Mata Kuliah / Materi Kuliah - Dwi Retno Andriani, SP.,MP

advertisement
PPENGANTAR USAHATANI:
KELAYAKAN USAHATANI
Silvana Maulidah, SP, MP
Lab of Agribusiness Analysis and Management,
Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
1. PENDAHULUAN
- Pengantar
- Tujuan
2. Break Event Point (BEP)
3.
4.
5.
6.
R/C Ratio
B/C Ratio
NPV
IRR
1. PENDAHULUAN
Dalam hal untuk menganalisis titik impas modal yang dikeluarkan
berdasarkan jumlah produk dan harga yang ditentukan dapat
dilakukan analisis BEP (Break Even Point), serta untuk mengetahui
perbandingan antara total penerimaan dan total biaya dapat dihitung
menggunakan analisis R/C Ratio.
Macam atau jenis analisis usahatani memang beragam karena
macam analisis yang dipilih bergantung pada tujuan yang ingin diraih.
Secara umum sebelum melakukan analisi data dikelompokkan terlebih
dahulu yakni data parametrik yang biasanya terdiri dari data yang
terukur dan data non parametrik yang biasanya terdiri dari data yang
berupa skala dan skor.
Kombinasi dari beberapa faktor menjadikan keputusan investasi
sebagai keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan.
Semua bagian di dalam perusahaan sangat terpengaruh pada
keputusan ini. Kenyataan bahwa akibat keputusan ini berlanjut untuk
suatu jangka waktu yang panjang membuat pengambil keputusan
kehilangan fleksibilitasnya.
13
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT
(SPEED)
1.1 Pengantar
Suatu usahatani
dapat dikatakan layak atau tidak untuk
dilakukan dapat dilihat dari efisiensi penggunaan biaya dan besarnya
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Pada
umumnya syarat utama dalam usahatani harus memperhatikan:
1. R/C >1
2. π/C > bunga bank yang berlaku
3. Produktifitas Tenaga kerja lebih besar dari tingkat upah yang
berlaku
4. Pendapatan > sewa lahan per satuan waktu atau musim tanam
5. Produksi > BEP Produksi
6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp)
7. Harga > BEP
8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga
factor produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian
MODUL
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu kesalahan
dalam pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang serius. Jika
perusahaan terlalu besar dallam aktiva, maka hal itu dapat menimbulkan beban
Penyusutan dan beban lainnya yang tinggi, yang sebesarnya tidak perlu terjadi.
Dengan menngunakan analisis manfaat finansial, kelayakan usaha yang
direncanakan ditentukan dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu analisis NPV, IRR
dan analisis Net B/C. Peramalan harga faktor produksi dan harga produksinya pada
masa mendatang tidaklah mudah. Analisis kepekaan dapat dilakukan dengan cara
merubah nilai variabel-variabel dalam perhitungan net present value (NPV) yang
berpengaruh terhadap hasil analisis cost-benefit dari suatu proyek. Dalam analisis
cost-benefit dengan menggunakan net present value (NPV), variabel yang paling
berpengaruh adalah discount rate. Suatu tingkat discount rate dapat dirubah untuk
melihat bagaimana nilai cost dan benefit mengalami perubahan pada tingkat
discount rate yang lebih tinggi maupun pada tingkat discount rate yang lebih rendah
(Perkins, 1994).
Metode analisis NPV dapat memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh
keberadaan suatu proyek terhadap kesejahteraan sosial masyarakat suatu negara
dengan cara melakukan penilaian antara cost dan benefit yang dapat ditimbulkan
sebagai akibat keberadaannya. Dalam penggunaan metode analisis NPV, terhadap
keseluruhan data-data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan proses
discounting. Maksud dari proses discounting adalah proses pendeflasian pendapatan
masa yang akan datang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan saat ini. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan yang sebanding agar dapat
dilakukan perhitungan dan perbandingan antara cost dan benefit. Faktor yang
digunakan untuk men-discounting nilai cost dan benefit dari pendapatan yang akan
datang disebut discount rate dan biasanya dinyatakan dalam prosentase.
