan yang sehat.
Yang kurang sehat menjadi perilaku sehat dan dapat dipertahankan sepanjang hidupnya. Kegiatan
promosi kesehatan merupakan hubungan kolaborasi baik dengan klien maupun tenaga kesehatan
lain/dokter. Peran perawat bukan bekerja untuk mereka, tetapi bekerja sama dengan mereka guna
memfasilitasi proses pengkajian, evaluasi dan mengerti tentang kesehatan. Perawat dapat berperan
sebagai advokat, konsultan, pendidik maupun coordinator pelayanan. Sebagai contoh peran perawat
dalam promosi kesehatan dapat dilihat pada Kontak 3-7.
Dalam melaksanakan perannya, perawat dapat bekerja dengan individu dari berbagai rentang usia,
berbagai tipe keluarga dan berbagai kelompok yang spesifik. Keberhasilan perawat dalam melaksanakan
perannya dapat dilihat dari kemandirian individu maupun kelompok yang dikelolanya agar dapat
memperlihatkan tanggung jawabnya, adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan serta dapat
mempertahankan perilaku sehat sepanjang hidupnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Simpulan
Sehat bukan sebuah keadaan melainkan sebuah proses. Proses tersebut membuat individu beradaptasi
tidak hanya dengan kondisi fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosial. “ President’s Commission 1953).
Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat dipandang memiliki masalah kesehatan yang sama,
misalnya insiden mortalitas atau tuberkolosis bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit menular lain.
Keperawatan komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan kelompok populasi.
Pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan ( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin,
1987
3.2.Saran
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman
sebelumnya, selain factor pendidikan atau pengetahuan individu, media massa, televise, penyuluhan
yang dilakukanpetugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan
sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan – pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Effendy Nasrul, Drs. 1995. Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta : EGC
Ali Zaidin, SKM, MBA, MM. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Http//www.Google.com/ Konsep dasar keperawatan komunitas+PDF ( di akses tanggal 26 Mei 2013,
pukul 13.00 WIB )
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
Download