IRR merupakan nilai discount rate dimana hasil akhir NPV dari suatu analisis
cost-benefit adalah bernilai nol, atau dengan kata lain, IRR merupakan kondisi
dimana cost dan benefit dari suatu proyek adalah bernilai sama. IRR adalah suatu
hal yang penting untuk mengukur dan melakukan penilaian terhadap discount rate
yang diterapkan dalam analisis cost-benefit suatu proyek, sehingga dapat diketahui
apakah nilainya menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Metode Cost Benefit Ratio
Index ini mencari hasil dalam bentuk ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari
seluruh pendapatan, dan dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga
dibagi dengan biaya usaha. Hasil-hasil yang segera didapat kemudian
dipertimbangkan untuk dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability
indexnya sama atau lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang
dari satu (< 1) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah
dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak.
Setiap petani pada hakekatnya menjalankan sebuah perusahaan pertanian di atas
usahataninya. Usahatani tersebut merupakan suatu perusahaan pertanian karena
tujuannya bersifat ekonomis
Menurut Kadariah (1999), untuk mengetahui daya tarik suatu proyek, ada tiga
kriteria investasi yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu: Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Interest (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Suatu proyek
dikatakan layak bila proyek tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut:

NPV lebih besar dari nol.

IRR lebih besar dari discount rate yang sedang berlaku.

Net B/C lebih besar dari 1.
Cara penghitungan NPV merupakan cara yang paling praktis untuk mengetahui
Page 2 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Kriteria lain adalah IRR dan Net B/C.
IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih
dalam suatu proyek jika setiap benefit bersih yang diwujudkan (setiap Bt-Ct yang
bersifat positif) secara otomatis digunakan lagi dalam tahun berikutnya. Keuntungan
yang dihasilkan sama dan diberi bunga selama sisa proyek. Sedangkan Net B/C
merupakan perbandingan di mana pembilangnya terdiri dari present value dari total
biaya bersih.
Tujuan Kegiatan Belajar :
Dengan mempelajari materi dalam modul ini, diharapkan mendapatkan
pemahaman tentang:
 Pengertian Kelayakan usahatani
 Konsep BEP dan R/C Ratio, IRR, NPV, B/C Ratio serta penerapannya
dalam usahatani
 Menganalisis kelayakan usahatani
2. BREAK EVENT POINT (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan
kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak
ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan
biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan
akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya
tetap yang harus dikeluarkan.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point (BEP) sebagai
berikut
1.
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point (BEP) atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total
biaya).
2.
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point (BEP) disebut juga Cost
Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point (BEP) bagi menejer
perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut,
yaitu :
 Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
 Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
 Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
3.
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
4.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas
yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita
kerugian.
5.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana
Page 3 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6.
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP)
dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap
merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya
variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu,
misalnya biaya angkut barang.
7.
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu
analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya
variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi.
Model yang paling banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain
memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, diagram
ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat
keluaran (output). Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besarnya
penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang menunjukkan suatu proyek tidak
mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian
Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagaimana
berikut :
1.
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi.
Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1.
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya
variabel dan biaya tetap.
2.
Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
per unitnya adalah tetap.
3.
Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4.
Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang
diproduksi.
5.
Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6.
Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu
jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh usahawan dalam berbagai
Page 4 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1.
Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2.
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3.
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual
agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun
ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi
secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya
tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika
perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan
volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau
penerimaan dan biaya (pada sumbu Y). BEP terjadi jika pendapatan dari penjualan
(TR) berada pada titik keseimbangan dengan total biaya (TC). Sedangkan biaya tetap
(FC) adalah variabel yang tidak berubah meskipun jumlah volume yang dihasilkan
berubah. Kurva BEP dapat dilihat pada gambar 5 agar dapat lebih jelas mengenai
perpotongan antara garis penerimaan dan biaya total.
(Rp)
Penerimaan
&
Biaya
TR
TC
VC
BEP
FC
0
Q (Produksi)
Volume
Produksi
Gambar 1. Kurva Break Even Point (BEP)
Keterangan:
TR
= Total Revenue (Penerimaan)
Q
= Quantities (Produksi)
FC
= Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC
= Variable Cost (Biaya Variabel)
TC
= Total Cost (Total Biaya)
BEP
= Break Even Point (Titik Impas)
Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan yang luas
untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break
Page 5 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang
break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan
informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
Pada gambar 1 dapat dilihat ketika tingkat produksi mencapai titik impas (BEP).
BEP terletak pada perpotongan garis total penerimaan dan total biaya. Daerah
sebelah kiri titik BEP yaitu bidang antara garis biaya total dengan garis penerimaan
termasuk dalam daerah rugi. Hal ini disebabkan karena hasil penjualan lebih rendah
daripada biaya total. Sedangkan daerah disebelah kanan garis biaya total dengan
garis penerimaan merupakan daerah laba karena hasil penjualan lebih tinggi dari
biaya total. BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu:
a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang
harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian (Juanda
dan Cahyono, 2000). Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Q = Quantities (Produksi)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Harga Produk
(Rangkuti, 2005)
b. Break Even Point (BEP) Rupiah
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan
kuantitas produk pada saat BEP (Juanda dan Cahyono, 2000).
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
3. R/C RATIO
Ada beberapa definisi efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan
perbandingan yang terbaik suatu pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari
pekerjaan tersebut. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a. Segi hasil
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu
dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun
kuantitasnya.
Page 6 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
b. Segi usaha
Suatu pekerjaan disebut efisien jika hasil tertentu dapat dicapai dengan
usaha yang minimal.
Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan
terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha
ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar
kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi
suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan
antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu
usahatani digunakan analisis R/C ratio.
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat
dinyatakan sebagai berikut:
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R
= penerimaan
C
= biaya
PQ
= harga output
Q
= output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
4. B/C RATIO( BENEFIT COST RATIO)
Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat
efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang
positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif, atau dengan kata lain Net
B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dangan jumlah NPV negatif dan
ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan kita peroleh dari cost yang
kita keluarkan (Gray, 1997).
Dalam analisis ini, data yang diutamakan adalah besarnya manfaat yang
didapat. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa suatu proyek akan dipilih apabila
Net B/C > 1. Sebaliknya, bila suatu proyek memberi hasil Net B/C < 1, maka proyek
tidak akan diterima.
Rumusan yang digunakan adalah:
n
Bt  Ct
 1  i 
Net B / C 
Ct  Bt
 1  i 
t 1
n
t 1
t
t
Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan kotor pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya kotor pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku
Page 7 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
Kriteria yang dapat diperoleh dari penghitungan Net B/C antara lain:
Net B/C > 1, maka usahatani menguntungkan;
Net B/C = 1, maka usahatani tidak menguntungkan dan tidak merugikan;
Net B/C < 1, maka usahatani merugikan
5. NPV (NET PRESENT VALUE)
Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang bersih adalah analisis manfaat
finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan
dilihat dari nilai sekarang (present value) arus kas bersih yang akan diterima
dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Arus kas
bersih adalah laba bersih usaha ditambah penyusutan, sedang jumlah investasi
adalah jumlah total dana yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan seluruh
alat-alat produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. Jadi, untuk
menghitung NPV dari suatu usaha diperlukan data tentang: (1) jumlah investasi
yang dikeluarkan, dan (2) arus kas bersih per tahun sesuai dengan umur ekonomis
dari alat-alat produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto Net present value adalah selisih antara
present value dari keseluruhan proceeds yang didiscontokan atas dasar biaya modal
tertentu dengan present value pengeluaran modal.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Net Present Value
adalah Sebuah metode evaluasi Investasi dengan mengukur selisih antara present
value dari proceeds dan nilai investasi awal. Kriteria kelayakan dari proyek ini
adalah: Proyek layak jika NPV bertanda positif dan sebaliknya tidak layak jika NPV
bertanda negatif.
Maka Istilah Net Present Value sering diterjemahkan sebagai nilai bersih
sekarang. Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang
praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. Keuntungan
dari suatu proyek adalah besarnya penerimaan dikurangi pembiayaan yang
dikeluarkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah selisih antara
Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus
biaya
(Soekartawi, 1996). Dalam kriteria ini dikatakan bahwa proyek akan dipilih apabila
nilai NPV lebih besar dari nol. Kesimpulannya jika suatu proyek mempunyai NPV
kurang dari nol, maka tidak akan dipilih atau tidak layak untuk dijalankan. Rumus
NPV dalam analisis proyek dituliskan sebagai berikut.
n
NPV  
t 0
Bt  Ct
1  i t
Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan usahatani pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (14%)
Suatu proyek dikatakan layak untuk dilakukan bila menghasilkan NPV > 0. Bila
NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Page 8 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
6. IRR (INTERNAL RATE OF RETURN)
IRR menunjukkan kemampuan suatu investasi atau usaha dalam
menghasilkan return atau tingkat keuntungan yang bisa dipakai. Kriteria yang
dipakai untuk menunjukkan bahwa suatu usaha layak dijalankan adalah jika nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usahatani
tersebut diusahakan (Gittinger, 1993). Jadi, jika IRR lebih tinggi tingkat bunga
bank, maka usaha yang direncanakan atau yang diusulan layak untuk
dilaksanakan, dan jika sebaliknya usaha yang direncanakan tidak layak untuk
dilaksanakan.
Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis
investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai
yang akan dihitung diperlukan suatu 'trial and error' hingga pada akhirnya
diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. IRR
dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyamakan present value
cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai.
Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV
sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat bunga tersebut
akan sama dengan initial investment. Suatu usulan proyek investasi akan ditetima
jika IRR > cost of capital dan akan ditolak jika IRR < cost of capital. Perhitungan
IRR untuk pola cash flow yang bersifat seragam (anuitas), relatif berbeda dengan
yang berpola tidak seragam.
Menurut Arifin dan Fauzi (1999:13) bahwa: Adapun langkah-langkah
menghitung IRR untuk pola cash flow yang sama adalah sebagai beiikut:
 Hitung besarnya payback period untuk proyek yang sedang dievaluasi.
 Gunakan tabel discount factor, dan pada baris umur proyek, cari angka
yang sama atau mendekati dengan hasil payback period pada langkah 1 di
atas. IRR terletak pada persentase terdekat hasil yang diperoleh.
 Untuk mendapatkan nilai IRR yang sesungguhnya dapat ditempuh dengan
menggunakan interpolasi.
Sedangkan untuk proyek yang memiliki pola cash inflow yang tidak seragam,
dapat diselesaikan dengan langkah-langkah berikut:
 Hitung rata-rata cash inflow per tahun
 Bagi initial investment dengan rata-rata cash inflow untuk mengetahui
"estimasi" payback period dari proyek yang sedang dievaluasi.
 Gunakan tabel discount factor untuk menghitung besarnya IRR, seperti
langkah ke-2 dalam menghitung IRR untuk pola cash flow yang berbentuk
seragam (anuitas). Hasil yang diperoleh akan merupakan "perkiraan IRR'.
 Selanjutnya sesuaikan IRR yang diperoleh pada langkah ke-3 di atas, yaitu
diperbesar atau diperkecil, ke dalam pola cash flow yang sesungguhnya.
Apabila cash inflow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun pertama
temyata lebih besar dari rata-rata yang diperoleh dalam langkah ke 1 di
atas, maka perbesarlah tingkat discount yang digunakan, dan apabila
sebaliknya maka perkecillah discount tersebut.
 Dari hasil discount rate yang diperoleh pada langkah ke-4, kernudian
hitunglah NPV dari proyek tersebut.
 Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari nol, maka naikkanlah discount
rate yang digunakan, dan apabila sebaliknya maka turunkanlah discount
rate tersebut.
 Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan discount rate yang baru,
sampai akhirnya diperoleh discount rate yang secara berurutan
menghasilkan NPV yang positif dan negatif.
Dengan jalan interpolasi maka akan ditemukan nilai IRR yang sesungguhnya.
Page 9 of 10
Pengantar Usaha Tani
Brawijaya University
2012
IRR dirumuskan sebagai berikut:
IRR  i1 
NPV1
i2  i1 
NPV1  NPV2
Keterangan:
NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
I1 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai positif
I2 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai negatif
Suatu proyek akan dipilih bila nilai IRR yang dihasilkan lebih tinggi daripada
tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > social discount rate). Bila IRR < social
discount rate menunjukkan bahwa modal proyek akan lebih menguntungkan bila
didepositokan di bank dibandingkan bila digunakan untuk menjalankan proyek.
REFERENSI
Kardiman. 2006. Prinsip-prinsip Akuntansi 1. Jakarta: Yudistira
Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
1. Jelaskan tentang pengertian studi kelayakan serta sebut dan jelaskan macammacamnya
2. Carilah hasil penelitian yang menganalisis tentang perhitungan usahatani baik
tanaman semusim ataupun tanaman tahunan serta berikan review hasilnya
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Apa yang dimaksud dengan BEP serta paparkan kurvanya
2. Apa yang dimaksud dengan R/C Ratio jelaskan beserta indikatornya.
3. Apa yang dimaksud NPV dan jelaskan indikatornya
4. Apakah IRR itu dan jelaskan indikatornya
Page 10 of 10
Download